Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN MANDIRI

STUDI NYAMUK VEKTOR FILARIASIS DI DESA GASING


KECAMATAN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Ketua :
Dr. Erwin Edyansyah, SKM, M.Sc
NIDN. 4006037502

Anggota :
Herry Hermansyah, SKM., M.Kes
NIDN. 40180570001

Drs Refai, M.Kes


NIDN. 4005076101

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
DESEMBER 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI

Judul Penelitian :Studi Nyamuk Vektor filariasis di Desa Gasing


Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan
Peneliti
1. Nama Lengkap : Dr. Erwin Edyansyah, SKM, M.Sc
2. NIDN/NIP : 4006037502 / 197503061994031002
3. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
4. Program Studi : D3 Teknologi Laboratorium Medis
5. Nomor Hp : 085383864330
6. Alamat Surel (email) : erwinedyansyah@poltekkespalembang.ac.id
Anggota Peneliti (1)
a. Nama Lengkap : Herry Hermansyah, SKM, M.Kes
b. NIDN/NIP : 4017118002/ 198011172001122003
c. Program Studi : D.III Teknologi Laboratorium Medis
d. Perguruan Tinggi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang
Anggota Peneliti (2)
b. Nama Lengkap : Drs. Refai, M.Kes
b. NIDN/NIP : 4005076101/ 198
c. Program Studi : D.III Teknologi Laboratorium Medis
d. Perguruan Tinggi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang

Biaya Penelitian : Rp5.000.000 (lima juta rupiah)

Mengetahui, Palembang, Desember 2022


Ka. Prodi Ketua Peneliti

Nurhayati, S.Pd, SKM, M.Kes Dr. Erwin Edyansyah, SKM, M.Sc


NIP .197009241991032001 NIP. 197503061994031002

Menyetujui :
Ka. Pusat Penelitian dan Pengmas

Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes


NIP. 196302141994021001

Mengesahkan,
Direktur Poltekkes Kemenkes Palembang

Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes


NIP. 196803012001121001

ii
RINGKASAN
Latar belakang: Secara epidemiologis dapat dikatakan bahwa filariasis limfatik
melibatkan banyak faktor yang sangat kompleks yaitu cacing filaria limfatik
sebagai agen penyakit, manusia sebagai hospes dan nyamuk dewasa sebagai vektor
serta faktor lingkungan fisik, biologik dan sosial. Filariasis limfatik masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di daerah
pedesaan. Filariasis limfatik ditemukan di daerah dataran rendah mencakup daerah
perkotaan dan pedesaan, di daerah pantai, pedalaman, daerah rawa, persawahan dan
hutan.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui vektor filariasis di Desa Gasing Kabupaten


Banyuasin Sumatera Selatan.

Desain penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat
deskriptif dengan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana variabel
dependen dan variabel independen dilakukan pengukuran dalam waktu yang
bersamaan. Sampel penelitian adalah nyamuk yang tertangkap di Desa Gasing.

Manfaat Penelitian: Memberikan informasi nyamuk yang ditemukan di Desa


Gasing Kabupaten Banyauasin Provinsi Sumatera Selatan

Hasil Penelitian: hasil nyamuk yang tertangkap adalah Cx. quiquefasciatus UOD:
64 ekor dan UOL: 57 ekor. Cx. vishnui UOD: 46 ekor dan UOL: 32 ekor; Cx.
gelidus UOD: 35 ekor dan UOL: 27 ekor; Cx. tritaeniorhyncus UOD: 23 ekor dan
UOL: 16 ekor; Ma. uniformis UOD 9 ekor dan UOL 6 ekor; Ma. indiana UOD: 2
ekor dan UOL: 3 ekor; Ma. bonneae UOD; 2 ekor dan UOL: 1 ekor; Ae. aegypti
UOD: 1 ekor dan UOL: 1 ekor.

Kesimpulan: Perilaku nyamuk di Desa Gasing cenderung antropofilik, eksofagik,


eksofilik dan nokturnal. Untuk masyarakat Desa Gasing agar memperhatikan
kondisi lingkungan dan membersihkan got/saluran air, rawa sehingga dapat
mengurangi tempat breeding place nyamuk

Kata kunci : Vektor nyamuk, Filariasis,


Kepustakaan : 18 (1962-2018)

iii
PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah Penelitian mandiri dengan judul “Studi Nyamuk Vektor filariasis di
Desa Gasing Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, khususnya kepada Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt,
MM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Palembang. Bapak DR. Drs.,
Sonlimar Mangunsong, Apt., M.Kes, selaku Kepala Unit Penelitian Politeknik
Kesehatan Palembang. Ibu Nurhayati, S.Pd., SKM, M.Kes., selaku Ketua Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis Palembang dan reviewer yang telah meluangkan
waktu serta memberikan bimbingan dalam pembuatan Karya Ilmiah penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini tidak seutuhnya sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat
bermanfaat.

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL..........…............................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................… ii
RINGKASAN……………………….................................................… iii
PRAKATA…......................................................................................… iv
DAFTAR ISI………............................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR….......................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 10
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Filariasis limfatik..................................................................... 12
2.2 Epidemiologi.......................................................................... 17
2.3 Bionomik nyamuk...............................................................… 18

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


3.1 Tujuan Penelitian..................................................................... 21
3.2 Manfaat penelitian...................................................................... 21

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Jenis dan Desain Penelitian......................................................... 22
4.2 Populasi dan Sampel................................................................... 22
4.3 Waktu dan Tempat ..................................................................... 22
4.4 Teknik Sampling.......................................................................... 22
4.5 Jenis dan Teknik pengumpulan data ........................................ 22

v
4.6 Instrumen dan Bahan Penelitian .....................…........................ 23
4.7 Prosedur Penelitian..................................................................... 25
4.8 Management Data..................................................................... 25

BAB V HASIL, PEMBAHASAN DAN LUARAN YANG DICAPAI 26


BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 30
BABVII KESIMPULAN DAN SARAN 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Hal
Tabel 1 : Hasil Penangkapan Nyamuk Desa Gasing, Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan Setiap Jam........................................................... 26

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal
Gambar 1 Mikrofilaria Filariasis Limfatik.................................................. 13
Gambar 2 Daur hidup B. malayi................................................................... 15
Gambar 3 Daur hidup B. malayi tipe sub periodik nokturnal dan
non periodik................................................................................ 16

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomer
1. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti
2. Surat Pernyataan Ketua Peneliti
3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
4. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek penelitian
5. Informed Consent
6. Kuesioner Penelitian
7. SK Penelitian 2022
8. Sertifikat Layak Etik
9. Surat Izin Penelitian
10. Foto Kegiatan
11. Analisa Data
12. Hasil Pemeriksaan dari BBLK
13. Manuskrip Artikel
14. Bukti Submit

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara epidemiologis dapat dikatakan bahwa filariasis limfatik melibatkan

banyak faktor yang sangat kompleks yaitu cacing filaria limfatik sebagai agen

penyakit, manusia sebagai hospes dan nyamuk dewasa sebagai vektor serta faktor

lingkungan fisik, biologik dan sosial. Filariasis limfatik masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan. Filariasis limfatik

ditemukan di daerah dataran rendah mencakup daerah perkotaan dan pedesaan, di

daerah pantai, pedalaman, daerah rawa, persawahan dan hutan (Depkes RI, 2008).

Faktor-faktor yang berperan penting dalam penyebaran filariasis limfatik

(epidemiologi filariasis) perlu diamati dalam usaha pemutusan mata rantai

penularannya. Pemutusan mata rantai penularan terbaik adalah penatalaksanaan

kasus (menyembuhkan penderita filariasis) serta melakukan pengamatan vektor

penular filariasis secaraterus menerus sebagai dasar dalam pemberantasan vektor

serta menghilangkan tempat-tempat perindukan nyamuk (Lasbudi et al., 2004).

Keragaman vektor filariasis di Indonesia untuk vektor Brugia terdiri atas

enam spesies Mansonia yaitu Ma. bonneae, Ma .dives, Ma. annulata, Ma. indiana,

Ma. uniformis, Ma. annulifera dan An. barbirostris (Direktorat PPBB, 2004).

Filariasis limfatik yang disebabkan oleh B. malayi di Provinsi Sumatera Selatan

ditemukan di hampir semua kabupaten, dan sampai tahun 2015 ada 232 pasien

dengan filariasis kronis. Banyuasin adalah salah satu kabupaten dengan banyak

10
kasus filariasis, dengan beberapa desa termasuk sebagai daerah endemik tinggi

dengan Malaya filariasis [5]. Di beberapa daerah endemik, penularan parasit masih

terjadi, yang ditunjukkan dengan penemuan kasus filariasis klinis baru setiap tahun.

Endemisitas suatu daerah mencerminkan interaksi beberapa faktor, yaitu host

(genetik dan imunologis), parasit (jenis, strain, dan dosis infektif), vektor nyamuk,

dan lingkungannya [6,7]. Keberadaan nyamuk sebagai vektor penularan filariasis

memainkan peran kunci dalam penyebaran yang dikaitkan dengan kondisi

lingkungan dan perilaku penduduk setempat. Beberapa Mansonia spp. dapat

menjadi vektor zoonosis nokturnal tipe subperiodik B. malayi [10,11]. Desa Gasing

adalah daerah dengan beberapa sungai, sawah, dan hutan rawa, yang cocok untuk

habitat pengembangbiakan Mansonia yang dapat berperan sebagai vektor zoonosis

filariasis malayi. B. malayi diketahui bersifat zoonosis karena dapat ditularkan dari

hewan (mamalia dan primata) ke manusia atau dari manusia ke manusia melalui

vektor nyamuk [8,9]. Lingkungan sangat berpengaruh pada rantai transmisi dan

distribusi filariasis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nyamuk yang

banyak ditemukan di Desa Gasing tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Belum diketahuinya vektor nyamuk Filariasis yang ditemukan di Desa
Gasing Kecmatan Banyuasin Sumatera Selatan.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Bagaimana gambaran nyamuk vektor Filariasis di Desa Gasing Kecamatan
Banyuasin Sumatera Selatan ?

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filariasis limfatik

Filariasis limfatik adalah infeksi yang disebabkan tiga cacing nematoda

yang ditularkan oleh gigitan nyamuk infektif. Meskipun tidak menyebabkan

kematian, penyakit ini menyebabkan penderitaan yang cukup banyak dan

kecacatan. W. bancrofti memiliki distribusi geografis terluas di Afrika, Asia,

Karibia, Amerika Latin dan Lautan Pasifik Selatan. B. malayi geografisnya yang

lebih terbatas, yang ditemukan di Barat Daya India, Cina, Indonesia, Malaysia,

Korea, Filipina dan Vietnam. B. timori ditemukan di Timor, Flores, Alor

(Satoskar et al., 2009).

Daerah endemis filariasis pada umumnya adalah daerah dataran rendah,

terutama di pedesaan, pantai, pedalaman, persawahan, rawa-rawa dan hutan.

Secara umum, W.bancrofti tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,

Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. W. bancrofti kawasan pedesaan masih

banyak ditemukan di Papua, Nusa Tenggara Timur, sedangkan W. bancrofti

perkotaan banyak ditemukan di kota seperti di Jakarta, Bekasi, Semarang,

Tangerang, Pekalongan dan Lebak. B. malayi tersebar di Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, dan beberapa pulau di Maluku. B. timori terdapat di kepulauan Flores,

Alor, Rote, Timor dan Sumba, umumnya endemik di daerah persawahan

(Kemenkes, 2014).

12
1) Morfologi B. malayi

Cacing dewasa jantan B. malayi berukuran 3,5 cm x 0,1 mm dan betina 5-6

cm × 0,1 mm. Cacing dewasa jantan ekornya melengkung ke arah ventral

berukuran 23 mm dan betina berukuran 40 mm ekor lurus. Larva stadium 1 (L1)

bentuk seperti sosis, ekor lancip, panjang 127 µm (Satoskar et al., 2009).

Larva stadium 1 (L1) bentuk seperti sosis, ekor lancip, panjang 127 µm.

Larva stadium 2 (L2) bentuk lebih panjang dari L1, ekor pendek seperti kerucut,

panjang 450 µm. Larva stadium 3 (L3) bentuk langsing panjang, panjang 1200

µm, pada ekor terdapat tonjolan di bagian posterior tubuhnya. Mikrofilaria B.

malayi panjangnya 175-230 µm, bersarung merah pada pewarnaan giemsa,

lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya dua kali lebarnya, badannya

mempunyai inti-inti tidak teratur, ekornya mempunyai satu-dua inti tambahan

(Heelan dan Ingersoll, 2002; John dan Petri, 2006; Satoskar et al., 2009; Ideham

dan Pusarawati, 2009).

A B C

Gambar 1. Mikrofilaria Filariasis Limfatik:


A. W. bancrofti, B. B. malayi, C. B. timori (CDC, 2013)

13
2) Daur hidup B. malayi

Daur hidup parasit B. malayi ini cukup panjang, masa pertumbuhannya di

dalam tubuh nyamuk kurang lebih 3 bulan. Nyamuk biasanya menghisap darah

penderita yang mengandung mikrofilaria dengan kepadatan tertentu. Jika

kepadatan mikrofilaria terlalu tinggi maka perkembangan mikrofilaria menjadi

L3 berlangsung lambat dan jika kepadatan mikrofilaria terlalu rendah maka tidak

ada mikrofilaria yang terisap oleh nyamuk vektor (WHO, 1997).

Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya di dalam

lambung, menembus dinding lambung dan bersarang dalam otot-otot

torakskemudian berkembang menjadi L1 dan berganti kulit tumbuh lebih gemuk

dan panjang disebut L2, selanjutnya jadi L3 yang lebih kurus dan makin panjang,

L3 ini merupakan bentuk infektif kemudian bermigrasi mula-mula ke abdomen,

kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Proses ini membutuhkan 10-12 hari

dari tahap L1 ke tahap L3. Bila nyamuk yang mengandung L3 menggigit

manusia maka secara aktif larva tersebut masuk melalui luka dan masuk ke tubuh

hospes. Ketika L3 masuk dalam tubuh manusia memerlukan periode waktu lama

untuk berkembang menjadi cacing dewasa. L3 B. malayi akan menjadi cacing

dewasa dalam kurun waktu lebih dari 3,5 bulan. Di dalam tubuh hospes L3

mengalami pergantian kulit dan membentuk L4. Kemudian L4 akan ketahap

selanjutnya yaitu membentuk cacing dewasa jantan dan betina. Dalam tubuh

manusia, cacing dewasa jantan dan betina berada di sistem limfatik. Umur

cacing dewasa adalah 4-6 tahun. Cacing dewasa ini kemudian memproduksi

anak cacing (mikrofilaria) yang dapat menular (infektif). Mikrofilaria bermigrasi

14
antara sistem getah bening dan saluran darah untuk mencapai pembuluh darah

perifer, sering kali bertepatan dengan aktivitas menggigit puncak vektor

nyamuk. Mikrofilaria akan terhisap oleh nyamuk yang menggigitnya dan

kemudian ditularkan kembali pada orang lain (Nutman, 2001; WHO, 2013).

Gambar 2. Daur hidup B. malayi (CDC, 2013)

Gambar di atas merupakan daur hidup B. malayi tipe periodik nokturnal,

sub periodik nokturnal dan non periodik. Selain itu untuk daur hidup B. malayi

tipe sub periodik nokturnal dan non periodik juga terdapat pada kucing dan kera

dengan nyamuk penularnya adalah nyamuk Mansonia (Kemenkes, 2014).

15
Gambar 3. Daur hidup B. malayi tipe sub periodik nokturnal dan
non periodik (Kemenkes, 2014)

3) Gejala klinis filariasis malayi

Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gejala klinis filariasis timori.

Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan saluran

dan kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya

mengenai kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering terjadi

timbul setelah penderita bekerja berat di ladang atau sawah. Limfadenitis

biasanya berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh dengan sendirinya, tanpa

pengobatan. Kadang-kadang peradangan pada kelenjar limfe ini menjalar ke

bawah, mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitis retrograd. Pada

stadium ini tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala

limfadema. Limfadenitis dapat pula berkembang menjadi bisul, pecah menjadi

ulkus (Sanjaja, 2007).

16
4) Pengobatan

Pengobatan menggunakan obat Diethylcarbamazine Citrate (DEC) dan

Albendazole yang terbukti efektif dalam memutus rantai penularan pada daerah

yang endemis filariasis. Obat lain yang digunakan adalah obat untuk

penanggulangan kejadian ikutan pasca pengobatan yaitu Parasetamol, Antasida,

Deksametasone, injeksi Kortison dan lain-lain.DEC merupakan obat filariasis

terpilih terhadap mikrofilaria. Dosis DEC yang dianjurkan yaitu 5 mg/kg BB

dikombinasi dengan Albendazole 400 mg digunakan untuk mengontrol filariasis

limfatik, dapat menurunkan mikrofilaria dengan baik selama setahun. Pemberian

sekali setahun selama minimal 5 tahun berturut-turut (Kemenkes RI, 2014).

2.2 Epidemiologi

Epidemiologi mempelajari faktor-faktor yang menentukan frekuensi dan

distribusi penyakit dalam populasi.Berbagai data dalam jumlah besar perlu

dikumpulkan untuk mencoba dan membentuk pola distribusi infeksi parasit. Data

diperoleh baik secara langsung di lapangan atau dari sumber seperti rumah sakit

atau klinik kesehatan daerah (Chernin, 2000; Romich, 2008).

Untuk dapat memahami epidemiologi filariasis, perlu diperhatikan faktor-

faktor seperti adanya host, agent, dan environment. Adapun host dari penyakit

filariasis adalah dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi,

budaya, perilaku, hospes reservoar, vektor. Agent dari penyakit filariasis adalah

B. malayi. Sedangkan dari segi environment yang mempengaruhi kejadian

filariasis adalah lingkungan rumah baik dalam rumah maupun luar rumah,

lingkungan biologi, dan lingkungan kimia (Depkes RI, 2008).

17
Transmisi filariasis dalam masyarakat dipengaruhi oleh jumlah orang yang

terinfeksi (prevalensi), kepadatan mikrofilaria dalam darah orang yang terinfeksi,

kepadatan vektor nyamuk, karakteristik vektor yang mempengaruhi perkembangan

larva infektif dan frekuensi kontak manusia-vektor. Kondisi lingkungan setempat

juga mempengaruhi transmisi filariasis (WHO, 2013).

2.3 Bionomik nyamuk

Untuk melaksanakan pemberantasan vektor Filariasis, perlu mengetahui

bionomik (tata hidup) vektor yang mencakup tempat berkembang biak, perilaku

menggigit (mencari darah) dan tempat istirahat. Tempat perindukan nyamuk

berbeda-beda tergantung jenisnya. Umumnya nyamuk beristirahat di tempat-

tempat teduh, seperti semak-semak di sekitar tempat perindukan dan di dalam

rumah pada tempat-tempat yang gelap. Sifat nyamuk dalam memilih jenis

mangsanya berbeda-beda, dapat hanya menyukai darah manusia (antropofilik),

darah hewan (zoofilik), atau darah hewan dan manusia (zooantropofilik). Sifat

nyamuk dalam mencari mangsanya berbeda-beda, dapat hanya di luar rumah

(eksofagik) atau dalam rumah (endofagik). Demikian juga untuk tempat istirahat

ada yang di dalam rumah (endofilik) atau di luar rumah (eksofilik). Perilaku

nyamuk ini dapat berpengaruh terhadap distribusi kasus filariasis (Hoedoyo, 2008;

Kemenkes RI 2014).

Setiap jenis nyamuk pada waktu aktivitasnya akan melakukan orientasi

terhadap habitatnya, dimana ada terdapat keadaan-keadaan yang disenangi untuk

memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Habitat nyamuk diatur oleh sejumlah faktor

lingkungan seperti: suhu, kelembaban, daya tarik hospes, daya tarik tempat untuk

18
berkembang biak dan tempat istirahatnya. Pergerakan nyamuk dari tempat

perkembangbiakan ke tempat istirahat, lalu ke tempat hospes selanjutnya

ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk.

Penelitian Lasbudi et al. (2004) di Desa Sebubus Sumatera Selatan dari hasil

penangkapan nyamuk yang dilaksanakan dari pukul 18.00-06.00 WIB berhasil

didapatkan nyamuk sebanyak 369 ekor yang terdiri dari 5 spesies nyamuk yaitu

Ma. bonneae/dives sebanyak 225 ekor, Ma. Uniformis sebanyak 29 ekor, Culex sp

sebanyak 91 ekor, An. separatus sebanyak 3 ekor dan Ae. Aegypti sebanyak 2 ekor.

Kepadatan populasi nyamuk Ma. bonneae/dives lebih tinggi di luar rumah 224 ekor

dibandingkan di dalam rumah 145 ekor.

Penelitian Santoso et al. (2006) di Desa Sungai Rengit Kabupaten

Banyuasin Sumatera Selatan berdasarkan hasil nyamuk yang berhasil ditangkap

berjumlah 1.174 ekor dan jumlah yang paling banyak ditemukan Ma. Uniformis

868 ekor. Penelitian Amin et al. (2013) di Sudan didapatkan hasil 1.953 nyamuk

yang ditemukan yang terdiri atas spesies An. squamosus, An. pharoensis, An.

rufipes, An. funestus, Cx. quinquefasicatus, Cx. univitatus, Cx.

anntenatus dan Cx. Sitiens.

Penelitian Edyansyah et al. (2011) di Desa Muara Padang Kabupaten

Banyuasin Sumatera Selatan dari hasil didapatkan nyamuk berjumlah 701 ekor

terdiri dari 14 spesies nyamuk yaitu Ae. albopictus, Ae. aegypti, Cx.

tritaeniorhyncus, Cx. quinquifasciatus, Cx. fuscocephalus, Cx. gellidus, Cx. sitiens,

Cx. hutchinsoni, Cx. sinensis, Cx. solitaries, Ma. dives/bonneae, Ma. uniformis,

Ma. indiana, Ma. annulata dengan jumlah spesies terbanyak Ma. dives/bonneae

19
berjumlah 268 ekor. Setelah dilakukan pemeliharaan selama 10-14 hari dan

dilakukan pembedahan dari 701 ekor nyamuk tidak ditemukan adanya L3.

C. Kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

Host

Definitif: Manusia

Reservoar:
- Kucing: domestik
- Kera: domestik` Survei nyamuk

Vektor

Ket : = diteliti = tidak diteliti

20
21

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui vektor filariasis di Desa Gasing Kabupaten Banyuasin
Sumatera Selatan.

3.2 Manfaat Penelitian


Memberikan informasi nyamuk yang ditemukan di Desa Gasing Kabupaten
Banyauasin Provinsi Sumatera Selatan dan sebagai sarana ilmu pengetahuan
dibidang Parasitologi.

21
22

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif
dengan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana variabel dependen dan
variabel independen dilakukan pengukuran dalam waktu yang bersamaan.

4.2 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh nyamuk yang ada di Desa Gasing
Kabupaten Banyuasin
2. Sampel
Sampel penelitian adalah nyamuk yang tertangkap di Desa Gasing.

4.3 Waktu dan Tempat


1. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada tahun 2022.
2. Tempat Penelitian
Pengambilan sampel akan dilakukan di wilayah Desa Gasing Kabupaten
Banyuasin.

4.4 Teknik sampling.


Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
accidental sampling, dimana nyamuk yang ditemukan atau tertangkap pada saat
penelitian dijadikan sampel.

4.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


1. Data primer : data diperoleh secara langsung dengan cara pemeriksaan
laboratorium.

22
23

2. Data penunjang : data diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan Provinsi


Sumatera Selatan.

4.6 Instrumen dan Bahan Penelitian


Alat : kaca benda, aspirator, perangkap lampu (light trap), mikroskop, Bahan :
kloroform.
Cara kerja (Kemenkes, 2014) :
Survei bionomik nyamuk
Cara Kerja : pengumpulan nyamuk pradewasa menggunakan ciduk,
jentik/larva diciduk dari tempat perindukan. Nyamuk pradewasa yang
terciduk beserta seluruh isi ciduk dituangkan ke dalam nampan untuk
selanjutnya dimasukkan ke dalam botol kecil menggunakan pipet dan botol
disumbat dengan kapas. Jika jentik tumbuh menjadi dewasa, nyamuk
dimatikan dengan kloroform untuk kemudian diidentifikasi di bawah
mikroskop.
Penangkapan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1)
penangkapan dengan umpan badan orang (human-bait trap) dilakukan
terutama pada malam hari baik di dalam maupun di luar rumah selama 2-3
jam sejak pukul 18.00. jumlah penangkap nyamuk 5 orang, 2 orang di dalam
rumah, sedangkan 3 orang menangkap di luar rumah. Penangkapan
dilakukan dengan cara seorang menyediakan anggota tubuhnya (lengan dan
kaki bawah) dalam keadaan tidak tertutup pakaian, sedangkan seorang
lainnya menangkap nyamuk yang terlihat menggigit tangan atau kakinya
dengan aspirator. Penangkapan yang dilakukan oleh 1 orang juga dapat
dikerjakan dengan cara menangkap nyamuk yang sedang menggigit tangan
atau kakinya sendiri yang tidak terlindungi oleh pakaian. Setiap jam
digunakan 45-50 menit untuk kegiatan penangkapan. 2) penangkapan
nyamuk yang istirahat pada malam hari (night resting collection), dilakukan
baik di dalam rumah (pada dinding, perabotan, pakaian, kelambu, berbagai
benda tergantung, lantai, dan lain-lain) maupun di luar rumah seperti di
dalam dan sekitar kandang ternak, pada tanaman dan pada benda-benda

23
24

tergantung/tergeletak yang terlihat dihinggapi nyamuk. Lama penangkapan


15 menit tiap jamnya. 3) penangkapan nyamuk pada pagi hari (morning
collection) dilakukan baik di dalam ataupun di luar rumah selama 2-3 jam
dimulai dari pukul 08.00-11.00. 4) penangkapan nyamuk dengan perangkap
lampu (light trap) dilakukan dengan cara memasang alat penangkapan ini
semalaman dari jam 18.00-06.00. Penempatan perangkap lampu diatur
secara bergantian yaitu ditempatkan di dekat kandang ternak, digantung
pada tangkai pohon dengan jarak 15 m dari rumah atau 50 m dari rumah
(WHO, 1997).

4.7 Prosedur Penelitian

Masalah

Survei

Nyamuk
Konsul

Proposal Indentifikasi

Seminar Proposal
Analisa Data

Perbaikan
Hasil

Penelitian

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

24
25

4.8 Manajeman Data


Analisis data menggambarkan bionomik nyamuk. Data statistik hasil
penelitian disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan grafik.

25
BAB V
HASIL, PEMBAHASAN DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 Hasil
Hasil penelitian bionomik nyamuk yang tertangkap di Desa Gasing
Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan disajikan pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 . Hasil Penangkapan Nyamuk Desa Gasing, Kabupaten Banyuasin,


Sumatera Selatan Setiap Jam

No Jam (WIB) Spesies Nyamuk Umpan Umpan Orang


Orang Luar/UOL
Dalam/UOD (ekor)
(ekor)
1 18.00-19.00 Cx. quiquefasciatus 17 12
Cx. vishnui 10 8
Cx. Gelidus 12 5
Cx. tritaeniorhyncus 5 4
Ma. uniformis 3 1
Ma. indiana 1 1
Ma. Boneae 2 1
Aedes aegypti 1 1
2 19.00-20.00 Cx. quiquefasciatus 11 10
Cx. vishnui 9 6
Cx. gelidus 7 6
Cx. tritaeniorhyncus 4 2
Ma. uniformis 1 2
Ma. indiana 1 1
3 20.00-21.00 Cx. quiquefasciatus 7 9
Cx. vishnui 8 5
Cx. gelidus 3 5
Cx. tritaeniorhyncus 3 3
Ma. uniformis 1 2
Ma. indiana 0 1
4 21.00-22.00 Cx. quiquefasciatus 6 5
Cx. vishnui 4 4
Cx. gelidus 2 1
Cx. tritaeniorhyncus 2 1
Ma. uniformis 1 0
5 22.00-23.00 Cx. quiquefasciatus 2 3
Cx. vishnui 3 2
Cx. gelidus 1 1
Cx. tritaeniorhyncus 1 1
Ma. uniformis 1 0
6 23.00-24.00 Cx. quiquefasciatus 2 1
Cx. Vishnui 2 1
Cx. tritaeniorhyncus 1 1
7 24.00-01.00 Cx. quiquefasciatus 2 3
Cx. vishnui 3 2

26
Cx. gelidus 1 1
Cx. tritaeniorhyncus 1 1
8 01.00-02.00 Cx. Quiquefasciatus 2 2
Cx. vishnui 1 1
Cx. gelidus 1 1
Cx. tritaeniorhyncus 1 0
Ma. uniformis 1 0
9 02.00-03.00 Cx. quiquefasciatus 2 2
Cx. gelidus 1 1
Cx. tritaeniorhyncus 1 0
10 03.00-04.00 Cx. quiquefasciatus 5 4
Cx. gelidus 3 2
Cx. tritaeniorhyncus 2 2
11 04.00-05.00 Cx. quiquefasciatus 8 6
Cx. vishnui 5 3
Cx. gelidus 4 4
Cx. tritaeniorhyncus 2 1
Ma. uniformis 1 1
Jumlah Cx. quiquefasciatus 64 57
Cx. vishnui 46 32
Cx. gelidus 35 27
Cx. tritaeniorhyncus 23 16
Ma. uniformis 9 6
Ma. indiana 2 3
Ma. boneae 2 1
Ae. aegypti 1 1

Dari hasil Tabel 1 di atas didapatkan hasil nyamuk yang tertangkap adalah Cx.
quiquefasciatus UOD: 64 ekor dan UOL: 57 ekor. Cx. vishnui UOD: 46 ekor dan
UOL: 32 ekor; Cx. gelidus UOD: 35 ekor dan UOL: 27 ekor; Cx. tritaeniorhyncus
UOD: 23 ekor dan UOL: 16 ekor; Ma. uniformis UOD 9 ekor dan UOL 6 ekor; Ma.
indiana UOD: 2 ekor dan UOL: 3 ekor; Ma. Bonneae UOD; 2 ekor dan UOL: 1
ekor; Ae. aegypti UOD: 1 ekor dan UOL: 1 ekor. Perilaku nyamuk di Desa Gasing
cenderung antropofilik, eksofagik, eksofilik dan nokturnal.

5.2 Pembahasan
Pengamatan peneliti di lapangan di Desa Gasing banyak daerah got/saluran
air, rawa dan sungai yang menjadi tempat vektor berkembang biak di Desa Gasing.
Keadaan demikian sangat mendukung bionomik nyamuk dan apabila musim
kemarau air di got/saluran air tersebut akan menyisakan air yang sedikit sehingga
akan menghambat pertumbuhan nyamuk untuk berkembang biak. Lokasi breeding
place ada yang dekat dengan pemukiman penduduk dan ada juga yang jauh.
Got/saluran air yang kotor, rawa, dan sungai merupakan tempat nyamuk
berkembang biak, dan aktivitas menggigit vektor banyak pada malam hari
merupakan gambaran bionomik nyamuk genus Culex dan Mansonia. Aktivitas

27
nyamuk mulai menggigit mulai sore sampai malam hari baik di luar maupun di
dalam rumah sampai menjelang waktu pagi.
Untuk melaksanakan pemberantasan vektor filariasis, perlu mengetahui
bionomik (tata hidup) vektor yang mencakup tempat berkembang biak, perilaku
menggigit (mencari darah) dan tempat istirahat. Tempat perindukan nyamuk
berbeda-beda tergantung jenisnya. Umumnya nyamuk beristirahat di tempat-tempat
teduh, seperti semak-semak di sekitar tempat perindukan dan di dalam rumah pada
tempat-tempat yang gelap. Sifat nyamuk dalam memilih jenis mangsanya berbeda-
beda, dapat hanya menyukai darah manusia (antropofilik), darah hewan (zoofilik),
atau darah hewan dan manusia (zooantropofilik). Sifat nyamuk dalam mencari
mangsanya berbeda-beda, dapat hanya di luar rumah (eksofagik) atau dalam rumah
(endofagik). Demikian juga untuk tempat istirahat ada yang di dalam rumah
(endofilik) atau di luar rumah (eksofilik). Perilaku nyamuk ini dapat berpengaruh
terhadap distribusi kasus filariasis (Hoedoyo, 2008; Kemenkes RI 2014).
Penelitian Lasbudi et al. (2004) di Desa Sebubus Sumatera Selatan dari hasil
penangkapan nyamuk yang dilaksanakan dari pukul 18.00-06.00 WIB berhasil
didapatkan nyamuk sebanyak 369 ekor yang terdiri dari 5 spesies nyamuk yaitu
Ma. bonneae/dives sebanyak 225 ekor, Ma. uniformis sebanyak 29 ekor, Culex sp
sebanyak 91 ekor, An. separatus sebanyak 3 ekor dan Ae. Aegypti sebanyak 2 ekor.
Kepadatan populasi nyamuk Ma. bonneae/dives lebih tinggi di luar rumah 224 ekor
dibandingkan di dalam rumah 145 ekor.
Penelitian Santoso et al. (2006) di Desa Sungai Rengit Kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan berdasarkan hasil nyamuk yang berhasil ditangkap
berjumlah 1.174 ekor dan jumlah yang paling banyak ditemukan Ma. uniformis 868
ekor. Penelitian Edyansyah et al. (2012) di Desa Muara Padang Sumatera Selatan
didapatkan hasil yang terbanyak adalah Ma. dives/bonneae 268 ekor, Cx. tritaeni-
orhyncus 138 ekor, dan Cx. quinquifasciatus 127 ekor. Penelitian Amin et al.
(2013) di Sudan didapatkan hasil 1.953 nyamuk yang ditemukan yang terdiri atas
spesies An. squamosus, An. pharoensis, An. rufipes, An. funestus, Cx.
quinquefasicatus, Cx. univitatus, Cx. anntenatus dan Cx. Sitiens.

28
Menurut Mulyaningsih et al. (2019) di Desa Lubuk Pauh Kabupaten Musi Rawas
didapatkan hasil nyamuk yang ditangkap terdiri dari empat spesies: Ar. subalbatus, Cx.
quinquefasciatus, Cx. vishnui, dan Ma. uniformis. Ar. subalbatus merupakan nyamuk
dominan di Desa Lubuk Pauh dan memiliki aktivitas paling sering di setiap periode
pengumpulan indoor dan outdoor, dengan kepadatan tertinggi (kepadatan jam kerja) di
18.00-19.00. Larva stadium infektif B. malayi tidak ditemukan pada semua jenis nyamuk
yang tertangkap. Keberadaan Ar. subalbatus, Cx. quinquefasciatus, dan Ma. uniformis di
Desa Lubuk Pauh yang merupakan daerah endemik B. malayi menunjukkan bahwa daerah
tersebut berisiko menularkan filariasis limfatik.

29
BAB VI
RENCANA TAHAP BERIKUTNYA

Peneliti berencana akan mendokumentasikan hasil penelitian ini pada


perpustakaan jurusan sehingga diharapkan penelitian ini bisa dibaca dan dapat
mengedukasi seluruh masyarakat.

30
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan nyamuk yang tertangkap adalah Cx.
quiquefasciatus UOD: 64 ekor dan UOL: 57 ekor. Cx. vishnui UOD: 46 ekor
dan UOL: 32 ekor; Cx. gelidus UOD: 35 ekor dan UOL: 27 ekor; Cx.
tritaeniorhyncus UOD: 23 ekor dan UOL: 16 ekor; Ma. uniformis UOD 9 ekor
dan UOL 6 ekor; Ma. indiana UOD: 2 ekor dan UOL: 3 ekor; Ma. Bonneae
UOD; 2 ekor dan UOL: 1 ekor; Ae. aegypti UOD: 1 ekor dan UOL: 1 ekor.

7.2 Saran
1. Untuk masyarakat Desa Gasing agar memperhatikan kondisi lingkungan
dan membersihkan got/saluran air, rawa sehingga dapat mengurangi tempat
breeding place nyamuk.
2. Kepada peneliti selanjutnya bisa meneliti di daerah yang endemis filariasis
tentang pemeriksaan vektor nyamuk dengan metode yang lain.

31
DAFTAR PUSTAKA

CDC. 2013. Lymphatic Filariasis. Centers for Disease Control and Prevention.
Clifton Road Atlanta. USA.

Chathuranga, W.G.D., Karunaratne, S.H.P., Fernando, B.R. and De Silva, W.A.P.


2018. Diversity, distribution, abundance, and feeding pattern of tropical
ornithophilic mosquitoes. J. Vector Ecol., 43(1): 158-167.

Chernin, J. 2000. Parsitology. First published by Taylor & Francis University of


Portsmouth. UK.

Cheun, H.I., Cho, S.H., Lee, H.I., Shin, E.H., Lee, J.S., Kim, T.S. and Lee, W.J.
2011. Seasonal prevalence of TT3WQ XV of Korea. Korean J. Parasitol.,
49(1): 59-64.

Depkes RI, 2008. Kunci Identifikasi Nyamuk Mansonia. Ditjen PP& PL Depkes RI.
Jakarta.

Dinkes Prop Sumsel. 2015. Laporan Tahunan. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera
Selatan.

Dinkes Banyuasin. 2015. Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis). Laporan


Tahunan. Dinkes Kabupaten Banyuasin. Sumsel.

Edeson, J.F. 1962. The Epidemiology and Treatment of Infection due to Brugia
malayi. Bull. Org. mond. Sante. 27, 529-541

Edyansyah, E, Soeyoko, Sumarni, S. 2011. Epidemiology of filariasis malayi in


Muara Padang Village, Muara Padang Sub District, Banyuasin District,
South Sumatera, Indonesia. Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran. Volume 44
Number 1, ISSN 0126-1312 FK UGM Yogyakarta.

Hoedojo, R. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Inge, S, Is, S.S, Pudji, K.S,
Saleha, S (Ed) Edisi keempat. FKUI. Jakarta.

Ideham, B., Pusarawati, S. 2009. Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran. Edisi


2. Penerbit Airlangga Press University. Surabaya.

John, D.T., Petri, Jr.W.A. 2006. Markel and Voge’s : Medical Parasitologi. Ninth
Edition. Elsevier Inc. United States.

32
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis.
Jakarta.

Lasbudi, P., Ambarita., Sitorus, H. 2004. Studi Komunitas Nyamuk Di Desa


Sebubus (Daerah Endemis Filariasis) Sumatera Selatan Tahun 2004.
Jurnal Ekologi Kesehatan. 5(1) : 268-375.

Ministry of Health (MOH) Indonesia. 2005. Filariasis Epidemiology. Directorate


General of Infectious Disease Control and Environmental Health, Jakarta.

Ministry of Health (MOH) Indonesia. 2008. Mansonia Mosquito Identification


Key. Directorate General of Infectious Disease Control and Environmental
Health, Jakarta

Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi kedua. Cetakan
Pertama. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nutman, T.B. 2001. Blood-borne Filarial Infections: Wuchereria bancrofti, B.


malayi,Brugia timori, Loa loa, Mansonella perstans andMansonella
ozzardi. Edited by S. Gillespie & Richard D. Pearson. Principles and
Practice of Clinical Parasitology.John Wiley & Sons Ltd. England.

Romich, J.A. 2008.Understanding Zoonotic Diseases. Penerbit Thomson Delmar


Learning. Canada.

Santoso, Ambarita, L.P., Oktarina, R., Sudomo, M. 2006. Epidemiologi Filariasis


Di Desa Sungai Rengit Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin
Tahun 2006. Buletin Penelitian Kesehatan. 36(2).

Satoskar, A.R., Simon, G.L., Hotez, P.J., Tsuji,M. 2009. Medical Parasitology.
Landes Bioscience Austin Texas. USA.

South Sumatera Provincial Health Office. 2016. Annual Report. South Sumatra
Provincial Health Office. Available from: https://bit.ly/3hDIFMi.
Retrieved on 15-7-2021.

Vythilingam, I. 2016. Mosquitoes of Public Health Important: Mosquitoes and


Public Health. Lambert Academic Publisher, Republic of Moldova.

World Health Organization. 1997. Vector Control: Methods for use by individuals
and communities. Prepared by Jan A. Rozendaal. Geneva.

33
World Health Organization. 2013. Lymphatic Filariasis: A Handbook of Practical
Entomology for National Lymphatic Filariasis Elimination Prograammes.
WHO Press. Geneva. Switzerland.

34
Lampiran 1
BIODATA KETUA DAN ANGGOTA PENELITI

1. Biodata Ketua Peneliti


1. Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Erwin Edyansyah, SKM, M.Sc
2. Jenis Kelamin Laki-Laki
3. Jabatan Fungsional Lektor
4. NIP/NIK/Identitas Lainnya 197503061994031002
5. NIDN 4006037502
6. Tempat dan Tanggal Lahir Palembang, 6 Maret 1975
7. Email erwinedyansyah@poltekkespalembang.ac.id
8. No Telepon/Hp 085383864330
9. Alamat Kantor Jl Sukangun I Km 6,5 Kelurahan Sukajaya.Kec
Sukarame Palembang
10. No Telepon/Fax -
11. Mata Kuliah yang diampu Helmintologi, Protozoologi, Mikologi,
Entomologi, Virologi, Metoodologi Penelitian
dan Statistika.

A. RIWAYAT PENDIDIKAN

S1 S2 S3
Nama Perguruan STIKM Nusantara Universitas Universitas Gadjah
Tinggi Palembang Gadjah Mada Mada Yogyakarta
Yogyakarta
Bidang Ilmu Kesehatan Ilmu Kedokteran Biomedis
Masyarakat dasar dan
Biomedis
Tahun Masuk-Lulus 2003-2005 2009-2011 2016-2021
Judul Faktor-faktor yang Epidemiologi Epidemiologi
Skripsi/Tesis/Disertasi berhubungan dengan Filariasis Di Desa Filariasis Di
Kejadian Demam Muara Padang Provinsi Sumatera
Berdarah di Wilayah Kecamatan Selatan: Peran
Kerja Puskesmas Muara Padang Armigeres
Sukajadi Kabupaten subalbatus Sebagai
Banyuasin Vektor Potensial
Sumatera Selatan Dan Alamiah Brugia
malayi

35
Nama Herman Yasin, Prof. Dr. dr. Dr. Dra. Budi
Pembimbing/Promotor SKM. M.Kes Suyoko, Muyaningsih, Apt,
DTM&H, SU M.Kes
Dr. drh. Sitti
Dra. Sri Sumarni, Rahmah Umniyati,
DAP&E, SU SU
Prof. Dr. Drs.
Suwarno
Hadisusanto, SU

B. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DALAM 5


TAHUN TERAKHIR

No Tahun Judul Pengabdian Pendanaan


Kepada Masyarakat Sumber* Jml (Juta Rupiah)
1 2022 Edukasi Upaya Mandiri -
Pencegahan Terhadap
Infeksi Saluran Kemih
Pada Anak Anak Panti
Asuhan Al-Ilham
Palembang

*Tuliskan sumber pendanaan baik skema PKM maupun dari sumber lainnya

C. PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH DALAM 5 TAHUN TERAKHIR


(LUARAN PKM)

NO Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Vol/Nomor/


Tahun
1. Fauna associated with Veterinary World 14(7), Jul
Malayan filariasis 2021
transmission in
Banyuasin, South
Sumatra, Indonesia
2. Survey of filariasis and International Journal of 9(7), Jun 2021
Microfilarial periodicity Research in Medical Sciences
in Musi Rawas District,
South Sumatra,
Indonesia
3. Analisis Kadar Glukosa JMLS : Journal of Medical Vol 1 No 2,
Darah Dengan Tingkat Laboratory and Science 2021
Stres Mahasiswa
Tingkat 3 Program Studi
DIII Teknologi

36
Laboratorium Medis
Poltekkes Kemenkes
Palembang
4 Frekuensi Proteinuria JMLS : Journal of Medical Vol 1 No 2,
Pada Penderita Lupus Laboratory and Science 2021
Eritematosus Sistemik
(Les)

5 Study on vector Veterinary World 12(11), Nov


mosquito of zoonotic 2019
Brugia malayi in Musi
Rawas, South Sumatera,
Indonesia
6 Mansonia uniformis: A Southeast Asian J Trop Med Vol 50 No. 4
locally important vector Public Health July 2019
of nocturnally sub-
periodic brugia malayi
in south sumatra,
Indonesia

D. PEROLEHAN HKI DALAM 5 TAHUN TERAKHIR


(LUARAN PKM)
NO Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1. Penggunaan 2022 Karya Ec00202212793
amonium sulfat ilmiah
sebagai pengganti
tca dalam
pemeriksaan
kalium darah

A. Identitas Diri
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam penelitian dosen pemula.

Palembang, Agustus 2022


Ketua Peneliti,

Erwin Edyansyah, SKM, M.Sc


NIP. 197503061994031002
*pilih salah satu

37
2. Biodata Anggota Peneliti

A. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Herry Hermansyah, AMAK., SKM., M.Kes
2. Jenis Kelamin Laki-Laki
3. Jabatan Fungsional Lektor
4. NIP/NIK/Identitas Lainnya 197005181991031003
5. NIDN 40180570001
6. Tempat dan Tanggal Lahir Jagaraga, 18 Mei 1970
7. Email hermansyahherry18@gmail.com
8. No Telepon/Hp 089510761870
9. Alamat Kantor Jl Sukangun I Km 6,5 Kelurahan Sukajaya.Kec
Sukarame Palembang
10. No Telepon/Fax -
11. Mata Kuliah yang diampu Helmintologi, Mikologi, Entomologi,
Bakteriologi, Virologi

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 S2 S3
Nama Perguruan Stikes Bina Husada Universitas Sriwijaya
Tinggi Palembang Palembang
Bidang Ilmu Kesehatan Biomedik
Masyarakat
Tahun Masuk-Lulus 2001-2003 2007-2009
Judul Hubungan Kondisi Sensitivitas dan
Skripsi/Tesis/Disertasi Tempat Tinggal Spesifisitas
dengan Kejadian Pemeriksaan
Penyakit Tuberculosis Cacing filaria di Daerah
Paru di Wialayah Endemis Menggunakan
Kerja Puskesmas Metode Enzym Linked
Gandus Palembang Absorbance Assay
Tahun 2003 (ELISA)

Nama Madalena Pane, Prof. Dr Chairil Anwar,


Pembimbing/Promotor SKM. M.Kes ,P.hD
Prof. MT Kamaluddin,
M.Sc
Dr. Theodorus
Med.Msc

38
C. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DALAM 5
TAHUN TERAKHIR

No Tahun Judul Pengabdian Pendanaan


Kepada Masyarakat Sumber* Jml (Juta Rupiah)
1. 2016 Penyuluhan Penyakit POLTEKKES
Kecacingan” (IPC)
SDN 04 Desa Lalang
Kecamatan Sembawa
Kabupaten Banyuasin
2. 2017 Penyuluhan Kesehatan POLTEKKES
Tentang Bahaya (IPC)
Rokok Dan Hipertensi
Warga Desa Lalang
Kecamatan Sumbawa
Kabupaten Banyuasin
Rt.24.
2017 Penyuluhan Penyakit JURUSAN
Anemia Dan
Pepemeriksaan Kadar
Haemoglobin Darah
(Hb) Pada Siswa
Sekolah Dasar Negeri
131 Jalan Sukarela
Kecamatan Sukarami
Palembang
2018 Pemeriksaan dan POLTEKKES
Penyuluhan Tentang (IPC)
Hemoglobin Warga Rt
33, 34 Rw 08 Dusun
Viii Desa Lalang
Kecamatan Semabawa
Kabupaten Banyuasin.
Upaya Pengentasan JURUSAN
Infeksi Oleh Pediculus
Humanus Capitis
Melalui Pemeriksaan
Dan Penyuluhan Di
Panti Asuhan
Fatmawati Palembang

3. 2019 Edukasi Tentang IPC


Hipertensi, Merokok,
Air Bersih, JKN Di
Desa Pipa Putih Kec

39
Pemulutan Kab Ogan
Ilir Tahun 2019”
Sosialisai Penyakit JURUSAN
Kulit Yang
Disebabkan Oleh
Jamur Melalui
Pemeriksaan Dan
Penyuluhan
Pada Anak
PantiAsuhan
Palembang
penyuluhan Diabetes MANDIRI
Mellitus dan
Pemeriksaan Gluoksa
Darah, Reduksi Urin
Pada Lansia
di Panti Sosial
Kecamatan Sukarame
Palembang
2020 Eliminasi Filariasis Di DIPA
Desa Gasing Melalui
Peningkatan
Pengetahuan Dan
Ketrampilan
Masyarakat Dalam
Pencegahanya
2020 Meningkatnya IPC
Pengetahuan
Masyarakat Tentang
Pentingnya 4m,
Kesehatan Lingkungan
dan GERMAS dalam
Memutus Mata Rantai
covid-19 dan
Menghadapi Masa
Adaptasi Baru. Desa
Pegayut Kabupaten
Ogan Ilir
Provinsi Sumatera
Selatan
Edukasi Penyakit MANDIRI
Jamur Kulit Pada Anak
Panti Di Panti Asuhan
Fatmawati Palembang
Tahun 2020

40
2021 Penyuluhan Tentang IPC
Kutu Kepala
Masyarakat Dan Kader
Kesehatan Desa
Pegayut Kecamatan
Pemulutan Induk
Kabupate Ogan Ilir
(Oi)
Penyuluhan Dan MANDIRI
Pemeriksaan Asam
Urat Pada Pengelola
Dan Guru-Guru Di
Pondok Pesantren Kiai
Marogan Palembang
Tahun 2021

2022 Pemanfaatan DIPA


Pekarangan Rumah
Untuk Tanaman
Lavender Dan Mint
Sebagai Gerakan
Masyarakat Dalam
Upaya
Pemberantasan
Nyamuk
Edukasi Tentang MANDIRI
Jamur Kuku rentan
Terinfeksi Pada Ibu
Rumah Tangga Warga
Rw 04 Kelurahan
Sukajadi Kecamatan
Talang Kelapa
Kabupaten Banyuasin
Propinsi Sumatra
Selatan

*Tuliskan sumber pendanaan baik skema PKM maupun dari sumber lainnya

41
D. PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
(LUARAN PKM)

NO Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Vol/Nomor/


Tahun
1. Peningkatan Pe getahuan ABDIKJESMAS Jilid 2/2020
Penyakit kecacingan
pada siswa sdn 186
palembang
2.
3. Dst

E. PEROLEHAN HKI DALAM 5 TAHUN TERAKHIR


(LUARAN PKM)

NO Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID


1. Waspada Asam Urat pada 2021 Karya tulis 000282551
Pendeita Tuberculosis yang
Menjalani Pengobatan Obat
Anti Tuberculosis (OAT)

42
3. Biodata Anggota Peneliti 2

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap(dengan Drs. Refai, M.Kes


gelar)

2. Jenis Kelamin Laki-Laki

3. Jabatan Fungsional Asisten Ahli

4. NIP 196107051982021001

5. NIDN 4005076101

6. Tempat dan Tanggal Lahir Palembang, 5 Juli 1961

7. E-mail rsm.sugara@gmail.com

8. Nomor Telpon/Hp 081373008057

9. Website Personal

10. Institusi Poltekkes Kemenkes Palembang

11. Program Studi

12. Jenjang Pendidikan S.2


Terakhir

13. Alamat Jl. Sukabangun I Km 6,5 Kelurahan Sukajaya


Kec. Sukarame Palembang

B. Pengalaman Penelitian Dosen dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah (rp)
1.

C. Publikasi Artikel Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir


No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/ URL
Tahun

1.

43
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Dr. Erwin Edyansyah, SKM, M.Sc
NIDN : 40060375200
Pangkat / Golongan : III.b/ Penata Muda Tk.I
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian saya dengan judul: “STUDI NYAMUK
VEKTOR FILARIASIS DI DESA GASING KECAMATAN BANYUASIN
SUMATERA SELATAN” adalah penelitian dosen mandiri yang dilakukan oleh
dosen yang bersangkutan..

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-


benarnya.

Palembang, 2022
Mengetahui, Ketua Peneliti
Ketua Jurusan Analis Kesehata

Nurhayati, S.Pd., SKM., M.Kes DR. Erwin Edyansyah, SKM, M.Sc


NIP.197009241991032001 NIP. 197503061994031002

44
Lampiran 3. Anggaran penelitian mandiri

Anggaran Biaya Penelitian

No Komponen Jenis pengeluaran Rencana Biaya


(Rp)
1 Honorarium Enumerator 300.000
2 Belanja Barang non ATK 1.500.000
operasional Konsumsi
Bahan cetakan
Dokumentasi
Fotocopy penggadaan
Sewa alat penangkap nyamuk
3 Belanja honor output Honor petugas kecamatan dan RT/RW 500.000
kegiatan Honor pemeriksa sampel 400.000
4 Belanja jasa profesi Honor penangkap nyamuk 300.000
5 Biaya perjalanan Belanja perjalanan dinas 3 orang x 3 2.000.000
kali perjalanan
Total biaya 5.000.000

45
Lampiran 4. Foto Kegiatan Penelitian

46

Anda mungkin juga menyukai