Anda di halaman 1dari 160

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN ORGANISASI TERHADAP

KINERJA BIDAN PUSKESMAS PELAYANAN


OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR
(PONED) DI KABUPATEN LEBONG
PROVINSI BENGKULU

TESIS

Oleh

LAMRIWATI PAKPAHAN
097032048/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN ORGANISASI TERHADAP
KINERJA BIDAN PUSKESMAS PELAYANAN
OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR
(PONED) DI KABUPATEN LEBONG
PROVINSI BENGKULU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

LAMRIWATI PAKPAHAN
097032048/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN
ORGANISASI TERHADAP KINERJA BIDAN
PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI DAN
NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED)
DI KABUPATEN LEBONG
PROVINSI BENGKULU
Nama Mahasiswa : Lamriwati Pakpahan
Nomor Induk Mahasiswa : 097032048
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K)) (Asfriyati, S.K.M, M.Kes)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal lulus : 10 Januari 2012

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji

Pada Tanggal : 10 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K)


Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes
2. Dr. Juanita, S.E, M.Kes
3. dr. Heldy BZ, M.P.H

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU DAN ORGANISASI TERHADAP


KINERJA BIDAN PUSKESMAS PELAYANAN
OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR
(PONED) DI KABUPATEN LEBONG
PROVINSI BENGKULU

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2012

Lamriwati Pakpahan
097032048/IKM

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB adalah


diselenggarakannya Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
puskesmas. Di Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Neonatal (AKN) masih tinggi (AKI 2008 sebanyak 8 orang;
2009 sebanyak 9 orang, sedangkan AKN 2008 sebanyak 34 orang; 2009 sebanyak
36 orang).
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan
organisasi terhadap kinerja bidan puskesmas PONED di Kabupaten Lebong, Provinsi
Bengkulu. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September 2011 sampai Januari 2012. Populasi dalam penelitian seluruh bidan di
Puskesmas PONED Kabupaten Lebong berjumlah 34 orang dan seluruh populasi
dijadikan sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner,
dianalisis dengan regresi berganda pada α=0.05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik faktor individu
(kemampuan dan pengalaman) dan faktor organisasi (imbalan dan supervisi)
berpengaruh signifikan terhadap kinerja bidan di Puskesmas PONED Kabupaten
Lebong. Faktor organisasi memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap
kinerja bidan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong disarankan untuk mengupayakan
peningkatan kemampuan serta pengalaman bidan dalam penanganan kasus gawat
darurat obstetri dan neonatal. Puskesmas PONED Kabupaten Lebong disarankan agar
merencanakan pengalokasian dana/anggaran yang lebih sesuai sebagai imbalan bagi
bidan yang melakukan penanganan kasus gawat darurat obstetri dan neonatal dan
melengkapi sarana, peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan dalam PONED. Bidan
Koordinator serta Pengelola Program KIA Dinas Kabupaten Lebong disarankan
untuk melakukan kegiatan supervisi secara rutin ke puskesmas PONED sebagai
upaya pembinaan bagi bidan.

Kata kunci : Individu, Organisasi, Kinerja Bidan, PONED.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The attempt done by the government to minimize the maternal and child
mortality rates was conducted by Basic Emergency Neonatal and Obstetric Services
at Health Centre. In Lebong District, Bengkulu Province the maternal and neonatal
mortality rates are still high Maternal Mortality Rate (MMR) in 2008 as many as
there were 8 people; in 2009 there were 9 people, while Neonatal Mortality Rate
(NMR) in 2008 there were 38 people; in 2009 there were 36 people)..
The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of
individual and organizational factors on the performance of the midwives working
for the Basic Emergency Neonatal and Obstetric Services at Health Centre in Lebong
District, Bengkulu Province. The study was couducted from September 2011 until
January 2012. The population of this study were all of the 34 midwives working at
Health Centre in Lebong District, and all of them were selected to be the sample for
this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based
interviews. The data obtained were then analyzed through multiple regression tests at
α = 0.05.
The result of this study revealed that statistically the individual factor (ability
and experience) and the organizational factor (rewards and supervision) had
significant influence on the performance of the midwives working for the Basic
Emergency Neonatal and Obstetric Services at Health Centre in Lebong District.
Organizational factor gave the dominant influence on the performance of midwives.
The management of Lebong District Health 0ffice is suggested to do its best to
improve the ability and experience of the midwives in manage the emergency
neonatal and obstetric cases. Health Centre with the Basic Emergency Neonatal and
Obstetric Services in Lebong District should plan its fund/budget allocation which is
more appropriate to be used as rewards for the midwives whose manage the
emergency neonatal and obstetric cases and completing the facilities, equipment and
medicine are in need in a Basic Emergency Neonatal and Obstetric Services.
Midwife Coordinator and Mother and Child Health Program Manager of Lebong
District Health Office should do routine supervision activities to the Health Centre
with the Basic Emergency Neonatal and Obstetric Services as an attempt of midwife
development.

Keywords: Individual, Organization, Performance of Midwives, Basic Emergency


Neonatal and Obstetric Services

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Pengaruh Faktor

Individu dan Organisasi terhadap Kinerja Bidan Puskesmas Pelayanan

Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Kabupaten Lebong

Provinsi Bengkulu ".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

5. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K) selaku ketua komisi pembimbing dan

Asfriyati, S.K.M, M.Kes, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu

untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Dr. Juanita, S.E, M.Kes dan dr. Heldy BZ, M.P.H selaku penguji tesis yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga

penulisan tesis selesai.

7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong yang telah berkenan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus

memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

8. Para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda S. Pakpahan dan

Ibunda L. Simatupang atas segala jasanya sehingga penulis selalu mendapat

pendidikan terbaik.

Universitas Sumatera Utara


10. Teristimewa buat suami tercinta Erikwanto, S.P serta anak-anak: Yohana,

Fredrick, Petra dan Adik-adik tersayang yang penuh pengertian, kesabaran,

pengorbanan dan doa serta rasa cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi

dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat

waktu.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2012


Penulis

Lamriwati Pakpahan
097032048/IKM

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Lamriwati Pakpahan, lahir pada tanggal 07 Juli 1974 di Dolok Pansur Godang

Pangaribuan Tapanuli Utara, anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan

Ayahanda S. Pakpahan dan Ibunda L. Simatupang.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah

Dasar HKBP Pangaribuan, selesai Tahun 1986, Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri 1 Pangaribuan, selesai Tahun 1989, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri

3 Medan, selesai tahun 1992. Fakultas Kedokteran di Universitas Methodist

Indonesia Medan, selesai Tahun 2002.

Mulai bekerja sebagai staf di Puskesmas Taba Penanjung Bengkulu Utara,

tahun 2002 sampai tahun 2003, sebagai staf di Puskesmas Ketahun Bengkulu Utara,

tahun 2003 sampai tahun 2005, sebagai staf di Puskesmas Muara Aman, tahun 2005

sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2009 hingga saat ini.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Permasalahan .................................................................................. 10
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 11
1.4 Hipotesis.......................................................................................... 11
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 12


2.1 Teori tentang Kinerja ...................................................................... 12
2.1.1.Pengertian Kinerja.................................................................. 12
2.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja ............................ 13
2.1.3 Penilaian Kinerja .................................................................... 14
2.2 Faktor Individu ................................................................................ 19
2.3 Faktor Organisasi ............................................................................ 26
2.4 Bidan ............................................................................................... 32
2.4.1 Pengertian Bidan .................................................................... 32
2.4.2 Tanggung Jawab Bidan .......................................................... 33
2.4.3 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan ................................... 34
2.4.4 Standar Pelayanan Kebidanan ................................................ 35
2.4.5 Tugas Pokok dan Fungsi Bidan ............................................. 37
2.5 Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) ......................................................................................... 38
2.6 Kegawatdaruratan Persalinan .......................................................... 39
2.7 Landasan Teori ................................................................................ 41
2.8 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 44

BAB 3. METODE PENELITIAN ..................................................................... 45


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 45

Universitas Sumatera Utara


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 45
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................... 45
3.3.1 Populasi ................................................................................. 45
3.3.2 Sampel ................................................................................... 46
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 46
3.4.1 Data Primer ............................................................................ 46
3.4.2 Data Sekunder ........................................................................ 46
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 46
3.5 Variabel dan Definisi Operasional .................................................. 47
3.5.1 Variabel Bebas ....................................................................... 47
3.5.2 Variabel Terikat ..................................................................... 48
3.6 Metode Pengukuran ........................................................................ 48
3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ...................................... 48
3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat .................................... 49
3.7 Metode Analisis Data ...................................................................... 50

BAB 4. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 51


4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 51
4.1.1 Gambaran Puskesmas Muara Aman .................................... 51
4.1.2 Gambaran Puskesmas Tes ................................................... 52
4.2 Identitas Responden ......................................................................... 53
4.3 Faktor Individu ................................................................................. 55
4.3.1 Kemampuan .......................................................................... 55
4.3.2 Pengalaman ........................................................................... 61
4.4 Faktor Organisasi ............................................................................. 63
4.4.1 Supervisi................................................................................ 63
4.4.2 Imbalan.................................................................................. 65
4.5 Kinerja Bidan Puskesmas PONED .................................................. 67
4.6 Analisis Bivariat ............................................................................... 70
4.7 Analisis Multivariat.......................................................................... 71
4.7.1 Pengaruh Faktor Individu dan Organisasi terhadap Kinerja
Bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong................. 71
4.7.2 Pengujian Hipotesis............................................................... 72

BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................................... 74


5.1 Kinerja Bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong.............. 74
5.2 Pengaruh Faktor Individu terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas
PONED Kabupaten Lebong ........................................................... 78
5.3 Pengaruh Faktor Organisasi terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas
PONED Kabupaten Lebong ............................................................ 83

Universitas Sumatera Utara


BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 91
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 91
6.2 Saran................................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93

LAMPIRAN ......................................................................................................... 98

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal......................... 36

3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ........................................................... 49

3.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ......................................................... 49

4.1 Distribusi Identitas Responden di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong 54

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menangani Ibu Hamil


dengan Kasus Preeklampsia Berat/Eklampsia di Puskesmas PONED
Kabupaten Lebong ...................................................................................... 56

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menangani Janin


Distosia Bahu di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong.......................... 57

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menangani Ibu


Melahirkan dengan Plasenta Manual di Puskesmas PONED Kabupaten
Lebong ........................................................................................................ 59

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong ...................................................................................... 61

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kemampuan di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong ........................................................................ 62

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengalaman di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong ........................................................................ 63

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Faktor Individu


di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong ................................................. 63

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Supervisi di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong ...................................................................................... 64

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Imbalan di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong ...................................................................................... 65

Universitas Sumatera Utara


4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Supervisi di Puskesmas
PONED Kabupaten Lebong ........................................................................ 66

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Imbalan di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong ........................................................................ 66

4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Faktor Organisasi


di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong ................................................. 67

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong ...................................................................................... 68

4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kinerja Bidan di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong ........................................................................ 69

4.16 Distribusi Kinerja Bidan Menurut Faktor Individu di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong ...................................................................................... 70

4.17 Distribusi Kinerja Bidan Menurut Faktor Organisasi di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong ........................................................................ 70

4.18 Uji Regresi Berganda Pengaruh Faktor Individu dan Organisasi terhadap
Kinerja Bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong.......................... 71

4.19 Uji Secara Serentak .................................................................................... 73

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Model Teori Kinerja .................................................................................... 41

2.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................ 44

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 98

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 107

3 Uji Univariat dan Bivariat ............................................................................. 110

4 Uji Multivariat................................................................................................ 136

5. Surat Izin Penelitian dari IKM-FKM USU Medan ........................................ 137

6. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kantor KESBANGPOL dan


LINMAS Kabupaten Lebong ......................................................................... 138

5. Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 154

6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ................................................. 155

7. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar .................. 156

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB adalah


diselenggarakannya Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
puskesmas. Di Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Neonatal (AKN) masih tinggi (AKI 2008 sebanyak 8 orang;
2009 sebanyak 9 orang, sedangkan AKN 2008 sebanyak 34 orang; 2009 sebanyak
36 orang).
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor individu dan
organisasi terhadap kinerja bidan puskesmas PONED di Kabupaten Lebong, Provinsi
Bengkulu. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September 2011 sampai Januari 2012. Populasi dalam penelitian seluruh bidan di
Puskesmas PONED Kabupaten Lebong berjumlah 34 orang dan seluruh populasi
dijadikan sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner,
dianalisis dengan regresi berganda pada α=0.05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik faktor individu
(kemampuan dan pengalaman) dan faktor organisasi (imbalan dan supervisi)
berpengaruh signifikan terhadap kinerja bidan di Puskesmas PONED Kabupaten
Lebong. Faktor organisasi memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap
kinerja bidan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong disarankan untuk mengupayakan
peningkatan kemampuan serta pengalaman bidan dalam penanganan kasus gawat
darurat obstetri dan neonatal. Puskesmas PONED Kabupaten Lebong disarankan agar
merencanakan pengalokasian dana/anggaran yang lebih sesuai sebagai imbalan bagi
bidan yang melakukan penanganan kasus gawat darurat obstetri dan neonatal dan
melengkapi sarana, peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan dalam PONED. Bidan
Koordinator serta Pengelola Program KIA Dinas Kabupaten Lebong disarankan
untuk melakukan kegiatan supervisi secara rutin ke puskesmas PONED sebagai
upaya pembinaan bagi bidan.

Kata kunci : Individu, Organisasi, Kinerja Bidan, PONED.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The attempt done by the government to minimize the maternal and child
mortality rates was conducted by Basic Emergency Neonatal and Obstetric Services
at Health Centre. In Lebong District, Bengkulu Province the maternal and neonatal
mortality rates are still high Maternal Mortality Rate (MMR) in 2008 as many as
there were 8 people; in 2009 there were 9 people, while Neonatal Mortality Rate
(NMR) in 2008 there were 38 people; in 2009 there were 36 people)..
The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of
individual and organizational factors on the performance of the midwives working
for the Basic Emergency Neonatal and Obstetric Services at Health Centre in Lebong
District, Bengkulu Province. The study was couducted from September 2011 until
January 2012. The population of this study were all of the 34 midwives working at
Health Centre in Lebong District, and all of them were selected to be the sample for
this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based
interviews. The data obtained were then analyzed through multiple regression tests at
α = 0.05.
The result of this study revealed that statistically the individual factor (ability
and experience) and the organizational factor (rewards and supervision) had
significant influence on the performance of the midwives working for the Basic
Emergency Neonatal and Obstetric Services at Health Centre in Lebong District.
Organizational factor gave the dominant influence on the performance of midwives.
The management of Lebong District Health 0ffice is suggested to do its best to
improve the ability and experience of the midwives in manage the emergency
neonatal and obstetric cases. Health Centre with the Basic Emergency Neonatal and
Obstetric Services in Lebong District should plan its fund/budget allocation which is
more appropriate to be used as rewards for the midwives whose manage the
emergency neonatal and obstetric cases and completing the facilities, equipment and
medicine are in need in a Basic Emergency Neonatal and Obstetric Services.
Midwife Coordinator and Mother and Child Health Program Manager of Lebong
District Health Office should do routine supervision activities to the Health Centre
with the Basic Emergency Neonatal and Obstetric Services as an attempt of midwife
development.

Keywords: Individual, Organization, Performance of Midwives, Basic Emergency


Neonatal and Obstetric Services

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia adalah

masalah kesehatan pada kelompok ibu dan anak, yang ditandai dengan masih

tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian

pada masa maternal mencerminkan kemampuan negara dalam memberikan pelayanan

kesehatan pada masyarakat. Masalah kesehatan ibu dan anak masih tetap

menempatkan posisi penting karena menyangkut kualitas sumber daya manusia yang

primer, yaitu masa kehamilan, persalinan dan tumbuh kembang anak.

Angka kematian ibu dan bayi merupakan indikator derajat kesehatan suatu

negara, risiko kematian ibu dan dan bayi umumnya terjadi selama masa kehamilan

dan pada saat persalinan (Depkes RI, 2004). Kematian ibu (maternal) merupakan

masalah kompleks yang tidak hanya memberikan pengaruh pada para wanita saja,

akan tetapi juga memengaruhi keluarga bahkan masyarakat, karena kematian ibu

akan meningkatkan risiko terjadinya kematian bayi (UNFPA, 2003).

Hasil Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan ICPD

(International Conference Population Development) di Kairo pada tahun 1994

menghasilkan kesepakatan tentang perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan

penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang menekankan pentingnya peningkatan

Universitas Sumatera Utara


kesehatan reproduksi setiap individu baik laki-laki maupun perempuan sepanjang

siklus hidup dengan pemenuhan hak reproduksinya

Pencapaian AKI di Indonesia masih jauh dari target internasional, yaitu 125

per 100.000 kelahiran hidup sampai tahun 2005 dan 75 per 100.000 kelahiran hidup

sampai tahun 2015. Terkait dengan tingginya AKI, hasil Assessment Safe

Motherhood di Indonesia tahun 1990/1991 menyebutkan diantaranya bahwa kematian

ibu terjadi 10 kali lebih sering pada saat persalinan dibandingkan pada masa

kehamilan (Prawirohardjo, 2004).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, menyatakan bahwa

Angka Kematian Ibu di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian

Bayi 34 per 1.000 kelahiran hidup, artinya dengan jumlah penduduk 225.642.000

jiwa berarti ada 9.774 ibu meninggal pertahun atau 1 orang ibu meninggal per jam

dan 17 orang bayi meninggal per jam yang terkait dengan kehamilan, persalinan dan

nifas.

Kesepakatan global MDG’S (Millenium Development Goals) pada tahun 2015

diharapkan AKI menurun sebesar tiga perempatnya dalam kurun waktu 1990–2015.

Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKI

menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Namun komitmen tersebut belum konsisten

dengan target penurunan AKI yang ditetapkan Depkes untuk tahun 2010-2014

sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2015 terget MDG’S

sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Universitas Sumatera Utara


Pencapaian target dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) akan sulit

tercapai tanpa upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Salah

satu upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB adalah diselenggarakannya

pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dasar berkualitas, yaitu Pelayanan

Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas, dan Pelayanan

Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit

Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit Propinsi (Prawirohardjo, 2004).

Angka Kematian Ibu (AKI) selama 2 dekade terakhir dengan beberapa upaya

yang dilakukan, belum menunjukkan penurunan yang berarti. Selain angka kematian,

masalah kesehatan ibu dan anak, demikian pula dengan penyakit-penyakit yang

diderita oleh ibu hamil ketika akan, sedang atau setelah persalinan masih tetap

menjadi masalah kesehatan (Depkes RI, 2005).

Menurut Depkes RI (2007), beberapa penyebab kematian ibu seperti

(1) pendarahan (42%) akibat atonia uteri yang menggambarkan manajemen

persalinan kala III tidak adekuat; (2) eklampsia dan komplikasi abortus (11%);

(3) infeksi (10%) sebagai akibat pencegahan dan manajemen infeksi yang kurang

baik; (4) persalinan lama (9%); (5) faktor lain (28%). Penyebab kematian neonatal di

Indonesia adalah: (1) gangguan pernapasan (37%); (2) prematuritas (34%); (3) sepsis

(12%). Secara umum kematian ibu dan bayi saat proses persalinan disebabkan oleh

3T berupa: (1) terlambat mengenali bahaya dan memutuskan mencari pertolongan;

Universitas Sumatera Utara


(2) terlambat merujuk ke rumah sakit; dan (3) terlambat mendapat pertolongan dan

pemberian pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas tidak terlepas

dari keberadaan tenaga sumber daya manusia sebagai penolong persalinan yang

profesional, sesuai dengan rekomendasi Safe Motherhood Technical Consultation di

Srilangka tahun 1997, intervensi yang sangat kritis adalah tersedianya tenaga

penolong persalinan yang terlatih. Agar tenaga penolong yang terlatih tersebut

(dokter atau bidan) dapat memberikan pelayanan yang bermutu, maka diperlukan

adanya standar pelayanan, karena dengan standar pelayanan para petugas kesehatan

mengetahui kinerja apa yang diharapkan dari mereka, apa yang harus mereka

kerjakan pada setiap tingkat pelayanan, serta kompetensi apa yang diperlukan.

Adanya standar pelayanan akan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan

dengan cara dan oleh tenaga kesehatan yang tepat (Saifuddin, 2001).

Gibson et.al (1996), menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan

dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Kinerja individu dalam suatu organisasi dipengaruhi oleh beberapa

variabel, yaitu (a) variabel individual, (2) variabel psikologi, dan (3) variabel

organisasi.

Kinerja personil dari aspek mikro biasanya dilihat secara individual dari unit

organisasi kesehatan. Menurut Ilyas (2002), ada dua aspek yang dapat dinilai dari

kinerja seseorang, yaitu keluaran dan proses atau perilaku pekerja. Indikator ini

tergantung pada jenis pekerjaan dan fokus penelitian yang akan dilakukan. Apabila

Universitas Sumatera Utara


pekerjaan yang sifatnya berulang dan keluarannya mudah ditentukan, penilaian

kinerja pada keluaran. Sedangkan pekerjaan yang hasilnya sulit diidentifikasi seperti ;

jasa pelayanan kesehatan fokus penilaian ditujukan pada aktifitas atau proses.

Propinsi Bengkulu memiliki permasalahan dalam upaya menurunkan AKI dan

AKB. Pada tahun 2009 sebesar 53 per 100.000 kelahiran hidup meningkat pada tahun

2010 menjadi 58 per 100.000 kelahiran hidup. AKB tahun 2009 sebesar 46 per 1000

kelahiran hidup meningkat pada tahun 2010 menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup

(Dinkes Propinsi Bengkulu, 2010). Salah satu Kabupaten di Propinsi Bengkulu yang

memiliki AKI yang meningkat dalam tiga tahun terakhir, yaitu Kabupaten Lebong.

Angka Kematian Ibu pada tahun 2007 tercatat sebanyak 5 orang, tahun 2008

sebanyak 8 orang, dan tahun 2009 sebanyak 9 orang. Demikian juga dengan AKN,

pada tahun 2007 sebanyak 26 orang, tahun 2008 sebanyak 34 orang dan pada tahun

2009 sebanyak 36 orang (Dinkes Kabupaten Lebong, 2007-2009). Tingginya AKI

dan AKN menggambarkan kesehatan reproduksi ibu di Kabupaten Lebong masih

memerlukan perhatian yang serius.

Menurut Depkes RI (2004) bahwa pelayanan obstetri neonatal emergensi

dasar yang dilaksanakan di puskesmas, khususnya pelaksanaan perawatan neonatal

secara intensif dilakukan oleh bidan terlatih emergensi. Dengan demikian tenaga

kesehatan yang mempunyai peran utama dalam upaya menurunkan AKI adalah

tenaga bidan, sedangkan peran dokter di puskesmas lebih berperan dalam aspek

manajemen pengelolaan organisasi puskesmas. Sedangkan peran dokter (khusus

dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan) berperan dalam penanganan

Universitas Sumatera Utara


kasus obstetri neonatal di rumah sakit pada saat tenaga bidan tidak mampu

menangani.

Upaya yang dilakukan pemerintah Propinsi Bengkulu, adalah membentuk

2 unit Puskesmas mampu PONED pada tahun 2005, yaitu Puskesmas Muara Aman

dan Puskesmas Tes sebagai salah satu upaya pelayanan di tingkat primer sesuai

dengan strategi Making Pregnance Safer (MPS). Penderita gawat darurat pada

persalinan yang ditangani di Puskesmas PONED adalah dikhususkan pada persalinan

dengan penyulit, atau persalinan dengan risiko tinggi yang berasal dari rujukan bidan

desa, puskesmas pembantu dan posyandu

Seluruh persalinan dengan risiko tinggi yang dirujuk oleh bidan desa dari 11

Puskesmas di Kabupaten Lebong ke Puskesmas PONED, 42,03% kasus obstetri dan

neonatal belum mampu ditangani langsung oleh Puskesmas PONED, sehingga pasien

gawat darurat pada persalinan yang seharusnya ditangani bidan di Puskesmas

PONED akhirnya dirujuk ke luar Kabupaten Lebong, hal ini menunjukkan kinerja

bidan di Puskesmas mampu PONED belum optimal dalam menurunkan AKI, AKB,

dan AKN (Dinkes Kabupaten Lebong, 2008).

Jenis kasus obstetri dan neonatal yang dirujuk karena tidak mampu ditangani

bidan di Puskesmas PONED adalah : (1) pendarahan 11%, (2) eklampsia 7% (3)

persalinan lama 9%, (4) gangguan pernapasan 7%, (5) prematuritas 9% dan (6) sepsis

3% (Dinkes Kabupaten Lebong, 2008).

Sistem penanganan kasus obstetri dan neonatal di Puskesmas PONED

Kabupaten Lebong melalui tahapan sebagai berikut : (a) setiap pasien dengan kasus

Universitas Sumatera Utara


obstetri dan neonatal yang sampai di puskesmas PONED ditangani oleh bidan,

(b) bidan yang menangani berupaya mengenali secara tepat tanda dan gejala

berdasarkan jenis kasus obstetri dan neonatal, (c) bidan mempersiapkan tindakan

yang akan dilakukan setelah mengenali secara tepat tanda dan gejala kasus.

Pelayanan yang dilakukan di Puskesmas PONED disesuaikan dengan setiap

jenis kasus obstetri dan neonatal yang ditangani. Apabila tidak mampu ditangani,

maka dirujuk ke RS PONEK melalui sistem rujukan yang disesuaikan jenis pasien,

misalnya untuk pasien yang ditanggung Jamkesmas maka biaya penanganan pasien

seluruhnya ditanggung oleh Jamkesmas, sedangkan untuk pasien umum akan

dibebankan biaya penanganan di puskesmas serta biaya lainnya termasuk biaya untuk

tenaga bidan yang mendampingi pasien ke rumah sakit PONEK.

Tingginya jumlah pasien yang dirujuk ke luar Kabupaten Lebong (Rejang

Lebong dan Bengkulu) yang seharusnya ditangani bidan di Puskesmas PONED,

memberikan indikasi kinerja bidan di Puskesmas PONED terkait dengan kemampuan

yang rendah dan pengalaman yang masih kurang dalam menangani pasien dan

ketidaksiapan Puskesmas mampu PONED dalam memberikan pelayanan

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.

Salah satu sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam pelayanan

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal adalah tenaga bidan yang harus profesional.

Penanganan masalah kematian ibu dan bayi pada masa persalinan merupakan salah

satu tanggung jawab yang dipikul oleh bidan, hal ini tentunya menuntut kemampuan

Universitas Sumatera Utara


dan pengalaman bidan secara individu untuk mencapai kinerja yang optimal dalam

memberikan pelayanan kepada pasien.

Menurut Rachmawati dan Suprapto (2006) hambatan dalam pelaksanaan

PONED adalah: keterbatasan sumber daya manusia, sarana dan peralatan pelayanan,

kurangnya koordinasi, pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum

belum memadai, marketing public relation belum maksimal. Akibat dari hambatan

atau kendala tersebut menyebabkan pemanfaatan puskesmas PONED belum

maksimal.

Standar pelayanan kebidanan dalam memberikan pelayanan

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal mengacu pada standar pelayanan kebidanan,

yaitu standar pelayanan umum dan standar pelayanan kebidanan termasuk

didalamnya adalah standar untuk penanganan kegawatdaruratan. Standar pelayanan

berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai

hasil yang diinginkan dan dapat dibandingkan dengan pelayanan yang diperoleh,

maka masyarakat akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap terhadap

pelaksanaan pelayanan (Depkes RI, 2000).

Survei pendahuluan pada bulan Juli untuk mengetahui permasalahan atau

penyebab tingginya jumlah kasus obstetri dan neonatal yang dirujuk dari Puskesmas

PONED di Kabupaten Lebong dilakukan wawancara terhadap 5 bidan desa yang

tersebar pada 5 Kecamatan di Kabupaten Lebong sebagai mitra kerja bidan di

Puskesmas PONED yang dianggap mengetahui kondisi pelayanan bidan dipuskesmas

secara jelas.

Universitas Sumatera Utara


Hasil survei pendahuluan ditemukan bahwa bidan desa tidak merujuk kasus

kegawatdaruratan persalinan ke Puskesmas PONED karena mereka beranggapan

bahwa bidan Puskesmas PONED kurang mampu dan berpengalaman dalam

penanganan kasus kegawatdaruratan persalinan. Sedangkan wawancara terhadap

4 orang bidan Puskesmas PONED pada 2 Puskemas, yaitu Puskesmas Muara Aman

dan Puskesmas Tes, menyatakan bahwa kepala puskesmas kurang memberi dukungan

dan kurang melakukan supervisi dalam pemanfaatan Puskesmas PONED serta

pemberian imbalan dari Puskesmas tidak menentu dan jumlahnya relatif sedikit.

Hasil penelitian Darsiwan (2003), mengungkapkan bahwa pengalaman

berhubungan signifikan dengan kinerja, namun kemampuan, imbalan, motivasi, gaya

kepemimpinan dan sikap tidak berhubungan dengan kinerja. Hasil uji regresi

menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan variabel pengalaman, kemampuan,

gaya kepemimpinan, imbalan dan motivasi terhadap kinerja bidan di desa. Kinerja

bidan dan kemampuan bidan masih rendah dalam menolong persalinan.

Beberapa penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh faktor individu dan

organisasi terhadap kinerja, seperti hasil penelitian Basri (2008) yang meneliti kinerja

bidan desa di Kabupaten Aceh Tenggara juga menunjukkan adanya pengaruh yang

signifikan faktor individu dan organisasi terhadap kinerja dan hasil penelitian

Chailaty (2011) menunjukkan bahwa secara statistik variabel faktor individu dan

organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja bidan desa di Puskesmas

Indrapura Kabupaten Batubara, sedangkan variabel tempat tinggal tidak berpengaruh

Universitas Sumatera Utara


signifikan. Variabel status perkawinan bidan desa memberikan pengaruh yang paling

dominan terhadap kinerja bidan desa.

Hasil penelitian Fibriana (2007) mengungkapkan bahwa kematian maternal

dipengaruhi berbagai faktor seperti keterlambatan rujukan, terutama keterlambatan

pertama, rendahnya tingkat pendidikan ibu, rendahnya tingkat pendapatan keluarga

dan belum dapat dilaksanakannya Gerakan Sayang Ibu (GSI) secara optimal.

Kinerja bidan dalam pelaksanaan manajemen pelayanan kegawatdaruratan

obstetri dan neonatal terkait dengan kemampuan dan pengalaman secara individu dan

imbalan serta supervisi secara organisasi dalam menangani kasus kegawatdaruratan

persalinan dan berdampak pada kinerja bidan yang belum optimal.

Berdasarkan teori, permasalahan dan beberapa penelitian terdahulu yang telah

dikemukakan di atas, dan permasalahan yang ditemui pada Puskesmas PONED di

Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, maka peneliti tertarik untuk meneliti

”pengaruh faktor individu dan organisasi terhadap kinerja bidan puskesmas

Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Kabupaten Lebong,

Provinsi Bengkulu”.

1.2 Permasalahan

Bagaimana pengaruh faktor individu dan organisasi terhadap kinerja bidan

puskesmas Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di

Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu?

Universitas Sumatera Utara


1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh faktor individu dan organisasi terhadap kinerja bidan

puskesmas Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di

Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.

1.4 Hipotesis

Faktor individu dan organisasi berpengaruh terhadap kinerja bidan puskesmas

Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Kabupaten Lebong,

Provinsi Bengkulu.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Masukan bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas PONED di Kabupaten Lebong

dalam mengoptimalkan kinerja bidan.

2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan administrasi dan kebijakan kesehatan

khususnya yang berkaitan dengan kinerja bidan di Puskesmas.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori tentang Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Menurut Ilyas (2002), untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kinerja

personal dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis ada tiga

kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kinerja dan kerja yaitu variabel

individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel

tersebut memengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kerja

personal. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan

tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan

atau tugas.

Kinerja adalah kelakuan atau kegiatan yang berhubungan dengan tujuan

organisasi, dimana organisasi tersebut merupakan keputusan dari pimpinan.

Dikatakan bahwa kinerja bukan outcome, konsekuensi atau hasil dari perilaku atau

perbuatan. Tetapi kinerja adalah perbuatan atau aksi itu sendiri, disamping itu kinerja

adalah multidimensi sehingga untuk beberapa pekerjaan spesifik mempunyai

beberapa bentuk komponen kerja, yang dibuat dalam batas hubungan variasi dengan

variabel lain. Kinerja dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi

mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan (Bernadin et.al, 1998).

Universitas Sumatera Utara


Penampilan kerja atau job performance sebagai bagian dari profisiensi kerja

adalah menyangkut apa yang dihasilkan seseorang dari perilaku kerja. Tingkat sejauh

mana seseorang berhasil menyelesaikan tugasnya disebut profesi (level of

performance). Individu di tingkat prestasi kerja disebut produktif, sedangkan prestasi

kerjanya tidak mencapai standar disebut tidak produktif. Job performance

(penampilan kerja) adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku

dalam pekerjaan yang bersangkutan. Menurut teori Atribusi atau Expectancy Theory,

penampilan kerja dirumuskan sebagai berikut : P = M x A, dimana P (Performance),

M (Motivasi), A (Ability). Sehingga dapat dijelaskan bahwa performance adalah hasil

interaksi antara motivasi dengan ability (kemampuan dasar). Dengan demikian orang

yang tinggi motivasinya, tetapi memiliki kemampuan dasar yang rendah akan

menghasilkan performance yang rendah, begitu pula halnya dengan orang yang

sebenarnya mempunyai kemampuan dasar yang tinggi tetapi rendah motivasinya

(Wijono, 2000).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja personal, dilakukan

kajian terhadap teori kinerja. Secara teori ada tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi perilaku dan kinerja yaitu : faktor individu, faktor organisasi, dan

faktor psikologis. Ketiga kelompok faktor tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang

pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja personal. Perilaku yang berhubungan

dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus

Universitas Sumatera Utara


diselesaikan untuk mencapai sasaran atau suatu jabatan atau tugas (Gibson et al,

1996).

Gibson et al (1996) menyampaikan model teori kinerja dan melakukan

analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja adalah

faktor individu, psikologi dan organisasi. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan

ketrampilan, latar belakang dan demografi. Kemampuan dan ketrampilan merupakan

faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu. Variabel demografis mempunyai

efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu. Faktor organisasi yang

mempengaruhi kinerja individu terdiri dari sumber daya, sarana kerja, kepemimpinan,

supervisi dan imbalan.

Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan

motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman

kerja sebelumnya. Faktor psikologis seperti sikap, kepribadian, dan pembelajaran

merupakan hal yang kompleks, sulit diukur dan sukar mencapai kesepakatan tentang

pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan bergabung

dengan organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan ketrampilan yang

berbeda satu dengan lainnya.

2.1.3 Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2005), penilaian kinerja merupakan kajian sistematis tentang

kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan

standar kerja yang telah ditentukan perusahaan. Penilaian kinerja merupakan proses

Universitas Sumatera Utara


yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang,

meliputi dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas.

Rivai (2005) pada dasarnya ada dua model penilaian kinerja :

1. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Lalu

(a) Skala Peringkat (Rating Scale)

Metode ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan dalam

penilaian prestasi, di mana para penilai diharuskan melakukan suatu penilaian

yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu,

mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.

(b) Daftar Pertanyaan (Checklist)

Metode ini menggunakan formulir isian yang menjelaskan beraneka macam

tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai hanya perlu kata atau

pertanyaan yang mengambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan.

Keuntungan dari cheklist adalah biaya yang murah, pengurusannya mudah,

penilai hanya membutuhkan pelatihan yang sederhana dan distandarisasi.

(c) Metode dengan Pilihan Terarah

Metode ini dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan mengurangi

subjektivitas dalam penilaian. Salah satu sasaran dasar pendekatan pilihan ini

adalah untuk mengurangi dan menyingkirkan kemungkinan berat sebelah

penilaian dengan memaksa suatu pilihan antara pernyataan-pernyataan

deskriptif yang kelihatannya mempunyai nilai yang sama.

Universitas Sumatera Utara


(d) Metode Peristiwa Kritis (Critical Incident Method)

Metode ini bermanfaat untuk memberi karyawan umpan balik yang terkait

langsung dengan pekerjaannya.

(e) Metode Catatan Prestasi

Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan

penyempurnaan, yang banyak digunakan terutama oleh para profesional,

misalnya penampilan, kemampuan berbicara, peran kepemimpinan dan

aktivitas lain yang berhubungan dengan pekerjaan.

(f) Skala Peringkat dikaitkan dengan Tingkah Laku (Behaviorally Anchored

Rating Scale=BARS)

Penggunaan metode ini menuntut diambilnya tiga langkah, yaitu:

1) Menentukan skala peringkat penilaian prestasi kerja

2) Menentukan kategori prestasi kerja dengan skala peringkat

3) Uraian prestasi kerja sedemikian rupa sehingga kecenderungan perilaku

karyawan yang dinilai dengan jelas.

(g) Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Method)

Penilai turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari SDM. Spesialis

SDM mendapat informasi dari atasan langsung perihal karyawannya, lalu

mengevaluasi berdasarkan informasi tersebut.

(h) Tes dan Observasi Prestasi Kerja (Performance Test and Observation)

Karyawan dinilai, diuji kemampuannya, baik melalui ujian tertulis yang

menyangkut berbagai hal seperti tingkat pengetahuan tentang prosedur dan

Universitas Sumatera Utara


mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati atau melalui ujian

parktik yang langsung diamati oleh penilai.

(i) Pendekatan Evaluasi Komparatif (Comparative Evaluation Approach)

Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang dengan

karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis.

2. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Depan

a. Penilaian Diri Sendiri (Self Appraisal)

Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri

dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatan

dan kelemahan dirinya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek

perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.

b. Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management by Objective)

Merupakan suatu bentuk penilaian di mana karyawan dan penyelia bersama-

sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja

karyawan secara individu di waktu yang akan datang.

c. Penilaian dengan Psikolog

Penilaian ini lazimnya dengan teknik terdiri atas wawancara, tes psikologi,

diskusi-diskusi dengan penyelia-penyelia.

3. Pada organisasi dengan tingkat manajemen majemuk, personel biasanya dinilai

oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi. Penilaian termasuk yang dilakukan

oleh penyelia atau atasan langsung kepadanya laporan kerja personel

disampaikan. Penilaian ini dapat juga melibatkan manajer lini unit lain. Sebagai

Universitas Sumatera Utara


contoh, personel bagian pembelian dapat dinilai oleh manajer produksi sebagai

pemakai barang yang dibeli. Hal ini normal terjadi bila interaksi antara personel

dan unit lain cukup tinggi. Sebaiknya penggunaan penilaian atasan dari bagian

lain dibatasi, hanya pada situasi kerja kelompok dimana individu sering

melakukan interaksi. Pada penilaian manajer, biasanya dilakukan oleh beberapa

atasan manajer dengan tingkat lebih tinggi yang sering bekerja sama dalam

kelompok kerja. Penilaian kerja kelompok akan sangat bernilai jika penilaian

dilakukan dengan bebas dan kemudian dilakukan mufakat dengan diskusi. Hasil

penilaian akhir seharusnya tidak dihubungkan dengan kemungkinan adanya

perbedaaan pendapat diantara penilai. Penilaian kelompok dapat menghasilkan

gambaran total kinerja personel lebih tepat, tetapi kemungkinan terjadi bias

dengan kecenderungan penilaian lebih tinggi sehingga menghasilkan penilaian

yang merata.

Penilaian atasan langsung sangat penting dari seluruh sistem penilaian kinerja.

Hal ini disebabkan karena mudah untuk memperoleh hasil penilaian atasan dan dapat

diterima oleh akal sehat. Para atasan merupakan orang yang tepat untuk mengamati

dan menilai kinerja bawahannya. Oleh sebab itu, seluruh sistem penilaian umumnya

sangat tergantung pada evaluasi yang dilakukan oleh atasan (Rivai, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2.2 Faktor Individu

Gibson (1996), menyatakan faktor individu merupakan faktor utama yang

memengaruhi kinerja individu, karena seorang individu masuk dan bergabung dalam

organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang sosial budaya dalam hal ini:

(a) kemampuan dan keterampilan (mental, fisik), (b) latar belakang ( keluarga, tingkat

sosial, pengalaman), (c) demografis (umur, jenis kelamin, pendidikan, status kawin

dan lama kerja)

a. Umur

Umur adalah lamanya hidup dihitung sejak dilahirkan hingga saat ini. Umur

merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan baru.

Pada masa ini merupakan usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi,

masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan

nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru dan masa kreatif. Pada masa dewasa

ditandai oleh adanya perubahan jasmani dan mental, kemahiran dan ketrampilan

profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,

teknologi dan kesenian (Soekanto, 1990).

Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas karyawan.

Kedewasaan adalah tingkat kedewasaan teknis dalam melaksanakan tugas-tugas

maupun kedewasaan psikologis. Umumnya kinerja personel meningkat sejalan

dengan peningkatan usia pekerja. Pekerja usia 20-30 tahun mempunyai motivasi kerja

relatif lebih rendah dibandingkan pekerja yang lebih tua, karena pekerja lebih muda

belum berpijak pada realitas, sehingga seringkali mengalami kekecewaan dalam

Universitas Sumatera Utara


bekerja. Hal ini menyebabkan rendahnya kinerja dan kepuasan kerja (Notoatmodjo,

2003).

b. Jenis Kelamin

Diasumsikan bahwa bukan perbedaan jenis kelamin itu sendiri yang

menyebabkan perbedaan kinerja tetapi berbagai faktor berkaitan dengan jenis kelamin

misalnya perbedaan mendapatkan formasi, besarnya gaji dan lain-lain. Siagian (2006)

mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan produktivitas kerja antara karyawan

wanita dan perawat pria. Walaupun demikian jenis kelamin perlu diperhatikan karena

sebahagian besar tenaga kesehatan berjenis kelamin wanita dan sebahagian kecil

berjenis kelamin pria. Pada pria dengan beban keluarga tinggi akan meningkatkan

jam kerja perminggu, sebaliknya wanita dengan beban keluarga tinggi akan

mengurangi jam kerja perminggu.

c. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003).

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers (1974) dalam Notoatmodjo

(2003), dari hasil penelitiannya mengungkapakan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru, dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a. Awarenes ( kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, orang sudah mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

d. Pendidikan

Latar belakang pendidikan dan masa kerja seseorang akan mempengaruhi

kemampuan pemenuhan kebutuhannya. Sesuai dengan tingkat pemenuhan kebutuhan

yang berbeda-beda akhirnya mempengaruhi motivasi kerja seseorang. Pendidikan

dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian materi guna mencapai perubahan

dan tingkah laku (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat

unsur-unsur pendidikan yakni :

a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan

pendidikan (pelaku Pendidikan).

b. Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.

Universitas Sumatera Utara


c. Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau perilaku (Notoatmodjo,

2003).

Konsep dasar dari pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di

dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, perubahan kearah

yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang sehingga dapat menghasilkan

perubahan perilaku pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

Pekerja yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi akan mewujudkan

motivasi kerja yang berbeda dengan pendidikan yang lebih rendah. Siagian (2006)

menyatakan bahwa latar belakang pendidikan mempengaruhi motivasi kerja

seseorang. Tenaga kesehatan yang berpendidikan tinggi motivasinya akan lebih baik

karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan

dengan tenaga kesehatan yang berpendidikan rendah. Hal serupa dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2003) bahwa melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan

kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak.

Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi produktivitas kerjanya.

e. Kemampuan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) pengertian mampu adalah

kesanggupan atau kecakapan, sedangkan kemampuan berarti seseorang atau pegawai

yang memiliki kecakapan atau kesanggupan untuk mengerjakan suatu yang

diwujudkan melalui tindakannya untuk meningkatkan produktivitas kerja

Menurut Gibson et al (1996) menyatakan bahwa kemampuan ialah sifat yang

memungkinkan seseorang melakukan sesuatu yang bersifat mental dan fisik.

Universitas Sumatera Utara


Kemampuan mental yaitu: (1)keluwesan; (2)kefasihan; (3)jalan pikiran secara

induktif; (4) ingatan yang luar biasa; (5)rentang ingatan; (6)kecakapan; (7)kecepatan

berpersepsi; (8)jalan pikiran secara deduktif; (9)orientasi dan visualisasi ruangan;

(9)pemahaman lisan. fisik yaitu: (1)kekuatan dinamis; (2)tingkat kelenturan;

(3)koordinasi tubuh nyata; (4)keseimbangan tubuh nyata; (5)stamina.

Menurut Robin (2002) kemampuan berarti kapasitas seorang individu untuk

melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah

penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Kemampuan keseluruhan

seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor yaitu intelektual dan

fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan

berbagai aktifitas mental, berfikir, menalar, dan memecahkan masalah. Dalam hal ini

termasuk kemampuan potensial (IQ) dan kemampuan realty menurut Keith Davis.

Sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan melakukan tugas-tugas yang

menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa.

Kemampuan merupakan sifat yang dimiliki oleh tenaga kesehatan yang

diperolehnya dari proses pembelajaran yang memungkinkannya dapat menyelesaikan

atau melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga kesehatan

(Notoatmodjo, 2003). Sedangkan Muchlas (1999), mengungkapkan bahwa

kemampuan kerja adalah kapasitas individu dalam menyelesaikan berbagai tugas

dalam sebuah pekerjaan, kemampuan menyeluruh seorang karyawan meliputi

kemampuan intelektual dan kemampuan fisik

Universitas Sumatera Utara


f. Keterampilan

Muchlas (1999), menyatakan bahwa keterampilan merupakan salah satu

permasalahan tenaga kerja yang sangan penting. Sejumlah perusahaan membutuhkan

karyawan yang memiliki ketermapilan yang cukup, seperti mampu membaca dan

mengerti petunjuk-petunjuk operasional yang kompleks, membuat kontrol kualitas

secara statistik dan membuat penilaian terhadap permintaan klien.

g. Tempat Tinggal

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), petugas kesehatan yang

bertempat tinggal dirumah jabatan memiliki kinerja yang lebih baik bila

dibandingkan dengan petugas kesehatan yang tidak bertempat tinggal di rumah dinas

atau rumah jabatan.

Hal ini sangat logis karena dari fakta yang ditemukan responden yang tidak

bertempat tinggal di rumah jabatan dan jaraknya jauh dari puskesmas sebagian waktu

kerjanya habis tersita oleh perjalanan pulang pergi dari tempat tinggal ke puskesmas.

h. Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Setiap

organisasi pelayanan kesehatan menginginkan turn overnya rendah dalam arti tenaga

atau karyawan aktif yang lebih lama bekerja di kantor tersebut tidak pindah ke unit

kerja lain, sebab dengan turn over yang tinggi menggambarkan kinerja unit kerja

tersebut.

Siagian (2006) mengatakan bahwa semakin banyak tenaga aktif yang

meninggalkan organisasi dan pindah ke organisasi lain mencerminkan ketidakberesan

Universitas Sumatera Utara


organisasi tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja

dalam suatu organisasi maka semakin tinggi motivasi kerjanya.

j. Pengalaman

Siagian (2006), memyatakan bahwa pengalaman seseorang melakukan tugas

tertentu secara terus menerus dalam waktu yang lama biasanaya meningkatkan

kedewasaan teknisnya, artinya semakin lama seseorang bekerja maka semakin

berkurang tingkat kesalahan yang dibuat oleh pekerja dan pekerja semakin terampil

dalam menyelesaikan pekerjaan.

Menurut Muchlas (1999) , menyatakan bahwa pengalaman-pengalamn pribadi

ini memiliki dampak pertama pada komponen kognitif dari sikapnya, Artinya

pengalaman- pengalaman pribadi dengan objek tertentu (orang, benda atau peristiwa)

dengan cara menghubungkan obyek tertentu dengan pengalaman lain dimana anda

telah memiliki sikap tertentu.

Pengalaman bidan Puskesmas PONED dalam memberikan pertolongan

pertama dalam menangani kasus kegawatdaruratan persalinan merupakan hal yang

sangat penting. Pengalaman bidan Puskesmas PONED dapat dijadikan sebagai

indikator kinerja dalam pertolongan pertama dalam menangani kasus

kegawatdaruratan persalinan. Semakin berpengalaman seorang bidan maka semakin

tinggi kinerja yang dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Faktor Organisasi

Menurut Gibson et al (1996) faktor organisasi yang memengaruhi kinerja

individu terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain

pekerjaan. Baron dan Byrne (1997), mengatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua

hal utama, yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan faktor individual. Faktor

organisasional meliputi imbalan, supervisi, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi

fisik dari lingkungan kerja. Sementara faktor individual merupakan faktor yang

terdapat dalam diri sendiri meliputi ciri sifat kepribadian, senioritas, masa kerja,

kemampuan ataupun keterampilan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan dan

kepuasan hidup.

a. Sumber Daya

Menurut Notoatmojo (2003), sumber daya terdiri dari sumber daya manusia

(SDM), sarana, dana dan metoda merupakan bagian dari unsur masukan yang

keberadaannya dalam suatu organisasi merupakan hal yang paling pokok karena

merupakan modal dasar untuk dapat berfungsinya suatu organisasi.

Pada peneltian ini, sumber daya yang dimaksudkan adalah sumber daya

manusia tenaga kesehatan yang terdiri dari bidan koordinator yang memegang

peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA),

khususnya pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan Ibu nifas, pelayanan

kesehatan bayi dan anak balita (Depkes RI, 2006).

Universitas Sumatera Utara


b. Kepemimpinan

Gibson et al (1996) berpendapat kepemimpinan adalah merupakan fungsi

pokok dari segala jenis organisasi. Kepemimpinan adalah sebagai suatu proses untuk

dapat mempengaruhi perilaku pengikutnya. Kepemimpinan terjadi dalam dua bentuk

yaitu : formal dan informal. Kepimpinan formal terbentuk melalui pemilihan atau

pengangkatan dengan wewenang formal, sedangkan kepemimpinan informal

terbentuk karena keterampilan, keahlian atau karena wibawa yang dapat memenuhi

kebutuhan orang lain.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan

organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi

untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi

interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan

aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan

kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dengan orang-orang di luar

kelompok atau organisasi (Rivai, 2005).

Menurut Siagian (2006) kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan

seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja, untuk

mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahannya untuk memberikan

sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Pencapain tujuan organisasi

akan sangat ditentukan oleh kemampuan atau efektivitas pemimpin dalam

menggerakkan dan mendorong anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaannya.

Oleh karena itu, kepemimpinan merupakan faktor yang vital bagi keberhasilan suatu

Universitas Sumatera Utara


organisasi. Seorang pimpinan yang efektif sebaiknya memiliki kemampuan untuk

berkomunikasi dengan bawahan, membangkitkan motivasi kerja bawahan,

mengkoordinasi pekerjaan bawahan dan melakukan supervisi pekerjaan bawahan.

c. Imbalan

Gibson et al (1996) menyatakan bahwa imbalan terbagi dalam dua macam,

yaitu imbalan intrinsik dan imbalan ekstrinsik. Imbalan instrinsik adalah imbalan

yang merupakan bagian dari pekerjaan mencakup rasa penyelesaian (completion),

pencapaian prestasi (achievement) otonomi (autonomy) dan pertumbuhan pribadi

(personal growth). Imbalan instrinsik melekat/inheren pada aktivitas itu sendiri dan

dinilai dari mereka sendiri.serta pemberiannya tidak tergantung kepada kehadiran

atau tindakan-tindakan dari orang lain atau hal-hal lainnya. Imbalan ekstrinsik adalah

imbalan yang merupakan bagian dari pekerjaan itu sendiri, imbalan tersebut

mencakup imbalan finansial (gaji/upah dan tunjangan), imbalan antar pribadi, dan

promosi.

Lebih lanjut Gibson menerapkan beberapa pertimbangan penting untuk

mengembangkan dan mendistribusikan imbalan yaitu imbalan harus (1) cukup

memuaskan kebutuhan dasar misalnya makanan, perumahan dan pakaian, (2)

dianggap adil, (3) diorientasikan secara individual. Bila pertimbangan tersebut tidak

diperhatikan maka proses pemberian imbalan akan kurang efektif.

Menurut Simamora (2004) bentuk imbalan-imbalan dan sistem kompensasi di

dalam organisasi mempunyai dua tipe dasar atau katagori. Kedua tipe diartikan

sebagai imbalan-imbalan intrinsik (intrinsic reward) dan imbalan-imbalan ekstrinsik

Universitas Sumatera Utara


(extrinsic reward). Program insentif atau imbalan yang baik harus memenuhi

beberapa aturan sebagai berikut:

a. Sederhana, aturan sistem imbalan haruslah ringkas, jelas dan dapat dimengerti.

b. Spesifik, para karyawan perlu mengetahui secara rinci apa yang diharapkan

supaya mereka kerjakan.

c. Dapat dicapai, setiap karyawan harus memiliki kesempatan yang masuk akal

untuk memperoleh sesuatu.

d. Dapat diukur, tujuan yang terukur merupakan landasan di mana rencana insentif

atau imbalan dibangun. Program bernilai rupiah merupakan pemborosan jika

pencapaian spesifik tidak dapat dikaitkan dengan uang dikeluarkan.

Menurut Rivai (2005), ada dua jenis imbalan, pertama imbalan intrinsik yaitu

imbalan yang diterima individu untuk diri mereka sendiri mencakup prestasi, otonomi

dan pengembangan karier, kedua imbalan ekstrinsik yaitu imbalan yang diterima dari

lingkungan di sekitar konteks kerja mencakup uang, status, promosi dan

penghargaan. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), imbalan adalah insentif kerja

yang dapat diperoleh dengan segera atau insentif yang diperoleh dalam jangka

panjang. Insentif dibagi dalam tujuh jenis, yaitu :

a. Insentif primer

Yaitu imbalan yang berhubungan dengan kebutuhan fasilitas (makan, minum,

kontak fisik, dan sebagainya).

Universitas Sumatera Utara


b. Insentif sensoris

Yaitu umpan balik sensoris dari lingkungan (misalnya main musik untuk

memperoleh umpan balik sensoris berupa bunyi musik yang dimainkan).

c. Insentif sosial

Yaitu manusia akan melakukan sesuatu untuk memperoleh penghargaan atau

diterima di lingkungannya. Penerimaan atau penolakkan tersebut akan lebih

berfungsi secara efektif sebagai imbalan/hukuman daripada reaksi yang berasal

dari individu.

d. Insentif yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi ( upah, kenaikan

pangkat, penambahan tunjangan, dan sebagainya).

e. Insentif berupa aktifitas

Beberapa aktifitas / kegiatan fisik dapat memberikan nilai insentif tersendiri pada

individu.

f. Insentif status dan pengasuh

Dengan kedudukan tinggi di masyarakat, dapat menikmati imbalan materi,

penghargaan sosial, kepatuhan dan sebagainya.

g. Insentif yang berupa terpenuhinya standar internal

Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan dari dalam diri seseorang yang

diperolehnya dari pekerjaan.

Gibson et.al.(1996), menyebutkan 4 (empat) bentuk imbalan atau insentif

yang umum diberikan kepada karyawan yang berprestasi, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Material berupa bonus, hadiah-hadiah khusus, uang cuti atau materi-materi lain dan

uang lembur. Kenaikan gaji khusus ataupun berkala dalam skala tertentu dapat

dianggap menjadi suatu bentuk dari insentif.

2. Promosi atau kenaikan pangkat serta jabatan.

3. Pengakuan atau pengumuman dari prestasi seseorang atau grup di lingkungan yang

luas.

4. Dalam bentuk yang berlawanan apabila prestasi atau kinerja tersebut ditemukan

tidak baik atau di bawah target maka bentuk reward lebih tepat disebut sebagai

ganjaran atau punishment (hukuman).

d. Supervisi

Menurut Koentjoroningrat (1997) secara umum mengemukakan supervisi

adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap

pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan

masalah segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna

mengatasinya.

Tujuan supervisi adalah mengorientasi, melatih kerja, memimpin, memberi

arahan dan mengembangkan kemampuan personil. Sedangkan fungsinya untuk

mengatur dan mengorganisir proses atau mekanisme pelaksanaan kebijaksanaan

diskripsi dan standar kerja. Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang

berlangsung, pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan

agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Umpan

balik dan perbaikan dapat dilakukan saat supervisi. Supervisi dapat juga dilakukan

Universitas Sumatera Utara


secara tidak langsung yaitu melalui laporan baik tertulis maupun lisan, supervisor

tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi

kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

Menurut Notoatmodjo (2003) apabila supervisi dilakukan dengan baik, akan

diperoleh banyak manfaat. Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut

manajemen dapat dibedakan atas dua macam yakni : 1) dapat lebih meningkatkan

efektivitas kerja; 2) dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja.

2.4 Bidan

2.4.1 Pengertian Bidan

Bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas penting dalam

bimbingan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas, dan menolong

persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi

baru lahir (prenatal care). Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, deteksi kondisi

abnormal ibu dan anak, usaha mendapatkan bantuan medik dan melaksanakan

tindakan kedaruratan dimana tidak ada tenaga bantuan medik. Bidan mempunyai

tugas penting dalam pendidikan dan konseling, tidak hanya untuk klien tetapi juga

untuk keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1990).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 363/ Menkes/Per/IX/1989 tentang

wewenang bidan, bidan ialah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus sesuai dengan persyaratan

yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


Bidan Desa juga dinamakan midwife atau pendamping istri. Kata bidan

berasal dari bahasa Sansekerta yaitu wirdhan yang artinya wanita bijaksana, namun

ada juga yang mengartikan bahwa bidan adalah dukun yang terdidik. Pada saat ini

pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan

yang diakui dan mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktek kebidanan (Sofyan

et.al, 2006)

Bidan adalah seseorang yang telah lulus mengikuti program pendidikan bidan

yang diakui di negaranya dan memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau

memiliki izin yang sah untuk melakukan praktek bidan. Dia harus mampu

memberikan supervise, asuhan dan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama

masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas

tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak (Depkes RI,

1998).

2.4.2 Tanggung Jawab Bidan

Menurut IBI (2007) bahwa tanggung jawab bidan mencakup:

1. Dalam mencapai tugasnya berpegang teguh pada filosofi etika profesi dan aspek

legal.

2. Bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis yang

dibuatnya.

3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir

secara berkala.

Universitas Sumatera Utara


4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan

strategi pengendalian infeksi

5. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan

kebidanan.

6. Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktek

kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan

anak.

7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar

mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek

asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab

atas kesehatannya sendiri.

8. Menggunakan keterampilan komunikasi.

9. Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan ibu dan keluarga.

10. Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

2.4.3 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan meliputi upaya promotif, preventif, dan asuhan

persalinan normal, pencegahan, penanganan dan deteksi dini komplikasi pada ibu dan

anak, melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Selain daripada itu bidan juga dapat

melakukan konselling dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, bidan dapat

praktik diberbagai tatanan pelayanan , termasuk dirumah, masyarakat, RS, klinik atau

Universitas Sumatera Utara


unit kesehatan lainnya (Kepmenkes. RI no 369/SK/III/2007 tentang standar profesi

Bidan).

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat.

Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi:

1. Layanan kebidanan primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi

tanggungjawab bidan

2. Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai

anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu

urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan

3. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam

rangka rujukan kesistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu

pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang

menolong persalian, juga layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan ke

tempat/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya secara horizontal maupun vertikal

atau keprofesi kesehatan lainnya (IBI, 2007).

2.4.4 Standar Pelayanan Kebidanan

Standar pelayanan kebidanan terdiri dari 25 standar, yang meliputi standar

pelayanan umum dan standar pelayanan kebidanan termasuk didalamnya adalah

standar untuk penanganan kegawatdaruratan. Standar Pelayanan Kebidanan tersebut

dikelompokkan sebagai berikut (Depkes RI, 2001):

1. Standar Pelayanan Umum terdiri dari 2 Standar (standar 1 s/d standar 2)

2. Standar Pelayanan Ante Natal terdiri dari 6 Standar (standar 3 s/d standar 8)

Universitas Sumatera Utara


3. Standar Pertolongan Persalinan terdiri dari 4 Standar (standar 9 s/d standar 12)

4. Standar Pelayanan Nifas terdiri dari 3 Standar (standar 13 s/d standar 15)

5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal, terdiri dari 10 Standar

(Standar 16 s/d Standar 25):

Tabel 2.1 Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal

Standar 16 : Penanganan Perdarahan pada Kehamilan


Pernyataan : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan, serta
Standar melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
Standar 17 : Penanganan Kegawatan pada Eklamsi
Pernyataan : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsi
Standar mengancam, serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan
pertama.
Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama/Macet
Pernyataan : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala
Standar partuslama/macet serta melakukan penanganan yang memadai
dan tepat waktu atau merujuknya.
Standar 19 : Persalinan dengan Forcep Rendah
Pernyataan : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi forcep rendah,
Standar menggunakan forcep secara benar dan menolong persalinan
secara aman bagi ibu dan bayinya
Standar 20 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
Pernyataan : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum,
Standar melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan
persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan
janin/ bayinya.
Standar 21 : Penanganan Retentio Plasenta
Pernyataan : Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan
Standar pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan
perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.
Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer
Pernyataan : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24
Standar jam pertama setelah persalinan (post partum primer) dan segera
melakukan pertolongan petama untuk mengendalikan
perdarahan.
Standar 23 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 lanjutan
Pernyataan : Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
Standar perdarahan post partu sekunder, dan melakukan pertolongan
petama untuk menyelamatkan jiwa ibu, dan/atau merujuknya.
Standar 24 : Penanganan Sepsis Puerpuralis
Pernyataan : Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis
Standar puerpuralis, serta melakukan pertolongan pertama atau
merujuknya.
Standar 25 : Penanganan Asfiksia
Pernyataan : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan
Standar asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan
bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan
lanjutan.

2.4.5 Tugas Pokok dan Fungsi Bidan

Terdapat sembilan (9) tugas pokok dan fungsi seorang bidan:

1. Melaksanakan asuhan kebidanan kepada ibu hamil (Ante Natal Care)

2. Melakukan asuhan persalinan fisiologis kepada ibu bersalin (Post Natal Care)

3. Menyelenggarakan pelayanan terhadap bayi baru lahir (kunjungan neonatal)

4. Mengupayakan kerjasama kemitraan dengan dukun bersalin diwilayah kerja

puskesmas.

5. Memberikan edukasi melalui penyuluhan kesehatan reproduksi dan kebidanan.

6. Melaksanakan pelayanan Keluarga Berencana (KB) kepada wanita usia subur

(WUS).

7. Melakukan pelacakan dan pelayanan rujukan kepada ibu hamil risiko tinggi

(bumil resti).

8. Mengupayakan diskusi audit maternal perinatal (AMP) bila ada kasus kematian

ibu dan bayi

Universitas Sumatera Utara


9. Melaksanakan mekanisme pencatatan dan pelaporan terpadu pelayanan

Puskesmas.

2.5 Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan

langsung terhadap ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas baik yang datang sendiri atau

atas rujukan kader/masyarakat, bidan desa dan puskesmas. Puskesmas PONED dapat

melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat

kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada Rumah Sakit PONEK

(Depkes RI, 2004).

PONED adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawat

daruratan obstetri dan neonatal yang meliputi: pelayanan obstetri yaitu pemberian

oksitosin parenteral, antibiotika parenteral, dan sedative parenteral, pengeluaran

plasenta manual/kuret serta pertolongan persalinan menggunakan vacum

ekstraksi/forceps ekstraksi (Depkes RI, 2004).

Pelayanan neonatal yaitu: resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian antibiotik,

parenteral, pemberian anti konvulsan parenteral, pemberian bic-nat intraumbilical,

pemberian Phenobarbital untuk mengatasi icterus, pelaksanaan thermal kontrol untuk

mencegah hipotermia, dan penanggulangan pemberian nutrisi (Depkes RI, 2004).

PONED dilaksanakan oleh Puskesmas dan menerima rujukan dari dan oleh

tenaga atau fasilitas kesehatan ditingkat desa atau masyarakat dan rujukan ke RS

Universitas Sumatera Utara


PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergesi Konprehensif). PONED merupakan

kegiatan penyelamatan kasus kegawat daruratan obstetri dan neonatal dengan

memberikan pertolongan pertama serta mempersiapkan rujukan. PONED

dilaksanakan oleh tenaga atau fasilitas kesehatan ditingkat desa dan sesuai dengan

kebutuhan dapat merujuk ke Puskesmas PONED atau RS Kabupaten/Kota untuk

aspek obstetrik ditambah dengan melakukan transfusi darah dan bedah saesar.

Sedangkan untuk aspek neonatal ditambah dengan kegiatan melaksanakan perawatan

neonatal secara intensif oleh bidan/perawat terlatih emergensi setiap saat (Depkes RI,

2004).

Kebijakan pembentukan Puskesmas mampu PONED disebabkan karena

komplikasi obstetri harus segera ditangani dalam waktu kurang dari dua jam,

misalnya perdarahan harus segera dilakukan tindakan dalam waktu kurang dari dua

jam, sehingga perlu adanya fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau.

2.6 Kegawatdaruratan Persalinan

Menurut Hanafiah (2008) yang dimaksud dengan darurat (Emergency) adalah

kejadian yang tidak disangka-sangka dan memerlukan tindakan segera. Gawat

(Critical) adalah suatu keadaan yang berbahaya, genting,penting, tingkat kritis suatu

penyakit. Gawat darurat medik adalah suatu kondisi yang dalam pandangan pasien,

keluarga atau siapapun yang bertanggung jawab dalam membawa pasien kerumah

sakit, memerlukan pelayanan medik segera.

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

Universitas Sumatera Utara


dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala

tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi,

dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo, 2004).

Persalinan dan Kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37 - 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin.

Menurut Prawirohardjo (2004) kasus gawatdarurat obstetri ialah kasus obstetri

yang apa bila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janin. Kasus ini

menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Empat penyebab

utama kematian ibu ialah perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan

preeklamsia/klamsia, persalinan macet (distorsia bahu). Persalinan macet hanya dapat

terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penyebab yang lain dapat

terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan dalam masa nifas oleh perlukaan jalan lahir,

mencakup juga rupture uteri.

Manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan tersebut berbeda-beda dalam

rentang waktu yang cukup luas yaitu:

1. Kasus perdarahan dapat bermanifestasi mulai dari perdarahan berwujud bercak,

merembes, profus, sampai syok.

2. Kasus infeksi dan sepsis,dapat bermanifestasi mulai dari pengeluaran cairan

pervaginam yang berbau, air ketuban hijau, demam, sampai syok.

Universitas Sumatera Utara


3. Kasus hipertensi dan preeklamsia/eklamsia dapat bermanifestasi mulai dari

keluhan sakit, pusing kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai

koma/pingsan/tidak sadar.

4. Kasus persalinan macet, lebih mudah dikenal yaitu apa bila kemajuan persalinan

tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu yang normal, tetapi kasus persalinan

macet ini dapat bermanifestasi rupture uteri.

Kasus yang termasuk kegawatdaruratan obstetri meliputi: perdarahan, sepsis,

preeklamsia/eklamsia, syok, distosia bahu, prolapsus tali pusat, persalinan macet dan

cephalopelvic disproportion, rupture uteri. Kegawatdaruratan pada neonatal meliputi:

asfiksia, tetanus neonatorum, Hipotermi/BBLR (Depkes RI, 2005).

2.7 Landasan Teori

Berdasarkan hasil studi kepustakaan, beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap kinerja menurut Gibson et al (1996) adalah faktor individu, psikologi dan

organisasi.

Model teori kinerja dirangkum seperti pada skema di bawah ini :

Faktor Individu Perilaku Individu Faktor Psikologis


a. Kemampuan dan (Apa yang - Persepsi
keterampilan dikerjakan/diupayakan) - Sikap
- Mental - Kepribadian
- Fisik Kinerja - Belajar
b. Latar Belakang (Hasil yang diharapkan) - Motivasi
- Keluarga
- Tingkat sosial
- Pengalaman
c. Demografis
Faktor Organisasi
- Umur
- Jenis kelamin - Sumber Daya
- Pendidikan - Sarana Kerja
- Status kawin - Kepemimpinan
- Lama kerja - Supervisi
- Imbalan

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Model Teori Kinerja
Sumber : Gibson, Ivoncevich dan Donnelly (1996)
Mengacu kepada landasan teori di atas maka penelitin ini fokus kepada faktor

individu terdiri dari kemampuan dan pengalaman. Kemampuan dan pengalaman

merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu. Semakin tinggi

kemampuan dan pengalaman seorang bidan maka semakin memungkinkan bagi bidan

untuk menghasilkan kinerja yang optimal.

Faktor organisasional terdiri dari beberapa indikator yang penting adalah

imbalan dan supervisi. Imbalan adalah segala sesuatu yang diterima karyawan

sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Handoko, 2000). Imbalan dalam penelitian ini

diukur melalui kriteria pemberian imbalan, sistem pemberian imbalan dan bentuk

pemberian imbalan. Menurut Azwar (1996), supervisi adalah melakukan pengamatan

secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh

bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau

bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.

Faktor psikologis terdiri dari indikator persepsi, sikap, kepribadian, belajar,

dan motivasi. Faktor psikologis seperti sikap, kepribadian, dan pembelajaran

merupakan hal yang kompleks, sulit diukur dan sukar mencapai kesepakatan tentang

pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan bergabung

dengan organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan ketrampilan yang

berbeda satu dengan lainnya.

Universitas Sumatera Utara


Kinerja bidan dalam penelitian ini mengacu kepada tugas pokok dan fungsi

bidan Puskesmas PONED.

Beberapa indikator yang diabaikan dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Ketrampilan, disebabkan keterampilan lebih bersifat ke arah fisik, penilainnya

lebih akurat ketika dilakukan pengamatan langsung. Hal ini cukup menyulitkan

peneliti untuk mengamati secara langsung bagaimana seorang bidan Puskesmas

PONED menggunakan alat tubuhnya secara cepat dan tepat dalam menangani

kasus kegawatdaruratan persalinan.

2. Latar Belakang; keluarga, tingkat sosial bidan Puskesmas PONED relatif tidak

menunjukkan perbedaan.

3. Umur, asal dan suku bidan Puskesmas PONED relatif tidak menunjukkan

perbedaan

4. Sumber daya yang dimiliki Puskesmas PONED, seperti: peralatan, metode,

maupun sarana dan prasarana relatif sama.

5. Struktur organisasi Puskesmas di Kabupaten Lebong relatif sama.

6. Analisis pekerjaan (job specificaton) dan (job description) Puskesmas di

Kabupaten Lebong relatif sama

7. Persepsi dalam menangani kasus kegawatdaruratan persalinan Puskesmas

PONED di Kabupaten Lebong relatif sama

Universitas Sumatera Utara


8. Faktor psikologis; kepribadian, sikap, dan pembelajaran merupakan hal yang

kompleks, sulit diukur dan sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian dari

variabel tersebut.

2.8 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan keterbatasan peneliti maka kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Individu (X1)


a. Kemampuan
b. Pengalaman
Kinerja Bidan Puskesmas
PONED
(Y)
Faktor Organisasi (X2)
a. Supervisi
b. Imbalan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei explanatory, yang bertujuan menganalisis

pengaruh faktor individu dan organisasi terhadap kinerja bidan Puskesmas Pelayanan

Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Kabupaten Lebong, Provinsi

Bengkulu. Survey explanatory adalah penelitian yang dirancang untuk menjelaskan

hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas PONED di Kabupaten Lebong Provinsi

Bengkulu, dengan pertimbangan tingginya angka rujukan dan tingginya AKI, AKN.

Penelitian ini dilakukan bulan September 2011 sampai dengan bulan Januari 2012,

meliputi kegiatan pengumpulan data penelitian, pengolahan dan analisis data,

penyusunan hasil penelitian, seminar hasil dan ujian komprehensif.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan Puskesmas PONED di

Kabupaten Lebong, yaitu Puskesmas Muara Aman dan Puskesmas Tes sebanyak 34

orang.

Universitas Sumatera Utara


3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bidan di Puskesmas PONED,

mengingat jumlah populasi yang relatif sedikit peneliti menetapkan keseluruhan

populasi dijadikan sebagai sampel, yaitu sebanyak 34 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer dihimpun melalui wawancara langsung dengan Bidan Puskesmas

PONED berpedoman kepada kuesioner penelitian, dengan metode Self Assessment.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari registrasi Koordinator Bidan Desa dan Bidan

Desa, laporan PWS-KIA Puskesmas dan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten di

Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian data primer berupa kuesioner, sebelum digunakan dalam

penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya terhadap 30 orang

bidan di wilayah kerja Puskesmas Air Lais dan Puskesmas Bintunan Kabupaten

Bengkulu Utara dengan jumlah responden sebanyak 30 orang.

a. Uji validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data. Untuk

mengetahui validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara


menghitung korelasi antara skor r masing-masing pertanyaan dalam suatu variabel.

Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment Correlation,

dengan kriteria : bila r-hitung > r-tabel maka pertanyaan valid dan bila r-hitung < r-

tabel maka pertanyaan tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas suatu pertanyaan dengan membandingkan nilai

r-hasil (alpha cronbach) dengan r-tabel, dengan kriteria : bila r-alpha cronbach > r-

tabel maka pertanyaan reliabel dan bila r-alpha cronbach < r-tabel maka pertanyaan

tidak reliabel.

Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan seluruh butir pertanyaan dan

pernyataan pada kuesioner valid dan reliabel, dimana bila r-hitung > r-tabel (0,3) dan

r-alpha cronbach > r-tabel (0,6) (Lampiran.2)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Faktor individu adalah faktor yang terdapat dalam diri sendiri dalam hal ini bidan

Puskesmas PONED meliputi indikator kemampuan dan pengalaman: (a) indikator

kemampuan adalah kapasitas bidan Puskesmas PONED dalam melaksanakan

tindakan kegawatdaruratan persalinan mengacu kepada standar penanganan

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dan (b) indikator pengalaman adalah

keseluruhan pelajaran yang didapatkan bidan Puskesmas PONED dari peristiwa-

Universitas Sumatera Utara


peristiwa yang dihadapi dalam melaksanakan tindakan kegawatdaruratan

persalinan.

2. Faktor organisasi adalah faktor yang terdapat dalam organisasi, meliputi indikator

imbalan dan indikator supervisi: (a) indikator imbalan adalah suatu bentuk

motivasi bagi bidan agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar

untuk berprestasi bagi Puskesmas PONED dalam menangani kasus

kegawatdaruratan persalinan meliputi kriteria pemberian imbalan, sistem

pemberian imbalan, bentuk pemberian imbalan dan (b) indikator supervisi adalah

pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang

dilaksanakan oleh bidan.

3.5.2 Variabel Terikat

Kinerja merupakan hasil kerja sesuai dengan potensi yang dimiliki bidan

Puskesmas PONED dalam menangani kasus kegawatdaruratan persalinan yang

diukur berdasarkan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga bidan di Puskesmas

PONED.

3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk

kuesioner untuk memperoleh data-data variabel faktor individu, organisasi dan

kinerja bidan Puskesmas PONED.

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas

Pengukuran variabel bebas ditunjukkan pada Tabel 3.1:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas

Jumlah Kategori Skala


Variabel Indikator Pilihan Jawaban nilai Range
Pertanyaan variabel Ukur
Faktor Kemampuan 41 a. Sangat Sering 5
individu dilakukan
b. Sering dilakukan
(X 1 ) c. Kadang-kadang 4
dilakukan 3
d. Hampir tidak a. Tinggi 171-229
pernah dilakukan 2
e. Tidak Pernah b. Sedang 110-170 Interval
dilakukan 1
Pengalaman 8 a. Jawaban c 3
b. Jawaban b c. Rendah 49-109
2
c. Jawaban a 1
Faktor Imbalan 10 a. Selalu 5
Organisasi b. Sering 4
(X 2 ) c. Kadang-kadang 3
d. Jarang 2
e. Tidak pernah 1 a. Baik 76 – 100
Supervisi 10 a. Sangat Sering 5
dilakukan b. Cukup
b. Sering dilakukan 48 – 75 Interval
4 baik
c. Kadang-kadang
dilakukan 3 20 –47
d. Hampir tidak c. Tidak
pernah dilakukan 2 baik
e. Tidak Pernah 1
dilakukan

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat

Pengukuran variabel terikat ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat

Jumlah Skala
No Variabel Indikator Kategori Range
Indikator Ukur
1 Kinerja 18 Mengacu kepada tugas a. Baik 68-90
(Y) pokok dan fungsi bidan b. Cukup Baik 43-67 Interva
Puskesmas PONED c. Tidak Baik 18-42 l

Universitas Sumatera Utara


3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi:

a. Analisis univariat, yaitu untuk menjelaskan setiap variabel penelitian dengan

penyajian dalam tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis bivariat, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel bebas

dengan terikat, dengan menggunakan uji chi square pada taraf uji nyata (α = 0,05)

c. Analisis multivariat, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel terikat, dilakukan dengan menggunakan uji

regresi linear berganda pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dengan

persamaan:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + μ

Y = Kinerja bidan
b 0 = Konstanta
X 1 = Faktor Individu
X 2 = Faktor Organisasi
b 1 -b 2 = Koefisien regresi
μ = error of term

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Puskesmas Muara Aman

Puskesmas Muara Aman merupakan salah satu puskesmas dari 11 unit

puskesmas di Kabupaten Lebong yang terletak di Ibukota Kabupaten Lebong dan

secara administratif berada pada wilayah Kecamatan Lebong Utara. Puskesmas

Muara Aman pada awalnya merupakan Balai Pengobatan, tahun 1967 berubah

menjadi Puskesmas Pembantu, kemudian pada tahun 1970 menjadi Puskesmas

Perawatan Muara Aman.

Wilayah kerja Puskesmas Muara Aman meliputi 2 kelurahan dan 10 desa pada

wilayah Kecamatan Lebong Utara dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sukaraja

- Sebelah Selatan : berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Taba Atas

- Sebelah Timur : berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sukaraja

- Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Pinang Belapis

Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Muara Aman sebanyak

16.211 jiwa terdiri dari 7.869 jiwa laki-laki dan 8.342 perempuan dengan jumlah

Kepala Keluarga sebanyak 4.181. Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah

bertani (42,8%), berdagang (9,2%), pegawai (32,5%), buruh dan pekerja (15,5%).

Universitas Sumatera Utara


Sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas Muara Aman terdiri dari 18

unit posyandu, 3 unit Puskesmas Pembantu, 3 unit polindes serta didukung

perumahan dokter dan pegawai puskesmas. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas

Muara Aman sebanyak 41 orang, dengan persentase terbanyak adalah Bidan

Puskesmas (13 orang).

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang dilaksanakan

di Puskesmas Muara Aman secara organisasi terdiri dari dokter (Kepala Puskesmas),

Bidan Koordinator serta didukung 13 orang tenaga bidan.

Fasilitas pelayanan untuk melaksanakan penanganan kasus obstetri neonatal

yang emergensi adalah : partus set, ginecology set, tempat tidur rawat, lemari

instrumen, inkubator, tiang infus dan lampu sorot.

4.1.2 Gambaran Puskesmas Tes

Puskesmas Tes merupakan Puskesmas Perawatan yang terletak di Kecamatan

Lebong Selatan dengaan luas wilayah 56,52 km2. yang dibagi dalam 7 wilayah

binaan, yaitu: Desa Jeniak, Kelurahan Turan lalang, Kelurahan Mubai, Desa Mania

Balu, Desa Turan Tiging, Kelurahan Taba Anyar dan Kelurahan Tes.

Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Tes sebanyak 11.110 jiwa

terdiri dari 5.521 jiwa laki-laki dan 5.589 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga

sebanyak 3.186.

Wilayah kerja Puskesmas Tes meliputi 3 kelurahan dan 4 desa pada wilayah

Kecamatan Lebong Selatan dengan batas-batas sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


- Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Karang Dapo Atas

- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Kota Donok

- Sebelah Timur : berbatasan dengan Bukit Belerang

- Sebelah Barat : berbatasan dengan Bukit Barisan

Sarana pelayanan yang dimiliki Puskesmas Tes terdiri dari 7 unit posyandu

balita, 7 unit posyandu lansia 1 unit Poskesdes, 1 unit Poskestren serta didukung

1 unit mobil Puskesmas Keliling. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Tes

sebanyak 36 orang, dengan persentase terbanyak adalah bidan (21 orang).

Puskesmas Tes sebagai puskesmas yang melaksanakan Pelayanan Obstetri

Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dilengkapi dengan fasilitas pelayanan untuk

melaksanakan penanganan kasus obstetri neonatal yang emergensi adalah : bed tidur,

bed tindakan, partus set, ginekologi set, lemari instrumen, inkubator, tiang infus dan

lampu sorot, meja bayi, timbangan bayi serta dilengkapi sejumlah alat kesehatan

lainnya.

4.2 Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 34 orang, sesuai dengan rencana

penelitian. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi: status perkawinan,

pendidikan, masa kerja, tempat tinggal dan wilayah kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan status belum kawin

sebanyak 25 (73,5%) dan yang status kawin sebanyak 9 orang (26,5%). Pendidikan

responden sebagian besar D.1 sebanyak 17 orang (50,0%). Masa kerja responden

Universitas Sumatera Utara


paling rendah 4 tahun dan tertinggi 20 tahun dengan rata-rata masa kerja 10 tahun,

sebanyak 18 orang (52,9%) dengan masa kerja < 10 tahun. Tempat tinggal responden

sebagian besar di perumahan (kompleks) puskesmas yaitu sebanyak 20 orang

(58,8%). Berdasarkan wilayah kerja sebanyak 21 orang (61,8%) bekerja pada wilayah

Puskesmas Tes, seperti pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Identitas Responden di Puskesmas PONED Kabupaten


Lebong

No Identitas Responden Jumlah Persentase


1. Status Perkawinan
Kawin 9 26.5
Belum kawin 25 73.5
Jumlah 34 100.0
2 Pendidikan
Bidan C 4 11.8
Bidan D.1 17 50.0
Bidan D.3 10 29.4
Bidan D.4 3 8.8
Jumlah 34 100.0
3. Masa Kerja
< 10 tahun 18 52.9
≥ 10 tahun 16 47.1
Jumlah 34 100.0
4. Tempat Tinggal
Puskesmas 20 58.8
Luar Puskesmas 14 41.2
Jumlah 34 100.0
3. Wilayah Kerja
Puskesmas Tes 21 61.8
Puskesmas Muara Aman 13 38.2
Jumlah 34 100.0

Universitas Sumatera Utara


4.3 Faktor Individu

Variabel faktor individu dalam penelitian ini dengan indikator : kemampuan

dan pengalaman dalam penanganan kasus-kasus obstetri neonatal yang emergensi.

4.3.1 Kemampuan

Kemampuan bidan dalam penanganan kasus gawatdarurat obstetri diukur dari

kemampuan menangani ibu hamil dengan kasus : (a) preeklamsia berat/eklamsia, (b)

kasus persalinan macet (distosia bahu) dan (c) penanganan ibu melahirkan dengan

plasenta manual, dengan uraian sebagai berikut:

a. Kemampuan Menangani Ibu Hamil dengan Kasus Preeklamsia


Berat/Eklamsia

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 34 bidan di Puskesmas PONED

Kabupaten Lebong tentang kemampuan menangani ibu hamil dengan kasus

preeklamsia berat/eklamsia ditemukan bahwa tindakan yang dilakukan sesuai

prosedur adalah memberitahukan kepada ibu bersalin tentang yang akan dikerjakan

oleh bidan serta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Sedangkan

tindakan lainnya belum sesuai prosedur karena sebagian besar jawaban responden

kadang-kadang sampai tidak pernah dilakukan.

Persentase jawaban responden tentang penanganan kasus preeklamsia

berat/eklamsia menunjukkan kemampuan bidan Puskesmas PONED masih rendah

dimana dari 14 pertanyaan yang diajukan diperoleh nilai rata-rata sebesar 3 atau sama

dengan jawaban kadang-kadang dilakukan.

Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang kemampuan menangani ibu

hamil dengan kasus preeklamsia berat/eklamsia seperti pada Tabel 4.2:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menangani Ibu
Hamil dengan Kasus Preeklamsia Berat/Eklamsia di Puskesmas
PONED Kabupaten Lebong

Jawaban
Kemampuan Menangani Hampir
Ibu Hamil dengan Kasus Sangat
sering
Sering
Kadang-
kadang
tidak
Tidak
pernah
Jumlah
No dilakukan pernah
Preeklamsia dilakukan dilakukan dilakukan
Berat/Eklamsia dilakukan
n % n % n % n % n % n %
1 Memberitahukan tindakan dan
berikan kesempatan untuk 22 64.7 1 2.9 8 23.5 3 8.8 0 0.0 34 100.0
mengajukan pertanyaan
2 Meminta bantuan orang lain 3 8.8 1 2.9 4 11.8 13 38.2 13 38.2 34 100.0
3 Membaringkan ibu pada sisi
kiri, mengurangi aspirasi 2 5.9 2 5.9 19 55.9 11 32.4 0 0.0 34 100.0
ludah, muntah dan darah
4 Memastikan bahwa jalan nafas 4 11.8 0 0.0 17 50.0 13 38.2 0 0.0 34 100.0
ibu terbuka
5 Memberikan oksigen 4-6
liter/menit melalui sungkup 3 8.8 2 5.9 15 44.1 13 38.2 1 2.9 34 100.0
atau kanula
6 Melindungi dari risiko jatuh
dengan mengikat tangan dan
kaki dan melakukan isap 2 5.9 2 5.9 17 50.0 12 35.3 1 2.9 34 100.0
lender mulut dan tenggorok,
sesuai kebutuhan
7 Memasang infuse intravena
dengan menggunakan larutan 3 8.8 0 0.0 16 47.1 14 41.2 1 2.9 34 100.0
Ringer laktat atau glukosa 5%
8 Memberikan 4 gr MgSO 4 (10
ml) larutan 40% IV secara 2 5.9 1 2.9 17 50.0 4 11.8 0 0.0 34 100.0
perlahan-lahan selama 5 menit
9 Melanjutkan dengan 6gr
MgSO 4 40% (15 ml) dalam
larutan Ringer Asetat/ Ringer 1 2.9 3 8.8 15 44.1 14 41.2 1 2.9 34 100.0
Laktat selama 6 jam
10 Jika kejang berulang setelah 15
menit, apakah diberikan
MgSO 4 (40%) 2gr IV selama 5 0 0.0 2 5.9 19 55.9 12 35.3 1 2.9 34 100.0
menit
11 Memberikan MgSO 4 1g / jam 2 5.9 0 0.0 23 67.6 9 26.5 0 0.0 34 100.0
12 Memberikan 4g MgSO 4 40%
(10 ml) melalui infuse intra 0 0.0 3 8.8 3 8.8 0 0.0 28 82.4 34 100.0
vena dalam 5 menit
13 Memberikan MgSO 4 (40%) 5
g IM bokong kiri/ kanan 1 2.9 2 5.9 0 0.0 3 8.8 28 82.4 34 100.0
dengan 1ml Lognokain
14 Apabila kejang berulang
setelah 15 menit, apakah :
- Memberikan 2 g magnesium
sulfat 40% (5 ml)
- Melakukan pemberikan 0 0.0 1 2.9 1 2.9 3 8.8 29 85.3 34 100.0
melalui suntikan intravena
secara perlahan-lahan selama
5 menit

Universitas Sumatera Utara


b. Kemampuan Menangani Kasus dengan Janin Distosia Bahu

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 34 bidan di Puskesmas PONED

Kabupaten Lebong tentang kemampuan menangani kasus dengan janin distosia bahu

ditemukan bahwa tindakan yang dilakukan belum ada yang sesuai prosedur, karena

dari 13 pertanyaan yang diajukan tentang kasus dengan janin distosia bahu diperoleh

rata-rata jawaban 3 atau sama dengan jawaban kadang-kadang dilakukan, hal ini

menunjukkan kemampuan bidan Puskesmas PONED dalam penanganan kasus janin

distosia bahu masih rendah.

Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang kemampuan menangani

kasus dengan janin distosia bahu seperti pada Tabel 4.3 :

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menangani Janin


Distosia Bahu di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

Jawaban
Hampir
Kemampuan Menangani Sangat
sering
Sering
Kadang-
kadang
tidak
Tidak
pernah
Jumlah
No
Janin Distosia Bahu dilakukandilakukandilakukan pernah dilakukan
dilakukan
n % n % n % n % n % n %
1 Menempatkan jari telunjuk dan
jari tengah (tangan kiri) antara 0 0.0 17 50.0 5 14.7 4 11.8 8 23.5 34 100.0
kepala bayi dan perineum
2 Memasukkan jarum secara
subkutan, mulai komisura
posterior, menelusuri 0 0.0 17 50.0 4 11.8 7 20.6 6 17.6 34 100.0
sepanjang perineum dengan
sudut 45o kearah kanan ibu
3 Melakukan aspirasi, apabila
pada aspirasi terdapat cairan
darah, tarik jarum sedikit dan 0 0.0 1 2.9 22 64.7 10 29.4 1 2.9 34 100.0
kembali masukkan dengan
arah yang berbeda
4 Memberikan suntikan bahan
anastesi (Lidokain 1%) 5-10 0 0.0 0 0.0 22 64.7 11 32.4 1 2.9 34 100.0
ml
5 Menekan tempat infiltrasi agar
anastesi menyebar. 0 0.0 2 5.9 17 50.0 14 41.2 1 2.9 34 100.0
6 Membaringkan ibu terlentang
pada punggung 1 2.9 1 2.9 21 61.8 11 32.4 0 0.0 34 100.0

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 (Lanjutan)

7 Meminta ibu untuk melipat


kedu pahanya, sehingga kedua
lututnya berada sedekat 1 2.9 3 8.8 15 44.1 15 44.1 0 0.0 34 100.0
mungkin dengan dada
8 Melahirkan bahu depan dengan
menarik kepala bayi kearah 2 5.9 1 2.9 18 52.9 13 38.2 0 0.0 34 100.0
bawah
9 Memasukkan tangan mengikuti
lengkung sacrum sampai jari
penolong mencapai fosa 3 8.8 1 2.9 16 47.1 14 41.2 0 0.0 34 100.0
antecubiti
10 Menekan jari tengah, lipat 2 5.9 3 8.8 13 38.2 16 47.1 0 0.0 34 100.0
lengan bawah ke arah dada
11 Setelah terjadi fleksi tangan,
keluarkan lengan dari vagina
kemudian tarik hingga bahu 2 5.9 2 5.9 18 52.9 12 35.3 0 0.0 34 100.0
belakang dan seluruh lengan
belakang dapat dilahirkan
12 Bahu depan dapat lahir
dengan mudah setelah bahu
dan lengan belakang 1 2.9 4 11.8 10 29.4 14 41.2 5 14.7 34 100.0
dilahirkan
13 Bila bahu depan sulit
dilahirkan : putar bahu
belakang ke depan dan putar
bahu depan ke belakang 0 0.0 1 2.9 13 38.2 19 55.9 1 2.9 34 100.0
mengikuti arah punggung
bayi sehingga dapat
dilahirkan

c. Kemampuan Menangani Ibu Melahirkan dengan Plasenta Manual

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 34 bidan di Puskesmas PONED

Kabupaten Lebong tentang kemampuan menangani kasus ibu melahirkan dengan

plasenta manual ditemukan bahwa tindakan yang dilakukan sesuai prosedur adalah:

(a) periksaan tanda vital pasien, catat dan buat laporan tindakan, (b) instruksi

perawatan, pengobatan dan pemantauan pasca tindakan dan meminta petugas untuk

melaksanakannya dengan baik, dan (c) memberitahu suami/walinya bahwa tindakan

telah selesai. Sedangkan tindakan lainnya belum sesuai prosedur karena sebagian

besar jawaban responden kadang-kadang sampai tidak pernah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


Persentase jawaban responden tentang kasus ibu melahirkan dengan plasenta

manual menunjukkan kemampuan bidan Puskesmas PONED masih rendah dimana

dari 14 pertanyaan yang diajukan diperoleh nilai rata-rata sebesar 3 atau sama dengan

jawaban kadang-kadang dilakukan.

Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang kemampuan menangani

kasus dengan janin distosia bahu seperti pada Tabel 4.4 :

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menangani Ibu


Melahirkan dengan Plasenta Manual di Puskesmas PONED
Kabupaten Lebong

Jawaban
Menangani Ibu Hampir
N Sangat Kadang- Tidak Jumlah
Sering tidak
o
Melahirkan dengan sering
dilakukan
kadang
pernah
pernah
Plasenta Manual dilakukan dilakukan dilakukan
dilakukan
n % n % n % n % n % n %
1 Memberikan sedative atau 2 5.9 3 8.8 15 44.1 13 38.2 1 2.9 34 100.0
analgetika.
2 Mengosongkan kandung kemih 1 2.9 1 2.9 18 52.9 14 41.2 0 0.0 34 100.0
3 Melakukan jepit tali pusat
dengan kocher, tegangkan tali 1 2.9 4 11.8 14 41.2 15 44.1 0 0.0 34 100.0
pusat dengan tangan kiri
4 Memasukkan tangan kanan
melalui introitus vagina secara
obstetrik, menelusuri tali pusat 0 0.0 2 5.9 17 50.0 15 44.1 0 0.0 34 100.0
hingga serviks.
5 Menahan fundus dengan
tangan kiri tali pusat dipegang 1 2.9 1 2.9 18 52.9 13 38.2 1 2.9 34 100.0
oleh asisten.
6 Melanjutkan penetrasi tangan
kanan ke kavum uteri, temukan 1 2.9 2 5.9 17 50.0 12 35.3 2 5.9 34 100.0
implementasi dan tepi plasenta.
7 Menyisipkan ujung jari
diantara plasenta dan dinding 2 5.9 2 5.9 15 44.1 14 41.2 1 2.9 34 100.0
uterus
8 Menggerakkan tangan ke kiri
dan kanan sehingga secara
bertahap, seluruh plasenta
dapat dilepaskan dengan tepi 2 5.9 1 2.9 17 50.0 13 38.2 1 2.9 34 100.0
luar jari-jari tangan dalam,
setelah penyisipan berhasil
9 Gunakan tangan luar atau
minta asisten untuk menarik
tali pusat untuk mengeluarkan
plasenta dan sementara tangan 1 2.9 0 0.0 19 55.9 11 32.4 3 8.8 34 100.0
dalam masih di kavum uteri
dan memeriksa sisa plasenta

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4 (Lanjutan)

10 Melahirkan plasenta dan


letakkan pada tempat yang 1 2.9 2 5.9 17 50.0 14 41.2 0 0.0 34 100.0
tepat
11 Memperhatikan kontraksi
uterus dan kemungkinan 1 2.9 1 2.9 18 52.9 13 38.2 1 2.9 34 100.0
perdarahan
12 Melakukan periksaan tanda
vital pasien, catat dan buat 18 52.9 1 2.9 5 14.7 10 29.4 0 0.0 34 100.0
laporan tindakan
13 Membuat instruksi perawatan,
pengobatan dan pemantauan
pasca tindakan dan meminta 16 47.1 3 8.8 5 14.7 10 29.4 0 0.0 34 100.0
petugas untuk melaksanakan-
nya dengan baik
14 Memberitahu suami/walinya 16 47.1 2 5.9 7 20.6 8 23.5 1 2.9 34 100.0
bahwa tindakan telah selesai

Secara keseluruhan kemampuan responden dalam penanganan kasus

kegawatdaruratan obstetri (ibu hamil dengan kasus preeklamsia berat/eklamsia, kasus

dengan janin distosia bahu dan ibu melahirkan dengan plasenta manual) dapat

dijelaskan bahwa rata-rata jawaban responden tentang kemampuan adalah 4, artinya

responden menjawab sering (skor 4) untuk seluruh pertanyaan tentang kemampuan.

Sehubungan dengan variabel yang ingin di ukur adalah kemampuan, maka

pengertian jawaban pada setiap pertanyaan dapat dianalogikan sebagai berikut :

a. Pilihan jawaban “Sangat Sering dilakukan” dianggap mampu melakukan 81-100%

tindakan sesuai indikasi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.

b. Pilihan jawaban “Sering dilakukan” dianggap mampu melakukan 61-80% tindakan

sesuai indikasi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal

c. Pilihan jawaban “Kadang-kadang dilakukan” dianggap mampu melakukan 41-60%

tindakan sesuai indikasi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal

Universitas Sumatera Utara


d. Pilihan jawaban “Hampir tidak pernah dilakukan” dianggap mampu melakukan

21-40% tindakan sesuai indikasi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal

e. Pilihan jawaban “Tidak pernah dilakukan” dianggap mampu melakukan 0-20%

tindakan sesuai indikasi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.

4.3.2 Pengalaman

Hasil penelitian menunjukkan frekuensi deteksi dini ibu hamil di wilayah

kerja lebih banyak dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Pengalaman bidan dalam

penanganan kasus gawatdarurat obstetri ditemukan 67,6% responden yang menangani

> 4 orang dalam setahun dan sebagian besar dengan indikasi dirujuk serta jenis yang

ditangani adalah perdarahan. Demikian juga penanganan kasus gawatdarurat neonatal

ditemukan 67,6% responden yang menangani > 4 orang dalam setahun dan sebagian

besar dengan indikasi dirujuk serta jenis yang ditangani adalah gangguan pernafasan.

Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang pengalaman dalam

penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal seperti pada Tabel 4.5:

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong
No Pengalaman Jumlah Persentase
1. Frekuensi deteksi dini ibu hamil dalam 1 tahun terakhir
a 1-2 kali 0 0.0
b 3-4 kali 21 61.8
c > 4 kali 13 38.2
Jumlah 34 100.0
Jumlah kasus kegawatdaruratan obstetri yang ditangani
2 dalam satu terakhir
a 1-2 orang 0 0.0
b 3-4 orang 11 32.4
c > 4 orang 23 67.6
Jumlah 34 100.0

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 (Lanjutan)

3. Jenis kasus kegawatdaruratan obstetri yang sering ditangani


a Infeksi 0 0.0
b Pendarahan 28 82.4
c Eklamsia dan komplikasi abortus 6 17.6
Jumlah 34 100.0
4. Kasus kegawatdaruratan obstetri yang diindikasikan dirujuk
a 1-2 orang 0 0.0
b 3-4 orang 21 61.8
c > 4 orang 13 38.2
Jumlah 34 100.0
5. Jumlah kasus kegawatdaruratan neonatal yang ditangani
a 1-2 orang 0 0.0
b 3-4 orang 11 32.4
c > 4 orang 23 67.6
Jumlah 34 100.0
6. Kasus kegawatdaruratan neonatal yang diindikasikan dirujuk
a 1-2 orang 0 0.0
b 3-4 orang 11 32.4
c > 4 orang 23 67.6
Jumlah 34 100.0
7. Kasus kegawatdaruratan neonatal yang sering ditangani
a Gangguan pernapasan 26 76.5
b Prematuritas 6 17.6
c Sepsis 0 0.0
Jumlah 34 100.0
8. Kasus kegawatdaruratan neonatal yang sering dirujuk
a Gangguan pernapasan 0 0.0
b Prematuritas 17 50.0
c Sepsis 17 50.0
Jumlah 34 100.0

Secara keseluruhan kemampuan bidan PONED dikategorikan dan ditemukan

persentase tertinggi pada kategori sedang yaitu 17 orang (50,0%)

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kemampuan


di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

No Kemampuan Jumlah Persentase


1 Tinggi 3 8.8
2 Sedang 17 50.0
3 Rendah 14 41.2
Jumlah 34 100.0

Universitas Sumatera Utara


Secara keseluruhan pengalaman bidan PONED dikategorikan dan ditemukan

persentase tertinggi pada kategori sedang yaitu 23 orang (67,6%)

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengalaman


di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

No Pengalaman Jumlah Persentase


1 Tinggi 11 32.4
2 Sedang 23 67.6
3 Rendah 0 0.0
Jumlah 34 100.0

Keseluruhan kemampuan dan pengalaman sebagai indikator faktor individu

dikategorikan dan ditemukan persentase tertinggi pada kategori sedang yaitu 16 orang

(47,1%)

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Faktor Individu


di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

No Faktor Individu Jumlah Persentase


1 Tinggi 3 8.8
2 Sedang 16 47.1
3 Rendah 15 44.1
Jumlah 34 100.0

4.4 Faktor Organisasi

Variabel faktor organisasi dalam penelitian ini dengan indikator : supervisi

dan imbalan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong.

4.4.1 Supervisi

Supervisi yang dilakukan kepada bidan di Puskesmas PONED Kabupaten

Lebong berdasarkan jawaban dari 34 bidan yang menjadi responden ditemukan

bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan belum dilakukan secara rutin, dalam

Universitas Sumatera Utara


kegiatan supervisi belum dilakukan pembinaan, meningkatkan motivasi, pemeriksaan

dokumentasi pelaporan bidan Puskesmas PONED, serta hampir tidak pernah

supervisi petugas puskesmas ke posyandu untuk mengevaluasi kegiatan bidan dan

bidan desa.

Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang supervisi seperti pada

Tabel 4.9 :

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Supervisi di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong

Jawaban
Hampir
Sangat Kadang- Tidak Jumlah
Sering tidak
No Supervisi sering kadang pernah
dilakukan pernah
dilakukan dilakukan dilakukan
dilakukan
n % n % n % n % n % n %
1 Supervisi secara rutin ke
2 5.9 3 8.8 1 2.9 8 23.5 20 58.8 34 100.0
Puskesmas PONED
2 Supervisor memberikan
pembinaan pada kegiatan 5 14.7 0 0.0 1 2.9 7 20.6 21 61.8 34 100.0
supervisi
3 Pelaksanaan supervisi
meningkatkan motivasi dalam
2 5.9 3 8.8 0 0.0 25 73.5 4 11.8 34 100.0
melaksanakan tugas sebagai
bidan Puskesmas PONED
4 Supervisor memeriksa
dokumentasi pelaporan bidan 0 0.0 1 2.9 1 2.9 8 23.5 24 70.6 34 100.0
Puskesmas PONED
5 Menjelaskan secara terbuka
masalah yang dihadapai di
1 2.9 3 8.8 0 0.0 7 20.6 23 67.6 34 100.0
Puskesmas PONED kepada
supervisor
6 Supervisor diberitahukan
sebelumnya oleh pimpinan 1 2.9 4 11.8 1 2.9 12 35.3 16 47.1 34 100.0
puskesmas
7 Supervisor menjelaskan secara
terperinci setiap permasalahan
0 0.0 1 2.9 3 8.8 3 8.8 27 79.4 34 100.0
yang ditemukan dalam
kegiatan supervisi.
8 Supervisi mensosialisasikan
format baru menangani kasus
0 0.0 3 8.8 0 0.0 8 23.5 23 67.6 34 100.0
kegawatdaruratan persalinan
sesuai dengan standar

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9 (Lanjutan)

9 Petugas supervisi melibatkan


bidan puskesmas dan bidan
1 2.9 4 11.8 2 5.9 13 38.2 14 41.2 34 100.0
desa untuk melihat kegiatan
rujukan ke Puskesmas PONED
10 Supervisi petugas puskesmas
ke posyandu untuk
0 0.0 3 8.8 0 0.0 19 55.9 12 35.3 34 100.0
mengevaluasi kegiatan bidan
dan bidan desa.

4.4.2 Imbalan

Imbalan yang diterima bidan sebagai kompensasi dalam penanganan kasus

gawatdarurat obstetri ditemukan jawaban dari 34 bidan di Puskesmas PONED

Kabupaten Lebong bahwa sistem pemberian imbalan cenderung disesuaikan dengan

pangkat dan golongan (8,8% menyatakan selalu), jenis imbalan yang diberikan adalah

bentuk tunai (47,1% menyatakan selalu), waktu pemberian imbalan (8,8%

menyatakan selalu diberikan sesuai waktu yang telah ditetapkan).

Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang imbalan seperti Tabel 4.10:

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Imbalan di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong

Jawaban
Kadang- Tidak Jumlah
No Imbalan Selalu Sering Jarang
Kadang pernah
n % n % n % n % n % n %
1 Imbalan disesuaikan dengan
2 5.9 1 2.9 10 29.4 20 58.8 1 2.9 34 100.0
beban kerja
2 Imbalan disesuaikan dengan
3 8.8 0 0.0 16 47.1 14 41.2 1 2.9 34 100.0
pangkat/golongan
3 Imbalan disesuaikan dengan
0 0.0 2 5.9 17 50.0 13 38.2 2 5.9 34 100.0
masa kerja
4 Imbalan diberikan dalam
16 47.1 3 8.8 5 14.7 0 0.0 10 29.4 34 100.0
bentuk tunai.
5 Imbalan diberikan dalam
0 0.0 0 0.0 0 0.0 6 17.6 28 82.4 34 100.0
bentuk non tunai.
6 Imbalan non tunai dalam
0 0.0 1 2.9 1 2.9 2 5.9 30 88.2 34 100.0
bentuk promosi jabatan

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10 (Lanjutan)

7 Pemberian imbalan dilakukan


dalam waktu tertentu (bulanan 2 5.9 1 2.9 16 47.1 13 38.2 2 5.9 34 100.0
atau triwulan)
8 Waktu/tanggal pemberian
imbalan tepat sesuai dengan 3 8.8 0 0.0 16 47.1 14 41.2 1 2.9 34 100.0
waktu yang telah ditetapkan
9 Kriteria bidan yang
mendapatkan imbalan adalah
yang melaksanakan 16 47.1 2 5.9 7 20.6 8 23.5 1 2.9 34 100.0
penanganan kasus gawat
darurat obstetri dan neonatal.
10 Promosi jabatan diberikan
kepada bidan yang melakukan 2 5.9 1 2.9 17 50.0 13 38.2 1 2.9 34 100.0
prestasi khusus

Secara keseluruhan supervisi yang diterima bidan PONED dikategorikan dan

ditemukan persentase tertinggi pada kategori tidak baik yaitu 27 orang (79,4%)

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Supervisi di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong

No Supervisi Jumlah Persentase


1 Baik 0 0.0
2 Cukup baik 7 20.6
3 Tidak baik 27 79.4
Jumlah 34 100.0

Secara keseluruhan imbalan yang diterima bidan PONED dikategorikan dan

ditemukan persentase tertinggi pada kategori tidak baik yaitu 19 orang (55,9%)

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Imbalan di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong

No Imbalan Jumlah Persentase


1 Baik 3 8.8
2 Cukup baik 12 35.3
3 Tidak baik 19 55.9
Jumlah 34 100.0

Universitas Sumatera Utara


Keseluruhan faktor supervisi dan imbalan sebagai indikator faktor organisasi

dikategorikan dan ditemukan persentase tertinggi pada kategori tidak baik yaitu

26 orang (76,5%)

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Faktor Organisasi


di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

No Faktor Organisasi Jumlah Persentase


1 Baik 2 5.9
2 Cukup baik 6 17.6
3 Tidak baik 26 76.5
Jumlah 34 100.0

4.5 Kinerja Bidan Puskesmas PONED

Kinerja bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong berdasarkan jawaban

dari 34 bidan yang menjadi responden ditemukan bahwa kinerja bidan yang baik

adalah dalam hal : melakukan anamnesa, pemeriksaan dan melakukan tindakan

(47,1% sering dilakukan), mengidentifikasi kasus sesuai dengan hasil anamneses dan

pemeriksaan, merencanakan tindakan penanganan kasus kegawatdaruratan sesuai

dengan Standar Kegawatdaruratan Persalinan dan melakukan tindakan

kegawatdaruratan persalinan berdasarkan prioritas diagnosa pasien, melakukan

tindakan persalinan pada kasus kegawatdaruratan, mempersiapkan alat-alat

kegawatdaruratan pada bayi dan melakukan rujukan dengan melengkapi alat-alat dan

surat rujukan (52,9% sering dilakukan).

Melakukan penanganan kegawatdaruratan serta melakukan rujukan apabila

kasus tidak tertangani serta melakukan persipan peralatan sesuai dengan kasus yang

Universitas Sumatera Utara


sedang ditangani (50,0% sering dilakukan). Sedangkan tugas pokok dan fungsi bidan

PONED lainnya belum dilaksanakan secara baik karena sebagian besar menjawab

hampr tidak pernah dilakukan dan tidak pernah dilakukan.

Distribusi responden berdasarkan jawaban tentang kinerja seperti pada Tabel

4.14 :

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong

Jawaban
Hampir
Sangat Kadang- Tidak Jumlah
Sering tidak
No Kinerja Bidan PONED sering kadang pernah
dilakukan pernah
dilakukan dilakukan dilakukan
dilakukan
n % n % n % n % n % n %
1 Melakukan deteksi dini ibu
risiko tinggi sesuai dengan 1 2.9 2 5.9 1 2.9 20 58.8 10 29.4 34 100.0
pedoman PONED
2 Dalam menangani kasus
kegawatdaruratan, melakukan
2 5.9 16 47.1 7 20.6 9 26.5 0 0.0 34 100.0
anamnesa, pemeriksaan dan
melakukan tindakan
3 Melakukan persetujuan
tindakan medik sebelum 3 8.8 1 2.9 2 5.9 17 50.0 11 32.4 34 100.0
menangani pasien.
4 Melakukan pencatatan
partograf untuk mengetahui
1 2.9 1 2.9 1 2.9 19 55.9 12 35.3 34 100.0
kemajuan persalinan dan
keadaan ibu.
5 Mengidentifikasi kasus sesuai
dengan hasil anamneses dan 0 0.0 18 52.9 6 17.6 9 26.5 1 2.9 34 100.0
pemeriksaan.
6 Setelah melakukan
penanganan kegawatdaruratan,
1 2.9 17 50.0 8 23.5 7 20.6 1 2.9 34 100.0
melakukan rujukan apabila
kasus tidak tertangani.
7 Merencanakan tindakan
penanganan kasus
kegawatdaruratan sesuai 0 0.0 18 52.9 4 11.8 11 32.4 1 2.9 34 100.0
dengan Standar
Kegawatdaruratan Persalinan
8 Melakukan tindakan
kegawatdaruratan persalinan
0 0.0 18 52.9 6 17.6 9 26.5 1 2.9 34 100.0
berdasarkan prioritas diagnosa
pasien

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14 (Lanjutan)

9 Mencatat setiap tindakan yang


saya lakukan pada penanganan
kasus-kasus kegawatdaruratan 0 0.0 4 11.8 2 5.9 23 67.6 5 14.7 34 100.0
persalinan
10 Memberi keterangan yang
jelas pada keluarga pasien 0 0.0 4 11.8 3 8.8 18 52.9 9 26.5 34 100.0
tentang keadaan ibu
11 Sebelum melakukan tindakan, 34 100.0
melakukan persipan peralatan
sesuai dengan kasus yang 1 2.9 17 50.0 4 11.8 11 32.4 1 2.9
sedang ditangani
12 Sebelum melakukan tindakan,
memberikan penjelasan kepada 2 5.9 3 8.8 1 2.9 18 52.9 10 29.4 34 100.0
ibu
13 Sebelum melakukan tindakan
persalinan pada kasus
kegawatdaruratan, 0 0.0 18 52.9 3 8.8 12 35.3 1 2.9 34 100.0
mempersiapkan alat-alat
kegawatdaruratan pada bayi
14 Dalam melakukan rujukan,
selalu melengkapi alat-alat dan 0 0.0 18 52.9 7 20.6 9 26.5 0 0.0 34 100.0
surat rujukan
15 Sebelum melakukan rujukan,
menjelaskan keadaan ibu dan 0 0.0 2 5.9 21 61.8 10 29.4 1 2.9 34 100.0
pentingnya rujukan.
16 Melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan 1 2.9 2 5.9 3 8.8 15 44.1 13 38.2 34 100.0
masyarakat
17 Melakukan kegiatan
pembinaan peran serta 1 2.9 2 5.9 1 2.9 18 52.9 12 35.3 34 100.0
masyarakat
18 Melakukan kegiatan
pembinaan bidan desa dan
kader sebagai tugas untuk 1 2.9 2 5.9 1 2.9 21 61.8 9 26.5 34 100.0
pelayanan komunitas.

Keseluruhan kinerja bidan di puskesmas PONED dikategorikan dan

ditemukan persentase tertinggi pada kategori tidak baik yaitu 16 orang (47,1%)

Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kinerja Bidan


di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

No Kinerja Jumlah Persentase


1 Baik 3 8.8
2 Cukup baik 15 44.1
3 Tidak baik 16 47.1
Jumlah 34 100.0

Universitas Sumatera Utara


4.6 Analisis Bivariat

Hubungan masing-masing variabel bebas, yaitu faktor individu dan organisasi

dengan kinerja bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong, menggunakan uji

statistik chi square dengan hasil sebagai berikut.

Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,001<0,05,

menunjukkan hubungan signifikan antara faktor individu dengan kinerja bidan di

Puskesmas PONED Kabupaten Lebong.

Tabel 4.16 Distribusi Kinerja Bidan Menurut Faktor Individu di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong

Kinerja
Faktor Jumlah
Baik Cukup baik Tidak baik Value P
Individu
n % n % n % n %
Tinggi 2 5.9 1 2.9 0 0.0 3 100,0
Sedang 1 2.9 14 41.2 1 2.9 16 100,0 32,349 0,001
Rendah 0 0.0 0 0.0 15 44.1 15 100,0

Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,001<0,05,

menunjukkan hubungan signifikan antara faktor organisasi dengan kinerja bidan di

Puskesmas PONED Kabupaten Lebong.

Tabel 4.17 Distribusi Kinerja Bidan Menurut Faktor Organisasi di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong

Kinerja
Faktor Jumlah
Baik Cukup baik Tidak baik Value P
Organisasi
n % n % n % n %
Baik 2 5.9 0 0.0 0 0.0 2 100,0
Cukup baik 1 2.9 5 14.7 0 0.0 6 100,0 29,641 0,001
Tidak baik 0 0.0 10 29.4 16 47.1 26 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.7 Analisis Multivariat

Pengaruh variabel faktor individu dan organisasi terhadap kinerja bidan di

Puskesmas PONED Kabupaten Lebong dengan hasil sebagai berikut :

4.7.1 Pengaruh Faktor Individu dan Organisasi terhadap Kinerja Bidan


di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda diperoleh persamaan :

= 2.503 + 0.152X 1 + 0.561X 2

Hasil persamaan regresi linier berganda menunjukkan bahwa jika dilakukan

perubahan faktor individu (X 1 ) dan faktor organisasi (X 2 ) kearah perubahan yang

lebih baik maka hal ini akan menyebabkan perubahan peningkatan kinerja bidan di

Puskesmas PONED Kabupaten Lebong (Y). Hasil uji regresi pada Tabel 4.18 :

Tabel 4.18 Uji Regresi Berganda Pengaruh Faktor Individu dan Organisasi
terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

Unstandardized Standardized
Variabel t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 2.503 4.287 0.584 0.564
Faktor Individu 0.152 0.073 0.343 2.071 0.047
Faktor Organisasi 0.561 0.151 0.614 3.710 0.001
R Square = 88,6%
Sumber : Lampiran 4 ( Hasil uji regresi berganda)

Pengujian hipotesis yang telah diajukan pada bab pendahuluan, dilakukan

pengujian seacara statistik, yaitu melaui uji t (parsial) dan uji F (simultan).

Universitas Sumatera Utara


4.7.2 Pengujian Hipotesis

1. Pengujian secara parsial

Pengujian hipotesis secara parsial melalui uji t dimaksudkan untuk menguji

keberartian pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

a. Pengaruh Faktor Individu terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong

Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda terangkum pada Tabel 4.18 di

atas untuk membuktikan apakah variabel faktor individu berpengaruh secara parsial,

digunakan uji t dengan membandingkan nilai t- tabel dan nilai t- hitung . Pada penelitian

ini diperoleh nilai t- hitung =2,071>t- tabel =1,695, dengan probabilitas p=0,047. Karena

nilai probabilitas p<0,05, hal ini berarti bahwa variabel faktor individu (X 1 )

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bidan di Puskesmas PONED

Kabupaten Lebong (Y).

b. Pengaruh Faktor Organisasi terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong

Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda terangkum pada Tabel 4.18

di atas untuk membuktikan apakah variabel faktor organisasi berpengaruh secara

parsial, digunakan uji t dengan membandingkan nilai t- tabel dan nilai t- hitung . Pada

penelitian ini diperoleh nilai t- hitung =3,710>t- tabel =1,695, dengan probabilitas p=0,001.

Karena nilai probabilitas p<0,05, hal ini berarti bahwa variabel faktor organisasi (X 2 )

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bidan di Puskesmas PONED

Kabupaten Lebong (Y).

Universitas Sumatera Utara


c. Dari seluruh variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap kinerja bidan di

Puskesmas PONED Kabupaten Lebong adalah faktor organisasi dengan nilai

koefisien (ß) = 0,561.

d. Besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

Seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat

diketahui melalui nilai koefisien determinan (R2). Dengan demikian besar pengaruh

variabel faktor individu dan organisasi adalah sebesar 88,6%, sisanya sebesar 11,4%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel penelitian.

2. Pengujian Secara Serentak (Simultan)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan perhitungan analisis regresi

linier berganda melalui uji F statistik, diperoleh nilai F- hitung = 120,884 dan

F- tabel = 3,300 dengan nilai signifikansi (p=0,000<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

nilai signifikansi p=0,000<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa faktor individu dan

faktor organisasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja bidan di Puskesmas

PONED Kabupaten Lebong, sehingga hipotesis yang berbunyi “faktor individu dan

organisasi berpengaruh terhadap kinerja bidan di Puskesmas PONED Kabupaten

Lebong” diterima. Hasil uji secara serentak pada Tabel 4.19 :

Tabel 4.19 Uji Secara Serentak

ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1Regression 4372.757 2 2186.378 120.884 .000
Residual 560.684 31 18.087
Total 4933.441 34
a Predictors: (Constant),Faktor Organisasi, Faktor Individu
b Dependent Variable: Kinerja

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Kinerja Bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong

Kinerja bidan dalam penanganan kasus gawat darurat obstetri dan neonatal

adalah hasil kerja yang dicapai oleh bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja bidan mengacu kepada tugas

pokok dan fungsi bidan Puskesmas PONED.

Berdasarkan hasil jawaban bidan di puskesmas PONED tentang kinerja

sebanyak 47,1% pada kategori tidak baik. Fenomena rendahnya kinerja bidan

ditunjukkan dari beberapa jawaban responden seperti tidak pernah melakukan

kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat (38,2%), tidak pernah melakukan

kegiatan pembinaan peran serta masyarakat (35,2%) dan tidak pernah melakukan

pencatatan partograf untuk mengetahui kemajuan persalinan dan keadaan ibu

(35,2%).

Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal

meliputi kartu hamil, pencatatan persalinan termasuk partograf, pencatatan

pertolongan persalinan dukun, register kohort ibu dan register kohort bayi. Register-

register ini memuat informasi tentang semua persalinan di wilayah kerja yang

dilakukan oleh Bidan di Desa. Sistem informasi lain adalah PWS-KIA (Pemantauan

Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak) yang merupakan alat pemantauan

Universitas Sumatera Utara


program KIA yang digunakan di puskesmas untuk memantau cakupan pelayanan dan

untuk merencanakan kegiatan tindak lanjut.

Sesuai pendapat PP IBI (2001) Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah

pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan

kebidanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang

telah ditetapkan. Oleh karena itu para bidan, agar dapat memberikan pelayanan yang

bermutu sesuai kompetensi yang dimiliki serta wewenang yang diberikan, hendaknya

selalu berpedoman pada standar pelayanan kebidanan yang ada, selain adanya

dukungan sarana dan prasarana yang memadai, karena dalam pelayanan kesehatan

sumber daya kesehatan dan ketersediaan sarana maupun prasarana merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan.

Syarat yang harus dimiliki oleh bidan untuk mampu mencapai kinerja yang

baik sebagai penolong persalinan menurut Depkes RI (2002) harus mendapatkan

kualifikasi sebagai tenaga pelaksana pertolongan persalinan melalui serangkaian

pelatihan, bimbingan langsung dan kesempatan untuk mempraktekkan

keterampilannya pada praktek yang sesungguhnya. Penolong persalinan harus mampu

melakukan penatalaksanaan awal terhadap komplikasi persalinan, termasuk

penatalaksanaan awal bila didapatkan komplikasi pada bayi baru lahir. Penolong

persalinan juga harus mampu untuk melakukan rujukan ibu maupun bayi bila

komplikasi yang terjadi memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut dimana dibutuhkan

keterampilan di luar kompetensi yang dimilikinya. Seorang penolong persalinan juga

Universitas Sumatera Utara


harus memiliki kesabaran dan kemampuan untuk berempati dimana hal ini sangat

diperlukan dalam memberikan dukungan bagi ibu dan keluarganya.

Menurut penelusuran lapangan yang dilakukan peneliti dalam memperkuat

hasil penelitian ini, ditemukan beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kinerja

bidan dalam penanganan kasus gawat darurat obstetri dan neonatal andalah: tingkat

pendidikan bidan yang bertugas di Puskesmas PONED yang masih terdapat dengan

jenjang pendidikan Bidan D.1. Kemampuan bidan dapat ditingkatkan melalui

pendidikan formal ke jenjang pendidikan Diploma 3 Kebidanan. Hal ini sejalan

dengan kebijakan pemerintah di bidang pengembangan tenaga kesehatan untuk

meningkatkan tenaga teknis fungsional bidang kesehatan minimal tingkat pendidikan

D.3. Kebijakan ini merupakan peluang bagi Pemerintah Kabupaten Lebong,

khususnya Dinas Kesehatan sebagai solusi bagi permasalahan kemampuan bidan

dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri neonatal.

Sebagaimana disebutkan dalam kebijakan pengembangan tenaga kesehatan

pada Depertemen Kesehatan, disebutkan bahwa visi pengembangan tenaga kesehatan

adalah tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu dan merata di seluruh wilayah.

Visi pengembangan tersebut dilakukan melalui: perencanaan tenaga kesehatan dalam

rangka desentralisasi, peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan termasuk

pengembangan karier, peningkatan mutu pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan

tenaga kesehatan serta pengendalian pengembangan tenaga kesehatan.

Kinerja bidan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri dan

neonatal merupakan hal yang cukup kompleks, karena bukan hanya ditentukan oleh

Universitas Sumatera Utara


faktor dalam diri bidan sebagai penolong persalinan. Seperti hasil penelitian Suwanti

(2002) bahwa faktor yang berhubungan dengan faktor risiko kematian maternal di

Indonesia maupun di negara lain menunjukkan bahwa kematian maternal dipengaruhi

oleh faktor–faktor yang berhubungan dengan faktor ibu, faktor status reproduksi,

faktor yang berhubungan dengan komplikasi obstetrik, faktor yang berhubungan

dengan pelayanan kesehatan, faktor sosial ekonomi dan faktor sosial budaya.

Kelemahan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal

dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu maupun bayi, dan hal ini

menunjukkan kinerja bidan sebagai tenaga penolong persalinan yang rendah. Sesuai

penelitian Pratomo (2003) tentang kematian ibu dan kematian perinatal pada kasus –

kasus rujukan obstetri di RSUP Dr. Kariadi Semarang, menyimpulkan bahwa

karakteristik tenaga kesehatan yang merujuk, cara rujukan, alasan merujuk, diagnosis

terkait dengan kasus kematian maternal. Kematian maternal sebesar 83,3% terjadi

pada kelompok tidak tepat rujukan dan 77,1% kematian perinatal dari kelompok tidak

tepat rujukan. Demikian juga penelitian Latuamury (2001) tentang hubungan antara

keterlambatan merujuk dengan kematian ibu menemukan bahwa keputusan merujuk,

waktu tempuh, penanganan medis berpengaruh terhadap kematian maternal.

Penelitian Wiyanti (2004) tentang hubungan perawatan antenatal dan penolong

pertama persalinan dengan kematian maternal di Propinsi DIY, menyimpulkan bahwa

faktor perawatan antenatal, penolong pertama berpengaruh terhadap kematian

maternal.

Universitas Sumatera Utara


Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan di jenjang pelayanan

dasar, yang dilakukan dalam kolaborasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), lkatan Bidan Indonesia (IBI),

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR), menunjukkan

adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu

hamil dan bersalin. Kolaborasi tersebut di atas, kemudian merancang suatu pelatihan

klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja petugas pelaksana dan

bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan pelatihan ini adalah

membuat para petugas pelaksana (provider) memahami proses kehamilan dan

persalinan secara benar, kompeten untuk melaksanakan berbagai keterampilan yang

dibutuhkan dan mampu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap

komplikasi obstetrik yang dapat mengancam keselamatan ibu hamil atau bersalin,

termasuk bayi yang dikandung atau dilahirkannya.

5.2 Pengaruh Faktor Individu terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas PONED


Kabupaten Lebong

Hasil uji statistik multivariat dengan menggunakan uji regresi berganda

diketahui bahwa faktor individu berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap kinerja

bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong. Hal ini memberikan arti bahwa

semakin baik faktor individu yang ditunjukkan dari peningkatan kemampuan dan

pengalaman dalam penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal sebagai indikator

faktor individu maka semakin baik kinerja bidan.

Universitas Sumatera Utara


Sesuai dengan penelitian Setiawan (2007) sebagian besar responden

mempunyai kemampuan cukup baik (38,1%) dan kinerja bidan desa cukup baik

(42,4%). Kesimpulan penelitian bahwa faktor yang mempunyai hubungan dengan

kinerja adalah kemampuan. Demikian juga tentang faktor pengalaman menunjukan

bahwa pengalaman baik (40,7%) serta secara statistik faktor pengalaman mempunyai

hubungan dengan kinerja

Sesuai dengan pendapat Timpe (2000) bahwa ada dua dasar atribusi untuk

melihat kinerja dalam suatu organisasi, yaitu yang bersifat internal (berhubungan

dengan sifat-sifat pegawai dalam organisasi) dan bersifat eksternal (berhubungan

dengan lingkungan kerja). Faktor internal dalam hal ini adalah kemampuan dan

upaya-upaya kerja. Pentingnya kemampuan secara intelektual maupun fisik akan

menentukan jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam periode waktu tertentu

yang menunjukkan kuantitas hasil kerja pegawai.

Kemampuan bidan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri dan

neonatal, khususnya dalam kasus preeklamsia/klamsia, persalinan macet (distorsia

bahu) serta manual plasenta. Penanganan kasus preeklamsia/klamsia oleh bidan di

Puskesmas PONED Kabupaten Lebong masih rendah, dimana responden yang

menjawab pertanyaan tentang teknik atau langkah penanganan terdapat persentase

tertinggi pada jawaban “kadang-kadang dilakukan”

Sesuai pendapat Cunningham (1997) bahwa preeklamsia berat dan khususnya

eklamsia merupakan keadaan gawat karena dapat mengakibatkan kematian ibu dan

janin. Preeklamsia ringan dapat mudah berubah menjadi preeklamsia berat, dan

Universitas Sumatera Utara


preeklamsia berat mudah menjadi eklamsia dengan timbulnya kejang. Tanda khas

preeklamsia adalah tekanan darah yang tinggi, ditemukannya protein dalam urin dan

pembengkakan jaringan (edema) selama trimester kedua kehamilan. Pada beberapa

kasus, keadaan tetap ringan sepanjang kehamilan, akan tetapi pada kasus yang lain,

dengan meningkatnya tekanan darah dan jumlah protein urin, keadaan dapat menjadi

berat. Terjadi nyeri kepala, muntah, gangguan penglihatan, dan kemudian anuria.

Pada stadium akhir dan paling berat terjadi eklamsia, pasien akan mengalami kejang.

Sesuai pendapat Royston (1998) jika preeklamsia/eklamsia tidak ditangani

secara cepat, akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian maternal karena

kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak. Hal ini

didukung pendapat De Cheney dan Nathaan (2003) bahwa faktor predisposisi

preeklamsia dan eklamsia adalah nullipara, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun, status ekonomi kurang, kehamilan kembar, diabetes melitus, hipertensi

kronis dan penyakit ginjal sebelumnya.

Sebagian besar komplikasi obstetri terjadi pada saat persalinan berlangsung.

Untuk itu diperlukan tenaga profesional yang dapat secara cepat mengenali adanya

komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan sekaligus melakukan penanganan

tepat waktu untuk menyelamatkan jiwa ibu. Angka kematian maternal akan dapat

diturunkan secara adekuat apabila 15% kelahiran ditangani oleh dokter dan 85%

ditangani oleh bidan. Rasio ini paling efektif bila bidan dapat menangani persalinan

normal, dan dapat secara efektif merujuk 15% persalinan yang mengalami komplikasi

kepada dokter. Tenaga penolong persalinan yang terlatih merupakan salah satu teknik

Universitas Sumatera Utara


yang paling penting dalam menurunkan angka kematian maternal di negara – negara

yang telah sukses menurunkan angka kematian maternal di negaranya. Meskipun

bukti telah menunjukkan bahwa penanganan persalinan oleh dokter, bidan dan

perawat merupakan faktor penting dalam menurunkan angka kematian maternal,

hanya 58% dari seluruh persalinan yang ditolong oleh tenaga yang terlatih.

Hasil kajian UNFPA (2003) di negara–negara sedang berkembang, hanya

53% wanita melahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan (bidan atau dokter) dan

hanya 40% yang melahirkan di rumah sakit atau pusat kesehatan, dan diperkirakan

15% wanita hamil tersebut akan mengalami komplikasi yang mengancam kehidupan,

yang membutuhkan pelayanan segera. Terdapat banyak faktor yang mendasari

keadaan tersebut, antara lain adalah kurangnya tenaga yang terlatih dan kurang

terdistribusinya tenaga – tenaga tersebut di daerah – daerah.

Sesuai penelitian Istiarti (1998) menyatakan bahwa pengalaman bidan dalam

pelayanan kesehatan terkait dengan masa kerja di tempat tugasnya. Disebutkan bahwa

seorang bidan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tempat tugasnya serta dengan

karakter masyarakat disekitarnya.

Kinerja bidan, kemampuan dan pengalaman bidan yang rendah dalam

menolong persalinan juga ditemukan dalam penelitian Darsiwan (2003) tentang

kinerja bidan di Kabupaten Magelang, mengungkapkan bahwa pengalaman

berhubungan signifikan dengan kinerja, namun kemampuan tidak berhubungan

dengan kinerja.

Universitas Sumatera Utara


Pengalaman bidan di Puskesmas PONED di Kabupaten Lebong yang relatif

rendah, hal ini diindikasikan dari hasil penelitian bahwa deteksi dini ibu hamil dalam

1 tahun hanya dilakukan 3-4 kali (61,8%), jenis kasus kegawatdaruratan obstetri yang

sering ditangani adalah jenis kegawatdaruratan dengan tingkat kesulitan yang sedang

yaitu perdarahan (82.4%), serta kasus kegawat daruratan neonatal juga sebagian besar

kasus gangguan pernafasan (76,5%), sebagian besar kasus kegawat daruratan

neonatal diindikasikan untuk dirujuk.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Gibson et al (1997) yang

menyatakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja individu adalah

pengalaman, apabila pengalaman individu makin banyak maka akan semakin tinggi

pula kinerjanya. Pengalaman individu terkait dengan peningkatan kedewasaan tehnis

bekerja, itu berarti bahwa individu tersebut selalu memetik pelajaran dari keseluruhan

perjalanan kerja atau karier sehingga akan semakin berkurang jumlah kesalahan yang

dibuatnya. Pengalaman seseorang dalam melakukan tugas tertentu secara terus

menerus dalam waktu yang cukup lama dapat meningkatkan kedewasaan teknisnya.

Dalam artian akan semakin berkurang jumlah kesalahan yang dilakukannya, asumsi

yang sama berlaku untuk semua jenis pekerjaan. Hal ini dikarenakan salah satu

kelebihan dari sifat manusia dibandingkan dengan mahluk lain adalah kemampuan

belajar dari pengalaman yang telah didapat terutama didalam pengalaman yang

berakhir pada kesalahan.

Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik seseorang dari

peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Bertitik tolak dari

Universitas Sumatera Utara


pengertian tersebut memberitahukan kepada kita pengalaman seseorang sejak kecil

turut membentuk perilaku dan kepribadian orang yang bersangkutan dalam kehidupan

organisasinya. Yang perlu diperhatikan dalam hubungan ini adalah kemampuan

seseorang untuk belajar dari pengalamannya.

Sesuai pendapat Muklas (1999) pengalaman-pengalaman pribadi ini dapat

memiliki dampak pertama kepada komponen kognitif dari sikapnya, artinya

pengalaman-pengalaman pribadi dengan obyek tertentu (orang, benda atau peristiwa)

dengan cara menghubungkan obyek tersebut dengan pengalaman lain dimana anda

telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu.

Pengalaman bidan desa dalam memberikan pertolongan persalinan merupakan

hal yang sangat penting, semakin banyak pengalaman yang diperoleh semakin mudah

dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Artinya sejauh mana kreativitas,

keterampilan serta kualitas kerja bidan dalam melaksanakan pertolongan persalinan

sangat bergantung kepada sejauh mana pengalaman bidan desa dalam memberikan

pelayanan. Berapa jumlah partus yang pernah ditolong, bagaimana mutu pertolongan

yang dilakukan bidan, apakah bidan bisa menolong persalinan dengan penyulit atau

apakah bidan dapat menolong persalinan pada kondisi ibu melahirkan dengan resiko

dan apakah bidan dapat dengan cepat melakukan tindakan rujukan apabila diperlukan.

5.3 Pengaruh Faktor Organisasi terhadap Kinerja Bidan di Puskesmas


PONED Kabupaten Lebong

Hasil uji statistik multivariat dengan menggunakan uji regresi berganda

diketahui bahwa faktor organisasi berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap kinerja

Universitas Sumatera Utara


bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong. Hal ini memberikan arti bahwa

semakin baik faktor individu yang ditunjukkan dari peningkatan imbalan dan

supervisi dalam penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal sebagai indikator

faktor organisasi maka semakin baik kinerja bidan.

Imbalan yang diberikan kepada Bidan Puskesmas PONED di Kabupaten

Lebong sebagaimana terlihat dari hasil penelitian bahwa sebagian besar menyatakan

jarang dan tidak pernah diberikan. Hal tersebut menunjukkan sistem pemberian

imbalan kepada bidan puskesmas masih perlu diperbaiki.

Dilihat dari distribusi jawaban responden pada variabel imbalan, terdapat

beberapa poin penting yang perlu diperhatikan yaitu : imbalan disesuaikan dengan

beban kerja, pangkat dan golongan serta sesuai masa kerja (pernyataan nomor 1,2 dan

3) serta waktu/tanggal pemberian imbalan tepat sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan (pernyataan nomor 8).

Pentingnya perhatian terhadap imbalan yang diberikan kepada bidan di

Puskesmas PONED di Kabupaten Lebong sesuai dengan penelitian Setiawan (2007)

yang menemukan persepsi terhadap penghargaan/imbalan kurang sesuai (38,1%) dan

hasil kegiatan kinerja dalam pertolongan persalinan tidak sesuai target (84,4%).

Kesimpulan penelitian bahwa faktor yang mempunyai hubungan dengan kinerja

adalah penghargaan/imbalan.

Universitas Sumatera Utara


Supervisi kepada Bidan Puskesmas PONED di Kabupaten Lebong

sebagaimana terlihat dari hasil penelitian bahwa sebagian besar menyatakan tidak

pernah dilakukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi kepada

bidan puskesmas masih perlu diintensifkan. Beberapa poin penting yang perlu

diperhatikan dari hasil penelitian tentang faktor supervisi adalah : supervisor

diharapkan melaksanakan supervisi secara rutin ke bidan puskesmas (pernyataan

nomor 1), supervisor memberikan pembinaan pada kegiatan supervisi (pernyataan

nomor 2), supervisor memeriksa dokumentasi pelaporan bidan Puskesmas PONED

(pernyataan nomor 4), supervisor menjelaskan secara terperinci setiap permasalahan

yang ditemukan dalam kegiatan supervisi (pernyataan nomor 7)

Sesuai penelitian Subowo (2008) bahwa persoalan yang sering muncul dalam

desentralisasi kesehatan ini antara lain lemahnya kualitas sumberdaya manusia serta

pembiayaan kesehatan di daerah. Disamping itu, persoalan seperti supervisi yang

tidak memadai, sistem logistik, informasi manajemen dan mekanisme jaminan mutu

juga merupakan persoalan yang cukup menganggu dalam pelaksanaan pembangunan

kesehatan di daerah. Persoalan lainnya seperti kurangnya kesadaran dalam

pemanfataan pelayanan, krisis ekonomi yang berkepanjangan serta biaya untuk

pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kedaruratan, merupakan hambatan utama

dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Penelitian Ratifah (2006) menyimpulkan bahwa supervisi kepada bidan

puskesmas berhubungan secara bermakna secara statistik dengan pelayanan bidan,

Universitas Sumatera Utara


demikian juga supervisi yang dilakukan organisasi profesi IBI. Tingkat supervisi

yang dilakukan pada kategori sedang.

Sesuai pendapat Azwar (1996) bahwa supervisi adalah melakukan

pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang

dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah segera

diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Adapun

prinsip-prinsip pokok dalam supervisi tersebut banyak macamnya, namun secara

sederhana dapat diuraikan sebagai berikut: 1) tujuan utama supervisi ialah untuk

lebih meningkatkan penampilan “bawahan”, bukan untuk mencari kesalahan, 2) sifat

supervisi harus edukatif dan suportif, bukan otoriter, 3) supervisi harus dilakukan

secara teratur dan berkala, 4) terjalin kerja sama yang baik antara “atasan” dan

“bawahan”, 5) dikakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing “bawahan” secara

individu, 6) dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan

perkembangan.

Sesuai dengan tujuan supervisi menurut Purwanto (1987) yaitu untuk

perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total. Hal ini

menunjukkan bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu petugas

semata, melainkan juga untuk membina pertumbuhan profesi dalam arti luas,

termasuk didalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran pelaksanaan

tugas, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, pemberian dan pembinaan,

pemilihan serta penggunaan metode dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan secara umum tentang tujuan Puskesmas PONED sebagai upaya

untuk menurunkan AKI dan AKB melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal dasar berkualitas harus sejalan dengan program atau kebijakan

yang dikembangkan Departemen Kesehatan (dalam Saifuddin, 2001) yaitu strategi

“Empat Pilar Safe Motherhood (Four Pilars of Safe Motherhood)” yang meliputi:

Keluarga Berencana sebagai pilar pertama, Akses terhadap Pelayanan Antenatal

sebagai pilar kedua, Persalinan yang aman sebagai pilar ketiga, dan Cakupan

pelayanan Obstetri Essensial (Penatalaksanaan Komplikasi) sebagai pilar keempat.

Untuk melaksanakan hal–hal di atas, sesuai pula dengan rekomendasi Safe

Motherhood Technical Consultation di Srilangka tahun 1997, intervensi yang sangat

kritis adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang terlatih. Agar tenaga

penolong yang terlatih tersebut (dokter atau bidan) dapat memberikan pelayanan yang

bermutu, maka diperlukan adanya Standar pelayanan, karena dengan standar para

petugas kesehatan mengetahui kinerja apa yang diharapkan dari mereka, apa yang

harus mereka lakukan pada setiap tingkat pelayanan, serta kompetensi apa yang

diperlukan. Adanya standar pelayanan akan meningkatkan mutu pelayanan yang

diberikan dengan cara dan oleh tenaga kesehatan yang tepat. Standar pelayanan juga

berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai

hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi

masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan

dengan dasar yang jelas, dengan adanya standar pelayanan, yang dapat dibandingkan

Universitas Sumatera Utara


dengan pelayanan yang diperoleh, maka masyarakat akan mempunyai kepercayaan

yang lebih mantap terhadap pelaksanaan pelayanan (Depkes RI, 2000).

Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dasar

berkualitas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab penuh untuk

perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan

pedoman dan peraturan pusat. Sementara bantuan pendanaan untuk program spesifik

dan proyek-proyek yang berasal dari pemerintah pusat tetap tersedia, anggaran

terbesar yang diperlukan untuk penanaman modal dan biaya rutin dalam era

desentralisasi ditanggung pemerintah daerah kabupaten/kota. Hal ini mempunyai

implikasi negatif bagi kabupaten/kota yang miskin, daerah yang telah kehabisan

sumberdaya dan dimana kesehatan, khususnya kesehatan maternal dan neonatal tidak

merupakan prioritas tinggi. Pengembangan sumberdaya manusia untuk pelayanan

kesehatan merupakan tanggung jawab pula dari pemerintah kabupaten/kota.

Kurangnya kemampuan manajemen dari tim kesehatan kabupaten/kota merupakan

suatu kendala.

Desentralisasi memberikan peluang bagi tiap kabupten/kota untuk

meningkatkan kesehatan ibu dan anak, masalah-masalah yang telah dibahas di atas

dapat menjadi tantangan bagi pelaksanaan program kesehatan maternal dan neonatal.

Bidan Desa dan Pustu sebagai satelit dari Puskesmas memiliki beberapa petugas

paramedis, yang memberikan pelayanan maternal dan neonatal dasar yaitu pelayanan

selama kehamilan, persalinan dan nifas, maupun pertolongan obstetri pertama baik di

fasilitas pelayanan maupun di rumah. Beberapa Puskesmas yang memiliki tenaga

Universitas Sumatera Utara


Dokter umum melaksanakan beberapa elemen dari Pelayanan Obstetri dan Neonatal

Emergensi Dasar (PONED). Bidan di Desa mendapat Bidan Kit dengan peralatan,

obat-obatan dan bahan-bahan untuk pelayanan maternal dan neonatal. Persediaan dan

peralatan dasar dilengkapi loleh Kantor Dinas Kesehatan Provinsi. Di tingkat

puskesmas Dokter umum dan Bidan Puskesmas melakukan supervisi terhadap Bidan

di Desa. Pada tingkat kabupaten/kota Bidan supervisor melakukan koordinasi dan

supervisi terhadap kegiatan Bidan Puskesmas dan Bidan di Desa di wilayah

kabupaten/kota.

Puskesmas perawatan melakukan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi

Dasar, sedangkan Puskesmas non perawatan hanya memberikan beberapa elemen

Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Semua Rumah Sakit

Kabupaten/Kota dan Provinsi melakukan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK).

Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam upaya mempercepat penurunan

angka kematian maternal pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis ‘empat

pilar safe motherhood’. Mengingat sekitar 90% kematian maternal terjadi di sekitar

persalinan dan kira–kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang

sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan Depkes untuk

mempercepat penurunan angka kematian maternal adalah mengupayakan agar : setiap

persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan, dan pelayanan obstetri

sedekat mungkin kepada semua ibu hamil.

Universitas Sumatera Utara


Dalam pelaksanaan operasional diterapkan strategi strategi safe motherhood:

bidan harus mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan obstetri

neonatal dan puskesmas sanggup memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial

Dasar (PONED), yang didukung RS Kabupaten sebagai fasilitas rujukan utama yang

mampu menyediakan Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Komprehensif (PONEK)

24 jam sehingga tercipta jaringan pelayanan obstetri yang mantap dengan bidan desa

sebagai ujung tombaknya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang penulisan, tujuan dan hipotesis penelitian maka

sebagai kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Faktor individu dan organisasi secara parsial ataupun simultan berpengaruh

terhadap kinerja bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong.

2. Faktor organisasi memberikan pengaruh lebih besar dibanding dengan faktor

individu terhadap kinerja bidan di Puskesmas PONED Kabupaten Lebong dengan

nilai koefisien (ß) = 0,561.

6.2 Saran

Dalam upaya meningkatkan cakupan penanganan kasus gawat darurat obstetri

dan neonatal oleh bidan di puskesmas PONED Kabupaten Lebong sesuai yang

diharapkan, disarankan :

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong perlu mengupayakan peningkatan

kemampuan serta pengalaman bidan dalam penanganan kasus gawat darurat

obstetri dan neonatal melalui :

a. Merencanakan kerjasama Dinas Kesehatan dengan Puskesmas PONED dalam

menyusun kegiatan bersama untuk mengembangkan sistem pembinaan teknis

kebidanan bagi bidan PONED.

Universitas Sumatera Utara


b. Peningkatan kemampuan bidan melalui jenjang pendidikan yang lebih

tinggi dari semula pendidikan Diploma 1 Kebidanan menjadi pendidikan

Diploma 3 Kebidanan.

c. Pelatihan-pelatihan, seminar, simposium dan magang di bagian kebidanan

secara bergilir bagi bidan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan

bidan sehingga tidak merasa ketinggalan baik dalam segi pengetahuan

ataupun kemampuan khususnya yang menunjang tugasnya dalam

penanganan kasus gawat darurat obstetri dan neonatal.

2. Puskesmas PONED Kabupaten Lebong supaya mengupayakan kebijakan untuk

meingkatkan kinerja bidan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan obstetri dan

neonatal melalui :

a. Merencanakan pengalokasian dana/anggaran untuk imbalan bagi bidan, karena

dalam Perda Kabupaten Lebong hanya ditetapkan untuk penanganan kasus

normal yaitu Rp.350.000.

b. Melengkapi sarana, peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan dalam

pelayanan PONED.

3. Bidan Koordinator serta Pengelola Program KIA Dinas Kabupaten Lebong supaya

meningkatkan kegiatan supervisi yang biasanya 6 bulan menjadi setiap 3 bulan

sekali ke puskesmas PONED sebagai upaya evaluasi dan pembinaan bagi bidan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta

Baron, Robert A. dan Don Byrne. 1997. Social Psychology: Understanding Human
Interaction. 5th ed. Boston: Allyn dan Bacon

Bernadin, 1998. Human Resource Management, second edition Mc Graw-Hill


International Editions Boston.

Chailaty, Dewi, 2011. Pengaruh Karakteristik Individu dan Organisasi


terhadap Kinerja Bidan Desa di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batubara.
Tesis. S2 IKM, FKM USU, Medan.

Cunningham FG, William 1997. Obstetrics 20th edition. Prentice-Hall International,


Inc.

Darsiwan, 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bidan di desa dalam


pertolongan persalinan di Kabupaten Magelang Tahun 1992. Tesis. Univrsitas
Diponegoro, Semarang.

De Cheney AH, Nathaan L. 2003. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment. 9th edition. Mc. Graw – Hill, Inc.

Depkes. RI, 1990. Modul Panduan Bidan di Tingkat Desa. Jakarta.

______, 1996. Penanganan kegawat-daruratan obstetri. Ditjen Binkesmas, Depkes RI.


Jakarta

______, 1998. Modul Safe Motherhood. (kerjasama Depkes RI-WHO dan FKM UI,
Jakarta.

______, 2000. Buku Standar Pelayanan Kebidanan, Depkes, Jakarta.

______, 2001. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Pelayanan Rumah Sakit, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

______, 2002, Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, Depkes RI, Jakarta.

______, 2004. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Edisi Baru dengan
Resusitasi, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi bekerja

Universitas Sumatera Utara


sama dengan JHPIEGO (MNH) dan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

______, 2004. Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar, Buku Acuan,
Edisi Revisi, Jakarta.

______, 2005. Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005 – 2009, Jakarta

______, 2006. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas, Jakarta.

______, 2007. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong , 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Lebong.

______, 2008. Laporan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan.

______, 2008. Profil Kesehatan Kabupaten Lebong

Fibriana, 2007. Faktor – Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal


(Studi Kasus di Kabupaten Cilacap). Tesis. Univrsitas Diponegoro, Semarang.

Gibson, J.l. J.M lvanicevic,.dan J H. Donnelly, Jr. 1996. Organisasi dan Manajemen
Perilaku: Struktur Struktur dan Proses (terjemahan Djarkasih). Erlangga.
Jakarta.

Gibson, JL., Ivancevich, JM., Donnelly, JH., 1997. Organisasi: Perilaku Struktur
Proses, Edisi 5, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hanafiah, Jusuf M., 2008. Etika Kedokteran dan Ajaran Islam, Penerbit Pustaka
Bangsa Press, Medan.

Ikatan Bidan Indonesia, 2007. Bidan Menyongsong Masa Depan, 50 Tahun IBI, IBI
Jakarta.

Ilyas, Yaslis, 2002. Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.

Istiarti, T, 1998. Pemanfaatan Tenaga Bidan Desa, Pusat Penelitian Kependudukan


Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Koentjoroningrat, 1997, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.

Laporan dari Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan,


(ICPD), Kairo, 5-13 September 1994, Program Aksi Konferensi Internasional
tentang Kependudukan dan Pembangunan. PBB, New York, 1995

Universitas Sumatera Utara


Latuamury S.R. 2001. Hubungan antara Keterlambatan Merujuk dengan Kematian
Ibu di RSUD Tidar Kota Magelang. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Muchlas, 1999. Motivasi dan Peningkatan Produktivitas Pegawai, Cetakan Kedua,


Refika Aditama, Jakarta.

Notoatmodjo S, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

PP IBI. 2001. Bidan Menyongsong Masa Depan, 50 Tahun IBI, IBI Jakarta.

Pratomo J. 2003 Kematian Ibu dan Kematian Perinatal pada Kasus-Kasus Rujukan
Obstetri di RSUP dr. Kariadi Semarang. Bagian Kebidanan dan Kandungan
FK UNDIP / RSUP dr. Kariadi Semarang.

Prawirohardjo, Sarwono, 2004. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga, Yayasan Bina Pustaka

Purwanto. N. 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,


Bandung.

Rachmawati, T dan Suprapto, A., 2010. Inovasi Implementasi Puskesmas PONED


dalam Upaya Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di 3 (Tiga)
Kabupaten di Jawa Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan
Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, Surabaya. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan –
Vol. 13 No. 2 April 2010.

Ratifah. 2006. Analisis Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan


Penerapan Standar APN oleh Bidan Puskesmas Rawat Inap di Kabupaten
Banyumas. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

Rivai V, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktik, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Robbins, S.P., 2002. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. (Jilid 1
dan 2) Edisi bahasa Indonesia. Alih bahasa: Pujaatmaka, H.PT Prenhallindo,
Jakarta.

Royston E, Amstrong S. 1998. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Alih bahasa :


Maulany R.F. Jakarta. Binarupa Aksara.

Saifuddin, AB. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


_______. 2001. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Edisi I, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

Setiawan, Wawan. 2007. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan
di Desa dalam Pertolongan Persalinan di Kabupaten Tasikmalaya. Program
Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro Semarang

Siagian, Sondang, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta

________, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Simamora, Henry, 2004. Manajemen Sumber daya Manusia, Edisi III, STIE YPKN,
Yogyakarta.

Soekanto, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta.

Subowo, Ari, 2008. Kinerja Pembangunan Kesehatan : Tinjauan Disparitas Pelayanan


Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik
(JIAKP) Vol. 5, No. 2, Mei 2008

Suhaeni. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bidan Puskesmas Pasca Pelatihan


PONED terhadap Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
Kabupaten Brebes, Tesis MIKM Undip Semarang.

Suwanti E. 2002. Hubungan Kualitas Perawatan Kehamilan dan Kualitas Pertolongan


Persalinan dengan Kematian Maternal di Kabupaten Klaten. Program Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tim Kajian AKI-AKA, Depkes RI. 2004. Kajian Kematian Ibu dan Anak di
Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

UNFPA, 2003.Maternal Mortality Update 2002, A Focus On Emergency Obstetric


Care. New York, UNFPA.

______, 2004. Research Study And Impacts. Maternal Mortality Update 2004,
Delivery Into Good Hands. New York, UNFPA.

WHO-SEARO 2000. Making Pregnancy Safer, A Health Sector Strategy For


Reducing Maternal and Perinatal Morbidity And Mortality. New Delhi:

WHO. 2003. Reduction of Maternal Mortality. A joint WHO/ UNFPA/ UNICEF/


World Bank Statement. Geneva.

Universitas Sumatera Utara


Wijono, 2000. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. Penerjemah
Air Langga University Press, Surabaya.

Wiyati N. 2004. Hubungan Perawatan Antenatal dan Penolong Pertama dengan


Kematian Maternal di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Program Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Faktor Individu dan Organisasi terhadap Kinerja Bidan Puskesmas
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu

A. DATA RESPONDEN
Nomor Responden : .................................................................
Status Perkawinan : a. Kawin b. Belum kawin
Pendidikan : a. Bidan C b. Bidan D.1 c. Bidan D.3 d. Bidan D.4
Masa Kerja : ........................................................ tahun
Tempat Tinggal : ................................................................
Wilayah Kerja : ................................................................

B. Faktor Individu
Petunjuk :
Peneliti menanyakan kepada setiap bidan Puskesmas PONED, apakah
melaksanakan setiap tahapan kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.
Jawaban setiap pertanyaan di tulis pada kolom jawaban sesuai dengan jawaban
yang diberikan responden.

(a) Kemampuan

Petunjuk : alternatif jawaban :


SS = Sangat Sering dilakukan
S = Sering dilakukan
K = Kadang-kadang dilakukan
HT = Hampir tidak pernah dilakukan
TP = Tidak Pernah dilakukan

a. Kemampuan menangani ibu hamil dengan kasus preeklampsia berat / eklampsia

Tahap–tahap penanganan preeklampsia berat/ eklampsia SS S K HT TP


PERSIAPAN
1. Apakah saudari memberitahukan kepada ibu, apa yang akan
dikerjakan dan berikan kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan
PENGELOLAAN SEGERA

Universitas Sumatera Utara


2. Apakah saudari meminta bantuan pada yang lain
3. Apakah saudari membaringkan ibu pada sisi kiri untuk
mengurangi resiko aspirasi ludah, muntah dan darah
4. Apakah saudari memastikan bahwa jalan nafas ibu terbuka:
• Bila ibu tidak bernafas, segera lakukan tindakan resusitasi
5. Apakah saudari memberikan oksigen 4-6 liter/menit melalui
sungkup atau kanula
6. Bila ibu kejang, apakah saudari:
• Melindungi dari risiko jatuh: ikat tangan dan kaki
• Melakukan isap lender mulut dan tenggorok, sesuai
kebutuhan, setelah kejang
7. Apakah saudari memasang infuse intravena dengan
menggunakan larutan Ringer laktat atau glukosa 5%
Pengobatan anti kejang (magnesium sulfat)
Alternatif I
8. Apakah saudari memberikan 4 gr MgSO 4 (10 ml) larutan 40% IV
secara perlahan-lahan selama 5 menit
9. Apakah saudari segera melanjutkan dengan 6gr MgSO 4 40% (15
ml) dalam larutan Ringer Asetat/ Ringer Laktat selama 6 jam
10. Jika kejang berulang setelah 15 menit, apakah saudari berikan
MgSO 4 (40%) 2gr IV selama 5 menit
11. Apakah saudari memberikan MgSO 4 1g / jam
Alternatif II
12. Apakah saudari berikan 4g MgSO 4 40% (10 ml) melalui infuse
intra vena secara perlahan-lahan dalam 5 menit
13. Apakah saudari memberikan dengan MgSO 4 (40%) 5 g IM
bokong kiri/ kanan dengan 1ml Lognokain (dalam semprit yang
sama)
14. Apabila kejang berulang setelah 15 menit, apakah saudari:
• Memberikan 2 g magnesium sulfat 40% (5 ml)
• Melakukan pemberikan melalui suntikan intravena secara
perlahan-lahan selama 5 menit

b. Kemampuan Menangani Kasus dengan Janin Distosia Bahu


Tahap –tahap tindakan pada distosia bahu SS S K HT TP
ANASTESI LOKAL DAN EPISIOTOMI
1. Apakah saudari menempatkan jari telunjuk dan jari tengah
(dari tangan kiri) antara kepala bayi dan perineum.
2. Apakah saudari memasukkan jarum secara subkutan, mulai

Universitas Sumatera Utara


komisura posterior, menelusuri sepanjang perineum dengan
sudut 45o kearah kanan ibu (tempat akan dilakukan
episiotomi)
3. Apakah saudari melakukan aspirasi untuk memastikan
bahwa ujung jarum tidak memasuki pembuluh darah.
Apabila pada aspirasi terdapat cairan darah, tarik jarum
sedikit dan kembali masukkan dengan arah yang berbeda.
Kemudian
● Apakah saudari melakukan injeksi bahan anastesi ke dalam
pembuluh darah, dapat menyebabkan detak jantung tidak
teratur atau konvulsi
4. Apakah saudari memberikan suntikan bahan anastesi
(Lidokain 1%) 5-10 ml sambil menarik jarum keluar
5. Apakah saudari menekan tempat infiltrasi agar anastesi
menyebar. Untuk hasil yang optimal tunggu 1-2 menit
sebelum melakukan episiotomy.
Manuver Mcroberts
6. Apakah saudari membaringkan ibu terlentang pada
punggung
7. Apakah saudari meminta ibu untuk melipat kedu pahanya,
sehingga kedua lututnya berada sedekat mungkin dengan
dada. Gunakan kedua tangan untuk membantu fleksi
maksimal paha.
8. Apakah saudari melahirkan bahu depan dengan menarik
kepala bayi kearah bawah
Manuver untuk melahirkan bahu belakang
9. Apakah saudari memasukkan tangan mengikuti lengkung
sacrum sampai jari penolong mencapai fosa antecubiti
10. Apakah saudari lakukan dengan tekanan jari tengah, lipat
lengan bawah ke arah dada
11. Setelah terjadi fleksi tangan, apakah saudari keluarkan
lengan dari vagina (menggunakan jari telunjuk untuk
melewati dada dan kepala bayi atau seperti mengusap
muka bayi), kemudian tarik hingga bahu belakang dan
seluruh lengan belakang dapat dilahirkan
12. Apakah bahu depan dapat lahir dengan mudah setelah
bahu dan lengan belakang dilahirkan
13. Bila bahu depan sulit dilahirkan, Apakah saudari putar
bahu belakang ke depan (jangan menarik lengan bayi
tetapi dorong bahu posterior) dan putar bahu depan ke

Universitas Sumatera Utara


belakang (mendorong anterior bahu depan dengan jari
telunjuk dan jari tengah operator) mengikuti arah
punggung bayi sehingga bahu depan dapat dilahirkan

c.Kemampuan Menangani Ibu Melahirkan dengan Plasenta Manual

Tahap –tahap menangani ibu hamil yang mengalami SS S K HT TP


plasenta manual
Penetrasi ke kavum uteri
1. Apakah saudari memberikan sedative (valium 10 mg/IV) atau
analgetika (Ketamine 0,25-0,5 mg/Kg BB/IV).
2. Apakah saudari mengosongkan kandung kemih.
3. Apakah saudari melakukan jepit tali pusat dengan kocher,
tegangkan tali pusat dengan tangan kiri (sejajar lantai).
4. Apakah saudari melakukan tindakan : tangan kanan masuk
melalui introitus vagina secara obstetrik, menelusuri tali
pusat hingga serviks.
5. Apakah saudari melakukan tindakan : tangan kiri menahan
fundus, tali pusat dipegang oleh asisten.
6. Apakah saudari melakukan tindakan : lanjutkan penetrasi
tangan kanan ke kavum uteri, temukan implementasi dan
tepi plasenta.
Melepas plasenta
7. Apakah saudari melakukan tindakan : sisipkan ujung jari
diantara plasenta dan dinding uterus
8. Setelah penyisipan berhasil, apakah saudari melakukan
tindakan : gerakkan tangan ke kiri dan kanan sehingga
secara bertahap, seluruh plasenta dapat dilepaskan dengan
tepi luar jari-jari tangan dalam.
Mengeluarkan plasenta
9. Gunakan tangan luar atau minta asisten untuk menarik tali
pusat untuk mengeluarkan plasenta dan sementara tangan
dalam masih di kavum uteri, apakah saudari melakukan
pemeriksaan untuk memastikan tidak ada sisa plasenta.
Bila bukaan serviks tidak memungkinkan plasenta
dilahirkan sementara tangan dalam masih didalam kavum
uteri, Apakah saudari melakukan tindakan : lahirkan plasenta
sambil mengeluarkan tangan dalam (pegang pangkal tali
pusat pada plasenta) dan tangan luar menahan korpus
uterus pada supra simfisis.
10. Apakah saudari melakukan tindakan : lahirkan plasenta dan

Universitas Sumatera Utara


letakkan pada tempat yang tersedia
11. Apakah saudari memperhatikan kontraksi uterus dan
kemungkinan perdarahan.

Dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca tindakan


12. Apakah saudari melakukan periksaan tanda vital pasien, catat
dan buat laporan tindakan.
13. Apakah saudari membuat instruksi perawatan, pengobatan
dan pemantauan pasca tindakan. Minta petugas untuk
melaksanakannya dengan baik.
14. Apakah saudari beritahukan pada suami/walinya bahwa
tindakan telah selesai.

(b) Pengalaman

Petunjuk :
Peneliti menanyakan kepada setiap bidan Puskesmas PONED tentang apa yang
dialami bidan selama ini dalam penanganan kasus kegawatdaruratan persalinan.
Peneliti memberikan tanda contreng (√) pada kolom jawaban sesuai dengan jawaban
yang diberikan oleh setiap responden.

1. Berapa kali Ibu melakukan deteksi dini ibu hamil di wilayah kerja pada pasien
yang mempunyai risiko tinggi dalam 1 (satu) tahun terakhir ini ?
a 1-2 kali
b 3-4 kali
c > 4 kali
2. Dalam satu tahun terakhir, berapa kasus kegawatdaruratan obstetri yang saudari
tangan?
a 1-2 orang
b 3-4 orang
c > 4 orang
3. Kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri apa saja yang sering saudari tangani?
a Infeksi
b Pendarahan
c Eklampsia dan komplikasi abortus

4. Dari kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri yang saudari tangani terebut berapa


orang yang Ibu indikasikan untuk dirujuk?
a 1-2 orang
b 3-4 orang
c > 4 orang

Universitas Sumatera Utara


5. Dalam satu tahun terakhir, berapa kasus kegawatdaruratan neonatal yang saudari
tangani?
a 1-2 orang
b 3-4 orang
c > 4 orang
6. Dari kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal yang saudari tangani tersebut berapa
yang saudari indikasikan untuk di rujuk?
a 1-2 orang
b 3-4 orang
c > 4 orang
7. Kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal apa saja yang sering saudari tangani ?
a Gangguan pernapasan
b Prematuritas
c Sepsis
8. Dari kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal yang saudari tangani tersebut, kasus
apa yang paling sering dirujuk ke RS PONEK?
a Gangguan pernapasan
b Prematuritas
c Sepsis

B. Faktor Organisasi

a.Imbalan
Petunjuk :
Peneliti membacakan ”pernyataan” tentang imbalan kepada setiap bidan Puskesmas
PONED serta meminta bidan untuk memberikan jawaban dari setiap pernyataan
sesuai dengan alternatif jawaban yang ada. Peneliti memberikan tanda contreng (√)
pada kolom jawaban sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh setiap responden

Alternatif jawaban tentang imbalan sebagai berikut :


Ket: Sl = Selalu
Sr = Sering
KD = Kadang-kadang
Jr = Jarang
TP = Tidak Pernah

Sl Sr KD Jr TP
No Pernyataan
5 4 3 2 1

Universitas Sumatera Utara


1 Imbalan disesuaikan dengan beban kerja
2 Imbalan disesuaikan dengan pangkat/golongan
3 Imbalan disesuaikan dengan masa kerja
4 Imbalan diberikan dalam bentuk tunai.
5 Imbalan diberikan dalam bentuk non tunai.
6 Imbalan non tunai dalam bentuk promosi jabatan
7 Pemberian imbalan dilakukan dalam waktu tertentu
(bulanan atau triwulan)
8 Waktu/tanggal pemberian imbalan tepat sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan
9 Kriteria bidan yang mendapatkan imbalan adalah
yang melaksanakan penanganan kasus gawat darurat
obstetri dan neonatal.
10 Promosi jabatan diberikan kepada bidan yang
melakukan prestasi khusus

b. Supervisi

Petunjuk :
Peneliti membacakan ”pernyataan” tentang supervisi kepada setiap bidan Puskesmas
PONED serta meminta bidan untuk memberikan jawaban dari setiap pernyataan
sesuai dengan alternatif jawaban yang ada. Peneliti memberikan tanda contreng (√)
pada kolom jawaban sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh setiap responden
Alternatif jawaban tentang supervisi sebagai berikut :
SS = Sangat Sering dilakukan
S = Sering dilakukan
K = Kadang-kadang dilakukan
HT = Hampir tidak pernah dilakukan
TP = Tidak Pernah dilakukan

No Pertanyaan SS S K HT TP
1 Supervisi secara rutin ke Puskesmas PONED
Supervisor memberikan pembinaan pada kegiatan
2 supervisi
3 Pelaksanaan supervisi meningkatkan motivasi dalam
melaksanakan tugas sebagai bidan Puskesmas
PONED
4 Supervisor memeriksa dokumentasi pelaporan bidan
Puskesmas PONED
5 Menjelaskan secara terbuka masalah yang dihadapai
di Puskesmas PONED kepada supervisor

Universitas Sumatera Utara


6 Supervisi diberitahukan sebelumnya oleh pimpinan
puskesmas
7 Supervisor menjelaskan secara terperinci setiap
permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan
supervisi.
8 Supervisi mensosialisasikan format baru menangani
kasus kegawatdaruratan persalinan sesuai dengan
standar
9 Petugas supervisi melibatkan bidan puskesmas dan
bidan desa untuk melihat kegiatan rujukan ke
Puskesmas PONED
10 Supervisi petugas puskesmas ke posyandu untuk
mengevaluasi kegiatan bidan dan bidan desa.

C. Kinerja Bidan

Petunjuk :
Peneliti membacakan ”pernyataan” tentang kinerja kepada setiap bidan Puskesmas
PONED serta meminta bidan untuk memberikan jawaban dari setiap pernyataan
sesuai dengan alternatif jawaban yang ada. Peneliti memberikan tanda contreng (√)
pada kolom jawaban sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh setiap responden

Alternatif jawaban tentang kinerja bidan sebagai berikut :


SS = Sangat Sering dilakukan
S = Sering dilakukan
K = Kadang-kadang dilakukan
HT = Hampir tidak pernah dilakukan
TP = Tidak Pernah dilakukan

No Pernyataan SS S K HT TP
1. Saya melakukan deteksi dini ibu risiko tinggi sesuai
dengan pedoman PONED
2. Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, saya
melakukan anamnesa, pemeriksaan dan melakukan
tindakan
3. Saya melakukan persetujuan tindakan medik sebelum
menangani pasien.
4. Saya melakukan pencatatan partograf untuk mengetahui
kemajuan persalinan dan keadaan ibu.
5. Saya mengidentifikasi kasus sesuai dengan hasil

Universitas Sumatera Utara


anamneses dan pemeriksaan.
6. Setelah melakukan penanganan kegawatdaruratan, saya
melakukan rujukan apabila kasus tidak tertangani.
7 Saya merencanakan tindakan penanganan kasus
kegawatdaruratan sesuai dengan Standar
Kegawatdaruratan Persalinan
8. Saya melakukan tindakan kegawatdaruratan persalinan
berdasarkan prioritas diagnosa pasien
9. Saya mencatat setiap tindakan yang saya lakukan pada
penanganan kasus-kasus kegawatdaruratan persalinan
10 Memberi keterangan yang jelas pada keluarga pasien
tentang keadaan ibu
11 Sebelum melakukan tindakan, saya melakukan persipan
peralatan sesuai dengan kasus yang sedang ditangani
12 Sebelum melakukan tindakan, saya memberikan
penjelasan kepada ibu
13 Sebelum melakukan tindakan persalinan pada kasus
kegawatdaruratan, saya mempersiapkan alat-alat
kegawatdaruratan pada bayi
14 Dalam melakukan rujukan, saya selalu melengkapi alat-
alat dan surat rujukan
15 Sebelum melakukan rujukan, saya menjelaskan keadaan
ibu dan pentingnya rujukan.
16 Saya melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan
masyarakat
17 Saya melakukan kegiatan pembinaan peran serta
masyarakat
18 Saya melakukan kegiatan pembinaan bidan desa dan kader
sebagai tugas untuk pelayanan komunitas.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2 : Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Kemampuan

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

EKLAM1 172.8667 422.6713 .7355 .9964


EKLAM2 172.9333 424.9609 .7250 .9963
EKLAM3 170.9333 433.2368 .9507 .9952
EKLAM4 170.9000 435.1966 .9912 .9952
EKLAM5 170.9667 431.0678 .9417 .9952
EKLAM6 170.9333 433.4437 .9417 .9952
EKLAM7 170.9000 435.1966 .9912 .9952
EKLAM8 170.9000 435.1966 .9912 .9952
EKLAM9 170.9333 433.3747 .9447 .9952
EKLAM10 170.9000 435.1966 .9912 .9952
EKLAM11 170.9333 433.2368 .9507 .9952
EKLAM12 170.9000 435.1966 .9912 .9952
EKLAM13 170.9333 433.0989 .9567 .9952
EKLAM14 171.0000 429.5862 .9193 .9953
DISTOS1 170.9000 435.1966 .9912 .9952
DISTOS2 170.9000 435.1966 .9912 .9952
DISTOS3 170.9333 433.1678 .9537 .9952
DISTOS4 170.9000 435.1966 .9912 .9952
DISTOS5 170.9333 433.0989 .9567 .9952
DISTOS6 170.9000 435.1966 .9912 .9952
DISTOS7 170.9000 435.1966 .9912 .9952
DISTOS8 170.9333 433.4437 .9417 .9952
DISTOS9 170.9000 435.1966 .9912 .9952
DISTOS10 170.9000 435.1966 .9912 .9952
DISTOS11 170.9000 435.1966 .9912 .9952
DISTOS13 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN1 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN2 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN3 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN4 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN5 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN6 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN7 170.9333 433.0989 .9567 .9952
PLASEN8 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN9 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN10 170.9333 433.0989 .9567 .9952
PLASEN11 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN12 170.9000 435.1966 .9912 .9952
PLASEN13 172.8333 431.1782 .7718 .9957
PLASEN14 172.9667 426.9299 .8403 .9956

Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 40
Alpha = .9954

Universitas Sumatera Utara


b. Pengalaman
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

ALAM1 7.7667 4.7368 .3950 .9014


ALAM2 8.1667 4.2816 .9076 .7943
ALAM3 8.2000 4.3724 .9012 .7962
ALAM4 8.3667 6.6540 .4536 .8738
ALAM5 8.3333 6.2299 .4288 .8601
ALAM6 8.2000 4.6483 .9018 .8009
ALAM7 8.2000 4.6483 .9018 .8009
ALAM8 8.3333 6.0230 .6670 .8496

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 8

Alpha = .8560

c. Imbalan

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

IMBAL1 29.2000 125.6138 .9045 .9296


IMBAL2 29.1667 126.6954 .9065 .9296
IMBAL3 29.1667 126.6954 .9065 .9296
IMBAL4 29.1667 126.6954 .9065 .9296
IMBAL5 31.5333 147.6368 .5777 .9447
IMBAL6 31.3667 144.0333 .5500 .9452
IMBAL7 29.4333 125.4264 .8456 .9326
IMBAL8 29.5667 124.7368 .8312 .9335
IMBAL9 31.4000 146.1103 .5134 .9464
IMBAL10 29.7000 128.7000 .6999 .9410

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 10

Alpha = .9426

Universitas Sumatera Utara


d. Supervisi

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

SUPER1 16.2667 60.5471 .9013 .9367


SUPER2 16.3000 60.4931 .8978 .9368
SUPER3 15.7667 63.6333 .8782 .9388
SUPER4 16.3667 63.2057 .7955 .9417
SUPER5 16.4000 62.6621 .7732 .9428
SUPER6 16.1000 60.9207 .8448 .9394
SUPER7 16.4333 62.9437 .7780 .9425
SUPER8 16.5000 70.1897 .4260 .9560
SUPER9 15.9667 61.7575 .8182 .9407
SUPER10 16.2000 67.1310 .6884 .9464

Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 10
Alpha = .9479

e. Kinerja Bidan

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

KINERJA1 66.1000 61.8862 .6218 .9116


KINERJA2 64.2333 59.5644 .8680 .9065
KINERJA3 66.1000 61.8862 .6218 .9116
KINERJA4 65.4333 58.1161 .3699 .9253
KINERJA5 64.2333 59.5644 .8680 .9065
KINERJA6 64.2333 59.5644 .8680 .9065
KINERJA7 64.2333 59.5644 .8680 .9065
KINERJA8 64.2333 59.5644 .8680 .9065
KINERJA9 65.8000 61.6828 .3513 .9176
KINERJ10 65.3667 58.5161 .4322 .9189
KINERJ11 64.2333 59.5644 .8680 .9065
KINERJ12 66.1000 61.8862 .6218 .9116
KINERJ13 64.2333 59.5644 .8680 .9065
KINERJ14 64.2333 59.5644 .8680 .9065
KINERJ15 64.8000 60.4414 .4952 .9135
KINERJ16 65.3333 55.1264 .6640 .9101
KINERJ17 65.6000 56.7310 .6305 .9104
KINERJ18 65.6667 60.0230 .4208 .9168

Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 18
Alpha = .9156

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3 : Uji Univariat

Frequencies
Status Perkawinan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Belum kawin 25 73.5 73.5 73.5
Kawin 9 26.5 26.5 100.0
Total 34 100.0 100.0

Tempat Tinggal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Luar Puskesmas 14 41.2 41.2 41.2
Puskesmas 20 58.8 58.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

Wilayah Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Puskesmas Muara Aman 11 32.4 32.4 32.4
Puskesmas Tes 23 67.6 67.6 100.0
Total 34 100.0 100.0

EKLAM1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
3 8.8 8.8 8.8
Dilakukan
Kadang-kadang
8 23.5 23.5 32.4
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 35.3
Sangat Sering Dilakukan 22 64.7 64.7 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


EKLAM2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 13 38.2 38.2 38.2
Hampir Tidak Pernah
13 38.2 38.2 76.5
Dilakukan
Kadang-kadang
4 11.8 11.8 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 91.2
Sangat Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

EKLAM3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
11 32.4 32.4 32.4
Dilakukan
Kadang-kadang
19 55.9 55.9 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

EKLAM4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
13 38.2 38.2 38.2
Dilakukan
Kadang-kadang
17 50.0 50.0 88.2
Dilakukan
Sangat Sering Dilakukan 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


EKLAM5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
13 38.2 38.2 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
15 44.1 44.1 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 91.2
Sangat Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

EKLAM6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
12 35.3 35.3 38.2
Dilakukan
Kadang-kadang
17 50.0 50.0 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

EKLAM7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
14 41.2 41.2 44.1
Dilakukan
Kadang-kadang
16 47.1 47.1 91.2
Dilakukan
Sangat Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


EKLAM8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
14 41.2 41.2 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
17 50.0 50.0 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

EKLAM9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
14 41.2 41.2 44.1
Dilakukan
Kadang-kadang
15 44.1 44.1 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

EKLAM10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
12 35.3 35.3 38.2
Dilakukan
Kadang-kadang
19 55.9 55.9 94.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


EKLAM11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
9 26.5 26.5 26.5
Dilakukan
Kadang-kadang
23 67.6 67.6 94.1
Dilakukan
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

EKLAM12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 28 82.4 82.4 82.4
Hampir Tidak Pernah
3 8.8 8.8 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

EKLAM13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 28 82.4 82.4 82.4
Hampir Tidak Pernah
3 8.8 8.8 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

EKLAM14

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 29 85.3 85.3 85.3
Hampir Tidak Pernah
3 8.8 8.8 94.1
Dilakukan
Kadang-kadang
1 2.9 2.9 97.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


DISTOS1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 8 23.5 23.5 23.5
Hampir Tidak Pernah
4 11.8 11.8 35.3
Dilakukan
Kadang-kadang
5 14.7 14.7 50.0
Dilakukan
Sering Dilakukan 17 50.0 50.0 100.0
Total 34 100.0 100.0

DISTOS2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 6 17.6 17.6 17.6
Hampir Tidak Pernah
7 20.6 20.6 38.2
Dilakukan
Kadang-kadang
4 11.8 11.8 50.0
Dilakukan
Sering Dilakukan 17 50.0 50.0 100.0
Total 34 100.0 100.0

DISTOS3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
10 29.4 29.4 32.4
Dilakukan
Kadang-kadang
22 64.7 64.7 97.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

DISTOS4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
11 32.4 32.4 35.3
Dilakukan
Kadang-kadang
22 64.7 64.7 100.0
Dilakukan
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


DISTOS5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
14 41.2 41.2 44.1
Dilakukan
Kadang-kadang
17 50.0 50.0 94.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

DISTOS6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
11 32.4 32.4 32.4
Dilakukan
Kadang-kadang
21 61.8 61.8 94.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

DISTOS7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
15 44.1 44.1 44.1
Dilakukan
Kadang-kadang
15 44.1 44.1 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


DISTOS8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
13 38.2 38.2 38.2
Dilakukan
Kadang-kadang
18 52.9 52.9 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

DISTOS9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
14 41.2 41.2 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
16 47.1 47.1 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 91.2
Sangat Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

DISTOS10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
16 47.1 47.1 47.1
Dilakukan
Kadang-kadang
13 38.2 38.2 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


DISTOS11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
12 35.3 35.3 35.3
Dilakukan
Kadang-kadang
18 52.9 52.9 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

DISTOS12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 5 14.7 14.7 14.7
Hampir Tidak Pernah
14 41.2 41.2 55.9
Dilakukan
Kadang-kadang
10 29.4 29.4 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 4 11.8 11.8 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

DISTOS13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
19 55.9 55.9 58.8
Dilakukan
Kadang-kadang
13 38.2 38.2 97.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


PLASEN1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
13 38.2 38.2 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
15 44.1 44.1 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

PLASEN2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
14 41.2 41.2 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
18 52.9 52.9 94.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

PLASEN3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
15 44.1 44.1 44.1
Dilakukan
Kadang-kadang
14 41.2 41.2 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 4 11.8 11.8 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


PLASEN4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak
15 44.1 44.1 44.1
Pernah Dilakukan
Kadang-kadang
17 50.0 50.0 94.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

PLASEN5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
13 38.2 38.2 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
18 52.9 52.9 94.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

PLASEN6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 2 5.9 5.9 5.9
Hampir Tidak Pernah
12 35.3 35.3 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
17 50.0 50.0 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


PLASEN7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
14 41.2 41.2 44.1
Dilakukan
Kadang-kadang
15 44.1 44.1 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

PLASEN8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
13 38.2 38.2 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
17 50.0 50.0 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

PLASEN9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 3 8.8 8.8 8.8
Hampir Tidak Pernah
11 32.4 32.4 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
19 55.9 55.9 97.1
Dilakukan
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


PLASEN10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
14 41.2 41.2 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
17 50.0 50.0 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

PLASEN11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
13 38.2 38.2 41.2
Dilakukan
Kadang-kadang
18 52.9 52.9 94.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

PLASEN14

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
8 23.5 23.5 26.5
Dilakukan
Kadang-kadang
7 20.6 20.6 47.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 52.9
Sangat Sering Dilakukan 16 47.1 47.1 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


PLASEN13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
10 29.4 29.4 29.4
Dilakukan
Kadang-kadang
5 14.7 14.7 44.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 52.9
Sangat Sering Dilakukan 16 47.1 47.1 100.0
Total 34 100.0 100.0

PLASEN12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
10 29.4 29.4 29.4
Dilakukan
Kadang-kadang
5 14.7 14.7 44.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 47.1
Sangat Sering Dilakukan 18 52.9 52.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

ALAM1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3-4 kali 10 29.4 29.4 29.4
> 4 kali 24 70.6 70.6 100.0
Total 34 100.0 100.0

ALAM2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3-4 kali 11 32.4 32.4 32.4
> 4 kali 23 67.6 67.6 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


ALAM3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Gangguan pernafasan 28 82.4 82.4 82.4
Preamaturias 6 17.6 17.6 100.0
Total 34 100.0 100.0

ALAM4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3-4 orang 21 61.8 61.8 61.8
> 4 orang 13 38.2 38.2 100.0
Total 34 100.0 100.0

ALAM5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3-4 kali 11 32.4 32.4 32.4
> 4 kali 23 67.6 67.6 100.0
Total 34 100.0 100.0

ALAM6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3-4 kali 11 32.4 32.4 32.4
> 4 kali 23 67.6 67.6 100.0
Total 34 100.0 100.0

ALAM7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perdarahan 28 82.4 82.4 82.4
Eklamsia dan
6 17.6 17.6 100.0
Komplikasi Abortus
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


ALAM8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Eklamsia dan
17 50.0 50.0 50.0
Komplikasi Abortus
Infeksi 17 50.0 50.0 100.0
Total 34 100.0 100.0

IMBAL1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
Tidak setuju 20 58.8 58.8 61.8
Ragu-ragu 10 29.4 29.4 91.2
Setuju 1 2.9 2.9 94.1
Sangat Setuju 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

IMBAL2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
Tidak setuju 14 41.2 41.2 44.1
Ragu-ragu 16 47.1 47.1 91.2
Sangat Setuju 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

IMBAL3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
Tidak setuju 8 23.5 23.5 26.5
Ragu-ragu 7 20.6 20.6 47.1
Setuju 2 5.9 5.9 52.9
Sangat Setuju 16 47.1 47.1 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


IMBAL4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak setuju 10 29.4 29.4 29.4
Ragu-ragu 5 14.7 14.7 44.1
Setuju 3 8.8 8.8 52.9
Sangat Setuju 16 47.1 47.1 100.0
Total 34 100.0 100.0

IMBAL5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat tidak setuju 28 82.4 82.4 82.4
Tidak setuju 6 17.6 17.6 100.0
Total 34 100.0 100.0

IMBAL6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat tidak setuju 30 88.2 88.2 88.2
Tidak setuju 2 5.9 5.9 94.1
Ragu-ragu 1 2.9 2.9 97.1
Setuju 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

IMBAL7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat tidak setuju 2 5.9 5.9 5.9
Tidak setuju 13 38.2 38.2 44.1
Ragu-ragu 16 47.1 47.1 91.2
Setuju 1 2.9 2.9 94.1
Sangat Setuju 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


IMBAL8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
Tidak setuju 14 41.2 41.2 44.1
Ragu-ragu 16 47.1 47.1 91.2
Sangat Setuju 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

IMBAL9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat tidak setuju 2 5.9 5.9 5.9
Tidak setuju 13 38.2 38.2 44.1
Ragu-ragu 17 50.0 50.0 94.1
Sangat Setuju 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

IMBAL10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat tidak setuju 1 2.9 2.9 2.9
Tidak setuju 13 38.2 38.2 41.2
Ragu-ragu 17 50.0 50.0 91.2
Setuju 1 2.9 2.9 94.1
Sangat Setuju 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

SUPER1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 20 58.8 58.8 58.8
Hampir Tidak Pernah
8 23.5 23.5 82.4
Dilakukan
Kadang-kadang
1 2.9 2.9 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


SUPER2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 21 61.8 61.8 61.8
Hampir Tidak Pernah
7 20.6 20.6 82.4
Dilakukan
Kadang-kadang
1 2.9 2.9 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 5 14.7 14.7 100.0
Total 34 100.0 100.0

SUPER3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 4 11.8 11.8 11.8
Hampir Tidak Pernah
25 73.5 73.5 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

SUPER4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 24 70.6 70.6 70.6
Hampir Tidak Pernah
8 23.5 23.5 94.1
Dilakukan
Kadang-kadang
1 2.9 2.9 97.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

SUPER5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 23 67.6 67.6 67.6
Hampir Tidak Pernah
7 20.6 20.6 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


SUPER6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 16 47.1 47.1 47.1
Hampir Tidak Pernah
12 35.3 35.3 82.4
Dilakukan
Kadang-kadang
1 2.9 2.9 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 4 11.8 11.8 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

SUPER7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 27 79.4 79.4 79.4
Hampir Tidak Pernah
3 8.8 8.8 88.2
Dilakukan
Kadang-kadang
3 8.8 8.8 97.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

SUPER8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 23 67.6 67.6 67.6
Hampir Tidak Pernah
8 23.5 23.5 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


SUPER9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 14 41.2 41.2 41.2
Hampir Tidak Pernah
13 38.2 38.2 79.4
Dilakukan
Kadang-kadang
2 5.9 5.9 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 4 11.8 11.8 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

SUPER10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 12 35.3 35.3 35.3
Hampir Tidak Pernah
19 55.9 55.9 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJA1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 10 29.4 29.4 29.4
Hampir Tidak Pernah
20 58.8 58.8 88.2
Dilakukan
Kadang-kadang
1 2.9 2.9 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


KINERJA2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak Pernah
9 26.5 26.5 26.5
Dilakukan
Kadang-kadang
7 20.6 20.6 47.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 16 47.1 47.1 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJA3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 11 32.4 32.4 32.4
Hampir Tidak Pernah
17 50.0 50.0 82.4
Dilakukan
Kadang-kadang
2 5.9 5.9 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 91.2
Sangat Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJA4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 12 35.3 35.3 35.3
Hampir Tidak Pernah
19 55.9 55.9 91.2
Dilakukan
Kadang-kadang
1 2.9 2.9 94.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


KINERJA5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
9 26.5 26.5 29.4
Dilakukan
Kadang-kadang
6 17.6 17.6 47.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 18 52.9 52.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJA6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
7 20.6 20.6 23.5
Dilakukan
Kadang-kadang
8 23.5 23.5 47.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 17 50.0 50.0 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJA7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
11 32.4 32.4 35.3
Dilakukan
Kadang-kadang
4 11.8 11.8 47.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 18 52.9 52.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


KINERJA8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
9 26.5 26.5 29.4
Dilakukan
Kadang-kadang
6 17.6 17.6 47.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 18 52.9 52.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJA9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 5 14.7 14.7 14.7
Hampir Tidak Pernah
23 67.6 67.6 82.4
Dilakukan
Kadang-kadang
2 5.9 5.9 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJ10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 9 26.5 26.5 26.5
Hampir Tidak Pernah
18 52.9 52.9 79.4
Dilakukan
Kadang-kadang
3 8.8 8.8 88.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


KINERJ11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
11 32.4 32.4 35.3
Dilakukan
Kadang-kadang
4 11.8 11.8 47.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 17 50.0 50.0 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJ12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 10 29.4 29.4 29.4
Hampir Tidak Pernah
18 52.9 52.9 82.4
Dilakukan
Kadang-kadang
1 2.9 2.9 85.3
Dilakukan
Sering Dilakukan 3 8.8 8.8 94.1
Sangat Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJ13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
12 35.3 35.3 38.2
Dilakukan
Kadang-kadang
3 8.8 8.8 47.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 18 52.9 52.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


KINERJ14

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hampir Tidak
9 26.5 26.5 26.5
Pernah Dilakukan
Kadang-kadang
7 20.6 20.6 47.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 18 52.9 52.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJ15

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 1 2.9 2.9 2.9
Hampir Tidak Pernah
10 29.4 29.4 32.4
Dilakukan
Kadang-kadang
21 61.8 61.8 94.1
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJ16

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 13 38.2 38.2 38.2
Hampir Tidak Pernah
15 44.1 44.1 82.4
Dilakukan
Kadang-kadang
3 8.8 8.8 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


KINERJ17

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 12 35.3 35.3 35.3
Hampir Tidak Pernah
18 52.9 52.9 88.2
Dilakukan
Kadang-kadang
1 2.9 2.9 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

KINERJ18

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah Dilakukan 9 26.5 26.5 26.5
Hampir Tidak Pernah
21 61.8 61.8 88.2
Dilakukan
Kadang-kadang
1 2.9 2.9 91.2
Dilakukan
Sering Dilakukan 2 5.9 5.9 97.1
Sangat Sering Dilakukan 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

MAMPUK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 14 41.2 41.2 41.2
Sedang 17 50.0 50.0 91.2
Tinggi 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

ALAMK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 23 67.6 67.6 67.6
Tinggi 11 32.4 32.4 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Faktor Individu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 15 44.1 44.1 44.1
Sedang 16 47.1 47.1 91.2
Tinggi 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

supervisi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Baik 27 79.4 79.4 79.4
Cukup Baik 7 20.6 20.6 100.0
Total 34 100.0 100.0

imbalan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Baik 19 55.9 55.9 55.9
Cukup Baik 12 35.3 35.3 91.2
Baik 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

Faktor Organisasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Baik 26 76.5 76.5 76.5
Cukup Baik 6 17.6 17.6 94.1
Baik 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0

Kinerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Baik 16 47.1 47.1 47.1
Cukup Baik 15 44.1 44.1 91.2
Baik 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Uji Bivariat

Faktor Individu * Kinerja


Crosstab

Kinerja
Tidak Baik Cukup Baik Baik Total
Faktor Rendah Count 15 0 0 15
Individu Expected Count 7.1 6.6 1.3 15.0
% within Faktor Individu 100.0% .0% .0% 100.0%
Sedang Count 1 14 1 16
Expected Count 7.5 7.1 1.4 16.0
% within Faktor Individu 6.3% 87.5% 6.3% 100.0%
Tinggi Count 0 1 2 3
Expected Count 1.4 1.3 .3 3.0
% within Faktor Individu .0% 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 16 15 3 34
Expected Count 16.0 15.0 3.0 34.0
% within Faktor Individu 47.1% 44.1% 8.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 42.349a 4 .000
Likelihood Ratio 44.588 4 .000
Linear-by-Linear
26.325 1 .000
Association
N of Valid Cases 34
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .26.

Universitas Sumatera Utara


Faktor Organisasi * Kinerja
Crosstab

Kinerja
Tidak Baik Cukup Baik Baik Total
Faktor Tidak Baik Count 16 10 0 26
Organisasi Expected Count 12.2 11.5 2.3 26.0
% within Faktor
61.5% 38.5% .0% 100.0%
Organisasi
Cukup Baik Count 0 5 1 6
Expected Count 2.8 2.6 .5 6.0
% within Faktor
.0% 83.3% 16.7% 100.0%
Organisasi
Baik Count 0 0 2 2
Expected Count .9 .9 .2 2.0
% within Faktor
.0% .0% 100.0% 100.0%
Organisasi
Total Count 16 15 3 34
Expected Count 16.0 15.0 3.0 34.0
% within Faktor
47.1% 44.1% 8.8% 100.0%
Organisasi

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 29.641a 4 .000
Likelihood Ratio 23.183 4 .000
Linear-by-Linear
16.560 1 .000
Association
N of Valid Cases 34
a. 7 cells (77.8%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .18.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4 : Uji Multivariat

Regression
Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Faktor
Organisas
. Enter
i, Faktora
Individu
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kinerja

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .941a .886 .879 4.25
a. Predictors: (Constant), Faktor Organisasi, Faktor
Individu

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4372.757 2 2186.378 120.884 .000a
Residual 560.684 31 18.087
Total 4933.441 33
a. Predictors: (Constant), Faktor Organisasi, Faktor Individu
b. Dependent Variable: Kinerja

Coefficientsa

Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.503 4.287 .584 .564
Faktor Individu .152 .073 .343 2.071 .047
Faktor Organisasi .561 .151 .614 3.710 .001
a. Dependent Variable: Kinerja

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai