Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGET

DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA SISWA SISWI KELAS X


SMA NEGERI 9 KOTA TANGERANG SELATAN

Lela Kania, Humairah Fadhilah, Sigit Probowani


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma Persada
Tangerang Selatan, 15417
E-mail : lila.kania@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu penyebab terjadinya insomnia pada remaja yang paling sering
disebabkan oleh faktor kebiasaan seperti gaya hidup remaja yang haus akan
teknologi terutama dalam penggunaan gadget. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan penggunaan gadget dengan kejadian insomnia pada remaja
kelas X di SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan
studi korelasi dengan pendekatan waktu cross sectional. Responden penelitian
adalah 103 responden seluruh siswa siswi kelas X SMA Negeri 9 Tangerang
Selatan menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Intensitas
penggunaan gadget diukur dengan kuesioner nilai reliabilitas 0,862 dan insomnia
diukur dengan kuesioner nilai reliabilitas 0,769. Analisa data menggunakan Chi
square. Hasil analisa data dengan Chi square dengan nilai p sebesar 0,000
(p<0,05), menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara intensitas
penggunaan gadget dengan insomnia pada remaja di SMA Negeri 9 Kota
Tangerang Selatan.

Kata kunci : Gadget, Insomnia, Siswa kelas X

ABSTRACT
One of the causes of insomnia in adolescents is most often caused by habit factors
such as adolescent lifestyles who are hungry for technology especially use of
gadgets. This study aims to determine the relationship of use of gadgets with the
incidence of insomnia in adolescents class X in SMA Negeri 9 Tangerang Selatan.
This study used correlation study with cross sectional time approach. Research
respondents are 103 respondents of all students of grade X SMA Negeri 9 Kota
Tangerang Selatan using proportional stratified random sampling technique. The
intensity of gadget usage was measured by the reliability value questionnaire of
0.862 and insomnia was measured by the reliability value questionnaire of 0.769.
Data analysis using Chi square. Result of data analysis with Chi square with p
value of 0.000 (p <0,05), showed that there was no correlation between intensity
of use of gadgets with insomnia in adolescent in SMA Negeri 9 Kota Tangerang
Selatan.

Keywords: Gadget, Insomnia, Student Grade X

iii
PENDAHULUAN juta jiwa. Sedangkan penggunaan
gadget di Indonesia di dominasi oleh
Gadget juga menjadi salah satu
remaja berusia 15-19 tahun sebesar
kebutuhan utama untuk menunjang
80% (Siaran Pers Kominfo, 2014).
aktifitas sehari-hari. Citra merek dan
Studi yang dilakukan oleh UNICEF
kualitas pada produk-produk gadget
dan bekerja sama dengan Indonesia
juga menjadi pertimbangan bagi
melalui Kominfo menyebutkan
masyarakat untuk membelinya.
bahwa setidaknya 30 juta anak-anak
Penggunaan gadget berjam-jam
dan remaja di Indonesia merupakan
dapat melupakan aktifitas lainnya
pengguna internet. Hasil studi
(Fadilah, 2011).
menemukan bahwa 80 persen
Terkait pengguna gadget, Indonesia responden merupakan pengguna
termasuk 5 besar Negara komsumen internet (Kominfo, 2014).
gadget aktif setelah China, India dan
Menurut Direktur Jendral Aplikasi
Amerika Serikat, Brazil dan
Informatika Kementrian Komunikasi
Indonesia. Hampir setiap orang
dan Informatika (Kominfo), pada
sekarang memegang gadget setiap
tahun 2015 pengguna ponsel di tanah
waktunya dan memiliki gadget lebih
air diperkirakan ada 270 juta gadget
dari satu, gadget yang.dimiliki
digunakan oleh penduduk Indonesia
hamper seluruhnya tersambung
yang sudah melebihi penduduk
internet dan aktif tiap waktu (Internet
Indonesia yang hanya sekitar 250
world stats, 2018).
juta jiwa. Sedangkan penggunaan
Menurut Direktur Jendral Aplikasi gadget di Indonesia di dominasi oleh
Informatika Kementrian Komunikasi remaja berusia 15-19 tahun sebesar
dan Informatika (Kominfo), pada 80% (Siaran Pers Kominfo, 2014).
tahun 2015 pengguna ponsel di tanah Studi yang dilakukan oleh UNICEF
air diperkirakan ada 270 juta gadget dan bekerja sama dengan Indonesia
digunakan oleh penduduk Indonesia melalui Kominfo menyebutkan
yang sudah melebihi penduduk bahwa setidaknya 30 juta anak-anak
Indonesia yang hanya sekitar 250 dan remaja di Indonesia merupakan

iii
pengguna internet. Hasil studi METODE PENELITIAN
menemukan bahwa 80 persen
Desain penelitian yang digunakan
responden merupakan pengguna
dalam penelitian ini adalah Cross-
internet (Kominfo, 2014).
sectional dengan rancangan penelitian
Orang tidak selamanya dapat Chi-Square. Jumlah sampel sebanyak
menikmati tidur dengan baik. Rata- 103 responden, cara pengambilan
rata waktu tidur yang dibutuhkan sampel digolongkan dalam probability
manusia perhari pada usia remaja 12- sampling dengan menggunakan teknik
18 tahun jumlah kebutuhan tidur 8,5 proportional random sampling. Alat
jam perhari. Untuk menjelajah ukur yang digunakan adalah kuesioner.
internet sekedar mengakses jejaring Analisa yang digunakan adalah analisa
sosial seringkali remaja begadang univariat dan bivariat dengan
sehingga menyebabkan remaja menggunakan uji Chi-Square.
mengalami kurang tidur, walaupun
HASIL PENELITIAN
hanya sekedar mengakses atau
1. Univariat
berinteraksi dengan pengguna
Berdasarkan penelitian yang
lainnya sebelum jam tidur dapat
telah dilakukan di SMAN 9 Kota
mengganggu pola tidur, memicu
Tangerang Selatan didapatkan hasil
insomnia, sakit kepala dan kesulitan
penelitian sebagai berikut :
konsentrasi (Rafknowledge, 2004).
Tabel 1
TUJUAN Distribusi Penggunaan Gadget

Mengetahui hubungan lama


penggunaan gadget pada siswa siswi Berdasarkan tabel diatas, didapatkan
kelas X dengan kejadian insomnia di
SMA Negeri 9 Tangerang Selatan Penggunaan Persenta
Jumlah
Gadget se
MANFAAT sangat rendah 5 4,9
rendah 11 10,7
Memberikan informasi tentang lama cukup 6 5,8
penggunaan gadget terhadap tinggi 18 17,5
kejadian insomnia. sangat tinggi 63 61,2
Total 103 100,0

iv
persentase penggunaan gadget
dengan intensitas >4jam/hari yaitu Berdasarkan tabel diatas, distribusi
sebesar 61,2%, dan persentase konsumsi kafein jenis kopi minimal
penggunaan gadget sangat rendah 1gelas/hari (240ml) didapatkan
yaitu sebesar 4,9% dari total sampel persentase konsumsi kafein minimal
yaitu 103 anak. 1gelas/hari yaitu sebesar 16,5%,
Tabel 2 sedangkan persentase responden
Distribusi Lama Penggunaan yang tidak mengkonsumsi kafein
Jejaring Media Sosial minimal 1gelas/hari yaitu sebesar
Media Jumla 83,5% dari total sampel yaitu 103
Persentase
Sosial h anak.
Singkat 28 27,2 Tabel 4
Sedang 39 37,9 Distribusi Perilaku Menonton TV
Lama 36 35,0
Perilaku
Total 103 100,0 Persenta
Menonton Jumlah
se
TV
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan Kurang baik 48 46,6
persentase tertinggi lama Baik 55 53,4
Total 103 100,0
penggunaan jejaring media sosial
yaitu sebesar 37,9% dengan kategori
Berdasarkan tabel diatas,
sedang, sedangkan persentase
distribusi perilaku tidak menonton tv
terendah lama penggunaan jejaring
(minimal ±5 menit) sebelum tidur
media sosial yaitu sebesar 27,2%
didapatkan persentase sebesar 53,4,5%
dengan kategori singkat dari total
dengan kategori baik, sedangkan
sampel yaitu 103 anak.
persentase sebesar 46,6% dengan
Tabel 3
kategori tidak baik untuk perilaku
Distribusi Konsumsi Kafein
menonton tv (minimal ±5 menit) dari
total sampel yaitu 103 anak.
Konsumsi Jum
Persentase
Kafein lah
Kurang baik 17 16,5
Baik 86 83,5
Total 103 100,0

v
Juml P-
Insomnia %
Gadg ah Value
et
Tidak % Ya %

Tabel 5 Tidak 93,


1 6,2 15 16 100
Intens 8
Distribusi Kejadian Insomnia
97,
Intens 2 2,3 85 87 100 0,388
7
Kategori Juml Persenta
insomnia ah se Total 3 2,9 97,1
10
103 100
0
Tidak
3 2,9
insomnia Dari tabel diatas, terlihat bahwa
Insomnia
86 83,5 responden dengan penggunaan
ringan
Insomnia gadget yang intens dan mengalami
14 13,6
sedang insomnia sebesar 97,7%, sedangkan
Total 103 100,0
responden yang intens menggunakan
gadget tapi tidak insomnia sebesar
Berdasarkan tabel diatas, distribusi
2,3%. Responden dengan
siswa siswi yang mengalami
penggunaan gadget yang tidak intens
insomnia didapatkan persentase
dan mengalami insomnia sebesar
tertinggi sebesar 83,5% dengan
93,8%, sedangkan responden yang
kategori insomnia ringan, sedangkan
tidak intens dan tidak mengalami
persentase terendah sebesar 2,9%
insomnia sebesar 6,2%.
dengan kategori tidak insomnia dari
total sampel yaitu 103 anak. Hasil uji statistik didapatkan
p-value 0,388 pada α = 0,05 dan nilai
2. BIVARIAT dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Berdasarkan pengolahan hubungan yang bermakna antara
data dengan perhitungan statistik lama penggunaan gadget dengan
melalui komputer diperoleh hasil kejadian insomnia pada siswa siswi
penelitian sebagai berikut: di SMA Negeri 9 Kota Tangerang
Selatan Tahun 2018.
Tabel 6

Hubungan Penggunaan Gadget


dengan Kejadian Insomnia

vi
Tabel 7 intensitas sedang terhadap
penggunaan media sosial dan tidak
Hubungan Lama Penggunaan
mengalami insomnia sebanyak 100%
Jejaring Media Sosial dengan
dan responden dengan intensitas
lama terhadap penggunaan media
Insomnia P-
Media Juml
% Valu sosial dan tidak mengalami insomnia
Sosial ah
Ya % Tidak % e
sebanyak 94,4%.
96 10
Singkat 1 3,6 27 28
,4 0
Hasil uji Chi Square
10 10
Sedang 0 0 39
0
39
0
didapatkan hasil dengan nilai p
0,35
94 10
0 sebesar 0,350 (p>0.05) menunjukan
Lama 2 5,6 34 36
,4 0
bahwa hipotesis yang menyatakan
97 10
Total 3 2,9 100 103 tidak ada hubungan intensitas
,1 0
penggunaan jejaring media sosial
Kejadian Insomnia
dengan kejadian insomnia pada
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan siswa siswi di SMA Negeri 9 Kota
bahwa responden dengan intensitas Tangerang Selatan Tahun 2018.
singkat terhadap penggunaan media
Tabel 8
sosial dan mengalami insomnia
sebanyak 3,6%, responden dengan Hubungan Konsumsi Kafein
intensitas sedang terhadap dengan Kejadian Insomnia
penggunaan media sosial dan
Insomnia
P-
mengalami insomnia sebanyak 0% Kafein Jumlah %
Value
Tidak % Ya %
dan responden dengan intensitas
Tidak 3 3,5 83 96,5 86 100
lama terhadap penggunaan media
Ya 0 0 17 100 17 100 0,434
sosial dan mengalami insomnia
Total 3 2,9 97,1 100 103 100
sebanyak 5,6%. Sedangkan untuk
Dari tabel diatas, terlihat bahwa
responden dengan intensitas singkat
responden yang mengkonsumsi
terhadap penggunaan media sosial
kafein yang dan mengalami insomnia
dan mengalami tidak insomnia
sebesar 100%, sedangkan responden
sebanyak 96,4%, responden dengan
yang tidak mengkonsumsi kafein dan

vii
mengalami insomnia sebesar 96,5%. insomnia sebesar 95,8%, dan
Responden yang mengkonsumsi responden yang melakukan aktivitas
kafein dan tidak mengalami menonton tv dan tidak mengalami
insomnia sebesar 0%, sedangkan insomnia sebesar 4,2%. Responden
responden yang tidak konsumsi yang tidak melakukan aktivitas
kafein dan tidak mengalami menonton tv dan mengalami
insomnia sebesar 3,5%. insomnia sebesar 98,2%, sedangkan
responden yang tidak melakukan
Hasil uji statistik didapatkan
aktivitas menonton tv dan tidak
p-value 0,434 pada α = 0,05 (p>0.05)
mengalami insomnia sebesar 1,8%.
dan dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara Hasil uji statistik didapatkan
konsumsi kafein dengan kejadian p-value 0,480 pada α = 0,05 (p>0.05)
insomnia pada siswa siswi di SMA dan dapat disimpulkan bahwa tidak
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan ada hubungan yang bermakna antara
Tahun 2018. lama penggunaan gadget dengan
kejadian insomnia pada siswa siswi
Tabel 9
di SMA Negeri 9 Kota Tangerang
Hubungan Perilaku Menonton TV Selatan Tahun 2018.
Sebelum Tidur dengan Kejadian
PEMBAHASAN
Insomnia
1. Distribusi Penggunaan Gadget
Insomnia Ju P-
Menonton
mla % Val
TV
Tidak % Ya % h ue Berdasarkan hasil penelitian yang
Tidak 1 1,8 54 98,2 55 100 telah dilakukan di SMA Negeri 9
0,4
Ya 2 4,2 46 95,8 48 100
80 Kota Tangerang Selatan, hasil uji
Total 3 2,9 100 97,1 103 100 dengan menggunakan aplikasi
statistik didapatkan p-value sebesar
0,388, dapat disimpulkan bahwa H0
Dari tabel 4.9 diatas, diketahui
diterima, artinya tidak ada hubungan
responden yang melakukan aktivitas
yang bermakna antara penggunaan
menonton tv dan mengalami
gadget dengan kejadian insomnia

viii
pada siwa sisiwi SMA Negeri 9 Kota karena hanya ada beberapa faktor
Tangerang Selatan. Penelitian ini lingkungan yang digunakan dalam
sejalan dengan penelitian yang instrumen penelitian seperti
dilakukan oleh Sulistiyani (2012) kebisingan, cahaya dan teman tidur.
pada mahasiswa semester 2 di FKM Faktor lingkungan tidak hanya
Universitas Diponegoro yang didapat dari tiga komponen yang
memiliki p-value 0,460 (α = 0,05) disebutkan sebelumnya namun juga
dimana tidak ada hubungan antara bisa didapat dari suhu ruangan,
penggunaan gadget dengan kejadian ventilasi kamar, ukuran, kekerasan
insomnia, maka dengan demikian dan posisi tempat tidur.
dapat dikatakan bahwa H0 diterima
2. Lama penggunaan jejaring
dan Ha ditolak atau tidak ada
media sosial dengan insomnia
hubungan yang signifikan antara
hubungan lama penggunaan gadget Berdasarkan hasil penelitian
dengan kejadian insomnia. yang dilakukan di SMA Negeri 9
Kota Tangerang Selatan, hasil uji
Peneliti menyebutkan bahwa
dengan menggunakan aplikasi
kemungkinan adanya faktor lain
statistik didapatkan p-value sebesar
yang menyebabkan insomnia salah
0,350, dapat disimpulkan bahwa H0
satunya adalah lingkungan, salah
diterima, artinya tidak ada hubungan
satu diantaranya lingkungan fisik
yang bermakna antara lama
seperti pencahayaan dan kebisingan
penggunaan jejaring media sosial
disekitar kamar tidur. Hal ini juga
dengan kejadia insomnia pada siswa
sesuai apa yang dikemukakan
siswi kelas X di SMA Negeri 9 Kota
menurut Nugroho (2010) tentang
Tangerang Selatan. Penelitian ini
lingkungan fisik tempat seseorang
sejalan dengan penelitian yang
tidur berpengaruh pada kemampuan
dilakukan oleh Ariani pada pelajar
seseorang untuk tertidur. Suara,
SMAN 3 Siak Hulu, Riau dengan
tingkat pencahayaan, suhu ruangan
kualitas tidur buruk sebanyak 28
kamar dapat mempengaruhi kualitas
responden, 13 responden (31%)
tidur. Perbedaan terjadi mungkin
sebagai pengguna jejaring sosial

ix
yang rendah dan 15 responden gangguan tidur selain menggunakan
(34,9%) sebagai pengguna jejaring jejaring media sosial, juga cenderung
sosial yang tinggi. Berdasarkan hasil mempunyai keinginan untuk tidur
uji statistik Chi-square didapatkan p siang yang lebih besar dibandingkan
untuk tidur malam. Seorang remaja
dapat disimpulkan bahwa tidak ada sering terbangun dimalam hari dan
hubungan yang signifikan antara membutuhkan banyak waktu untuk
intensitas penggunaan jejaring sosial jatuh tertidur pola tidur mengalami
dengan kualitas tidur. perubahan yang khas bagi kalangan
remaja. Faktor ini juga di dukung
Akses jejaring sosial menurut
oleh penelitian yang dilakukan oleh
Buente dan Robbin (2008) dibagi
Nugroho (2010) sebelumnya
menjadi 4 dimensi berdasarkan
kepentingannya. Dimensi pertama Meini (2016) berpendapat
adalah informasi (information bahwa, sebagian besar responden
utility), yaitu untuk memperoleh remaja berada pada insomnia jangka
informasi atau berita secara online. pendek yang berlangsung selama 1-4
Yang kedua adalah kesenangan minggu disebabkan karena rokok
(leisure/fun activities) adalah online yang dikonsumsi dalam sehari dapat
dengan alasan yang tidak istimewa, mencapai 5-14 batang rokok, dimana
hanya untuk kesenangan atau untuk kebanyakan remaja-remaja tersebut
menghabiskan waktu. Yang ketiga merokok pada malam hari saat
adalah komunikasi (communication), sedang bersama dengan teman-teman
yaitu untuk mengirim dan menerima sebayanya sebelum mereka
pesan seperti email. Dan yang ke beristirahat untuk tidur. Hal ini
empat adalah transaksi menyebabkan mereka mengalami
(transactions), yaitu untuk membeli gejala-gejala insomnia seperti
produk secara online misalnya buku, kesulitan untuk memulai tidur,
pakaian dan lain sebagainya. mempertahankan tidur dengan jam
tidur yang maksimal atau sering
Menurut peneliti,
terbangun pada malam hari. Karena
kemungkinan faktor lain penyebab

x
pada dasarnya nikotin pada otak akan hubungan konsumsi kafein dengan
hilang dalam waktu 30 menit namun kejadian insomnia.
reseptor otak seorang perokok yang
Menurut peneliti, faktor lain
dapat menghabiskan 5-14 batang
dari konsumsi kafein adalah dari
rokok dalam sehari seolah akan
kerentanan responden terhadap
menagih nikotin itu lagi dan lagi
konsumsi kafein sendiri, setiap orang
hingga mampu mengganggu proses
mempunyai kerentanan terhadap efek
tidur itu sendiri.
kafein yang berbeda-beda, faktor ini
3. Konsumsi Kafein Jenis sesuai dengan penelitian sebelumnya
Kopi Bubuk Ataupun Instan yang dikemukakan oleh Adelina
Dengan Kejadian Insomnia Haryono (2009) dimana setiap orang
punya kerentanan terhadap kafein
Berdasarkan hasil penelitian
yang berbeda-beda terhadap
yang dilakukan di SMA Negeri 9
gangguan tidur.
Kota Tangerang Selatan, hasil uji
dengan menggunakan aplikasi Selain faktor kerentanan
statistik didapatkan p-value sebesar responden, status gizi juga bisa
0,434, dapat disimpulkan bahwa H0 mempengaruhi gangguan tidur pada
diterima, artinya tidak ada hubungan remaja, berdasarkan hasil penelitian
yang bermakna antara konsumsi 30 responden obesitas didapati
kafein minimal 1 gelas (240ml) per bahwa, 26 reponden (86,7%)
hari dengan kejadian insomnia pada memiliki kualitas tidur buruk. Hal ini
siswa siswi kelas X di SMA Negeri 9 disebabkan dampak yang
Kota Tangerang Selatan. Penelitian ditimbulkan akibat obesitas adalah
ini sejalan dengan Monica Purdiani dapat menyebabkan gangguan
(2014) terhadap pola tidur di pernafasan sleep apnea, diabetes
Universitas Surabaya dimana melitus, panyakit kardiovaskuler,
memiliki p-value 41,7 dengan hipertensi. Sleep apnea yang ditandai
perbandingan nilai Chi-Square tabel dengan mendengkur dan kantuk
(df 6 = 5,991) dimana tidak ada berlebih merupakan gangguan tidur
yang paling berbahaya saat ini

xi
sehingga dapat mempengaruhi masih mungkin ada faktor kelelahan
kualitas tidur anak usia remaja, ataupun kondisi medis lainnya,
gangguan tidur yang terjadi pada meski demikian gangguan tidur
anak dan remaja sering diabaikan mendengkur pada remaja.
oleh orang tua, padahal dampak dari
4. Menonton TV dengan
gangguan tidur yang terjadi dapat
insomnia
mempengaruhi fungsi kognitif dan
perilaku sehari hari, mengakibatkan Berdasarkan hasil penelitian
terjadinya rasa kantuk yang yang dilakukan pada siswa siswi
berlebihan dan penurunan tingkat kelas X di SMA Negeri 9 Kota
perhatian di siang hari sehingga Tangerang Selatan, hasil uji dengan
dapat mempengaruhi kualitas tidur menggunakan aplikasi statistik
anak (Budianti, 2011). didapatkan p-value sebesar 0,480,
dapat disimpulkan bahwa H0
Penelitiaan Rahman (2012)
diterima, artinya tidak terdapat
juga mengemukakan bahwa
hubungan antara menonton tv
hubungan obesitas dengan risiko
sebelum tidur dengan kejadia
obstructive sleep apnea (OSA) pada
insomnia. Penelitian ini sejalan
remaja di SMAN 1 Purwokerto,
dengan penelitian yang dilakukan
terdapat hubungan yang signifikan
oleh Adelina Haryono (2009) dimana
antara obesitas pada remaja dengan
memiliki p-value 0,371 (α = 0,05)
risiko Obstructive Sleep Apnea
yang artinya tidak ada hubungan
(OSA) di SMAN 1 Purwokerto
yang bermakna antara kegiatan
dengan hasil p-value 0,000 < α=0,05.
menonton TV sebelum tidur dengan
Hal ini disebabkan hampir sebagian
kejadian insomnia.
besar responden Remaja obesitas
sewaktu tidur cenderung mengalami Menurut peneliti, faktor lain
gangguan tidur mendengkur. yang menyebabkan kualitas tidur
Keadaan mendengkur saat tidur seperti tekanan darah yang dimiliki
tentunya belum bias dikatakan responden juga berpengaruh pada
sebagai akibat dari OSA semata, gangguan tidur, faktor tersebut juga

xii
sejalan dengan penelitian yang dengan kejadian insomnia pada
dikemukakan oleh Luthfi (2017) siswa kelas X SMA Negeri 9 Kota
yang dilakukan pada pelajar SMA Tangerang Selatan, maka dapat
Negeri 10 Padang didapatkan hasil diambil kesimpulan antara lain
bahwa terdapat perbedaan kualitas sebagai berikut:
tidur yang baik maupun buruk
1. Distribusi lama penggunaan
dengan tekanan darah sistolik
gadget pada siswa siswi kelas X
maupun diastolic (p<0,05).
di SMA Negeri 9 Kota
Terdapat perbedaan rata-rata Tangerang Selatan tertinggi
tekanan darah sistolik antara kualitas sebesar 61,2% dengan kategori
tidur baik dengan kualitas tidur sangat tinggi.
buruk sebesar 8,32 mmHg, dimana 2. Lama penggunaan jejaring media
tekanan sistolik dengan kualitas tidur sosial pada siswa siswi kelas X di
buruk cenderung lebih tinggi. SMA Negeri 9 Kota Tangerang
Selatan sebesar 37,9% dengan
Terdapat perbedaan rata-rata
kategori sedang
tekanan darah diastolik antara
3. Siswa siswi kelas X di SMA
kualitas tidur baik dengan kualitas
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
tidur buruk sebesar 6,06 mmHg
tidak memiliki aktivitas
dimana kualitas tidur buruk
konsumsi kafein minimal
cenderung lebih tinggi. Hal ini sesuai
1gelas/hari (240ml) sebesar
dengan penelitian Javaheri et al
83,5% dimana masih dalam
(2008), dimana remaja dengan
kategori baik
kualitas tidur yang buruk mengalami
4. Siswa siswi kelas X di SMA
peningkatan tekanan darah sistolik
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan
sebesar 4 ± 1,2 mmHg dan diastolik
mempunyai aktivitas menonton
sebes ar 1,7 ± 1,2 mmHg.
TV sebelum tidur sebesar 53,%
KESIMPULAN dengan kategori baik.
5. Penggunaan gadget pada
Berdasarkan hasil penelitian
responden siswa siswi SMA
hubungan penggunaan gadget

xiii
Negeri 9 Kota Tangerang Selatan sehat guna mencegah perilaku
dengan kejadian insomnia tidak tidak sehat khusunya yang
terjadi hubungan yang signifikan berkaitan dengan penggunaan
karena p-value yang didapatkan gadget yang tinggi dengan
dari hasil uji Chi-Square kejadian insomnia pada siswa
menunujukkan nilai 0,388 siswi kelas X di SMA Negeri 9
(α=0,05) dimana H0 diterima. Kota Tangerang Selatan.
SARAN 3. STIKes Kharisma Persada
1. Siswa Diharapkan sebagai bahan
Diharapkan untuk menjaga literature kepustakaan, sumber
kesehatannya dan kualitas tidur informasi atau menjadi bahan
seperti melakukan aktivitas penelitian lanjutan bagi
berolahraga, mengembangkan mahasiswa dan mahasiswi
potensi dalam dirinya melaui STIKes Kharisma Persada.
kegiatan ekstrakulikuler 4. Peneliti
disekolah yang diminati guna Untuk peneliti, diharapkan
terhindar dari perilaku yang tidak penelitian ini dapat
sehat terutama pada penggunaan dikembangkan lagi untuk ilmu
gadget yang menyebabkan pengetahuan dan menjadi bahan
gangguan tidur pada siswa sisiw pertimbangan untuk melakukan
kelas X di SMA Negeri 9 Kota penelitian lanjutan.
Tangerang Selatan.
2. Sekolah DAFTAR PUSTAKA
Diharapkan untuk terus
Ariani, Mutia. Hubungan Intensitas
memberikan dukungan serta Penggunaan Jejaring Sosial
memotivasi siswa siswi untuk Terhadap Kualitas Tidur
melakukan hal yang positif baik Remaja Di Sman 3 Siak.
Univaersitas Riau. [E-
di lingkungan sekolah maupun
Journal]. Available from
lingkungan di luar sekolah URL:
seperti kegiatan menanam pohon https://repository.unri.
ac.id/xmlui/bitstream/handle/
ataupun membuat program jalan
123456789/4298/Man

xiv
uskrip%20HUBUNG Kominfo.
AN%20INTENSITAS%20P https://kominfo.go.id/index.p
ENGGUNAAN%20JEJ hp/content/detail/3980/Kemk
ominfo%3A+Pe
ARING%20SOSIAL.
ngguna+Internet+di+I
pdf?sequence=1 ndonesia+Capai+82+Juta/0/b
erita_satker
Budianti. (2011). Analisis Faktor
Kominfo. (2014). Available from
Penyebab Obesitas Pada
Anak Usia Sekolah. Skripsi URL:https://kominfo.go.id/in
Universitas Indonesia. dex.php/content/detail/12640/
Available from URL: siaran-pers-no-
http://lontar.ui.ac.id/fi 53hmkominfo022018-
le=digital/20280289- tentang-jumlah-pengguna-
T%20Budianti.pdf internet-2017-meningkat-
kominfo-terus-
lakukan-percepatan-
pembangunan-
Fadilah, A. (2011). Pengaruh broadband/0/siaran_pers
Penggunaan Alat Komunikasi
Handphone (HP) Luthfi, Muhammad. (2017).
terhadap Aktivitas Hubungan Kualitas Tidur
Belajar Siswa SMP Negeri 66 dengan Tekanan Darah
Jakarta Selatan (skripsi). pada Pelajar Kelas 2
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu SMA Negeri 10 Padang.
Keguruan Jurusan Pendidikan FKM Andalas: Padang. [E-
Agama Islam Universitas Journal]. Available
Islam Negeri Syarif from URL:
Hidayatullah, Jakarta. http://jurnal.fk.unand.
Haryono, Adelina. (2009). ac.id/index.php/jka/article/vie
Prevalensi w/698
Gangguan Tidur pada Nugroho, (2010), Keperawatan
Remaja Usia 12-15 Tahun gerontik dan geriatrik.
di Sekolah Lanjutan Tingkat Jakarta: Penerbit Buku
Pertama. (serial online). E- Kedokteran EGC
jurnal form URL:
https://saripediatri.org/index. Purdiani, Monica. (2014). Hubungan
php/sari- Penggunaan Minuman
pediatri/article/view/585 berkafein terhadap pola
tidur dan pengaruhnya pada
Internet World Stats. (2018). tingkah laku mahasiswa
Available from URL: universitas Surabaya.
https://www.internetworldsta Fakultas Farmasi: Universitas
s.com/top20.html Surabaya. [E-Journal].
Kominfo. (2014). Siaran Pers Available from URL:
http://download.portal

xv
garuda.org/article.php?article Faktor Yang Berhubungan
=175563&val=5455&t Dengan Kualitas Tidur
itle=HUBUNGAN%2 Pada Mahasiswa Fakultas
0PENGGUNAAN%20MINU Kesehatan Masyarakat
MAN%20BERKAFEI Universitas Diponegoro
N%20TERHADAP% Semarang. FKM Undip. [E-
20POLA%20TIDUR%20DA Journal]. Available from
N%20PENGARUHNY URL:
A%20PADA%20TIN http://download.portal
GKAH%20LAKU%20MAH garuda.org/article.php?article
ASISWA/I%20UNIVE =73879&val=4700&tit
RSITAS%20SURAB le=Beberapa%20Fakt
AYA or%20Yang%20Berhubunga
Rafknowledge .(2004). Insomnia dan n%20Dengan%20Kualit
Gangguan Tidur Lainnya. as%20Tidur%20Pada
Jakarta : PT.Elex. Media %20Mahasiswa%20Fakultas
Komputindo. %20Kesehatan%20Mas
yarakat%20Universita
Rahman. (2012). Hubungan Obesitas s%20Diponegoro%20Semara
ng
Dengan Risiko Obstructive
Sleep Apnea (Osa) Pada
Remaja. Jurnal Keperawatan
Poltekkes Kemenkes
Semarang.
http://www.download.
portalgaruda.org/article.php?
article=65821&val=47
92&title=44
HUBUNGANOBESITAS
DENGAN RISIKO
OBSTRUCTIVE
SLEEP APNEA (OSA)
PADA REMAJA.pdf
Robbin, A & Buente, Wayne,.
(2008). Trends in Internet
Information Behavior:
2000-2004. Journal of
the America Society forr
Information Science.
Available from URL:
http://palimpsest.fisip.unair.a
c.id/images/pdf/astutik.pdf.

Sulistiyani, Cicik. (2012). Beberapa

xvi

Anda mungkin juga menyukai