Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGETDENGAN KEJADIAN

INSOMNIA PADA SISWA SISWI KELAS X SMA NEGERI 9


KOTA TANGERANG SELATAN
Lela Kania, Sigit Probowani
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma Persada
Tangerang Selatan, 15417
E-mail : lila.kania@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu penyebab terjadinya insomnia pada remaja yang paling sering disebabkan oleh faktor kebiasaan
seperti gaya hidup remaja yang haus akan teknologi terutama dalam penggunaan gadget. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan gadget dengan kejadian insomnia pada remaja kelas X di
SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan studi korelasi dengan pendekatan waktu
cross sectional. Responden penelitian adalah 103 responden seluruh siswa siswi kelas X SMA Negeri 9
Tangerang Selatan menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Intensitas penggunaan
gadget diukur dengan kuesioner nilai reliabilitas 0,862 dan insomnia diukur dengan kuesioner nilai reliabilitas
0,769. Analisa data menggunakan Chi Square . Hasil analisa data dengan Chi Square dengan nilai p sebesar
0,000 (p<0,05), menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara intensitas penggunaan gadget dengan
insomnia pada remaja di SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan.

Kata kunci : Gadget, Insomnia, Siswa kelas X

ABSTRACT

One of the causes of insomnia in adolescents is most often caused by habit factors such as adolescent lifestyles
who are hungry for technology especially use of gadgets. This study aims to determine the relationship of use
of gadgets with the incidence of insomnia in adolescents class X in SMA Negeri 9 Tangerang Selatan. This
study used correlation study with cross sectional time approach. Research respondents are 103 respondents of
all students of grade X SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan using proportional stratified random sampling
technique. The intensity of gadget usage was measured by the reliability value questionnaire of 0.862 and
insomnia was measured by the reliability value questionnaire of 0.769. Data analysis using Chi Square .
Result of data analysis with Chi Square with p value of 0.000 (p <0,05), showed that there was no correlation
between intensity of use of gadgets with insomnia in adolescent in SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan.

Keywords: Gadget, Insomnia, Student Grade X

77
PENDAHULUAN

Gadget juga menjadi salah satu anak-anak dan remaja di Indonesia


kebutuhan utama untuk menunjang merupakan pengguna internet. Hasil studi
aktifitas sehari-hari. Citra merek dan menemukan bahwa 80 persen responden
kualitas pada produk-produk gadget juga merupakan pengguna internet (Kominfo,
menjadi pertimbangan bagi masyarakat 2014).
untuk membelinya. Penggunaan gadget Menurut Direktur Jendral Aplikasi
berjam-jam dapat melupakan aktifitas Informatika Kementrian Komunikasi dan
lainnya (Fadilah, 2011). Informatika (Kominfo), pada tahun 2015
Terkait pengguna gadget, Indonesia pengguna ponsel di tanah air diperkirakan
termasuk 5 besar Negara komsumen ada 270 juta gadget digunakan oleh
gadget aktif setelah China, India dan penduduk Indonesia yang sudah melebihi
Amerika Serikat, Brazil dan Indonesia. penduduk Indonesia yang hanya sekitar
Hampir setiap orang sekarang memegang 250 juta jiwa. Sedangkan penggunaan
gadget setiap waktunya dan memiliki gadget di Indonesia di dominasi oleh
gadget lebih dari satu, gadget remaja berusia 15-19 tahun sebesar 80%
yang.dimiliki hamper seluruhnya (Siaran Pers Kominfo, 2014). Studi yang
tersambung internet dan aktif tiap waktu dilakukan oleh UNICEF dan bekerja sama
(Internet world stats, 2018). dengan Indonesia melalui Kominfo
Menurut Direktur Jendral Aplikasi menyebutkan bahwa setidaknya 30 juta
Informatika Kementrian Komunikasi dan anak-anak dan remaja di Indonesia
Informatika (Kominfo), pada tahun 2015 merupakan pengguna internet. Hasil studi
pengguna ponsel di tanah air diperkirakan menemukan bahwa 80 persen responden
ada 270 juta gadget digunakan oleh merupakan pengguna internet (Kominfo,
penduduk Indonesia yang sudah melebihi 2014).
penduduk Indonesia yang hanya sekitar Orang tidak selamanya dapat
250 juta jiwa. Sedangkan penggunaan menikmati tidur dengan baik. Rata-rata
gadget di Indonesia di dominasi oleh waktu tidur yang dibutuhkan manusia
remaja berusia 15-19 tahun sebesar 80% perhari pada usia remaja 12-18 tahun
(Siaran Pers Kominfo, 2014). Studi yang jumlah kebutuhan tidur 8,5 jam perhari.
dilakukan oleh UNICEF dan bekerja sama Untuk menjelajah internet sekedar
dengan Indonesia melalui Kominfo mengakses jejaring sosial seringkali
menyebutkan bahwa setidaknya 30 juta remaja begadang sehingga menyebabkan

78
remaja mengalami kurang tidur, walaupun digolongkan dalam probability sampling
hanya sekedar mengakses atau dengan menggunakan teknik proportional
berinteraksi dengan pengguna lainnya stratified random sampling. Alat ukur
sebelum jam tidur dapat mengganggu yang digunakan adalah kuesioner. Analisa
pola tidur, memicu insomnia, sakit kepala yang digunakan adalah analisa univariat
dan kesulitan konsentrasi (Rafknowledge, dan bivariat dengan menggunakan uji
2004). Chi-Square.

METODE PENELITIAN HASIL

1. Hasil Analisis Univariat


Desain penelitian yang digunakan
Berdasarkan penelitian yang telah
dalam penelitian ini adalah Cross-
dilakukan di SMAN 9 Kota Tangerang
sectional dengan rancangan penelitian
Selatan didapatkan hasil penelitian
Chi-Square. Jumlah sampel sebanyak 103
sebagai berikut :
responden, cara pengambilan sampel
Tabel 1. Distribusi Penggunaan Gadget
Penggunaan Gadget Jumlah Persentase
(%)
Tidak Intens (< 4jam/hari) 16 15,5
Intens (> 4jam/hari) 87 84,5
Total 103 100,0

Berdasarkan tabel tersebut, yaitu sebesar 87 (84,5%), dari total


didapatkan persentase penggunaan sampel yaitu 103 siswa.
gadget dengan intensitas > 4jam/hari
Tabel 2. Distribusi Lama Penggunaan Jejaring Media Sosial
Lama Penggunaan Jejaring Jumlah Persentase
Media Sosial (%)
Singkat 28 27,1
Sedang 39 37,9
Lama 36 35,0
Total 76 100,0

Berdasarkan tabel tersebut, terendah lama penggunaan jejaring


didapatkan persentase tertinggi lama media sosial yaitu sebesar 28
penggunaan jejaring media sosial yaitu responden (27,1%) dengan kategori
sebesar 39 responden (37,9%) dengan singkat dari total sampel yaitu 103
kategori sedang, sedangkan persentase siswa.

79
Tabel 3. Distribusi Konsumsi Kafein
Konsumsi Kafein Jumlah Persentase
(%)
Baik 86 83,5
Kurang Baik 17 16,5
Total 103 100,0

Berdasarkan tabel tersebut, 1gelas/hari yaitu sebesar 17 siswa


distribusi konsumsi kafein lebih dari (16,5%), dari total sampel yaitu 103
1gelas/hari (240ml) didapatkan siswa.
persentase konsumsi kafein lebih dari

Tabel 4. Distribusi Perilaku Menonton TV


Perilaku Menonton TV Jumlah Persentase
(%)
Baik 55 53,4
Kurang Baik 48 46,6
Total 103 100,0

Berdasarkan tabel tersebut, didapatkan persentase sebesar 55 siswa


distribusi perilaku menonton tv kurang (53,4%) dari total sampel yaitu 103
baik (minimal ±5 menit) sebelum tidur siswa.

Tabel 5. Distribusi Kejadian Insomnia


Kejadian Insomnia Jumlah Persentase
(%)
Tidak 3 2,9
Ya 100 97,1
Total 103 100,0

Berdasarkan tabel tersebut, 2. Hasil Analisis Bivariat


distribusi siswa siswi yang mengalami Berdasarkan pengolahan data
insomnia didapatkan persentase dengan perhitungan statistik melalui
tertinggi sebesar 100 siswa (97,1%) komputer diperoleh hasil penelitian
dari total sampel yaitu 103 siswa. sebagai berikut:
Tabel 6. Hubungan Penggunaan Gadget dengan Kejadian Insomnia
Kejadian Insomnia
Lama Penggunaan Total
Tidak Ya P value
Gadget
N % N % N %
Tidak Intens 1 6,2 15 93,8 16 100
0,388
Intens 2 2,3 85 97,7 87 100

80
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa Hasil uji statistik didapatkan p-
responden dengan penggunaan gadget value 0,388 pada α = 0,05 dan nilai dapat
yang intens dan mengalami insomnia disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
sebesar 97,7%, sedangkan responden yang bermakna antara lama penggunaan
dengan penggunaan gadget yang tidak gadget dengan kejadian insomnia pada
intens dan mengalami insomnia siswa siswi di SMA Negeri 9 Kota
sebesar 93,8%. Tangerang Selatan Tahun 2018.

Tabel 7. Hubungan Lama Penggunaan Jejaring Media Sosial dengan Kejadian


Insomnia
Lama Penggunaan Kejadian Insomnia
Total
Jejaring Media Tidak Ya P value
Sosial N % N % N %
Singkat 1 3,6 27 96,4 28 100
Sedang 0 0 39 100,0 39 100 0,350
Lama 2 5,6 34 94,4 36 100

Berdasarkan tabel 7 didapatkan sebanyak 94,4%. Hasil uji Chi Square


bahwa responden dengan intensitas didapatkan hasil dengan nilai p sebesar
singkat terhadap penggunaan media 0,350 (p>0.05) menunjukan bahwa
sosial dan mengalami insomnia hipotesis yang menyatakan tidak ada
sebanyak 96,4%, responden dengan hubungan intensitas penggunaan
intensitas sedang terhadap penggunaan jejaring media sosial dengan kejadian
media sosial dan mengalami insomnia insomnia pada siswa siswi di SMA
sebanyak 100% dan responden dengan Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
intensitas lama terhadap penggunaan Tahun 2018.
media sosial dan mengalami insomnia
Tabel 8. Hubungan Konsumsi Kafein dengan Kejadian Insomnia
Kejadian Insomnia
Total
Konsumsi Kafein Tidak Ya P value
N % N % N %
Baik 3 3,5 83 96,5 86 100
0,434
Kurang Baik 0 0 17 100 17 100

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa kurang baik dan mengalami insomnia
responden yang mengkonsumsi kafein sebesar 100%, sedangkan responden

81
yang mengkonsumsi kafein dengan hubungan yang bermakna antara
baik dan mengalami insomnia sebesar konsumsi kafein dengan kejadian
96,5%. Hasil uji statistik didapatkan p- insomnia pada siswa siswi di SMA
value 0,434 pada α = 0,05 (p>0.05) Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada Tahun 2018.
Tabel 9. Hubungan Perilaku Menonton TV Sebelum Tidur dengan Kejadian
Insomnia
Kejadian Insomnia
Perilaku Menonton Total
Tidak Ya P value
TV Sebelum Tidur
N % N % N %
Baik 1 1,8 54 98,2 55 100
0,480
Kurang Baik 2 4,4 46 95,6 48 100

Dari tabel 9 tersebut, diketahui 0,480 pada α = 0,05 (p>0.05) dan


responden yang melakukan perilaku dapat disimpulkan bahwa tidak ada
menonton tv kurang baik dan hubungan yang bermakna antara
mengalami insomnia sebesar 95,6%, perilaku menonton tv dengan kejadian
dan responden yang melakukan insomnia pada siswa siswi di SMA
perilaku menonton tv yang baik dan Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
mengalami insomnia sebesar 98,2%. Tahun 2018.
Hasil uji statistik didapatkan p-value

PEMBAHASAN dapat disimpulkan bahwa tidak ada


hubungan yang bermakna antara lama
1. Hubungan Penggunaan Gadget
penggunaan gadget dengan kejadian
dengan Kejadian Insomnia
insomnia pada siswa siswi di SMA
Berdasarkan hasil penelitian yang
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
telah dilakukan di SMA Negeri 9 Kota
Tahun 2018. Penelitian ini sejalan
Tangerang Selatan, responden dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
penggunaan gadget yang intens dan
Sulistiyani (2012) pada mahasiswa
mengalami insomnia sebesar 97,7%,
semester 2 di FKM Universitas
sedangkan responden dengan
Diponegoro yang memiliki p-value
penggunaan gadget yang tidak intens
0,460 (α = 0,05) dimana tidak ada
dan mengalami insomnia sebesar
hubungan antara penggunaan gadget
93,8%. Hasil uji statistik didapatkan p-
dengan kejadian insomnia, maka
value 0,388 pada α = 0,05 dan nilai
dengan demikian dapat dikatakan
84
bahwa H0 diterima dan Ha ditolak atau Negeri 9 Kota Tangerang Selatan,
tidak ada hubungan yang signifikan responden dengan intensitas singkat
antara hubungan lama penggunaan terhadap penggunaan media sosial dan
gadget dengan kejadian insomnia. mengalami insomnia sebanyak 96,4%,
Peneliti menyebutkan bahwa responden dengan intensitas sedang
kemungkinan adanya faktor lain yang terhadap penggunaan media sosial dan
menyebabkan insomnia salah satunya mengalami insomnia sebanyak 100%
adalah lingkungan, salah satu dan responden dengan intensitas lama
diantaranya lingkungan fisik seperti terhadap penggunaan media sosial dan
pencahayaan dan kebisingan disekitar mengalami insomnia sebanyak 94,4%.
kamar tidur. Hal ini juga sesuai apa Hasil uji Chi Square didapatkan hasil
yang dikemukakan menurut Nugroho dengan nilai p sebesar 0,350 (p>0.05)
(2010) tentang lingkungan fisik tempat menunjukan bahwa hipotesis yang
seseorang tidur berpengaruh pada menyatakan tidak ada hubungan
kemampuan seseorang untuk tertidur. intensitas penggunaan jejaring media
Suara, tingkat pencahayaan, suhu sosial dengan kejadian insomnia pada
ruangan kamar dapat mempengaruhi siswa siswi di SMA Negeri 9 Kota
kualitas tidur. Perbedaan terjadi Tangerang Selatan Tahun 2018.
mungkin karena hanya ada beberapa Penelitian ini sejalan dengan
faktor lingkungan yang digunakan penelitian yang dilakukan oleh Ariani
dalam instrumen penelitian seperti pada pelajar SMAN 3 Siak Hulu, Riau
kebisingan, cahaya dan teman tidur. dengan kualitas tidur buruk sebanyak
Faktor lingkungan tidak hanya didapat 28 responden, 13 responden (31%)
dari tiga komponen yang disebutkan sebagai pengguna jejaring sosial yang
sebelumnya namun juga bisa didapat rendah dan 15 responden (34,9%)
dari suhu ruangan, ventilasi kamar, sebagai pengguna jejaring sosial yang
ukuran, kekerasan dan posisi tempat tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik
tidur. Chi-Square didapatkan p value = 0,700
> (0,05), sehingga dapat disimpulkan
2. Hubungan Lama Penggunaan bahwa tidak ada hubungan yang
Jejaring Media Sosial dengan signifikan antara intensitas penggunaan
Kejadian Insomnia jejaring sosial dengan kualitas tidur.
Berdasarkan hasil Akses jejaring sosial
penelitian yang dilakukan di SMA menurut Buente dan Robbin (2008)
iv
dibagi menjadi 4 dimensi berdasarkan yang berlangsung selama 1-4 minggu
kepentingannya. Dimensi pertama disebabkan karena rokok yang
adalah informasi (information utility), dikonsumsi dalam sehari dapat
yaitu untuk memperoleh informasi atau mencapai 5-14 batang rokok, dimana
berita secara online. Yang kedua kebanyakan remaja-remaja tersebut
adalah kesenangan (leisure/fun merokok pada malam hari saat sedang
activities) adalah online dengan alasan bersama dengan teman-teman
yang tidak istimewa, hanya untuk sebayanya sebelum mereka beristirahat
kesenangan atau untuk menghabiskan untuk tidur. Hal ini menyebabkan
waktu. Yang ketiga adalah komunikasi mereka mengalami gejala-gejala
(communication), yaitu untuk insomnia seperti kesulitan untuk
mengirim dan menerima pesan seperti memulai tidur, mempertahankan tidur
email. Dan yang ke empat adalah dengan jam tidur yang maksimal atau
transaksi (transactions), yaitu untuk sering terbangun pada malam hari.
membeli produk secara online Karena pada dasarnya nikotin pada
misalnya buku, pakaian dan lain otak akan hilang dalam waktu 30 menit
sebagainya. namun reseptor otak seorang perokok
Menurut peneliti, kemungkinan yang dapat menghabiskan 5-14 batang
faktor lain penyebab gangguan tidur rokok dalam sehari seolah akan
selain menggunakan jejaring media menagih nikotin itu lagi dan lagi
sosial, juga cenderung mempunyai hingga mampu mengganggu proses
keinginan untuk tidur siang yang lebih tidur itu sendiri.
besar dibandingkan untuk tidur malam.
Seorang remaja sering terbangun 3. Hubungan Konsumsi Kafein dengan
dimalam hari dan membutuhkan Kejadian Insomnia
banyak waktu untuk jatuh tertidur pola Berdasarkan hasil
tidur mengalami perubahan yang khas penelitian yang dilakukan di SMA
bagi kalangan remaja. Faktor ini juga Negeri 9 Kota Tangerang Selatan,
di dukung oleh penelitian yang responden yang mengkonsumsi kafein
dilakukan oleh Nugroho (2010) kurang baik dan mengalami insomnia
sebelumnya sebesar 100%, sedangkan responden
Meini (2016) berpendapat bahwa, yang mengkonsumsi kafein dengan
sebagian besar responden remaja baik dan mengalami insomnia sebesar
berada pada insomnia jangka pendek 96,5%. Hasil uji statistik didapatkan p-
v
value 0,434 pada α = 0,05 (p>0.05) obesitas adalah dapat menyebabkan
dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada gangguan pernafasan sleep apnea,
hubungan yang bermakna antara diabetes melitus, panyakit
konsumsi kafein dengan kejadian kardiovaskuler, hipertensi. Sleep apnea
insomnia pada siswa siswi di SMA yang ditandai dengan mendengkur dan
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan kantuk berlebih merupakan gangguan
Tahun 2018. tidur yang paling berbahaya saat ini
Penelitian ini sejalan dengan sehingga dapat mempengaruhi kualitas
Monica Purdiani (2014) terhadap pola tidur anak usia remaja, gangguan tidur
tidur di Universitas Surabaya dimana yang terjadi pada anak dan remaja
memiliki p-value 41,7 dengan sering diabaikan oleh orang tua,
perbandingan nilai Chi-Square tabel padahal dampak dari gangguan tidur
(df 6 = 5,991) dimana tidak ada yang terjadi dapat mempengaruhi
hubungan konsumsi kafein dengan fungsi kognitif dan perilaku sehari
kejadian insomnia. hari, mengakibatkan terjadinya rasa
Menurut peneliti, faktor lain dari kantuk yang berlebihan dan penurunan
konsumsi kafein adalah dari tingkat perhatian di siang hari sehingga
kerentanan responden terhadap dapat mempengaruhi kualitas tidur
konsumsi kafein sendiri, setiap orang anak (Budianti, 2011).
mempunyai kerentanan terhadap efek Penelitiaan Rahman (2012) juga
kafein yang berbeda-beda, faktor ini mengemukakan bahwa hubungan
sesuai dengan penelitian sebelumnya obesitas dengan risiko obstructive
yang dikemukakan oleh Adelina sleep apnea (OSA) pada remaja di
Haryono (2009) dimana setiap orang SMAN 1 Purwokerto, terdapat
punya kerentanan terhadap kafein yang hubungan yang signifikan antara
berbeda-beda terhadap gangguan tidur. obesitas pada remaja dengan risiko
Selain faktor kerentanan Obstructive Sleep Apnea (OSA) di
responden, status gizi juga bisa SMAN 1 Purwokerto dengan hasil p-
mempengaruhi gangguan tidur pada value 0,000 < α=0,05. Hal ini
remaja, berdasarkan hasil penelitian 30 disebabkan hampir sebagian besar
responden obesitas didapati bahwa, 26 responden Remaja obesitas sewaktu
reponden (86,7%) memiliki kualitas tidur cenderung mengalami gangguan
tidur buruk. Hal ini disebabkan tidur mendengkur. Keadaan
dampak yang ditimbulkan akibat mendengkur saat tidur tentunya belum
vi
bias dikatakan sebagai akibat dari OSA Menurut peneliti, faktor lain yang
semata, masih mungkin ada faktor menyebabkan kualitas tidur seperti
kelelahan ataupun kondisi medis tekanan darah yang dimiliki responden
lainnya, meski demikian gangguan juga berpengaruh pada gangguan tidur,
tidur mendengkur pada remaja. faktor tersebut juga sejalan dengan
penelitian yang dikemukakan oleh
4. Hubungan Perilaku Menonton TV Luthfi (2017) yang dilakukan pada
Sebelum Tidur dengan Kejadian pelajar SMA Negeri 10 Padang
Insomnia didapatkan hasil bahwa terdapat
Berdasarkan hasil penelitian yang perbedaan kualitas tidur yang baik
dilakukan pada siswa siswi kelas X di maupun buruk dengan tekanan darah
SMA Negeri 9 Kota Tangerang sistolik maupun diastolic (p<0,05).
Selatan, responden yang melakukan Terdapat perbedaan rata-rata
perilaku menonton tv kurang baik dan tekanan darah sistolik antara kualitas
mengalami insomnia sebesar 95,6%, tidur baik dengan kualitas tidur buruk
dan responden yang melakukan sebesar 8,32 mmHg, dimana tekanan
perilaku menonton tv yang baik dan sistolik dengan kualitas tidur buruk
mengalami insomnia sebesar 98,2%. cenderung lebih tinggi.
Hasil uji statistik didapatkan p-value Terdapat perbedaan rata-rata
0,480 pada α = 0,05 (p>0.05) dan tekanan darah diastolik antara kualitas
dapat disimpulkan bahwa tidak ada tidur baik dengan kualitas tidur buruk
hubungan yang bermakna antara sebesar 6,06 mmHg dimana kualitas
perilaku menonton tv dengan kejadian tidur buruk cenderung lebih tinggi. Hal
insomnia pada siswa siswi di SMA ini sesuai dengan penelitian Javaheri et
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan al (2008), dimana remaja dengan
Tahun 2018. kualitas tidur yang buruk mengalami
Penelitian ini sejalan dengan peningkatan tekanan darah sistolik
penelitian yang dilakukan oleh Adelina sebesar 4 ± 1,2 mmHg dan diastolik
Haryono (2009) dimana memiliki p- sebes ar 1,7 ± 1,2 mmHg.
value 0,371 (α = 0,05) yang artinya
SIMPULAN
tidak ada hubungan yang bermakna
antara kegiatan menonton TV sebelum Berdasarkan hasil penelitian hubungan
tidur dengan kejadian insomnia. penggunaan gadget dengan kejadian
insomnia pada siswa kelas X SMA Negeri

vii
9 Kota Tangerang Selatan, maka dapat siswa siswi di SMA Negeri 9 Kota
diambil kesimpulan antara lain sebagai Tangerang Selatan Tahun 2018.
berikut: 3. Distribusi responden yang
mengkonsumsi kafein kurang baik
1. Distribusi responden dengan
dan mengalami insomnia sebesar
penggunaan gadget yang intens dan
100%, sedangkan responden yang
mengalami insomnia sebesar 97,7%,
mengkonsumsi kafein dengan baik
sedangkan responden dengan
dan mengalami insomnia sebesar
penggunaan gadget yang tidak intens
96,5%. Hasil uji statistik didapatkan
dan mengalami insomnia sebesar
p-value 0,434 pada α = 0,05 (p>0.05)
93,8%. Hasil uji statistik didapatkan
dan dapat disimpulkan bahwa tidak
p-value 0,388 pada α = 0,05 dan nilai
ada hubungan yang bermakna antara
dapat disimpulkan bahwa tidak ada
konsumsi kafein dengan kejadian
hubungan yang bermakna antara lama
insomnia pada siswa siswi di SMA
penggunaan gadget dengan kejadian
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
insomnia pada siswa siswi di SMA
Tahun 2018.
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
4. Distribusi responden yang melakukan
Tahun 2018.
perilaku menonton tv kurang baik dan
2. Distribusi responden dengan intensitas
mengalami insomnia sebesar 95,6%,
singkat terhadap penggunaan media
dan responden yang melakukan
sosial dan mengalami insomnia
perilaku menonton tv yang baik dan
sebanyak 96,4%, responden dengan
mengalami insomnia sebesar 98,2%.
intensitas sedang terhadap
Hasil uji statistik didapatkan p-value
penggunaan media sosial dan
0,480 pada α = 0,05 (p>0.05) dan
mengalami insomnia sebanyak 100%
dapat disimpulkan bahwa tidak ada
dan responden dengan intensitas lama
hubungan yang bermakna antara
terhadap penggunaan media sosial dan
perilaku menonton tv dengan kejadian
mengalami insomnia sebanyak 94,4%.
insomnia pada siswa siswi di SMA
Hasil uji Chi Square didapatkan hasil
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
dengan nilai p sebesar 0,350 (p>0.05)
Tahun 2018.
menunjukan bahwa hipotesis yang
5. Penggunaan gadget pada responden
menyatakan tidak ada hubungan
siswa siswi SMA Negeri 9 Kota
intensitas penggunaan jejaring media
Tangerang Selatan dengan kejadian
sosial dengan kejadian insomnia pada
insomnia tidak terjadi hubungan yang
viii
signifikan karena p-value yang Kominfo. (2014). Siaran Pers Kominfo.
didapatkan dari hasil uji Chi-Square https://kominfo.go.id/index.php/co
ntent/detail/3980/Kemkominfo%3
menunujukkan nilai 0,388 (α=0,05)
A+Pengguna+Internet+di+Indones
dimana H0 diterima. ia+Capai+82+Juta/0/berita_satker
Kominfo. (2014). Available from
URL:https://kominfo.go.id/index.p
DAFTAR PUSTAKA hp/content/detail/12640/siaran-
pers-no-53hmkominfo022018
Ariani, Mutia. Hubungan Intensitas tentang-jumlah-pengguna-internet
Penggunaan Jejaring Sosial 2017-meningkat-
Terhadap Kualitas Tidur kominfoterus- lakukan-
Remaja Di Sman 3 Siak. percepatan-pembangunan-
Univaersitas Riau. [E-Journal]. broadband/0/siaran_pers
Available from URL: Luthfi, Muhammad. (2017).Hubungan
https://repository.unri.ac.id/xmlu/b Kualitas Tidur dengan Tekanan
itstream/handle/123456789/4298/ Darah pada Pelajar Kelas 2 SMA
Manuskrip%20HUBUNGAN%20 Negeri 10 Padang. FKM Andalas:
INTENSITAS%20PENGGUNAA Padang. [E- Journal]. Available
N%20JEJARING%20SOSIAL.pd fromURL:http://jurnal.fk.unand.ac
f?sequence=1 .id/index.php/jka/article/view/698
Budianti. (2011). Analisis Faktor Nugroho, (2010), Keperawatan gerontik
Penyebab Obesitas Pada Anak dan geriatrik. Jakarta: Penerbit
Usia Sekolah. Skripsi Universitas Buku Kedokteran EGC
Indonesia. Available from URL: Purdiani, Monica. (2014). Hubungan
http://lontar.ui.ac.id/file=digital/ Penggunaan Minuman berkafein
20280289-T%20Budianti.pdf terhadap pola tidur dan
pengaruhnya pada tingkah laku
Fadilah, A. (2011). Pengaruh
mahasiswa universitas Surabaya.
Penggunaan Alat Komunikasi
Fakultas Farmasi: Universitas
Handphone (HP) terhadap
Surabaya. [E-Journal]. Available
Aktivitas Belajar Siswa SMP
from URL:http://download.
Negeri 66 Jakarta Selatan
portalgaruda.org/article.php?articl
(skripsi). Fakultas Tarbiyah dan
e=175563&val=5455&title=HUB
Ilmu Keguruan Jurusan
UNGAN%20PENGGUNAAN%2
Pendidikan Agama Islam
0MINUMAN%20BERKAFEIN%
Universitas Islam Negeri Syarif
20TERHADAP%20POLA%20TI
Hidayatullah, Jakarta.
DUR%20DAN%20PENGARUH
Haryono, Adelina. (2009). Prevalensi
NYA%20PADA%20TINGKAH%
Gangguan Tidur pada Remaja
20LAKU%20MAHASISWA/I%2
Usia 12-15 Tahun di Sekolah
0UNIVERSITAS%20SURABAY
Lanjutan Tingkat Pertama. (serial
A
online). E-jurnal form
Rafknowledge .(2004). Insomnia dan
URL:https://saripediatri.org/index.
Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta
php/sari-pediatri/article/view/585
: PT.Elex. Media
Komputindo.

ix
Rahman. (2012). Hubungan Obesitas
Dengan Risiko Obstructive Sleep
Apnea (Osa) Pada Remaja. Jurnal
Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Semarang.http://www.download.p
ortalgaruda.org/article.php?article
=65821&val=47
92&title=44
HUBUNGANOBESITAS
DENGANRISIKO
OBSTRUCTIVESLEEPAPNEA
(OSA)PADAREMAJA.pdf
Robbin, A & Buente, Wayne,.
(2008). Trends in Internet
Information Behavior:
2000-2004. Journal of the
America Society forr Information
Science. Available from
URL:http://palimpsest.fisip.unair.a
c.id/images/pdf/astutik.pdf.

Sulistiyani, Cicik. (2012). Beberapa


Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kualitas Tidur Pada
Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Diponegoro Semarang. FKM
Undip. [E-Journal]. Available
from URL:
http://download.portalgaruda.org/a
rticle.php?article=73879&val=470
0&title

Anda mungkin juga menyukai