Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA BERAT YANG

MENGALAMI KEMANDIRIAN DALAM MELAKUKAN PERAWATAN DIRI DI


DESA SRIGONCO KECAMATAN BANTUR
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

OLEH :
YURIKE ISWARI
2209.14901.364

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP


PROFESI STIKES WIDYAGAMA HUSADA
2022
ii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA BERAT YANG


MENGALAMI KEMANDIRIAN DALAM MELAKUKAN PERAWATAN DIRI DI
DESA SRIGONCO KECAMATAN BANTUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

OLEH :
YURIKE ISWARI
2209.14901.364

PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP
PROFESI STIKES WIDYAGAMA HUSADA
2022
iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Profesi Ners ini disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Karya Ilmiah Akhir Profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Widyagama Husada :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA BERAT YANG


MENGALAMI KEMANDIRIAN DALAM MELAKUKAN PERAWATAN DIRI DI
DESA SRIGONCO KECAMATAN BANTUR

Yurike Iswari, 2209.14901.364

Malang, September, 2022

Menyetujui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Miftakhul Ulfa S.Kep.,Ners.,M.Kep) (Ahmad Guntur A.S.Kep.,Ns.,M.Kep)


iv

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Profesi ini Disetujui untuk Dipertahankan Dihadapan Tim
Penguji
Karya Ilmiah Akhir Profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Widyagama Husada :
Malang, September, 2022

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA BERAT YANG


MENGALAMI KEMANDIRIAN DALAM MELAKUKAN PERAWATAN DIRI DI
DESA SRIGONCO KECAMATAN BANTUR

YURIKE ISWARI
2209.14901.364

Penguji I ( )

Miftakhul Ulfa S.Kep.,Ners.,M.Kep


Penguji II ( )

Ahmad Guntur A.S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


Penguji III

Mengetahui,
Ketua STIKES Widiyagama Husada Malang

(dr. Rudy Joegijantoro, MMRS)


NIP. 197110152001121006
v

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Berkat dan Karunia-
Nya sehingga dapat terselesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan
keperawatan pada pasien gangguan jiwa berat yang mengalami kemandirian
dalam melakukan perawatan diri Di Desa Srigonco Kecamatan Bantur” sebagai
salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Program
Studi Pendidikan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada
Malang.
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan ataupun
kesulitan yang saya hadapi karena keterbatasan kemampuan penulis, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak
terhingga kepada:
1. Bapak dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku ketua STIKES Widyagama
Husada Malang
2. Bapak Abdul Qodir, S.Kep., Ners., M.Kep selaku ketua Prodi Pendidikan
Ners STIKES Widyagama Husada Malang
3. Ibu Miftakhul Ulfa,S.,Kep.,Ners.,M.,Kep selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan petunjuk, koreksi, serta saran sehingga dapat
terwujud tugas karya tulis ilmiah ini
4. Bapak Ahmad Guntur Alfianto, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing 2
yang telah memberikan bimbingan petunjuk, koreksi, serta saran sehingga
dapat terwujud tugas karya tulis ilmiah ini
5. Kedua orang tua saya tercinta

Malang, September 2022

(Yurike Iswari)
NIM: 2209.14901.364
vi

DAFTAR ISI

COVER LUAR............................................................................................. i
COVER DALAM.......................................................................................... i
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN....................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR TABEL......................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 4
1.3 Tujuan.................................................................................. 4
1.4 Manfaat................................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Defisit Perawatan Diri.............................................. 7
2.1.1 Pengertian............................................................................ 7
2.1.2 Etiologi.................................................................................. 7
2.1.3 Rentang Respon (Khasyanah, 2020).................................... 9
2.1.4 Jenis – jenis Defisit Perawatan Diri....................................... 10
2.1.5 Manifestasi Klinis.................................................................. 10
2.1.6 Pathway (Emawati, 2017 dalam Khasyanah, 2020) ............. 11
2.1.7 Penatalaksanaan.................................................................. 12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri........... 12
2.2.1 Pengkajian ........................................................................... 12
2.2.2 Intervensi Klien..................................................................... 13
2.2.3 Intervensi pada Keluarga...................................................... 13
2.2.4 Evaluasi................................................................................ 15

BAB 3 METODE
3.1 Pendekatan.......................................................................... 18
3.2 Subyek Penelitian................................................................. 18
3.3 Lokasi dan waktu studi kasus............................................... 18
3.4 Pengumpulan Data............................................................... 18
3.4.1 Wawancara........................................................................... 19
3.4.2 Observasi............................................................................. 19
3.4.3 Instrumen Studi Kasus.......................................................... 19
3.4.4 Dokumentasi........................................................................... 19
3.5 Uji Keabsahan Data.............................................................. 19
3.5.1 Credibility.............................................................................. 19
3.5.2 Transferability....................................................................... 19
3.5.3 Dependability........................................................................ 20
3.5.4 Triangulasi............................................................................ 20
3.5.5 Analisa data dan penyajian data........................................... 20
3.6 Etika Studi Kasus................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 22
LAMPIRAN................................................................................................. 24
vii
viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Rentang Respon Defisit Perawatan Diri 9

Gambar 2.2 Pathway Defisit Perawatan Diri 11


x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman

1. Lembar konsultasi pembimbing 1 24

2. Lembar konsultasi pembimbing 2 25


BAB 1
PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam cara berpikir
(cognitive), kemauan (volition, emosi affective), tindakan (psychomotor).
Masalah kesehatan yang serius karena jumlah penyakit yang terus
menerus meningkat, termasuk penyakit kronis seperti skizofrenia yang
mempengangaruhi proses berpikir bagi penderitanya. Akibatnya penderita
skizofrenia sulit berpikir jernih, kesulitan menejemen emosi dan kesulitan
bersosialisasi dengan orang lain. (Purnama, Yani, & Sutini, 2016 dalam
Putri dkk, 2022). Defisit perawatan diri merupakan salah satu perilaku
klien skizofrenia dimana seseorang mengalami gangguan atau hambatan
dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari. Defisit
perawatan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kelainan dalam melakukan atau menyelesaikan suatu aktivitas sehari-hari
secara mandiri dan merupakan satu masalah yang sering timbul pada
klien dengan gangguan jiwa (Yusuf, 2015 dalam Hidayati, 2017).
Data statistik yang dikemukakan oleh WHO (2016 dalam astute,
2019) menunjukkan terdapat sekitar 21 juta orang terkena skizofrenia.
Data di Indonesia merujuk pada data Kementerian kesehatan Republik
Indonesia didapatkan bahwa sekitar 14 juta penduduk Indonesia atau 6%
dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gejala depresi dan gangguan
jiwa. Khusus pada kasus skizofrenia, di Indonesia didapati data bahwa
pengidap penyakit gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai
400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Renstra, 2015
dalam Rama, 2019).
Bersumber pada informasi Riskesdas pada tahun 2018
menampilkan kalau kendala jiwa berat yang lumayan banyak terletak di
Indonesia dengan prevelensi 7,1‰. Setelah itu, prevalensi jumlah
penduduk di Wilayah Istimewa Yogyakarta yang mengidap kendala jiwa
berat sebesar 15,3‰. Secara rinci jumlah paling tinggi pengidap pada
kendala jiwa berat terletak di wilayah Kabupaten Kulon Progo dengan
jumlah sebesar 10,20‰, Kabupaten Bantul 2,53‰, Kota Yogyakarta
3,22‰, Kabupaten Gunungkidul 2,89‰, serta terendah terletak di wilayah

1
2

Kabupaten Sleman sebesar 6,91‰. Dari informasi prevelensi di atas


hingga bisa disimpulkan kalau kendala jiwa wajib jadi sorotan untuk kita
seluruh( petugas kesehatan, warga, apalagi keluarga) paling utama di
Wilayah Istimewa Yogyakarta. Permasalahan kendala jiwa yang jadi
kasus kesehatan di segala dunia salah satunya merupakan Skizofrenia
(Sutinah, 2019 dalam Qurrotulaini, 2021).
Puskesmas Bantur merupakan salah satu Puskesmas di
Kabupaten Malang jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas bantur
pada tahun 2022 terdapat 35. 221 jiwa tersebar di 5 Desa di wilayah kerja
Puskesmas Bantur.
Desa Srigonco adalah sebuah desa yang subur dan asri yang terletak
di Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Sebelumnya desa
ini memiliki nama “Guling” yang nama itu diambil dari salah satu kejadian
saat babad tanah tersebut ada sebuah batu besar yang jatuh (guling) dari
atas bukit, nama itulah yang dipakai masyarakat pada masa itu sebelum
akhirnya dikenal dengan sebutan Desa Srigonco. Desa srigonco terdapat
3 dusun 39 RT dan jumlah penduduk di desa sringonco 4.579 jiwa
dengan jumlah 27 ODGJ berat, 2 riwayat pasung, 144 depresi dan 218
GME.
Defisit perawatan diri merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa. Dari seluruh skizofrenia,
70% diantaranya mengalami defisit perawatan diri. Masalah kurangnya
perawatan diri pada gangguan jiwa tidak boleh dianggap remeh karena
keadaan fisiknya akan terganggu seperti integritas kulitnya, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan
fisik pada kuku. Peran perawat untuk penderita defisit perawatan diri yaitu
dengan mengajarkan dan memberikan pengetahuan pentingnya
keperawatan diri pada penderita secara bertahap. Penderita akan
dijelaskan mengenai tata cara melakukan kegiatan perawatan diri seperti
mandi, mencuci rambut, menggosok gigi, mengganti pakaian, memotong
kuku, berdandan, makan dan minum dengan benar serta cara buang air
kecil dan besar dengan benar (Keliat & Pawirowiyono, 2015 dalam Astuti,
2019)
Defisit perawatan diri apabila tidak segera ditangani dapat
menyebabkan klien mengalami gangguan kesehatan dan memperburuk
3

penyakitnya. Dampak fisik dari defisit perawatan diri adalah banyaknya


gangguan kesehatan akibat tidak terjaganya kebersihan diri, gangguan
fisik yang sering terjadi pada skizofrenia meliputi gangguan integritas
kulit, gangguan membran mukosa mulut, terjadi infeksi pada mata dan
telinga serta gangguan pada kuku. Sedangkan dampak psikososial pada
defisit perawatan diri adalah gangguan kebutuhan rasa aman dan
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan
gangguan interaksi sosial yang diakibatkan badan bau dan penampilan
tidak rapi (Azizah, 2016 dalam hidayati, 2017)
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik
yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien,
keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal.Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada klien berupa
tindakan keperawatan generalis (Makhruzah dkk, 2021). Tidak cuma
perawat, keluarga pula mempunyai kedudukan berarti pada klien
skizofrenia dengan permasalahan perawatan diri. Tidak hanya bayaran
perawatan yang besar, klien pula memerlukan atensi serta sokongan dari
warga paling utama keluarga, sebaliknya penyembuhan kendala jiwa
memerlukan waktu yang relatif lama, dengan efek kekambuhan bila putus
obat (Suhita, 2016). Bagi Friedman (2010), melaporkan kalau tugas
kesehatan keluarga meliputi, bisa memahami permasalahan kesehatan,
sanggup membuat keputusan kesehatan yang pas, berikan perawatan
pada anggota keluarga yang sakit, memodifikasi area, serta
menggunakan sarana kesehatan. Dengan ini keluarga di harapkan bisa
membagikan sokongan, rasa nyaman serta kehangatan untuk klien
skizofrenia paling utama klien dengan permasalahan defisit perawatan
diri. Dengan lewat penerimaan terhadap anggota keluarga yang sakit,
serta tanpa faktor menyalahkan, mengkritik, membanding-bandingkan,
ataupun mengucilkan, hingga keluarga hendak jadi kontributor utama
pada proses pemulihan klien (Hartanto, 2018) dalam Qurrotulaini, 2021)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan didesa srigonco kecamatan
bantur didapatkan dari 5 keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa
bahwa klien penampilan tidak dan tampak kotor, rambut acak-acakan,
keluarga mengatakan klien tidak mau mandi dan merawat dirinya,
Sehingga dalam studi kasus ini peneliti akan melakukan asuhan
4

keperawatan pada pasiengangguan jiwa berat yang mengalami


kemandirian dalam melakukan perawatan diri.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaiamana Penerapan asuhan keperawatan pada pasien
gangguan jiwa berat yang mengalami kemandirian dalam melakukan
perawatan diri di Desa Srigonco Kecamatan Bantur.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada pasien gangguan jiwa berat yang mengalami kemandirian dalam
melakukan perawatan diri di Desa Srigonco Kecamatan Bantur.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengkaji klien yang mengalami deficit perawatan diri
2. Merumuskan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami
deficit perawatan diri
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami
deficit perawatan diri
4. Melakukan implementasi keperawatan pada klien yang mengalami
deficit perawatan diri
5. Mengevaluasi klien yang mengalami deficit perawatan diri

1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan pengetahuan dan menambah wawasan dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami resiko gangguan
jiwa.
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat memberikan
manfaat khusunya untuk salah satu bahan acuan untuk melakukan
penelitian yang akan datang.
5

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan bagi perkembangan keperawatan jiwa dan sebagai acuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami resiko gangguan jiwa
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Defisit Perawatan Diri


2.1.1 Pengertian
Defisit perawatan diri merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukan pada pasien dengan gangguan jiwa, dimana halusinasi sering
diidentikkan dengan skizofrenia. Klien dengan Scizofrenia yang
mengalami Defisit perawatan diri, apabila tidak mendapatkan intervesi
keperawatan seperti mandi, berdandan, makan/minum, dan mengajarkan
klien BAB/BAK dapat beresiko tinggi mengalami isolasi sosial dan harga
diri rendah (Novita 2016 dalam Qurrotulaini, 2021).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015 dalam khotimah, 2018)
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam kebersihan
diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri (T.Heather Herdman, 2018 dalam Khasyanah, 2020).
Menurut (Pinedendi, 2016 dalam Khasyanah, 2020) Pemeliharaan
perosnal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan
diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene yang baik apabila, orang tersebut
dapat menjaga kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung,
dan telinga, kaki dan kuku, genetalia, serta kebersihan dan kerapihan
pakaiannya

2.1.2 Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah,2013 dalam Qurrotulaini, 2021)
penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
7

Penyebab dari kurangnya perawatan diri menurut Depkes dalam


Dermawan & Rusdi (2013 dalam Qurrotulaini, 2021) adalah sebagai
berikut:
1. Faktor predisposisi
Perkembangan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu
a. Biologis.
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
b. Kemampuan realitas turun
Klien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
c. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
pada lingkungannya. Situasi lingkungan dapat mempengaruhi
latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor perisipatasi pada defisit perawatan diri merupakan
kurang penurunan motivasi, kurang kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan dalam Qurrotulaini, 2021)
faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah sebagai
berikut:
a. Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
b. Praktik sosial Pada anak-anak akan selalu dimanja dalam
kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola
personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakan.
8

d. Pengetahuan Pengetahuan pada personal hygiene sangat penting


karena pengetahuan yang baik dan dapat meningkatkan
kesehatan.
e. Budaya Pada pandangan sebagian masyarakat bahwa jika
individu sakit tidak boleh untuk di mandikan.
f. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
g. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
shampo, dan lain-lain.

2.1.3 Rentang Respon (Khasyanah, 2020)

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan
diri seimbang

Kadang tidak melakukan


perawatan diri perawatan diri
tidak seimbang

Gambar 2.1 Rentang Respon Defisit Perawatan Diri

Keterangan:
1. Pola perawatan diri seimbang
Saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
9

2. Kadang perawatan diri kadang tidak


Saat klien mendapatkan stresor kadang kadang klien tidak
memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri
Klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan
perawatan saat stresor (Yusuf, Rizky, 2015 dalam Khasyanah, 2020)

2.1.4 Jenis – jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut (T.Heather Herdman, 2018 dalam Khasyanah, 2020)
jenis perawatan diri terdiri dari:
1. Defisit perawatan diri: mandi
Ketidakmampuan melakukan pembersihan diri secara mandiri
dan mengakses kamar mandi
2. Defisit perawatan diri: berpakaian
Ketidakmampuan untuk mengenakan atau melepas pakaian
secara mandiri
3. Defisit perawatan diri: makan Ketidakmampuan makan secara mandiri
4. Defisit perawatan diri: eliminasi/toileting
Ketidakmampuan untuk melakukan secara mandiri tugas yang
berkaitan dengan eliminasi fekal urine.

2.1.5 Manifestasi Klinis


Menurut (Yusuf, Rizky, 2015 dalam Khasyanah, 2020) Untuk
mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri
maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien
yaitu sebagai berikut:
1. Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias atau berdandan ditandai dengan rambut
acak- acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
pada pasien laki-laki tidak bercukur, serta pada pasien wanita tidak
berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.
10

4. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan BAB


atau BAK tidak pada tempatnya, serta tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB/BAK. Klien memiliki ketergantungan kepada
orang tuanya terkait pemenuhan kebutuhan diri seperti makan,
mandi. Tingkat ketergantungan dari klien adalah sebagian karena
klien dapat melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan tetapi kurang
maksimal, seperti berantakan ketika makan, mandi tetapi tidak
menggunakan sabun dan kurangnya kemampuan untuk berpakaian
(Erlando, 2019 dalam Khasyanah, 2020).

2.1.6 Pathway (Emawati, 2017 dalam Khasyanah, 2020)


Predisposisi : Perkembangan,Biologis, Kemampuan
realitas kurang, Sosial. Dan Presipitasi : Body
Image, Praktik Sosial, Status Sosial, Ekonomi,
Pengetahuan, Budaya, Kebiasaan seseorang,
Kondisi fisik atau psikis

Dampak Fisik Dampak


Psikologis

Penurunan kemampuan dan motifasi merawat diri

Defisit Perawatan Diri


(mandi,toileting,
makan,berhias)

Akibat

Gangguan Ketidakmampuan Ketidakmampuan Ketidakmampuan


11

kebersihan diri berhias/berdandan makan secara BAK/BAB


mandiri

Gambar 2.2 Pathway Defisit Perawatan Diri


2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman
Ade, 2011 dalam khotimah dkk, 2018) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri
2. Membimbing dan menolong klien perawatan diri
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
4. BHSP (bina hubungan saling percaya)

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada pasien defisit perawatan diri
dengan wawancara langsung pada pasien atau keluarganya. Menurut
(T.Heather Herdman, 2018 dalam Khasyanah, 2020) masalah yang
ditemukan pada Defisit Perawatan Diri adalah (Mandi, Berpakaian,
Makan dan Eliminasi)
1. Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak
berdaya
2. Data Objektif :
Pasien tidak mampu mandi, mengakses kamar mandi, berpakaian,
makan dan eliminasi secara mandiri
Sedangkan pengkajian menurut (Erlando, 2019 dalam
Khasyanah, 2020) pengkajian pada sesi 1 yang berisi identifikasi
peristiwa yang tidak menyenangkan yang menjadi penyebab munculnya
pikiran otomatis negatif dan perilaku negatif dan mengidentifikasi cara
melawannya. Identifikasi penyebab dan solusi sudah dilakukan maka
selanjutnya adalah melawan pikiran negatif atau perilaku negatif yang
muncul dengan cara yang sudah diidentifikasi. Selain pengkajian yang
dapat dilakukan seperti diatas, menurut (Keliat, 2011 dalam Khasyanah,
2020) untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang
perawatan diri maka tanda dan gejala yang diperoleh melalui observasi
12

tersebut adalah:
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada
pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB
dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB dan BAK.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut (T.Heather Herdman, 2018) Diagnosa yang muncul pada
defisit perawatan diri antara lain deficit perawatan diri mandi, berpakaian,
makan dan eliminasi.

2.2.3 Intervensi Klien


Rencana keperawatan berdasarkan (NOC-NIC, 2013) adalah
sebagai berikut:
1. Defisit Perawatan Diri: Mandi NOC Perawatan diri: Mandi (0701)
a. Mempertahankan kebersihan tubuh
b. Mencuci tubuh bagian atas dan bawah
c. Mengeringkan badan NIC Memandikan (1610)
d. Kaji kemampuan mandi pasien
e. Bantu memandikan pasien sesuai dengan keinginan pasien
f. Kolaborasi dengan keluarga untuk memandikan
2. Defisit Perawatan Diri: Berpakaian NOC Perawatan diri: Berpakaian
(0302)
a. Melepas pakaian bagian atas
b. Melepas pakaian bagaian bawah
c. Memakai pakaian bagian atas
d. Memakai pakaian bagian bawah
NIC Bantuan Perawatan Diri: Berpakaian (1802)
13

a. Memberikan bantuan dalam berpakaian sesuai kebutuhan


b. Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut
c. Jaga privasi pasien saat berpakaian
d. Kaji kemampuan dalam berpakaian
e. Kolaborasi dengan keluarga untuk memberikan bantuan kepada
pasien.
Intervensi dukungan perawatan diri menurut (PPNI, 2018) yaitu:
1. Observasi: identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia,
monitor tingkat kemandirian, identifikasi kebutuhan alat bantu
kebersihan diri, berhias, berpakaian dan makan.
2. Terapeutik: sediakan lingkungan yang terapeutik, siapkan keperluan
pribadi, damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri,
fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan, fasilitasi
kemandirian, bamtu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri, jadwalkan rutinitas perawatan diri
3. Edukasi: anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
Sedangkan menurut (Keliat, 2011 dalam Khasyanah, 2020)
tindakan yang dapat dilakukan untuk pasien defisit perawatan diri terdiri
dari:
1. SP 1 latih cara menjaga kebersihan diri (mandi, gosok gigi, cuci
rambut), masukan pada jadwal kegiatan harian mandi dua kali sehari,
gosok gigi dua kali sehari, cuci rambut dua kali seminggu, berikan
pujian pada klien;
2. SP 2 latih cara berdandan atau berhias: berpakaian dan menyisir,
masukan pada jadwal kegiatan harian menyisir rambut dang anti baju
setelah mandi, berikan pujian pada klien:
3. SP 3 latih cara makan dan minum dengan baik, masukan pada
jadwal kegiatan harian, berikan pujian pada klien;
4. SP 4 latih BAB/BAK yang baik, masukan pada jadwal kegiatan harian,
berikan pujian kepada klien.
Menurut (Erlando, 2019 dalam Khasyanah, 2020) Klien yang
sudah bisa mengikuti dan memunculkan perilaku yang baik setelah
dilakukan terapi perlu diberi penghargaan, dalam hal ini biasa disebut
dengan token ekonomi. Token ekonomi adalah bentuk dari reinforcement
14

positif yang digunakan atau diberikan kepada peserta terapi baik secara
individu maupun kelompok pasien. Reward ini diberikan secara
konsisten kepada pasien yang berupa tanda, poin atau tiket apabila klien
dapat mengubah perilaku yang ditargetkan berdasarkan kontrak di awal
dan berdasarkan buku kerja, target perilaku yang dapat dilakukan dan
diberikan token ekonomi seperti tentang kebersihan diri, menghadiri
pertemuan yang disepakati.

2.2.4 Intervensi pada Keluarga


Menurut (Keliat, 2019 dalam Khasyanah, 2020) tindakan
keperawatan untuk keluarga pasien defisit perawatan diri dengan tujuan
keluarga diharapkan dapat merawat pasien defisit perawatan diri di
rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
1. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan proses terjadinya defisit perawatan diri yang dialami
klien
3. Mendiskusikan cara merawat defisit perawatan diri dan memutuskan
cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien
4. Melatih keluarga untuk merawat defisit perawtan diri seperti yang
telah dilatih perawat pada klien
5. Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana keluarga
yang mendukung: mengingatka klien, melakukan kegiatan bersama-
sama, memberi motivasi dan pujian
6. Menjelaskan tanda dan gejala defisit perawatan diri yang memerlukan
rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan
secara teratur.
Menurut (Yusuf, Rizky, 2015) untuk memantau kemampuan
pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik, maka Anda
harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat
meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien
dalam perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Anda lakukan
antara lain sebagai berikut:
1. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien
2. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
15

3. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang


dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
4. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal
yang telah disepakati)
5. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri
6. Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri.

2.2.5 Evaluasi
1. Evaluasi Individu
Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan ditandai dengan
peningkatan kemampuan pasien dalam perawatan diri, seperti klien
mampu melakukan mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan
menggunting kuku dengan benar dan bersih, mengganti pakaian
dengan pakaian bersih, membereskan pakaian kotor, berdandan
dengan benar, mempersiapkan makanan, mengambil makanan dan
minuman dengan rapi, menggunakan alat makan dan minum dengan
benar, pasien juga mampu BAB dan BAK pada tempatnya kemudian
membersihkan dengan bersih.Sedangkan menurut (Erlando, 2019
dalam Khasyanah, 2020) evaluasi yang dapat dilakuan adalah
dengan evaluasi subyektif dan obyektif akan dilakukan dan klien yang
mampu melakukan dengan baik akan diberi hadiah berupa token
yang diberikan sesuai kontrak kerja yang dilakukan. Klien sudah
dibekali dengan kemampuan untuk melawan pikiran dan perilaku
negatif akan beranjak ke sesi 3 untuk mulai memanfaatkan system
pendukung yang dimiliki misalnya seperti keluarga yang merawat
klien. Kemampuaan yang dimiliki klien akan di evaluasi di sesi 4
bagaimana klien merasakan manfaat setelah melakukan latihan
defisit perawatan diri.
2. Evaluasi pada Keluarga
Evaluasi kemampuan keluarga defisit perawatan diri berhasil
apabila keluarga dapat mengenal masalah yang dirasakan dalam
merawat pasien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
defisit perawatan diri), menyediakan fasilitas kebersihan diri yang
16

dibutuhkan oleh pasien, merawat dan membimbing pasien dalam


merawat diri: kebersihan diri, berdandan (wanita), bercukur (pria),
makan dan minum, BAB dan BAK, Follow up ke Puskesmas,
mengenal tanda kambuh dan rujukan (Keliat, B. A, Akemat, Helena
Novy, 2011 dalam Khasyanah, 2020).
17

2.3 Kerangka Konsep

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Faktor Faktor
Predisposisi Presipitasi

a. Biologis. a. Body image 1. SP 1 latih cara


b. Kemampuan b. Praktik sosial Pada menjaga kebersihan
realitas turun anak-anak diri (mandi, gosok
c. Sosial c. Status sosial gigi, cuci rambut),
ekonomi Personal masukan pada
hygiene jadwal kegiatan
d. Pengetahuan harian mandi dua kali
e. Budaya Pada sehari, gosok gigi
pandangan dua kali sehari, cuci
f. Kondisi fisik atau rambut dua kali
psikis Pada seminggu, berikan
keadaan pujian pada klien;
tertentu/sakit 2. SP 2 latih cara
berdandan atau
berhias: berpakaian
dan menyisir,
masukan pada
jadwal kegiatan
harian menyisir
rambut dang anti
baju setelah mandi,
Respon yang terjadi: berikan pujian pada
1. Respon kognitif klien:
2. Respon afektif 3. SP 3 latih cara
3. Respon fisiologis makan dan minum
4. Respon perilaku dengan baik,
5. Respon sosial masukan pada
jadwal kegiatan
harian, berikan
pujian pada klien;
4. SP 4 latih BAB/BAK
yang baik, masukan
pada jadwal kegiatan
harian, berikan
pujian kepada klien.
18

BAB 3
METODE

3.1 Pendekatan
Penulisan karya tulis ilmiah menggunakan metode desain karya tulis
ilmiah dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan diskriptif
kualitatif dan kuantitatif untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa dengan mengumpulkan data-data dengan cara pengkajian, menentukan
diagnosa, melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan dan melakukan
evaluasi kemampuan kepada keluarga dalam merawat anggotanya yang
sakit

3.2 Subyek Penelitian


Jumlah pasien yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 orang.
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan adalah:
1. Klien yang mengalami defisit perawatan diri
2. Keluarga inti atau (orang yang merawat klien)
3. Keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan terlibat dalam perawatan
sehari-hari.
4. Klien dan keluarga yang mampu berbahasa Indonesia dengan baik
5. Keluarga mempunyai anggota yang mengalami masalah kesehatan jiwa

3.3 Lokasi dan waktu studi kasus


1. Waktu
Penelitian akan dilakukan selama 2 minggu
2. Lokasi
Penelitian ini dilakukan pada klien di wilayah Desa Srigonco,
Kecamatan Bantur

3.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data
yang diperlukan dalam studi kasus ini. Metode pengumpulan data yang
19

digunakan adalah sebagai berikut:


3.4.1 Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan
hasil secara langsung. Pada studi kasus ini, sumber data diperoleh dari hasil
wawancara terhadap klien dan keluarga klien.

3.4.2 Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung kepada responden untuk mencari perubahan
atau hal hal yang akan diteliti.

3.4.3 Instrumen Studi Kasus


Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan
format pengkajian asuhan keperawatan jiwa dengan format pengkajian
Stuart.

3.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan setiap hari setlah melakukan asuhan
keperawatan jiwa pada klien dan dilakukan dengan menggunakan format
asuhan keperawatan jiwa

3.5 Uji Keabsahan Data


Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan
sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilaksanakan.
3.5.1 Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil
penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan
tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan.

3.5.2 Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
20

kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat


diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil.

3.5.3 Dependability
Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian
apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian
yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian dependability
dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang
independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti
dalam melakukan penelitian.

3.5.4 Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,
dan waktu.

3.5.5 Analisa data dan penyajian data


Pengolahan dan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif
adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan. Pengolahan data ini
untuk melakukan asuhan keperawatan pada keluarga klien. Teknik analisis
yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban jawaban dari penulisan
yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan
untuk menjawab rumusan masalah penulisan. Teknik analisis digunakan
dengan cara observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang
menghasilkan data untuk selanjutnya dinterpretasikan dan dibandingkan teori
yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi
tersebut.
21

3.6 Etika Studi Kasus


Etika yang mendasari penyusunan studi kasus adalah :
1. Informed Consent ( persetujuan menjadi responden) dimana subjek
harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian
yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpatisipasi atau
menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu
dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk
pengembangan ilmu
2. Anonimity (tanpa nama) dimana subjek mempunyai hak untuk meminta
bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan . Kerahasiaan dari
responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden
atau tanpa nama (anonymity).
3. Rahasia (confidentiality)
Kerahasiaan yang diberikan kepada responden dijamin oleh peneliti.
22

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, 2019. Gambaran defisit perawatan diri pada pasien dengan skizofrenia Di
Wisma Sadewarsj Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hidayati, 2017. Gambaran defisit perawatan diri pada pasien dengan skizofrenia Di
Wisma Sadewarsj Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.

Indriani, 2021. Pengaruh penerapan aktivitas mandiri: kebersihan diri terhadap


kemandirian pasien defisit perawatan diri Di Ruang Kutilang RSJ Daerah
Provinsi Lampung.

Khasyanah, 2020. Manajemen defisit perawatan diri pada skizofrenia.

Khotimah dkk, 2018. Laporan pendahuluan asuhan keperawatan jiwa pasien dengan
gangguan defisit perawatan diri.

Penedendi dkk, 2016. Pengaruh penerapan asuhan keperawatan defisit perawatan


diri terhadap kemandirian personal hygiene pada pasien Di RSJ. Prof. V. L.
Ratumbuysang Manado Tahun 2016.

Periza dkk, 2021. Pengaruh penerapan standar komunikasi defisit perawatan diri
terhadap kemandirian merawat diri pada pasien skizofrenia di Ruang Rawat
Inap Delta Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

Putri dkk, 2022. Penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori pada pasien
defisit perawatan diri.

Qurrotulaini, 2021. Asuhan keperawatan jiwa pada Tn.S dengan deficit perawatan
diri Di Perumahan Genuk Indah Semarang.

Rama, 2019. Gambaran asuhan keperawatan pemberian terapi okupasi personal


hygiene pada pasien skizofrenia dengan defisit perawatan diri Di UPTD RSJ
Dinkes Provinsi Bali Tahun 2019.
23

Lampiran 1

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING 1

Miftakhul Ulfa S.Kep.,Ns.,M.Kep

Hari / Tanggal Topik Saran dan masukan TTD pembimbing


24

Lampiran 2

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING 2

Ahmad Guntur A.S.Kep.,Ns.,M.Kep

Hari / Tanggal Topik Saran dan masukan TTD pembimbing

Anda mungkin juga menyukai