Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR
1.1 PENGERTIAN
A. FRAKTUR / PATAH TULANG
Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2000 :
346).
B. PATAH TULANG TERTUTUP / CLOSED
adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar atau struktur jaringan kulit diatas / disekitar
patah tulang masih utuh / intak
C. FRAKTUR FEMUR
Dibagi menjadi
1. Fraktur batang femur
2. Fraktur kolum femur
 Fraktur batang femur mempunyai insidens yang cukup tinggi
diantara jenis patah tulang. Umumnya femur terjadi pada batang
femur 1/3 tengah.
 Fraktur kolum femur
Dapat terjadi akibat trauma langsung, pasien terjatuh dengan posisi
miring dan trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras
seperti jalanan. Pada trauma tidak langsung, fraktur kolum terjadi
karena gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
1.2 PATOFISIOLOGI
Kecelakaan, trauma, osteoporosis

F. tertutup Trauma pada femur Fraktur terbuka

Bengkak tekanan Pembuluh darah, syaraf Kontak dengan Gx neuro


meningkat jaringan lunak rusak lingkungan luar vaskuler

Denyut nadi menurun Darah mengalir Resiko infeksi Kerusakan


para lysis nyeri hebat kedaerah fraktur integritas
kulit
Menekan jaringan Pertumbuhan bacteri Nyeri
sekitar pembuluh darah
Resiko infeksi
Iskemia
Imobilisasi (traksi)
Lemak keluar ke
Kontraktur pembuluh darah

Jaringan tulang Emboli Kerusakan Kerusakan


nekrosis Nadi menurun integritas mobilitas
Stenosis kulit fisik
Necrosis merangsang Sesak
terjadinya peradangan

1.3 GEJALA KLINIS


 Tanda-tanda tak pasti
o Rasa nyeri dan tegang : nyeri umumnya menghebat bila dilakukan
gerakan.
o Hilangnya fungsi : diakibatkan oleh rasa nyeri atau tidak mampu
untuk melakukan gerakan.
o Deformitas : disebabkan oleh pembengkakan atau akibat
perdarahan dan posisi fragmen tulang berubah.
 Tanda-tanda pasti
 Gerakan Abnormal
Gerakan abnormal misalnya terjadi pada patah tulang penjang
bagian tengah, pada keadaan normal gerakan tersebut tidak terjadi.
 Krepitasi adalah gesekan dari kedua ujung fragmen tulang yang
patah.
 Deformitas akibat fraktur, umumnya deformitas berupa angulasi,
rotasi dan pemendekan.
1.4 PENATALAKSANAAN
A. Pertolongan darurat (emergency)
Pemasangan bidai (splint)
1. Mencegah perusakan jaringan lebih lanjut
2. Mengurangi rasa nyeri
3. Menekan kemungkinan terjadinya emboli lemak dan syok
4. Memudahkan transportasi dan pengambilan foto
B. Pengobatan difinitif
 Reposisi secara tertutup :
1. Manupulasi secara tertutup untuk mereposisi
Terbatas hanya pada patah tulang yang tertentu
2. Traksi dengan melakukan tarikan pada ektermitas bagian distal
 Imobilisasi :
1. Gips (plaster -of- paris casts)
2. Traksi secara kontinue
* Traksi kulit
* Traksi tulang
 Reposisi secara terbuka :
Melakukan reposisi dengan cara operasi kemudian melakukan
imobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna yang dapat berupa
plat, pen atau kawat.
C. Rehabilitasi
Tujuan utama :
1. Mempertahankan ruang gerak sendi
2. Mempertahankan kekuatan otot
3. Mempercepat proses penyembuhan fraktur
4. Mempercepat pengambilan fungsi penderita
Latihan terdiri dari :
 Mempertahankan ruang gerak sendi
 Latihan otot
 Latihan berjalan

1.5 KOMPLIKASI
o Dini (early)
o Lanjut (late)
o Bisa dianbatkan oleh traumanya sendiri (initial injury) atau akibat
tibdakan kita (pengobatan) / iatrogenik.
 Komplikasi karena trauma / initial injury
Dini :
A. Lokal : 1. Kulit :  Nekrosis
 Trombosis vena
2. Sendi :  Infeksi akibat fraktur terbuka
 Osteomelitis
3. Tulang :
 Nekrosis aveskuler
Lanjutan :
A. Lokal :  Sendi :  Kaki sendi
 Degenerasi sendi
 Tulang :  Gangguan proses penyembuhan
“malunion delayed union, non
union”
 Otot :  Gangguan pertumbuhan
 Post traumatic myositis
ossificans
B. Komplikasi : Tenal calculi
jauh

 Komplikasi akibat pengobatan iatrogenik


1. Kulit : karena tekanan :  Bed sores / dekubitus
 Cast sores
2. Vaskular :  Traksi yang berlebihan
 Volkmann’s ischemia
 Gangren
3. Saraf :
 Traksi yang berlebihan
4. Sendi :
 Infeksi (septic arthritis)
5. Tulang :
 Osteomielitis

 Pencegahan / pengobatan komplikasi iatrogenik


“Bed Sores”
Dengan melakukan perubahan posisi pada waktu “tertentu dan
memberikan latihan” selama dirawat diatas tempat tidur.
“Cast Sores”
 Tekanan pada waktu memasang gips tidak boleh terlalu erat, cukup
gips diluncurkan diatas permukaan kulit, pada tempay “yang
rawan”.
 Pemasangan “padding” (bantalan) yang dapat berupa kapas untuk
10 hari pertama dan kaos / stockineete untuk selanjutnya.
 Traksi : berat bandul harus diberikan sesuai dengan berat badan
masing-masing penderita.
 Volkman’s ischemic :
1. Gips sirkuler yang menjepit atau “bandage” segera dilepaskan
sama sekali / penjepitan dibebaskan.
2. Posisi ekstremitas terutama sekitar sendi yang mengalami
distorsi harus diperbaiki atau sendi yang dalam keadaan fleksi
harus diekstensika. Bila akibat traksi maka beban traksi harus
dikurangi.
3. bila hal-hal tersebut masih belum ada perbaikan, maka
dilakukan fasiotomi atau bila dalam waktu 30 menit tidak ada
perbaikan dilakukan eksplorasi secara pembedahan.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan. Tahap ini terbagi atas :
A. PENGUMPULAN DATA
1). Anamnesa
A. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
B. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dari
lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan :
(1). Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
(2). Quality Of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut atau
menusuk.
(3). Region : Radiation, Relief : Apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa
sakit terjadi.
(4). Severity (scale) Of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
(5). Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
C. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dan
fraktur yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu
dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur
dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang
dan penyakit yang menyebabkan fraktur patologis yang sering
sulit untuk menyambung, selain itu penyakit DM sengan luka
dikaki sangat beresiko terjadinya osteomylitis akut maupun
kronik dan juga menghambat proses penyembuhan tulang.
E. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur seperti
DM, Osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan
dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
F. Riwayat psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dengan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
G. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pada fraktur akan mengalami perubahan atau gangguan pada
personal higiene, misalnya kebiasaan mandi, gosok gigi,
mencuci rambut, ganti pakaian, BAB dan BAK.
2. Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan
meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap
sama sedangkan dirumah sakit disesuaikan dengan penyakit
dan diit klien.
3. Pola eliminasi.
Kebiasaan miksi atau defekasi sehari-hari, kesulitan waktu
defekasi, upaya untuk mengatasi miksi, warna dan konsistensi
miksi dan defekasi.
4. Pola tidur dan istirahat.
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang
disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
5. Pola aktifitas dan latihan.
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan
akibat dari fraktur sehingga kebutuhan klien perlu dibantu
BAK oleh perawat atau keluarga.
6. Pola persepsi dan konsep diri.
Pada fraktur akan mengalami gangguan persepsi diri karena
terjadi perubahan pada dirinya klien takut cacat seumur hidup
atau tidak dapat bekerja kembali.
7. Pola sensori dan kognitif.
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan sedang pada
pola kognitif atau cara berfikir klien tidak mengalami
gangguan.
8. Pola hubungan peran.
Terjadinya perubahan peran yang dapat mengganggu
hubungan interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna lagi
dan menarik diri.
9. Pola penanggulangan stress.
Perlu ditanyakan apakah yang membuat klien menjadi stress
dan biasanya masalah dipendam sendiri atau dirundingkan
dengan keluarga.
10. Pola reproduksi dan sexual.
Bila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan
mengalami pola seksual dan reproduksi, jika klien belum
berkeluarga klien tidak akan mengalami gangguan.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Adanya kecemasan dan stres sebagai pertahanan dan klien
meminta perlindungan atau mendekatkan diri dengan Allah
SWT.

B. ANALISA DATA
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisa
untuk menentukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkan
dibagi menjadi dua data yaitu data subjektif dan data objektif dan
kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam
mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah
kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.
A. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan patah tulang.
B. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan immobilisasi traksi.
C. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan klien
tentang penyakitnya dan persyaratan operasi.

3. PERENCANAAN
Diagnosa Keperawatan
A. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan patah tulang.
Tujuan : Rasa nyaman berkurang
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang
- Wajah sedikit cerah
- Makan dan minum mau
Rencana Tindakan :
* Kaji singkat nyeri, intensitas dan lamanya.
* Observasi dari tanda verbal / non verbal.
* Beri motivasi pada klien :
- Penyebab dari nyeri.
- Pentingnya mengurangi rasa nyeri.
- Berikan posisi yang nyaman menurut kemauan klien.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
B. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan immobilisasi traksi.
Tujuan : Bisa melakukan aktivits sebatas kemampuan
Kriteria Hasil : - Klien mengerti pentingnya melakukan aktivitas.
- Bisa duduk, makan dan minum tanpa dibantu.
Rencana Tindakan :
* Lakukan aktivitas sebatas kemampuan.
* Observasi sejauh mana klien belum melakukan aktivitas.
* Beri motivasi pada klien tentang.
- Pentingnya pemasangan traksi.
- Pentingnya melakukan aktivitas.
- Akibat bila klien pasif.
* Laksanakan program dokter.
C. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan klien
tentang penyakitnya dan persyaratan operasi.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria Hasil : - Kx tampak tenang.
- Kx istirahat dengan nyaman.
- Kx kooperatif
Rencana Tindakan :
* Lakukan pendekatan dengan klien.
* Kaji tingkat kecemasan klien.
* Beri motivasi tentang :
- Hal-hal tentang pelaksanaan operasi.
- Tujuan dilakukan operasi.

4. PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan pengelolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam
operasionalnya perawat merupakan tetap satu tim yang bekerja sama secara
berkesinambungan dengan berbagai tim seluruh kegiatan keperawatan dalam
tahap ini ditulis secara rinci sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan
pada pelaksanaan tindakan keperawatan atau catatan keperawatan (Nasrul F,
1995).

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan
merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan cara melibatkan klien dan
sesama tenaga kesehatan (Nasrul F, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, 2000, Media Aesculapius,
Jakarta.
2. Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan Dan Dokumen Keperawatan, EGC,
Jakarta, 1999.
3. Nasrul E, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
4. Dra. Elly Nurachmah, Buku Saku, Prosedur Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
2000.
5. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya.
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis “Close Fraktur Femur” telah
diperiksa dan disetujui sebagai laporan praktek klinik di ruang Bedah B RSUD.
Dr. Soetomo Surabaya, keperawatan yang dilaksanakan mulai tanggal 19 Februari –
04 Maret 2005

Mengetahui

Kepala Ruang Bedah B Pembimbing Ruang Bedah B


RSUD. Dr. Soetomo Surabaya RSUD. Dr. Soetomo Surabaya

Sarimah, Amd. Kep Kartini Soepono, Amd. Kep


Nip : 140.065.964 Nip :140.077.239

Pembimbing Pendidikan
Akper UM Surabaya

Fahrun NR, S.Kep. Ns


Nip :
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS “CLOSE FRAKTUR FEMUR” DI RUANG BEDAH B
RSUD. Dr. SOETOMO SURABAYA

PERAW
D EM I AT
A
AN
AK
U N IV E R S

AYA
RAB
SU
IT A

S M H
U H A M M A D IY A

Oleh :
LUTFIAH
02.110.038

AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2005

Anda mungkin juga menyukai