Anda di halaman 1dari 3

Indikator HL.

Bloom

Adanya perbaikan sanitasi akan mengurangi resiko terjadinya diare sebesar 36%,
meningkatkan produktifitas sebesar 34%-79%, mengurangi beban biaya pengobatan sebesar
6%-19%, mengurangi resiko stunting sebesar 17-27%.

1. Lingkungan
a. Prosentase rumah sehat
Hasil pemantauan selama tahun 2017 didapatkan bahwa dari 402.146 rumah yang
diperiksa, sebesar 78,34% memenuhi syarat kesehatan. Upaya penyehatan rumah
secara berkala melaksanakan pemeriksaan rumah/ inspeksi rumah sehat,
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kepemilikan sarana sanitasi dasar
dengan pemicuan STBM, penyehatan rumah gakin dengan masalah kesehatan
sebanyak 10 rumah, pelayanan klinik sanitasi dan kunjungan rumah.
b. Prosentase penduduk yang menggunakan air minum berkualitas/layak
Sumber air minum layak disini tidak termasuk air minum kemasan dan isi ulang.
Masyarakat mengakses air minum layak pada tahun 2017 sebesar 65,7%.
Kecenderungan masyarakat lebih suka menggunakan menggunakan air kemasan dan
air minum isi ulang (sebanyak 30,66% mengkonsunsumsi air kemasan dan isi ulang).
c. Prosentase kualitas air minum
Pemeriksaan kualitas oleh UPT Labkesda Kab. Tangerang didapatkan hasil 40,1%
memenugi syarat dan 59,9% tidak memenuhi syarat. Yang menjadi target kualitas air
minum di Kabupaten Tangerang adalah kualitas air minum pada jaringan perpipaan
sebesar 100 % memenuhi syarat.
d. Prosentase penduduk yang menggunakan jamban sehat
Penduduk yang menggunakan jamban sehat tahun 2017 sebanyak 72,18%,
meningkat sebesar 3,38% dibandingkan tahun 2016 dan sudah melebihi target.
e. Jumlah desa yang melaksanakan STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah
perilaku higiene dan sanitasi masyarakat dengan metode pemicuan. Sanitasi total
meliputi perilaku stop BAB sembarangan, perilaku CTPS, pengelolaan air minum
rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah
tangga.
Sampai dengan tahun 2017 sudah melaksanakan pemicuan di 220 desa dari 274
desa. Peningkatan jumlah desa STBM di tahun 2017 sudah melebihi target.
f. Penyehatan TTU
Dari 4.247 TTU dan institusi yang diperiksa sebanyak 72,16% memenuhi syarat
kesehatan. Hal ini msh belum mencapai target sebesar 77%.
g. Tempat pengelolaan makanan minuman
Hasil inspeksi kesehatan lingkungan tempat pengelolaan makanan minuman tahun
2017 sebanyak 554 TPM memenuhi syarat dari 1.054 TPM yang diperiksa.
2. Perilaku
a. PHBS
Capaian PHBS rumah tangga sehat tahun 2017 adalah 60,8%, ini belum sesuai
target yaitu 70%. Hal ini dipengaruhi krn focus pembinaan PHBS beralih ke program
keluarga sehat, dan program promkes dikelola oleh petugas baru.
b. Pembentukan desa siaga aktif
Kab. Tangerang pada tahun 2017 membentuk 220 desa menjadi Desa Siaga dan
188 Desa Siaga yang dibentuk sudah menjadi menjadi Desa Siaga Aktif atau 85,4%
dan telah mencapai target SPM yaitu 80%.
c. Untuk Angka Bebas Jentik (ABJ) tahun 2017 menaglami peningkatan yaitu 80,4 %
walaupun belum mencapai angka > 95 % sesuai target nasional karena perilaku dan
partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN).
d. Distribusi kasus TBC Resisten Obat hampir terdistribusi merata di seluruh wilayah
Kabupaten Tangerang karena pengobatan yang tidak sesuai standar, pasien kurang
patuh dan tidak tuntas berobat serta pengawasan terhadap penggunaan obat rendah.
e. Masih tingginya ODGJ yang di pasung, yaitu sebanyak 15 org ODGJ akibatnya
Banten jadi peringkat ke-6 kasus TB, dan kabupaten Tangerang paling tinggi
diantaranya 7 kab dan kota lainnya.
3. Pelayanan kesehatan
a. Jumlah puskesmas PONED yaitu mencapai 40 puskesmas di tahun 2017.
b. Tahun 2017 terbentuk 8 Puskesmas mampu PKPR memiliki klinik konseling remaja
yg melayani konseling/konsultasi masalah kes. Dan fak. Risk yg ada pada remaja.
c. Terdapat 446 posbindu pada tahun 2017, 2279 posyandu, dan 177 desa KTS
d. Pelayanan KIA pada KN1 telah mencapai target SPM, namun K4 belum mencapai
target SPM.
e. Cakupan persalinan oleh nakes, pelayanan bufas, cakupan kunjungan neo KN1 dan
KN Lengkap, dan cakupan kunjungan bayi dan balita telah mencapai target SPM.
f. Cakupan peserta KB aktif tahun 2017 mengalami peningkatan dari 64,8% menjadi
65,5% namun belum mencapai target SPM sebesar 70%. Hal ini dikarenan kasus DO
KB dan kurangnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang.
g. Banyaknya kasus ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kalori (KEK), ibu hamil
dengan anemia serta komplikasi Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan Pre
Eklampsi Berat (PEB) pada ibu hamil menyebabkan masih tingginya AKB.
4. Herediter
Pada tahun 2017 laporan dari Puskesmas ditemukan PTM sejumlah 186.987 kasus
dan yang paling tertinggi adalah hipertensi (56,41%), Diabetes Mellitus (15,61%), dan
Asma (5,78%).

Anda mungkin juga menyukai