Anda di halaman 1dari 10

IMUNOLOGI

Sistem Komplemen

Oleh :
ARIF GUMILAR
(1402101010091)
KELAS 03

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAHKUALA
BANDA ACEH 2016

BAB I
PENDAHULUAN

Imunitas adalah kekebalan yang dikaitkan dengan adanya antibodi atau sel
yang mempunyai tanggap kebal terhadap mikroorganisme dari penyakit infeksi
tertentu atau terhadap toksinnya. Begitu antibodi tanggap pada permukaan
mikroorganisme yang menyerang, serangkaian protein plasma yang disebut
komplemen akan teraktivasi. Protein komplemen ini mampu menghancurkan
penyerang tersebut.
Komplemen adalah bahan larut humoral yang berperanan dalam imunitas
nonspesifik. Komplemen termasuk salah satu sistem enzim serum yang berfungsi
dalam inflamasi, opsonisasi dan kerusakan (lisis) membran patogen. Dewasa ini,
ada sekitar 20 jenis protein yang berperang dalam sistem komplemen
(Baratawidjaja, 2004).
Komplemen berupa molekul dari sistem imun nonspesifik larut dalam
keadaan tidak aktif yang dapat diaktifkan berbagai bahan seperti toksin (LPS)
bakteri. Komplemen dapat juga berperan dalam sistem imun spesifik yang setiap
waktu dapat diaktifkan kompleks imun. Hasil aktivasi tersebut menghasilkan
berbagai mediator yang mempunyai sifat biologik aktif dan beberapa diantaranya
merupakan enzim untuk reaksi berikutnya. Produk lainnya berupa protein
pengontrol dan beberapa lainnya tidak mempunyai aktivitas enzim. Aktivasi
komplemen merupakan usaha tubuh untuk menghancurkan antigen asing
(proteksi), namun sering pula menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
merugikan tubuh sendiri (Baratawidjaja, 2004).

BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM KOMPLEMEN
Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat kompleks
protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Ada 9 komponen dasar komplemen
yaitu C1 sampai C9 yang bila diaktifkan, dipecah menjadi bagian-bagian yang besar dan
kecil (C3a, C4a dan sebagainya). Fragmen yang besar dapat berupa enzim tersendiri dan
mengikat serta mengaktifkan molekul lain. Fragmen
tersebut dapat juga berinteraksi dengan inhibitor yang
menghentikan reaksi selanjutnya. Komplemen sangat
sensitif terhadap sinyal kecil, misalnya jumlah bakteri
yang sangat sedikit sudah dapat menimbulkan reaksi
beruntun yang biasanya menimbulkan reaksi lokal

(Baratawidjaja, 2004).
Unsur pokok sistem komplemen diwujudkan
oleh sekumpulan komponen protein yang terdapat
di dalam serum. Protein-protein ini dapat dibagi
menjadi protein fungsional yang menggambarkan
elemen dari berbagai jalur, dan protein pengatur
yang

menunjukkan

fungsi

pengendalian.

Komplemen sebagian besar disintesis di dalam


hepar oleh sel hepatosit, dan juga oleh sel fagosit
mononuklear yang berada dalam sirkulasi darah. Komplemen C l juga dapat di
sintesis oleh sel epitel lain diluar hepar. Komplemen yang dihasilkan oleh sel

fagosit mononuklear terutama akan disintesis ditempat dan waktu terjadinya


aktivasi.
Komponen C3 mempunyai fungsi sangat penting pada aktivasi
komplemen, baik melalui jalur klasik maupun jalur alternatif. Konsentrasi C3 jauh
lebih besar dibandingkan dengan fraksi
lainnya, hal ini menempatkan C3 pada
kedudukan

yang

penting

dalam

pengukuran kadar komplemen di dalam


serum. Penurunan kadar C3 di dalam
serum dapat dianggap menggambarkan
keadaan konsentrasi komplemen yang
menurun. Juga penurunan kadar C3 saja dapat dipakai sebagai gambaran adanya
aktivasi pada sistem komplemen.
Aktivasi komplemen menghasilkan sejumlah molekul efektor antara lain
anafilaktoisin, kemotaksin, adherens imun, opsonin dan membrane attack
complex yang mempunyai efek biologik (Baratawidjaja, 2004).
B. AKTIVASI KOMPLEMEN
a. Aktivasi Komplemen melalui Jalur Klasik
Jalur ini diawali dengan stimulasi dari kompleks antigen-antibodi yang
kemudian mengaktivasi C1q, C1r, C1s, ketiga komponen ini menghasilkan
komponen enzimatik yang menstimulasi C4, C4 menghasilkan komponen
enzimatik yang menstimulasi C2, komponen C2 ini kemudian menghasilkan
komponen enzimatik dan menstimulasi C3 Convertase (pusat katalitik sistem
komplemen).

(Gambar :Tiga Jenis Jalur Aktivasi Komplemen)


b. Aktivasi Komplemen melalui Jalur Alternatif
Jalur ini diawali oleh stimulasi dari permukaan patogen yang mengandung LPS
(Lipopolisakarida)

yang

kemudian

langsung

menstimulasi

C3,

C3

menghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasi faktor B, faktor B


menghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasi fakator D, faktor D
kemudian menghasilkan komponen enzimatik yang akhirnya mensimulasi C3
convertase.
c. Aktivasi Komplemen melalui Jalur Lektin
Jalur ini diawali oleh stimulasi dari kompleks manosa binding protein pada
permukaan patogen yang kemudian menstimulasi MBL, MASP-1, MASP-2.
Ketiga komponen ini kemudian mnghasilkan komponen enzimatik yang
menstimulasi C4, (seperti halnya pada jalur klasik) C4, C4 menghasilkan
komponen enzimatik yang menstimulasiC2, komponen C2 ini kemudian
menghasilkan komponen enzimatik dan menstimulasi C3 convertase (pusat
katalitik sistem komplemen).

Setelah ketiga jalur


tersebut

mengaktivasi

C3

Convertase, C3 convertase
ini kemudian menghasilkan
C3a, C5a dan C3b. C3a, C5a
kemudian menstimulasi peptida mediator untuk inflamasi dan menstimulasi
rekrutmen sel fagositik. C3b kemudian berikatan dengan reseptor komplemen
pada sel fagositik dan kemudian menstimulasi opsonisasi dan penghilangan
kompleks imun. Selain itu, C3b juga menstimulasi komponen terminal
komplemen

yang

kemudian

terjadi

reaksi

cascade

menstimulasi

C5b,C6,C7,C8,C9 dan akhirnya membentuk Membran attack complex dan


menyebabkan lisis pada patogen.
C. RESEPTOR KOMPLEMEN
Ada beberapa reseptor spesifik yang berikatan dengan komponen
komplemen dan fragmen pada komplemen. CR1 dan CR3 adalah komponen
penting dalam menginduksi proses fagositosis bakteri. CR2 terutaman ditemukan
pada sel B yaitu kompleks sel B-koreseptor dan menjadi reseptor terhadap virus
Epstein-Barr yang menyebabkan infeksi mononukleusis. CR1 dan CR2 saling
membagi struktur komplemen-regulatory protein yang mengikat C3b dan C4b.
CR3 dan CR4 saling berintegrasi, CR3 untuk proses migrasi dan adesi leukosit,
sedangkan CR4 untuk respon fagositosis. Reseptor C5a dan C3a adalah bagian
dari tujuh pasang pada untaian G protein. FDC sebagai sel folikular dendritik
tidak terlibat dalam imunitas bawaan (innate immunity).

Anafilaksis dan kemotaksis


C3a, C4a dan C5a disebut anafilatoksin oleh karena dapat memacu sel
mast dan sel basofil untuk melepaskan mediator kimia yang dapat meningkatkan
permeabilitas dan kontraksi otot polos vaskular. Reseptor C3a dan C4a terdapat
pada permukaan sel mast, sel basofil, otot polos dan limfosit. Reseptor C5a
terdapat pada permukaan sel mast, basofil, netrofil, monosit, makrofag, dan sel
endotelium.
Melekatnya
anafilatoksin pada reseptor
yang terdapat pada otot
polos

menyebabkan

kontraksi otot polos tersebut. Untuk mekanisme ini C5a adalah yang paling poten
dan C4a adalah yang paling lemah. C5a juga mempunyai sifat yang tidak dimiliki
oleh C3a dan C4a; oleh karena C5a juga mempunyai reseptor yang spesifik pada
permukaan sel-sel fagosit maka C5a dapat menarik sel-sel fagosit tersebut
bergerak ke tempat mikroorganisme, benda asing atau jaringan yang rusak; proses
ini disebut kemotaksis. Juga setelah melekat C5a dapat merangsang metabolisme
oksidatif dari sel fagosit tersebut sehingga dapat meningkatkan daya untuk
memusnahkan mikroorganisme atau benda asing tersebut.

Opsonisasi dan peningkatan fungsi fagositosis

Fagositosis yang diperkuat oleh proses opsonisasi C3b dan iC3b yang dibantu
oleh IgG atau IgM mungkin merupakan mekanisme pertahanan utama terhadap
infeksi bakteri dan jamur secara sistemik.
Proses peradangan
Kombinasi dari semua fungsi yang tersebut diatas mengakibatkan terkumpulnya
sel-sel dan serum protein yang diperlukan untuk terjadinya proses dalam rangka
memusnahkan mikroorganisme atau benda asing tersebut.
Pelarutan dan eliminasi kompleks imun
Kompleks imun yang beredar mengaktifkan komplemen dan mengaktifkan
fragmen C3b yang menempel pada antigen. Kompleks tersebut akan berikatan
dengan reseptor pada permukaan eritrosit. Pada waktu sirkulasi eritrosit melewati
hati dan limpa, maka sel fagosit dalam limpa dan hati (sel Kupffer) dapat
membersihkan kompleks imun yang terdapat pada permukaan sel eritrosit
tersebut.
D. REGULATOR
Aktivasi komplemen dikontrol melalui tiga mekanisme utama, yaitu 1)
komponen komplemen yang sudah diaktifkan biasanya ada dalam bentuk yang
tidak stabil sehingga bila tidak berikatan dengan komplemen berikutnya akan
rusak, 2) adanya beberapa inhibitor yang spesifik misalnya C1 esterase inhibitor,
faktor I dan faktor H, 3) pada permukaan membran sel terdapat protein yang dapat
merusak fragmen komplemen yang melekat.

BAB III
PENUTUP

Sistem komplemen adalah salah satu mekanisme penting pada pengenalan


infeksi patogen dan menjadi pertahanan awal yang efektif bagi tubuh saat infeksi
awal patogen. Komplemen adalah sistem protein plasma yang dapat aktif secara
langsung oleh ikatan patogen atau tidak langsung oleh ikatan antibodi-patogen,
menyebabkan suatu reaksi kaskade pada permukaan patogen dan menghasilkan
komponen yang aktif dengan berbagai fungsi efektor. Ada 3 macam jalur aktivasi
komplemen yaitu jalur klasik, jalur alternatif dan jalur lektin. Ketiga jalur tersebut
dapat menginduksi antibodi secara independen dalam imunitas bawaan (innate
immunity). Ketiga jalur akan mengaktifkan enzim C3 convertase, yang akan
menghasilkan komponen C3b. Pengikatan C3b dengan molekul patogen menjadi
pusat aktivasi komplemen yang akhirnya membentuk Membran attack complex
dan menyebabkan lisis pada patogen.

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja,K.G. 2004. Imunologi Dasar Edisi Ke-6. Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Bookshelf. 2001. The Complement System and Innate immunity.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK27100/. Janeway CA Jr, Travers
P, Walport M, and shlomchik,M. Immunobiology: The Immune System in
Health and Disease. 5th edition. New York: Garland Science. 2001.
Diakses tanggal 11 November 2016.
Brown EJ, Joiner KA, Frank MM. 2000. Complement. In fundamental
immunology. New York: aven Press.

Anda mungkin juga menyukai