Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronik menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh

dunia termasuk di Indonesia yang berdampak pada masalah medik, ekonomi,

maupun sosial yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya. Gagal ginjal

kronik dapat menyebabkan fungsi ginjal penderita tidak dapat sembuh seperti

semula, bahkan dapat menyebabkan kematian. Penggunaan obat-obatan

dalam jangka waktu lama, penyakit diabetes melitus, hipertensi dan asam

urat merupakan beberapa dari sekian banyak penyebab terjadinya penyakit

gagal ginjal (Syamsiah, 2011).

Persatuan Nefrologi Indonesia (Pernefri, 2017) menyatakan angka

penyakit gagal ginjal kronis terus meningkat, dengan jumlah pasien aktif

yang menjalani hemodialisa sebanyak 77.892 orang dan jumlah pasien baru

sebanyak 30.831 orang. Sedangkan ditahun 2018 jumlah pasien aktif menjadi

132.142 orang dan jumlah pasien baru menjadi 66.433 orang (Pernefri,

2018).

Riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) menyatakan populasi umur ≥

15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal kronis sebesar 2,0%. Sedangkan

Riskesdas 2018 menunjukan prevalensi gagal ginjal kronis pada penduduk

umur > 15 tahun sebesar 3,8% dengan total pasien sebanyak 713.783 orang,

namun hanya 2.850 yang melakukan hemodialisis. Angka gagal ginjal kronis

tertinggi pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu sebesar 8,23% (Riskesdas,

2018).

1
2

Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi dengan tingkat

kejadian gagal ginjal kronis tertinggi ke-4 dengan angka kejadian sebesar

5,2% 13.036 kasus (Riskesdas, 2018). Data Rekam Medis Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Mataram didapatkan jumlah pasien gagal ginjal kronis

dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2017

jumlah pasien sebanyak 349 pasien, tahun 2018 sebanyak 401 pasien dan

tahun 2019 sebanyak 405 pasien. Rata-rata jumlah pasien yang menjalani

hemodialisa di RSUD Kota Mataram dalam 3 bulan terakhir dari bulan

Agustus-Oktober sebanyak 116 orang dengan rata-rata tindakan rawat jalan

dan rawat inap sebayak 720 tindakan (Rekam Medis RSUD Kota Mataram,

2019).

Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) menyebabkan terjadinya

penurunan fungsi ginjal secara progresif, sehingga ginjal tidak dapat

melakukan penyaringan (filtrasi) serta mengeluarkan zat-zat sisa

metabolisme (racun) dari darah menjadi urin. Akibatnya terjadi penumpukan

zat-zat berbahaya (racun) di dalam darah dan apabila tidak diatasi dapat

menyebabkan terjadinya uremia bahkan kematian. Sehingga, hemodialisa

sebagai salah satu terapi pengganti ginjal sangat dibutuhkan guna

mempertahankan fungsi ginjal (Wahyuni, 2019).

Hemodialisa atau cuci darah yaitu suatu terapi dengan menggunakan

mesin cuci darah (dialiser) yang berfungsi dalam ginjal buatan. (Alam &

Hadibroto, 2009). Tujuan utama hemodialisa yaitu mengurangi semua racun

nitrogen yang ada pada darah dan kelebihan cairan dari dalam tubuh dengan

cepat. Adapun prinsip kerjanya yaitu darah dari tubuh pasien yang masih

bercampur dengan racun nitrogen dialirkan ke alat dialisa untuk difilter,


3

kemudian darah yang sudah bersih dikembalikan ke tubuh pasien (Diyono &

Mulyanti, 2019).

Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi Hemodialisa (HD)

akan mengalami perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan fisik yang

sering terjadi pada pasien HD antara lain fatigue, kelemahan, tremor dan

nyeri pada telapak kaki, sedangkan perubahan psikologis yang sering di

ditemui yaitu disorientasi, perubahan tingkah laku dan kecemasan (Smeltzer

& Bare, 2008). Kecemasan merupkan suatu perasaan subyektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.

Perasaan tidak menentu tersebut biasanya tidak menyenangkan yang nantinya

akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis atau psikologis (Galih,

2019).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di ruang

Hemodialisa RSUD Kota Mataram pada tanggal 10 Desember 2019 terhadap

10 orang responden dengan metode wawancara di dapatkan hasil rata-rata

pasien telah menjalani hemodialisa lebih dari 2 tahun dengan jadwal terapi 2

kali dalam seminggu. Delapan dari sepuluh pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani terapi hemodialisa mengatakan cemas dengan kondisi yang

dialaminya. Kecemasan diidentifikasi dengan mengajukan beberapa

pertanyaan yang disusun oleh peneliti terkait gejala kecemasan, seperti

perasaan ansietas dan ketakutan. Dari hasil identifikasi didapatkan bahwa

pasien cemas dan takut tidak bisa bekerja dan beraktifitas seperti biasa, takut

jika pengobatan dan terapi yang di jalani gagal, takut penyakitnya bertambah

parah, tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap keluarga. Sebagian


4

responden mengalami susah tidur, mimpi buruk, dada berdebar, mual dan

nafsu makan berkurang. sedangkan 2 diantaranya mengatakan tidak

merasakan kecemasan.

Kecemasan yang dialami pasien homodialisa dapat disebabkan karena

berbagai stressor, diantaranya rasa ketergantungan terhadap terapi

hemodialisa yang harus dilakukan seumur hidup, komplikasi hemodialisa,

ketergantungan pada orang lain, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan,

finansial, ancaman kematian, perubahan konsep diri, perubahan peran dan

perubahan interaksi sosial. Kecemasan yang tidak teratasi dapat

menimbulkan dampak yang akan mempengaruhi kualitas hidup pasien,

seperti perubahan emosional, penilaian yang cendrung negative, depresi

kronis, serta gangguan psikosa, dan masalah fisik yang dapat memperburuk

kondisi pasien (Iin, 2015).

Berbagai tindakan keperawatan dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah kecemasan pasien yaitu berupa tindakan farmakologi (obat-obatan)

dan non farmakologi seperti relaksasi dan distraksi (Potter, 2006). Adapun

teknik distraksi yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan pada

pasien yang menjalani HD salah satunya dengan menggunakan tehnik terapi

islami, seperti murrotal, dzikir, dan shalawat. Shalawat Thibbil Qulub adalah

salah satu shalawat ghairu ma’tsurah yang di susun oleh ulama al-imam Abu

al-Barakat Ahmad bin Muhammad. Shalawat ini dikenal sebagai shalawat

shifa (penyembuh) karena di dalamnya mengandung doa dan permohonan

rahmat dari Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dimana maknanya

khusus untuk memohon kesembuhan, serta selalu dijaganya kesehatan.

Shalawat Thibbil Qulub juga dapat memberikan efek relaksasi yang dapat
5

mengaktifkan sistem syaraf parasimpatis sehingga dapat menurunkan

aktivitas emygdala, dan mengendurkan otot, serta mengurangi reaktivitas

fisiologis yang menimbulkan masalah bagi individu (Maemunah, 2011).

Penelitian (Rudi, 2018) tentang pengaruh terapi shalawat thibbil qulub

terhadap tingkat kecemasan atlit futsal saat menghadapi turnamen dimana

dengan mendengar shalawat selama 30 menit menunjukan adanya penurunan

tingkat kecemasan yang signifikan dengan nilai (p value ) = 0,000.

Penelitian lain yang dilakukan (Niafatun dkk, 2019) tentang pengaruh

mendengarkan dan membaca shalawat terhadap tingkat kecemasan pasien

post OF ORIF, menunjukan perbedaan yang bermakna antara tingkat

kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan nilai (p<0.005).

Sedangkan penelitian (Anida, 2016) tentang pengaruh distraksi audio

murrotal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani terapi hemodialisa menunjukan adanya penurunan tingkat

kecemasan pada pasien setelah diberikan terapi murrotal Al- Qur’an dengan

nilai p (0,000<0,05).

Terapi shalawat Thibbil Qulub dapat menurunkan kecemasan karena

dapat merangsang eksresi GABA (Gaba Amino Batric Acid) yang bertugas

sebagai pengontrol respon emosi dan menghambat asetilkolin, serotine, dan

neurotransmiter lain yang memproduksi kortisol, sehingga akan terjadi proses

homeostasis (keseimbangan) yang dapat memberikan respon emosional yang

positif dari dalam tubuh. Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan

kesehatan diharapkan dapat membantu pasien untuk dapat kembali optimal

baik dari segi fisik maupun psikologis, termasuk kecemasan yang dirasakan

oleh pasien, sehingga terapi non farmakologi seperti shalawat thibbil qulub
6

diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan yang dialami pasien.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian terkait

“Pengaruh Sholawat Thibbil Qulub Terhadap Kecemasan Pasien Gagal

Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa dalam bentuk studi literature

review.

1.2 Rumusan Masalah

Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang menyebabkan

menurunnya fungsi ginjal dan menyebabkan penderita harus menjalani terapi

hemodialisa seumur hidup untuk menggantikan fungsi ginjal. Hemodialisa

dapat mencegah terjadinya kematian tetapi tidak dapat memberikan

kesembuhan, sedangkan efek dari hemodialisa dapat mempengaruhi fisik

dan psikologis pasien. Permasalahan psikologis yang dialami pasien salah

satunya adalah kecemasan. Salah satu terapi untuk menurunkan tingkat

kecemasan adalah dengan terapi shalawat yang dapat memberikan efek

relaksasi, sehingga meningkatkatkan kerja syaraf parasimpatis yang dapat

mengendurkan otot dan mengurangi reaktivitas fisiologis yang buruk.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh sholawat thibbil qulub terhadap kecemasan pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

1.4 Manfaat Penelitian


7

a. Dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat

melengkapi konsep dan teori terbaru dalam menurunkan kecemasan serta

dapat dijadikan sebagai informasi lebih lanjut dibidang keperawatan

medikal bedah.

b. Sebagai referensi dalam memberikan intervensi keperawatan

nonfarmakologi dalam menurunkan kecemasan khususnya pada pasien

gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul, Penulis dan Persamaan dan


No Metodelogi Hasil
tahun perbedaan

1 Pengaruh PemberianMetode penelitianMenunjukkan bahwaPersamaan:


Terapi Murottal Al-menggunakan preterdapat pengaruh
Quran Terhadapexperimental prepemberian terapia. Variable Independen
Tingkat Kecemasanand post test designmorottal Al-Quran(terikat) kecemasan.
Pada Pasiendengan jumlahterhadap tingkat
Hemodialisa di RSsampel 30kecemasan pasienb. Metode penelitian pre
PKU Muhammadiayahresponden yangHemodialisa di RS PKUexsperimental pre and
Surakarta diambil Muhammadiyah post test design.
berdasarkan teknikSurakarta
Dian Nashif Zahrofipurposive sampling Perbedaan:
(2013) a. variable dependen
(bebas) pada penelitian
sebelumnya adalah
Murrotal al-quran
sedangkan pada penelitian
sekarang adalah sholawat
thibbil qulub

b. Perbedaan waktu,
tempat, jumlah sampel.

2 Pengaruh RelaksasiMetode penelitianHasil penelitianPersamaan:


Dzikir terhadapmenggunakan premenunjukan terdapat
Tingkat Kecemasanexperimental oneperbedaan yanga. Variabel independen
Pasien Gagal Ginjalgroup pre and postbermakna antara tingkat(terikat) kecemasan.
Kronis yang Menjalanitest design dengankecemasan sebelum dan
Hemodialisa di RSUDjumlah sampel 17sesudah intervensib. Metode
dr. Slamet Garut. responden yang(p<0.005). Relaksasi
diambil dzikir berdampak positifPre Exsperimental One
8

Iin Patimah, Suryani,berdasarkan teknikdalam menurunkanGroup Pre And Post


dan Aan Nuraenipurposive sampling tingkat kecemasanTest
(2015) pasien GGK yang
menjalani hemodialisis.Perbedaan :
Penggunaan relaksasi
dzikir dapata. Variabel dependen
dipertimbangkan sebagai(bebas) pada penelitian
salah satu intervensisebelumnya adalah
keperawatan untuk relaksasi dzikir
mengatasi kecemasan sedangkan pada
pada pasien GGK yang penelitian sekarang
menjalani hemodialisisadalah shalawat thibbil
di RSUD dr. Slametqulub
Garut. b. Perbedaan waktu,
tempat, dan jumlah
sample.

3. Pengaruh membacaMetode penelitianTerdapat pengaruhPersamaan :


shalawat wahidayahmenggunakan premembaca shalawatMetode pre
terhadap terhadapeksperimental onewahidayah terhadapexsperimental one group
tingkat kecemasan padagroup pre and posttingkat kecemasanpre and post test.
pengguna narkoba test design denganpengguna narkoba di
jumlah sample 20tunjukan dengan nilaiPerbedaan :
Atik Mardiani Kholilahresponden yang di(p=0,000) < 0,05 dengana. Variabel independen
(2017) ambil berdasarkantingkat kemaknaan 0,05 (bebas) pada penelitian
teknik probality sebelumnya adalah
sampling dengan shalawat wahidayah
cara simple random sedangkan penelitian
sampling sekarang adalah
sholawat thibbil qulub.

b. variabel dependen
(terikat) pada penelitian
sebelumnya adalah
kecemasan pada
pengguna narkoba
sedangkan pada
penelitian sekarang
adalah kecemasan pada
pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani
hemodialisa

c. Perbedaan waktu,
tempat dan jumlah
sample.

Anda mungkin juga menyukai