PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1.Tujuan Umum
2.Tujuan Khusus
1
c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi hiperparatiroid dan hipoparatiroid
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
1. Pengertian
Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang
terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar
tiroid dan dua di kutub inferiornya.Namun, letak masing-masing paratiroid dan
jumlahnya dapat cukup bervariasi, jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di
mediastinum.
3
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter,
dan tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat
kehitaman.Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama terutama mengandung sel
utama (chief cell) yang mengandung apparatus Golgi yang mencolok plus retikulum
endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi hormon
paratiroid (PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih besar mengandung
granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria dalam sitoplasmanya Pada manusia,
sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini meningkat
seiring usia, tetapi pada sebagian besar binatang dan manusia muda, sel oksifil ini
tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan
modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi mensekresi sejumlah hormon.
3. Fisiologi
B. KONSEP DASAR
1. HIPERPARATIROID
a. Pengertian
4
yang berusia 60-70 tahun. Sedangkan hiperparatiroidisme sekunder disertai
manifestasi yang sama dengan pasien gagal ginjal kronis. Rakitisi ginjal akibat
retensi fosfor akan meningkatkan stimulasi pada kelenjar paratiroid dan
meningkatkan sekresi hormon paratiroid. (Brunner & Suddath, 2001)
b. Etiologi
5
b) Malabsorbsi
1) kelainan gastrointestinal
2) kelainan hepatobilier
3. Tersier (sekresi PTH autonom ditambah dengan hiperparatiroid sekunder
terdahulu)
a) Sangat jarang
b) Hipernefroma
c) Karsinoma sel skuamuosa paru
c. Klasifikasi
a. Hiperparatiroid primer
Kebanyakan pasien yang menderita hiperparatiroidisme primer
mempunyai konsentrasi serum hormon paratiroid yang tinggi.Kira-kira
85% dari keseluruhan hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma
tunggal.Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh
berbagai adenoma atau hiperplasia).Sedikit hiperparatiroidisme utama
disebabkan oleh paratiroid karsinoma.
b. Hiperparatiroid sekunder
Hiperparatiroid sekunder merupakan suatu keadaan dimana sekresi
hormon paratiroid meningkat lebih banyak dibanding dengan keadaan
normal, karena kebutuhan tubuh meningkat sebagai proses kompensasi.
Pada keadaan ini terdapat hiperplasi dan hiperfunsi merata pada keempat
kelenjar paratiroid, terutama dari chief cells.Biasanya penyebab utama
adalah kegagalan ginjal menahun, dan glomerulonefritis atau pyelonefritis
menahun.
c. Hiperparatiroid tersier
Istilah hiperparatiroid tersier digunakan untuk menunjukkan
perkembangan lanjut tipe sekunder, dimana terjadi autonomi kelenjar
paratiroid.Seperti hiperparatiroid primer, maka bentuk tersier memerlukan
tindakan pembedahan ekstirpasi adenoma, kecuali bila kegagalan ginjal
sudah terlalu berat, maka dilakukan hemodialisis terlebih dahulu kemudian
6
disusul ekstirpasi adenoma.Pemberian vitamin D kadang-kadang masih
diperlukan untuk mencegah terjadinya hipokalsemia.
d. Patofisiologi
7
e. Pathway
konstipasi
nyeri
f. Factor resiko
1) Congenital
2) Genetic
3) Autoimun
g. Manifestasi klinik
1) Apatis
2) Mudah lelah
3) Kelemahan otot
4) Mual, muntah
5) Konstipasi
6) Hipertensi
7) Aritmia jantung
h. Pemeriksaan Diagnostik
8
Laboratorium:
Foto Rontgen
3) Trabeculae di tulang
i. Komplikasi
2) Dehidrasibatu ginjal
3) Hiperkalsemia
4) Osteoklastik
j. Penatalaksanaan
2. HIPOPARATIROID
a. Pengertian
9
yang tidak adekuat.Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering
sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat
operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya
kelenjar paratiroid (secara congenital).Kadang-kadang penyebab spesifik tidak
dapat diketahui. (www.endocrine.com)
b. Etiologi
o Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat (acquired).
2) Hipomagnesemia.
c. Patofisiologi
10
d. Pathway
Defisiensi parathormon
tetanus kejang
resiko cidera
laten nyata
efektif
e. Factor resiko
1) Congenital
2) Genetic
3) Autoimun
11
f. Manifestasi klinik
1) Tetanus
2) Tremor
3) Kontraksi spasmodic
4) Kesemutan kram
5) Kejang
g. Pemeriksaan diagnostik
laboratorium
1) Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang
berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.
Foto Rontgen:
h. Komplikasi
i. Penatalaksanaan
1) Konservatif
1) Terapi bagi hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah kadar
kalsium serum diketahui.
o Diet tinggi kalsium, rendah fosfor dianjurkan.
12
o Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan
yang tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena
kandungan fosfornya yang tinggi.
2) Pembedahan
Dilakukan tindakan Trakeostomi
2) Farmakologi
o Pemberian vit D
o Pemberian preparat hormon parenteral dapat dilakukan untuk
mengatasi hipoparatiroidisme disertai tetanus.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Hiperparatiroid
a. Pengkajian
c) Depresi
4) Pemeriksaan fisik
13
a) Pemeriksaan laboratorium : dilakukan untuk menentukan kadar
kalsium dalam plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting dalam
menegakkan kondisi hiperparatiroidisme.
b. Diagnosa Keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
14
cara mengontrol nyeri
Kriteria Hasil
INTERVENSI RASIONAL
15
masalah BAB dapat teratasi
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
2. Hipoparathiroid
a. Pengkajian
16
4) Pemeriksaan fisik yang mencakup :
b) Tetani.
b) Pemeriksaan radiologi.
b. Diagnosa keperawatan
NOC:Fungsi otot
kriteria hasil :
2. Irama otot
3. Massa otot
4. Kecepatan bergerak
5. Kontrol bergerakan
17
NIC:
INTERVENSI RASIONAL
NOC:Status nutrisi
kriteria hasil :
3. BB normal.
18
NIC : terapi nutrisi
INTERVENSI RASIONAL
Tujuan :. Setelah dilakuakn tindakan selama 3x24 jam masalah resiko cidera
dapat terkontrol
kriteria hasil :
a. Mengetahui resiko
19
d. Mengembangkan strategi control resiko yang efektif
INTERVENSI RASIONAL
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna.Oleh karena
itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.Semoga makalah
yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
21
DAFTAR PUSTAKA
Brunner Sudarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8.Jakarta: EGC.
(www.endocrine.com)
22