Anda di halaman 1dari 100

SKRIPSI

GAMBARAN POLA ASUH ORANG TUA SELAMA PANDEMI COVID 19


PADA ANAK TEMPERTANTRUM USIA PRASKOLAH DI TK
FATHUL MUBIN CAKRA SELATAN BARU

OLEH :

NURUL HIDAYANTI
079STYC16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
SKRIPSI

GAMBARAN POLA ASUH ORANG TUA SELAMA PANDEMI COVID 19


PADA ANAK TEMPERTANTRUM USIA PRASKOLAH DI TK
FATHUL MUBIN CAKRA SELATAN BARU

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.kep)


Pada Program StudiIlmu Keperawatan Jenjang S1 STIKES YARSI Mataram

OLEH :

NURUL HIDAYANTI
079STYC16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawahini :


Nama : NURUL HIDAYANTI
NIM : 079 STYC 16
Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan
bersedia di berikan sanksi jika di kemudian hari terbukti melakukan plagiat
Terhadap karya orang lain.

Mataram ,...........................

Yang Menyatakan,

NURUL HIDAYANTI
079 STYC 16

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Tahun :

Pembimbing I : Eka Adithia Pratiwi, S.Kep.,Ners.,M.Kep (________________)


NIK : 3031091

Pembimbing II: Fitri Romadonika,S.Kep, Ners, M.Kep (________________)


NIK : 3031092

Mengetahui
Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang S1
Ketua

(Supriyadi, S.Kep.,Ners., M.Kep)


NIK :3030858

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Tahun :

Penguji 1 : Indah Wasliah,S.Kep.,Ners.,M.Kep.,Sp.An ( )


NIK : 2050634

Penguji 2 : Eka Adithia Pratiwi, S.Kep.,Ners.,M.Kep (________________)


NIK : 3031091

Penguji 3 : Fitri Romadonika,S.Kep, Ners, M.Kep ( ___________)


NIK : 3031092

Mengetahui
Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang S.1
Ketua

(Supriyadi, S.Kep.,Ners., M.Kep.)


NIK :3030858

iv
MOTTO

“Jika semua berjalan dengan mulus kita tidak akan pernah mengerti dan

menghargai apa itu arti perjuangan”

“Jika kamu terus bandingkan dirimu dengan orang lain, maka kamu tidak akan

bias melihat keadilan Tuhan”

v
ABSTRAK

GAMBARAN POLA ASUH ORANG TUA SELAMA PANDEMI COVID 19


PADA ANAK TEMPERTANTRUM USIA PRASKOLAH DI TK FATHUL
MUBIN CAKRA SELATAN BARU

Oleh
NURUL HIDAYANTI
079STYC16

Masalah kesehatan mental selama masa pandemi covid 19 yang muncul


antara lalin, depresi, kehilangna mood, kemarahan, dan kelelahan secara emosi
yang terjadi pada orang dewasa bahkan anak-anak (Smantha Brooks, 2020).
Terdapat berbagai bentuk emosi pada anak, seperti gembira, marah, takut, dan
sedih. Salah satu bentuk emosi selama pandemi Covid 19 yaitu marah yang
impulsive seperti temper tantrum dan marah yang terhambat atau hanya dengan
menahan rasa marah itu sendiri. Polal asuh yang salah dapat berdampak pada
sikap dan prilalku anak ketika anak mulai menunjukkan prilalku tantrum. Untuk
mengetahui gambaran pola asuh terhadap perilaku temper tantrum pada anak usia
prasekolah di Tk Fathul Mubin Cakranegara. Penelitian deskriptif kuantitatif.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang mengalami
temper tantrum di Tk Fathul Mubin Cakranegara Selatan Baru sebanyak 20
responden. jenis pola asuh yang paling banyak diterapkan oleh responden adalah
demokratis yaitu sebanyak 20 orang (100%) atau seluruh responden. Orangtua
diharapkan dapat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan
pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan yang realistis. serta tidak selalu
menuruti keinginan anak, tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak mengenai
kebutuhan yang penting bagi kehidupannya.
Kata Kunci : Pola Asuh, Pandemi Covid 19, Tempertantrum

vi
ABTRACT

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Pola
Asuh Orang Tua Selama Pandemi Covid 19 pada Anak Tempertantrum Usia
Praskolah di Tk Fathul Mubin Cakra Selatan Baru” dapat terselesaikan.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) pada program Studi Ilmu S1 Keperawatan STIKES Yarsi
Mataram.
Bersamaan dengan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada ibu Eka Adithia Pratiwi,
S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing 1 dan ibu Fitri Romadonika,S.Kep, Ners,
M.Kep selaku pembimbing 2 yang telah banyak memberkan masukan dan
motivasi selama penulisan skripsi ini. Tidak lupa pula saya sampaikan banyak
terimaksih kepada:
1. H.Zulkahfi, S.Kep, Ners, M.Kes selaku Ketua STIKES Yarsi Mataram yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan.
2. Supriyadi, S.kep. Ners, M.Kep selaku ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan STIKES Yarsi Mataram yang telah memberikan kesempatan dan
semangat kepada kami untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S1
Ilmu Keperawatan.
3. Eka Adithia Pratiwi, S.Kep.,Ners.,M.Kep, dan Fitri Romadonika,S.Kep, Ners,
M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan
memberikan semangat hingga SKRIPSI ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
4. Indah Wasliah,S.Kep.,Ners.,M.Kep.,Sp.An selaku penguji yang telah banyak
memberikan masukan dan motivasi selama penulisan SKRIPSI ini.
5. Kedua orang tua tersayang, bapak (Bpk. Syamsudin) dan ibu (Sumarni)
terimakasih yang tak terhingga atas segala pengorbanan, kesabaran dan kasih
sayang serta selalu mendoakan yang terbaik sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.

viii
6. Saudara dan keluargaku yang telah memberikan dorongan, semangat dan
motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
7. Teman-teman angkatan 2016 kelas A1 dan A2 yang tidak bisa disebutkan
satupersatu yang telah banyak membantu sampai penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan.

Semoga Allah S.W.T membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Kami sadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Mataram, September 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN..................................................................... i


KEASLIAN PENELITIAN............................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
MOTTO........................................................................................................... v
ABTRAK......................................................................................................... vi
ABTRACT....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................
6
1.3.1. Tujuan Umum.................................................................
6
1.3.2. Tujuan Khusus.................................................................
6
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................
6
1.4.1. Manfaat Teoritis..............................................................
6
1.4.2. Manfaat Praktis...............................................................
6

x
1.5. Keaslian Peneliti..........................................................................
7...................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pola asuh orang tua.....................................................................
8
2.1.1. Definisi............................................................................
8
2.1.2. Jenis Pola Asuh Orang Tua.............................................
10
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang Tua...............
15
2.1.4. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap karakteristik
anak.................................................................................
18

2.2. Covid 19......................................................................................


18
2.2.1. Definisi............................................................................
18
2.2.2. Dampak Covid 19............................................................
20
2.2.3. Pola Asuh Orang Tua Selama Pandemi..........................
25.....................................................................................
2.3. Konsep Dasar Tempertantrum....................................................
27
2.3.1. Definisi tempertantrum...................................................
27
2.3.2. Penyebab tempertantrum.................................................
30
2.3.3. Cara mengatasi tantrum...................................................
32.....................................................................................

xi
2.4. Anak Usia Pra Sekolah................................................................
31
2.4.1. Definisi............................................................................
34
2.4.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Pra
sekolah.............................................................................
35
2.4.3. Fase perkembangan anak prasekolah..............................
39
2.4.4. Karakteristik perkembangan anak prasekolah.................
41
2.5. Kerangka Teoritis........................................................................
45
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konseptual..................................................................
46
3.2. Identifikasi Variabel....................................................................
46.................................................................................................
3.3. Definisi Operasional....................................................................
47
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian.........................................................................
48
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................
48
4.3. Populasi, Sampel dan Tekhnik Sampling....................................
49
4.4. Etika Penelitian...........................................................................
50
4.5. Instrumen Penelitian....................................................................
51

xii
4.6. Pengumpulan Data......................................................................
57
4.7. Pengolahan Data..........................................................................
59
4.8. Analisa Data................................................................................
60

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian............................................
61
5.2. Hasil Penelitian..............................................................................
62
5.2.1 Karakteristik Responden....................................................
62
5.2.2 Hasil Analisis Univariat ....................................................
64
5.3. Pembahasan...................................................................................
65
5.4. Keterbatasan Penellitian................................................................
68
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan.........................................................................................
69
6.2. Saran...............................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA
LALMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian......................................................................


7

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Hubungan permainan ular tangga


terhadap temper tantrum pada anak usia prasekolah di Tk
Fathul Mubin Cakranegara Selatan Baru....................................
47

Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Fathul


Mubin Cakranegara Tahun 2020................................................
62

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di


Fathul Mubin Cakranegara Tahun 2020......................................
63

Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden di


Fathul Mubin Cakranegara Tahun 2020......................................
63

Tabel 5.4 : Perilaku tempertantrum pada responden.....................................


64

Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Jenis Pola Asuh Orang Tua di Fathul
Mubin Cakranegara Tahun 2020.................................................
64

xiv
DAFTAR GAMBAR
Sumber : Kerangka Teori Modifikasi dari Maimunah Hasan (2009),
Marshela Wahyu Suzanti (2014) dan Soetjiningsih (2011)........
45

Gambar 3.1: Skema Kerangka Konsep hubungan pola asuh orang tua
dengan tempertantrum saat pandemi covid 19 pada anak usia
prasekolah di Tk Fathul Mubin Cakra Selatan Baru...................
46

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat ACC Judul


Lampiran 2 Surat Pengambilan Data
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Master Tabel
Lampiran 5 Kuesioner
Lampiran 6 Lembar Konsultasi

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini dunia dikejutkan dengan mewabah suatu penyakit yang di

sebabkan oleh sebuah virus yang bernama corona atau covid 19. Virus ini

disinyalir mulai mewabah pada kisaran Desember 2019 di kota Wuhan

Provinsi Hubai Tiongkok, saat ini menyebar keseluruh dunia dengan sangat

cepat sehingga otoritas kesehatan dunia WHO pada tanggal 11 Maret 2020

menetapkan wabah ini sebagai pandemi global. di indonesia Virus corona

mulai masuk pada tanggal 2 Maret 2020. Penyebaran virus corona pada

mulanya sangat berdampak pada dunia ekonomi yang mulai lesu karena para

pekerja banyak yang diliburkan, pabrik-pabrik menutup diri, serta daya beli

masyarakat sangat rendah. Akan tetapi kini dampaknya juga dirasakan oleh

dunia pendidikan. Selain dampak sosial ekonomi, pandemi Covid 19 juga

dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. (Smantha Brooks, 2020)

Pada tahun ajaran baru bulan Juli 2020 sebagian besar anak Indonesia

masih harus menjalani kegiatan sekolah dari rumah masing-masing sehingga

masih banyak sekali bagi anak-anak untuk dapat beraktivitas diluar rumah

mereka belum dapat berjumpa dan bermain bersama teman-teman sekolah

serta belum dapat bebas mengunjungi tempat-tempat yang mereka sukai pada

masa New Normal ini. Hasil penelitian menurut (Smantha Brooks, 2020)

menunjukkan hasil bahwa postromatik stress symptom (PTSS) muncul 28% -

34%, ketakutan sebanyak 20% di subject penelitian selama menjalani

karantina dirumah. Masalah kesehatan mental lain yang muncul diantaranya

1
2

depresi, kehilangan mood, kemarahan, dan kelelahan secara emosi,

permasalahan tersebut tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa namun

dapat terjadi pada anak-anak. kebijakan diam dirumah untuk mencegah

penyebaran covid-19 menjadi kesempatan untuk kumpul bersama keluarga

tetapi ada beberapa tantangan yang di hadapi orangtua dalam mendampingi

anak. Tantangan itu dimulai dari kebosanan yang dirasakan anak-anak,

hingga peran orangtua untuk menggantikan peran guru disekolah. (Smantha

brooks 2020).

Selama pandemi covid 19 beberapa responden mengeluhkan

perubahan perilaku serta emosi anak mereka. Sebagian responden

mengeluhkan anak menjadi lebih mudah sedih dan menangis tanpa sebab

yang tidak jelas, hal ini terjadi ketika anak terlambat melakukan sesuatu.

(Smantha Brooks, 2020). Pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental,

sosial, secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Apabila anak diasuh dengan

baik maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai keinginan

dan harapan. Akan tetapi bila anak tidak diasuh dengan baik maka anak tidak

akan tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Orangtua sangatlah

berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama

pada usia toodler sampai remaja, karena sejatinya pribadi anak akan terbentuk

sesuai dengan pola asuh orang tua anak itu sendiri. (Kirana, 2013).

Terkait hal tersebut selama masa pandemic ini orangtua juga berperan

penting dalam proses pembelajaran anak selama di dalam rumah karena

orangtua sebagai pengganti guru anak di dalam rumah selama sekolah

diliburkan disinilah sangat diperlukan pola asuh seperti apa yang harus di
3

terapkan olah orangtua kepada anaknya, karena kita ketahui sendiri jika anak

belajar di dalam rumah tidak sedikit anak yang berkonsentrasi terganggu

akibat rasa bosan dan jadi malas untuk belajar di dalam rumah. Terkait

dengan Stay at Home anak merasa bosan karena berdiam dirumah, karena

anak selalu bermain dengan teman-temannya dan keluar rekreasi serta piknik,

kebosanan itu yang membuat anak stres sehingga mengeluarkan prilaku

tempertantrum. Berbagai macam jenis pola asuh yang diterapkan oleh

orangtua untuk membentuk kepribadian anak sejak dini. Jenis-jenis pola asuh

tersebuta antara lain seperti : pola asuh otoriter, pola asuh permisif dan pola

asuh demokratis, (hurlock, 1996).

Pola asuh yang salah dapat berdampak pada sikap dan perilaku anak

ketika anak memulai memberikan perilaku tantrum seperti menangis,

berteriak bahkan membanting pintu karena suatu hal maka tidak sedikit kita

menjumpai orangtua memberikan hukuman kepada anak, memberikan

hukuman bukanlah suatu solusi yang baik untuk mengatasi sikap anak, malah

sebaliknya dapat memperburuk keadaan. Anak yang mendapatkan hukuman

secara fisik akan cenderung meningkatkan sikap agresif pada anak. Oleh

karena itu bimbingan secara tepat dengan penuh pada anak akan dapat

mengakibatkan emosi anak akan berkembang dengan sehat. (Soekjiningsih,

2011).

Terdapat berbagai bentuk emosi pada anak, seperti gembira, marah,

takut, dan sedih. Salah satu bentuk emosi selama pandemi Covid 19 terdapat

dua macam marah yaitu marah yang impulsive seperti temper tantrum dan

marah yang terhambat atau hanya dengan menahan rasa marah itu sendiri.
4

Pada anak usia 4 tahun, biasanya anak mengekspresikan kemarahan (perilaku

tantrum) dengan menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit,

melengkungkan punggung, melempar badan ke lantai, menahan nafas,

membenturkan-benturkan kepala, melempar barang, berteriak-teriak,

mengkritik, dan merengek. Pada dasarnya, temper tantrumatau amukan

terjadi pada anak yang belum mampu mengontrol emosinya yang

mengungkapkan amarahnya secara tepat (Muttaqin Zainul,2008). Penyebab

temper tantrumyang lain adalah sikap orang tua yang tidak konsisten

(Muzakkir, 2008).

Menurut hasil pengamatan peneliti, ada berbagai tindakan orang tua

ketika anak mengalami temper tantrum.Ada sebagian orang tua memarahi

anak, dan ikut terbawa emosi ketika anak tantrum.Bahkan ada orang tua yang

mengurung anak dikamar mandi, dan membiarkan anaknya menangis. Ada

juga orang tua yang hanya membiarkan anak dengan perilaku temper tantrum,

dan menuruti apapun keinginan anak, yang penting anaknya diam dan tidak

menangis. Berbagai sikap orang tua tersebut dikarenakan orang tua tidak

mengetahui cara mengatasi temper tantrum (Novia,2008). Tantrum yang

tidak diatasi dapat membahayakan fisik anak, selain itu anak tidak akan bisa

mengendalikan emosinya atau anak akan kehilangan kontrol dan akan lebih

agresif. Hal ini akan mengakibatkan anak tidak bisa menghadapi lingkungan

luar, tidak bisa beradaptasi, tidak bisa mengatasi masalah, tidak bisa

mengambil keputusan dan anak tidak akan tumbuh dewasa, karena melewati

tantrum akan membuat anak tumbuh dewasa (Yusuf, 2010).


5

Berdasrkan hasil studi pendahuluan di Tk Fathul Mubin Cakranegara

di dapatkan jumlah seluruh siswa sebanyak 67 oran, terdiri dari rentan usia 3-

4 tahun sejumlah 23 orang dan usia 5-6 tahun sebanyak 22 orang. Dan yang

mengalami tempertantrum sebanyak 20 orang. Berdasarkan hal tersebut maka

penulis tertarik melakukan penelitian di Tk Fathul Mubin Cakranegara untuk

mengetahui hubungan antara gambar pola asuh orangtua terhadap perilaku

temper tantrum anak usia pra sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Anak sekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam

potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak

tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya

pengembangan potensi-potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Tk Fathul Mubin

Cakranegara, pada tanggal 10 Januari 2020 dengan cara wawancara kepada

salah satu guru di Tk Fathul Mubin Cakranegara, dikatakan bahwa dari 23

anak terdapat 8 anak tidak memiliki perilaku tempertantrum dan 20 anak

yang sulit menyukai situasi di sekolah,lambat beradaptasi dan mengalami

tantrum .Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

“Apakah Gambaran pola asuh orangtua terhadap Tantrum Pada Anak Usia

Pra Sekolah Di Tk Fathul Mubin Cakranegara”.


6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola

asuh terhadap perilaku temper tantrum pada anak usia usia prasekolah di Tk

Fathul Mubin Cakranegara.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

memperkaya ilmu keperawatan, khususnya keperawatan anak melalui

hasil penelitian ini nantinya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sumbangsih pemikiran dalam memilih metode bermain

untuk mengetahui perilaku tempertantrum pada anak

2. Bagi Instansi TK

Diharapkan sebagai sumber informasi dan dokumentasi dalam

pengembangan di bidang pendidikan khususnya Tk Fathul Mubin

Cakranegara mengenai pemilihan metode bermain untuk menurunkan

perilaku tempertantrum pada anak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti

selanjutnya untuk melanjutkan penelitian dari variabel yang tidak

diteliti seperti rentan usia anak yang diteliti dan jenis-jenis permainan

lainnya untuk menurunkan perilaku temper tantrum


7

4. Bagi Orang Tua dan Masyarakat

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan bahwa

pentingnya penerapan gambaran pola asuh orangtua terhadap perilaku

temper tantrum pada anak usia prasekolah.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Metodelogi Hasil Persamaan dan
No Penulis Judul Variabel
Penelitian Penelitian Perbedaan
1. Euis Analisis peran 1.Variabel Penelitian ini Secara umum Persamaan:
kurniati, orangtua independent: menggunakan peran 1.Variabel
dkk dalam peran orang metode studi orangtua pada independent
(2020) mendampingi tua kasus masa yaitu analisis
anak dimasa 2.Variabel pandemiCovid peran orang tua
pandemi Covid dependent: sebagai 2.Variabeldepen
19 mendampingi pembimbing, den yaitu Covid
anak dimasa pendidik, 19
pandemi pengembang
Covid 19 dan pengawas
secara spesifik
menunjukkan
bahwa
orangtua
adalah
menjaga dan
memastikan
anak untuk
menerapkan
hidup bersih
dan sehat
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola asuh orang tua

2.1.1 Definisi

Pengertian pola asuh orang tua adalah setiap orang tua pasti

menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap

mental dan ahlak terpuji. Orang tua sebagai pembentuk pribadi yang

pertama dalam kehidupan anak dan harus menjadi teladan yang baik

bagi anak-anaknya. Sebagaiman yang dinyatakan oleh Zakiyah

Daradjat, bahwa kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup

merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan

masuk kedalam pribadi anak yang sedang tumbuh (Zakiyah Daradjat,

1996:52). Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu “pola dan “asuh”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pola” berarti corak, model,

sistem cara kerja bentuk (struktur) yang tetap. (Depdikbud, 1988:56)

Sedangkan kata “asuh” dapat berarti menjaga (merawat dan

mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan

sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan satu

badan atau lembaga. (TM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1998:692) lebih jelasnya kata asuh adalah

mencakup semua aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan,

perawatan, dukungsn, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan

menjalani hidupnya secara sehat. Menurut (musse, 1994, h.395) pola

asuh adalah cara yang digunakan orang tuadalam mencoba berbgai

8
strategi untuk mendorong anak untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standar

prilaku yang dimiliki anak bila dewasa nanti. Pernyataan yang sama

juga dikemukakan oleh Gunarsa (1990) bahwa pola asuh adalah suatu

adalah satu gaya mendidik anak-anaknya dalam proses interaksi yang

bertujuan memperoleh suatu prilaku yang diinginkan.

Markum (1999:49) berpendapat bahwa pola asuh adalah cara

orang tua mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh

banyak faktor, antara lain faktor budaya, agama, kebiasaan, dan

kepercayaan, serta pengaruh kepribadian orang tua (orang tua sendiri

atau orang yang mengasuhnya). Kohn yang dikutip oleh putri (2007)

menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orang tua dalam

interaksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang

tua memberikan aturan-aturan, hadiah, maupun hukuman, perhatian

serta tanggapan terhadap anaknya.

Hurlock (1999:59) mengatakan bahwa pola asuh dapat diartikan

pula dengan kedisiplinan. Disiplin merupakan cara masyarakat

mengajarkan kepada anak perilaku moral yang dapat diterima

kelompok. Adapun tujuan kedisiplinan adalah memberitahukan kepada

anak suatu yang baik dan buruk serta mendorongnya untuk berprilaku

dengan standar yang berlaku dalam masyarakat di likungan sekitarnya.

Pendapat Baumrind yang dikutip oleh Yusuf (2004:51) mendefinisikan

pola asuh sebagai pola sikap atau perlakuan orang tua terhadap

kompetensi emosional, sosial dan intelektual.


Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua

adalah orang tua memperlakukan anaknya dengan menjaga, merawat

dan mendidik anaknya. Dari cara perlakuan orang tua akan

mencerminkan karakteristik tersendiri yang di pengaruhi pola sikap

anak kemudian hari.

2.1.2 Jenis Pola Asuh Orang Tua

Menurut Gordon (1991:115), ada tiga macam sistem bagaiman

orang tua mendidik atau menjalankan perannya sebagai orang tua:

1. Sistem otoriter adalah pola asuh dimana individu menggunakan

peraturan yang ketat dan menuntut agar peraturan-peraturan di

patuhi. Orangtua yang bersikap otoriter dan memberikan kebebasan

penuh menjadi pendorong bagi anak untuk berprilaku agresif.

Orangtua tidak mendukung anak untuk membuat keputusan sendiri,

sellalu mengatakan apa yang harus dilakukan anak, tanpa

menjelaskan mengapa anak harus melakukan hal tersebut.

Akibatnya, anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana

mengandalikan perilakunya sendiri. Ada larangan-larangan yang

diberlaukuan orangtua yang tidak masuk akal, seperti tidak boleh

bermain diluar rumah. Pola asuh otoriter ini dapat membuat anak

sulit menyesuaikan diri. Ketakutan anak terhadap hukuman

justrunmembuat anak menjadi tidak jujur dan licik.

2. Sistem permisif yaitu pola asuh yang memberikan kebebasan pada

individu tanpa menganbil keputuasan tanpa adanya kontrol dan

perhatian orang tua, atau cenderung sangat pasif ketika menanggapi


ketidak patuhan. Orantua permisif tidak begitu menuntut, juga tidak

menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya, karena yakin bahwa

anak-anak seharusnya berkembang sesuai dengan kecenderungan

alamiyahnya. Akibatnya, anak menjadi cemas, takut dan agresif serta

terkadang menjadi pemarah kerna menganggap orangtua kurang

memberi perhatian. Bagi beberapa orang di lingkungannya, anak

yang terlalu di bebaskan itu dianngap sebagai anak yang manja.

3. Sistem otoritatif yaitu sikap orangtua yang memberi bimbingan,

tetapi tidak mengatur. Pola asuh otoritatif menghargai anak-anaknya

tetapi menuntut mereka memenuhi standar tanggung jawab yang

tinggi kepada kluarga, teman sebaya dan masyarakat. Atau disebut

pola asuh demokratif. Dengan adanya pola asuh otoritatif anak lebih

percaya diri, mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi, dan disukai

banyak orang yakni anak-anak dengan kecerdasan emosional

berderajat tinggi. Nur hidayah dkk (dalam shochib, 1995:90) juga

menjelaskan bahwa dalam pola asuh dan sikap orangtua yang

demokratis menjadikan adanya komunikasi yang dialogis antara

anak dan orangtua.

Pola asuh adalah suatu cara bagaimana orangtua membentuk

kepribadian anak sesuai keinginan pendidik, dalam hal ini adalah

keluarga. Sebagai penerimaan sistem pola asuh yang berlaku biasanya

anak akan mencerminkan sikap dan prilaku serta pola fikir dari

pendidiknya. Jika kita mencoba untuk menerapkan suatu pola asuh,

maka kita siap menerima hasil dari penerapan tersebut. Lain halnya
dengan baumrind (dalam mussen, 1994:399) jugaa membagi pola asuh

orangtua menjadi tiga bagian yaitu: otoriter, permisif dan demokratis.

1. Pola asuh otoriter

Pola asuh ini menggunakan pendekatan yang memaksakan

kehendak, suatu peraturan yang di canangkan orantua dan harus

ditirurti oleh anak. Pendekatan ini biasanya kurang reponsif pada

hak dan keinginan anak. Anak lebih di anggap sebsgai objek yang

harus patuh dan menjalankan aturan. Ketidakberhasilan

kemampuan dianggap kegagalan. Ciri-cirinya adalah orangtua

membatasi anak, berorentasi pada hukuman, mendesak anak untuk

mengikuti aturan-aturan tertentu, serta orangtua sangat jarang dalam

memberikan pujian pada anak. Dalam hal ini anak akan timbul

banyak kehawatiran apabila tidak sesuai dengan orangtuanya dalam

melakukan suatu kegiatan sehungga anak tidak dapat

mengembangkaan sikap kreatifnya serta hubugan orantua yang

digunakn memungkinkan nak untuk menjaga jarak dengan

orangtuanya.

2. Pola asuh permisif

Pola asuh ini sangat bertolak belakang dengan pola di atas

yang menggunakan pendekatan pada kekuasaan orangtua. Permisif

dapat diartikan orangtua yang serba membolehkan atau suka

mngijinkan. Pola pengasuhan ini menggunakan pendekatan yang

snagat reponsif (bersedia mendengarkan) tetapi cenderung terlalu

longgar. Ciri-cirinya adalah orangtua lemah dalam mendisplinkan


anak dan tidak memberi hukuman serta tidak memberikan pethatian

dalam melatih kemandirian dan kepercayaan diri. Kadang-kadang

anak merasa cemas karena melakukan sesuatu yang salah atau

benar. Tetpi kerena orangtua membiarkan, mereka melakukan apa

saja yang mereka ras benar dan menyenangkan hati mereka,

sedangkan orang tua cenderung membiarkan perilaku anak, tetapi

tidak menghukum perbuatan anak, walaupun prilaku dan perbuatan

anak tersebut buruk.

3. Pola asuh demokratis

Pola asuh ini menggunakan pendekatan rasional dan

demokratis. Orangtua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan

mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan

kebutuhan yang realistis. Orangtua semata-mata tida menuruti

keinginan anak, tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak

mengenai kebutuhan yang penting bagi kehidupannya. Ciri-cirinya

adalah mendorong anak untuk dapat berdiri sendiri, memberi pujian

pada anak, serta bersikap hangat dan mengasihi. Dalam gaya

pengasuhan ini anak akan merasa dihargai karena setiap perlakuan

dan permasalahan dapat dibicarakan dengan orangtua yang

senaantiasa membuka diri untuk mendengarkannya.


Lain halnaya hurloock (1996) juga mengatakan bahwa perilaku

orangtua terhadap anak sesuai dengan tipe pola asuh yang dianutnya

diantaranya adalah:

1. Pola asuh otoriter

Perilaku orangtua dalam kehidupan keluarga adalah:

a. Orangtua menentukan segala peraturan yang berlaku dalam

keluarganya.

b. Anak harus menuruti atau mematuhi peraturan-peraturan yang

telah ditentukan orangtua tanpa kecuali.

c. Anak tidak diberitahu alasan kenapa peraturan tersebut di

tentukan.

d. Anak tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan

pendapatnya mengenai peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan orangtua.

e. Kemauan orantua di anggap sebagai tugas atau kewajiban bagi

anak

f. Bila tidak mengikuti peraturan yang berlaku, maka hukuman

yang di berikan berupa hukuman fisik.

2. Pola asuh permisif

Perilaku orangtua dalam kehidupan keluarga adalah:

a. Tidak pernag ada peraturan dari orangtua.

b. Anak tidak pernah dihukum.

c. Tidak ada ganjaran dan pujian karena perilaku dari si anak.

d. Anak bebas mementukan kemauannya atau keinginannya


3. Pola asuh demokratis

Perilaku orangtua dalam kehidupan keluarga adalah :

a. Orangtua sebgai penentu peraturan.

b. Anak berkesempatan untuk menanyakan alasan mengapa

peraturan dibuat.

c. Anaka boleh ikut adil dalam mengajukan keberatan atas

peraturan yang ada.

Dari keterangan di atas bahwa jenis pola asuh orangtua sangat

mempengaruhi sikap kreatif anak, terutama pola asuh demokratis

sehingga anak mempunyai semangat untuk mengembangkan bakatnya.

Tidak ahanya orangtua asaja yang mengarahkan anak untuk berkreatif

akan tetapi juga guru dan lingkunagn di sekitarnya jyga dapat

membimbing demi tercapainya bakat dan minat anak, sehingga anak

dapa termotifasi dengan menurut kemampuannya. Dari penjelasan dia

atsa menjadikan peneliti untuk menggunakan pola asuh demokratis

sebagai slah satu variabel penelitan yang dihubungkan dengan sikap

kreatif anak.

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua

antara lain :

a. Faktor sosial ekonomi

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa orangtua yang

berasal dari kelas ekonomi mengah cenderung lebih bersifat hangat

di banding orang tua yang berasal dari kelas sosial ekonimi bawah.
Orangtua dari golomgan ini cenderung menggunakan hukuman

fisik dan menunjukkan kekuasaan mereka. Orangtua dai kelas

ekonomi menngah menekankan pada perkembangan keingin

tahuan anak, kontrol dalam diri anak, kemampuan untuk emnunda

keinginan, pekerja untuk tujuan jangka panjang dan kepekaana

anak dalam berhubungan dengan oranglain. Orangtua dari

golonagn ini elbih bersikap terbuka terhadap hal-hal yang baru.

b. Faktor tingkat pendidikan

Dari berbagai hal penelitian ditemukan bahwa orangtua

yang bersikap demokratis dan memiliki pandangan mengenai

persamaan hak antara orangtua dan anak cenderung berkepribadian

tinggi. Orangtua dengan berlatarbelakang pendidikan yang tinggi

dalam praktek pola asuhnya terlihat sering membaca artikel atau

mengikuti kemajuan pengetahuan mengenai perkembangan anak.

Dalam mengasuh anaknya mereka manjadi lebih siap dalam

memiliki latarbelakangan pengetahuan yang kuat, sedangkan

orangtua yang memiliki latarbelakang pendididkan rendah

memiliki pengetahuan dan pengertian yang terbatas mengenai

kebutuhan perkembangan anak, kurang menunjukkan pengertian

dancenderung mendominasi anak (heterington dan parke, 1979:20).

c. Jenis Kelamin

Jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap perkembangan

emosional anak, anak laki-laki cendrung lebih hyperaktif dalam

bermain dan melakukan kegiatan sehari-hari pada umumnya


prilaku tempertantrum bias terjadi pada anak yang hyperaktif

(Hasan, 2009)

d. Usia

Usia juga dapat berpengaruh terhadap pola asuh yang

diterapkan orang tua terhadap anak tempertantrum, semakin tinggi

tingkat usia akan mempengaruhi pola pikir, pandangan dan tingkat

emosional dalaml menerapkan pola asuh pada anak yang cendrung

lelbih disiplin dan tegas (Hasan, 2009)

e. Jumlah anak

Jumlah anak juga mempengaruhi pola asuh tersebut.

Orangtua yang hanya memiliki 2-3 orang anak akan menggunakan

pola asuh otoriter. Dengan digunakannya pola asuh ini orangtua

menganggap dapat tercipta ketertiban dirumah (watson, 1970:170).

f. Nilai-nilai yang di anut orangtua

Paham ekualitarium menempatkan kedudukan anak sama

dengan orangtua, dianut oleh banyak orangtua dengan

layarbelakang budaya barat. Sedangkan pada budaya timur

orangtua masih menghargai kepatuhan anak.

Berdasarkan kterangan dia atas, bahwasanya banyak faktor

yang dapat memepngaruhi pola asuh orangtua. Sehingga suatu

bentuk pola suh sangat tergantung pada bagaimana keluarga atau

pendididk menata pola dalam mengasuh di sesuaikan dengan

faktor-fator pengaruh yang ada . oleh karena itu, suatu sistem pola

asuh sanhat di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu membntuk


sistem pola asuh otoriter, permisif, demokratis, atau bahkan

mengkolaborasikan ketiga pola diatas sebagai suatu klarifikasi

tertentu.

2.1.4 Pengaruh pola asuh orangtua terhadap karatkteristik anak

Pola asuh yaang diterapkan oleh orangtua kepada anaknya,

memebentuk karakteristik - karakteristik yang berbeda-beda. Berikut

adalah kerakteristik-karakteristik anak dengan pola-pola asuh tersebut

diatas, sebagai berikut:

a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang

mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan

teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal

baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain.

b. Pola asuh otoriter akan menhasilkan karakteristik anak yang

penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang,

suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik

diri.

c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang

impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang

sendiri, kurang percaya diri, dan krang matang secara sosial.

2.2 Covid 19

2.2.1 Definisi

Covid 19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus

corona. Nama (Word Health Organzation) sebagai nama resmi

penyakit ini covid sendiri merupakan singkatan dari Corona Virus


Disease-2019. Covid 19 yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus

corona yang menyerang pernafasan sehingga menyababkan demam

tinggi, batuk, flu sesak nafas saat nyeri tenggorokan. Menurut situs

WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat

menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia

corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa

hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respirartory

Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Virus ini mampu mengakibatkan orang kehilangan nyawa sehingga

WHO telah menjadikan status virus corona ini menjadi pandemi dan

meminta presiden Joko Widodo merupaka status drurat nasional

corona.

Corona atau virus corona merupakan keluarga besar virus

yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas ringan hingga

sedang. Seperti penyakit flu banyak orang terinfeksi virus ini,

setidaknya stukali dalam hidupnya, namun beberapa jenis virus

corona juga bisa menimbulkan penyakit lebih serius. Corona

merupaka virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak

bersegmen corona virus tergolong ordo Nidovirales, keluarga

Coronaviridae. Strktur corona virus membentuk struktur seperti

kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau

spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan

merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan

dalam penempelan dan masukya virus kedalam sel host (interaksi


protein S dengan reseptornya di sel inang) (Wang, 2020). Corona

virus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat

diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid

dengan 56 derajat selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat,

detergen dengan non-ionik, formalin, oxidizing agent dan klorofrom.

Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus (Wang, 2020 :

Korsman, 2012).

2.2.2 Dampak Covid 19

Adapun dampak yang terjadi akibat covid-19 yaitu :

Terjadi ancaman kasus ekonomi semenjak merbaknya wabah

virus corona didunia khususnya Wilayah Asia Pasifik menyebabkan

jatuhnya perekonomian global, pasalnya thailand di perediksi

terancam terseret kedalam jurang resesi, menurut S dan P selain

itunperkiraan pertumbuhan perekonomian china untuk 2020 dari

5,7% di prediksi turun menjadi 4,8%. Negara yang perekonomiannya

akan sangat terkena imbasnya adalah Hongkong, Singapura, Thailand

dan Vietnam mengingat sektor prowisata menyumbang hampir 10%

dari produk Domestik Bruto (PDB)

Virus Corona terbukti memukul keras perekonomian china.

Sejumlah perusahaan multinasional telah menyatakan untuk

menghentikan sementara proses produksinya. Pada 30 Januari,

Toyota mengumumkan untuk menghentikan sementara produksinya

hingga 9 Februari 2020. Sejumlah perusahaan multinasional

mulaidari Facebook, Honda, Nissan, LG Elektronics hingga standar


Chartered memutuskan untuk sementara menghentikan perjalanan

bisnis ke China. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, juga

mengeluarkan larangan penerbangan ke China. Sejumlah perusahaan

diketahui sedang mencari pinjaman agar bisnisnya bisa tetap berjalan.

Reuters melaporkan sekitar 300 perusahaan China mencari pinjaman

sekitar 57,4 miliar yuan. Dana itu diperlukan untuk mengatasi akibat

ditutupnya sejumlah kota terhentinyaa pabrik, gangguan suplay selain

itu sejumlah perusahaan fintech juga memberikan pinjaman lunak.

MYBank, unit kredit online Ant Financial milik Alibaba

mengumumkan akan memberikan pinjaman lunak 12 bulan, dengan 3

bulan bebas bunga untuk para peminjam dari provinsi Hubei yang

merupakan dari virus Corona

Virus Corona terlah memberikan dampak yang cukup

sihnifikan dalam sektor perekonomian dalam beberapa negara di

dunia. Pertama-tama di Asia kita melihat kejatuahan bursa saham

yang tidak hanya dialami oleh Indonesia, mungkin seluruh bursa

saham di dunia jatuh karena sentimen virus Corona. Bursa Saham di

Australia jatuh 7% lebih. Kekhawatiran akan dampak penyebaran

virus corona ke ekonomi, dan jautuhnya harga minyak dunia menjadi

sentimen negatif kejatuhan bursa saham Australia.

Sepanjang tahun 2019 jumlah kunjungan wisatawan manca

Negara yang masuk ke Indonesia mencapai 16,11 juta, angka ini naik

1,88% jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan pada

priode yang sama tahun 2018 yang berjumlah 15,81 juta. Kunjungan
wisatawan yang datang ke Indonesia sepanjang tahun 2019 paling

banyak berasal dari malasya sebanyak 2,98 juta (18,51%) yang

kemudian diikuti oleh China sebesar 2,07 juta (12,86%)

(cnbcindonesia.com, 3Februari 2020).

Sejak merebaknya virus Corona, selain memberlakukan

kebijakan pembatasan impor hewan hidup dari china, pemerintah

juga menghentikan penerbangan dari dan ke China per 5 Februari

2020. Yang tentunya hal ini juga akan mempengaruhi sektor

pariwisata Indonesia. Banyak perusahaan travel dan penerbangan

yang mengalami kerugian akibat penghentian penerbangan dari dan

ke China.

Sejak adanya pemberlakuan tersebut, saat ini jumlah

kunjungan wisatawan China ke Bali mengalami penurunan. Pada

tahun 2019, dari 6,3 juta wisatawan mancanegara, sebanyak

1.185.519 wisatawan atau 18,2% berasal dari China batal ke Bali

(tribunnews.com,14 Februari 2020). Hal tersebut sangat

mempengaruhi prekonomian provinsi Bali.

Menurut pemerhati pariwisata, Herry Angligen, pariwisata

Bali menjadi beresiko karena ketergantungannya kepada wisatawan

China. Sampai ada dua perusahaan atraksi air di Bali yang ditutup

karena 100% tamunya adalah Wisatawan China, Wisatawan non-

China pun juga ikut berkurang karena banyak Wisatawan negara lain

yang mengurungkan niatnya berkunjung ke Bali karena kedekatan

China dengan Indonesia. Jadi dapat disimpulakan secara umum


penurunan Wisatawan di Bali mencapai 50% (voaindonesia.com, 12

Februari 2020).

Terjadi kelonjakan angka kesakitan di dunia akan

menyebabkan meningkatnya angka kematian yang sebagian besar

disebabkan oleh komplikasi virus Corona / Covid 19. Bagi sebagian

besar orang gejala yang muncul akibat infeksi virus corona memang

dirasa tidak terlalu berat. Beberapa diantaranya bahkan bisa dirawat

sendiri dirumah. Namun sayangnya tidak semua kondisi penderita

infeksi dapat menjalani perawatan sendiri dirumah hingga sembuh.

Bagi kelompok individu rentan seperti lansia dan pengidap

penyakit penyerta seperti penyakit jantung atau diabetes, infeksi

Covid 19 bisa berkembang menjadi kondisi yang sangat parah.

Mereka beresiko lebih tinggi mengalami komplikasi corona, seperti

di bawah ini :

1. Pneumonia

Pneumonia akan menyebabkan kantung udara yang ada di

paru-paru merada dan membuat anda sulit bernafas. Pada sebuah

riset pada pasien positif Covid 19 yang kondisinya parah, terlihat

bahwa paru-paru terisi oleh cairan, nanah, dan sisa-sisa atau

kotoran sel. Hal ini menghambat oksigen yang seharusnya

diantarkn keseluruh tubuh. Padahal, oksigen sangat dibutuhkan

agar berbagai organ di tubuh bisa menjalankan fungsinya. Jika

tidak ada oksigen, maka organ tersebut akan rusak (Nina herwi

putri, 2020).
2. Gagal nafas akut

Saat mengalami gagal nafas, tubuh tidak bisa menerima

cukup oksigen dan tidak dapat membuang cukup banyak karbon

dioksida. Kondise gagal nafas akut terjadi pada kurang lebih 8%

pasien positif covid 19 dan merupakan penyebab utama kematian

pada penderita infeksi virus corona . (Nina herwi putri, 2020).

3. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)

ARDS adaalah salah satu komplikasi Corona yang cukup

umum terjadi. Menurut beberapa penelitian yang dilakukan di

Tiongkok, sekitar 15% - 33% pasien mengalaminya. ARDS akan

membuat paru-paru rusak parah karena penyakit ini membuat

paru-paru terisi oleh cairan. Akibatnya, oksigen akan susah

masuk, sehingga menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas

hingga perku bantuan ventilator atau alat bantu napas. (Ninan

herwi putri, 2020).

4. Kerusakan hati akut

Meski virus corona menyebabkan infeksi di saluran

pernafasan, tapi komplikasinya bisa menjalar hingga ke organ

hati. Orang dengan infeksi corona yang parah berisiko paling

besar mengalami kerusakan hati.(Nina herwi putri, 2020).

5. Kerusakan jantung

Covid 19 disebut bisa menyebabkan komplikasi yeng

berkaitan dengan jantung. Gangguan jantung yang beresiko

muncul antara lain aritmia atau kelainan irama jantung, dan

miokarditis atau peradangan pada otot jantung. (Nina, 2020)


2.2.3 Pola Asuh Orangtua Selama Pandemi

Keluarga-keluarga di dunia sedang beradaptasi dengan

berbagai perubahan yang sedang terjadi karena penyakit virus

Corona. Banyak orangtua yyang merasa stres karena harus

menyeimbangkan antara pekerjaan, merawat anak, dan pekerjaan

rumah, terutama pada saat mereka terpisah dengan jejaring

pendukung yang biasa mereka miliki. Walaupun isolasi bisa

membawa kesempatan untuk menghabiskan waktu bersam dan

mengembangkan hubungan anda dengan anak-anak anda, banyak

pengasuh utama/ orangtua yang memiliki konflik perasaan dan

prioritas, dan tantangan-tantangan praktis lainnya.

Pandemi global meningkatkan stres untuk semua orang

termasuk orangtua. Apabila anda mangalami tanda-tanda stres, itu

adalah hal alami dan anda tidak sendiri.

Tanda-tanda bahwa mungki mengalami stres :

1. Keinginan kuat untuk terus-menerus mendapatkan informasi

terkini mengenai Covid 19 sehingga menyebbkan kesulitan untuk

berfokus pada topik lain.

2. Kesulitan konsentrasi atau kesulitan dalam membuat keputusan

besar dan kecil.

3. Merasa kewalahan mudah marah, cemas

4. Mengalami gangguan pola makan atau pola tidur


Pengasuhan anak merupakan hal yang menantangbahkan pada

saat keadaan yang baik-baik saja, tetapi di masa-masa sulit ini penting

bagi anda untuk mengambil langkah-langkah untuk membantu diri

anda sendiri, anak anda dan seluruh keluarga anda melalui situasi ini.

Pada masa pandemik sekarang tidak menutup kemungkinan anak juga

mengalami stres karena bagian besar stres itu dipicu oleh rasa bosan,

seperti yang kita ketahui bahwa anak pada umumnya adalah individu

yang sangat cepat merasakan bosan.

Anak-anak bereaksi terhadap stres dengan berbagai cara dab

reaksi mereka mungkin berbeda tergantung dari berbagai faktor,

termasuk usia, berikut ini adalah beberapa tanda :

1. Beberapa mungkin pada awalnya senang berada di rumah, tetapi

seiring dengan waktu disrupsi terhadap rutinitas mereka, terpisah

dari teman dan pembatasan-pembatasan lain yang dirterapkan

akan meningkatkan stres mereka.

2. Anak mungkin mengalami naik turun dalam perilaku mereka dan

emosi mereka mungkin berubah-ubah. Mereka mungkin menjadi

luar biasa aktif, diam atau sedih.

3. Anak-anak mungkin mengungkapkan ketakutan mereka, menjadi

kewalahan, dan menunjukkan kecemasan. Mereka mungkin

menangis atau lebih menempel pada orang tua lebih dari

biasanya, mungkin juga pola tidurmereka terganggu.

4. Anak-anak mungkin menjadi enggan untuk berpartisipasi dalam

pekerjaan rumah tangga atau tugas sekolah, mereka juga mungkin


bertengkar dengan saudara-saudara mereka atau anggota keluarga

lain.

Ingat bahwa dapat di pahami apabila anak-anak beraksi pada

situasi yang menyebabkan stres penting bahwa anda mengakui stres

mereka dan memenangkan mereka sesuai dengan umurnya. Berbagai

macam cara orangtua untuk menghilangkan rasa bosan yang

dirasakan oleh anak-anak mereka selama melaksanakan kegiatan

dirumah terutama kegiatan belajar selama masa pandemic. Orangtua

harus memikirkan cara bagaimana agar proses belajar anak tetap

efektif seperti pada saat mereka berada disekolah ketika berada di

dalam rumah. Tidak sedikit mereka yang dibentak bahkan dihukum

oleh orangtua mereka karena berbagai hal terutama orangtua mereka

juga mengalami stres. Pola asuh orangtua sangaatlah penting ketika

terjadi seperti situasi sekarang ini, berbagai macam pola asuh yang

diterapkan orangtua untuk anak-anak mereka agar anak-anak mereka

bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

2.3 Konsep Dasar Temper Tantrum

2.3.1 Definisi Temper tantrum

Temper Tantrum merupakan luapan emosi yang meledak-ledak

dan tidak terkontrol. Biasanya, tantrum terjadi pada anak yang aktif

energi berlimpah. (Hasan, 2009). Sebuah situs parenting Australia

mengemukakan bahwa temper tantrum adalah ledakan amarah,

frustasi dan perilaku tidak terorganisir (Dira, 2010). Shelov dalam

buku caring for your baby and your child mengemukakan bahwa


temper tantrum adalah ekspresi frustasi anak (Shelov, 2009). Menurut

Vasta, Temper tantrum adalah ekspresi emosi maupun respon

terhadap suatu stimulus internal atau eksternal individu (Dariyo,

2008). Temper Tantrum merupakan usaha keras dari autonomy di

mana anak usia toddler berusaha menyangkal terhadap aktifitas yang

tidak disukai. Kelelahan/ keletihan merupakan tindakan sederhana

sebagai toleransi dari frustasi. Temper tantrum dapat terjadi selama

masa toddler sampai dengan masa pra sekolah dan hal tersebut

merupakan perkembangan lingkungan yang normal. Terkadang

temper tantrum dapat sebagai tanda yang mengarah ke masalah yang

serius (Yusuf, 2012).

Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang di

anggap “sulit”, dengan ciri-ciri sebagai berikut (Hasan,2009) :

1. Memiliki kebiasaan tidur,makan, dan buang air besar tidak teratur.

2. Sulit menyukai situasi,makanan, dan orang-orang baru.

3. Lambat beradaptasi terhadap perubahan.

4. Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.

5. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.

6. Sulit dialihkan perhatiannya.

Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Berikut ini

adalah beberapa contoh perilaku tantrum menurut tingkatan usia

(Hasan Maimunah, 2009):


1. Dibawah usia 3 Tahun:

a. Menangis

b. Menggigit

c. Memukul

d. Menendang

e. Menjerit

f. Memekik-mekik

g. Melengkungkan punggung

h. Melempar badan ke lantai

i. Memukul-mukulkan tangan

j. Menahan nafas

k. Membentur-benturkan kepala

l. Melempar-lempar barang

2. Usia 3-4 Tahun

a. Perilaku-perilaku pada kategori usia 3 tahun di atas

b. Menghentak-hentakan kaki

c. Berteriak-teriak

d. Meninju

e. Membanting pintu

f. Mengkritik

g. Merengek

3. Usia 5 tahun ke atas

a. Perilaku-perilaku pada 2kategori usia di atas

b. Memaki
c. Menyumpah

d. Memukul kakak/adikatau temannya

e. Mengkritik diri sendiri

f. Memecahkan barang dengan sengaja

g. Mengancam

2.3.2 Penyebab Temper Tantrum

Hampir setiap anak mengalami kejadian-kejadian tersebut.

Menurut ahli perkembangan dan psikologi anak, hal ini sering terjadi

karena anak mengalami frustasi dengan keadaannya, sedangkan dia

tidak mampu mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata atau

ekspresi yang di inginkannya. Hal ini sering dialami oleh anak

berusia 2-3 tahun. Hal ini di sebabkan karena anak usia tersebut

biasannya sudah mulai mengerti banyak hal dari yang didengar,

dilihat, maupun dialaminya, tetapi kemampuan bahasa atau

bebicaranya masih sangat terbatas (Zaviera Ferdinand,2012).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tantrum

(Hasan, 2009), di antarannya adalah sebagai berikut:

1. Terhalangannya keinginan anak mendapatkan sesuatu.

Setelah anak tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap

menginginkannya, anak memakai cara tantrum untuk menekan

orang tua agar mendapatkan yangia inginkan.

2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.

Anak-anak mempunyai keterbatasan bahasa. Ada saatnya

ia ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa dan orangtua tidak


mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak

menjadi frustasi dan terungkap dalam bentuk tantrum.

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan.

Anak yang aktif membutuhkan ruang dan waktu yang

cukup untuk selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang

lama. Kalau suatu saat anak tersebut harus menempuh perjalanan

panjang dengan mobil (dan berarti untuk waktu yang lama dia

tidak bisa bergerak bebas), maka dia akan merasa stres. Salah satu

cara pelepasan stres adalah tantrum.

4. Pola asuh orang tua

Cara orang tua mengasuh anak juga berperan untuk

menyebabkan tantrum. Anak yang dimanjakan dan selalu

mendapatkan apa yang diinginkan, bisa tantrum ketika

permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan

didominasi oleh orang tuanya, sekali waktu anak bisa bereaksi

menentang dominasi orang tua dengan perilaku tantrum. Orang tua

yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan

tantrum. Misalnya, orang tua yang tidak mempunyai pola asuh

yang jelas kapan melarang atau kapan ingin menginzinkan anak

berbuat sesuatu, dan orang tua yang seringkali mengancam untuk

menghukum tapi tidak pernah menghukum. Anak akan

dibingungkan oleh orang tua dan menjadi tantrum ketika orang tua

benar-benar menghukum. Selain itu, pada ayah-ibu yang tidak

sependapat satu sama lain yaitu yang satu memperbolehkan anak


dan yang lain melarang anak. Anak bisa menjadi tantrum agar

mendapatkan keinginan dan persetujuan dari kedua orang tua.

a. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam kedaan sakit.

b. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah dan lain-lain) dan

merasa tidak aman (incecure).

Ada pula beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku temper tantrum (Marshela Wahyu,et all.2014) :

1. Marah berlebihan, seperti ingin merusak diri dan barang di

sekelilingnya.

2. Tidak dapat mengungkapkan keinginannya.

3. Takut yang sangat kuat, sehingga mengganggu orang

disekitarnya.

4. Pemalu, hingga menarik diri dari lingkungannya.

5. Hipersensitif (sangat peka, sulit mengatasi perasaan

tersinggung dan pandangan cenderung negatif).

2.3.3 Cara mengatasi Tantrum

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantrum

adalah sebagai berikut :

1. Jangan Ikut Marah

Saat anak sedang mengalami ledakan emosi, baik dengan

terikan fisik lainnya, dia tidak akan bisa menerima alasan atau

bujukan. Apapun yang dilakukan oleh ibunya, si anak akan

merespon seacara negatif. Jika sang ibu tidak bisa menahan emosi

atau ikut marah, kemungkinan akan meninggalkan anaknya


sendirian. Jangan lakukan itu! Anak akan merasa ibunya telah

mengabaikannya dan semakin membuat anak merasa ketakutan

dengan apa yang terjadi (Hasan, 2009). Anak akan merasa lebih

tenang jika ibunya tetap berada di dekatnya. Jika memungkinkan,

gendonglah atau peluklah si anak, sehingga dia akan lebih cepat

menenangkan diri (Hasan, 2009).

2. Orang Tua Tetap Memegang Kendali

Jangan mengikuti permintaan anak yang tidak realistis

atau tidak bisa di terima hanya untuk mengindari ledakan emosi

anak. Hal ini sering terjadi di tempat umum (seperti mal). Anak

minta sesuatu, ibunya tidak mengizinkannya. Begitu anak mulai

meledakan emosinya, ibunya akan mengabulkannya kreana malu

dengan lingkungan. Jadi, jika anak meminta sesuatu yang diluar

toleransi, kita harus tegas mengatakan “tidak“. Jika anak anak

marah besar dan mulai memukul atau tindakan lain yang

membahayakan, bawalah dia ke tempat yang lebih aman hingga

anak menjadi tenang. Katakanlah bahwa dia di bawa ketempat

tersebut karena tindakannya yang membahayakannya. Selama

anak ini belum tenang, jangan memberikan nasihat akan

tindakannya, tetapi fokuskan hanya untuk menenangkan dirinya.

Katakan dengan tanpa emosi atau bernada memarahinya (Hasan,

2009).
3. Rangsangan Permainan

Dalam mengendalikan dan mengatasi tantrum anak, orang

tua harus memegang kendali dan mencoba beberapa tindakan,

contohnya seperti memberikan rangsangan permainan.

2.4 Anak Usia Pra Sekolah

2.4.1 Definisi

Beberapa ahli psikologi membagi masa anak menjadi dua masa,

yaitu: masa anak awal dan masa anak akhir. Masa kanak-kanak awal

secara umum kronologis adalah saat anak berumur antara 2-6 tahun.

Kehidupan anak pada masa ini dikategorikan sebagai masa bermain,

karena hampir seluruh waktunya dipergunakan untuk bermain

(Hidayah & Rifa, 2009). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

anak adalah keturunan yang kedua; manusia yang masih kecil. Anak,

menurut definisi Konvensi Hak-Hak Anak PBB adalah “setiap

manusia yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-

undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai

lebih awal”. Hal ini berarti menunjukkan bahwa konvensi PBB

menetapkan usia dibawah 18 sebagai anak-anak, namun tetap

memberi ruang bagi masing-masing negara untuk menentukan

batasan tersebut. Tetapi, PBB juga menekankan negara-negara

anggotanya untuk menyelaraskan peraturan mereka sesuai dengan

konvensi hak anak ini (Hidayah & Rifa, 2009).


Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia 3-5 tahun saat

dimana sebagian besar system tubuh telah stabil serta dapat

menyesuaikan diri denan stress dan perubahan yang moderat. Selama

periode ini sebagian besar anak sudah menjalani toilet training. Di

usia ini anak megalami banyak perubahan baik fisik dan mental,

dengan karakteristik sebagai berikut ; berkembangnya konsep diri,

munculnya egosentris, rasa ingin tahu, imajinasi, belajar menimbang

rasa, munculnya kontrol internal (tubuh), belajar dari lingkungannya,

berkembangnya cara berfikir, berkembangnya kemampuan berbahasa

dan munculnya perilaku (Wong, 2009).

2.4.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang

progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari

mulai lahir sampai mati.Pengertian lain dari perkembangan adalah

perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju

tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang

berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik

menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Yusuf,

2010).

Perkembangan yang bersifat sistematis, progresif dan

berkesinambungan adalah sebagai berikut :

1. Sistematis

Berarti perubahan dan perkembangan itu bersifat saling

kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian


organisme (fisik dan psikis) dan merupakan suatu kesatuan yang

harmonis. Contoh prinsip ini seperti kemampuan berjalan anak

seiring dengan matangnya otot-otot kaki dan keinginan untuk

memperhatikan jenis kelamin lain seiring dengan kematangan

organ-organ seksualnya.

2. Progresif

Berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan

mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun

kualitatif (psikis). Contohnya seperti terjadinya perubahan

proporsi dan ukuran fisik anak (dari pendek menjadi tinggi dan

dari kecil menjadi besa), dan perubahan pengetahuan dan

kemampuan anak dari yang sederhana sampai kepada yang

kompleks (mulai dari mengenal abjad atau huruf sampai

kemampuan membaca buku, majalah, koran dan sebagainya).

3. Berkesinambungan

Berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu

berlangsung secara beraturan, berurutan, tidak terjadi secara

kebetulan atau berloncat-loncat. Contohnya, untuk dapat berdiri,

seorang anak harus menguasai tahapan perkembangan

sebelumnya yaitu kemampuan duduk dan merangkak. (Yusuf,

2010). Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan

yang harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; a) Kebutuhan

akan gizi (asuh); b) Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih);

dan c) Kebutuhan stimulasi dini (asah) (Soetjiningsih, 2012).


4. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh).

Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh

kembang anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak.

Pada usia ini, perkembangan kemampuan berbahasa,

berkreativitas, kesadaran social, emosional dan inteligensi anak

berjalan sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka

menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita perlu

diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti makanan

yang diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai

kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti

komposisi zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang

sesuai usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik,

perkembangan otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan

fisiknya pun akan berkembang sebagai dampak perkembangan

bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan motoriknya.

Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan

berdampak pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan

tubuhnya akan terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang

penyakit.

5. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih).

Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan

perhatian dan kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan

nyaman kepada si anak. Orang tua perlu menghargai segala

keunikan dan potensi yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat
atas kebutuhan emosi atau kasih sayang akan menjadikan anak

tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam kemampuannya

membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Orang tua

harus menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-

anaknya. Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah meniru

unsur-unsur positif, jauhi kebiasaan memberi hukuman pada anak

sepanjang hal tersebut dapat diarahkan melalui metode

pendekatan berlandaskan kasih sayang.

6. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah).

Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan

rangsangan tertentu pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini

dianjurkan ketika anak masih dalam kandungan dengan tujuan

agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal.

Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-

sentuhan lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan

mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal

huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong

munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian, kreativitas dan

lain-lain. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan

benar dapat merangsang kecerdasan majemuk (multiple

intelligences) anak. Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan

linguistic, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial,

kecerdasan kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan

intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan interpersonal, dan

kecerdasan naturalis.
2.4.3 Fase Perkembangan Anak Prasekolah

Menurut Rifa (2009), fase-fase perkembangan menurut para

tokoh psikologi dibedakan atas dasar biologis, psikologis dan

pendidikan. Secara rinci fase-fase perkembangan adalah sebagai

berikut:

1. Fase Perkembangan Berdasarkan Biologik

a. Menurut Aristoteles

Aristoteles menggambarkan perkembangan anak secara

lahir sampai dewasa itu dalam tiga tahap, yang masing-masing

lamanya tujuh tahun. Menurut Aristoteles anak prasekolah

masuk dalam tahap fase I dari umur 0,0 sampai 7,0 tahun (masa

anak kecil sampai bermain).

b. Menurut Kretschmer

Kretschmer berpendapat bahwa sejak lahir sampai

dewasa anak melewati empat fase, dan anak usia prasekolah

termasuk dalam fase II yaitu dari umur 3,0 sampai 7,0 tahun.

Pada tahap ini anak tampak langsing (memanjang dan

meninggi).

c. Menurut Freud

Tahap-tahap perkembangan manusia ini Freud

membagi menjadi empat fase. Anak usia prasekolah masuk

dalam fase falis yaitu dari umur 3,0 sampai 5,0 tahun. Pada

tahap ini alat-alat kelamin merupakan daerah erogen yang

penting dan pendorong aktivitas.


2. Fase Perkembangan Berdasarkan Didaktik/Pedagogik

a. Pendapat Johan Amos Comenius.

Fase-fase perkembangan jiwa berdasarkan didaktif

menurut Comenius dibedakan menjadi empat fase. Anak usia

prasekolah termasuk dalam fase I yaitu umur 0,0 sampai 6,0

tahun. Pada tahap ini anak masuk Scola Materna (sekolah ibu).

b. Pendapat J.J Rousseau.

Fase anak prasekolah menurut J.J Rousseau masuk

dalam fase II yaitu dari umur 2,0 amapi 12 tahun. Tahap ini

dinamakan tahap pendidikan jasmani dan latihan-latihan panca

indera.

3. Fase Perkembangan Berdasarkan Psikologik

Kohstamm berpendapat bahwa anak usia prasekolah masuk dalam

masa estetis yaitu dari umur 2-7 tahun.

Fase perkembangan yang terjadi pada anak prasekolah, yaitu :

a. Perkembangan motorik dengan bertambah matangnya

perkembangan otak yang mengatur sistem saraf

(neuromaskuler) memungkinkan anak-anak usia dini lebih

lincah dan aktif bergerak.

b. Perkembangan bahasa dan berpikir. Anak akan berkembang

karena selain terjadi oleh pematangan dari organ-organ bicara

dan fungsi berpikir, juga karena lingkungan iktu membantu

mengembangkannya.
c. Perkembangan sosial. Dunia pergaulan anak menjadi

bertambah luas. Keterampilan dan penguasaan dalam bidang

fisik, motorik, mental, emosi sudah lebih meningkat.

2.4.4 Karakteristik Perkembangan Anak Prasekolah

Menururt Yusuf (2010), karakteristik perkembangan anak pra sekolah

yaitu:

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan masa awal anak-anak (2-6 tahun). Setiap

manusia berkembang secara individual dan tidak sama antar satu

dengan yang lain, ada yang berkembang secara wajar, cepat, dan

lambat. Secara fisik anak sedang mengalamimasa pertumbuhan

yang sangat pesat, pertumbuhan fisik mencakup perubahan-

perubahan dalam tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot

sistem saraf, struktur tulang, hormon, organ-organ indrawi, dan

sejenisnya. Pertumbuhan otak dan kepala anak lebih cepat

darpada pertumbuhan organ yang lain, pada usia 5 tahun otak

mencapai ukuran otak orang dewasa, dan otot lebih kuat dan

berat. Keterampilan motorik kasar dan motorik halus meningkat

secara dramatis selama masa awal anak menjadi lebih aktif dan

lebih berani.

Keberhasilan anak dalam menghadapi tantangan fisik

mempunyai arti yang lebih luas bagi anak dan merasa berani

mencoba hal-hal lain yang mengembangkan kecerdasannya. Oleh

karena itu, pemenuhan kebutuhan fisik bagi anak yang sangat


diperlukan karena akan sangat mempengaruhi pertumbuhan

fisiknya. Pemenuhan kebutuhan fisik dapat dilakukan dengan

memenuhi kebutuhan makanan, minuman udara segar, gizi,

istirahat, dan semacamnya (Yusuf,2010).

2. Perkembangan Kognitif

Piaget (ahli psikologi perkembangan) berpendapat bahwa

perkembangan kognitif ini dibagi dalam empat tahap, anak usia

prasekolah masuk dalam Pra-operasional (usia 2-7 tahun).

Perkembangan kognitif awal anak termasuk dalam stadium pra

operasional, dimana acara berpikirnya masih bersifat egosentris,

centralizied, irraversable, kreatif, bebas dan penuh imajinasi.

Pengetahuan tentang dunia luar meningkat, dan ada keinginan

kuat untuk belajar berbahasa dan bicara. Kosakata mengalami

peningkatan pesat, pada usia 3 tahun anak sudah bisa membentuk

kalimat 6-8 kata. Anak juga banyak bertanya tentang suatu yang

dilihat/yang didengar. Hal-hal yang diperlukan anak seusia ini

adalah melatih kemampuan fisik, kemampuan berpikir

kemampuan berpikir dan mendorong anak mau bergaul, dan

mengembangkan angan-angan, tetapi perlu diingat bahwa prestasi

harus selalu diusahakan, karena tidak datang dengan sendirinya.

Untuk dapat merangsang rasa ingin tahu, anak dapat dilakukan

dengan mengajak jalan-jalan, melihat gambar, membaca buku,

lewat dongeng atau cerita dan cara-cara lain yang bisa

mengembangkan imajinasinya (Yusuf,2010).


3. Perkembangan Bahasa

Kecakapan berbahasa merupakan kemampuan untk

menyatakan buah pikiran dalam bentuk ungkapan kata/ kalimat.

Perkembangan bahasa anak usia 6 tahun dan setrusnya. Oleh

karena itu, dalam pengajarn bahasa membutuhkan integrasi dari

beberapa indera sekaligus. Mengajar anak harus opada saat anak

berada pada teachbelbmoment, yaitu saat tepat untuk mengajar,

karena jika anak dalam keadaan tidak siap maka proses belajar

sulit berhasil. Kemampuan berbahasa anak dipengaruhi oleh

biologis, faktor lingkungan bahasa perkembangan kognitif/

kecerdasan.

Perkembangan bahasa menurut Brown usia 35-40 bulan

memiliki kemampuan panjang pengucapan kata-kata sebanyak

3,00-3,75 per kalimat dengan karakteristik meletakkan kalimat

yang satu didalam kalimat yang lain. Sedangkan usia 41-46 bulan

memiliki kemampuan panjang pengucapan kata-kata sebanyak

3,75-4,50 per kalimat dengan karakteristik koordinasi antara

kalimat-kalimat sederhana dan hubungan-hubungan proporsional

(Yusuf, 2010).

4. Perkembangan Emosi

Emosi adalah setiap kegiatan atau pengelolaan pikiran,

perasaan, nafsu setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-

luap. Emosi dapat terbentuk oleh adanya komponen kognitif,

komponen psikis, dan komponen perilaku. Komponen kognitif


termasuk perasaan subjektif memiliki aspek-aspek evaluasi. Pada

tingkah laku emosi ditampakan dari bahas tubuh dan perubahan

air muka, sedangkan emosi sebagai suatu peristiwa psikis atau

psikologis mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

a. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya,

seperti pengamatan dan berpikir.

b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap).

c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca

indera (Yusuf, 2010).


2.5 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Tempertantrum anak usia pra sekolah :


1. Terhalangnya keinginan anak untuk mendapatkan sesuatu
2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan
4. Pola asuh orang tua
5. Marah berlebihan, seperti ingin merusak diri dan barang di sekelilingnya
6. Tidak dapat mengungkapkan keinginannya
7. Takut yang sangat kuat sehinga mengganggu orang sekitarnya
8. Pemalu, hingga menarik diri dari lingkungannya
9. Hypersensitive (sangat peka sulit mengatasi perasaan tersinggung dan pandangan
cenderung negative

Perilaku Perilaku Perilaku yg merujuk


dengan ketidakmatangan/terisolasi pada keadaan emosi
kegelisahan (isolate/immature) (emotional/miserable)
(conduct/rest
less)

Menarik Diri
Agresif

Temper tantrum anak


usia dibawah 3 tahun
Faktor Endogen dari
dalam individu :
1. Jenis Ras
2. Jenis Kelamin Temper tantrum anak
Temper Tantrum usia 3-4 tahun
3. Sifat fisik
4. Pola asuh
5. Bakat pembawaan
6. Intelegensi Temper tantrum anak
usia 4-6 tahun keatas

Menurunkan perilaku
temper tantrum

Sumber : Kerangka Teori Modifikasi dari Maimunah Hasan (2009), Marshela


Wahyu Suzanti (2014) dan Soetjiningsih (2011).
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Kosep Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi


prilaku anak:
1. Faktor endogen (dari dalam diri
individu)
- Jenis ras
- Sifat fisik
- Bakat pembawaan
- Intelegansi

2. Faktor eksogen (dari luar individu)


- Faktor lingkungan
- Pendidikan
- Pola asuh
- Agama
Temper Tantrum
- Sosial ekonomi
- Kebudayaan

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidakditeliti

Gambar 3.1: Skema Kerangka Konsep hubungan pola asuh orang tua
dengan tempertantrum saat pandemi covid 19 pada anak usia
prasekolah di Tk Fathul Mubin Cakra Selatan Baru.

Sumber: Modifikasi dari Sunaryo (2014).

46
3.2 Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2008).

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi

lagi oleh orang lain (Nursalam, 2003).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan permainan ular tangga terhadap


temper tantrum pada anak usia prasekolah di Tk Fathul Mubin
Cakranegara Selatan Baru.

Definisi Alat Cara Skala


Variabel Parameter Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur

Independent Sikap orangtua - Demokratis Kuesioner Mengisi 1. Otoriter -


: dalam interaksi - Otoriter Kuesioner 2. Demokratis
dengan anak- - Permisif 3. Permisif
Penerapan Skor 0 = STS
pola asuh anaknya
Skor 1 = TS
orangtua dengan tantrum Skor 2 = S
selama Skor 3 = SS
pandemi covid Total Skor
19 1-27 = Permisif
28-55 = Demokratis
56-84 = Otoriter
37
BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah,pada dasarnya

menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo, 2010).

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif

kuantitatif dengan pendekatan studi cross secsional. Metode penelitian

deskkriptif kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan

variabel yang lain (Sugiono, 2012)

Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriftif kuantitatif

merupakan data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian yang

dianalisis dengan metode statistik yang digunakan. Penelitian deskriptif

dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pola asuh

orangtua selama pandemi Covid 19 pada anak tempertantrum usia

prasekolah di Tk Fathul Mubin Cakra Selatan Baru

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian telah di laksanakan di Tk Fathul Mubin

Cakra Selatan Baru

49
4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian telah di lakukan pada tanggal 1 Septembar 2020.

4.3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.3.1. Populasi

Menurut Hidayat (2008), Populasi adalah seluruh subjek atau

objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya

objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik

atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut.

Adapun populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

siswa-siswi yang mengalami temper tantrum di Tk Fathul Mubin

Cakranegara Selatan Baru sebanyak 67 orang dan sampel sebanyak

20 orang.

4.3.2 Sampel

1. Sampel

Menurut Hidayat (2012), Sampel adalah bagian populasi

yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang

dimiliki oleh populasi sejumlah 20 responden.

2. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakterisik umum subjek

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan

diteliti (Nursalam, 2008).


1. Orangtua anak usia pra sekolah usia 4-6 tahun yang

kooperatif di Tk Fathul Mubin Cakranegara Selatan Baru

2. Orangtua anak yang bersedia menjadi responden

3. Orangtua yang anaknya mengalami temper tantrum di Tk

Fathul Mubin Cakranegara Selatan Baru

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari

studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2010).

1. Anak yang tidak masuk saat penelitian berlangsung

4.3.2. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga

jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada

(Hidayat, 2008).

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah total

sampling dengan metode total sampling. Menurut (Sugiyiono, 2007).

Total sampling adalah tehnik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi.

4.4 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapatkan

rekomendasi dari STIKES Yarsi Mataram dan Kepala Sekolah Tk Fathul

Mubin kemudian dilanjutkan dengan mengajukan permohonan izin kepada

Kepala Sekolah Tk Fathul Mubin Cakranegara Selatan Baru. Setelah itu


peneliti mengumpulkan data menggunakan lembar observasi dengan

menekankan permasalahan etika yang meliputi :

4.4.1. Informed Content (Lembar Persetujuan menjadi Responden).

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada

responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi sebelum

dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner dan disertai judul

serta manfaat penelitian dengan harapan responden dapat mengerti

maksud dan tujuan penelitian. Bila subyek menolak, maka peneliti

tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.

4.4.2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak

akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data

yang diisi subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberikan kode

tertentu.

4.4.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian

(Setiadi, 2010).

4.5 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010), Instrumen penelitian merupakan alat

bantu untuk memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan

standar atau ukuran yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini instrumen

yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah kuisioner.


Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang dapat diamati (Nursalam,2006).

Dalam penelitian ini untuk variabel independent dan dependent

instrumen yang digunakan berupa wawancara, observasi, kuesioner dan

dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2009).

Dalampenelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan teknik

wawancara tidak terstruktur digunakan untuk membantu dalam

mengatasi masalah perilaku temper tantrum pada anak usia para sekolah,

dimana pedoman yang digunakan hanya berupa garis – garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2009).

2. Observasi

Observasi adalah metode atau cara – cara yang menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan

melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung

(Ngalim, 2008).

Observasi yang digunakan adalah observasi Nonpartisipan, peneliti

tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis

berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan


jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis

(Warjito, 2007).

Dalam penelitian ini kuesioner akan di bagikan kepada semua

orang tua anak-anak yang akan menjadi responden dan di isi sesuai

dengan petunjuk pada kuesioner tersebut.

4. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen – dokumen, baik

dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah

diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan

(sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh

(Moleong, 2007).

Studi dokumenter yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

berkaitan dengan perilaku temper tantrum pada anak usia prasekolah di

Tk Fathul Mubin Cakranegara Selatan Baru untuk mempermudah

peneliti dalam mengetahui pendokumentasian yang dilakukan.

4.5.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan

tingkatkevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006).

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). Cara yang dipakai dalam

melakukan uji validitas yaitu peneliti melakukan korelasi antar skor

butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variable.


Data yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam tabel

distribusi dan setiap butir dengan skor total menggunakan rumus

korelasi product moment yaitu:

r =N ¿ ¿

Keterangan.

r : Koefisien korelasi x dan y product moment

x : Pernyataan.

y : Skor total

xy : Skor pernyataan dikali skor total

N : Jumlah sampel

Validitas dilakukan dengan menggunakan perhitungankomputer

program SPSS 16, suatu item pertanyaan dikatakan validapabila

didapatkan r hitung lebih besar dari r table dan r hitung bernilai

positif.

Hasil validitas untuk skala temper tantrum dalam penelitian ini

yang di adopsi dari Rizkia Sekar Kirana (2013) di peroleh hasil skala

temper tantrum yang terdiri dari 35 item terdapat 33 item yang valid

pada skala temper tantrum mempunyai koefisien validitas berkisar

0,408 sampai dengan 0,797 dengan tingkat signifikan 0,000 dengan

tingkat signifikan tersebut <α 0,05 maka dapat dinyatakan valid.

4.5.2 Uji Reliabilitas


Reabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukan sejauh

mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo,

2010). Teknik pengujian reliabilitas yaitu dengan menggunakan

internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrument

sekali saja, kemudian yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.

Pengujian reliabilitas instrument Tingkat Pengetahuan Mahasiswa

dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half)

(Sugiyono, 2010).

Rumus Spearman Brown:

2r b
Ri =
1+ r b

Keterangan:

Ri = reliabilitas internal seluruh instrument

Rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kesua

Untuk menguji realibilitas sikap mahasiswi maka digunakan

rumus alfa cronbach yaitu:

[k ] [1−∑ S 12]
r11 =
k−1 St 2

Keterangan:

r11 : Realibilitas instrument

K : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal


2
∑ Si : Jumlah varian butir

St2 : Varians total

Rumus Varians Total adalah sebagai berikut:


∑ xt 2 ∑ xt 2
St 2
= -
n n

jki jks
St=
n
- n

Keterangan:

Jki: Jumlah Kuadrat seluruh skor item

Jks : Jumlah Kuadrat subyek

Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai

koefisien yang diperoleh >0,60 (Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil

analisis menggunakan SPSS 16 didapatkan koefisien alpha 0,762

sehingga instrumen tersebut dinyatakan reliabel.

Setelah uji coba instrument dalam penelitian berupa kuesioner

skala temper tantrum yang telah di adopsi dari Rizkia Sekar Kirana

(2013) penelitian di peroleh gambaran mengenai reabilitas skala yaitu

dengan pengelolaan program computer statistical program for social

science (SPSS) versi 17,00 for windows. Uji realibilitas

menggunakan teknik statistic dengan rumus alpha cronbach, di

peroleh koefisien realibilitas sebesar 0,963 untuk skala temper

tantrum.

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Tehnik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada

subjek atau responden dan proses pengumpulan karakteristik subjek

yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2011).

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar

kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang

karakteristik responden dan kuesioner pola asuh orang tua selama

pandemi covid 19 pada anak tempertantrum. Lembar kuesioner yang

digunakan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Pengambilan

data dilakukan di Tk Fathul Mubin Cakra Selatan Baru. Prosedur

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh surat ijin pengambilan data dan penelitian dari Stikes

Yarsi Mataram yang ditujukan ke TK Fathul Mubin Cakra Selatan

Baru.

2. Memperoleh surat ijin untuk melakukan penelitian dari kepala

sekolah TK Fathul Mubin Cakra Selatan Baru.

3. Memilih responden sesuai kriteria inklusi

4. Sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi diberikan penjelasan

tentang tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan

dilaksanakan.

5. Setelah responden memahami penjelasan yang diberikan,

responden diminta persetujuan sebagai responden dalam

penelitian, dengan menandatangani informed consent sebagai

buktinya.

6. Menyebarkan kuesioner kepada responden


7. Mengumpulkan dan mengecek kelengkapan kuesioner, apabila

terdapat kekurangan maka responden di minta melengkapi

kembali

8. Melakukan entry data dengan komputer dan melakukan analisa

data.

4.6.2 Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari responden dengan

melakukan wawancara, membagikan kuesioner kepada orang

tuasiswa-siswi yang akan menjadi responden dan observasi

kepada guru dan siswa-siswi yang akan menjadi responden.

Wawancara dan observasi dilakukan sebelum permainan ular

tangga dimulai dan pengisian kuisioner diberikan setelah

permainan ular tangga dimulai yang diisi oleh calon peneliti

sendiri dan dibantu oleh guru dan orang tuasiswa-siswi yang

akan menjadi responden. Dalam melakukan pola auh orangtua,

peneliti dibantu oleh guru TK yang berlaku sebagai validasi

data.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang mendukung

penelitian, data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber,


diantaranya instasi yang terkait peneliatian, buku-buku, dan

jurnal-jurnal.

4.7 Pengolahan Data

4.7.1 Editing data

Proses pemeriksaan data dilapangan sehingga dapat

menghasilkan data yang akurat untuk pengolahan data selanjutnya

kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa apakah semua pertanyaan

penelitan sudah dijawab dan jawaban yang tertulis dapat dibaca secara

konsisten.

4.7.2 Pengkodean data (data coding)

Merupakan suatu pemberian kode yang biasanya dalam bentuk

angka, proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada,

dalam kuisioner) kedalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin

pengolah data seperti komputer.

4.7.3 Pemindahan data (data entering)

Adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode

kedalam mesin pengolahan data

4.7.4 Pembersihan data (data cleaning)

Adalah memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukan

kedalam mesin pengolahan data sudah sesuai dengan yang

sebenarnya. (Sibbagariang dkk, 2010).

4.8 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif analisis deskriptif adalah

suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data


secara ilmiah dalam bentuk tabel dan grafik. Salah satu pengamatan yang

dilakukan pada analisis deskriptif adalah pengamatan terhadap tabel

frekuensi. Tabel frekuensi terdiri dari kolom-kolom yang memuat frekuensi

dan persentase untuk setiap kategori (Nursalam, 2011).


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.5. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Tk Fathul Mubin Cakra Selatan Baru.

Fathul Mubin Cakranegara ini dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah

bernama Hj. Seli Muharliah,S.Pd dan mempunyai jumlah tenaga pendidik

sebanyak 6 orang dan jumlah peserta didik sebanyak 67 orang yang terdiri

dari 3 kelas. Fathul Mubin Cakranegara memiliki luas tanah sekitar 3 are

yang dimana memiliki 1 lantai dan pada masing-masing kelas memiliki 1

buah papan tulis dan setiap kelas memiliki 80 jumlah kursi dan meja ruang

kepala sekolah, Fathul Mubin Cakranegara mempunyai 1 kantin dan 1

Mushalla, Kantor, Gudang, Dapur, Tempat Bermain, Air Ledang, Tempat

Cuci tangan, dan KM/ WC. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 1

Septembaer 2020 Jumlah sampel yang diambil sebanyak 20 orang.Adapun

visi dan misi Tk Fathul Mubin Cakranegara adalah sebagai berikut:

Visi : Beriman, Bertaqwa, Berprilaku Disiplin dan Kreatif.

Misi :

1. Menanamkan dasar keimanan dan ketaqwaan pada anak didik melalui

pembiasaan berprilaku islami dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menumbuhkan kedisiplinan peserta didik dan warga sekolah baik di

lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

3. Meningkatkan kreativitas agar menjadi terampil dan mandiri.

62
Adapun batasan-batasan wilayah penelitian berupa kelurahan:

Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Seganteng.

Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Babakan

Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Turide.

Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Abian Tubuh.

5.6. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 1

September 2020 di Tk Fathul Mubin Cakranegara Selatan, dari 20

responden tercatat bahwa jenis pola asuh yang paling banyak diterapkan

oleh responden yaitu pola asuh demokratis sebanyak 20 orang (100%).

5.2.3 Karakteristik Responden

1. Identifikasi responden berdasarkan umur

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 20 orang

siswa dan siswi Fathul Mubin Cakranegara. Adapun distribusi

umur anak yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden


di Fathul Mubin Cakranegara Tahun 2020

Frekuensi Presentase
No Umur
(n) (%)
1. Remaja Akhir 17-25 Tahun 9 45.0
2. Dewasa Awal 26-35 Tahun 10 50.0
3. Dewasa Akhir 36-45 Tahun 1 5.0
Total 20 100,0
Sumber: Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa

sebagian besar usia responden dalam kategori dewasa awal

sebanyak 10 responden (50,0%).


2. Identifkasi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin


Responden di Fathul Mubin Cakranegara Tahun
2020
No Jenis Kelamin Frekuensi (n) Presentase (%)
1. Perempuan 20 100,0
2. Laki-Laki 0 0,0
Total 20 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa

keseluruhan responden berjenis kelamin perempuan 20

responden (100,0%).

3. Identifkasi responden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan


Responden di Fathul Mubin Cakranegara Tahun
2020
No Pendidikan Frekuensi (n) Presentase (%)
1. Rendah 1 5,0
2. Menengah 12 60,0
3. Tinggi 7 35,0
Total 20 100,0
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa

sebagian besar tingkat pendidikan responden dalam kategori

menengah sebanyak 12 responden (60,0%).

4. Perilaku tempertantrum pada responden

Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Perilaku Tempertantrum anak


di TK Fathul Mubin
Frekuensi
Perilaku
No (n) Presentase (%)
tempertantrum
1 Berteriak 5 25,0

2 Menghentakkan kaki 2 10,0

3 Membanting pintu 3 15,0

4 Merengek 4 20,0

5 Memaki 4 20,0
6 Memukul kakak/adik 2 10,0

Total 20 100,0

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa

sebagian besar prilaku tempertantrum anak adalah berteriak

sebanyak 5 orang, (25,0 %).

5.2.4 Hasil Analisis Univariat

1. Identifikasi pola asuh orang tua

Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Jenis Pola Asuh Orang Tua di


Fathul Mubin Cakranegara Tahun 2020

No Sebelum Perlakuan Frekuensi (n) Presentase (%)

1 Demokratis 20 100,0

2 Otoriter 0 0

3 Permisif 0 0

Total 20 100,0

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan jenis pola asuh

yang paling banyak diterapkan oleh responden adalah

demokratis yaitu sebanyak 20 orang (100%).

5.7. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan TK Fathul Mubin

Cakranegara Selatan, dari 20 responden tercatat bahwa jenis pola asuh yang

paling banyak diterapkan oleh responden yaitu pola asuh demokratis

sebanyak 20 orang (100%).


Pola asuh demokratis ini diterapkan karena pandemi global saat ini

dapat meningkatkan stress kepada semua anak, termasuk orang tua,

berdasarkan hasil penelitian didapatkan perilaku tempertantrum yang

ditunjukkan oleh responden adalah berteriak sebanyak (5 orang).

Untuk mengatasi hal tersebut penerapan pola pengasuhan anak akan

menurunkan resiko peningkatan prilaku tempertantrum pada anak, terutama

pada masa pandemi Covid 19 ini, karena anak lebih banyak berada dirumah.

Anak-anak akan bereaksi terhadap stress dengan berbagai cara tergantung

dari berbagai faktor.

Sehubung dengan hasil penelitian di atas dapat di ketahui bahwa

orang tua lebih banyak menerapkan pola asuh demokratis kepada anak

anaknya. Orangtua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan

mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan

yang realistis. Orangtua semata-mata tida menuruti keinginan anak, tetapi

sekaligus mengajarkan kepada anak mengenai kebutuhan yang penting bagi

kehidupannya. Ciri-cirinya adalah mendorong anak untuk dapat berdiri

sendiri, memberi pujian pada anak, serta bersikap hangat dan mengasihi.

Gaya pengasuhan ini anak akan merasa dihargai karena setiap perlakuan dan

permasalahan dapat dibicarakan dengan orangtua yang senaantiasa

membuka diri untuk mendengarkannya. Faktor yang mempengaruhi

pemberian pola asuh orang tua adalah tingkat pendidikan, usia, dan jenis

kelamin. Faktor lain yang mempengaruhi orang tua memberikan pola

pengasuhan demokratis adalah usia, jenis kelamin, sosial ekonomi,

pendidikan orang tua dan pekerjaan. (Arisandi, 2013).


Sehubung dengan hal tersebut hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden menerapkan pola asuh demokratis dengan

jumlah terbanyak adalah lulusan jenjang pendidikan menengah masing-

masing 12 orang (60,0%). Latar belakang pendidikan orang tua dapat

berpengaruh terhadap pola asuh anak terutama pada saat terjadi pandemi

wabah covid 19, orang tua membutuhkan banyak informasi terkait penyakit

tersebut yang meliputi penyebab, tanda gejala, pencegahan serta pola asuh

yang harus diterapkan kepada anak tempertantrum saat terjadinya pandemi.

Berdasarkan teori, orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan

memiliki pengetahuan yang baik dalam mengasuh anak sehingga akan

cendrung menggunakan teknik pengasuhan demokratis (Hibana, 2002).

Usia juga berpengaruh terhadap pola asuh yang diterapkan orang

tuan terhadap anak tempertantrum. Semakin tinggi tingkat usia orang tua

akan mempengaruhi pola pikir, pandangan, dan tingkat emosional dalam

menerapkan pola asuh pada anak yang cendrung lebih disiplin dan tegas.

Berdasarkan hasil penelitian usia orang tua responden dalam

kategori dewasa awal sebanyak 10 responden (50,0%).

Jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap perkembangan

emosiaonal anak. Anak laki-laki cenderung lebih hyperaktif dalam bermain

dan melakukan kegiatan sehari-hari pada umumnya perilaku tempertantrum

bisa terjadi pada anak yang hyperaktif (Hasan, 2009).

Pola asuh yang salah dapat berdampak pada sikap dan perilaku anak

ketika anak memulai memberikan perilaku tantrum seperti menangis,

berteriak bahkan membanting pintu karena suatu hal maka tidak sedikit kita
menjumpai orangtua memberikan hukuman kepada anak, memberikan

hukuman bukanlah suatu solusi yang baik untuk mengatasi sikap anak,

malah sebaliknya dapat memperburuk keadaan. Anak yang mendapatkan

hukuman secara fisik akan cenderung meningkatkan sikap agresif pada

anak. Oleh karena itu bimbingan secara tepat dengan penuh pada anak akan

dapat mengakibatkan emosi anak akan berkembang dengan sehat.

(Soekjiningsih, 2011).

Untuk menghilangkan perilaku tempertantrum pada anak selama

pandemi Covid 19, orang tua responden memberikan kegiatan bermakna

yang bisa membuat anak sibuk pada masa pandemi Covid 19 sebanyak

(80%) hal tersebut membuat anak untuk lebih bisa mengelola masalah pada

saat mereka membantu orang lain dan memiliki kesibukan (UNODC, 2020)

selain itu orang tua menunjukkan kasih sayang kepada anaknya meyakinkan

dan menenangkan sambil terus memperhatikan hubungan positif sebanyak 3

orang dengan memberikan perlakuan atau memegang tangan anak dan

katakan pada mereka bahwa anda mencintai mereka sebantak 3 orang.

Pengertian pola asuh orang tua adalah setiap orang tua pasti

menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap

mental dan ahlak terpuji. Orang tua sebagai pembentuk pribadi yang

pertama dalam kehidupan anak dan harus menjadi teladan yang baik bagi

anak-anaknya. Sebagaiman yang dinyatakan oleh Zakiyah Daradjat, bahwa

kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsur-unsur

pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk kedalam pribadi anak

yang sedang tumbuh (Zakiyah Daradjat, 1996:52).


Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nuryanti, (2013) yang mengatakan Tipe pola asuh yang paling banyak

dirasakan oleh siswa di SMA Islam Sudirman Ambarawa Kabupaten

Semarang adalah tipe pola asuh demokratis sebanyak 40 siswa (45,5%), tipe

pola asuh permisif sebanyak 38 siswa (43,2%) dan tipe pola asuh otoriter

sebanyak 10 siswa (11,4%).

5.8. Keterbatasan

1. Waktu Penelitian

Pada saat penelitian ini berlangsung jumlah responden orang tua

tidak semua ada dirumah masing masing saat itu, sehingga peneliti

butuh waktu satu minggu untuk mengumpulkan seluruh responden

penelitian.
BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.3. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan TK Fathul Mubin

Cakranegara Selatan Baru, dari 20 responden Tercatat bahwa keseluruahan

responden menerapkan jenis pola asuh yaitu pola asuh demokratis.

6.4. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran

yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Institusi Pendidikan

Perlunya tambahan literatur dalam ranah keperawatan anak serta

sebagai salah satu referensi untuk meningkatkan pengetahuan dan riset

keperawatan.

2. Bagi Raudlatul TK Fathul Mubin Cakranegara Selatan

Menjadikan hasil penelitian ini untuk dapat meningkatkan

perhatian pada anak didik dalam hal perilaku anak usia prasekolah serta

para guru lebih sering memberikan kegiatan kepada anak didik melalui

daring.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hendaknya perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh

tingkat pendidikan orang tua terhadap pola asuh kepada anak usia

prasekolah.

70
71

4. Bagi Orang Tua dan Masyarakat

Lebih memperhatikan lagi pola asuh orang tua dengan cara tidak

terlalu mengikuti semua keinginan anak dan tidak memanjakan anak

karena salah satu penyebab temper tantrum adalah sering memanjakan

anak dan menuruti semua permintaannya serta cara mengatasi perilaku

temper tantrum yang lainnya salah satunya dengan cara mengabaikan

tantrum apabila perilaku temper tantrum sewaktu-waktu muncul.


DAFTAR PUSTAKA

A.Tabi’in. (2020). Problematika Stay At Home Pada Anak Usia Dini Di Tengah
Pandemi Covid 19

Almunawar Kristiyanto. (2013). Strategi Penanganan Anak Temper Tantrum


Melalui Terapi Permainan Puzzle Di TK Desa Jatingarang Weru
Sukoharjo. Fakultas Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

Ari Fadli. (2020). Mengenal Covid-19 Dan Cegah Penyebarannya Dengan


“PEDULI LINDUNGI” Aplikasi Berbasis Android

Chairul Iksan Burhanuddin,et all. (2020). Ancaman Krisis Ekonomi Global Dari
Dampak Penyebaran Virus Corona (COVID 19)

Dira. (2009). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

Eka Budiyanti. (2020). Dampak Virus Corona Terhadap Sektor Perdagangan


Dan Pariwisata Indonesia

Euis Kurniati,et all. (2020). Analisis Peran Orang Tua dalam Mendampingi Anak
di Masa Pandemi Covid-19

Hidayah, Rifa. (2009). Psikologi Pengasuhan Anak. Malang: Malang Press

Hurlock, Elizabeth B. (2010). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta;Erlangga

Hurlock. E. 2001. Psikologi Perkembangan ed.5. Erlangga : Jakarta.

Intan Kusuma Wardhani, M.Psi,Psikolog. (2020). Menjaga Kesehatan Mental


Anak Selama Stay At Home

Maimunah Hasan (2009).PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Banguntapan


Jogjakarta; DIVA Press

Ngalim. 2008. Rancangan Penelitian. Bandung : D: /skripsiku/rancangan


penelitian/observasi-sebagai-alat-evaluasi.html

Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.

Noviana, 2008. http//tumbuhkembanganak.com// diakses pada 12 November


2015, pukul 20.00 WITA

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika
Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metododologi Penelitian Ilmu
Keprawatan Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian
Keprawatan. Jakarta. Salemba Medika

Riska Arum. (2020). Pembatasan Sosial Di Indonesia Akibat Virus Corona


Ditinjau Dari Sudut Pandang Politik

Rizkia Sekar Kirana. (2013). Hubungan Pola Asuh Dengan Temper Tantrum
Pada Anak Pra Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia

Saryono, Skp. M.Kes. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Buku


Kesehatan

Soetjiningsih. (2012).Tumbuh Kembang Anak. Jakarta; EGC

Stikes Yarsi Mataram. (2016). Buku Panduan Penyusunan Proposal Dan Skripsi

Sugiyono, 2012.Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

United Nations Office on Drugs and Crime. (2020). Informasi Mengenai


Pengasuhan Anak Selama COVID-19

Wina Winawaty. (2013). Upaya Guru Dalam Mengatasi Temper Tantrum.


Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia

Wong, Et al. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik Ed.6. Jakarta: EGC

Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 volume 1. Jakarta EGC

Yusuf. (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung; Remaja


Rosdakarya

Zainul Muttaqin (2008). Psikologi Anak dan Pendidikan


LEMBAR KUESIONER

Judul Penelitian : Gambaran Pola Asuh Orang Tua Selama Pandemi COVID 19
Pada Anak Tempertantrum Usia Pra Sekolah Di TK Fathul
Mubin Cakra Selatan Baru
Peneliti : Nurul Hidayanti (079 STYC 16)

Inisial Responden :
Usia Responden :
Pendidikan :
Pekerjaan :
jenis Kelamin :

A. Petunjuk Pengisian

1. Pilih salah satu jawaban yang Bapak/Ibu yakini paling benar dengan
memberikan tanda silang (X).: Keterangan : STS = Sangat Tidak
Setuju
TS = Tidak Setuju

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya.


3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas atau kurang mengerti.

B. Pola Asuh Ortoriter


No. Pernyataan STS TS S SS
1. Orang tua selalu memaksakan kehendak
dirinya, karena mereka lebih mengetahui mana
yang terbaik untuk anak tanpa
merundingkannya terlebih dahulu.
2. Orang tua berhak memarahi bahkan memukul
anaknya bila anaknya melakukan kesalahan.
3. Orang tua tidak memberikan kesempatan pada
anaknya untuk menjelaskan kesalahan yang
telah ia lakuian.
4 Orang tua tidak suka mendengar anak
membantah perkataan yang ia bicarakan
5 Semua keputusan berada di tangan orang tua.
6 Orang yang tidak suka membicarakan masalah
No. Pernyataan STS TS S SS
yang terjadi kepada anaknya, karena merasa
anak tidak mengerti apa-apa.
7 Anak harus selalu patuh terhadap peraturan
yang dibuat orang tua meskipun anak idak
menyukainya.
8 Memarahi anak hkan memukul anak adalah
hal yang wajar dilakukan orang tua.
9 Mengharuskan anak unyuk selalu belajar
setiap hari meski anak tidak menginginkannya.
A. Pola Asuh Demokrasi
10. Memberikan perhatian pada perasaan anak.
Mendengarkan mereka dan akui bahwa
sekarang adalah masa sulit
11. Menyishkan waktu untuk olahraga bersama
seluruh anggota keluarga.
12. Memberikan kegiatan bermakna yang bisa
membuat anak sibuk pada masa pandemi
Covid 19.
13. Menunjukkan kasih sayang kepada anak
untuk meyakinkan dan menenangkan sambil
terus memperhatikan hubungan positif.
14. Menjelaskan pada anak tentang perbuatan
baik dan perbuatan buruk, agar anak dapat
menentukan perbuatan mana yang akan ia
pilih.
15. Memberikan merekan pelukan atau pegang
tangan mereka, katakana pada mereka bahwa
anda mencintai mereka.
16. Mencari kesempatan untuk memuji anak pada
saat mereka sudah melakukan sesuatu yang
baik, seberapa kecilpun itu.
17. Bersikap sabar terhadap anak dan mencoba
untuk tidak mengkritik perubahan perilaku
mereka, .
18.
Memberikan informasi yang akurat kepada anak
mengenai apa yang sedang terjadi, pada masa
pandemi Covid 19 tetapi jangan membuat
mereka tenggelam dalam informasi.
19. Menanyakan mengenai perasaan anak pada saat
situasi pandemi Covid 19 sehingga membuat
mereka merasa nyaman.
B. Pola Asuh Permisif.
20. Sebagai orang tua kita perlu membatasi
pergaulan anak.
21. Bila anak melakukan kesalahan itu di anggap
wajar, karena anak-anak masih belum
mengerti apa-apa.
22. Memperbolehkan anak untuk bergaul dengan
siapapun.
23. Membiarkan anak bebas memilih apa yang
ian ingin lakukan dan kerjakan.
24. Sebagai orang tua kita tidak berhak mengatur
anak.
25. Anak mengerti apa yang ia lakukan sehingga
orang tua tidak perlu bertanya atau melarang
anak untuk melakukan hal yang ia inginkan.
26. Memberikan apa yang diinginkan anak,
merupakan salah satu cara menunujkkan kasih
sayang.
27. Dengan sendirinya anak memahami mena
yang baik dan yang buruk tanpa harus
dibritahu orang tua.
28. Selalu menuruti kemauan anak meski orang
tua tidak menyukai merupakan salah satu cara
orang tua menunjukkan kasih sayang.
Master Tabel

Jenis Pola Asuh Otoriter ∑ Pola Asuh Demokratis ∑ Pola Asuh Permisif ∑ Total % Kategori
No Nama Usia Code Pendidikan Code Pekerjaan
Kelamin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 N 22 1 S1 4 IRT P 2 2 0 2 1 1 3 2 2 15 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 51 60.71 Demokratis
2 U 22 1 S1 4 IRT P 2 2 0 2 1 1 3 2 2 15 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 51 60.71 Demokratis
3 R 22 1 S1 4 IRT P 2 2 0 2 1 1 3 2 2 15 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 51 60.71 Demokratis
4 U 22 1 S1 4 IRT P 2 2 0 2 1 1 3 2 2 15 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 51 60.71 Demokratis
5 L 22 1 S1 4 IRT P 2 2 0 2 1 1 3 2 2 15 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 51 60.71 Demokratis
6 H 36 3 S1 4 IRT P 2 2 0 2 1 1 3 2 2 15 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 51 60.71 Demokratis
7 D 35 3 SD 1 IRT P 2 3 0 2 1 1 3 2 2 16 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 52 61.90 Demokratis
8 C 25 1 SMA 3 IRT P 2 3 0 2 1 1 3 2 2 16 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 52 61.90 Demokratis
9 U 25 1 SMA 3 IRT P 2 2 0 2 1 1 3 2 2 15 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 51 60.71 Demokratis
10 S 30 2 SMA 3 IRT P 2 3 0 2 1 1 3 2 2 16 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 52 61.90 Demokratis
11 L 24 1 SMP 2 IRT P 2 3 0 2 1 1 2 2 1 14 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 50 59.52 Demokratis
12 F 26 2 SMA 3 IRT P 2 2 1 2 2 2 2 2 1 16 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 21 2 2 1 1 1 1 2 1 1 12 49 58.33 Demokratis
13 L 22 1 SMP 2 IRT P 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 21 2 2 1 1 1 1 2 1 1 12 49 58.33 Demokratis
14 I 28 2 SMP 2 IRT P 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 21 2 2 1 1 1 1 2 1 1 12 49 58.33 Demokratis
15 A 33 3 SMP 2 IRT P 2 3 1 2 2 2 3 2 1 18 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 23 2 3 1 1 1 1 2 1 1 13 54 64.29 Demokratis
16 Y 27 2 S1 4 IRT P 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 21 2 2 1 1 1 1 2 1 1 12 49 58.33 Demokratis
17 S 26 2 SMA 3 IRT P 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 22 2 2 1 1 1 1 2 1 1 12 50 59.52 Demokratis
18 P 28 2 SMP 2 IRT P 2 2 2 2 1 2 2 2 2 17 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 22 2 2 1 1 1 1 2 1 1 12 51 60.71 Demokratis
19 J 30 2 SMA 3 IRT P 1 2 1 2 1 2 2 2 2 15 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 23 3 2 2 1 1 1 2 1 1 14 52 61.90 Demokratis
20 M 28 2 SMA 3 IRT P 2 3 1 3 1 3 2 1 2 18 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 23 2 2 2 1 0 0 2 0 0 9 50 59.52 Demokratis
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai