PENELITIAN MANDIRI
Ketua :
Dr. Erwin Edyansyah, SKM, M.Sc
NIDN. 4006037502
Anggota :
Herry Hermansyah, SKM., M.Kes
NIDN. 40180570001
Menyetujui :
Ka. Pusat Penelitian dan Pengmas
Mengesahkan,
Direktur Poltekkes Kemenkes Palembang
ii
RINGKASAN
Latar belakang: Secara epidemiologis dapat dikatakan bahwa filariasis limfatik
melibatkan banyak faktor yang sangat kompleks yaitu cacing filaria limfatik
sebagai agen penyakit, manusia sebagai hospes dan nyamuk dewasa sebagai vektor
serta faktor lingkungan fisik, biologik dan sosial. Filariasis limfatik masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di daerah
pedesaan. Filariasis limfatik ditemukan di daerah dataran rendah mencakup daerah
perkotaan dan pedesaan, di daerah pantai, pedalaman, daerah rawa, persawahan dan
hutan.
Desain penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat
deskriptif dengan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana variabel
dependen dan variabel independen dilakukan pengukuran dalam waktu yang
bersamaan. Sampel penelitian adalah nyamuk yang tertangkap di Desa Gasing.
Hasil Penelitian: hasil nyamuk yang tertangkap adalah Cx. quiquefasciatus UOD:
64 ekor dan UOL: 57 ekor. Cx. vishnui UOD: 46 ekor dan UOL: 32 ekor; Cx.
gelidus UOD: 35 ekor dan UOL: 27 ekor; Cx. tritaeniorhyncus UOD: 23 ekor dan
UOL: 16 ekor; Ma. uniformis UOD 9 ekor dan UOL 6 ekor; Ma. indiana UOD: 2
ekor dan UOL: 3 ekor; Ma. bonneae UOD; 2 ekor dan UOL: 1 ekor; Ae. aegypti
UOD: 1 ekor dan UOL: 1 ekor.
iii
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah Penelitian mandiri dengan judul “Studi Nyamuk Vektor filariasis di
Desa Gasing Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, khususnya kepada Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt,
MM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Palembang. Bapak DR. Drs.,
Sonlimar Mangunsong, Apt., M.Kes, selaku Kepala Unit Penelitian Politeknik
Kesehatan Palembang. Ibu Nurhayati, S.Pd., SKM, M.Kes., selaku Ketua Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis Palembang dan reviewer yang telah meluangkan
waktu serta memberikan bimbingan dalam pembuatan Karya Ilmiah penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini tidak seutuhnya sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL..........…............................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................… ii
RINGKASAN……………………….................................................… iii
PRAKATA…......................................................................................… iv
DAFTAR ISI………............................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR….......................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 10
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 11
v
4.6 Instrumen dan Bahan Penelitian .....................…........................ 23
4.7 Prosedur Penelitian..................................................................... 25
4.8 Management Data..................................................................... 25
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Hal
Tabel 1 : Hasil Penangkapan Nyamuk Desa Gasing, Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan Setiap Jam........................................................... 26
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Hal
Gambar 1 Mikrofilaria Filariasis Limfatik.................................................. 13
Gambar 2 Daur hidup B. malayi................................................................... 15
Gambar 3 Daur hidup B. malayi tipe sub periodik nokturnal dan
non periodik................................................................................ 16
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomer
1. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti
2. Surat Pernyataan Ketua Peneliti
3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
4. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek penelitian
5. Informed Consent
6. Kuesioner Penelitian
7. SK Penelitian 2022
8. Sertifikat Layak Etik
9. Surat Izin Penelitian
10. Foto Kegiatan
11. Analisa Data
12. Hasil Pemeriksaan dari BBLK
13. Manuskrip Artikel
14. Bukti Submit
ix
BAB I
PENDAHULUAN
banyak faktor yang sangat kompleks yaitu cacing filaria limfatik sebagai agen
penyakit, manusia sebagai hospes dan nyamuk dewasa sebagai vektor serta faktor
lingkungan fisik, biologik dan sosial. Filariasis limfatik masih merupakan masalah
daerah pantai, pedalaman, daerah rawa, persawahan dan hutan (Depkes RI, 2008).
enam spesies Mansonia yaitu Ma. bonneae, Ma .dives, Ma. annulata, Ma. indiana,
Ma. uniformis, Ma. annulifera dan An. barbirostris (Direktorat PPBB, 2004).
ditemukan di hampir semua kabupaten, dan sampai tahun 2015 ada 232 pasien
dengan filariasis kronis. Banyuasin adalah salah satu kabupaten dengan banyak
10
kasus filariasis, dengan beberapa desa termasuk sebagai daerah endemik tinggi
dengan Malaya filariasis [5]. Di beberapa daerah endemik, penularan parasit masih
terjadi, yang ditunjukkan dengan penemuan kasus filariasis klinis baru setiap tahun.
(genetik dan imunologis), parasit (jenis, strain, dan dosis infektif), vektor nyamuk,
menjadi vektor zoonosis nokturnal tipe subperiodik B. malayi [10,11]. Desa Gasing
adalah daerah dengan beberapa sungai, sawah, dan hutan rawa, yang cocok untuk
filariasis malayi. B. malayi diketahui bersifat zoonosis karena dapat ditularkan dari
hewan (mamalia dan primata) ke manusia atau dari manusia ke manusia melalui
vektor nyamuk [8,9]. Lingkungan sangat berpengaruh pada rantai transmisi dan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karibia, Amerika Latin dan Lautan Pasifik Selatan. B. malayi geografisnya yang
lebih terbatas, yang ditemukan di Barat Daya India, Cina, Indonesia, Malaysia,
(Kemenkes, 2014).
12
1) Morfologi B. malayi
Cacing dewasa jantan B. malayi berukuran 3,5 cm x 0,1 mm dan betina 5-6
bentuk seperti sosis, ekor lancip, panjang 127 µm (Satoskar et al., 2009).
Larva stadium 1 (L1) bentuk seperti sosis, ekor lancip, panjang 127 µm.
Larva stadium 2 (L2) bentuk lebih panjang dari L1, ekor pendek seperti kerucut,
panjang 450 µm. Larva stadium 3 (L3) bentuk langsing panjang, panjang 1200
lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya dua kali lebarnya, badannya
(Heelan dan Ingersoll, 2002; John dan Petri, 2006; Satoskar et al., 2009; Ideham
A B C
13
2) Daur hidup B. malayi
dalam tubuh nyamuk kurang lebih 3 bulan. Nyamuk biasanya menghisap darah
L3 berlangsung lambat dan jika kepadatan mikrofilaria terlalu rendah maka tidak
dan panjang disebut L2, selanjutnya jadi L3 yang lebih kurus dan makin panjang,
kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Proses ini membutuhkan 10-12 hari
manusia maka secara aktif larva tersebut masuk melalui luka dan masuk ke tubuh
hospes. Ketika L3 masuk dalam tubuh manusia memerlukan periode waktu lama
dewasa dalam kurun waktu lebih dari 3,5 bulan. Di dalam tubuh hospes L3
selanjutnya yaitu membentuk cacing dewasa jantan dan betina. Dalam tubuh
manusia, cacing dewasa jantan dan betina berada di sistem limfatik. Umur
cacing dewasa adalah 4-6 tahun. Cacing dewasa ini kemudian memproduksi
14
antara sistem getah bening dan saluran darah untuk mencapai pembuluh darah
kemudian ditularkan kembali pada orang lain (Nutman, 2001; WHO, 2013).
sub periodik nokturnal dan non periodik. Selain itu untuk daur hidup B. malayi
tipe sub periodik nokturnal dan non periodik juga terdapat pada kucing dan kera
15
Gambar 3. Daur hidup B. malayi tipe sub periodik nokturnal dan
non periodik (Kemenkes, 2014)
Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gejala klinis filariasis timori.
Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan saluran
dan kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya
mengenai kelenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering terjadi
biasanya berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh dengan sendirinya, tanpa
stadium ini tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala
16
4) Pengobatan
Albendazole yang terbukti efektif dalam memutus rantai penularan pada daerah
yang endemis filariasis. Obat lain yang digunakan adalah obat untuk
2.2 Epidemiologi
dikumpulkan untuk mencoba dan membentuk pola distribusi infeksi parasit. Data
diperoleh baik secara langsung di lapangan atau dari sumber seperti rumah sakit
faktor seperti adanya host, agent, dan environment. Adapun host dari penyakit
filariasis adalah dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi,
budaya, perilaku, hospes reservoar, vektor. Agent dari penyakit filariasis adalah
filariasis adalah lingkungan rumah baik dalam rumah maupun luar rumah,
17
Transmisi filariasis dalam masyarakat dipengaruhi oleh jumlah orang yang
bionomik (tata hidup) vektor yang mencakup tempat berkembang biak, perilaku
rumah pada tempat-tempat yang gelap. Sifat nyamuk dalam memilih jenis
darah hewan (zoofilik), atau darah hewan dan manusia (zooantropofilik). Sifat
(eksofagik) atau dalam rumah (endofagik). Demikian juga untuk tempat istirahat
ada yang di dalam rumah (endofilik) atau di luar rumah (eksofilik). Perilaku
nyamuk ini dapat berpengaruh terhadap distribusi kasus filariasis (Hoedoyo, 2008;
Kemenkes RI 2014).
lingkungan seperti: suhu, kelembaban, daya tarik hospes, daya tarik tempat untuk
18
berkembang biak dan tempat istirahatnya. Pergerakan nyamuk dari tempat
Penelitian Lasbudi et al. (2004) di Desa Sebubus Sumatera Selatan dari hasil
didapatkan nyamuk sebanyak 369 ekor yang terdiri dari 5 spesies nyamuk yaitu
Ma. bonneae/dives sebanyak 225 ekor, Ma. Uniformis sebanyak 29 ekor, Culex sp
sebanyak 91 ekor, An. separatus sebanyak 3 ekor dan Ae. Aegypti sebanyak 2 ekor.
Kepadatan populasi nyamuk Ma. bonneae/dives lebih tinggi di luar rumah 224 ekor
berjumlah 1.174 ekor dan jumlah yang paling banyak ditemukan Ma. Uniformis
868 ekor. Penelitian Amin et al. (2013) di Sudan didapatkan hasil 1.953 nyamuk
yang ditemukan yang terdiri atas spesies An. squamosus, An. pharoensis, An.
Banyuasin Sumatera Selatan dari hasil didapatkan nyamuk berjumlah 701 ekor
terdiri dari 14 spesies nyamuk yaitu Ae. albopictus, Ae. aegypti, Cx.
Cx. hutchinsoni, Cx. sinensis, Cx. solitaries, Ma. dives/bonneae, Ma. uniformis,
Ma. indiana, Ma. annulata dengan jumlah spesies terbanyak Ma. dives/bonneae
19
berjumlah 268 ekor. Setelah dilakukan pemeliharaan selama 10-14 hari dan
dilakukan pembedahan dari 701 ekor nyamuk tidak ditemukan adanya L3.
C. Kerangka konsep
Host
Definitif: Manusia
Reservoar:
- Kucing: domestik
- Kera: domestik` Survei nyamuk
Vektor
20
21
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
21
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
22
23
23
24
Masalah
Survei
Nyamuk
Konsul
Proposal Indentifikasi
Seminar Proposal
Analisa Data
Perbaikan
Hasil
Penelitian
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
24
25
25
BAB V
HASIL, PEMBAHASAN DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1 Hasil
Hasil penelitian bionomik nyamuk yang tertangkap di Desa Gasing
Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan disajikan pada Tabel 1 di bawah ini:
26
Cx. gelidus 1 1
Cx. tritaeniorhyncus 1 1
8 01.00-02.00 Cx. Quiquefasciatus 2 2
Cx. vishnui 1 1
Cx. gelidus 1 1
Cx. tritaeniorhyncus 1 0
Ma. uniformis 1 0
9 02.00-03.00 Cx. quiquefasciatus 2 2
Cx. gelidus 1 1
Cx. tritaeniorhyncus 1 0
10 03.00-04.00 Cx. quiquefasciatus 5 4
Cx. gelidus 3 2
Cx. tritaeniorhyncus 2 2
11 04.00-05.00 Cx. quiquefasciatus 8 6
Cx. vishnui 5 3
Cx. gelidus 4 4
Cx. tritaeniorhyncus 2 1
Ma. uniformis 1 1
Jumlah Cx. quiquefasciatus 64 57
Cx. vishnui 46 32
Cx. gelidus 35 27
Cx. tritaeniorhyncus 23 16
Ma. uniformis 9 6
Ma. indiana 2 3
Ma. boneae 2 1
Ae. aegypti 1 1
Dari hasil Tabel 1 di atas didapatkan hasil nyamuk yang tertangkap adalah Cx.
quiquefasciatus UOD: 64 ekor dan UOL: 57 ekor. Cx. vishnui UOD: 46 ekor dan
UOL: 32 ekor; Cx. gelidus UOD: 35 ekor dan UOL: 27 ekor; Cx. tritaeniorhyncus
UOD: 23 ekor dan UOL: 16 ekor; Ma. uniformis UOD 9 ekor dan UOL 6 ekor; Ma.
indiana UOD: 2 ekor dan UOL: 3 ekor; Ma. Bonneae UOD; 2 ekor dan UOL: 1
ekor; Ae. aegypti UOD: 1 ekor dan UOL: 1 ekor. Perilaku nyamuk di Desa Gasing
cenderung antropofilik, eksofagik, eksofilik dan nokturnal.
5.2 Pembahasan
Pengamatan peneliti di lapangan di Desa Gasing banyak daerah got/saluran
air, rawa dan sungai yang menjadi tempat vektor berkembang biak di Desa Gasing.
Keadaan demikian sangat mendukung bionomik nyamuk dan apabila musim
kemarau air di got/saluran air tersebut akan menyisakan air yang sedikit sehingga
akan menghambat pertumbuhan nyamuk untuk berkembang biak. Lokasi breeding
place ada yang dekat dengan pemukiman penduduk dan ada juga yang jauh.
Got/saluran air yang kotor, rawa, dan sungai merupakan tempat nyamuk
berkembang biak, dan aktivitas menggigit vektor banyak pada malam hari
merupakan gambaran bionomik nyamuk genus Culex dan Mansonia. Aktivitas
27
nyamuk mulai menggigit mulai sore sampai malam hari baik di luar maupun di
dalam rumah sampai menjelang waktu pagi.
Untuk melaksanakan pemberantasan vektor filariasis, perlu mengetahui
bionomik (tata hidup) vektor yang mencakup tempat berkembang biak, perilaku
menggigit (mencari darah) dan tempat istirahat. Tempat perindukan nyamuk
berbeda-beda tergantung jenisnya. Umumnya nyamuk beristirahat di tempat-tempat
teduh, seperti semak-semak di sekitar tempat perindukan dan di dalam rumah pada
tempat-tempat yang gelap. Sifat nyamuk dalam memilih jenis mangsanya berbeda-
beda, dapat hanya menyukai darah manusia (antropofilik), darah hewan (zoofilik),
atau darah hewan dan manusia (zooantropofilik). Sifat nyamuk dalam mencari
mangsanya berbeda-beda, dapat hanya di luar rumah (eksofagik) atau dalam rumah
(endofagik). Demikian juga untuk tempat istirahat ada yang di dalam rumah
(endofilik) atau di luar rumah (eksofilik). Perilaku nyamuk ini dapat berpengaruh
terhadap distribusi kasus filariasis (Hoedoyo, 2008; Kemenkes RI 2014).
Penelitian Lasbudi et al. (2004) di Desa Sebubus Sumatera Selatan dari hasil
penangkapan nyamuk yang dilaksanakan dari pukul 18.00-06.00 WIB berhasil
didapatkan nyamuk sebanyak 369 ekor yang terdiri dari 5 spesies nyamuk yaitu
Ma. bonneae/dives sebanyak 225 ekor, Ma. uniformis sebanyak 29 ekor, Culex sp
sebanyak 91 ekor, An. separatus sebanyak 3 ekor dan Ae. Aegypti sebanyak 2 ekor.
Kepadatan populasi nyamuk Ma. bonneae/dives lebih tinggi di luar rumah 224 ekor
dibandingkan di dalam rumah 145 ekor.
Penelitian Santoso et al. (2006) di Desa Sungai Rengit Kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan berdasarkan hasil nyamuk yang berhasil ditangkap
berjumlah 1.174 ekor dan jumlah yang paling banyak ditemukan Ma. uniformis 868
ekor. Penelitian Edyansyah et al. (2012) di Desa Muara Padang Sumatera Selatan
didapatkan hasil yang terbanyak adalah Ma. dives/bonneae 268 ekor, Cx. tritaeni-
orhyncus 138 ekor, dan Cx. quinquifasciatus 127 ekor. Penelitian Amin et al.
(2013) di Sudan didapatkan hasil 1.953 nyamuk yang ditemukan yang terdiri atas
spesies An. squamosus, An. pharoensis, An. rufipes, An. funestus, Cx.
quinquefasicatus, Cx. univitatus, Cx. anntenatus dan Cx. Sitiens.
28
Menurut Mulyaningsih et al. (2019) di Desa Lubuk Pauh Kabupaten Musi Rawas
didapatkan hasil nyamuk yang ditangkap terdiri dari empat spesies: Ar. subalbatus, Cx.
quinquefasciatus, Cx. vishnui, dan Ma. uniformis. Ar. subalbatus merupakan nyamuk
dominan di Desa Lubuk Pauh dan memiliki aktivitas paling sering di setiap periode
pengumpulan indoor dan outdoor, dengan kepadatan tertinggi (kepadatan jam kerja) di
18.00-19.00. Larva stadium infektif B. malayi tidak ditemukan pada semua jenis nyamuk
yang tertangkap. Keberadaan Ar. subalbatus, Cx. quinquefasciatus, dan Ma. uniformis di
Desa Lubuk Pauh yang merupakan daerah endemik B. malayi menunjukkan bahwa daerah
tersebut berisiko menularkan filariasis limfatik.
29
BAB VI
RENCANA TAHAP BERIKUTNYA
30
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan nyamuk yang tertangkap adalah Cx.
quiquefasciatus UOD: 64 ekor dan UOL: 57 ekor. Cx. vishnui UOD: 46 ekor
dan UOL: 32 ekor; Cx. gelidus UOD: 35 ekor dan UOL: 27 ekor; Cx.
tritaeniorhyncus UOD: 23 ekor dan UOL: 16 ekor; Ma. uniformis UOD 9 ekor
dan UOL 6 ekor; Ma. indiana UOD: 2 ekor dan UOL: 3 ekor; Ma. Bonneae
UOD; 2 ekor dan UOL: 1 ekor; Ae. aegypti UOD: 1 ekor dan UOL: 1 ekor.
7.2 Saran
1. Untuk masyarakat Desa Gasing agar memperhatikan kondisi lingkungan
dan membersihkan got/saluran air, rawa sehingga dapat mengurangi tempat
breeding place nyamuk.
2. Kepada peneliti selanjutnya bisa meneliti di daerah yang endemis filariasis
tentang pemeriksaan vektor nyamuk dengan metode yang lain.
31
DAFTAR PUSTAKA
CDC. 2013. Lymphatic Filariasis. Centers for Disease Control and Prevention.
Clifton Road Atlanta. USA.
Cheun, H.I., Cho, S.H., Lee, H.I., Shin, E.H., Lee, J.S., Kim, T.S. and Lee, W.J.
2011. Seasonal prevalence of TT3WQ XV of Korea. Korean J. Parasitol.,
49(1): 59-64.
Depkes RI, 2008. Kunci Identifikasi Nyamuk Mansonia. Ditjen PP& PL Depkes RI.
Jakarta.
Dinkes Prop Sumsel. 2015. Laporan Tahunan. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera
Selatan.
Edeson, J.F. 1962. The Epidemiology and Treatment of Infection due to Brugia
malayi. Bull. Org. mond. Sante. 27, 529-541
Hoedojo, R. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Inge, S, Is, S.S, Pudji, K.S,
Saleha, S (Ed) Edisi keempat. FKUI. Jakarta.
John, D.T., Petri, Jr.W.A. 2006. Markel and Voge’s : Medical Parasitologi. Ninth
Edition. Elsevier Inc. United States.
32
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis.
Jakarta.
Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi kedua. Cetakan
Pertama. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Satoskar, A.R., Simon, G.L., Hotez, P.J., Tsuji,M. 2009. Medical Parasitology.
Landes Bioscience Austin Texas. USA.
South Sumatera Provincial Health Office. 2016. Annual Report. South Sumatra
Provincial Health Office. Available from: https://bit.ly/3hDIFMi.
Retrieved on 15-7-2021.
World Health Organization. 1997. Vector Control: Methods for use by individuals
and communities. Prepared by Jan A. Rozendaal. Geneva.
33
World Health Organization. 2013. Lymphatic Filariasis: A Handbook of Practical
Entomology for National Lymphatic Filariasis Elimination Prograammes.
WHO Press. Geneva. Switzerland.
34
Lampiran 1
BIODATA KETUA DAN ANGGOTA PENELITI
A. RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 S2 S3
Nama Perguruan STIKM Nusantara Universitas Universitas Gadjah
Tinggi Palembang Gadjah Mada Mada Yogyakarta
Yogyakarta
Bidang Ilmu Kesehatan Ilmu Kedokteran Biomedis
Masyarakat dasar dan
Biomedis
Tahun Masuk-Lulus 2003-2005 2009-2011 2016-2021
Judul Faktor-faktor yang Epidemiologi Epidemiologi
Skripsi/Tesis/Disertasi berhubungan dengan Filariasis Di Desa Filariasis Di
Kejadian Demam Muara Padang Provinsi Sumatera
Berdarah di Wilayah Kecamatan Selatan: Peran
Kerja Puskesmas Muara Padang Armigeres
Sukajadi Kabupaten subalbatus Sebagai
Banyuasin Vektor Potensial
Sumatera Selatan Dan Alamiah Brugia
malayi
35
Nama Herman Yasin, Prof. Dr. dr. Dr. Dra. Budi
Pembimbing/Promotor SKM. M.Kes Suyoko, Muyaningsih, Apt,
DTM&H, SU M.Kes
Dr. drh. Sitti
Dra. Sri Sumarni, Rahmah Umniyati,
DAP&E, SU SU
Prof. Dr. Drs.
Suwarno
Hadisusanto, SU
*Tuliskan sumber pendanaan baik skema PKM maupun dari sumber lainnya
36
Laboratorium Medis
Poltekkes Kemenkes
Palembang
4 Frekuensi Proteinuria JMLS : Journal of Medical Vol 1 No 2,
Pada Penderita Lupus Laboratory and Science 2021
Eritematosus Sistemik
(Les)
A. Identitas Diri
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam penelitian dosen pemula.
37
2. Biodata Anggota Peneliti
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Herry Hermansyah, AMAK., SKM., M.Kes
2. Jenis Kelamin Laki-Laki
3. Jabatan Fungsional Lektor
4. NIP/NIK/Identitas Lainnya 197005181991031003
5. NIDN 40180570001
6. Tempat dan Tanggal Lahir Jagaraga, 18 Mei 1970
7. Email hermansyahherry18@gmail.com
8. No Telepon/Hp 089510761870
9. Alamat Kantor Jl Sukangun I Km 6,5 Kelurahan Sukajaya.Kec
Sukarame Palembang
10. No Telepon/Fax -
11. Mata Kuliah yang diampu Helmintologi, Mikologi, Entomologi,
Bakteriologi, Virologi
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 S2 S3
Nama Perguruan Stikes Bina Husada Universitas Sriwijaya
Tinggi Palembang Palembang
Bidang Ilmu Kesehatan Biomedik
Masyarakat
Tahun Masuk-Lulus 2001-2003 2007-2009
Judul Hubungan Kondisi Sensitivitas dan
Skripsi/Tesis/Disertasi Tempat Tinggal Spesifisitas
dengan Kejadian Pemeriksaan
Penyakit Tuberculosis Cacing filaria di Daerah
Paru di Wialayah Endemis Menggunakan
Kerja Puskesmas Metode Enzym Linked
Gandus Palembang Absorbance Assay
Tahun 2003 (ELISA)
38
C. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DALAM 5
TAHUN TERAKHIR
39
Pemulutan Kab Ogan
Ilir Tahun 2019”
Sosialisai Penyakit JURUSAN
Kulit Yang
Disebabkan Oleh
Jamur Melalui
Pemeriksaan Dan
Penyuluhan
Pada Anak
PantiAsuhan
Palembang
penyuluhan Diabetes MANDIRI
Mellitus dan
Pemeriksaan Gluoksa
Darah, Reduksi Urin
Pada Lansia
di Panti Sosial
Kecamatan Sukarame
Palembang
2020 Eliminasi Filariasis Di DIPA
Desa Gasing Melalui
Peningkatan
Pengetahuan Dan
Ketrampilan
Masyarakat Dalam
Pencegahanya
2020 Meningkatnya IPC
Pengetahuan
Masyarakat Tentang
Pentingnya 4m,
Kesehatan Lingkungan
dan GERMAS dalam
Memutus Mata Rantai
covid-19 dan
Menghadapi Masa
Adaptasi Baru. Desa
Pegayut Kabupaten
Ogan Ilir
Provinsi Sumatera
Selatan
Edukasi Penyakit MANDIRI
Jamur Kulit Pada Anak
Panti Di Panti Asuhan
Fatmawati Palembang
Tahun 2020
40
2021 Penyuluhan Tentang IPC
Kutu Kepala
Masyarakat Dan Kader
Kesehatan Desa
Pegayut Kecamatan
Pemulutan Induk
Kabupate Ogan Ilir
(Oi)
Penyuluhan Dan MANDIRI
Pemeriksaan Asam
Urat Pada Pengelola
Dan Guru-Guru Di
Pondok Pesantren Kiai
Marogan Palembang
Tahun 2021
*Tuliskan sumber pendanaan baik skema PKM maupun dari sumber lainnya
41
D. PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
(LUARAN PKM)
42
3. Biodata Anggota Peneliti 2
A. Identitas Diri
4. NIP 196107051982021001
5. NIDN 4005076101
7. E-mail rsm.sugara@gmail.com
9. Website Personal
1.
43
Lampiran 2
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian saya dengan judul: “STUDI NYAMUK
VEKTOR FILARIASIS DI DESA GASING KECAMATAN BANYUASIN
SUMATERA SELATAN” adalah penelitian dosen mandiri yang dilakukan oleh
dosen yang bersangkutan..
Palembang, 2022
Mengetahui, Ketua Peneliti
Ketua Jurusan Analis Kesehata
44
Lampiran 3. Anggaran penelitian mandiri
45
Lampiran 4. Foto Kegiatan Penelitian
46