Anda di halaman 1dari 74

Funded by:

Dokumentasi dan PENDAHULUAN 1 Legalitas Usaha Tambak Udang


14
Traceability

Aspek Sosial dan Ekonomi 13 2 Pemilihan Lokasi, Tata Letak dan


Konstruksi Tambak
Manajemen Keamanan
Pangan 12
3 Persiapan Tambak

Panen dan Penanganan Prosedur Operasional


11 Budidaya 4 Pemasukan air
Pasca Panen
(POB)

Pengelolaan Biosekuritas 10 5 Pemilihan dan Penebaran


Benur

Manajemen Kesehatan Manajemen Dasar


9 6
Udang dan Lingkungan Tambak dan Kualitas air

Manajemen Sampling 8 7 Pakan dan Manajemen


Pemberian Pakan
Sesi 2: Tanggal 23 Desember 2021
6. Manajemen Dasar Tambak dan Kualitas air
7. Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan
8. Manajemen Sampling
9. Manajemen Kesehatan Udang dan Lingkungan
10. Pengelolaan Biosekuritas
6. Manajemen Kualitas Air dan Dasar
Tambak

AIR PASOK

AIR
MEDIA BUDIDAYA

AIR LIMBAH
Kelebihan dan Kekurangan Pengujian dengan Test Kit
Contoh Hasil Pengukuran
Warna air Kelimpahan plankton

Hijau Chlorophyceae (Chlorella, Oocystis,


Tetraselmis)

Hijau kecokelatan Chlorophyceae,


Bacillarophyceae ( Oscillatoria,
Amphora, Cyclotella)

Cokelat kehijauan Diatom

Cokelat dinoflagellata
Pergantian Air dan Siphon

1. Bertujuan untuk mengeluarkan limbah tambak,


2. Penggantian air dan siphon dasar tambak tidak
menggoncang ekosistem tambak.
3. Pergantian air berasal dari air tandon yang telah siap pakai.
4. Pemasukan air baru dipompa dari petak tandon melalui
jaringan distribusi air.
5. Monitoring kualitas air secara rutin harus dilakukan untuk
mendapatkan nilai faktual parameter kualitas air.
Pergantian air dan siphon

Pergantian air selama budidaya dilakukan sebagai berikut :


Umur 0 – 30 hr : pergantian air ( Menggantikan air yang susut )
Umur 31 – 60 hr : pergantian air 5-10 cm ( 2 hari sekali )
Umur 61 – 90 hr : pergantian air 10-15 cm ( Perhari )
Umur > 90 hr : pergantian air 10-15 cm ( Perhari )
*Dengan waktu penggantian air yang lama >16 jam, atau menyesuaikan dengan kondisi
tambak.

Perlakuan Siphon untuk mengurangi bahan organik di dasar kolam :


Umur 18-20 : Sipon pertama
Umur 21-30 hr : Seminggu dua kali
Umur 31-60 hr : 2 hari sekali
Umur 61 sampai panen : setiap hari
UDANG TERSERANG PENYAKIT MYO PADA UMUR 49 – 70 DOC

Muncul Gejala
IMNV & TSV

Panen Total karena


IMNV & TSV

Shrimp School BDP IPB


Muncul Gejala
IMNV

Panen Total
IMNV

Muncul Gejala Panen Total


IMNV IMNV
Muncul Gejala
IMNV
Panen Total
IMNV

Muncul Gejala
IMNV
Panen Total
IMNV

Muncul Gejala Panen Total


IMNV IMNV
DAMPAK NO2-
terhadap UDANG

IMNV Disease
1. Meningkatkan laju Konsumsi Oksigen

2. Terbentuknya Methaemocyanin
 NO2- mengoksidasi Cu+-hemocyanin menjadi Cu2+
 Cu2+ - hemocyanin sulit mengikat oksigen
 Hipoksia (meskipun kadar DO air, tinggi)

3. Menekan sistem Imun udang

4. Meningkatkan molting
MANAJEMEN KUALITAS AIR
TAMBAK

AIR PASOK

AIR
MEDIA BUDIDAYA

AIR LIMBAH
Pengadaan sistem pengolahan limbah yang komplit
dengan standar IPAL sesuai SNI di tambak udang
masih menjadi pertimbangan bagi para petambak
terkait keterbatasan lahan, kesanggupan finansial,
serta tingkat kompleksitas teknologi desain instalasi
pengolahan air limbah yang digunakan
PRINSIP PENGOLAHAN LIMBAH TAMBAK
• Mengubah bahan organik menjadi bentuk molekul
sederhana yang tidak bersifat polutan.
• Mengubah senyawa bernitrogen menjadi nitrat dan
gas nitrogen (N2 )
• Mengubah senyawa berposfor menjadi senyawa yang
tidak larut dalam air.
METODE
• Pengolahan limbah secara fisika (filtrasi, sedimentasi, flotasi, absorpsi,
adsorpsi, aerasi) berhubungan dengan cara cara separasi.
• Pengolahan limbah secara biologi, berupa pemanfaatan mikroba
untuk penguraian limbah (biofilm / biofiltrasi, bioflokulasi / lumpur
aktif / activated sludge, enzimasi & fermentasi).
• Pengolahan limbah secara kimia (oksidasi, asam-basa, disinfeksi,
elektrolisis, koagulasi, membran ultra filtrasi, resin kation anion,
reverse osmosis).
Permen KP 75, Tahun 2016
Effluent water treatment
NOTE:
1. Petambak harus mengelola penggunaan air untuk
menghindari konflik dengan pengguna air lainnya.
2. Tidak membatasi jumlah air yang tersedia untuk
pengguna lain
3. Catatan tentang air masuk dan pemantauan air buangan
harus dipelihara
Shrimp School BDP IPB
7. Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan

PERAN PAKAN UDANG:


•Pertumbuhan
•Perkembangan organ
•Daya tahan tubuh
Kebutuhan nutrien udang

• Protein dan asam amino


- Perbedaan stadia/ukuran  laju metabolism berbeda  kebutuhan protein & energy berbeda
- Protein pakan dan wabah penyakit
- Lipid 8%, kebutuhan protein optimal 35, 36, 32 % (ukuran udang S, M, L) (Lee & Lee, 2018)
- Digestibility
• Lipid dan asam lemak
a. Esensial fatty acids: Linoleic (18:2n–6), linolenic (18:3n–3), eicosapentaenoic (20:5n–3) and
docosahexaenoic (22:6n–3). Cholesterol, phospholipid
b. Lipid disarankan 6-9 %
• Karbohidrat
• Serat
• Astaxanthin & Carotenoids
Kebutuhan nutrien dikaitkan dengan adanya perubahan lingkungan

Musim Pancaroba (bediding) Qiu et al (2011)


a. Terjadi fluktuasi suhu air yang signifikan doi:10.1016/j.cbpc.2011.02.007:
b. Udang mudah sakit, pertumbuhan terhambat a. Haemocytes menurun, DNA dalam haemosytes
rusak; malondialdehid plasma meningkat
b. Penurunan osmolalitas

Kebutuhan nutrient (mungkin) berubah


a. Antioksidan
b. Taurin
Syarat mutu pakan udang vaname sesuai SNI
Persyaratan mutu
No Kriteria Uji Satuan
Starter Grower Finisher
1 Kadar air, maks % 12 12 12
2 Kadar protein, min % 32 30 28
3 Kadar lemak, min % 6 6 5
4 Kadar serat kasar, maks % 4 4 5
5 Kadar abu, maks % 15 15 15
Kestabilan dalam air (setelah
6 % 90 90 90
90 menit), min
7 Nitrogen bebas, maks % 0,15 0,15 0,15
8 Cemaran mikroba/toksin
- kapang, maks kol/g 50 50 50
- salmonella kol/g negatif negatif negatif
- aflatoksin, maks μg/kg 50 50 50
9 Kandungan antibiotik 0 0 0
crumble pelet pelet
10 Bentuk dan diameter mm
(< 1,6) (1,6 - 2) (> 2)
Penentu mutu pakan udang
• Proksimat pakan jadi penentu?
• Kualitas bahan baku
• Mikronutrien

Shrimp School BDP IPB


Penetapan feeding rate berdasarkan mean body weight (MBW) dari hasil sampling mingguan
mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh Manajer Operasional dengan mengacu pada tabel yang
tersedia.
Umur udang Berat udang Bentuk pakan Dosis pakan/feeding Frekuensi Waktu kontrol
(hari) (g/ekor) rate pakan pakan di anco
(%biomassa/hari) (kali/hari) (jam)

1-5 PL 12 – 0.1 Crumble - 3 -


6-8 0.1 – 1.0 Crumble 10.0 – 8.0 4 -
9 - 16 1.0 – 2.0 Crumble 8.0 – 7.2 4 2,0-2,5
16 - 24 2.0 – 3.5 Crumbel 7.2 – 5.3 4 2,0-2,5
25 - 49 3.5 – 8.0 Pellet (1,2×2,0 5.3 – 3.6 4–5 1,5-2,0
mm)
50 - 73 8.0 – 15.0 Pellet (1,4×2,0 3.6 – 2.3 5 1,5-2,0
mm
74 - 105 15.0 – 20.0 Pellet (1,6×2,5 2.3 – 1.96 5 1,0-1,5

106-120 >20.0 Pellet (1,6×4.0 < 1.96 5 1,0-1,5


mm)
TEKNIK PEMBERIAN PAKAN
1. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan umur dan bobot udang.
2. Pemberian pakan selama DOC awal hingga hari 30 menggunakan metode pakan buta (blind feeding)
dengan frekuensi 4 kali sehari.
3. Pemberian pakan setelah DOC 30 diperhitungkan berdasarkan hasil sampling bobot mingguan dan
kontrol anco serta diberikan dengan frekuensi 4-5 kali sehari.

Automatic feeder

Pemberian pakan udang


5. Pengontrolan nafsu makan udang dan kecukupan pakan diamati lewat metode anco (feeding tray)
dimulai pada DOC 21 sampai panen,

Monitoring kecukupan pakan udang melalui pengamatan sisa pakan dalam anco
6. Pakan yang diberikan di anco sebanyak 0,5 - 1% dari total pakan yang diberikan.
Kontrol anco dilakukan setiap 1 – 2,5 jam setelah pemberian pakan, tetapi jika cuaca
mendung atau hujan pemberian pakan 25 % dari pakan seharusnya, cek anco
normal, jika sudah tidak hujan pakan diberikan sesuai seharusnya.
7. Sampling ABW udang mulai DOC 30 untuk menentukan perhitungan kebutuhan
pakan setelah bulan pertama.
8. Pakan dihitung berdasarkan ABW dan biomassa, selain itu penentuan pakan juga
berdasarkan informasi dari kecepatan makan udang di anco.
9. Pemberian pakan dilakukan di bagian pinggir petak tambak dengan cara menebarkan
pakan di bagian feeding area (1-2 meter dari pematang tambak) secara merata.
10. Pada kondisi DO dan suhu rendah dan terlihat udang mengambang dipermukaan air
(udang lemah), maka tidak dilakukan pemberian pakan karena konsumsi udang
terhadap pakan rendah, jika diberikan akan berdapak buruk terhadap kualitas air
tambak.

Shrimp School BDP IPB


Pengurangan dan penambahan pakan/hari berdasarkan sisa pakan di anco

Sisa pakan di anco Score Penyesuaian pakan

4 anco Habis 0 Ditambah 10%

3 anco habis/<10% 1 Tetap

2 anco habis / 10-25% 2 Dikurangi 10%

1 anco habis / 25-50% 3 Dikurangi 20%

0 anco habis / >50% 4 Dikurangi 50%

Shrimp School BDP IPB


Pakan disimpan di dalam wadah yang bersih dan
metode penyimpanan sesuai denganjenis pakan
dalam kondisi higienis (SNI 8228.1:2015)

Tidak sesuai

Sesuai
8. MANAJEMEN SAMPLING

1. Sampling pertama dilakukan pada DOC 30 dan dilanjutkan secara rutin setiap 5 – 7 hari.
2. Kegiatan sampling dilakukan pada pagi hari, pukul 07.00 WIB saat suhu air masih rendah sehingga
udang terhindar dari stres saat dijala.
3. Pengambilan sampel udang dilakukan dengan cara menjala udang di 1 atau 2 titik yang telah
ditetapkan.
4. Pengambilan udang untuk sampling dilakukan dengan jala .
5. Jala ini dibuat khusus hanya untuk kegiatan sampling bobot rutin saja. Diameter jala berkisar 3–3,5 m.
6. Alat-alat sampling selain jala adalah timbangan digital, ember, karung pakan, keranjang, kalkulator,
dan alat tulis.
7. Setiap sebelum dan sesudah penjalaan, jaring jala harus disterilisasi dengan larutan BKC 5 ppm
selama 5 menit.
8. Setelah selesai semua peralatan sampling disterilisasi dan dijemur di bawah terik sinar matahari.
9. Jumlah populasi yang dihitung sebanyak 100 ekor per petak. Udang yang terjala ditampung dalam
ember (Gambar 17).
10. Masukkan 100 ekor udang ke dalam keranjang untuk memudahkan penimbangan bobot. Kemudian
catat hasil penimbangan.
11. Udang yang terjala saat sampling dimasukkan ke dalam karung pakan dan tidak dikembalikan ke
dalam petak pembesaran
12. Data hasil sampling setiap petak tambak selanjutnya akan diolah, dianalisis dan dievaluasi sebagai
bahan pertimbangan untuk manajemen pakan dan perkiraan waktu panen parsial.

Sampling udang bobot dan populasi udang


Pengolahan data dianalisis menggunakan beberapa rumus sebagai berikut:

1. Hitung ABW udang dengan rumus:


total berat udang
ABW (g/ekor)=
jumlah udang

2. Hitung ADG dengan rumus:


ABW t2 −ABW t1
ADG (g/ekor/hari)=
t2−t1
Ket: t= DOC pada saat sampling

3. Hitung estimasi biomassa dengan rumus:


jumlah pakan per hari
Biomassa (kg)=
FR (%)
Keterangan:
a. FR% dapat dilihat pada table program pakan berdasarkan ABW hasil
sampling
b. Pakan per hari didapat dari data satu hari sebelumnya.
c. Asumsi semua dalam kondisi normal.
4. Hitung ertimasi populasi udang dengan rumus:
Biomassa (g)
Populasi (ekor)=
ABW

5. Hitung SR (survival rate) dengan rumus:


populasi
SR (%)= x 100
jumlah tebar

Catat hasil sampling: ABW, ADG, dan hasil estimasi biomassa, populasi dan SR dalam
form sampling report.
9. Manajemen Kesehatan Udang dan Lingkungan

1. Manajemen kesehatan udang merupakan kegiatan holistik di mana fokusnya


adalah pada pencegahan penyakit melalui pemilihan benih yang baik,
persiapan yang optimal, nutrisi yang baik, manajemen kualitas air yang baik,
monitoring kesehatan udang yang konsisten, dan pengurangan stres (daripada
pengobatan penyakit udang).

2. Kesehatan udang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dalam


lingkungan budaya dan faktor fisik, kimia, dan biologis yang berkontribusi
pada pertumbuhan, kesehatan, dan produksi udang budidaya
Tujuan Manajemen Kesehatan Udang
1. Pencegahan penyakit pada organisme budidaya
2. Mengurangi insiden terjadinya penyakit infeksi
3. Mengurangi tingkat keganasan penyakit bila terjadi.
4. Kematian tidak mempengaruhi produksi akuakultur
dan tidak merugikan secara ekonomi
Penyakit Utama pada Udang
Diseases Pathogenic agent
Vibriosis Genus Vibrio

White spot disease White spot syndrome virus (WSSV)


Infectious myonecrosis Infectious myonecrosis virus (IMNV)
Enterocytozoon hepatopenaei (EHP) Microsporidian
Acute hepatopancreatic necrosis Vibrio parahaemolyticus
disease (AHPND)
White feces disease (WFD) ??
Langkah-langkah yang harus diterapkan dalam manajemen kesehatan udang dan
lingkungan:

1. Menggunakan benur sehat dan bermutu dengan penggunaan benih SPF untuk
penebaran ke dalam tambak dengan padat tebar sesuai dengan teknologi yang
diterapkan.
2. Mengelola kualitas air untuk menghindari terjadinya perubahan yang ekstrim.
3. Menggunakan pakan yang bermutu dengan penerapan manajemen pakan yang baik.
4. Meningkatkan kekebalan tubuh udang, pemberian vitamin, dan penggunaan bakteri
probiotik yang bisa menjadi kompetitor bagi bakteri pathogen penyerang udang.
5. Menghindari perlakuan yang dapat menimbulkan stress pada udang.
6. Melakukan monitoring kesehatan udang secara rutin melalui pengamatan visual dan
uji di laboratorium.
7. Melakukan perbaikan kondisi tambak atau tindakan pengobatan terhadap udang
yang terserang penyakit.
8. Melakukan pemulihan kualitas lingkungan tambak bagi udang yang terserang oleh
penyakit bacterial atau viral.
9. Melakukan tindakan isolasi dan/atau disinfeksi pada tambak yang udangnya
terserang oleh virus yang dapat berkembang luas pada tambak yang lain.
10. Tidak melakukan pemindahan udang, peralatan, maupun air dari tambak
yang terserang penyakit ke tambak yang lain.
11. Menerapkan pengamanan biologi (biosecurity) pada tambak udang.
12. Melakukan pembersihan dan penjemuran tambak setelah pemanenan udang.
13. Udang sakit harus dikarantina, apabila tidak bisa disembuhkan,
udang dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur
Frekuensi monitoring kualitas air, pertumbuhan dan kesehatan udang
N0. Parameter Frekuensi (minimal)
1 Kualitas air
- Suhu, pH, DO, salinitas, kecerahan Setiap hari
- Alkalinitas, bahan organik, nitrit, nitrat Seminggu sekali
- Total Vibrio, bakteri , plankton Seminggu sekali

2 Respons pakan Seiap pemberian pakan


3 Berat udang 5 – 7 hari sekali
4 Kesehatan udang
- Visual Setiap hari
- Laboratorium Dua kali dalam satu periode
pemeliharaan (*)

Catatan: (*) bila diperlukan


Bagaimana Peran Probiotik untuk Meningkatkan
Kesehatan Udang?
Definisi Probiotik
Mikroba hidup yang ditambahkan dan memberikan pengaruh
menguntungkan bagi inangnya:

1. Memodifikasi komunitas mikroba


2. Menghambat pertumbuhan bakteri patogen
3. Memperbaiki nilai nutrisi pakan
4. Memperbaiki kualitas lingkungan
5. Meningkatkan respons imun
Verschuere et al. 2000 ; Nayak 2010
Mechanisms of probiotic actions in shrimp

Lazado et al. 2015

Shrimp School BDP IPB


Bagaimana Peran Probiotik untuk Memperbaiki
Lingkungan Pemeliharaan Udang?
Pakan Tiga cara membuang amonia-nitrogen
dari sistem budidaya
20-30% protein pakan
yang dimanfaatkan
N2

1 Bakteri
Kepadatan tinggi
denitrifikasi
Fitoplankton
2
70% protein pakan Bakteri autotrof/
diekskresikan ke air TAN NO2 nitrifikasi NO3
3
Konversi langsung
menjadi biomassa

Pakan tak Biomassa Mikroba


Feses
termakan
(Diilustrasikan dari: Montoya & Velosco 2000; Stickney 2005; Ebeling et al. 2006; Crab et al. 2007
Kontrol nitrogen anorganik melalui penambahan sumber karbon:
Teknologi Bioflok
Pakan N2
Dimanfaatkan Cahaya Sumber
Karbon Aerasi/
sebagai pakan
sumber O2

Biomassa mikroba/flok

TAN NO2 NO3

(Diilustrasikan dari: Avnimelech 2007; Crab et al. 2007)


Pakan tak Feses
termakan
Praktek Pemberian Probiotik

• Probiotik yang digunakan merupakan produk legal yang


telah disetujui pemerintah.

• Tambak harus harus memiliki catatan penggunaan


untuk probiotik dan agen bioremediasi lainnya (jenis
dan dosis) selama masa budidaya.
Praktek pemberian probiotik
1. Pemberian atau perlakuan bakteri Bacillus dengan cara diaktivasi selama 24 jam dan ditebar pada pagi
hari (jam 08.00) tiap 2 hari sekali dosis 10 ppm.
a. Cara pembuatan aktivasi bakteri (Untuk luas tambak 1 hektar) :
 B. subtilis : 100 gram
 Molase / tetes : 2 kg
 Vitamin B complex : 10 gram
 MSG : 10 gram
 Air laut steril : 100 liter (harus steril)
b. Semua bahan tersebut di atas diaerasi kurang lebih 24 jam-36 jam.
c. Pemberian kaptan 10 ppm pada sore hari (17.00-18.00) tiap 2-3 hari sekali.
d. Diberikan dari 10 hari sebelum tebar sampai DOC 20.
2. Pemberian Lactobasillus dengan cara ditebar setiap 2 hari sekali pada pagi hari (08.00) bergantian
dengan pemberian kultur Bacillus subtillis.
Cara pembuatan Lactobacillus untuk luasan 3500 m2
 Lactoblast = 1 liter
 Tetes/Molase = 1 liter
 Vitamin B = 10 gram
 Susu skim = 100 gram.
 Air = 50 liter
3. Pemberian Bacillus lycheniformis dengan dosis 1 ppm ditebar jam 14.00 diberikan 3
hari sekali. Diberikan setelah DOC 21 sampai panen.
4. Pemberian (Photosyntetic Bacteria) dengan dosis 1 – 2 ppm seminggu sekali.
5. Pemberian molase dengan dosis 5% dari pakan perhari. (Aplikasi setiap hari jam
08.00 - 09.00 sejak pakan masuk ke tambak )
6. Aplikasi H2O2, BKC, Virkon dimulai dari dosis terendah. ( Aplikasi setelah sipon
pertama pada DOC 20 )
7. KCl diberikan dengan dosis 0,5-1 ppm diberikan dua kali dalam seminggu.
8. Pemberian kaptan 10-20 ppm pada sore hari ( 17.00-18.00 ) setiap hari setelah DOC
20.
9. Pemberian mineral 2 hari sekali dan saat periode molting 3 hari sebelum dan sesudah
bulan mati/bulan purnama dengan dosis 1-5 ppm.
10. Pengelolaan Biosekuritas
Biosecurity adalah “sistem” untuk mencegah dan/atau mengurangi resiko
masuk dan tersebarnya patogen potensial (mikroorganisme target: hama,
parasit, bakteri, virus, fungi)

“Set of practices that will reduce the probability of pathogen introduction and
its subsequent spread from one place to another “ ( Lotz, 1997 ).
TUJUAN/MANFAAT BIOSECURITY
 Mencegah/meminimalisir peluang masuknya
patogen potensial
 Meminimalisir penyebaran dari satu spot area
ke spot lainnya di dalam/antar unit
 Meningkatkan/menjaga status kesehatan
udang
 Melindungi investasi ekonomi
 Reputasi bisnis
 Melindungi masuknya penyakit baru
 HPIK, HPI
 Melindungi kesehatan manusia
 Zoonosis, keamanan pangan
Elemen dasar Biosecurity

Elemen dasar : Melindungi


fasilitas/biota
- metoda fisika akuakultur dari
- metoda kimia penyakit
- metoda biologi

Fisika Kimiawi Biologis


Metoda fisika: mencegah intrusi vektor
pembawa penyakit ke wadah/tempat
budidaya, termasuk pengelolaan air dan
karantina.

Fisika Metoda kimia: Penggunaan bahan kimia


Fisika
untuk mentreatmen bahan/alat sebelum
masuk/digunakan dalam fasilitas
budidaya. Chlorinasi dan ozonisasi air
yang masuk, iodin dan klorin untuk
mentreatmen alat, sepatu dan
kain/saringan.
Metoda biologis: Penggunaan
benih/induk SPF, penggunaan probiotik

Shrimp School, 20-24 Juli 2020


Pendekatan Hazard Analysis and Critical Control
Point (HACCP) dalam pengembangan dan
implementasi biosekuriti

Sistem manajemen resiko HACCP ini dapat diterapkan dalam


3
kegiatan budidaya, terutama untuk mencegah peluang
introduksi penyakit atau untuk menurunkan resiko penyakit
Diagram alir pembesaran udang dan
penentuan CCP (introduksi patogen)

- Identifikasi
Gerbang
masuk
patogen
PENGELOLAAN BIOSEKURITAS

Penerapan biosekuritas di tambak dapat dilakukan menGikuti alur proses budiaya dari mulai
persiapan sampai panen.

1. Tambak harus memiliki kontrol biosekuriti yang berupaya mencegah masuk dan menyebarnya
agen penyakit di tambak, dari mulai tahap persiapan sampai panen
2. Buat prosedur biosekuritas dalam prosedur baku budidaya udang dan implementasinya
3. Personil tambak harus dilatih dalam prosedur biosekuriti
4. Prosedur biosekuritas berlaku untuk pengunjung dan semua pengunjung harus mematuhinya
5. Gunakan air yang telah ditreatment terlebih dahulu, untuk meyakinkan tidak ada pathogen
ataur karier yang masuk,
6. Gunakan hanya benur yang yang SPF (specific pathogen free)
7. Lakukan monitoring kualitas air dan kesehatan udang secara rutin,
8. Manajemen pakan yang memadai
9. Pembuatan pagar keliling tambak.
10. Sediakan toilet dan sarana pencuci tangan.
11. Menjaga kebersihan tambak
Contoh kegiatan biosekuritas di tambak

Akses tunggal dan kewajiban disinfeksi kendaraan


Pemasangan Bird Scaring Devices (BSD) untuk menghindari transmisi penyakit melalui burung.

Pemasangan Crab Protecting Wall (CPW) untuk menangkal


kepiting agar tidak masuk ke dalam area tambak.
Monitoring Bakteri Vibrio di air dan udang
Pemeriksaan PCR untuk penyakit viral dan bakterial utama
pemindahan dan
pemusnahaan udang mati
dari kolam

nutrisi yang tepat dan manajemen pemberian makan


penanganan udang yang tepat

Pencatatan yang baik; catatan standar untuk


setiap fasilitas akuakultur

pelaporan kelainan / kematian dan wabah penyakit


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai