Anda di halaman 1dari 15

PETA SEBARAN PINJAL DAN PENYAKIT AKIBATNYA SERTA

PROGRAM PENGENDALIANNYA DI INDONESIA DAN DI


DUNIA

DISUSUN OLEH:
Novitasari Andi 1705015174
Reni Wulandari 1805019003
Siska Waskita 1805019007
Sofri Kurnia Asfari 1705015215

PROGRAM STUDI ILMU-ILMU KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR.
HAMKA 2018
PETA SEBARAN VEKTOR PINJAL DI
INDONESIA

Kalimantan Timur 90%


( Berty & Nova,
2019)
Padang 13,3%
(Puri et al.,
2014)

Pasuruan 15 % (Riyanto, 2018)


Jawa Barat, Sulawesi Utara
Jakarta 21,48% (Grady, 2014) dan Kalimantan (Barbara,
2010)
Jakarta 25,6 % (Leulmi, 2014)

Denpasar 1,8% C. Felis , 1,4%


Bandung 16,7% (Sutrisna,2015) C. Canis (Sunita, 2017)

Bogor 100% (susanti,2001)

Banjarnegara 19,9%(supriati, 2013)


Kupang 61%, maumere 44%,
semarang 19%
(Arum et. al.
2016)
Malang 37,8% (Jiang, 2006)

Ctenochephalides canis (pinjal anjing) Ctenocephalides felis (pinjal kucing) Xenopsylla cheopis
PETA SEBARAN VEKTOR PINJAL DI
DUNIA Yunani 43,8% (Lefkaditis et al. 2016)

Irlandia 0,005%(Wall et al., 1997)


Jepang 56,2%
Mesir 88,6% (Amin, (Saito et al.,
Amerika Utara 1966 dalam Rust & 1998)
100%(Christine, 2016) Dryden,
Indiana 97%(Dryden,1988
Amerika Serikat 99% dalam Rust & Dryden, Korea Selatan 45,6%
(Belthoff et al., 1997) (Chee et al., 2008)
2015) Florida Utara 99,8%
(Herman et al.,
1987) Jakarta 25,6 % (Leulmi, 2014)

Afrika 47,3%(Lewis, 1972)


Hawaii 79,5% Denpasar 1,8% C. Felis ,
Iran 4,92%
(Eremeeva et al. 1,4% C. Canis (Sunita, 2017)
Congo 66,5% (Yakhchali, 2015)
2008)
(Bellocq et al,2014)
Meksiko 53% (germinal, et al, Antara Irak dan Iran
2013) Perancis 67,3%(Wall et al., 44,3% (Bahrami et al.,
Wiskonsin Utara 66,9% 2012)
(Amin, 1976 dalam Rust & Kuala Lumpur 55%
Dryden, (zain & sahimin,
Argentina 82,7% 2010)
(Lareschi, 2018) Australia 98,8% (salpeta,2011)

Ctenochephalides felis Ctenocephalides canis Xenopsylla cheopis Pulex irritans


PETA SEBARAN KECACINGAN KARENA VEKTOR PINJAL DI
Sumatra Utara INDONESIA
55,2% (Ginting SA, 2008)

Padang 38,5% (Rizka. Dkk. 2016) Kalteng 5,56% nurhalina dkk,

 Rumbai 16,3% (Sri Kartini, 2016) Kalsel 17% (Dina dkk, 2010)
 Siak 9,5% (Dinkes Prov. Riau, 2011)
 Dumai 16,5% (Dinkes Prov. Riau, 2011) Kaltim 1,57% (lukman dkk. 2010)

Palembang 6,8 % (Handayani, 2015) Palu 83,34% (Chaddijah dkk. 2014)

Sulawesi Utara 0,4 % (1981)

Jayapura 28,6% (martila,dkk, 2015)

Irian Jaya 42,7% (Handali,1997)

 Jakpus11,5% (Rawina, dkk 2012) Kendari 15,6% (Jafriati, 2017)


 Jaktim 2,5% (Mardiana, 2008)
 Jakut 7,8% (Mardiana, 2008)
Makassar 60,3% (Andi, 2016)
 Bandung 15,5% (Mettison, dkk. 2008)
 Banjar 10,8% (Darmiah, 2015)

 Semarang 21,4 % (puspitasari, 2005), 2,9% (Annida, 2018)


Bima 59,3% (Sukfitrianty, 2016)
 Grobokan, jateng 13,7% (Ryan. Dkk. 2019)
 Karang Asem 51,27% (Faridan, 2013)
Surabaya 36% ( Hana, 2017)
PETA SEBARAN PENYAKIT PES DI INDONESIA

Pelabuhan Tanjung Perak, pelabuhan tanjung mas, Pelabuhan Tegal dan Pelabuhan Cirebon Tahun
1910- 1960 Menewaskan 245.375 kasus (Depkes RI, 1998)

 Boyolali Tahun 1968-1970 Menewaskan 42 orang/101 kasus (Depkes RI, 1998)


 Boyolali Tahun 1968 menewaskan 42 orang/101 kasus (Dinkes Prov. Jateng, 1978)
 Boyolali Tahun 1970 menewaskan 3 orang/11 kasus (Dinkes Prov. Jateng, 1978)
 Jawa tengah Tahun 1997 KLB penyakit Pes dengan menewaskan 184 orang (Dinkes Prov. Jateng,

 Pasuruan Tahun 1968 Menewaskan 8 orang (Depkes RI, 1998)


 Pasuruan Tahun 1987 Menewaskan 20 orang dari 24 penderita suspek Pes (Dinkes Prov. Jatim,
1998
 Pasuruan Tahun 2011 Ditemukan 2 kasus suspek Pes (Dinkes Prov. Jatim, 2012)
PETA SEBARAN PENYAKIT PES DI
DUNIA
Dari tahun 1348 sampai akhir abad ke-17, wabah ini membunuh 75-200  Boyolali Tahun 1968-1970 Menewaskan 42 orang/101 kasus (Depkes RI, 1998)
juta  Boyolali Tahun 1968 menewaskan 42 orang/101 kasus (Dinkes Prov. Jateng, 1978)
 Boyolali Tahun 1970 menewaskan 3 orang/11 kasus (Dinkes Prov. Jateng, 1978)
 Jawa tengah Tahun 1997 KLB penyakit Pes dengan menewaskan 184 orang
(Dinkes Prov. Jateng, 2012)

Tahun 1999, 14 negara melaporkan 212 kematian dari 2.603

 Tahun 1665 telapor sebanyak 7.000 kasus kematian dalam waktu seminggu (the
great fire)
PROGRAM PENGENDALIAN PINJAL DI INDONESIA
1. Kegiatan survailens merupakan salah satu program pemberantasan penyakit pes yang dapat dilakukan yaitu
surveilans terhadap tikus dan pinjal. Kegiatan surveilans terhadap tikus dan pinjal meliputi :
a. Daerah fokus, merupakan daerah yang diamati sepanjang tahun yaitu satu bulan sekali selama lima hari berturut-
turut.
b. Daerah terancam, merupakan daerah yang diamati secara periodik, yaitu empat kali dalam satu tahun dengan
kurun waktu tiga bulan sekali selama lima hari berturut-turut.
c. Daerah bekas fokus, merupakan daerah yang diamati selama satu tahun sekali atau dua tahun sekali selama lima
hari berturut-turut (Sub Direktorat Zoonosis, 2008:8).
Kegiatan surveilans pada daerah epizootic pes bertujuan untuk mengendalikan penyakit pes, yaitu untuk
mempertahankan kasusnya agar selalu nol, mencegah penularan dari daerah fokus ke daerah sekitar, memantau
agar tidak terjadi relaps, dan mencegah masuknya pes dari luar negeri (Sub Direktorat Zoonosis, 2008:9). Di
Indonesia sendiri terdapat empat propinsi yang menjadi daerah pengawasan pes, yaitu di Ciwidey Kabupaten
Bandung (Jawa Barat), Cangkringan Kabupaten Sleman (Yogyakarta), di Kecamatan Tutur, Tosari, Puspo, dan
Pasrepan Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur), dan di Kabupaten Boyolali di Kecamatan Selo dan Cepogo (Jawa
Tengah). (Kemenkes RI, 2017)
2. Pengendalian zoonosis terpadu (Lintas Sektoral) (Kemenkes RI, 2017)
a. Menurunkan faktor resiko,
b. Survailens terpadu dan sharing informasi (termasuk Pes),
c. Koordinasi respon, dan
d. Kolaborasi penelitian.
3. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) merupakan pendekatan yang menggunakan kombinasi bebrapa metode
pengendalian vektor yangg dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta
dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya (Permenkes 374/2010 tentang pengendalian vektor).
Konsep IVM-PVT berupa: Evidense Base, Partisipasi Masyarakat, Penggunaan Pestisida Rasional, Dukungan
peraturan, dan Ekonomis dan berkelanjutan. (Kemenkes RI, 2017)
4. Dalpin (pengendali pinjal) dalah tabung berinsektisida berumpan sebagai alat pengendali pinjal tikus sebagai vektor
penyakit pes. Prinsip kerjanya yaitu dengan menarik perhatian tikus untuk masuk kedalam tabung dalpin dan terjadi
kontak antara insektisida dan seluruh bagian tubuh tikus. Jenis Dalpin: Pdalpin (paralon pengendali pinjal) dan
Budalpin (Bambu pengendali pinjal) sebgai upaya pmeutusan mata rantai. (BBTKLPP Surabaya, 2017)
5. Penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminthiasis/STH), masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di negara-negara beriklim tropis dan sub tropis, termasuk negara Indonesia. Pravelensi
kecacingan saat ini berkisar 20-86% dengan rata-rata 30%. Infeksi cacing perut ini dapat mempengaruhi status gizi
(malnutrisi, stunting, anemia), proses tumbuh kembang dan merusak kemampuan kognitif pada anak yang terinfeksi.
Upaya pengendalian kecacingan: (Kemenkes RI, 2017)
a. Pemberian obat cacing massal pada anak sekolah dan prasekolah ,
b. Program gizi melalui pemberian vitamin A pada anak usia dini (balita), dan
c. Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk anak usia pra sekolah dan usia sekolah dasar.
6. Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa sejak Januari 2014, maka setiap desa dari 77.548
desa mendapat alokasi dana yang cukup besar setiap tahun. Misalnya dengan simulasi Anggaran Pengeluaran dan
Belanja
Negara (APBN), setiap desa mendapat aliran dana Rp. 1 Milyar yang dapat dipergunakan dalam proses
pemberdayaan masyarakat desa misalnya Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Pengembangannya. Selain itu
diperkuat juga dengan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) di tingkat rumah tangga di desa, karena
cukup tersedianya sarana-sarana yang menjadi faktor pemungkin (enabling faktors). (Kemenkes RI, 2017)

PROGRAM PENGENDALIAN PINJAL DI DUNIA


Pengendalian Pinjal dalam pemberantasan Pes menggunakan metode Dusting yaitu penaburan bubuk
insektisida (dengan ketebalan 1 cm dan lebar 15 cm, setiap rumah 2-4 kg insektisida yang dibersihkan 5-7 hari
setelahnya) pada tempat yang diduga sebagai jalan tikus (runway) atau serangan inang reservoir. Dengan indikator
keberhasilan yaitu penurunan indeks umum dan indeks khusus pinjal (efektif menurunkan indeks umum pinjal 15-19
minggu sebesar 54-87% yang terjadi ±10 hari setelah aplikasi) metode ini dinilai sangat cepat dalam proses penurunan
populasi pinjal namun memberi dampak srifting dan pencemaran lingkungan akibat insektisida. (WHO, 1999)
DAFTAR PUSTAKA
Adong I. 1989. Pemberantasan Serangga Dan Binatang Pengganggu. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Andi Tri Rezki Amaliah Dan Azriful Azriful. 2016. Distribusi Spesies Kasus Kecacingan (Ascaris Lumbricoides) Terhadap
Personal Higiene Anak Balita Di Pulau Kodingareng Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar Tahun 2016. Higiene
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.2 No.2.
Annida Dini Kamila, Ani Margawati, Nuryanto. 2018. Hubungan Kecacingan Dengan Status Gizi Dan Prestasi Belajar
Pada Anak Sekolah Dasar Kelas Iv Dan V Di Kelurahan Bandarharjo, Semarang. Jurnal Of Nutrition College Vo.7
No.2 (77- 83)
Arum Sih Joharina, Arief Mulyono, Tika Fiona Sari, Esti Rahardianingtyas, Dimas Bagus Wicaksono Putro, Noor Endah Pracoyo
Dan Ristiyanto. 2016. Rickettsia Pada Pinjal Tikus (Xenopsylla Cheopis) Di Daerah Pelabuhan Semarang, Kupang Dan
Maumere. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 4 : 237 – 244

Balai Besar Taknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP). 2017. Pengendalian Vektor Pes
Pinjal (DALPIN). Surabaya.
Barbara Ka, Farzeli A, Ibrahim In, Et Al. Rickettsial Infections Of Fleas Collected From Small Mammals On Four Islands
In Indonesia. J Med Entomol. 2010;47(6):1173-1178. Doi:10.1603/Me10064.
Bellocq D, Houtte N Van, Breno M, Et Al. High Prevalence Of Rickettsia Typhi And Bartonella Species In Rats And Fleas ,
Kisangani , Democratic Republic Of The Congo. 2014;90(3):463-468. Doi:10.4269/Ajtmh.13-0216
Belthoff J. R. Bernhardt S. A. Ball C. L. Gregg M. Johnson D. H.

Berty Veibrita Sinaga, Nova Hariani.2019. Prevalensi Dan Intensitas Ektoparasit Pada Anjing Peliharaan (Canis
Familiaris) Di Kalimantan Timur, Indonesia. Lampung: Jurnal Bioterdidik Vol. 7 No.5.

Chadijjah, S, Dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan, Prilaku Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Angka Kecacingan Pada Nak
Sekolah Dasar Di Kota Palu. Media Litbangkes Vol.24 No.1 (50-56)
Christine B. Graham, Rebecca J. Eisen, James R. Belthoff. 2016. Detecting Burrowing Owl Bloodmeals In Pulex Irritans
(Siphonaptera: Pulicidae). Journal Of Medical Entomology, Volume 53, Issue 2, Pages 446–450

Darmiah, Dkk. 2015. Infeksi Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Di Desa Program Dan Non Program Pamsimas
Karang Intan Kabupaten Banjar. Jurnal Of Health Epidemiology And Communicable Diseases (Jheds) Vol.1 No. 1
(20- 26)
Depkes Ri. 1998. Pedoman Penanggulangan Pes Di Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan. Direktorat Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Pemukiman.

Dina Bisara Dan Mardiana, 2010. Kasus Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Mentewe, Kabupaten
Tanah Bambu Kalimantan Selatan Tahun 2010. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 13 No. 3 (255-264).

Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jateng 2011. Semarang: Dk Jawa Tengah.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. 2014. Profil Kesehatan 2014 Kalimantan Tengah: Palangka

Raya. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2011. Profil Kesehatan 2011 Kalimantan Tengah: Palangka Raya.
Dryden, M. W. & M. K. Rust. 1994. The Cat Flea: Biologi, Ecology And Control. Vet: Parasitology 52: 1-19.

Dryden, M. W. & M. K. Rust. 1997. The Cat Flea: Biologi, Ecology And Control. Vet: Parasitology 52: 1-19.

Eremeeva, M. E., Warashina, W. R., Sturgeon, M. M., Buchholz, A. E., Olmsted, G. K., Park, S. Y., … Karpathy, S. E. (2008).
Rickettsia Typhi And Rattus Felis In Rat Fleas (Xenopsylla Cheopis), Oahu, Hawaii. Emerging Infectious Diseases
Vol. 14, No. 10, October, 1613– 1615. Https://Doi.Org/10.3201/Eid1410.080571
Faridan K, Marlinae L, Audhah N Al. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Siswa Sekola
Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjar Baru. J. Buski Vol.4 No. 3 (12-17)

Germinal Jc, Roberto Ig, Andrea M.O, Feliciano M, Juan M, Gabriela At. 2013. Prevalence Of Fleas And Gastrointestinal
Parasites In Free Roaming Cats In Central Mexico. Plos One 8:1-16.
Ginting Sa. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Desa
Tertinggal Kecamatan Pengukuran Kabupaten Samosir. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Grady Priasdhika. 2014. Studi Infestasi Ektoparasit Pada Anjing Di Pondok Pengayom Satwa Jakarta. Bogor: Institut
Pertanin Bogor

Hana Naili Rosyidah Dan Heru Prasetyo. 2018. Pravelensi Infeksi Cacing Usus Pada Anak Di Kampung Pasar Keputran
Utara, Surabaya Tahun 2017. Jurnal Of Vocational Health Studies Vo. 1 (117-120)

Handali S, Liying H, Lusikoy C, Senis J, Sihombing D. A. Survey Report Juli 1993: Cysticercosis In The Grand Dani Valley,
Jayawijaya. District, Irian Jaya Province, Indonesia. Southeast Asian J Trop Med Pub Hlth Vol. 23 (22-25)

Handayani D, Ramdja M, Nurdianthi If. 2015.Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminths (Sth) Dengan Presentasi
Belajar Pada Siswa Sdn 169 Di Kelurahan Gandus Kecamatan Gandus Kota Palembang. E-Jurnal Universitas
Sriwijaya. Vol. 365 No.2 (9-16).

Herman, D. W., R. E. Helliwel & E. S. Greiner. 1987. Fleas Spesies From Dog And Cats In North-Central Florida. Vet:
Parasitology 23: 135-140.
Jiang J, Soeatmadji Dw, Henry Km, Ratiwayanto S, Bangs Mj, Richards Al. 2006. Rickettsia Felis In Xenopsylla Cheopis,
Java, Indonesia. Emerg Infect Dis Vol.12 No. 8 1281-1283.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2017. Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Pengandalian
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik tahun 2015-2019. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit.

Ketterling R. Price E. Tinker J. K. 2015. Burrowing Owls, Pulex Irritans , And Plague. Vector Borne Zoonotic Dis.15: 556
– 564.
Lareschi Marcela, Jose Manuel Venzal, Santiago Nava & Atilio Jose Mangold. 2018. The Human Flea Pulex Irritans
(Siphonaptera: Pulicidae) In Northwestern Argentina, With An Investigation Of Bartonella And Rickettsia Spp. Revista
Mexicana De Biodiversidad 89(2)

Lefkaditis, M.A, Athanasiou, L.V, Ionicã, A.M, Koukeri, S.E, Panorias, A, Eleftheriadis, T.G, Boutsini, S. 2016. Ectoparasite
Infestations Of Urban Stray Dogs In Greece And Their Zoonotic Potential. Malaysia: Tropical Biomedicine Vol. 33,
No. 2, 226 -230)
Leulmi H, Socolovschi C, Laudisoit A, Et Al. Detection Of Rickettsia Felis, Rickettsia Typhi, Bartonella Species And
Yersinia Pestis In Fleas (Siphonaptera) From Africa. Plos Negl Trop Dis. 2014;8(10):4-11. Doi:10.1371/Journal.
Pntd.0003152.

Lukman Wari, Dkk. 2010. Laporan Epidemiologi Kecacingan Di Wilayah Lintas Batas Indonesia-Malaysia, Kabupaten
Nunukan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2010. Skripsi.

Mardiana, Djarismawati. Pravelensi Cacing Usus Pada Murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu
Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh Di Wilayah Dki Jakarta, Jurnal Ekologu Kesehatan Vol.7 N0. 7 (69-74)

Martila,. Sandi, S. Paembong,. Nopita. 2015. Hubungan Hygiene Perorangan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Murid
Sdn Abe Pantai Jayapura. Plasma Vol.1 No.2 (87-96).

Mettison M. Silitonga, Untung Sudharmono, Masta Hutasoit. 2008. Pravelensi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar
Negeri Di Desa Cihanjuang Rahayu Parompong Bandung Barat. Bandung : Universitas Advent Indonesia.

Ni Luh Gede Dian Ratna Dewi Dan Dewa Ayu Agus Sri Laksmi. 2017. Hubungan Prilaku Higienitas Diri Dan Sanitasi
Sekolah Dengan Infeksi Soil Transmitted Helminths Pada Siswa Kelas Iii-Vi Sekolah Dasar Negeri No. 5 Delod Peken
Tabanan Tahun 2014. E-Jurnal Medika Vol. 6 No. 5 (1-4)

Nurhalina Dan Desyana, 2017. Gambaran Infeksi Kecacingan Pada Siswa Sdn 1-4 Desa Muara Laung Kabupaten
Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017. Jurnal Surya Medika Vol. 3 No. 2 (41-53)
Oktavia Permata Sari, Tutik Ida Rosanti, Lieza Dwianasari Susiawan. 2019. Hubungan Prilaku Kebersihan Perseorangan
Dengan Kecacingan Pada Siswa Sd Susukan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Mandala Of Health A
Scientific Journal Vol.12 No.1 (120-129)

Puri Kiki Marttha, Et Al. 2014. Jenis-Jenis Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Anjing Peliharaan. Padang: Jurnal Biologi
Universitas Andalas Vol 3, No 3.

Puspitasari, Fitri. 2005. Hubungan Kecacingan Dengan Status Gizi Pada Pemulung Di Tempat Pembungan Akhir (Tpa)
Jatibarang Kecamatan Mijen Kota Semarang. Skripsi: Universitas Diponegoro.
Rawina Winita, Mulyati, Hendri Astuty. 2012. Upaya Pemberantasan Kecacingan Di Sekolah Dasar. Makara Kesehatan
Vol.
16 No. 2 (65-71)

Rizka Yunidha Anwar, Nuzulia Irawati, Machdawaty Masri. 2016. Hubungan Antara Higiene Perorangan Dengan Infeksi
Cacing Usus (Soil Transmitted Helminths)Pada Siswa Sdn 25 Dan 28 Kelurahan Purus, Kota Padang, Sumatra Barat
Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas Vol. 5 No.3 (600-607).

Ryan Halleyantoro, Anugrah Riansari, Dian Puspita Dewi. 2019. Insidensi Dan Analisis Faktor Risiko Infeksi Cacing
Tambang Pada Siswa Sekolah Dasar Di Grobogan, Jawa Tengah. Jurnal Kedokteran Raflesia Vo.5 No.1 (18-27).
Saito, T., H. Yamaguchi, K. Yoshida, T. Sumikawa, Murisige & Y. Tongu. 1998. Ectoparasites On Dog And Cat In
Fukuyama City Hiroshima Prefectur, Japan, J. Vet. Med., 51 (10): 807-810. Abstract In Veterinary Bulletin. March
1999 Vol. 69 No. 3.

Salpeta J, King J, Mcdonell D, Malik R, Homer D, Hannan P, Emery D. 2011. The Cat Flea (Ctenocephalides Felis) Is The
Dominant Flea On Domestic Dogs And Cats In Australian Veterinary Practices. Veterinary Parasitology 180:3-4.
Sri Kartini, 2016. Kejadian Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru. Jurnal
Kesehatan Komunitas, Vol.3 No.2 (53-58)
Sub Direktorat Zoonosis, 2008, Pedoman Penanggulangan Pes Di Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan Ri.

Sugeng Riyanto. 2018. Eksistensi Pinjal Dalam Rodent Di Wilayah Pengamatan Kejadian Pes Di Nongkojajar Kabupaten
Pasuruan. Balikpapan: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (234-241)
Sukfitrianty Syahrir, Aswadi. 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Siswa Sdn Inpres No.1
Wora Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Higiene Vol.2 No.1 (41-48)

Sunita Nyoman I. 2017. Prevalensi, Intensitas Dan Faktor Risiko Kejadian Ektoparasit Pada Anjing Di Kota Denpasar.
Bali: Upt Perpustakaan Universitas Udayana.

Supriati Dina, Ustiawan Adil. 2013. Spesies Tikus, Cecurut Dan Pinjal Yang Ditemukan Di Pasar Kota Banjarnegara,
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013. Balaba Vol. 9, No. 02 (39-46).

Susanti Dm. 2001. Infestasi Pinjal C. Felis (Siphonaptera:Pulicidae) Pada Kucing Di Bogor Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Sutrisna, C. 2015. Sebaran Infestasi Ektoparasit Pada Anjing Di Bandung. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Yakhchali Mohammad & Kia Bahramnejad. 2015. A Survey Of Pulex Irritans (Linnaeus 1758, Siphonaptera: Pulicidae)
Infestation In Sheep And Residential Areas In Kurdistan Province, Iran: Iranian Journal Of Veterinary Science And
Technology Vol. 7, No. 1, 40-47
Zain Sn, Sahimin N. 2010. Comparative Study Of The Macroparasite Communities Of Stray Cats From Four Urban Cities
In Peninsular Malaysia. Veterinary Parasitology.

Anda mungkin juga menyukai