Anda di halaman 1dari 105

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Cover

Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Pengetahuan dan


Sikap Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam
Rangka Pencegahan Infeksi COVID-19
di DKI Jakarta pada Periode Juli 2020

Oleh:

Selfiani Siagian 112018013


Steven Dwi Saputra 112018101
Ricky Junaedi 112017184
Victor Morando Nainggolan 112018038

Tugas Akhir Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Pengetahuan dan
Sikap Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam
Rangka Pencegahan Infeksi COVID-19 di DKI Jakarta pada
Periode Juli 2020

Lembar Pengesahan

Pembimbing

Prof. Dr. dr. Rachmadi Purwana, SKM

Penguji 1 Penguji 2

(dr. Julianti Sutanto, M. Kes) (dr. Diana L. Tumilisar)

ii
Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Pengetahuan dan
Sikap Tentang Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam
Rangka Pencegahan Infeksi COVID-19 di DKI Jakarta Periode
Juli 2020
Selfiani Siagian, Steven Dwi Saputra, Ricky Junaedi, Victor Morando Nainggolan
Universitas Kristen Krida Wacana
Email Korespondensi : selfiani.2012fk187@civitas.ukrida.ac.id.

(xii + 92 halaman: 2 grafik; 10 tabel; 8 lampiran)


Abstrak
COVID-19 atau corona virus disease-19 merupakan infeksi menular yang disebabkan oleh
SARS-CoV-2 yang pertama kali dilaporkan di Wuhan, China pada Desember 2019 dan
menyebar secara cepat di seluruh dunia hingga ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO. Di
Indonesia, pada 11 Juli 2020 dilaporkan 74.018 kasus positif dengan 3.535 kasus
meninggal akibat COVID-19. Salah satu upaya pencegahan COVID-19 adalah dengan
penggunaan masker yang baik dan benar. Namun banyak masyarakat yang tidak
menggunakan masker yang baik dan benar.Penelitian bertujuan untuk mengetahui adanya
pengaruh penyuluhan terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan
masker yang baik dan benar dalam pencegahan COVID-19 pada masyarakat yang
berdomisili di Jakarta. Penelitian menggunakan Quasi Eksperimen dengan One group
pretest – posttest design. Populasi target penelitian adalah masyarakat yang berdomisili di
Jakarta yang dapat dihubungi oleh peneliti dengan teknik pengambilan sampel dengan
quota sampling. Uji analisis data menggunakan Wilcoxon signed rank test. Pada penelitian,
terdapat pengaruh penyuluhan terhadap perubahan tingkat pengetahuan masyarakat
penggunaan masker yang baik dan benar dalam pencegahan COVID-19 dengan nilai p
value <0,05, dan terdapat peningkatan pengetahuan pada 29 responden (41,42%). Dan
terdapat pengaruh penyuluhan terhadap perubahan sikap masyarakat penggunaan masker
yang baik dan benar dalam pencegahan COVID-19 dengan nilai p value <0,05, dan terdapat
peningkatan sikap pada 22 responden (31,42%).
Kata kunci: COVID-19, coronavirus, penyuluhan, penggunaan masker, tingkat
pengetahuan dan sikap.
Referensi: 34 (2005-2020)

iii
The Effect of Counseling on the Level of Knowledge and Attitudes About the
Proper Mask Use in Order to Prevent COVID-19 Infection
at Special Capital Region of Jakarta Period of Jully 2020
Selfiani Siagian, Steven Dwi Saputra, Ricky Junaedi, Victor Morando Nainggolan
Kristen Krida Wacana University
Email: selfiani.2012fk187@civitas.ukrida.ac.id, Steven.2015fk153@civitas.ukrida.ac.id,
Victor.2013fk392@gmail.com, ricky.2014fk008@civitas.ukrida.ac.id

(xii + 92 pages: 2 charts; 10 tables; 8 attachments)


Abstract
COVID-19 or corona virus disease-19 is a contagious infection caused by SARS-CoV-2
which was first reported in Wuhan, China in December 2019 and spread rapidly
throughout the world until it was declared a pandemic by WHO. In Indonesia, on July 11,
2020, 74,018 positive cases were reported with 3,535 deaths due to COVID-19. One of
the efforts to prevent COVID-19 is by using masks that are good and correct. However,
many people do not use good and correct masks. The study aims to determine the effect of
counseling on changes in the level of knowledge and attitudes of using masks that are
good and correct in preventing COVID-19 in people who live in Jakarta. This research
used Quasi Experiment with One group pretest - posttest design. The research target
population is the people who live in Jakarta who can be contacted by the researcher by
using the sampling technique with quota sampling. Test data analysis using the Wilcoxon
signed rank test. In the study, there was an effect of counseling on changes in the level of
public knowledge of the use of masks that were good and correct in preventing COVID-
19 with a p value <0.05, and there was an increase in knowledge in 29 respondents
(41.42%). And there is an effect of counseling on changes in people's attitudes to the use
of masks that are good and correct in preventing COVID-19 with a p value of <0.05, and
there is an increase in attitudes in 22 respondents (31.42%).
Keywords: COVID-19, coronavirus, counseling, use of masks, level of knowledge and
attitude.
Reference: 34 (2005-2020)

iv
Kata Sambutan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan-
Nya, sehingga tugas penelitian Ilmu Kesehatan Masyarakat ini dapat diselesaikan.
Tugas ini berjudul “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Pengetahuan
dan Sikap Tentang Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka
Pencegahan Infeksi COVID-19 di DKI Jakarta Periode Juli 2020” ini ditujukan
guna memenuhi salah satu tugas akhir pendidikan dokter pada bidang Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan
doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pengerjaan ini, yaitu kepada:
1. Prof. Dr. dr. Rachmadhi Purwana, SKM selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan banyak masukan kepada penulis
2. Seluruh subyek penelitian serta semua pihak yang namanya tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah ikut memberikan dukungan dan bantuan
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan penelitian ini. Maka, kritik dan saran dari pembaca akan sangat
bermanfaat bagi penulis. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.

Jakarta, 1 Agustus 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................... iv
KATA SAMBUTAN ...................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GRAFIK......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................... 3
1.3. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6
2.1.1 Coronavirus .................................................................. 6
2.1.2 Masker .......................................................................... 16
2.1.3 Perilaku ........................................................................ 19
2.1.4 Penyuluhan ................................................................... 32
2.2 Kerangka Teori ............................................................................. 38
2.3 Kerangka Konsep ......................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 40
3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 40
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 40
3.2.1 Tempat Penelitian ......................................................... 40
3.2.2 Waktu Penelitian........................................................... 40
3.3 Populasi Penelitian ....................................................................... 40
3.3.1 Populasi Target ............................................................. 40

vi
3.3.2 Populasi Terjangkau ..................................................... 40
3.4 Subjek Penelitian .......................................................................... 40
3.4.1 Kriteria Inklusi.............................................................. 40
3.4.2 Kriteria Eksklusi ........................................................... 41
3.5 Sampel.......................................................................................... 41
3.5.1 Besar Sampel ................................................................ 41
3.5.2 Cara Pengambilan Sampel ............................................ 41
3.6 Media Penyuluhan ........................................................................ 42
3.7 Cara dan Prosedur Kerja Penelitian ............................................... 42
3.8 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ................................ 43
3.8.1 Pengumpulan Data ........................................................ 43
3.8.2 Instrumen Penelitian ..................................................... 43
3.9 Variabel Penelitian ....................................................................... 43
3.9.1 Varibel Bebas ............................................................... 43
3.9.2 Variabel Terikat ............................................................ 43
3.10 Definisi Operasional ..................................................................... 43
3.11 Uji Instrumen Penelitian ............................................................... 46
3.11.1 Uji Validitas ................................................................. 47
3.11.2 Uji Reliabilitas .............................................................. 48
3.12 Manajemen Data ........................................................................... 49
3.12.1 Pengumpulan Data ........................................................ 49
3.12.2 Penyajian Data .............................................................. 49
3.12.3 Analisis Data ................................................................ 49
3.12.4 Interpretasi Data ........................................................... 50
3.12.5 Pelaporan Data.............................................................. 50
3.13 Etika Penlitian .............................................................................. 50
3.14 Rancangan Penelitian .................................................................... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 51
4.1 Hasil Penelitian............................................................................. 51
4.1.1 Data Demografi ............................................................ 51

vii
4.1.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta
Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka
Pencegahan COVID-19 Sebelum Dilakukan Penyuluhan .............. 52
4.1.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta
Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka
Pencegahan COVID-19 Setelah Dilakukan Penyuluhan ................ 52
4.1.4 Gambaran Sikap Masyarakat Jakarta Mengenai Penggunaan
Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-19
Sebelum Dilakukan Penyuluhan.................................................... 53
4.1.5 Gambaran Sikap Masyarakat Jakarta Mengenai Penggunaan
Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-19
Setelah Dilakukan Penyuluhan...................................................... 53
4.2 Analisis Bivariat ........................................................................... 54
4.2.1 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Tingkat
Pengetahuan Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar
dalam Rangka Pencegahan COVID-19 ......................................... 54
4.2.2 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Sikap Mengenai
Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka Pencegahan
COVID-19 .................................................................................... 55
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 58
5.1 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Penggunaan
Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-19 Sebelum
dan Sesudah Penyuluhan .......................................................................... 57
5.2 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam
Rangka Pencegahan COVID-19 ............................................................... 58
5.3 Perbedaan Sikap Masyarakat Mengenai Penggunaan Masker yang Baik
dan Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-19 Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan .............................................................................................. 61
5.4 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat
Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka
Pencegahan COVID-19 ............................................................................ 63

viii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 65
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 65
6.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 66
6.3 Saran ............................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN ................................................................................................... 72

ix
DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 2.1 Data statistik WHO berdasarkan kasus terkonfirmasi COVID-19 ......7
Grafik 2.2 Data statistik WHO berdasarkan kasus kematian akibat COVID-19 ..7

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 43
Tabel 3.2 Tingkatan Besarnya Reliabilitas .................................................. 48
Tabel 3.3 Rancangan Penelitian .................................................................. 50
Tabel 4.1 Distribusi Sebaran Menurut Usia, Jenis Kelamin, Domisili, Pendidikan
Terakhir dengan Pengaruh Penyuluhan Terahadap Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Penggunaan Masker dalam Rangka Pencegahan
Covid-19 di DKI Jakarta Periode Juli 2020 ................................. 51
Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta Mengenai
Penggunaan Masker yang Baik dan Benar Dalam Rangka Pencegahan
COVID-19 di DKI Jakarta Periode Juli 2020 Sebelum Dilakukan
Penyuluhan ................................................................................. 52
Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta Mengenai
Penggunaan Masker yang Baik dan Benar Dalam Rangka Pencegahan
COVID-19 di DKI Jakarta Periode Juli 2020 Setelah Dilakukan
Penyuluhan ................................................................................. 52
Tabel 4.4 Distribusi Sikap Masyarakat Jakarta Mengenai Penggunaan Masker
yang Baik dan Benar Dalam Rangka Pencegahan COVID-19 di DKI
Jakarta Periode Juli 2020 Sebelum Dilakukan Penyuluhan ......... 53
Tabel 4.5 Distribusi Sikap Masyarakat Jakarta Mengenai Penggunaan Masker
yang Baik dan Benar Dalam Rangka Pencegahan COVID-19 di DKI
Jakarta Periode Juli 2020 Setelah Dilakukan Penyuluhan ........... 54
Tabel 4.6 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan
Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar Dalam Rangka
Pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta Periode Juli 2020 ........... 54
Tabel 4.7 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Sikap Mengenai
Penggunaan Masker yang Baik dan Benar Dalam Rangka Pencegahan
COVID-19 di DKI Jakarta Periode Juli 2020............................... 55

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian ................. 72


Lampiran 2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan dan Sikap Memakai Masker
yang Baik dan Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-19
Tahun 2020 ..................................................................................... 73
Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan ................. 80
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap ............................ 82
Lampiran 5. Kumpulan Pertanyaan Responden Selama Penyuluhan ................ 83
Lampiran 6. Data Demografi........................................................................... 84
Lampiran 7. Pengolahan Data Penelitian ......................................................... 87
Lampiran 8. Dokumentasi Pelaksanaan Penyuluhan ........................................ 90

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


COVID-19 adalah penyakit infeksi menular disebabkan novel coronavirus,
yaitu SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). COVID-
19 menjadi perhatian WHO (World Health Organization) sehingga tanggal 11
Maret 2020 menetapkan status pandemi global karena sudah menyebar di 112
negara. Virus tersebut pertama kali diidentifikasi bulan Desember 2019 di Wuhan,
China. COVID-19 memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada
penderita dengan komorbid.
Tanggal 11 Juli, kasus terkonfirmasi COVID-19 sebanyak 12.322.395
kasus, dengan IR (Incidence Rate) 16.0 kasus / 10.000 populasi, dan CFR (Case
Fatality Rate) 4.5%.1 Negara Amerika Serikat, Brazil, dan India menempati tiga
terbanyak positif COVID-19 didunia. Amerika Serikat melaporkan kasus
terkonfirmasi COVID-19 3.097.300 kasus, dengan IR 92.8 kasus / 10.000 populasi,
dan CFR 4.28 %. Brazil melaporkan 1.755.779 kasus, dengan IR 82.2 kasus /
10.000 populasi serta CFR 3.94 %. India melaporkan 820.916 kasus, dengan IR 6.0
kasus / 10.000 populasi dan CFR 2.70 %. Sedangkan di China sebagai negara
pertama munculnya penyakit COVID-19 memiliki 85.487 kasus dengan IR 0.6
kasus / 10.000 populasi, dan CFR 5.4 %.1
Tingkat infeksi COVID-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan.2
Pada 11 Juli 2020, total kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 74.018
kasus dengan IR 2.7 kasus / 10.000 populasi, serta CFR 4.7 %. 2
Provinsi DKI Jakarta menjadi zona dengan risiko tinggi penularan COVID-
19.2 Hingga 11 Juli 2020, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus COVID-19
terbanyak ke-2 di Indonesia (sebanyak 14.113 kasus atau 19,1%) setelah Provinsi
Jawa Timur (16.140 kasus atau 21,8%). Dan berdasarkan zonasi risiko per 5 Juli
2020, terdapat 4 wilayah dengan risiko tinggi dan 2 wilayah termasuk risiko sedang.
Wilayah dengan risiko tinggi meliputi wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat,
Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. Sedangkan 2 wilayah dengan risiko sedang adalah
Kepulauan Seribu dan Jakarta Timur.

Universitas Kristen Krida Wacana


2

Hingga saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus corona.
China sebagai negara dengan kasus pertama COVID-19, mengeluarkan beberapa
kebijakan sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. mengeluarkan
kebijakan upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Seperti mengurangi kontak,
jarak fisik antar orang, tidak menginggalkan rumah, tidak berkerumun, menutup
sarana publik dan tempat bekerja, mewajibkan menggunakan masker saat keluar
rumah. Perlu tambahan intervensi non farmakologis yaitu mencuci tangan, hindari
kontak langsung, dan menggunakan masker. Penggunaan masker menjadi salah
satu cara mengurangi risiko penularan atau penyebaran COVID-19.
Peneliti melihat banyak masyarakat tidak menggunakan masker ketika
beraktivitas di luar rumah. Selain itu, masyarakat yang sudah menggunakan masker
ketika beraktivitas di luar rumah, masih banyak yang tidak menggunakan masker
dengan baik dan benar. Hal itu menunjukan adanya penyimpangan perilaku
penggunaan masker dalam mencegah COVID-19.
Perubahan perilaku terjadi melalui tiga tahapan yakni perubahan
pengetahuan, perubahan sikap, dan kemudian diikuti perubahan perilaku. Penelitian
(Devi Pramita Sari, 2020) di Ngronggah menunjukan adanya hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan masker sebagai upaya
pencegahan COVID-19.3 Hal tersebut menunjukkan perubahan pengetahuan
menjadi dasar untuk dapat merubah perilaku seseorang.
Beberapa penelitian menunjukan pengetahuan masyarakat Indonesia
tentang pencegahan COVID-19 yang masih kurang. Penelitian (Devi Pramita
Sari,2020) di Ngroggah menunjukan sebanyak 30,65% sampel yang diteliti
memiliki pengetahuan yang tidak baik mengenai penggunaan masker dalam
pencegahan COVID-19.3 Penelitian (Ika Purnamasari,2020) pada masyarakat
Wonosobo menunjukan sebanyak 9,7% sampel memiliki pengetahuan pencegahan
COVID-19 yang rendah.4 Dan penelitian (Anggun,2020) pada masyarakat
Kalimantan Selatan menunjukan sebanyak 366 dari 1190 sampel (30,75%)
memiliki tingkat pengetahuan pencegahan COVID-19 yang kurang baik.5 Sehingga
diperlukan upaya dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat agar diharapkan
terjadi perubahan perilaku.

Universitas Kristen Krida Wacana


3

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti ada tidaknya pengaruh
penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap mengenai penggunaan
masker yang baik dan benar dalam pencegahan COVID-19.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, yakni:
1. Terdapat penyakit baru yang muncul pertama kali di Wuhan, Cina
yakni COVID-19. Penyebaran virus terjadi secara ccepat sehingga
WHO menetapkan status pandemi pada 11 Maret 2020. Pada tanggal
11 Juli 2020, tiga negara teratas dengan jumlah positif kasus
COVID-19 meliputi Amerika Serikat, Brasil, India. Dengan IR
global sebesar 16 kasus/10.000 populasi dan CFR global sebesar
4,5%.
2. Di Indonesia IR 2,7 kasus / 10.000 populasi dengan CFR 4,7%. Per
tanggal 11 Juli 2020, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat
kasus COVID-19 terbanyak ke-2 di Indonesia (sebanyak 14.113
kasus atau 19,1%) setelah Provinsi Jawa Timur (16.140 kasus atau
21,8%).
3. Belum ada terapi farmakologis untuk membunuh atau mencegah
infeksi COVID-19. Dan upaya pencegahan dilakukan dengan upaya
non farmakologis seperti menjaga jarak, rajin mencuci tangan, dan
menggunakan masker. Namun banyak masyarakat tidak
menggunakan masker dan tidak sedikit yang menggunakan masker
dengan cara yang tidak benar.
4. Penelitian Devi di Ngroggah menunjukan adanya hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan masker dalam
pencegahan COVID-19
5. Penelitian Devi di Ngroggah menunjukan sebanyak 30,65% sampel
memiliki pengetahuan tidak baik mengenai penggunaan masker
dalam pencegahan COVID-19. Dan penelitian Anggun pada
masyarakat Kalimantan Selatan sebanyak 30,75% sampel memiliki
tingkat pengetahuan pencegahan COVID-19 yang kurang baik

Universitas Kristen Krida Wacana


4

1.3 Hipotesis Penelitian


Terdapat pengaruh penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap
penggunaan masker yang baik dan benar dalam pencegahan infeksi
COVID-19 pada masyarakat yang berdomisili di Jakarta pada bulan Juli
2020.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum:
Mengetahui adanya pengaruh penyuluhan terhadap perubahan
tingkat pengetahuan dan sikap penggunaan masker yang baik dan benar
pencegahan COVID-19 pada masyarakat yang berdomisili di Jakarta pada
bulan Juli 2020.
1.4.2 Tujuan Khusus:
1. Diketahui sebaran tingkat pengetahuan dan gambaran sikap
masyarakat Jakarta mengenai penggunaan masker yang baik dan benar
dalam pencegahan COVID-19 sebelum dilakukan penyuluhan.
2. Diketahui sebaran tingkat pengetahuan dan gambaran sikap
masyarakat Jakarta mengenai penggunaan masker yang baik dan benar
dalam pencegahan COVID-19 setelah dilakukan penyuluhan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat bagi Peneliti
1. Sebagai sarana melatih dan mengaplikasikan ilmu mengenai
promosi kesahatan dengan metode penyuluhan.
2. Memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti sebagai bekal
untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.
3. Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang
penelitian.
1.5.2 Manfaat bagi Perguruan Tinggi:
1. Mewujudkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam menjalankan tugas
perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
2. Menciptakan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran
sertanya di bidang kesehatan.

Universitas Kristen Krida Wacana


5

3. Sebagai bahan dasar untuk dilakukan penelitian lebih lanjut bagi


peneliti lainnya.
1.5.3 Manfaat bagi Masyarakat:
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam upaya pencegahan
COVID-19 terutama penggunaan masker yang baik dan benar.

Universitas Kristen Krida Wacana


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Coronavirus
2.1.1.1 Karakteristik virologi
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
bersegmen. Terdapat empat struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein
N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S, protein E
(selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.6 Virus ini
termasuk dalam genus betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan
beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nanometer. Hasil analisis filogenetik
menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan
Coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu
Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses
(ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-CoV-2.6 Struktur
coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di
permukaan virus. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus
kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang).7 Seperti virus
corona lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif
dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak seperti eter, etanol 75%, etanol,
disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan klorofom (kecuali
klorheksidin).6
2.1.1.2 Epidemiologi
Sejak ditemukan kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus
COVID-19 di China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari – Februari
2020. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.734 kasus terkonfirmasi COVID-
19 di China, dan 90 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan,
Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab
Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Perancis, dan
Jerman.8

Universitas Kristen Krida Wacana


7

Per 10 Juli 2020, WHO melaporkan 12.102.328 kasus terkonfirmasi dengan


228.102 kasus baru dan 551.046 kasus kematian akibat COVID-19 secara global.
Amerika diketahui memiliki angka kejadian dengan kasus tertinggi berdasarkan
region dan kemudian Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, Afrika dan Pasifik
Barat.7

7,000,000
6,000,000 0
5,000,000
4,000,000
3,000,000 6,264,026
2,000,000
1,000,000 2,868,080
1,238,779 1,065,093
0 428,051 263,958

Grafik 2.1. Data statistik WHO berdasarkan kasus terkonfirmasi COVID-19.1

300000 276,370
250000 202,341
200000
150000
100000
50000 29,690 27,328 7,733 7,517
0

Grafik 2.2. Data statistik WHO berdasarkan kasus kematian akibat COVID-19.1
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020
dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai dengan tanggal 30 Juni
2020 Kementerian Kesehatan RI melaporkan 56.385 kasus konfirmasi COVID-19
dengan 2.875 kasus meninggal (Case Fatality Rate (CFR) 5,1%) yang tersebar di
34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling banyak

Universitas Kristen Krida Wacana


8

terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun.
Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun.6
2.1.1.3 Transmisi
Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats)
ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.6 Masa inkubasi COVID-19 rata-
rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari.
Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit
disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi
dapat langsung dapat menularkan yakni mulai 48 jam sebelum onset gejala
(presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. 6
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa
COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala atau simptomatik ke
orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel
berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang
berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala
pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai
mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi
melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang
terinfeksi.6 Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan
permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya,
stetoskop atau termometer).6
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan
dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang menghasilkan
aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka, pemberian
pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke
posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non-invasif,
trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai transmisi melalui udara.6
2.1.1.4 Faktor risiko

Universitas Kristen Krida Wacana


9

Berdasarkan data CDC terjadi pada pria (51,4%) dan terjadi pada usia 30-
79 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia <10 tahun (1%). Sebanyak 81% kasus
merupakan kasus yang ringan, 14% parah, dan 5% kritis. Orang dengan usia lanjut
atau yang memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi dan diabetes melitus
diketahui lebih berisiko untuk mengalami penyakit yang lebih parah. Selain itu
berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak terjadi pria karena diduga terkait dengan
prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Usia lanjut juga diduga berhubungan
dengan tingkat kematian sedangkan hipertensi, diabetes melitus diduga
berhubungan dengan peningkatan ekspresi reseptor ACE2 (Angiotensin Converting
Enzyme-2).6,9
Seseorang dengan penyakit kanker dan penyakit hati kronik juga dianggap
lebih rentan terkena infeksi SARS-CoV-2. Dimana penyakit kanker dihubungkan
dengan reaksi imunosupresif sedangkan pada pasien dengan sirosis ataupun
penyakit hati kronik lainnya mengalami penurunan respon imun, sehingga lebih
mudah terkena COVID-19 dan dapat mengakibatkan keadaan yang lebih buruk.9
CDC China melaporkan bahwa CFR pada pasien dengan usia ≥ 80 tahun
adalah 14,8%, sementara CFR keseluruhan hanya 2,3%. Hal yang sama juga
ditemukan pada penelitian di Italia, di mana CFR pada usia ≥ 80 tahun adalah
20,2%, sementara CFR keseluruhan adalah 7,2%. Tingkat kematian juga
dipengaruhi oleh adanya penyakit bawaan pada pasien. Tingkat 10,5% ditemukan
pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, 7,3% pada pasien dengan diabetes,
6,3% pada pasien dengan penyakit pernapasan kronis, 6% pada pasien dengan
hipertensi, dan 5,6% pada pasien dengan kanker.6
2.1.1.5 Patofisologi
Patogenesis 2019 nCoV sampai saat ini belum diketahui dengan pasti tetapi
diduga tidak jauh berbeda dengan SARS-CoV sebelumnya. Pada manusia, SARS-
CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel pada saluran napas yang melapisi alveoli.
SARS-CoV-2 akan berikatan dengan reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk
ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada envelope spike virus akan berikatan
dengan reseptor selular berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, SARS-
CoV-2 melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis protein-protein yang
dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel. 9

Universitas Kristen Krida Wacana


10

2.1.1.6 Manifestasi Klinis


Gejala klinis dari COVID-19 muncul setelah periode inkubasi sekitar lima
hari setelah terjangkit. Pada permulaan gejala paling umum ditemukan demam,
batuk dan kelelahan dan kemudian dapat disertai batuk berdahak, sakit kepala,
hemoptisis, diare, sesak dan limfopenia.8 Sedangkan berdasarkan tingkat
keparahannya, COVID-19 dibedakan atas beberapa kelompok antara lain adalah
tidak ada komplikasi, pneumonia ringan hingga berat, sepsis dan syok septik. 9
2.1.1.7 Diagnosis
1. Anamnesis 6
a. Kasus suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
• Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi lokal.
• Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi/probable COVID-19.
b. Kasus probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan
gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 dan belum ada hasil
pemeriksaan laboratorium RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase
Chain Reaction).
c. Kasus konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus
konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
d. Kontak erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable
atau konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:

Universitas Kristen Krida Wacana


11

a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau


kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu
15 menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi
(seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) yang sesuai standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak
berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim
penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan sebagaimana
terlampir).
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik),
untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum
kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Sedangkan pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik),
untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum
dan 14 hari setelah tanggal pengambilan spesimen kasus konfirmasi. 6
Informasi yang bersangkutan dengan hal-hal tersebut bisa didapatkan
berdasarkan hasil dari anamnesis, pemeriksan fisik dan penunjang yang
dilakukan kepada pasien.
2. Pemeriksaan fisik
Kesadaran pasien dalam tahap awal bisa dalam keadaan
composmentis, penurunan kesadaran biasanya terjadi pada pasien COVID-
19 berat. Tanda vital pasien umumnya terjadi peningkatan frekuensi nadi,
napas, dan suhu. Tekanan darah bisa dalam batas normal atau bisa menurun.
Pemeriksaan fisik torak didapati retraksi otot pernapasan, fremitus
meningkat, redup pada bagian konsolidasi, suara napas bronkovesikuler
atau bronkial, atau ronki kasar.10
1. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium seperti hematologi rutin, hitung jenis, fungsi ginjal, elektrolit,

Universitas Kristen Krida Wacana


12

analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan prokalsitonin dapat dikerjakan


sesuai dengan indikasi. Trombositopenia juga kadang dijumpai, sehingga
kadang diduga sebagai pasien dengue. Kemudian juga dapat dilakukan
pemeriksaan foto toraks dan CT-Scan toraks. Namun, foto toraks dianggap
kurang sensitif dibandingkan CT-Scan, karena sekitar 40% kasus tidak
ditemukan kelainan pada foto toraks.
Saat ini WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk
seluruh pasien yang termasuk dalam kategori suspek. Pemeriksaan pada
individu yang tidak memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis juga boleh
dikerjakan dengan mempertimbangkan aspek epidemiologi, protokol
skrining setempat, dan ketersediaan alat. Pada pemeriksaan kultur virus
tidak direkomendasikan untuk diagnosis rutin.9
Metode yang dianjurkan untuk deteksi virus adalah amplifikasi asam
nukleat dengan RT-PCR dan dengan sequencing. 9 Hasil negatif palsu pada
tes virologi dapat terjadi bila kualitas pengambilan atau manajemen
spesimen buruk, spesimen diambil saat infeksi masih sangat dini, atau
gangguan teknis di laboratorium. Oleh karena itu, hasil negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan infeksi SARS-CoV-2, terutama pada pasien
dengan indeks kecurigaan yang tinggi.9
2.1.1.8 Tatalaksana
Saat ini, tidak ada pengobatan khusus untuk COVID-19. Strategi utama
adalah perawatan simtomatik dan suportif, seperti menjaga tanda vital, menjaga
saturasi oksigen dan tekanan, darah serta mengobati komplikasi, seperti infeksi
sekunder atau kegagalan organ.11
Berikut adalah beberapa obat-obatan yang diduga dapat bermanfaat untuk
COVID-19 seperti lopinavir/ritonavir, remdesvir, favipiravir imunoglobulin
intravena. Sedangakan pada manajemen simtomatik dan suportif dapat dilakukan
pemberian oksigen, antibiotik, kortikosteroid, vitamin c, plasma konvalesen dan
imunoterapi. Pemberian obat-obatan tersebut kemudian diberikan sesuai dengan
melihat kondisi pasien.
Pasien dengan infeksi ringan boleh tidak dirawat di rumah sakit, tetapi
pasien harus diajarkan langkah pencegahan transmisi virus. Isolasi di rumah dapat

Universitas Kristen Krida Wacana


13

dikerjakan sampai pasien mendapatkan hasil tes virologi negatif dua kali berturut-
turut dengan interval pengambilan sampel minimal 24 jam. Bila tidak
memungkinkan, maka pasien diisolasi hingga dua minggu setelah gejala hilang. 9
WHO merekomendasikan pasien dapat dipulangkan ketika klinis sudah
membaik dan terdapat hasil tes virologi yang negatif dua kali berturut-turut. Kedua
tes ini minimal dengan interval 24 jam.9
2.1.1.9 Pencegahan
COVID-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu
pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan meliputi
pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan proteksi
dasar.
1. Vaksin
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah pembuatan
vaksin guna membuat imunitas dan mencegah transmisi. Saat ini, sedang
berlangsung dua uji klinis tahap satu vaksin COVID-19. 9
2. Deteksi dini dan isolasi
Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah
berkontak dengan pasien yang positif COVID-19 harus segera berobat ke
fasilitas kesehatan. WHO juga sudah membuat instrumen penilaian risiko
bagi petugas kesehatan yang menangani pasien COVID-19 sebagai panduan
rekomendasi tindakan lanjutan. Pada tingkat masyarakat, usaha mitigasi
meliputi pembatasan berpergian dan kumpul massa pada acara besar (social
distancing).9
3. Menjaga kebersihan, mencuci tangan dan memberikan disinfektan
Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah
melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan
alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki
gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat
ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek. Rekomendasi jarak
yang harus dijaga adalah satu meter.9
Perilaku cuci tangan harus diterapkan oleh seluruh petugas
kesehatan pada lima waktu, yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum

Universitas Kristen Krida Wacana


14

melakukan prosedur, setelah terpajan cairan tubuh, setelah menyentuh


pasien dan setelah menyentuh lingkungan pasien. Air sering disebut sebagai
pelarut universal, namun mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.
Penggunaan sabun mampu mengangkat dan mengurai senyawa hidrofobik
seperti lemak atau minyak. Selain menggunakan air dan sabun, etanol 62-
71% dapat mengurangi infektivitas virus. Oleh karena itu, membersihkan
tangan dapat dilakukan dengan hand rub berbasis alkohol atau sabun dan
air. 9
Kemudian hindari menyentuh wajah terutama bagian wajah, hidung
atau mulut dengan permukaan tangan. Ketika tangan terkontaminasi dengan
virus, menyentuh wajah dapat menjadi portal masuk. Terakhir, pastikan
menggunakan tisu satu kali pakai ketika bersin atau batuk untuk
menghindari penyebaran droplet.9
4. Alat Pelindung Diri (APD)
SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. APD merupakan
salah satu metode efektif pencegahan penularan selama penggunannya
rasional. Komponen APD terdiri atas sarung tangan, masker wajah,
kacamata pelindung atau face shield, dan gaun nonsteril lengan panjang.
Alat pelindung diri akan efektif jika didukung dengan kontrol administratif
dan kontrol lingkungan dan teknik.9
5. Penggunaan masker
Berdasarkan rekomendasi CDC, petugas kesehatan yang merawat
pasien yang terkonfirmasi atau diduga COVID-19 dapat menggunakan
masker N95 standar. Masker N95 juga digunakan ketika melakukan
prosedur yang dapat menghasilkan aerosol, misalnya intubasi, ventilasi,
resusitasi jantung-paru, nebulisasi, dan bronkoskopi.9
Masker N95 dapat menyaring 95% partikel ukuran 300 nm
meskipun penyaringan ini masih lebih besar dibandingkan ukuran SARS-
CoV-2 (120-160 nm). Studi retrospektif di China menemukan tidak ada dari
278 staf divisi infeksi, ICU, dan respirologi yang tertular infeksi SARS-
CoV-2 (rutin memakai N95 dan cuci tangan). Sementara itu, terdapat 10
dari 213 staf di departemen bedah yang tertular SARS-CoV-2 karena di

Universitas Kristen Krida Wacana


15

awal wabah dianggap berisiko rendah dan tidak memakai masker apapun
dalam melakukan pelayanan.9
Saat ini, tidak ada penelitian yang spesifik meneliti efikasi masker
N95 dibandingkan masker bedah untuk perlindungan dari infeksi SARS-
CoV-2. Meta-analisis oleh Offeddu, dkk., pada melaporkan bahwa masker
N95 memberikan proteksi lebih baik terhadap penyakit respirasi klinis dan
infeksi bakteri tetapi tidak ada perbedaan bermakna pada infeksi virus atau
influenzalike illness. Radonovich, dkk., tidak menemukan adanya
perbedaan bermakna kejadian influenza antara kelompok yang
menggunakan masker N95 dan masker bedah. Long Y, dkk., juga
mendapatkan hal yang serupa.9
6. Mempersiapkan daya tahan tubuh
Terdapat beragam upaya dari berbagai literatur yang dapat
memperbaiki daya tahan tubuh terhadap infeksi saluran napas. Beberapa di
antaranya adalah berhenti merokok dan konsumsi alkohol, memperbaiki
kualitas tidur, serta konsumsi suplemen. Salah satu suplemen yang
didapatkan bermanfaat yaitu vitamin D.9
2.1.1.10 Prognosis
Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor. Reinfeksi pasien yang
sudah sembuh masih kontroversial. Studi pada hewan menyatakan kera yang
sembuh tidak dapat terkena COVID-19, tetapi telah ada laporan yang menemukan
pasien kembali positif RT-PCR dalam 5-13 hari setelah negatif dua kali berturut-
turut dan dipulangkan dari rumah sakit. Hal ini kemungkinan karena reinfeksi atau
hasil negatif palsu pada RT-PCR saat dipulangkan. Peneliti lain juga melaporkan
deteksi SARS-CoV-2 di feses pada pasien yang sudah negatif berdasarkan swab
orofaring.9
2.1.2 Masker
Penggunaan masker yang ditujukan oleh masyarakat maupun tenaga medis
memiliki jenis dan standar yang berbeda-beda. Masker yang digunakan perlu
disesuaikan dengan tingkat intensitas kegiatan tertentu. Masker wajah bekerja
dengan memberikan penghalang fisik antara mulut dan hidung pemakai dan
kontaminan potensial di lingkungan terdekat.12

Universitas Kristen Krida Wacana


16

Kita semua masih dalam perjuangan melawan COVID-19. Sementara


menjaga jarak fisik dan mencuci tangan merupakan rekomendasi utama.
Mengenakan masker adalah cara yang efektif, murah dan mudah
diimplementasikan. Hal tersebut lebih bermakna ketika menajga jarak fisik kurang
dapat dilakukan, seperti pada transportasi umum, ketika orang berbelanja untuk
kebutuhan sehari-hari, dan untuk orang-orang yang tidak dapat bekerja dari rumah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pada masyarakat yang
menggunakan masker adalah untuk pasien dengan gejala penyakit dan petugas
kesehatan. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa pembawa COVID-19
mungkin tidak menunjukkan gejala sehingga anggota masyarakat mungkin tidak
menyadari bahwa mereka membawa virus.13
Karena orang yang terinfeksi gejala diminta untuk memakai masker untuk
menghindari percikan ke orang lain, dan secara logika semua orang yang sehat juga
harus memakai masker wajah dikarenakan dua alasan yaitu pertama mereka harus
menghindari percikan dari orang lain yang mungkin pembawa adalah pasien
dengan tanpa gejala yang tidak mengenakan masker. alasan kedua adalah mereka
mungkin merupakan orang dengan tanpa gejala. Para ahli mengatakan orang yang
memakai masker mungkin lebih berisiko terkena infeksi apabila jika mereka lebih
sering menyentuh wajahnya, jika mereka tetap memakai masker dengan cara yang
tidak benar atau jika mereka membuang masker dengan tidak aman.13
Satu kekhawatiran nyata adalah kekurangan masker wajah dengan tingkat
medis untuk petugas kesehatan garis depan. Untuk masyarakat umum, disarankan
untuk menggunakan masker dari bahan kain. Penggunaan masker dalam pengaturan
layanan kesehatan jelas penting untuk melindungi pekerja medis yang berada di
garis depan. Beberapa data menunjukkan bahwa topeng kain mungkin hanya sedikit
(15%) kurang efektif daripada masker bedah dalam menghalangi emisi partikel, dan
masker kain lima kali lipat lebih efektif daripada tidak memakai masker sama
sekali. 13,14
2.1.2.1 Jenis Masker
1. Masker Kain
Masker kain dapat digunakan untuk mencegah penularan dan
mengantisipasi kelangkaan jumlah masker yang terjadi di Indonesia. Efektivitas

Universitas Kristen Krida Wacana


17

penyaringan pada masker kain meningkat seiring dengan jumlah lapisan dan
kerapatan tenun kain yang dipakai sebagai bahan pembautan masker. Masker kain
dapat mendapatkan perlindungan pemakai terhadap droplet besar , namun tidak
mendapat perlindungan terhadap aerosol/ partikel udara, karena tingkat efektivitas
filtrasi 3 mikron banding 10 – 60 %, dan tentunya dapat mencegah keluarnya
droplet besar dari batuk/ bersin pemakai masker. Pada penggunaan masker kain
penutupan wajahnya adalah longgar, namun masker kain perlu dicuci dan dapat
dipakai berkali-kali. Bahan yang digunakan untuk masker kain berupa bahan kain
katun, scarf, dan sebagainya. Penggunaan masker kain digunakan umumnya pada
saat berada di tempat umum dan fasilitas lainnya dengan tetap menjaga jarak fisik
1-2 meter.12
2. Masker Bedah 3 ply
Masker Bedah memiliki 3 lapisan (layers) yaitu lapisan luar kain tanpa
anyaman kedap air, lapisan dalam yang merupakan lapisan filter densitas tinggi dan
lapisan dalam yang menempel langsung dengan kulit yang berfungsi sebagai
penyerap cairan berukuran besar yang keluar dari pemakai ketika batuk maupun
bersin. Masker beda 3 ply dapat mendapatkan perlindungan pemakai terhadap
droplet besar, namun tidak mendapat perlindungan terhadap aerosol/ partikel udara,
karena tingkat efektivitas filtrasi 0.1 mikron banding 30 - <95%, dan tentunya dapat
mencegah keluarnya droplet besar dan kecil dari batuk/ bersin pemakai masker.
Masker ini direkomendasikan untuk masyarakat yang menunjukan gejala-gejala flu
/ influenza (batuk, bersinbersin, hidung berair, demam, nyeri tenggorokan) dan
untuk tenaga medis di fasilitas layanan kesehatan.12

3. Masker N95
Masker N95 adalah masker yang lazim dibicarakan dan merupakan
kelompok masker Filtering Facepiece Respirator (FFR) sekali pakai
(disposable).12 Kelompok jenis masker ini memiliki kelebihan tidak hanya
melindungi pemakai dari paparan cairan dengan ukuran droplet, tapi juga hingga
cairan berukuran aerosol tingkat efektivitas filtrasi yang dimiliki adalah 0.1 mikron
banding ≥95%, dan tentunya dapat mencegah keluarnya droplet besar dan kecil dari

Universitas Kristen Krida Wacana


18

batuk/ bersin pemakai masker. Masker jenis ini pun memiliki face seal fit yang ketat
sehingga mendukung pemakai terhindar dari paparan aerosol asalkan seal fit
dipastikan terpasang dengan benar.12
Masker kemudian dapat dilepaskan tanpa menyentuh bagian dalam (sisi
yang menempel pada kulit) dan disimpan selama 3-4 hari dalam kantung kertas
sebelum dapat dipakai kembali. Masker setingkat N95 yang sesuai dengan standar
WHO dan dilapisi oleh masker bedah dapat digunakan selama 8 jam dan dapat
dibuka dan ditutup sebanyak lima kali. Masker tidak dapat digunakan kembali jika
pengguna masker N95 sudah melakukan tindakan yang menimbulkan aerosol.
4. Reusable Facepiece Respirator
Tipe masker ini memiliki keefektifan filter lebih tinggi dibanding N95
meskipun tergantung filter yang digunakan, tipe masker ini dapat juga menyaring
hingga bentuk gas. Reusable Facepiece Respirator dapat mendapatkan
perlindungan pemakai terhadap droplet besar, dan perlindungan terhadap aerosol/
partikel udara. Tentunya dapat mencegah keluarnya droplet besar dan kecil dari
batuk/ bersin pemakai masker. Tipe masker ini dapat digunakan berkali-kali selama
face seal tidak rusak dan harus dibersihkan dengan disinfektan secara benar
sebelum digunakan kembali.12
2.1.2.2 Penggunaan Masker
Penggunaan dan pembuangan masker terlepas dari jenisnya penting untuk
dilakukan dengan benar agar dapat memastikan masker tersebut digunakan secara
efektif dan untuk menghindari peningkatan dan penularan. Informasi berikut
tentang penggunaan tepat masker diambil dari praktik-praktik di fasilitas pelayanan
kesehatan, maka dari itu dideskripsikan seperti berikut pertama tempatkan masker
dengan hati-hati, pastikan masker menutup mulut dan hidung, dan kaitkan dengan
kuat untuk meminimalisasi jarak antara wajah dan masker, kemudian hindari
menyentuh masker saat digunakan di wajah, lalu bila ingin melepas masker lakukan
dengan teknik yang benar yaitu dilarang menyentuh bagian depan masker,
melainkan lepaskan masker dari belakang, kemudian setelah melepas atau setiap
kali tidak sengaja menyentuh masker yang sudah terpakai segera bersihkan tangan
dengan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol atau sabun dan air mengalir jika
tangan terlihat kotor, kemudian segera ganti masker saat masker menjadi lembap

Universitas Kristen Krida Wacana


19

dan segera ganti dengan masker baru yang bersih dan kering, kemudian jangan
gunakan kembali masker sekali pakai, buang masker sekali pakai setelah digunakan
dan segera buang setelah dilepas.15
2.1.3 Perilaku
2.1.3.1 Definisi Perilaku
Perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus dengan respon atau
rangsangan dengan respon.16 Perilaku juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan.17 Jadi perilaku manusia pada
hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku
manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup; berjalan, berbicara,
bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa
yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung
atau secara tidak langsung.
Perilaku dapat berbentuk perilaku pasif dan perilaku aktif. 16 Bentuk pasif
(respon internal) adalah perilaku yang masih tersembunyi di dalam diri, tidak dapat
diamati secera langsung seperti pikiran, tanggapan, sikap batin dan pengetahuan,
sedangkan bentuk aktif (respon eksternal), perilaku ini sudah merupakan tindakan
nyata dan merupakan respon yang secara langsung dapat diobservasi. Perilaku pasif
yang berubah menjadi aktif disebut sebagai sikap.
Menurut Skinner, seoarang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).17
Dalam teori ini, terjadinya perilaku didasari oleh adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut me-respon. Oleh sebab itu, teori
Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus – organisme- respon. Skinner
membedakan respon menjadi dua yakni Respondent respon atau flexive dan operant
response atau instrumenal response. Respondent respon atau flexive adalah respon
yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus
semacam ini disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon – respon
yang relative tetap. Sedangkan operant response atau instrumenal response, yakni
respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce
karena memperkuat respon.

Universitas Kristen Krida Wacana


20

Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat


dibedakan menjadi dua yakni perilaku tertutup (convert behavior) dan perilaku
terbuka (overt behavior).18 Perilaku tertutup adalah suatu respon atau reaksi
terhadap stimulus masih terbatas perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka adalah
respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang
mudah diamati atau dilihat orang lain.
Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu. Dalam hal ini terdapat
beberapa teori tentang perilaku yang dikemukakan oleh Machfoedz dan Suryani
yakni teori naluri (Instinc Theory), teori dorongan (drive theory), teori insentif
(incentive theory), dan teori atribusi. Menurut teori naluri, perilaku disebabkan oleh
naluri. Naluri merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan, dan naluri
akan mengalami perubahan karena pengalaman. Sedangkan teori dorongan
mengatakan bahwa organisme itu mempunyai dorongan – dorongan tertentu.
Dorongan – dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan organisme yang kemudian
mendorong organsime tersebut berperilaku untuk memenuhi kebutuhannya.
Kemudian teori insentif mengatakan bahwa perilaku timbul karena adanya insentif
atau reinforcement. Terdapat dua insentif yaitu positif dan negative. Insentif positif
adalah yang berkaitan dengan hadiah atau award, sedangkan insentif negative
berkaitan dengan sanksi atau hukuman. Sedangkan teori atribusi menjelaskan
bahwa sebab – sebab perilaku terdiri dari faktor internal (motif, sikap, dll) dan
faktor eksternal (budaya, geografis, dll).
2.1.3.2 Ruang Lingkup Perilaku
Perilaku manusia sangat komplek dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Teori Bloom yang dikutip dalam Notoatmodjo membedakan perilaku
dalam 3 domain perilaku yakni kognitif (cognitive), afektif (affective) dan
psikomotor (psychomotor).16,17 Untuk kepentingan pendidikan praktis, teori ini
kemudian dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yakni pengetahuan (knowledge),
sikap (attitude), dan tindakan (practice).
1. Pengetahuan

Universitas Kristen Krida Wacana


21

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang dihasilkan setelah orang


melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.16,17 Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan juga dapat
didefinisikan sebagai segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang
didapatkan oleh setiap manusia. Dengan demikian pada dasarnya pengetahuan akan
terus bertambah bervariatif dengan asumsi senantiasa manusia akan mendapatkan
proses pengalaman atau mengalami. Pengetahuan seseorang terhadap obyek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda – beda. Tingkat pengetahuan di
dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:16
a) Tahu (know), merupakan level terendah di domain kognitif, di mana
seseorang mengingat kembali (recall) pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya.
b) Memahami (comprehension), merupakan level yang lebih tinggi
dari hanya sekedar tahu. Pada level ini pengetahuan dipahami dan
diinterpretasi secara benar oleh individu tersebut.
c) Aplikasi (application), merupakan level di mana individu tersebut
dapat menggunakan pengetahuan yang telah dipahami dan
diinterpretasi dengan benar ke dalam situasi yang nyata di
kehidupannya.
d) Analisis (analysis), merupakan level di mana individu tersebut
mampu untuk menjelaskan keterkaitan materi tersebut dalam
komponen yang lebih kompleks dalam suatu unit tertentu.
e) Sintesis (synthesis), merupakan level di mana kemampuan individu
untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang sudah ada.
f) Evaluasi (evaluation), merupakan level di mana individu mampu
untuk melakukan penilaian terhadap materi yang diberikan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.19 Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan – tingkatannya.

Universitas Kristen Krida Wacana


22

Pengukuran tingkat pengetahuan adalah apabila seseorang mampu


menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka
dikatakan orang tersebut mengetahui bidang tersebut. Kategori tingkat pengetahuan
seseorang dibagi menjadi tiga tingkatan yang berdasarkan pada nilai presentase
yakni sebagai berikut:20
1. Tingkat pengetahuan kategori baik, apabila nilainya ≥ 75%.
2. Tingkat pengetahuan kategori cukup, apabila nilainya 56-74%.
3. Tingkat pengetahuan kategori kurang, apabila nilainya ≤55%.
Terdapat beberapa faktor yang ikut mempengaruhi pengetahuan. Secara
garis besar, faktor – faktor tersebut dibagi menjadi 2 yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Adapun faktor internal meliputi pendidikan, usia, dan pengalaman.
Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan; sosial, budaya, dan ekonomi;
informasi maupun media massa.
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu usaha dalam mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun non-formal),
berlangsung seumur hidup.20 Pendidikan adalah sebuah proses pengubah sikap dan
tindakan seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut menerima informasi.
Semakin banyak informasi yang masuk, maka akan semakin banyak juga
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan berkaitan erat dengan
pendidikan, pendidikan yang tinggi diharapkan memiliki tingkat pengetahuan yang
tinggi. Namun orang dengan pendidikan rendah tidak mutlak akan berpengetahuan
rendah, karena terdapat faktor – faktor lain yang mempengaruhi.
2. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. 20 Semakin
bertambah usia akan semakin bertambah pula daya tangkap dan pola pikir, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan soial, serta lebih banyak
melakukan persiapan untuk menyesuaikan diri menuju usia tua. Pada usia ini

Universitas Kristen Krida Wacana


23

kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal hampir tidak


ada penurunan.
3. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan
keterampilan profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan
etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 20
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.20 Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan tanpa melalui penalaran baik atau
buruk, akan menambah pengetahuan walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.20
6. Informasi atau media massa
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi yang diperoleh baik
dari pendidikan formal maupun pendidikan nonformal yang dapat memberikan
pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam – macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan mayarakat. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.20
2. Sikap

Universitas Kristen Krida Wacana


24

Sikap digunakan sebagai predictor dari perilaku yang merupakan respon


seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya. 16,17 Sikap juga dapat
dikatakan sebagai reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau obyek. Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu. Sikap belum
merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu; kepercayaan
(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek; kehidupan emosional atau
evaluasi terhadap suatu obyek; kecenderungan untuk bertindak (tend tobehave).17
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 16,17
a) Menerima (receiving), yaitu sikap dimana seseorang atau subjek
mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek)
b) Menanggapi (responding), yaitu sikap memberikan jawaban atau
tanggapan terhadap pertanyaan atau obyek yang dihadapi
c) Menghargai (valuing), yaitu sikap dimana subjek atau seseorang
memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulus. Dalam
arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau
mempengaruhi orang lain merespon.
d) Bertanggung jawab (responsible), terjadi jika individu telah
menerima segala konsekuensi dari pilihannya dan bersedia untuk
bertanggung jawab.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran sikap dapat dibagi dalam tiga cara, yaitu wawancara, observasi, dan
kuesioner.19 Setiap cara memiliki keuntungan dan keterbatasan sehingga peneliti
perlu mempertimbangkan cara yangsesuai dengan tujuan penelitian sikap.
Wawancara langsung dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
ditanyakan langgsung kepada responden. Kelemahan metode ini adalah responden
seringkali merasa ragu – ragu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga
hasil wawancara yang diperoleh dapat tidak sesuai dengan kenyataanya. Observasi
langsung dilakukan melalui pengamatan langsung tingkah laku individu terhadap
suatu obyek sikap. Secara umum, metoda ini sulit dilakukan karena adanya
kecenderungan untuk memanipulasi tingkah laku yang terlihat apabila responden

Universitas Kristen Krida Wacana


25

mengetahui bahwa dirinya sedang diamati. Selain itu, peneliti juga akan merasa
kesulitan untuk menafsirkan sikap responden berdasarkan perilaku yang tampak.
Hasil yang diperoleh dari individu dapat memberikan hasil sesuai fakta pada
individu, namun akan mengurangi obyektifitas apabila jumlah pengamatan semakin
besar. Sedangkan kuesioner sikap digunakan dengan mengukur nilai tertentu dalam
obyek sikap di setiap pernyataan. Di sini, setiap responden mengisi langsung tingkat
kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang dibuat. Salah satu model
skala pengukuran skala adalah dengan skala likert. Skala likert umumnya dimulai
dengan penyusunan sejumlah besar pertanyaan sikap. Untuk masing – masing item,
penyusun perlu menetapkan apakah pernyataan sikap yang disusunnya itu
menunjukan dukungan (favourable) atau (unfavourable) terhadap obyek sikap.
Akan tetapi dari item – item itu dalam kontinum psikologinya tidak diketahui. Oleh
karena didalamnya berisikan pilihan sangat setuju, setuju, ragu – ragu, tidak
setujuk, sangat tidak setuju. Dengan demikian subjek yang sangat positif sikapnya
terhadap suatu obyek akan memiliki jawaban “sangat setuju” untuk pernyataan
positif. Skala ini menggunakan ukuran ordinal sehingga dapat membuat ranking
walaupun tidak diketahui berapa kali responden yang satu lebih baik atau lebih
buruk dari responden lainnya. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata – kata antara lain: sangat setuju, setuju, ragu – ragu, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju. Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan
didsari oleh 2 asumsi yakni setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat
disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak
favourable; dan jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap
positif harus diberikan bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang
diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif.
3. Tindakan
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana. 17 Setelah
seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan

Universitas Kristen Krida Wacana


26

penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan
ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya
(dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan. Praktik atau
tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:16,17
a) Praktik terpimpin (guided response), yaitu apabila subjek atau
seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada
tuntutan atau menggunakan panduan yang ada sesuai urutan yang
benar dalam panduan tersebut.
b) Praktik secara mekanisme (mechanism), yaitu apabila subjek atau
seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara
otomatis, tanpa melihat panduan karena sudah menjadi kebiasaan
yang dilakukan.
c) Adopsi (adoption), yaitu suatu tindakan atau praktik yang sudah
berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau
mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi sesuai kondisi
atau situasi yang dihadapi, atau tindakan atau perilaku yang
berkualitas.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara
wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh individu sebelumnya, dan
secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan individu tersebut. 19
2.1.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Salah satu bagian yag harus diperhatikan dalam promosi kesehatan adalah
faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku. Faktor perubahan perilaku dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan masyarakat untuk memilih
metode penyampaian informasi, memperhatikan isi informasi seperti gaya bahasa
dan memperhatikan performance si pemberi informasi sehingga pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan efektif untuk perubahan perilaku. Terdapat
faktor internal dan faktor eksternal dari individu yang dapat mempengaruhi
perubahan perilaku.16
a. Faktor Internal
Adapun faktor – faktor internal yang mempengaruhi perilaku individu yaitu:16
1. Jenis ras/keturunan

Universitas Kristen Krida Wacana


27

Ras atau keturunan merupakan faktor yang mendasari perilaku yang


dilakukan oleh seseorang. Hal ini karena perilaku memang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya yang jika dipraktikan
secara rutin akan menjadi budaya yang menetap. Beberapa stereotip
dari perbedaan ras ini misalnya pada ras negroid yang cenderung
dianggap bertemperamen keras.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin membedakan perilaku karena adanya ekspektasi dari
lingkungan untuk laki – laki dan perempuan. Misalnya cara
berpakaian, jenis pekerjaan yang menyesuaikan dengan stereotip
perempuan yang mengutamakan perasaan, dan lebih lemah fisiknya
daripada laki – laki.
3. Sifat Fisik
Sifat fisik menentukan perilaku seseorang, misalnya orang yang
pendek, bulat, gendut, dan wajah berlemak adalah tipe piknis.
Individu yang memiliki tipologi piknis tersebut cenderung
menampilkan perilaku senang bergaul, humoris, ramah, dan banyak
teman.
4. Kepribadian
Kepribadian terbentuk dalam diri individu sesuai dengan lingkungan
tempat dia berada. Kepribadiaan adalah segala corak kebiasaan
manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk
bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik
yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Hal ini
membuat kepribadian sangat unik dan berbeda antar satu individu
dan individu lainnya yang akan tampak dalam perilaku sehari – hari.
5. Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir
dan bertindak secara terarah dan efektif. Kemampuan berpikir ini
akan menentukan bagaimana perilaku dilakukan dalam merespon
stimulus di lingkungannya. Semakin tinggi tingkat intelegensinya,

Universitas Kristen Krida Wacana


28

akan memudahkan individu untuk memiliki beragam alternatif dan


dalam memilih perilaku yang cepat dan tepat.
6. Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya
dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan khusus. Bakat ini akan menentukan
performa dari sebuah keterampilan yang dipelajari.
b. Faktor Eksternal
Adapun faktor – faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku individu yaitu:16
1. Pendidikan
Pendidikan memberikan bekal pada individu untuk melakukan
perilaku yang membawa manfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Hasil dari pendidikan ini akan tampak pada perilaku seseorang.
Perilaku orang dengan pendidikan tinggi secara logika akan berbeda
dengan perilaku orang berpendidikan rendah.
2. Agama
Agama yang dianut seseorang memiliki aturan dan larang yang
menjadi panduan perilaku individu. Hal ini membuat perilaku
individu akan terpengaruh oleh nilai dan norma agama yang
diyakininya.
3. Kebudayaan
Kebudayaan diajarkan oleh keluarga dan masyarakat di sekitar
individu tersebut berupa kesenian, adat istiadat, atau peradaban
manusia. Hal ini membuat perilaku masyarakat dalam satu budaya
akan berbeda dengan budaya lainnya.
4. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh pada pembentukan
perilaku, di mana lingkungan ini mencakup lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Hal ini dikarenakan setiap manusia harus
beradaptasi dengan lingkungannya agar dapat bertahan, dan akan
tampak pada perilakunya.
5. Sosial Ekonomi

Universitas Kristen Krida Wacana


29

Status sosial ekonomi membedakan ketersediaan fasilitas yang dapat


digunakan oleh seseorang. Ketersediaan sumber daya ini akan
menentukan seberapa kompleks sebuah perilaku harus dilakukan
untuk dapat beradaptasi.
Melihat banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perilaku, Lawrence
Green membagi faktor tersebut menjadi 3 variabel, yaitu:16–18
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor yang
ada sebelum perilaku terjadi, meliputi pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,
pekerjaan, dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factors), merupakan faktor yang
memungkinkan sebuah perilaku terjadi, misalnya ketersediaan
infrastruktur, sumber daya, dan ketersediaan fasilitas layanan
kesehatan.
3. Faktor penguat (reinforcing factors), merupakan faktor yang
membuat sebuah perilaku diteruskan atau dihentikan, misalnya sikap
dan perilaku petugas kesehatan, teman, dan tokoh masyarakat.
2.1.3.4 Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku merupakan sebuah proses yang kompleks dan
membutuhkan waktu yang relatif lama dengan melalui tiga tahap yang diuraikan
sebagai berikut:16
1. Perubahan pengetahuan, terjadi saat individu menyadari
pengetahuan yang baru tersebut lebih banyak membawa manfaat
bagi dirinya atau keluarga dan orang di sekitarnya. Adanya
perubahan pengetahuan ini dibuktikan di berbagai penelitian dapat
membuat perubahan perilaku bertahan lama.
2. Perubahan sikap, terjadi setelah individu mendapatkan stimulus dari
sekitarnya dan melakukan penilaian terhadap stimulus tersebut.
3. Perubahan praktik atau tindakan, terjadi saat individu telah
mengetahui dan melakukan penilaian dari stimulus yang diterima

Universitas Kristen Krida Wacana


30

berupa sebuah tindakan berdasarkan pengetahuan dan penilainnya


tersebut.
Perubahan perilaku membutuhkan lebih dari motivasi individu dan tekad
untuk berubah. Seseorang yang ingin berubah membutuhkan dorongan dan
dukungan dari kelompok – kelompok mulai dari teman – teman dan keluarga.
Bentuk – bentuk perubahan perilaku individu dapat terjadi karena:16
1. Perubahan alamiah (natural change)
Perubahan yang dialami manusia secara alamiah bersifat dinamis
karena merespon perubahan yang terjadi di lingkungannya, baik
secara fisik maupun sosial. Perubahan lingkungan yang bersifat
makro, misalnya adalah perubahan politik, sosial, ekonomi, dan
budaya akan membuat perubahan perilaku tersebut dilakukan juga
oleh anggota masyarakat lainnya.
2. Perubahan terencana (planned change)
Perubahan terencana terjadi karena individu membuat rencana untuk
mengubah perilaku karena individu tersebut memiliki keinginan
untuk mencapai suatu tujuan yang memerlukan perubahan dalam
perilakunya.
3. Kesediaan untuk berubah (readiness to change)
Perubahan perilaku sangat ditentukan oleh kesediaan individu untuk
menerima perubahan tersebut. Setiap orang mempunyai kesediaan
untuk berubah (readiness to change) yang berbeda sehingga
misalnya ketika sebuah inovasi diperkenalkan dan membutuhkan
perubahan perilaku, kecepatan seseorang untuk berubah akan
berbeda: ada yang dengan cepat menerima perubahan tersebut dan
ada yang sangat lambat.
Strategi yang dapat dilakukan agar terjadi upaya perubahan perilaku yang
konkret dan positif dalam bidang kesehatan, yaitu:16
1. Menggunakan kekuatan atau kekuasaan atau dorongan
Strategi ini dilakukan ketika diperlukan perubahan perilaku yang
cepat. Aturan atau kebijakan digunakan dalam strategi ini. Akan
tetapi, seperti banyak hal yang terjadi ketika dipaksa, perubahan

Universitas Kristen Krida Wacana


31

perilaku dengan strategi ini tidak berlangsung lama dan akan


berhenti terjadi ketika aturan tersebut sudah tidak ditegakkan.
2. Pemberian informasi
Strategi ini akan memakan waktu yang relatif lama karena
diperlukan upaya pemberian informasi dan mendapatkan respon
masyarakat yang positif. Respon yang positif dari masyarakat ini
terjadi melalui berbagai tahapan perubahan; perubahan pengetahuan,
perubahan sikap, sampai akhirnya perubahan perilaku. Walaupun
memakan waktu yang relatif lama, perubahan perilaku dengan
strategi ini diharapkan akan bertahan lama.
3. Diskusi partisipatif
Strategi ini dilakukan dengan melakukan interaksi dengan
masyarakat sebagai sasaran perubahan. Strateginya sama dengan
strategi pemberian informasi tetapi masyarakat sasaran diajak untuk
berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang
materi yang disampaikan. Strategi ini jelas memakan waktu yang
lebih lama akan tetapi akan membuat perubahan bersifat relatif
permanen karena disertai pemahaman yang mendalam dari
masyarakat sasaran.
2.1.4 Penyuluhan
2.1.4.1 Definisi Penyuluhan
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar
mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan
produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya. 21
Penyuluhan bisa juga disebut sebagai penyampaian informasi dari sumber
informasi kepada seseorang atau sekelompok orang mengenai berbagai hal yang
berkaitan dengan suatu program. Penyuluhan merupakan jenis pelayanan yang
merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan merupakan suatu hubungan
timbal balik antara dua orang individu, dimana seorang penyuluh berusaha
membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri
dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan

Universitas Kristen Krida Wacana


32

datang. Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah


penyuluhan yang berkelanjutan.
Pengertian penyuluhan kesehatan sama dengan pendidikan kesehatan
masyarakat (Public Health Education), yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya
pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan
kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap
perubahan perilaku sasaran.21
Penyuluhan kesehatan juga suatu proses, dimana proses tersebut
mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses
pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan
perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu
proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode materi atau
pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau alat
peraga pendidikan. Agar dicapai suatu hasil optimal, maka faktor-faktor tersebut
harus bekerjasama secara harmonis. Hal ini berarti, bahwa untuk masukan (sasaran
pendidikan) tertentu, harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus
disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan.
Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan
sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran
individual dan sebagainya.21 Sasaran dalam promosi kesehatan ada 3 kelompok,
yaitu pendidikan kesehatan untuk individual, pendidikan kesehatan untuk
kelompok, dan pendidikan kesehatan masyarakat, dengan sasaran masyarakat
luas.22
2.1.4.2 Tujuan Penyuluhan Kesehatan
Tujuan penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku
individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup
sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal, terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental

Universitas Kristen Krida Wacana


33

dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian, menurut
WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan
dan masyarakat dalam bidang kesehatan.22
2.1.4.3 Sasaran Penyuluhan Kesehatan
Bedasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan ini, maka sasaran dibagi
dalam 3 kelompok sasaran, yaitu:23
1. Sasaran primer (Primary Target)
Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu
hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak
sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya.
2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Adapun sasaran sekunder penyeluhan adalah para tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya.
3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat,
maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan.
2.1.4.4 Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila
digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan. Pada garis besarnya hanya
ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu:24
1. Metode satu arah (One Way Methods)
Pada metode ini hanya terjadi komunikasi satu yaitu dari pihak penyuluh
ke pihak sasaran. Dengan demikian, pihak sasaran tidak diberi kesempatan
untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah metode ceramah, siaran melalui
radio, pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran.
2. Metode dua arah (Two Way Methods)
Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan
sasaran. Yang termasuk dalam metode ini adalah: wawancara, demonstrasi.
Sandiwara, simulasi, curah pendapat, permainan peran (role playing) dan tanya
jawab.

Universitas Kristen Krida Wacana


34

2.1.4.4.1 Metode Penyuluhan Kesehatan


Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan
adalah :24
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan
menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok
sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
2. Metode Diskusi Kelompok
Metode diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan
telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta
(sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
3. Metode Curah Pendapat
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah di
mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah
yang terpikirkan oleh masing – masing peserta, dan evaluasi atas pendapat –
pendapat tadi dilakukan kemudian.
4. Metode Panel
Metode panel adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih
panelis dengan seorang pemimpin.
5. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam
kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang
atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
6. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian,
ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan
menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak
terlalu besar jumlahnya.
7. Metode Simposium

Universitas Kristen Krida Wacana


35

Metode simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2


sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8. Metode Seminar
Metode seminar adalah suatu cara di mana sekelompok orang
berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli
yang menguasai bidangnya.
2.1.4.5 Media Penyuluhan
Media penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat yang dituju. Media
penyuluhan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Media cetak24
a) Leaflet atau folder adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui
lembar yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar,
sama hal nya dengan pamflet keduanya merupakan barang cetakan yang
juga dibagi-bagikan kepada sasaran penyuluhan. Bedanya adalah umumnya
dibagikan langsung oleh penyuluh, leaflet selembar kertas yang dilipat
menjadi dua (4 halaman) sedangkan folder dilipat menjadi 3 (6 halaman)
atau lebih, leaflet dan folder lebih banyak berisikan tulisan daripada
gambarnya dan keduanya ditujukan kepada sasaran untuk mempengaruhi
pengetahuan dan keterampilannya pada tahapan minat, menilai dan
mencoba.
b) Flipcard adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam
bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan yang
berkaitan dengan gambar tersebut adalah sekumpulan poster selebar kertas
karton yang digabungkan menjadi satu, masing-masing berisikan pesan
terpisah yang jika digabungkan akan merupakan satu kesataun yang tidak
terpisahkan yang ingin disampaikan secara utuh. Flipcard dimaksudkan
untuk mempengaruhi sikap, penegtahuan atau keterampilan. Akan tetapi,
karena biasa digunakan dalam pertemuan kelompok, alat peraga ini lebih
efektif dan efisien untuk disediakan bagi sasaran pada tahapan minat,
menilai, mencoba.

Universitas Kristen Krida Wacana


36

c) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang biasanya
ditempel di tempat umum. merupakan barang cetakan yang ukurannya
relatif besar untuk ditempel atau direntangkan di pinggir jalan. Berbeda
dengan placard yang banyak berisiskan tulisan, poster justru lebih banyak
berisi gambar. Keduanya dimaksudkan untuk mempengaruhi
perasaan/sikap dan pengalaman pada tahapan sadar dan minat.
d) Booklet adalah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan
maupun gambar.
e) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu
masalah kesehatan.
f) Flyer (selebaran) seperti leaflet akan tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
g) Foto-foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
2. Media elektronik
Media ini sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
memiliki jenis berbeda, antara lain:24
a) Televisi, penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk sandiwara,
diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah kesehatan.
b) Radio, penyampaian pesan-pesan dalam bentuk tanya jawab, sandiwara
radio, ceramah tentang kesehatan.
c) Video, penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang
berhubungan dengan kesehatan.
d) Slide dan Film Strip.
3. Media papan (Bill Board)
Yaitu media yang dapat dipasang ditempat umum. Media papan mencakup
pesan kesehatan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-
kendaraan umum.
2.1.4.6 Peran media dalam penyuluhan kesehatan
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan
penyuluhan kesehatan antara lain adalah:24
1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3. Media dapat memperjelas informasi.

Universitas Kristen Krida Wacana


37

4. Media dapat mempermudah pengertian.


5. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
6. Media dapat menampilkan obyek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
7. Media dapat memperlancar komunikasi.
2.1.4.7 Faktor-Faktor Keberhasilan dalam Penyuluhan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan
penyuluhan kesehatan:25
1. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi didapatnya.
2. Tingkat sosial ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula
dalam menerima informasi baru.
3. Adat istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal
yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan
menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
4. Kepercayaan
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-
orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat
dengan pemberi informasi.
5. Ketersediaan waktu
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
2.2 Kerangka Teori

Universitas Kristen Krida Wacana


38

2.3 Kerangka Konsep

Universitas Kristen Krida Wacana


39

Universitas Kristen Krida Wacana


40

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Quasi
Eksperimen dengan menggunakan rancangan One group pretest – posttest design.
Observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum eksperimen (T1) disebut pretest, dan
sesudah eksperimen (T2) disebut posttest.
Pretest Treatment Posttest
Kelompok T1 → X → T2
Intervensi
Keterangan:
X : Treatment yaitu bentuk perlakuan (intervensi) yang diberikan
kepada kelompok eksperimen.
T1 : Pretest (pengukuran yang dilakukan sebelum intervensi
(treatment))
T2 : Posttest (pengukuran yang dilakukan setelah intervensi
(treatment))
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian dilaksanakan di Jakarta
3.2.2 Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2020.
3.3 Populasi Penelitian
3.3.1 Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Jakarta.
3.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di
Jakarta yang dapat dihubungi oleh peneliti untuk mengikuti penyuluhan.
3.4 Subjek Penelitian
3.4.1 Kriteria Inklusi
a. Bersedia menjadi responden.
b. Berdomisili atau bertempat tinggal di Jakarta
c. Bersedia dan dapat mengikuti penyuluhan melalui aplikasi video
conference berupa “zoom” hingga akhir.

Universitas Kristen Krida Wacana


41

d. Bersedia dan dapat mengisi kuisioner melalui google form.


e. Usia 17 tahun – 59 tahun.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Subjek kelompok yang tidak mengikuti penyuluhan hingga selesai.
b. Subjek yang tidak mengisi pretest atau posttest ataupun keduanya.
c. Pernah mendapatkan penyuluhan mengenai penggunaan masker
yang baik dan benar dalam pencegahan COVID-19.
3.5 Sampel
3.5.1 Besar Sampel
2(𝑍𝛼 ⁄2 + 𝑍𝛽 )2 𝑃(1 − 𝑃)
𝑛=
(𝑝1 − 𝑝2)2
2(1,96 + 0,84)2 0,097(1 − 0,097)
𝑛=
(0,15)2
2(2,8)2 0,097(0,903)
𝑛=
(0,15)2
𝑛 =61,04
n2= n +(10% x n)
n2=61+(10% x 61)
n2= 68
n = perkiraan besar sampel minimum
n2 = perkiraan besar sampel minimum dengan penambahan pertimbangan
responden drop out
Zα = kesalahan tipe I (5%)= 1,96
Zβ = kesalahan tipe II (20%)= 0,84
p = proporsi atau masalah yang diteliti berdasarkan pustaka (P=0,097)
p1-p2 = perbedaan antara kejadian dari 2 kelompok (p1-p2 =0,15)
3.5.2 Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan metode non
probability sampling dengan teknik quota sampling. Quota sampling adalah teknik
pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang
hasil dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi. Kemudian dengan patokan
jumlah tersebut, peneliti mengambil sampel secara sembarang asal memenuhi
persyaratan sebagaian sampel dari populasi tersebut atau memenuhi kriteria inklusi

Universitas Kristen Krida Wacana


42

dan tidak tersingkirkan dengan kriteria eksklusi. Pada penelitian ini didapatkan 80
responden yang memenuhi kriteria inklusi. Namun terdapat 10 responden yang
tersingkir oleh kriteria eksklesi. Sehingga jumlah responden yang diteliti sebanyak
70 responden.
3.6 Media Penyuluhan
Dalam penelitian ini, media penyuluhan yang digunakan adalah media
elektronik dengan menampilkan powerpoint melalui aplikasi media conference
yakni zoom. Konten yang akan dipresentasikan terdiri dari slide - slide yang berisi
tentang informasi terkait COVID-19 dan upaya – upaya pencegahan penularan
COVID-19, khususnya tentang penggunaan yang benar dan baik dari masker.
3.7 Cara dan Prosedur Kerja Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengacu pada alur penelitian sebagai
berikut:
1. Peneliti mengumpulkan bahan – bahan ilmiah dari jurnal, text book serta
merancang desain penelitian yang akan dilakukan
2. Peneliti menyiapkan kuesioner sesuai bahan – bahan ilmiah yang telah
dikumpulkan, dan nantinya akan dibagikan kepada peserta
3. Menentukan jumlah sampel yaitu 68 responden.
4. Mengambil sampel dengan teknik quota sampling.
5. Mengambil data primer melalui kuesioner dengan google form sebelum dan
setelah dilakukan penyuluhan mengenai penggunaan masker yang baik dan
benar dalam pencegahan COVID-19.
6. Melakukan penyuluhan mengenai penggunaan masker yang baik dan benar
dalam pencegahan COVID-19.
7. Melakukan editing, verifikasi, koding, tabulasi terhadap data primer yang
sudah dikumpulkan.
8. Melakukan analisis, dan interpretasi data dengan program SPSS versi 16.
9. Melakukan penulisan laporan penelitian.
10. Melakukan pelaporan penelitian.

3.8 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


3.8.1 Pengumpulan Data

Universitas Kristen Krida Wacana


43

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui:


Pengisian kuesioner melalui google form oleh sampel untuk memperoleh
gambaran karakteristik responden meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
serta pengetahuan terkait penggunaan masker yang baik dan benar dalam
pencegahan COVID-19. Dalam penelitian dilakukan dua kali pengambilan data
pada setiap sampel, yakni sebelum dilakukan penyuluhan (pretest) dan sesudah
dilakukan penyuluhan (posttest).
3.8.2 Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data
pada suatu penelitian. Instrumen atau alat bantu dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner yang digunakan meliputi kuesioner untuk karakteristik
umum, pengetahuan, dan sikap responden mengenai penggunaan masker yang baik
dan benar dalam pencegahan infeksi COVID-19. Kuesioner tersebut digunakan
sebanyak dua kali yaitu untuk pretest yang dilakukan sebelum penyuluhan, dan
posttest yang dilakukan setelah penyuluhan.
3.9 Variabel Penelitian
3.9.1 Varibel Bebas
Pengetahuan dan sikap tentang memakai masker yang baik dan benar dalam
rangka pencegahan infeksi COVID-19 sebelum dilakukan penyuluhan.
3.9.2 Variabel Terikat
Pengetahuan dan sikap tentang memakai masker yang baik dan benar dalam
rangka pencegahan infeksi COVID-19 setelah dilakukan penyuluhan.
3.10 Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional.
Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Uku
r
Penyulu Intervensi - - - -
han yang
diberikan
sebagai upaya
pendidikan

Universitas Kristen Krida Wacana


44

kesehatan
mengenai
penggunaan
masker yang
baik dan benar
dalam
pencegahan
COVID-19
dengan media
elektronik dan
aplikasi video
conference
Pengeta Tahu atau Kue Responden Katego
huan tidaknya sion mengisi Kode 3→ rik
masyarakat er kuesioner Kategori Baik ordinal
mengenai mengenai → Nilai ≥75
penggunaan pengetahuan Kode
masker yang melalui google 2→Cukup→
baik dan benar form. Nilai =56-74
dalam Benar: skor 1 Kode
pencegahan Salah: skor 0 1→Kurang →
𝑆𝑝
COVID-19 N= 𝑆𝑚 x100 Nilai ≤55

N= nilai
pengetahuan
Sp= Skor yang
didapat
Sm= skor
tertinggi
maksimum
(20)

Universitas Kristen Krida Wacana


45

Sikap Respon yang Kue Responden Katego


masih tertutup sion mengisi rik
dari seseorang er kuesioner Kode ordinal
terhadap suatu mengenai 3→Kategori
stimulus atau sikap melalui Baik→ Skor
obyek, google form. total ≥40
predisposisi Sangat setuju: Kode 2→
suatu skor 5 Kategori Cukup
tindakan, dan Setuju: skor 4 → Skor total 33-
manifestasi Netral: skor 3 40
dari sikap Tidak setuju: Kode 1→
tidak dapat skor 2 Kategori
dilihat secara Sangat tidak Buruk→ Skor
langsung, setuju: skor 1 total ≤32
tetapi hanya
dapat N= jumlah
ditafsirkan skor total dari
terlebih seluruh
dahulu pertanyaan
Jenis Pembagian Kue Responden Kode 1: Laki- Nomin
Kelamin jenis seksual sion mengisi laki al
yang ditentukan er tanggal lahir Kode 2:
secara biologis
pada google Perempuan
dan anatomis
form
yang
dinyatakan
dalam jenis
kelamin laki-
laki dan jenis
kelamin
perempuan.

Universitas Kristen Krida Wacana


46

Usia Lamanya Kue Responden Kode 1: Usia Ordinal


responden sion mengisi 17-19 tahun
hidup dalam er tanggal lahir Kode 2: Usia
tahun yang pada google 20-29 tahun
dihitung dari form. Kode3: Usia 30-
tahun lahir 39 tahun
hingga tahun Kode 4: Usia
penelitian 40-49 tahun
dilakukan Kode 5: Usia
50-59 tahun
Pendidik Jenjang Kue Responden Kode 1: Tamat Ordinal
an pendidikan sion mengisi SMP
formal er tanggal lahir Kode 2: Tamat
terakhir yang pada google SMA
ditempuh form Kode 3: Tamat
hingga tamat Perguruan
oleh Tinggi (D3/S1)
responden
Domisili Tempat Kue Responden Kode 0: Jakarta Nomin
tinggal sion mengisi alamat Barat al
responden saat er tempat tinggal Kode 1: Jakarta
ini pada google Timur
form Kode 2: Jakarta
Selatan
Kode3: Jakarta
Utara
Kode4: Jakarta
Pusat

3.11 Uji Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang
mendasari sebagaimana dalam tinjauan pustaka, oleh karena itu sebelum digunakan

Universitas Kristen Krida Wacana


47

untuk pengumpulan data, instrumen penelitian perlu dilakukan uji coba. Uji coba
intrumen dilaksanakan di luar anggota sampel penelitian yaitu masyarkat yang
tinggal Jakarta selama dilakukan penelitian dengan jumlah 30 orang. Dalam
penelitian ini, kuesioner mengenai pengetahuan yang digunakan menghasilkan data
dikotomis yang menunjukan nilai benar atau salah, sedangkan kuesioner untuk
mengukur sikap menghasilkan data berupa skala likert dengan 5 pilihan (sangat
setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju).
3.11.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan uji instrumen yang digunakan untuk mengukur apakah
sebuah instrumen penelitan tersebut valid atau sahih. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Suatu instrumen yang valid
mempunyai validitas tinggi. Sebaiknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah.
Pada penelitian ini, instrumen penelitian dilakukan uji validitas pada 30
responden. Instrumen ini terdiri dari 16 soal dimana setiap soal disediakan jawaban
pilihan ganda dengan 4 opsi untuk menilai tingkat pengetahuan dan 10 soal dimana
setiap soal disediakan jawaban skala Likert dengan 5 tingkatan yakni sangat setuju,
setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Pada kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan, jawaban benar bernilai
1 dan jawaban salah bernilai 0. Pengujian validitas tiap butir soal digunakan
korelasi point biseral karena skor item yang bersifat dikotomi diskret (0/1) dengan
skor total pada suatu tes yang bersifat interval. Maksud dari dikotomi diskret di sini
adalah bahwa perbedaan nilai 1 dan 0 adalah nyata dan tidak kontinum di dalamnya.
Adapun uji validitas menggunakan korelasi point biseral sebagai berikut:

𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
𝑅𝑝𝑏𝑖𝑠 = √
𝑆𝑡 𝑞

Keterangan :
Rpbis = Koefisien korelasi point biseral
Mp = Rata – rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt = Rata – rata skor total
St = Standar deviasi skor total
p = Proporsi peserta didik yang menjawab benar

Universitas Kristen Krida Wacana


48

q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q=1-p)


Berdasarkan uji coba soal yang telah diberikan kepada 30 responden (N=30)
dan taraf signifikan 5% diperoleh r tabel = 0,361. Jadi, item soal dikatakan valid
jika r hitung>r rabel (r hitung > 0,361). Hasil terlampir pada lampiran 3.
Pada kuesioner untuk mengukur sikap, dilakukan uji validitas dengan
menggunakan korelasi product moment Pearson dengan menggunakan Microsoft
excel. Valid tidaknya suatu instrumen dapat diketahui dengan membanding nilai r
hitung dengan nilai kritis untuk korelasi r Product-Moment. Instrumen dikatakan
valid apabila r hitung ≥ r tabel. Sedangkan instrumen dikatakan tidak valid apabila
r hitung ≤ r tabel. Nilai r tabel pada signifikan 5% (n=30) adalah 0,361 dan nilai r
tabel pada signifikan 1% (n=30) adalah 0,463. Jadi, item soal dikatakan valid jika r
hitung>r rabel (r hitung > 0,361). Hasil terlampir pada lampiran 4.
3.11.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang
memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu
dilakukan secara berulang. Uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian dapat
menunjukan bahwa suatu instrumen tersebut dapat dipercaya dan diandalkan.
Pada penelitian ini, kuesioner mengenai pengetahuan dilakukan uji reliabilitas
dengan rumus Kuder dan Richardson dengan K-R 20, dengan rumus:
𝑘 𝑆𝑡 2 ∑ 𝑝𝑞
𝑟11 = [ ][ ]
𝑘−1 𝑆𝑡 2
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
St2 = standar deviasi dari tes (akar varian)
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dengan q
Tabel 3.2 Tingkatan Besarnya Reliabilitas
No Rentang Korelasi Tingkatan
1 Antara 0,800 sampai Sangat tinggi
1,000

Universitas Kristen Krida Wacana


49

2 Antara 0,600 sampai Tinggi


0,799
3 Antara 0,400 sampai Cukup
0,599
4 Antara 0,200 sampai Rendah
0,399
5 Antara 0,00 sampai 0,199 Sangat rendah

Pada penelitian ini, kuesioner mengenai sikap dilakukan uji reliabilitas


dengan alpha cronbach’s dengan menggunakan SPSS 16. Suatu kuesioner
dinyatakan reliabel atau konsisten apabila nilai Cronbach’s Alpha >0,60.
Pada penelitian ini, kuesioner mengenai pengetahuan memiliki nilai
reliabilitas sebesar 8,37 sedangkan kuesioner mengenai sikap memiliki nilai
reliabilitas sebesar 8,36. Oleh karena itu kuesioner sikap dan pengetahuan dianggap
reliable.
3.12 Manajemen Data
3.12.1 Pengumpulan Data
Terhadap data-data yang sudah dikumpulkan dilakukan pengolahan berupa
proses editing, verifikasi coding dan tabulasi.
3.12.2 Penyajian Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular
3.12.3 Analisis Data
Data yang diperoleh akan dikumpulkan, diolah, disajikan lalu dianalisis
menggunakan program SPSS versi 16 dalam bentuk univariat dan bivariate.
3.12.3.1Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan
presentasi dari setiap variabel yang dikehendaki. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui gambaran karakteristik umum, pengetahuan, dan sikap masyarakat
Jakarta terkait penggunaan masker yang baik dan benar dalam mencegah infeksi
COVID-19.
3.12.3.2Analisis Bivariat

Universitas Kristen Krida Wacana


50

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perubahan pengetahuan dan


sikap masyarakat Jakarta mengenai penggunaan masker yang baik dan benar dalam
pencegahan COVID-19 antara sebelum dan sesudah intervensi (penyuluhan). Hasil
penelitian ini memberikan data kategorik ordinal. Oleh karena itu, uji analisis atau
uji hipotesis yang dilakukan adalah menganalisis data pretest dan posttest dari
tingkat pengetahuan dengan Wilcoxon signed rank test serta dilakukan uji hipotesis
Wilcoxon signed rank test untuk menganalisis data pretest dan posttest dari sikap
penggunaan masker yang baik dan benar.
3.12.4 Interpretasi Data
Data diinterpretasikan secara deskriptif dan analitik antara variabel –
variabel yang sudah ditentukan.
3.12.5 Pelaporan Data
Data disusun dalam bentuk laporan penelitian. Selanjutnya akan di
presentasikan di hadapan Staf Pengajar Program Pendidikan Ilmu Kesehatan
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
3.13 Etika Penelitian
Pada penelitian ini, semua data yang didapatkan akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
3.14 Rancangan Penelitian
Tabel3.3 Rancangan Penelitian
No Kegiatan Waktu Penelitian (2020)
. Juli Agustus
0 1 1 1 2 2 2 2 2 2 0 0 0 1
8 0 3 6 0 2 4 7 8 9 1 6 8 0
1. Pengajuan
Judul
Penelitian
2. Penyusunan
Proposal
3. Revisi
Proposal
4. Pengumpula
n Data
5. Analisis data
6. Penyusunan
Laporan
Hasil
Penelitian

Universitas Kristen Krida Wacana


51

7. Perbaikan
Laporan
8. Seminar
Hasil
9. Perbaikan
Hasil

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat
Penelitian ini dilakukan di Jakarta tahun 2020 dengan didapatkan 80
responden penelitian, terdapat 10 responden dieksklusi dikarenakan tidak
mengisi kuesioner posttest. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer yang diambil dengan menggunakan kuesioner melalui
google form yang telah diisi oleh responden penelitian.
4.1.1 Data Demografi
Adapun gambaran karakteristik umum atau data demografi dari
responden penelitian ini terdapat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Sebaran Menurut Usia, Jenis Kelamin, Domisili, Pendidikan Terakhir
dengan Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Penggunaan
Masker dalam Rangka Pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta Periode Juli 2020 (n=70)
Variabel Frequency(n) Percent(%)
<20 tahun 5 6,2
20-29 tahun 60 75
Usia 30-39 tahun 9 11.2
40-49 tahun 0 0
50-59 tahun 6 7.5
Laki - Laki 20 28,6
Jenis Kelamin
Perempuan 50 71,4
Jakarta Barat 28 40
Jakarta Timur 14 20
Domisili
Jakarta Selatan 12 17,1
Jakarta Utara 7 10

Universitas Kristen Krida Wacana


52

Jakarta Pusat 9 12,9


SD 0 0
Pendidikan
SMP 0 0
Terakhir
SMA/Madrasah Aliyah 20 28,6
Perguruan Tinggi 50 71,4

4.1.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta Mengenai


Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka
Pencegahan COVID-19 Sebelum Dilakukan Penyuluhan.
Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta Mengenai Penggunaan
Masker yang Baik dan Benar Dalam Rangka Pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta Periode
Juli 2020 Sebelum Dilakukan Penyuluhan (n=70)

Variabel Frequency (n) Percent (%)

Pengetahuan Kurang 12 17.1


Pengetahuan Cukup 21 30.0
Pengetahuan Baik 37 52.9
Total 70 100.0
Pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa terdapat 12 responden (17,1%) yang
memiliki pengetahuan kurang mengenai penggunaan masker yang baik dan
benar dalam pencegahan COVID-19 sebelum dilakukan penyuluhan.
Sedangkan responden dengan pengetahuan cukup terdapat 21 responden
(30.0%), dan pengetahuan baik terdapat 37 responden (52,9%) yang memiliki
pengetahuan baik penggunaan masker yang baik dan benar dalam pencegahan
COVID-19 sebelum dilakukan penyuluhan.

4.1.3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta mengenai


Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka
Pencegahan COVID-19 Setelah Dilakukan Penyuluhan.
Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Jakarta Mengenai Penggunaan
Masker yang Baik dan Benar Dalam Rangka Pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta
Periode Juli 2020 Setelah Dilakukan Penyuluhan (n=70)

Universitas Kristen Krida Wacana


53

Variabel Frequency(n) Percent(%)

Pengetahuan Kurang 0 0
Pengetahuan Cukup 14 20.0
Pengetahuan Baik 56 80.0

Total 70 100.0
Pada Tabel 4.3 menunjukan bahwa terdapat 14 responden (20%) yang
memiliki pengetahuan cukup mengenai penggunaan masker yang baik dan
benar dalam pencegahan COVID-19 sesudah dilakukan penyuluhan dan
terdapat responden dengan pengetahuan baik berjumlah 56 responden (80%)
yang memiliki pengetahuan baik penggunaan masker yang baik dan benar
dalam pencegahan COVID-19 setelah dilakukan penyuluhan.
4.1.4 Gambaran Sikap Masyrakat Jakarta Mengenai Penggunaan
Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-
19 Sebelum Dilakukan Penyuluhan.
Tabel 4.4. Distribusi Sikap Masyarakat Jakarta Mengenai Penggunaan Masker yang Baik
dan Benar Dalam Rangka Pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta Periode Juli 2020
Sebelum Dilakukan Penyuluhan (n=70)
Variabel Frequency(n) Percent(%)

Sikap Buruk 5 7.1


Sikap Cukup 17 24.3
Sikap Baik 48 68.6

Total 70 100.0
Pada Tabel 4.4 menunjukan bahwa terdapat 5 responden (7,1%) yang
memiliki gambaran sikap yang buruk mengenai penggunaan masker yang baik
dan benar dalam pencegahan COVID-19 sebelum dilakukan penyuluhan.
Sedangkan responden dengan gambaran sikap yang cukup terdapat 17
responden (24,3%), dan gambaran sikap yang baik terdapat 48 responden
(68,6%) yang memiliki pengetahuan baik penggunaan masker yang baik dan
benar dalam pencegahan COVID-19 sebelum dilakukan penyuluhan.

Universitas Kristen Krida Wacana


54

4.1.5 Gambaran Sikap Masyrakat Jakarta Mengenai Penggunaan


Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-
19 Setelah Dilakukan Penyuluhan.
Pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa terdapat 3 responden (4,3%) yang
memiliki gambaran sikap yang cukup mengenai penggunaan masker yang baik
dan benar dalam rangka pencegahan COVID-19 sesudah dilakukan
penyuluhan dan terdapat responden dengan gambaran sikap baik berjumlah 67
responden (95.7%) yang memiliki gambaran sikap yang baik penggunaan
masker yang baik dan benar dalam pencegahan COVID-19 setelah dilakukan
penyuluhan.
Tabel 4.5. Distribusi Sikap Masyarakat Jakarta Mengenai Penggunaan Masker yang Baik
dan Benar Dalam Rangka Pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta Periode Juli 2020
Setelah Dilakukan Penyuluhan (n=70)

Variabel Frequency(n) Percent(%)

Sikap Buruk 0 0
Sikap Cukup 3 4.3
Sikap Baik 67 95.7
Total 70 100.0
4.2 Analisis Bivariat
Dalam melihat ada tidaknya pengaruh penyuluhan terhadap perubahan
pengetahuan dan sikap penggunaan masker yang baik dan benar dalam
pencegahan COVID-19, pada penelitian ini dilakukan uji Wilcoxon terhadap
tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
dengan menggunakan SPSS16.
4.2.1 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan
Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka
Pencegahan COVID-19.
Tabel 4.6. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Mengenai
Penggunaan Masker yang Baik dan Benar Dalam Rangka Pencegahan COVID-19 di DKI
Jakarta Periode Juli 2020 (n=70)

Universitas Kristen Krida Wacana


55

No Variabel N Asymp. Sig. (2-tailed)

Penurunan Tingkat
1 0 0.000
Pengetahuan

Peningkatan Tingkat
2 29
Pengetahuan
Tidak Mengalami
3 41
Perubahan
Total 70
Pada tabel 4.6 menunjukan bahwa dalam penelitian ini, tidak
terdapat responden penelitian yang memiliki tingkat pengetahuan setelah
penyuluhan (post-test) yang lebih rendah dari pada tingkat pengetahuan
sebelum penyuluhan (pre-test). Sedangkan jumlah responden yang mengalami
peningkatan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan sebesar 29 responden.
Sedangkan jumlah responden yang tidak mengalami peningkatan pengetahuan
ataupun penurunan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan sebesar 41
responden. Dan pada uji Wilcoxon ini, menunjukan p value <0,05, dimana hal
ini menunjukan adanya perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan atau
bermakna antara sebelum dilakukan penyuluhan dengan sesudah dilakukan
penyuluhan. Atau dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan
terhadap perubahan tingkat pengetahuan penggunaan masker yang baik dan
benar dalam pencegahan COVID-19.
4.2.2 Pengaruh Penyuluhan terhadap Perubahan Sikap Mengenai
Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka
Pencegahan COVID-19 Sebelum Dilakukan Penyuluhan.
Tabel 4.7. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Sikap Mengenai Penggunaan
Masker yang Baik dan Benar Dalam Rangka Pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta
Periode Juli 2020 (n=70)

Universitas Kristen Krida Wacana


56

No Variabel N Asymp. Sig. (2-tailed)

1 Penurunan Sikap 0 0.000

2 Peningkatan Sikap 22

Tidak Mengalami
3 48
Perubahan

Total 70

Pada tabel 4.7 menunjukan bahwa dalam penelitian ini, tidak terdapat
responden penelitian yang memiliki perubahan tingkat sikap antara setelah
penyuluhan (post-test) dan sebelum penyuluhan (pre-test). Sedangkan jumlah
responden yang mengalami peningkatan sikap setelah dilakukan penyuluhan
sebesar 22 responden. Sedangkan jumlah responden yang tidak mengalami
peningkatan sikap ataupun penurunan sikap setelah dilakukan penyuluhan
sebesar 48 responden. Dan pada uji Wilcoxon ini, didapatkan p value <0,05,
dimana hal ini menunjukan adanya perbedaan tingkat sikap yang signifikan
atau bermakna antara sebelum dilakukan penyuluhan dengan sesudah
dilakukan penyuluhan. Atau dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh
penyuluhan terhadap perubahan tingkat sikap penggunaan masker yang baik
dan benar dalam pencegahan COVID-19.

Universitas Kristen Krida Wacana


57

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Penggunaan
Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-19
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Dalam penelitian
ini dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan masyarakat Jakarta
mengenai penggunaan masker yang baik dan benar dalam pencegahan
COVID-19. Dimana tingkat pengetahuan ini diukur sebelum dan setelah
penyuluhan.
Tingkat pengetahuan masyarakat Jakarta mengenai penggunaan
masker yang baik dan benar dalam pencegahan COVID-19 sebelum
dilakukan penyuluhan sebagian besar tergolong pengetahuan yang baik
yakni sebesar 37 responden atau sebesar 52,9%. Sedangkan kategori
terbanyak kedua adalah kategori pengetahuan cukup yakni sebanyak 21
responden atau sebesar 30%. Sedangkan tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 12 responden atau sebesar 17,1%. Tingginya tingkat pengetahuan
masyarakat Jakarta mengenai penggunaan masker yang baik dan benar

Universitas Kristen Krida Wacana


58

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat


mempengaruhi adalah pemberian informasi melalui media masa.20 Adanya
informasi dari media massa yang terus digencarkan secara masif akan
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.20 Dimana selama terjadinya pandemi COVID-19 ini,
banyak media massa baik melalui media elektronik seperti televisi, radio,
maupun internet, serta media non elektronik seperti koran, baliho yang
memberikan informasi mengenai COVID-19 termasuk upaya – upaya
dalam pencegahan penyebarannya, seperti mengenai penggunaan masker
yang digunakan dalam mengurangi risiko infeksi COVID-19. Tingginya
informasi – informasi yang didapatkan oleh masyarakat mengenai upaya-
upaya pencegahan COVID-19, khususnya penggunaan masker yang baik
dan benar, menyebabkan cukup tingginya tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai hal tersebut (penggunaan masker yang baik dan benar dalam
rangka pencegahan COVID-19). Selain itu, faktor tingginya subjek dengan
tingkat pengetahuan sebelum dilakukan penelitian juga dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan subjek penelitian. Hal ini disebabkan karena pendidikan
ikut serta mempengaruhi tingkat pengetahuan.20 Pada penelitian ini, subjek
penelitian memiliki latar belakang pendidikan terakhir adalah lulusan SMA
sederajat sebanyak 20 orang (28,6%), dan lulusan perguruan tinggi
sebanyak 50 orang (71,4%). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tingkat
pendidikan pada subjek penelitian termasuk berpendidikan tinggi.
Meskipun pada penelitian ini didapatkan tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai penggunaan masker yang baik dan benar dalam pencegahan
COVID-19 sebagian besar tergolong memiliki pengetahuan baik, namun
masih saja terdapat responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Sedangkan tingkat pengetahuan masyarakat Jakarta mengenai
penggunaan masker yang baik dan benar dalam pencegahan COVID-19
setelah dilakukan penyuluhan sebagian besar termasuk kategori
pengetahuan baik, yakni sebesar 56 responden atau sebesar 80%.
Sedangkan tingkat pengetahuan cukup sebesar 14 responden atau 20%. Dan
tidak ditemukan subjek dengan tingkat pengetahuan yang kurang setelah

Universitas Kristen Krida Wacana


59

dilakukan penyuluhan. Dimana hal ini menunjukan bahwa dalam penelitian


terdapat peningakatan pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan
masker yang baik dan benar dalam rangka pencecgahan COVID-19 salah
satunya didukung dengan adanya penyuluhan melalui media presentasi
menggunakan power-point.
5.2 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar
dalam Rangka Pencegahan COVID-19
Perubahan pengetahuan responden mengenai penggunaan masker
dinilai tinggi, hal ini disebabkan karena ada pengaruh seperti tingkat
pendidikan yang tinggi. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi
umumnya dapat menerima informasi dengan efektif seperti melalui media
informasi atau penyuluhan yang pernah di dengar oleh responden sehingga
mereka paham mengenai cara menggunakan masker yang baik dan benar,
dan motivasi dari dalam diri responden sendiri untuk menghindari
kemungkinan terkena COVID-19. Berdasarkan teori Lawrence Green
dalam Notoatmodjo yang mengatakan bahwa ada tiga faktor yang
menentukan perilaku, salah satu faktornya adalah faktor predisposisi.
Adapun faktor predisposisi ini antara lain adalah pengetahuan sebagai
pembentuk utama dalam menentukan perilaku seseorang. Apabila dengan
pengetahuan subjek yang kurang mengenai COVID-19 dan cara
menggunakan masker yang masih belum tepat maka dapat menetukan
subjek untuk mau berperilaku lebih baik untuk mencegah COVID-19.
Sehingga diadakan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan dengan materi
mengenai penggunaan masker yang baik dan benar dalam rangka
pencegahan COVID-19. Sesuai dengan yang disampaikan Bandura dalam
Santrock bahwa tingkat kognitif sesorang mempengaruhi perilaku, dimana
penyuluhan menurut Notoatmodjo merupakan salah satu bentuk pendidikan
kesehatan, maka penyuluhan yang disampaikan kepada masyarakat perlu
dilakukan untuk mencipatkan perubahan pengetahuan pada masyarakat.26,27
Pada penelitian ini didapatkan perubahan tingkat pengetahuan
sebelum dan sesudah penyuluhan, hal ini dapat terjadi karena pengetahuan

Universitas Kristen Krida Wacana


60

dapat memberikan keyakinan untuk berperilaku untuk individu tersebut dan


bisa juga untuk tidak berperilaku. Pada penelitian ini, terjadi peningkatan
pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan sebesar 29 responden (41,42%).
Sedangkan jumlah responden yang tidak mengalami peningkatan
pengetahuan ataupun penurunan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan
sebesar 41 responden (58,58%). Pada penelitian ini, terdapat perbedaan
tingkat pengetahuan yang signifikan atau bermakna antara sebelum
dilakukan penyuluhan dengan sesudah dilakukan penyuluhan. Hal ini
ditunjukan dari uji Wilcoxon yang telah dilakukan yang menunjukan nilai p
value<0,05. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dian maupun penelitian oleh Simanjuntak. Pada penelitian Zatalini dan
Diah didapatkan hasil terjadi peningkatan rata-rata skor sebelum
penyuluhan dan sesudah penyuluhan sebesar 7,325 dan meningkat menjadi
13,125 sesudah diberi penyuluhan.26 Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak dimana penelitian tersebut
menunjukan terjadi peningkatan pengetahuan setelah dilakukan
penyuluhan, dimana pada penelitian tersebut didapatkan hasil uji statistik
Wilcoxon dengan hasil p value yaitu sebesar 0,002.27
Selain itu tingginya perubahan pengetahuan juga dipengaruhi oleh
usia, karena usia juga cukup berpengaruh dalam menerima proses
pengetahuan, dimana semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Pada penelitian
(Cahyaningsih et al., 2013), dimana dikatakan pada umur sebelum 40 tahun
diasumsikan kemampuan seseorang untuk memahami dan mengingat
informasi semakin tinggi sejalan dengan bertambahnya umur, sedangkan
umur di atas 40 tahun telah dimulainya degenerasi organ sehingga
kemampuan daya ingat justru mengalami penurunan sejalan dengan
bertambahnya umur, pada penelitian cahyaningsih didapatkan hasil rerata
peningkatan pengetahuan responden usia >40 tahun lebih tinggi
dibandingkan usia <40 tahun namun tidak berbeda secara statistika
ditunjukan dengan p value >0,05.28,29 Pada penelitian ini, terdapat
peningkatan pengetahuan responden sebanyak (41,42%) yang dapat

Universitas Kristen Krida Wacana


61

dikatakan terjadi peningkatan yang cukup tinggi, dengan sebagian besar


responden (75%) memiliki usia antara 20-29 tahun.
Selain itu pengetahuan itu sangat erat hubungannya dengan
pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka
orang tersebut akan semakin luas juga pengetahuan yang dimilikinya.
Namun hal tersebut perlu ditekankan, apa bila seseorang yang
berpendidikan rendah maka belum tentu berpengetahuan rendah. Pada
penelitian (Kristina et al., 2013) didapatkan hasil rerata peningkatan
pengetahuan pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi sebesar 4,77,
sedangkan responden dengan tingkat pendidikan rendah sebesar 3,55
dengan p value 0,000 yang menunjukan terdapat perbedaan secara
statistik.29 Seseorang yang berpendidikan rendah memiliki hambatan dalam
peningkatan pengetahuan karena kemampuan untuk mengadopsi pesan
lebih lambat.
5.3 Sikap Masyarakat Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan
Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-19 Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek
tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).16
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan yang mencakup
empat hal yaitu, sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis
penyakit, gejala penyakit, penyebab penyakit, cara penularan dan cara
pencegahan penyakit), sikap terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan, sikap terhadap fasilitas pelayanan kesehatan professional
maupun tradisional, sikap untuk menghindari kecelakaan, baik kecelakaan
rumah tangga, lalu lintas maupun tempat umum.16
Berdasarkan hasil pretest sikap dengan menggunakan kuesioner
menunjukkan bahwa terdapat 48 responden (68,6%) memiliki sikap baik
mengenai penggunaan masker yang baik dan benar dari seluruh responden,
17 responden (24,3%) memiliki sikap dalam kategori cukup sedangan lima

Universitas Kristen Krida Wacana


62

responden (7,1%) dalam kategori buruk dari seluruh responden. Hasil


tersebut sejalan dengan penelitian oleh (Ressa Andriyani, et al., 2020) Dan
(Yanti B et al., 2020)30,31 Dari hasil tersebut, sikap yang dimiliki responden
mengenai penggunaan masker sebelum penyuluhan sudah bagus. Hal itu
dilihat dari beberapa faktor, dimana tingkat pendidikan yang tinggi
mempengaruhi sikap responden. faktor lain seperti distribusi informasi oleh
pemerintah secara sporadis di media massa, dunia maya sudah sangat baik.
Sehingga masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
pelaksanaannya. Upaya perubahan kognitif, afektif, psikomotor juga
menjadi tujuan dari promosi kesehatan yang dilakukan oleh WHO dan
KEMENKES RI.31 Perubahan sikap terhadap COVID-19 terjadi akibat
persuasi dan modifikasi oleh lingkungan.30
Walaupun mayoritas dari responden memiliki sikap yang baik,
masih saja responden memiliki sikap yang kurang dari baik. Sebanyak
31,4% responden memiliki sikap yang kurang dari baik terhadap
penggunaan masker. Bedasarkan angka tersebut ternyata menurut peneliti
tingkat pendidikan bukan hal mutlak menjadi acuan bahwa pengetahuan dan
sikap serta perilakunya akan menjadi baik seiring tingkat pendidikan yang
semakin tinggi akan tetapi faktor lingkungan juga turut mengambil peran
dalam mempengaruhi hal tersebut. Karena pada jaman sekarang informasi
menjadi mudah didapat berkat kemajuan teknologi. Kelemahannya dengan
kemudahan tersebut mengakibatkan banyak sekali variasi informasi,
sehingga sumber informasi itu menjadi banyak informasi yang tidak valid
dan mudah didapatkan.
Sedangkan pada penilaian posttest sikap setelah dilakukan
penyuluhan diketahui bahwa yang memiliki sikap yang baik sebanyak 67
responden (95,7%) dari seluruh responden, dan 3 responden (4,3%)
memiliki sikap yang cukup dari seluruh responden. hal tersebut senada
dengan penelitian (Yanti B et al., 2020), dimana terdapat perubahan sikap
setelah dilakukan penyuluhan.30 Bila Dilihat 3 responden tersebut dalam
pemilihan kuesioner sikap, mengatakan setuju dibanding sangat setuju, hal
tersebut bila ditarik kesimpulan ke kutub setuju, sikap dari ketiga responden

Universitas Kristen Krida Wacana


63

tersebut sebenarnya sudah memasuki kriteria sikap yang baik. Sehingga dari
3 responden tersebut sebenarnya sudah mengalami peningkatan penilaian
sikap setelah dilakukan penyuluhan. Maka penyuluhan penggunaan masker
tersebut merubah daya pandang secara langsung (kognitif) pemakaian
masker di era pencegahan COVID-19.

5.4 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat


Mengenai Penggunaan Masker yang Baik dan Benar dalam Rangka
Pencegahan COVID-19
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh nilai p value adalah sebesar
0,000. Apabila dibandingkan dengan nilai p value = 0,05, maka nilai Asymp
Sig.(2-tailed) lebih kecil dari nilai p value = 0,05, yang berarti hasil nilai
variabel sikap adalah signifikan dan kemudian hipotesis dapat diterima.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penyuluhan mengenai penggunaan masker yang baik dan benar secara
signifikan terhadap sikap peserta dalam rangka pencegahan COVID-19.
Adapun jumlah subjek yang mengalami peningkatan sikap setelah dilakukan
penyuluhan adalah sebesar 22 subjek (31%) dari 70 orang peserta.
Sikap merupakan reaksi atau respon terhadap suatu stimulus ataupun
obyek. Sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang ada di dalam kehidupan sehari-hari yaitu reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku, dan belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dengan menanyakan
bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Hal
tersebut dapat pula dilakukan secara tidak langsung.16
Sikap mengenai suatu obyek tersebut memiliki pengaruh yang besar
terhadap perilaku karena dengan sikap inilah seseorang dapat mewujudkan
perilaku positif maupun negatif sehingga memberikan informasi yang positif
dan benar kepada responden sangatlah penting. Cara pemberian informasi

Universitas Kristen Krida Wacana


64

tersebut hendaklah dilakukan dengan penuh keakraban dan kehangatan


sehingga responden yang akan menerima informasi akan merasa antusias dan
penuh perhatian.32 Sedangkan perubahan sikap dapat terjadi saat subjek
mengerti obyeknya, menerima dan mengaplikasikan.30
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang
antara lain adalah pengalaman, kebudayaan, orang yang dianggap penting,
media massa, lembaga pendidikan dan agama. Sedangkan pada individu
cenderung memiliki sifat yang konformis atau searah dengan sikap orang yang
dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut. .Adapun sebuah pendapat mengatakan bahwa pada
perubahan sikap dan perilaku dari individu, keluarga ataupun masyarakat
dengan menanamkan prinsip sehat dalam menjalani kehidupannya sehari-hari
adalah untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.32
Di sisi lain, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
membentuk sikap sehingga mengubah perilaku seseorang, dimana salah
satunya adalah dengan pemberian informasi atau penyuluhan. Informasi dalam
bentuk penyuluhan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dengan
memperluas pengetahuan responden.25 Pengetahuan ini kemudian akan
mempengaruhi sikap seseorang. Sementara itu, pada penelitian ini dilakukan
penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah. Ceramah merupakan salah
satu metode penyampaian informasi dengan cara menerangkan dan
menjelaskan satu demi satu informasi dengan cara lisan.25 Dalam penelitian ini,
penyuluhan dilakukan dengan memberikan informasi dan arahan mengenai
penggunaan masker dalam rangka pencegahan COVID-19.
Penelitian ini juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya
mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap sikap seseorang. Penelitian
pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Artanto menunjukan bahwa
penyuluhan kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan dalam memberikan
pendidikan seksual dini pada orang tua.32 Selain itu juga terdapat penelitian
yang dilakukan oleh Rusmilawaty, dimana pada penelitian tersebut didapatkan
pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah terhadap perubahan sikap yang

Universitas Kristen Krida Wacana


65

lebih positif pada perokok aktif.33 Sedangkan penelitian lain yang dilakukan
oleh Aisyah, dkk pada tahun 2019 juga menunjukkan terdapat pengaruh
penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap sikap remaja tentang hubungan
seksual pranikah pada siswa SMA Negeri 6 Kota Malang.34

Universitas Kristen Krida Wacana


66

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada penelitian telah didapatkan 70 responden yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan tidak tersingkir oleh kriteria eksklusi dan telah dilakukan
analisis statistik serta dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan
mengenai penggunaan masker yang baik dan benar dalam
pencegahan COVID-19 berdasarkan uji Wilcoxon signed rank test
yang menunjukan p value < 0,05, dengan peningkatan pengetahuan
pada 29 responden (41,42%) setelah diberikan penyuluhan. Selain
itu juga terdapat pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan sikap
mengenai penggunan masker yang baik dan benar dalam
pencegahan COVID-19 berdasarkan uji Wilcoxon signed rank test
yang menunjukan p value < 0,05, dengan peningkatan sikap pada 22
responden (31,42%) setelah penyuluhan.
2. Gambaran tingkat pengetahuan masyarakat Jakarta mengenai
penggunaan masker yang baik dan benar dalam rangka pencegahan
COVID-19 sebelum dilakukan penyuluhan sebagian besar memiliki
tingkat pengetahuan yang baik yakni sebanyak 37 responden
(52,9%); tingkat pengetahuan cukup sebanyak 21 responden (30%);
dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 12 responden (17,1%).
Sedangkan, setelah dilakukan penyuluhan sebagian besar memiliki
tingkat pengetahuan yang baik, yakni sebanyak 56 responden
(80%); tingkat pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (20%);
dan tidak didapatkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan
kurang.
3. Gambaran sikap masyarakat Jakarta mengenai penggunaan masker
yang baik dan benar dalam rangka penegahan COVID-19 sebelum
dilakukan penyuluhan sebagian besar memiliki sikap yang baik
yakni sebanyak 48 responden (68,6%); sikap yang cukup sebanyak
17 responden (24,3%); dan sikap yang buruk sebanyak 5 responden

Universitas Kristen Krida Wacana


67

(7,1%). Sementara itu, setelah dilakukan penyuluhan sebagian besar


memiliki sikap yang baik, yakni sebanyak 67 responden (95,7%);
sikap yang cukup sebanyak 3 responden (4,3%); dan tidak
didapatkan responden yang memiliki sikap kurang.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai prosedur
penelitian, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:
1. Adanya keterbatasan waktu penelitian. Sehingga penelitian ini
hanya membahas pengaruh penyuluhan terhadap perubahan
tindakan masyarakat.
2. Penelitian dilakukan secara online. Sehingga sampel penelitian tidak
merata pada seluruh lapisan masyarakat, terkendala sinyal internet
yang kurang baik pada peneliti maupun responden , dan membatasi
komunikasi antara peneliti dengan responden.
3. Tidak membahas lebih lanjut atau tidak melakukan uji statistika
lebih lanjut mengenai beberapa variabel (seperti tingkat pendidikan,
pekerjaan, usia) yang dapat mempengaruhi tingkat perubahan
pengetahuan maupun sikap setelah dilakukan penyuluhan.
6.3 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber informasi dan juga acuan untuk meningkatkan penggunaan
masker yang baik dan benar, terutama dalam pencegahan COVID-
19 pada saat ini.
2. Bagi fasilitas kesehatan diharapkan dapat terus mengadakan
penyuluhan dengan menargetkan seluruh lapisan masyarakat
mengenai penggunaan masker yang baik dan benar sebagai salah
satu upaya pencegahan COVID-19 sehingga diharapkan dapat
meningkatkan perilaku penggunaan masker yang baik dan benar
dalam rangka pencegahan COVID-19, karena penyuluhan terbukti
dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat.

Universitas Kristen Krida Wacana


68

3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan


penelitian terkait masalah penggunaan masker yang baik dan benar
terutama dalam pencegahan COVID-19 sebagai hal baru yang
sedang dihadapi saat ini. Peneliti mungkin dapat melibatkan jumlah
responden yang lebih banyak dan menambahkan variabel terikat
dalam mencari tahu pengaruh penyuluhan terhadap tingkat
pengetahuan, sikap, bahkan hingga perilaku seseorang. Selain itu,
dalam pengisian lembar kuesioner peneliti diharapkan memberikan
pengawasan terhadap responden untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam pengisian data yang dapat mempengaruhi hasil dari
penelitian tersebut.

Universitas Kristen Krida Wacana


69

DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Coronavirus disease (COVID-2019) situation
report [Internet]. World Health Organization. 2020 [cited 2020 Jul 10].
Available from: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-
coronavirus-2019/situation-reports/
2. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Peta sebaran [Internet].
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020 [cited 2020 Jul 12].
Available from: https://covid19.go.id/peta-sebaran
3. Sari DP, ‘Atiqoh NS. Hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan
kepatuhan penggunakan masker sebagai upaya pencegahan penyakit
COVID-19 di Ngronggah. INFOKES J [Internet]. 2020;10(1):52–5.
Available from: http://ojs.udb.ac.id/index.php/infokes/article/view/850
4. Purnamasari I, Raharyan AE. Tingkat pengetahuan dan perilaku
masyarakat kabupaten Wonosobo tentang COVID-19. J Ilm Kesehat.
2020;33–42.
5. Wulandari A, Rahman F, Pujianti N, Sari AR, Laily N, Anggraini L, et al.
Hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan tentang pencegahan
Coronavirus Disease 2019 pada masyarakat di Kalimantan Selatan. J
Kesehat Masy Indones. 2020;15(1):42.
6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor HK.01.07/menkes/328/2020 tentang panduan
pencegahan dan pengendalian. HK.01.07/MENKES/413/2020 Indonesia;
2020.
7. Burhan E, Isbaniah F, Susanto AD, Aditama TY, Soedarsono, Sartono TR,
et al. Pneumonia COVID-19: Diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2020. 1–67 p.
8. Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of
Coronavirus Disease (COVID-19) outbreak. J Autoimmun [Internet].
2020;109:1–4. Available from: https://doi.org/10.1016/j.jaut.2020.102433
9. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M,
Herikurniawan H, et al. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan literatur
terkini. J Penyakit Dalam Indones. 2020;7(1):45–67.

Universitas Kristen Krida Wacana


70

10. Morfi CW, Junaidi A, Elsesmita, Asrini DN, Pangest F, Lestari DM, et al.
Kajian terkini CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19). J Ilmu Kesehat
Indones [Internet]. 2020;1(1):1–8. Available from:
http://jikesi.fk.unand.ac.id
11. Wu YC, Chen CS, Chan YJ. The outbreak of COVID-19: An overview. J
Chinese Med Assoc. 2020;83(3):217–20.
12. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Standar alat pelindung
diri (APD) untuk penanganan COVID-19 di Indonesia [Internet]. Jakarta;
2007. Available from: https://farmalkes.kemkes.go.id/en/2020/04/standar-
alat-pelindung-diri-apd-dalam-manajemen-penanganan-covid-19/
13. Kim MN. What type of face mask is appropriate for everyone-mask-
wearing policy amidst COVID-19 pandemič. J Korean Med Sci.
2020;35(20):1–4.
14. Javid B, Weekes MP, Matheson NJ. Covid-19: should the public wear face
masks? BMJ [Internet]. 2020;369:1–2. Available from:
http://dx.doi.org/doi:10.1136/bmj.m1442
15. World Health Organization. Anjuran mengenai penggunaan masker dalam
konteks COVID-19. World Heal Organ. 2020;(April):1–6.
16. Nurmala I, Rahman F, Nugroho A, Erlyani N, Laily N, Anhar VY. Promosi
Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press; 2018. 43–51 p.
17. Asriwati, Irawati. Buku ajar: Antropologi kesehatan dalam keperawatan.
Yogyakarta: Penerbit Depublish; 2019. 146–157 p.
18. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009. 189–190 p.
19. Gayatri D. Mendesain instrumen pengukuran sikap. J Keperawatan
Indones. 2014;8(2):76–80.
20. Budiman dan Agus Riyanto. Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan
sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013. 4–11 p.
21. Subejo. Penyuluhan pertanian terjemahan dari Agriculture. 2nd ed. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara; 2010.
22. Effendy OU. Dinamika komunikasi. Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya; 2008.

Universitas Kristen Krida Wacana


71

23. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta; 2012.
24. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta; 2005.
25. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta; 2007.
26. Zatalini DS, Wulandari DR. Pengaruh penyuluhan dengan metode diskusi,
poster dan video terhadap tingkat pengetahuan tentang penyakit menular
seksual pada anak jalanan Kota Semarang. J Kedokt Diponegoro.
2018;7(2):442–50.
27. SImanjuntak RD, Solichin, Fanani E. Pengaruh penyuluhan terhadap
peningkatan perilaku penggunaan alat pelindung diri. Prev Indones J Public
Heal. 2013;3(1):8–19.
28. Asfar A, Asnaniar WOS. Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan dan sikap tentang penyakit Hiv/Aids di SMP Baznas Provinsi
Sulawesi Selatan. J Islam Nurs. 2018;3(1):26–31.
29. Cahyaningsih I, Wiedyaningsih C, Kristina SA. Pengaruh penyuluhan
terhadap tingkat pengetahuan Masyarakat tentang analgetik di Kecamatan
Cangkringan Sleman. Mutiara Med. 2013;13(2):98–104.
30. Yanti B, Wahyudi E, Wahiduddin W, Novika RGH, Arina YMD, Martani
NS, et al. Community knowledge, attitudes, and behavior towards social
distancing policy as a means of preventing transmission of COVID-19 in
Indonesia. J Adm Kesehat Indones. 2020;8(1):4–14.
31. Utami RA, Mose RE, Martini. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan
masyarakat dalam pencegahan COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta. J
Kesehat Holist. 2020;4(2):68–77.
32. Artanto. Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap sikap dalam
memberikan pendidikan seksual dini pada ibu rumah tangga dengan anak
usia 9-12 tahun di Padukuhan Pundung dna Karang Tengah Nogotirto
Gamping Sleman Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ’Aisyiyah
Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta; 2014.
33. Rusmilawati. Pengaruh penyuluhan metode ceramah tentang bahaya rokok

Universitas Kristen Krida Wacana


72

terhadap perubahan sikap perokok aktif. J Vokasi Kesehat. 2016;2(2):113–


8.
34. Cahyani AN, Yunus M, Ariwinanti D. Pengaruh penyuluhan kesehatan
reproduksi terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang
hubungan seksual pranikah. Sport Sci Heal [Internet]. 2019;1(2):92–101.
Available from: http://journal2.um.ac.id/index.php/jfik/index
http://fik.um.ac.id/

Universitas Kristen Krida Wacana


73

LAMPIRAN
Lampiran 1

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI


PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
No telp/HP :

Memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner/angket yang diberikan


peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian yang
diselenggarakan peniliti dengan topik Tingkat Pengetahuan Penggunaan Masker
dalam rangka mencegah COVID-19.

Saya telah diberi tahu oleh peneliti bahwa jawaban angket bersifat jujur,
sukarela, dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu
dengan sukarela saya ikut berperan serta dalam penelitian ini

Jakarta,………………..
Tanda tangan,

(………………………………………….)

Universitas Kristen Krida Wacana


74

Lampiran 2
Kuisioner Tingkat Pengetahuan dan Sikap Memakai Masker yang Baik dan
Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-19 Tahun 2020
Berikut adalah kuesioner tingkat pengetahuan memakai masker yang baik dan
benar dalam rangka pencegahan COVID-19 tahun 2020. Mohon di isi setiap kolom
pertanyaan dengan baik dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah terlebih dahulu semua pernyataan dan tanyakan kepada peneliti apabila
ada yang kurang di mengerti.
2. Isilah pertanyaan dengan mengisi pada kolom yang tersedia dengan jawaban
yang tersedia
I. Nama Lengkap :
II. Jenis Kelamin :
• Laki-laki
• Perempuan
III. Tempat, Tanggal Lahir :
IV. Alamat Tempat Tinggal / Kelurahan :
V. Nomor Handphone Pribadi :
VI. Pendidikan Terakhir :
• SD/ Madrasah Ibtidaiyah
• SMP/ Madrasah Tsanawiyah
• SMA/ Madrasah Aliyah
• Perguruan Tinggi
VII. Pekerjaan :
• Tidak Bekerja
• Pelajar / Mahasiswa
• Ibu Rumah Tangga
• Wiraswasta
• Pegawai Negeri Sipil
VIII. Apakah anda sudah pernah mendapatkan penyuluhan melalui media sosial
atau penyuluhan secara langsung mengenai "Penggunaan masker yang
baik dan benar dalam pencegahan COVID-19" ?

Universitas Kristen Krida Wacana


75

• Sudah Pernah / Belum Pernah


IX. Sudah berapa kali anda mendapatkan penyuluhan tersebut? (Tulis "TIDAK
ADA" bila anda belum pernah mendapatkan penyuluhan dari siapapun)
Penyuluhan tersebut diberikan oleh siapa ? (Tulis "TIDAK ADA" bila anda belum
pernah mendapatkan penyuluhan dari siapapun )
Kuisioner Tingkat Pengetahuan dan Sikap Memakai Masker yang Baik dan
Benar dalam Rangka Pencegahan COVID-19 Tahun 2020
Berikut adalah kuisioner tingkat pengetahuan memakai masker yang baik dan benar
dalam rangka pencegahan COVID-19 tahun 2020. Mohon diisi setiap kolom
pertanyaan dengan baik dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
No Pengetahuan No Sikap
1 Bagaimana cara penyebaran 1 Saya setuju dalam penggunaan
infeksi COVID-19 dari manusia masker sebagai upaya
ke manusia? menurunkan risiko penyebaran
a) Melalui percikan air liur COVID-19.
(droplet) a) Sangat setuju
b) Melalui gigitan serangga b) Setuju
c) Melalui darah c) Netral/ragu-ragu
d) Melalui air mengalir d) Kurang Setuju
e) Tidak Setuju
2 Siapa saja orang yang dapat 2 Saya setuju bahwa penggunaan
menyebarkan infeksi COVID- masker perlu dilkakukan oleh
19? semua orang.
a) Orang sehat dengan hasil a) Sangat setuju
pemeriksaan COVID-19 b) Setuju
negatif c) Netral/ragu-ragu
b) Penderita COVID-19 d) Kurang Setuju
yang tak bergejala e) Tidak Setuju
c) Orang flu dengan hasil
pemeriksaan COVID-19
negatif

Universitas Kristen Krida Wacana


76

d) Semua jawaban yang


benar
3 Ketika menggunakan masker, 3 Kita harus mencuci tangan
bagian apa saja yang harus sebelum memakai dan setelah
tertutup oleh masker tersebut? melepas masker serta setelah
a) Dagu membuang masker tersebut.
b) Hidung a) Sangat setuju
c) Mulut b) Setuju
d) Dagu, hidung dan mulut c) Netral/ragu-ragu
d) Kurang Setuju
Tidak Setuju
4 Jenis masker mana yang dapat 4 Kita tidak boleh menyentuh dan
menyaring virus COVID-19 melepas masker saat aktivitas di
dengan sempurna? luar rumah.
a) Masker kain a) Sangat setuju
b) Tidak ada jawaban yang b) Setuju
benar c) Netral/ragu-ragu
c) Masker bedah 3 ply d) Kurang Setuju
d) Masker N95 e) Tidak Setuju
5 Apa salah satu kelebihan dari 5 Saya setuju penggunaan masker
menggunakan masker kain? kain boleh dilakukan berulang
a) Dapat digunakan secara kali (lebih dari satu hari) dengan
bergantian oleh orang dicuci terlebih dahulu.
lain di waktu yang sama a) Sangat setuju
setelah masker tersebut b) Setuju
dipakai c) Netral/ragu-ragu
b) Memiliki tingkat d) Kurang Setuju
efektivitas penyaringan e) Tidak Setuju
yang tinggi dalam
mencegah penyebaran
COVID-19

Universitas Kristen Krida Wacana


77

c) Dapat digunakan
berulang kali dengan
dicuci terlebih dahulu
d) Pilihan a, b, c benar
6 Bagaimana cara melepas masker 6 Saya setuju, pelepasan masker
kain yang baik dan benar? yang baik dan benar hanya
a) Tidak membersihkan dengan memegang tali
tangan sebelum melepas maskernya saja.
masker a) Sangat setuju
b) Menaruh masker b) Setuju
sembarangan setelah c) Netral/ragu-ragu
digunakan d) Kurang Setuju
c) Tidak mencuci tangan e) Tidak Setuju
anda setelah melepas
masker
d) Lepaskan masker dengan
memegang tali yang ada
di belakang telinga atau
kepala
7 Berapa sering masker bedah 3ply 7 Saya setuju, jika kita tidak boleh
dapat digunakan? menggunakan masker yang kotor
a) 3 kali ataupun rusak.
b) 1 kali a) Sangat setuju
c) 8 kali b) Setuju
d) Lebih dari 10 kali c) Netral/ragu-ragu
d) Kurang Setuju
e) Tidak Setuju
8 Berikut adalah hal-hal yang tidak 8 Saya setuju, bahwa masker yang
boleh dilakukan ketika digunakan harus menutupi
menggunakan masker: hidung, mulut, dan dagu agar
a) Tidak mengenakan dapat mencegah penyebaran
masker dibawah hidung infeksi COVID-19

Universitas Kristen Krida Wacana


78

b) Tidak gunakan masker a) Sangat setuju


yang kendur b) Setuju
c) Tidak melepas masker di c) Netral/ragu-ragu
dekat orang lain yang d) Kurang Setuju
berada dalam jarak 1 e) Tidak Setuju
meter
d) Tidak mengganti masker
bedah ketika sudah
robek, kotor ataupun
basah
9 Berikut adalah beberapa hal yang 9 Saya setuju, penggunaan masker
harus dilakukan saat dan setelah kain diperuntukan untuk
melepaskan masker bedah 3ply masyarakat umum yang sehat
yang telah dipakai, kecuali: a) Sangat setuju
a) Cuci tangan anda setelah b) Setuju
membuang masker c) Netral/ragu-ragu
b) Segera buang masker d) Kurang Setuju
setelah digunakan, e) Tidak Setuju
sebaiknya ke dalam
tempat sampah tertutup
c) Melepas masker dengan
memegang bagian depan
dari masker tersebut
d) tidak ada jawaban yang
benar
10 Apa saja gejala awal yang 10 Saya setuju, penggunaan masker
umumnya terjadi pada penderitia saja tidak cukup melindungi kita
COVID-19? dari infeksi virus COVID-19.
a) Demam, batuk kering a) Sangat setuju
atau disertai dahak dan b) Setuju
mudah capek c) Netral/ragu-ragu
b) Pingsan d) Kurang Setuju

Universitas Kristen Krida Wacana


79

c) Kesulitan bernafas e) Tidak Setuju


hingga kejang
d) Mimisan
11 Jenis masker apa yang
dianjurkan untuk masyarakat
umum yang sehat?
a) Tidak ada jawaban yang
benar
b) Masker kain dan masker
bedah 3ply
c) Masker N95
d) Masker kain
12 Jenis masker apa yang
dianjurkan untuk seseorang yang
memiliki gejala seperti batuk,
bersin, demam, hidung berair
maupun nyeri tenggorokan?
a) Masker kain
b) Masker N95
c) Masker bedah 3ply
d) Tidak menggunakan
masker
13 Apa syarat masker yang dapat
digunakan?
a) Masker kain yang tidak
dicuci setelah dipakai
b) Masker tidak boleh robek
dan lembab
c) Masker bedah yang
sudah pernah digunakan
sebelumnya

Universitas Kristen Krida Wacana


80

d) Masker kain yang robek


dan kusam
14 Kapan kita perlu mencuci tangan
dalam langkah – langkah
penggunaan masker yang baik
dan benar?
a) Setelah melepas masker
b) Ketika akan
menggunakan masker
c) Setelah membuang
masker
d) Semua pilihan benar
15 Berikut adalah tata cara
menggunakan masker yang baik
dan benar, kecuali:
a) Masker tidak harus
menutup mulut, hidung,
dan dagu anda
b) Mencuci tangan sebelum
menyentuh masker
c) Periksa permukaan
masker apakah rusak
atau kotor
d) Sesuaikan posisi masker
pada wajah sehingga
tidak ada celah di bagian
samping
16 Ketika tidak sengaja menyentuh
masker yang sedang digunakan,
hal yang harus segera dilakukan
adalah
a) Merobek masker

Universitas Kristen Krida Wacana


81

b) Mengganti masker
c) Mencuci tangan
d) Tidak melakukan apapun

Lampiran 3
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan
1. Tabel Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan
Validitas
R
Pertanyaan R hitung tabel Kriteria
P1 0,454517 0,361 VALID
P2 0,410359 0,361 VALID
P3 0,410359 0,361 VALID
P4 0,410359 0,361 VALID
P5 0,590608 0,361 VALID
P6 0,700685 0,361 VALID
P7 0,590608 0,361 VALID
P8 0,691702 0,361 VALID
P9 0,554399 0,361 VALID
P10 0,410359 0,361 VALID
P11 0,410359 0,361 VALID
P12 0,554399 0,361 VALID
P13 0,590555 0,361 VALID
P14 0,691702 0,361 VALID
P15 0,536589 0,361 VALID
P16 0,410359 0,361 VALID

2. Tabel Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan


P Q PQ

Universitas Kristen Krida Wacana


82

0,766667 0,233333 0,178889


0,966667 0,033333 0,032222
0,966667 0,033333 0,032222
0,966667 0,033333 0,032222
0,933333 0,066667 0,062222
0,8 0,2 0,16
0,933333 0,066667 0,062222
0,9 0,1 0,09
0,833333 0,166667 0,138889
0,966667 0,033333 0,032222
0,966667 0,033333 0,032222
0,833333 0,166667 0,138889
0,833333 0,166667 0,138889
0,9 0,1 0,09
0,933333 0,066667 0,062222
0,966667 0,033333 0,032222
SUM PQ 1,32
Varians 6,12
KR-20 0,837

Perhitungan Uji Reliabilitas dengan KR-20


𝑘 𝑆𝑡 2 ∑ 𝑝𝑞
𝑟11 = [ ][ ]
𝑘−1 𝑆𝑡 2
16 ∑ 𝑝𝑞
𝑟11 = [ ] [1 − 2 ]
16 − 1 𝑆𝑡
16 1,3156
𝑟11 = [ ] [1 − ]
15 6,1195
𝑟11 = 0,8374

Universitas Kristen Krida Wacana


83

Lampiran 4
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap
1. Uji Validitas Kuesioner Sikap
Item-Total Statistics

Scale Cronbach's r-table Criteria


Scale Mean Variance if Corrected Alpha if
if Item Item Item-Total Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

Item1 35.80 28.028 .371 .835 0,361 Valid


Item2 36.33 27.333 .547 .821 0,361 Valid
Item3 37.03 22.585 .680 .805 0,361 Valid
Item4 36.07 26.892 .469 .827 0,361 Valid
Item5 35.90 27.334 .505 .824 0,361 Valid
Item6 35.83 27.592 .399 .833 0,361 Valid
Item7 36.27 26.685 .587 .817 0,361 Valid
Item8 36.03 26.033 .597 .815 0,361 Valid
Item9 36.53 24.051 .652 .808 0,361 Valid
Item10 36.30 26.631 .505 .824 0,361 Valid

2. Uji Reliabilitas Kuesioner Sikap

Universitas Kristen Krida Wacana


84

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.836 10

Lampiran 5
Kumpulan Pertanyaan Responden Selama Penyuluhan
1. Apakah ketika berolahraga tetap wajib menggunakan masker? Karena
rumor yang beredar penggunaan masker ketika berolahraga akan
menyebabkan sesak nafas
2. Apakah bayi atau balita boleh menggunakan masker?
3. Kenapa masyarakat tetap dianjurkan untuk menggunakan masker padahal
tidak ada masker yang dapat menyaring virus corona dengan sempurna?
4. Apakah ketika droplet dari lawan bicara yang menempel di masker kita ada
kemungkinan virus dapat menembus masker kita?
5. Kenapa masyarakat hanya dianjurkan menggunakan masker kain, padahal
efektivitas dari masker bedah 3ply ataupun N95 lebih tinggi dari masker
kain?
6. Apakah ada batasan waktu dalam penggunaan masker medis? Dan apakah
masker medis dapat digunakan berulang apabila masker belum digunakan
sampai batas maksimal penggunaan dan kondisi masker dalam kondisi baik,
tidak robek dan basah?
7. Apakah boleh menggunakan masker yang baru dilepas saat kita makan di
restoran atau harus mengganti dengan masker yang baru?
8. Bagaimana cara tenaga medis mengedukasi masyarakat dalam penggunaan
masker yang tepat, jenis masker yang harus digunakan di tempat umum,

Universitas Kristen Krida Wacana


85

ditengah banyaknya informasi yang salah yang menyebabk masyarakat


tidak mengindahkan edukasi yang telah disampaikan tenaga medis?
9. Bagi penderita COVID-19, masker apa yang harus digunakan digunakan?
10. Bagaimana cara memusnahkan masker yang telah terkontaminasi atau telah
digunakan?
11. Bagaimana meningkatkan awareness masyarakat terhadap pemakaian
masker yang baik dan benar khususnya di tempat – tempat umum yang
banyak kerumunan?

Universitas Kristen Krida Wacana


86

Lampiran 6
Data Demografi
1. Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

<20 tahun 5 6.2 6.2 6.2

20-29 tahun 60 75.0 75.0 81.2

30-39 tahun 9 11.2 11.2 92.5

50-59 tahun 6 7.5 7.5 100.0

Total 80 100.0 100.0

2. Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Laki-Laki 20 28.6 28.6 28.6

Perempuan 50 71.4 71.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

3. Domisili
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Jakarta Barat 28 40.0 40.0 40.0

Jakarta Timur 14 20.0 20.0 60.0

Jakarta Selatan 12 17.1 17.1 77.1

Jakarta Utara 7 10.0 10.0 87.1

Jakarta Pusat 9 12.9 12.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

Universitas Kristen Krida Wacana


87

4. Pendidikan Terakhir
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

SMA / Madrasah
20 28.6 28.6 28.6
Aliyah

Perguruan Tinggi 50 71.4 71.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

5. Pengetahuan Pretest
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Pengetahuan
12 17.1 17.1 17.1
Kurang

Pengetahuan Cukup 21 30.0 30.0 47.1

Pengetahuan Baik 37 52.9 52.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

6. Pengetahuan Posttest
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Pengetahuan
14 20.0 20.0 20.0
Cukup

Pengetahuan Baik 56 80.0 80.0 100.0

Total 70 100.0 100.0

Universitas Kristen Krida Wacana


88

7. Sikap Pretest

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Sikap Buruk 5 7.1 7.1 7.1

Sikap Cukup 17 24.3 24.3 31.4

Sikap Baik 48 68.6 68.6 100.0

Total 70 100.0 100.0

8. Sikap Posttest

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Sikap Cukup 3 4.3 4.3 4.3

Sikap Baik 67 95.7 95.7 100.0

Total 70 100.0 100.0

Universitas Kristen Krida Wacana


89

Lampiran 7
Pengolahan Data Penelitian

1. Cross Tabulasi Pengetahuan Pre-test dan Pengetahuan Post-test


PengetahuanPostTest

Pengetahuan Pengetahuan
Cukup Baik Total

PengetahuanPreTest Pengetahuan Kurang 10 2 12

Pengetahuan Cukup 4 17 21

Pengetahuan Baik 0 37 37

Total 14 56 70

2. Cross Tabulasi Sikap Pre-test dan Sikap Post-test


SikapPostTest

Sikap Cukup Sikap Baik Total

SikapPreTest Sikap Buruk 3 2 5

Sikap Cukup 0 17 17

Sikap Baik 0 48 48

Total 3 67 70

Universitas Kristen Krida Wacana


90

3. Uji Wilcoxon Membandingkan Kenaikan Skor Sikap Setelah Penyuluhan

N Mean Rank Sum of Ranks

SikapPostTest – Negative Ranks 0a .00 .00


SikapPreTest Positive Ranks 22b 11.50 253.00

Ties 48c

Total 70

a. SikapPostTest < SikapPreTest


b. SikapPostTest > SikapPreTest
c. SikapPostTest = SikapPreTest

4. Kemaknaan Penyuluhan Terhadap Perubahan Sikap


Test Statisticsb

SikapPostTest
-
SikapPreTest

Z -4.523a
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)

a. Based on negative ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Universitas Kristen Krida Wacana


91

5. Uji Wilcoxon Membandingkan Kenaikan Skor Pengetahuan Setelah


Penyuluhan

N Mean Rank Sum of Ranks

PengetahuanPostTest - Negative Ranks 0a .00 .00


PengetahuanPreTest Positive Ranks 29b 15.00 435.00

Ties 41c

Total 70

a. PengetahuanPostTest < PengetahuanPreTest


b. PengetahuanPostTest > PengetahuanPreTest
c. PengetahuanPostTest = PengetahuanPreTest

6. Kemaknaan Penyuluhan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan


Test Statisticsb

PengetahuanP
ostTest -
PengetahuanP
reTest

Z -5.231a
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)

a. Based on negative ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Universitas Kristen Krida Wacana


92

Lampiran 8
Dokumentasi Pelaksanaan Penyuluhan

Universitas Kristen Krida Wacana


93

Universitas Kristen Krida Wacana

Anda mungkin juga menyukai