AIR PASOK
AIR
MEDIA BUDIDAYA
AIR LIMBAH
Kelebihan dan Kekurangan Pengujian dengan Test Kit
Contoh Hasil Pengukuran
Warna air Kelimpahan plankton
Cokelat dinoflagellata
Pergantian Air dan Siphon
Muncul Gejala
IMNV & TSV
Panen Total
IMNV
Muncul Gejala
IMNV
Panen Total
IMNV
IMNV Disease
1. Meningkatkan laju Konsumsi Oksigen
2. Terbentuknya Methaemocyanin
NO2- mengoksidasi Cu+-hemocyanin menjadi Cu2+
Cu2+ - hemocyanin sulit mengikat oksigen
Hipoksia (meskipun kadar DO air, tinggi)
4. Meningkatkan molting
MANAJEMEN KUALITAS AIR
TAMBAK
AIR PASOK
AIR
MEDIA BUDIDAYA
AIR LIMBAH
Pengadaan sistem pengolahan limbah yang komplit
dengan standar IPAL sesuai SNI di tambak udang
masih menjadi pertimbangan bagi para petambak
terkait keterbatasan lahan, kesanggupan finansial,
serta tingkat kompleksitas teknologi desain instalasi
pengolahan air limbah yang digunakan
PRINSIP PENGOLAHAN LIMBAH TAMBAK
• Mengubah bahan organik menjadi bentuk molekul
sederhana yang tidak bersifat polutan.
• Mengubah senyawa bernitrogen menjadi nitrat dan
gas nitrogen (N2 )
• Mengubah senyawa berposfor menjadi senyawa yang
tidak larut dalam air.
METODE
• Pengolahan limbah secara fisika (filtrasi, sedimentasi, flotasi, absorpsi,
adsorpsi, aerasi) berhubungan dengan cara cara separasi.
• Pengolahan limbah secara biologi, berupa pemanfaatan mikroba
untuk penguraian limbah (biofilm / biofiltrasi, bioflokulasi / lumpur
aktif / activated sludge, enzimasi & fermentasi).
• Pengolahan limbah secara kimia (oksidasi, asam-basa, disinfeksi,
elektrolisis, koagulasi, membran ultra filtrasi, resin kation anion,
reverse osmosis).
Permen KP 75, Tahun 2016
Effluent water treatment
NOTE:
1. Petambak harus mengelola penggunaan air untuk
menghindari konflik dengan pengguna air lainnya.
2. Tidak membatasi jumlah air yang tersedia untuk
pengguna lain
3. Catatan tentang air masuk dan pemantauan air buangan
harus dipelihara
Shrimp School BDP IPB
7. Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan
Automatic feeder
Monitoring kecukupan pakan udang melalui pengamatan sisa pakan dalam anco
6. Pakan yang diberikan di anco sebanyak 0,5 - 1% dari total pakan yang diberikan.
Kontrol anco dilakukan setiap 1 – 2,5 jam setelah pemberian pakan, tetapi jika cuaca
mendung atau hujan pemberian pakan 25 % dari pakan seharusnya, cek anco
normal, jika sudah tidak hujan pakan diberikan sesuai seharusnya.
7. Sampling ABW udang mulai DOC 30 untuk menentukan perhitungan kebutuhan
pakan setelah bulan pertama.
8. Pakan dihitung berdasarkan ABW dan biomassa, selain itu penentuan pakan juga
berdasarkan informasi dari kecepatan makan udang di anco.
9. Pemberian pakan dilakukan di bagian pinggir petak tambak dengan cara menebarkan
pakan di bagian feeding area (1-2 meter dari pematang tambak) secara merata.
10. Pada kondisi DO dan suhu rendah dan terlihat udang mengambang dipermukaan air
(udang lemah), maka tidak dilakukan pemberian pakan karena konsumsi udang
terhadap pakan rendah, jika diberikan akan berdapak buruk terhadap kualitas air
tambak.
Tidak sesuai
Sesuai
8. MANAJEMEN SAMPLING
1. Sampling pertama dilakukan pada DOC 30 dan dilanjutkan secara rutin setiap 5 – 7 hari.
2. Kegiatan sampling dilakukan pada pagi hari, pukul 07.00 WIB saat suhu air masih rendah sehingga
udang terhindar dari stres saat dijala.
3. Pengambilan sampel udang dilakukan dengan cara menjala udang di 1 atau 2 titik yang telah
ditetapkan.
4. Pengambilan udang untuk sampling dilakukan dengan jala .
5. Jala ini dibuat khusus hanya untuk kegiatan sampling bobot rutin saja. Diameter jala berkisar 3–3,5 m.
6. Alat-alat sampling selain jala adalah timbangan digital, ember, karung pakan, keranjang, kalkulator,
dan alat tulis.
7. Setiap sebelum dan sesudah penjalaan, jaring jala harus disterilisasi dengan larutan BKC 5 ppm
selama 5 menit.
8. Setelah selesai semua peralatan sampling disterilisasi dan dijemur di bawah terik sinar matahari.
9. Jumlah populasi yang dihitung sebanyak 100 ekor per petak. Udang yang terjala ditampung dalam
ember (Gambar 17).
10. Masukkan 100 ekor udang ke dalam keranjang untuk memudahkan penimbangan bobot. Kemudian
catat hasil penimbangan.
11. Udang yang terjala saat sampling dimasukkan ke dalam karung pakan dan tidak dikembalikan ke
dalam petak pembesaran
12. Data hasil sampling setiap petak tambak selanjutnya akan diolah, dianalisis dan dievaluasi sebagai
bahan pertimbangan untuk manajemen pakan dan perkiraan waktu panen parsial.
Catat hasil sampling: ABW, ADG, dan hasil estimasi biomassa, populasi dan SR dalam
form sampling report.
9. Manajemen Kesehatan Udang dan Lingkungan
1. Menggunakan benur sehat dan bermutu dengan penggunaan benih SPF untuk
penebaran ke dalam tambak dengan padat tebar sesuai dengan teknologi yang
diterapkan.
2. Mengelola kualitas air untuk menghindari terjadinya perubahan yang ekstrim.
3. Menggunakan pakan yang bermutu dengan penerapan manajemen pakan yang baik.
4. Meningkatkan kekebalan tubuh udang, pemberian vitamin, dan penggunaan bakteri
probiotik yang bisa menjadi kompetitor bagi bakteri pathogen penyerang udang.
5. Menghindari perlakuan yang dapat menimbulkan stress pada udang.
6. Melakukan monitoring kesehatan udang secara rutin melalui pengamatan visual dan
uji di laboratorium.
7. Melakukan perbaikan kondisi tambak atau tindakan pengobatan terhadap udang
yang terserang penyakit.
8. Melakukan pemulihan kualitas lingkungan tambak bagi udang yang terserang oleh
penyakit bacterial atau viral.
9. Melakukan tindakan isolasi dan/atau disinfeksi pada tambak yang udangnya
terserang oleh virus yang dapat berkembang luas pada tambak yang lain.
10. Tidak melakukan pemindahan udang, peralatan, maupun air dari tambak
yang terserang penyakit ke tambak yang lain.
11. Menerapkan pengamanan biologi (biosecurity) pada tambak udang.
12. Melakukan pembersihan dan penjemuran tambak setelah pemanenan udang.
13. Udang sakit harus dikarantina, apabila tidak bisa disembuhkan,
udang dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur
Frekuensi monitoring kualitas air, pertumbuhan dan kesehatan udang
N0. Parameter Frekuensi (minimal)
1 Kualitas air
- Suhu, pH, DO, salinitas, kecerahan Setiap hari
- Alkalinitas, bahan organik, nitrit, nitrat Seminggu sekali
- Total Vibrio, bakteri , plankton Seminggu sekali
1 Bakteri
Kepadatan tinggi
denitrifikasi
Fitoplankton
2
70% protein pakan Bakteri autotrof/
diekskresikan ke air TAN NO2 nitrifikasi NO3
3
Konversi langsung
menjadi biomassa
Biomassa mikroba/flok
“Set of practices that will reduce the probability of pathogen introduction and
its subsequent spread from one place to another “ ( Lotz, 1997 ).
TUJUAN/MANFAAT BIOSECURITY
Mencegah/meminimalisir peluang masuknya
patogen potensial
Meminimalisir penyebaran dari satu spot area
ke spot lainnya di dalam/antar unit
Meningkatkan/menjaga status kesehatan
udang
Melindungi investasi ekonomi
Reputasi bisnis
Melindungi masuknya penyakit baru
HPIK, HPI
Melindungi kesehatan manusia
Zoonosis, keamanan pangan
Elemen dasar Biosecurity
- Identifikasi
Gerbang
masuk
patogen
PENGELOLAAN BIOSEKURITAS
Penerapan biosekuritas di tambak dapat dilakukan menGikuti alur proses budiaya dari mulai
persiapan sampai panen.
1. Tambak harus memiliki kontrol biosekuriti yang berupaya mencegah masuk dan menyebarnya
agen penyakit di tambak, dari mulai tahap persiapan sampai panen
2. Buat prosedur biosekuritas dalam prosedur baku budidaya udang dan implementasinya
3. Personil tambak harus dilatih dalam prosedur biosekuriti
4. Prosedur biosekuritas berlaku untuk pengunjung dan semua pengunjung harus mematuhinya
5. Gunakan air yang telah ditreatment terlebih dahulu, untuk meyakinkan tidak ada pathogen
ataur karier yang masuk,
6. Gunakan hanya benur yang yang SPF (specific pathogen free)
7. Lakukan monitoring kualitas air dan kesehatan udang secara rutin,
8. Manajemen pakan yang memadai
9. Pembuatan pagar keliling tambak.
10. Sediakan toilet dan sarana pencuci tangan.
11. Menjaga kebersihan tambak
Contoh kegiatan biosekuritas di tambak