Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hiperparatiroidisme merupakan suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar
paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratioroid dari biasanya. Pada
pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak
normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar
kalsium. Dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paraturoid
yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.
Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit ini
tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang
berumur 60 tahun ke atas sekitas 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme.
Di Indonesia sendiri kira-kira sekitar 1000 orang diketahui terkena
penyakit ini tiap tahun. Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyau risiko
yang lebih besar 2 kali dari pria. Salah satu penyebab hiperparatiroidisme dari
banyak hiperfungsi kelenjar adalah adenoma soliter (penyakit von
Recklinghausen).

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud dengan hiperparatiroidisme?
b. Apa etiologi hiperparatiroidisme?
c. Bagaimana tanda dan gejala hiperparatiroidisme?
d. Apa saja komplikasi pada hiperparatiroidisme?
e. Bagaimana pemeriksaan pada kasus hiperparatiroidisme?
f. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien hiperparatiroidisme?
g. Bagaiamana asuhan keperawatan pada pasien paratiroidisme?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa/mahasiswi
memahami dan mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien
hiperparatiroidisme.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa/mahasiswi
mampu:
a. Memahami definisi hiperparatiroidisme
b. Memahami etilogi dari hiperparatiroidisme
c. Memahami tanda dan gejala dari hiperparatiroidisme
d. Memahami komplikasi yang terjadi pada pasien hiperparatiroidisme
e. Memahami pemeriksaan pada pasien hiperparatiroidisme
f. Memahami penatalaksanaan pada pasien hiperparatiroidisme
g. Memahami ashuan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien
hiperparatiroidisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Hiperparatiroidisme adalah terjadi akibat produksi berlebihan hormon
paratiroid oleh kelenjar paratiroid yang ditandai dengan dekalsifikasi dan
terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium.
Hiperparatiroidisme adalah kondisi yang diakibatkan oleh over sekresi
parathormone, hormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid.
Hiperparatiroidisme adalah produksi hormon paratiroid yang berlebihan yang
dihasilkan oleh kelenjar paratiroid yang diakibatkan oleh sekresi parathormone
dan bersirkulasi dalam darah.
2.2 ETIOLOGI
Kadar kalsium dan fosfat dijaga kestabilannya oleh kelenjar paratiroid dengan
mengeluarkan atau menghentikan keluarnya hormon paratiroid. Dalam keadaan
normal, saat kadar kalsium darah terlalu rendah, maka kelenjar akan
mengeluarkan hormon paratiroid dalam jumlah yang memadai untuk
meningkatkan kadar kalsium darah dengan melepaskan kalsium dari tulang.
Namun saat terjadi hiperparatiroidisme, hormon paratiroid yang dihasilkan terlalu
banyak sehingga kadar kalsium meningkat jauh dan menyebabkan hiperkalsemia,
sedangkan kadar fosfat dalam darah menjadi rendah.Berdasarkan penyebabnya,
hiperparatiroidisme dapat terbagi menjadi:
a. Hiperparatiroidisme primer. 
Kondisi ini terjadi ketika adanya ganguan pada satu atau beberapa
kelenjar paratiroid. Hiperparatiroidisme primer bisa disebabkan karena
adanya tumor jinak (adenoma) atau tumor ganas pada kelenjar paratiroid
atau pembesaran pada kelenjar paratiroid sendiri. Risiko menderita
hiperparatiroidisme primer ini dapat meningkat jika seseorang memiliki
kelainan genetik, kekurangan vitamin D dan kalsium dalam waktu lama,
terpapar radiasi saat menjalani terapi kanker, mengonsumsi
obat lithium untuk mengatasi gangguan bipolar, serta sudah mengalami
menopause.
b. Hiperparatiroidisme sekunder. 
Terjadi saat ada kondisi medis lain yang membuat kadar kalsium menjadi
rendah, sehingga kelenjar paratiroid bekerja sangat aktif untuk
menggantikan kalsium yang hilang. Contohnya adalah gagal ginjal
kronis , gangguan penyerapan makanan, atau kekurangan vitamin D.
c. Hiperparatiroidisme tersier. 
Pada kondisi ini, penyebab dari hiperparatiroid sekunder telah diatasi,
namun kelenjar paratiroid tetap menghasilkan hormon paratiroid secara
berlebihan. Akibatnya, kadar kalsium dalam darah tetap tinggi.

2.3 TANDA DAN GEJALA


Sebenarnya hiperparatiroidisme sendiri jarang menimbulkan gejala. Gejala
biasanya muncul karena kerusakan atau disfungsi organ dan jaringan, akibat kadar
kalsium dalam darah terlalu tinggi sementara simpanan kalsium pada tulang
menurun. Gejala yang dapat muncul antara lain:
a. Nyeri tulang dan sendi
b. Tulang menjadi rapuh dan rentan mengalami patah tulang
c. Mual, muntah, serta selera makan menurun
d. Nyeri perut
e. Sembelit atau konstipasi
f. Banyak mengeluarkan urine
g. Cepat haus
h. Cepat lelah atau lemas
i. Badan terasa tidak enak tanpa penyebab pasti
j.  Depresi atau cepat lupa.
k. Konsentrasi hilang.
Jika tidak diobati, kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menimbulkan:
a. Muntah
b. Dehidrasi
c. Cepat mengantuk
d. Otot tegang
e. Detak jantung tidak beraturan
f. Hipertensi
2.4 KOMPLIKASI
a. Batu ginjal. Kelebihan kalsium dalam darah memicu peningkatan jumlah
kalsium yang dikeluarkan melalui urine, sehingga rentan terbentuk
endapan kalsium di ginjal yang menjadi batu ginjal
b. Penyakit kardiovaskuler. Tingginya kadar kalsium dapat memicu penyakit
hipertensi atau beberapa jenis penyakit jantung.
c. Osteoporosis. Kehilangan kalsium dalam tulang membuat tulang menjadi
lemah, rapuh, dan mudah mengalami patah tulang.
d. Hipoparatiroid pada bayi baru lahir. Hiperparatiroidisme yang terjadi pada
wanita hamil, berisiko menyebabkan hipoparatiroidisme pada bayi baru
lahir sehingga bayi memiliki kadar kalsium darah yang rendah.

2.5 PEMERIKSAAN LABORATORIUM


a. Peningkatn kalsium serum dalam darah
b. Penurunan fosfat serum
c. Peningkatan kalsium dan fosfat dalam urine
d. Tes kepadatan tulang atau bone mineral densitometry (BMD). Tes dengan
perangkat foto Rontgen ini mengukur berapa jumlah kalsium dan mineral
lain pada satu bagian tulang.
e. Pemindaian paratiroid sestamibi, untuk mendeteksi kelainan dengan
senyawa radioaktif yang diserap kelenjar paratiroid. Pemindaian ini dapat
dikombinasikan dengan CT scan.
f. Pemindaian dengan gelombang suara ini dapat menghasilkan citra kelenjar
paratiroid dan jaringan sekitarnya.

2.6 PENATALAKSANAAN
a. Banyak minum agar tidak mengalami dehidrasi. Sebaiknya berupa air
putih, sehingga dapat membersihkan urine dan mengurangi risiko batu
ginjal.
b. Tidak merokok, karena dapat menyebabkan kekuatan tulang menurun.
c. Menghindari obat-obatan yang meningkatkan kadar kalisum,
seperti lithium atau diuretik. 
d. Memerhatikan asupan kalsium dan vitamin D  yang diperbolehkan dokter
sesuai kondisi penderita.

Langkah penanganan lain yang dapat dilakukan adalah melalui pemberian


obat. Beberapa jenis obat yang biasa diberikan untuk penderita
hiperparatiroidisme adalah:

a. Calcimimetics. Obat ini meniru kerja kalsium dalam darah sehingga


kelenjar paratiroid dapat menyurutkan produksi hormon paratiroid. Obat
ini biasa diberikan kepada penderita gagal ginjal kronis atau kanker
paratiroid. Selain itu, obat ini juga ditujukan untuk penderita
hiperparatiroidime primer yang tidak bisa menjalani operasi.
b. Bisphophonate. Obat ini dapat mencegah kehilangan kalsium dari tulang
dan mengatasi osteoporosis yang disebabkan hiperparatiroidisme. Efek
samping yang dapat ditimbulkan, di antaranya adalah tekanan darah
rendah, demam, serta muntah.

Langkah penanganan yang paling banyak dilakukan untuk hiperparatiroidisme


adalah prosedur operasi, terutama untuk kasus hiperparatiroidisme primer, yaitu
dengan mengangkat kelenjar yang membesar atau memiliki tumor. Prosedur ini
dinamakan paratiroidektomi. Prosedur ini juga dilakukan untuk
hiperparatiroidisme tersier.
Sebagian besar kasus hiperparatiroidisme primer dapat sembuh setelah
paratiroidektomi dilakukan. Sedangkan untuk penderita hiperparairoidisme
sekunder atau tersier, harapan sembuh akan sulit, terutama pada kondisi gagal
ginjal kronis.
2.7 WOC

Primer Adenoma/karsnino Absorbsi fosfat


ma meningkat

Hiperfungsi
Peningkatan Hormon paratiroid kelenjar tiroid
hormon paratiroid meningkat
dalam sirkulasi

Stimulasi kelenjar hiperparatiroid Peningkatan sekresi


paratiroid hormon PTH
meningkat

Ostisis fibrosa cystica Gagal ginjal

Sekresi hormon PTH Sekresi PTH


meningkat meningkat

Reabsorpsi kalsium Membentuk vit


D3 aktif
Pertumbuhan
osteoklas Pengembalian kalsium
dari makanan dalam

Reabsorbsi
Anoreksia dan mual Intake berkurang
tulang
muntah

Fraktur
Defisiensi
Ketidakseimbangan:
volume
nutrisi kurang dari
Intoleran cairan
kebutuhan tubuh
aktivitas
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
a. Biodata
Meliputi (nama, usia, jenis kelamin, suku dan kebangsaan, pendidikan,
pekerjaan, alamat).
b. Keluhatn utama
Fraktur tulang, kelemahan otot, kelelahan, tukak peptik, nyeri tulang
c. Riawayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit gagal ginjal
e. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakir
hiperparatiroidisme.
f. Pengkajian data dasar
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: otot lemah, kelelahan
Tanda: atrofi otot
2. Sirkulasi
Gejala: palpitasi
Tanda: disritmia, takikardi saat istirahat, syok
3. Makanan/cairan
Gejala: mual muntah, anoreksia
Tanda: pembesaran tiroid
4. Neurosensori
Tanda : gangguan status menatl dan perilaku seperti: bingung,
gelisah. Disorientasi
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri tulang
6. Pernapasan
Gejala: takipnea
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisien volume cairan
Domain 2. Kelas 5. Kode Diagnosis 00027
Definisi:
Penurunan cairan intravascular, interstitial, dan atau intraseluler ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium.
Batasan Karakteristik:
- Perubahan status mental - Kulit kering
- Penurunan turgor kulit - peningkatan suhu tubuh
- Penurunan tekanan darah - Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan tekanan nadi - Peningkatan hematokrit
- Penurunan turgor lidah -Penigkatan konsentrasi urine
- Penurunan berat badan tiba-tiba - Haus
- Penurunan pengiaian vena - Kelemahan
- Membran mukosa kering
Faktor yang berhubungan
- Hambatan mengakses cairan
- Asupan cairan kurang
- Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
Populasi berisiko
- Usia ekstrem
- Berat badan ekstrem
- Factor yang memengaruhi kebutuhan cairan
Kondisi terkait
- Kehilangan cairan aktif
- Gangguan meknisme pengaturan
- Gangguan yang memengaruhi absorpsi cairan
- Gangguan yang memengaruhi asupan cairan
- Kehilangan cairan hebat melalui rute normal
- Kehilangan cairan hebat melalui rute abnormal
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Domain 2. Kelas 1. Kode Diagnosis 00002
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic.
Batasan karakteristik:
- Kram abdomen - Kurang minat pada makan
- Nyeri abdomen - Tonus otot menurun
- Gangguan sensasi rasa - Kesalahan informasi
- Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
- Kerapuhan kapiler - Kesalahan persepsi
- Diare - Membran mukosa pucat
- Kehilangan rambut berlebihan - Sariawan rongga mulut
- Enggan makan - cepat kenyang setelah makan
- Asupan makanan kurang dari recommended daily allowance (RDA)
- Bising usus hiperaktif - kelemahan otot pengunyah
- Kurang informasi - Kelemahan otot untuk menelan
- Ketidakmampuan memakan makanan
- Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
Factor yang berhubungan
- Asupan diet kurang
Populasi beresiko
- Faktor biologis - Kesulitan ekonomi
Kondisi terkait
- Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
- Ketidakmampuan mencerna makanan
- Ketidakmampuan makan
- Gangguan psikososial

3. Intoleran aktivitas
Domain 4. Kelas 4. Kode diagnosis 00092
Definisi:
Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang
ingin dilakukan.
Batasan karakteristik
- Respon tekanan darah abnormal
- Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
- Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
- Perubahan elektrokardiogram (EKG)
- Dispnea setelah beraktivitas
- Keletihan
- Kelemahan umum
Faktor yang berhubungan
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Imobilitas
- Fisik tidak bugar
- Gaya hidup kurang gerak
- Tidak pengalaman dalam suatu aktivitas
Populasi beresiko
- Riwayat intoleran aktivitas sebelumnya
Kondisi terkait
- Masalah sirkulasi
- Gangguan pernapasan
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN
HASIL
Defisien volume Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang berat badan
cairan keperawatan selama ….. setiap hari dan monitor
masalah dapat teratasi dengan status pasien
kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda
- Tekanan darah (5) vital pasien
- Denyut nadi radial (5) 3. Monitor makanan/cairan
- Denyut perifer (5) yang dikonsumsi dan
- Turgor kulit (5) hitung kalori asupan
- Kelembapan membaran harian
mukosa (5) 4. Dukung pasien dan
- Berat badan stabil (5) keluarga untuk
- Keseimbangan intake dan membantu dalam
output dalam 24 jam (5) pemberian makan
- Serum elektrolit (5) dengan baik
Keterangan: 5. Berikan cairan dengan
1: sangat terganggu tepat
2: banyak terganggu 6. Berikan terapi IV seperti
3: cukup terganggu yang ditentukan
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan pilihan
nutrisi kurang dari keperawatan selama ….. makanan sambil
kebutuhan tubuh masalah dapat teratasi dengan menawarkan bimbingan
kriteria hasil: terhadap pilihan
- Asupan kalori (5) makanan yang lebih
- Asupan protein (5) sehat, jika diperlukan
- Asupan lemak (5) 2. Tentukan jumlah kalori
- Asupan karbohidrat (5) dan jenis nutrisi yang
- Asupan serat (5) dibutuhkan untuk
- Asupan vitamin (5) memenuhi persyaratan
- Asupan mineral (5) gizi
- Asupan kalsium (5) 3. Monitor kalori dan
- Asupan natrium (5) asupan makanan
- Asupan zat besi (5) 4. Monitor kecenderungan
Keterangan: terjadinya penurunan
1: sangat terganggu atau kenaikan berat
2: banyak terganggu badan
3: cukup terganggu 5. Kolaborasi dengan ahli
4: sedikit terganggu gizi terkait diet yang
5: tidak terganggu tepat
Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. monitor respon emosi,
keperawatan selama ….. fisik, soaial, spiritual
masalah dapat teratasi dengan terhadap aktivitas
kriteria hasil: 2. ciptakan lingkungan
- Saturasi oksigen ketika yang aman untuk dapat
beraktivitas (5) pergeraka otot secara
- Frekuensi nadi saat berkala sesuai dengan
beraktivitas (5) indikasi
- Frekuensi napas ketika 3. bantu dengan aktivitas
beraktivitas (5) fisik secara teratur
- Tekanan darah sistolik sesuai kebutuhan
ketika beraktivitas (5) 4. kolaborasi dengan ahli
- Tekanan darah diastolik terapi fisik, okupasi dan
ketika beraktivitas (5) terapis, rekreasional
Keterangan: dalam perencanaan dan
1: sangat terganggu pemantauan program
2: banyak terganggu aktivitas jika memang
3: cukup terganggu diperlukan
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Hoperparatiroidisme merupakan suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar
paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada
pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak
normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar
kalsium. Dengan manifestasi yang khas yanitu kelelahan; fraktur patologik, dan
kelemahan otot.
Penatalaksanaannya meliputi medis (eksplorasi leher). Pada
hiperparatiroidisme sekunder dapat juga diatasi dengan tindakan bedah. Namun
pada waktu yang sama lenoh penting untuk memperbaiki kelainan metabolik yang
menyebabkan hipersekresi PTH. Bila hiperplasia, paratiriodektomi subtotal dan
obat-obatan. Penatalaksanaannya meliputi hidrasi, mobilasisasi, diet.

4.2 SARAN
Mahasiswa/mahasiswi diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan hiperparatiroidisme secara benar.

DAFTAR PUSTAKA
Dortchman,J,M & Bulechek,G.M. 2008. Nursing interventions Classification
(NIC). 5th. America:Mosby Ellsevier
Moorhead, S. Dkk. 2008. Nursing Outcomes Classificaion (NOC). 5th. United
States of America:Mosby Elsevier
Nanda International. 2018. Diagnosa Kperawatan :definisi dan klasifikasi 2018-
2020. Jakarta:EGC
Pearce,CE. 2017. Anatomy Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:CV Prima
Grafika
Sudiono, J. 2009. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai