Anda di halaman 1dari 12

ARKL - 5L

ARKL PADA MAKANAN


(KERANG)

KELOMPOK 5
• SRI YANI MULYANI 1705015049
• MILA NURHALIFAH 1705015111
• ANDRIAN SAIFUL AKBAR 1705015127
• RISA RUVIANA 1705015173
• FAJRIATI WUSTHO ROMDONIAH MAHMUD 1705015211
• WIRA NUR HAFIDZ 1705015213
• RENI WULANDARI 1805019003
SUB TOPIK

JURNAL 1
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Akibat Pajanan
Timbal (Pb) Pada Masyarakat Yang Mengonsumsi 1 Identifikasi Bahaya
Kerang Kalandue (Polymesoda Erosa) Dari Tambak
Sekitar Sungai Wanggu Dan Muara Teluk Kendari 2 Analisis Dosis-Respon

JURNAL 2 3 Analisis Pajanan


Analisis Risiko Kesehatan Pencemaran Timbal (Pb)
Pada Kerang Hijau (Perna Viridis) di Perairan Cilincing 4 Karakterisasi Risiko
Pesisir DKI Jakarta
5 Manajemen Risiko
Identifikasi Bahaya

konsentrasi
Media
Agen
Sumber dan Penggunaan Lingkungan Nilai Baku Mutu Gejala Kesehatan
Risiko
Potensial Minimal Rata-rata Maksimal

0,007 mg/l 0,008 mg/l


Air sungai 0,006 mg/l 0.006 mg/l
(stasiun 1 ulangan (Badan
setengah (mayoritas s/d
ke-3 dan stasiun 3 Standardisasi
kedalaman pengukuran) 0,007 mg/l
ulangan ke-3) Nasional, 2009)
 Gangguan Neurologi,Pada anak-anak
Aktivitas Industri dan
30,2 mg/kg dapat menimbulkan kejang tubuh dan
Rumah Tangga di sekitar
76,78 mg/kg 138,96 mg/kg 215,67 mg/l (Canadian Council neuropathy perifer.
perairan Cilincing Pesisir Sedimentasi
DKI Jakarta. (stasiun 1 ulangan s/d (stasiun 2 ulangan of Ministers of the  Gangguan terhadap fungsi ginjal,
(lumpur) Akibatnya dapat menimbulkan
(Simbolon, 2018) ke-1) 150,54 mg/kg ke-2) Environment,
2001) aminoaciduria dan glukosuria, dan jika
paparannya terus berlanjut dapat terjadi
5,71 mg/kg 6,41 mg/kg 9,77 mg/kg nefritis kronis.
Biota air (Kerang
(stasiun 3 ulangan s/d (stasiun 1 ulangan  Gangguan terhadap system reproduksi,
Hijau) Timbal ke-1) 9,10 mg/kg ke-1) berupa keguguran, kesakitan (cacat
(Pb)
1,5 mg/kg kromosom) dan kematian janin.
(Keputusan  Gangguan terhadap sistemhemopoitik,
Menteri Negara terjadi anemia.
Limbah dari industri, Lingkungan  Gangguan terhadap system syaraf, timbul
pertambangan biji timah Hidup No 51 adalah rasa malas, gampang tersinggung,
hitam, industri baterai dan Tahun 2004 sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang
Biota air (Kerang
bahan bakar di sekitar sungai 0,2016 mg/kg 0,4753 mg/kg 0,6428 mg/kg Tentang Baku lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya
kakandue)
Wanggu dan Muara Teluk Mutu Air Laut, kecerdasan.
Kendari. 2004) (Rosida Adhani dan Husaini, 2017)
(Wanggu et al., 2016)
Analisis Dosis-Respon

JURNAL 1 JURNAL 2

Analisis Dosis-Respon dilakukan untuk mengetahui


Nilai RfD (Reference Dose) logam timbal
dosis yang terpapar pada tubuh manusia dan tidak
yang melalui oral/ingesti adalah 0,004
menimbulkan efek kesehatan. Dosis ini disebut sebagai
mg/kg/hari. Analisis Dosis Respon Dosis
dosis referensi. Dosis referensi untuk efek-efek non-
referensi untuk efek-efek nonkarsinogenik
karsinogenik dinyatakan sebagai Reference Dose (RfD)
dinyatakan sebagai Reference Dose (RfD).
sedangkan efek-efek karsinogenik dinyatakan sebagai
Efek kesehatan dari logam timbal melalui
Cancer Slope Factor (CSF). Nilai RfD dan CSF berbeda
pencernaan adalah kategori nonkanker, RfD
setiap logam berat dan diperoleh berdasarkan referensi
timbal pada makanan sebesar 0,004
yaitu: nilai RfD sebesar 0,004 dan CSF 0,042.
mg/kg/hari14.
Analisis Pajanan
JURNAL 1

Memakai
  data pada Tabel 10 maka dapat dihitung asupan atau
intake populasi masyarakat bantaran Sungai Wanggu Kelurahan
Lalolara yang mengonsumsi kerang pada saat ini, dengan
menggunakan persamaan 1:

𝐼 = 1,6032018𝐸 − 05 𝑚𝑔⁄𝑘𝑔⁄ℎ𝑎𝑟𝑖

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat di simpulkan


bahwa asupan masyarakat bantaran Sungai Wanggu Kelurahan
Lalolara adalah 1,6032018E-05 mg/kg/hari. Dengan asumsi
bahwa kadar timbal dalam kerang sebesar 0,0004753mg/g,
jumlah kerang yang di konsumsi perharinya adalah 4,5245E1
gr/har selama 40 hari/tahun dalam jangka waktu 10 tahun
dengan berat badan 49 kg.
Analisis Pajanan
JURNAL 2

Analisis paparan pada masyarakat yang mengkonsumsi kerang hijau dilakukan


dengan menghitung laju asupan kerang hijau dan frekuensi paparan per harinya. Laju
asupan kerang hijau pada masyarakat Perairan Cilincing Pesisir DKI Jakarta
didapatkan dengan menghitung berapa banyak kerang hijau yang dimakan oleh
masyarakat per harinya. Frekuensi paparan diperoleh dengan mengetahui jumlah
hari dalam satu tahun bagi masyarakat yang mengkonsumsi kerang hijau
Karakterisasi Risiko
JURNAL 1

 
Tingkat risiko populasi masyarakat bantaran Sungai Wanggu
Kelurahan Lalolara:
RQ =
RQ =
RQ = 0,004008005

• Tingkat Risiko Individu • Tingkat Risiko Populasi


Dari hasil perhitungan didapatkan tingkat risiko secara Menunjukkan bahwa pada 10 tahun sampai 30 tahun ke depan
individu pada masyarakat bantaran Sungai Wanggu masyarakat bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara masih aman
Kelurahan Lalolara masih aman atau tidak berisiko atau tidak berisiko dalam mengonsumsi kerang yang tercemar timbal dari
mendapatkan gangguan kesehatan ketika mengonsumsi tambak sekitar sungai wanggu dan muara teluk kendari, dengan asumsi
kerang, dengan asumsi bahwa pajanan hanya berasal dari pajanan timbal hanya berasal dari kerang, kadar timbal dalam kerang dan
kerang saja. pola asupan dipertahankan.
JURNAL 2 Karakterisasi Risiko

• Tingkat risiko akibat aktivitas langsung


Nilai RQ di semua lokasi pengamatan menunjukkan nilai lebih dari 1
(RQ>1). Dengan demikian masyarakat Cilincing Pesisir DKI Jakarta
memiliki risiko kesehatan akibat paparan logam berat. Oleh karena itu
Perairan Cilincing Pesisir DKI Jakarta memerlukan manajemen risiko
kesehatan terhadap pencemaran logam Pb.
• Tingkat risiko akibat konsumsi kerang hijau
Penelitian ini menghasilkan nilai RQ lebih dari 1 dan nilai ECR yang
telah melebihi 10-4 di semua stasiun pengambilan sampel, sehingga kerang
hijau memiliki risiko kesehatan terhadap efek nonkarsinogenik dan efek
karsinogenik logam timbal. Pada model risiko ini, risiko terjadi jika kerang
hijau dikonsumsi sebanyak 180 gr/hari selama 48 hari/tahun. Model risiko
digunakan untuk jangka waktu 30 tahun maka efek toksisitas logam Timbal
akan dirasakan pada 30 tahun mendatang.
Manajemen Risiko

JURNAL 1

Dari hasil perhitungan didapatkan tingkat risiko untuk individu dan populasi masyarakat bantaran Sungai Wanggu Kelurahan
Lalolara <1. Ini berarti masyarakat bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara masih aman dan tidak berisiko dalam mengonsumsi
kerang yang berasal dari tambak sekitar Sungai Wanggu dan muara Teluk Kendari, sehingga belum perlu untuk dilakukannya
manajemen risiko.
Walaupun begitu agar masyarakat bantaran Sungai Wanggu Kelurahan Lalolara tetap aman dalam mengonsumsi kerang, maka
perlu dilakukan pencegahan. Pencegahan tersebut dilakukan pada pengendalian pencemaran laut yang menyebabkan tingginya
konsentrasi timbal pada hasil laut terutama pada kerang, merendam kerang sebelum dimasak dengan air perasan jeruk nipis karena
dapat menurunkan kadar logam dan dengan mengonsumsi food supplement dari jenis mineral seperti Cu, Zn, Fe dan Mg, maka timbal
dalam tubuh dapat tergantikan atau tereliminasi.
Manajemen Risiko

JURNAL 2

Berdasarkan hasil dan pembahasan, masyarakat di perairan Cilincing pesisir DKI Jakarta memiliki risiko kesehatan akibat paparan
logam berat dengan nilai RQ dimasing-masing lokasi penelitian telah melebihi 1 (RQ>1). Tingkat risiko kesehatan dapat dicegah dengan
menggunakan manajemen risiko. Berdasarkan hasil manajemen risiko maka dianjurkan agar masyarakat mengkonsumsi kerang hijau
maksimal 0,06 gram/hari. Manajemen risiko juga perlu dilakukan dengan melakukan pengelolaan dari sumber logam Timbal, seperti
pengendalian jumlah limbah industri yang terdapat disepanjang wilayah Cilincing dan sekitarnya. Pengawasan dari Dinas Lingkungan
Hidup DKI Jakarta perlu dilaksanakan agar kualitas limbah yang masuk ke aliran sungai dapat terkontrol dengan baik dengan melakukan:
a. Penegakan hukum dan efek jera bagi para pelaku industri yang tidak melaksanakan prosedur pengolahan limbah juga harus diterapkan
dengan lebih baik
b. Meningkatkan kebiasaan masyarakat yang membuang limbah cair maupun padat langsung ke perairan karena semakin memperburuk
kondisi pencemaran di wilayah ini. Kepedulian masyarakat terhadap pentingnya kesehatan lingkungan pesisir sangat diperlukan
dalam mengelola kawasan perairan yang berkelanjutan.
Terimakasih
Ada Pertanyaan?
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. (2009). SNI 7387:2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan. Batas
Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan, 17. https://sertifikasibbia.com/upload/logam_berat.pdf

Canadian Council of Ministers of the Environment. (2001). Canadian Sediment Quality Guidelines for the Protection of
Aquatic Life: Summary tables. Canadian Council of Ministers of the Environment, 5.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air laut, Lembaran Negara
Repbublik Indonesia 10 (2004).

Rosida Adhani dan Husaini. (2017). LOGAM BERAT SEKITAR MANUSIA (S. Kholishotunnisa (ed.); pertama). Lambung
Mangkurat Universitas Press. http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf

Simbolon, A. R. (2018). Analisis Risiko Kesehatan Pencemaran Timbal (Pb) Pada Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan
Cilincing Pesisir DKI Jakarta. Oseanologi Dan Limnologi Di Indonesia, 3(3), 197.
https://doi.org/10.14203/oldi.2018.v3i3.207

Wanggu, S., Muara, D. A. N., & Kndari, T. (2016). ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN AKIBAT PAJANAN
TIMBAL (Pb) PADA MASYARAKAT YANG MENGONSUMSI KERANG KALANDUE (Polymesoda erosa) DARI TAMBAK
SEKITAR SUNGAI WANGGU DAN MUARA TELUK KNDARI. 1–15.

Anda mungkin juga menyukai