Anda di halaman 1dari 53

TINGKAT KEPATUHAN WARGA PURBALINGGA

DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYEBARAN

PANDEMI COVID-19

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Danang Frige Purwadana

1511415087

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
TINGKAT KEPATUHAN WARGA PURBALINGGA

DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYEBARAN

PANDEMI COVID-19

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Danang Frige Purwadana

1511415087

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

ii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Tingkat Kepatuhan Warga Purbalingga Dalam Upaya

Pencegahan Penyebaran Pandemi Covid-19” ini telah disetujui dan siap untuk

diseminarkan.

Semarang, 15 Juni 2020

Dosen Pembimbing Penulis

Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si. Danang Frige Purwadana


NIP. 196008161985031003 NIM. 1511415087

Penguji Ketua Jurusan

_____________________________. Rahmawati Prihastuty, S.Psi., M.Si.


NIP. ________________ NIP. 197905022008012018

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar

benar hasil karya (penelitian dan tulisan) sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis

orang lain atau pengutipan dengan cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas

pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan apabila

ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, 15 Juni 2020


Yang membuat pernyataan,

Danang Frige Purwadana


1511415087

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Just because someone stumbles and loses their path,

doesn’t mean they’re lost forever”

(Professor Xavier)

PERSEMBAHAN:
Untuk kedua orang tuaku yang tidak memberikan

kasih saying sebenar-benarnya kasih sayang, untuk

kedua adikku yang masih mau memanggilku mas

walapun banyak keterbatasan, kupersembahkan

skripsi ini untuk kalian.

v
PRAKATA
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan anugerah-Nya, sehingga penulis
mampu menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Tingkat Kepatuhan Warga
Purbalingga Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Pandemi Covid-19”. Dukungan
dan doa dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
proposal skripsi ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih setulus hati
kepada:
1. Dr. Achmad Rifai RC, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan beserta
jajaran pimpinan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
2. Terimakasih kepada Ibu Rahmawati Prihastuty, S.Psi., M.Si., selaku Ketua
Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan
pengarahan untuk menyelesaikan studi dan proposal skripsi ini.
3. Terimakasih kepada Bapak Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si., selaku dosen
pembimbing proposal skripsi yang telah memberikan bimbingan dan masukan,
serta semangat untuk menyelesaikan proposal skripsi ini.
4. Terimakasih kepada Ibu Binta Mu’tiya Rizki, S.Psi., M.A. selaku dosen wali
selama perkuliahan yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan
studi.
5. Terimakasih kepada Bapak Sujarno, Ibu Nurwatmi, dan adik-adikku tercinta,
terhebat, serta tersayang yang selalu berdoa dan memberikan semangat lahir
batin untuk menyelesaikan studi ini dan untuk kesuksesan penulis kedepannya.
6. Terimakasih untuk Irkham, Abijata, Toro, Nadi, Adit, Jami’an Faisol, Minul,
Malik, serta berbagai pihak yang telah memberikan semangat dan menghibur
penulis dalam menyusun proposal skripsi ini dan ketika penulis sedang
mengalami permasalahan.
7. Teman-teman Psikologi angkatan 2015 yang membantu, menemani, dan
mengajarkan berbagai hal selama penulis menyusun proposal skripsi ini.

vi
Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih setulus hati kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini. Penulis
berharap proposal skripsi ini memberikan manfaat dan kontribusi untuk
perkembangan ilmu, khususnya ilmu psikologi.

Semarang, 15 Juni 2020

Penulis

vii
ABSTRAK
Purwadana, Danang F. 2020. “Tingkat Kepatuhan Warga Purbalingga Dalam
Upaya Pencegahan Penyebaran Pandemi Covid-19”. Proposal Skripsi. Jurusan
Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing
Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si.,

Kata kunci: Kepatuhan, Pandemi, Covid-19.

Dampak dari lahirnya pandemi Covid-19 tentu saja tidak hanya terbatas
pada bidang kesehatan saja, tetapi bidang lain seperti ekonomi, transportasi, wisata,
sosial, dan psikologis juga mengalami dampaknya baik langsung maupun tidak
langsung. Purbalingga sebagai salah satu Kapubaten di Provinsi jawa tengah juga
tidak luput dari dampak Covid-19. Untuk menghambat meluasnya penularan
Covid-19 di Kabupaten Purbalingga, Tim gugus tugas penanganan pandemi Covid-
19 Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah telah memberlakukan beberpa peraturan,
diantaranya adalah jam malam. Dalam penelitian (Agung, 2020) menyatakan
bahwa lingkungan menjadi faktor pendukung maupun penghambat kepatuhan
dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui tingkat kepatuhan warga
Purbalingga terkait pandemi Covid-19.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, dengan desain penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat
fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu. Adapun variabel
dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan warga Purbalingga terhadap aturan
pencegahan penyebaran pandemi Covid-19. Sampel dari penelitian ini adalah
warga Kabupaten Purbalingga dengan usia 18-30th yang terdampak pandemi Covid-
19 dan mengetahui sedikitnya 3 aturan dalam rangka pencegahan penyebaran
Covid-19 di wilayah Kabupaten Purbalingga. Peneliti memilih teknik pengambilan
sampel non-probability sampling dengan jenis incidental sampling. Sedangkan
pengambilan data dengan skala kepatuhan berdasarkan teori dari Bliss (1999).
Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah
metode statistik deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan
deskripsimengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang
diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk
pengujian hipotesis.

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
PRAKATA ................................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................. 8
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 9
BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................................... 10
2.1 Kepatuhan .............................................................................................. 10
2.1.1 Pengertian Kepatuhan ..................................................................... 10
2.1.2 Dimensi-dimensi Kepatuhan ........................................................... 11
2.1.3 Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan ............................................ 14
2.2 Pandemi Covid 19.................................................................................. 17
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 18
2.5 Hipotesis Penelitian............................................................................... 19
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 20
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 20
3.1.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 20
3.1.2 Desain Penelitian............................................................................. 21

ix
3.2 Variabel Penelitian................................................................................. 21
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 21
3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 22
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 23
3.3.1 Populasi Penelitian ......................................................................... 23
3.3.2 Sampel Penelitian ........................................................................... 23
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel .......................................................... 24
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 24
3.4.1 Skala Kepatuhan ............................................................................. 26
3.5 Validitas dan Reliabilitas ....................................................................... 26
3.5.1 Validitas ......................................................................................... 27
3.5.2 Reliabilitas ..................................................................................... 27
3.6 Metode Analisis Data ........................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 30
LAMPIRAN ................................................................................................ 33

x
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Kategori Pemilihan Aitem ................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 2 Blueprint Skala Keapatuhan ................ Error! Bookmark not defined.

xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 18

xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Form Bimbingan ....................................................................... 34

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau disebut juga

sindrom pernafasan akut berat sudah ditemukan pada 17 tahun yang lalu, tepatnya

pada 2003 di Guangdong, Tiongkok dan WHO menyatakan penyakit (SARS)

menjadi sebuah epidemi (Putri, 2019). Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV) yang pertama kali

ditemukan pada kelelawar dan unta, namun dapat menginveksi manusia. Seperti

namanya virus ini mempengaruhi saluran pernafasan. (Susilo, C., Ceva, Santoso,

& Yulianti, 2020), Pada tanggal 8 Januari 2020 virus corona dengan jenis baru

secara resmi diumumkan sebagai patogen penyebab Covid-19 oleh Chinese Center

for Disease Control and Prevention (Li, Guan, Wu, & Wang, 2020). Virus tersebut

bernama (SARS-CoV-2) dan terdeteksi 66% pasien merujuk pada pasar makanan

laut yang sama yaitu di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir Desember

2019 (Yuliana, 2020).

Hanya membutuhkan waktu kurang dari 4 bulan yaitu pada tanggal 12 Maret

2020 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit

Coronavirus Diseas (Covid-19) sebagai sebuah pandemi (Susilo, C., Ceva,

Santoso, & Yulianti, 2020). Porta (2008) menjelaskan bahwa pandemi merupakan

epidemi yang terjadi pada skala yang melintasi batas internasional, biasanya

1
2

mempengaruhi sejumlah besar orang. Tidak semua penyakit yang tersebar luas dan

mematikan dapat disebut sebagai pandemi, tetapi harus ada penuluran yang terjadi.

Data dari portal berita detiknews.com, menyebutkan sebanyak 11 juta warga

dikorbankan oleh pemerintah Tiongkok dari dampak kebijakan lockdown yang

diambil oleh pemerintah. Keputusan untuk melakukan penutupan total di kota

Wuhan kemudian diikuti penutupan ke-16 kota lain di Provinsi Hubei, Tiongkok.

Kebijakan lockdown yang diberlakukan pemerintah Tiongkok terdiri dari beberapa

tahap dari yang masih memperbolehkan warga keluar rumah, sampai benar-benar

tidak ada aktivitas penting di luar ruangan, serta sekitar 780 juta warga China

terdampak aturan pembatasan perjalanan yang diterapkan pemerintah. Dampak

dari lahirnya pandemi Covid-19 tentu saja tidak hanya terbatas pada bidang

kesehatan saja, tetapi bidang lain seperti ekonomi, transportasi, wisata, sosial, dan

psikologis juga mengalami dampaknya baik langsung maupun tidak langsung

(Widyananda, 2020).

Dilansir dari portal berita online detiknews.com, kasus pertama yang tercatat

di Indonesia diketahui pada awal Maret 2020 di daerah Depok, Jawa Barat (Yunita,

2020). Dalam waktu kurang lebih 3 bulan (per tanggal 11 Juni 2020) jumlah kasus

yang tercatat oleh BNPB sudah mencapai angka 35.295 kasus, dengan rata-rata

kenaikan perbulan kasus positif Covid-19 lebih dari 10.000 kasus. Penyebaran

kasus yang terjadi di Indonesia-pun sudah mencakup seluruh provinsi dengan 424

kabupaten/kota yang terdampak (Hakim, Yahya, & Nugraheny, 2020).

Purbalingga sebagai salah satu Kapubaten di Provinsi jawa tengah juga tidak luput

dari dampak Covid-19. Dilansir dari website resmi Purbalingga menyatakan bahwa
3

terdapat 70 Pasien Dalam Pemantauan, 5 positif, dan 4 meninggal dunia (data 5

April 2020). Dalam laman terebut Bupati Purbalingga juga menyatakan warga

yang kembali ke Purbalingga akan langsung diberi gelang identitas, meskipun

belum pasti corona. Gelang identitas tersebut merupakan identitas yang

menyatakan sebagai orang dalam pemantauan (ODP) agar yang bersangkutan

melakukan isolasi mandiri dan tidak keluar rumah selama 14 hari (Dinkominfo,

2020).

Untuk menghambat meluasnya penularan Covid-19 di Kabupaten Purbalingga,

Tim gugus tugas penanganan pandemi Covid-19 Kabupaten Purbalingga, Jawa

Tengah juga memberlakukan jam malam. Dilansir dari kompas.com (Aziz, 2020)

menyatakan bahwa semua kegiatan kemasyarakatan, termasuk kegiatan

perekonomian para pedagang kaki lima hanya diperbolehkan berjualan sampai

pukul 10 malam. Tim gugus tugas akan melakukan patroli bersama unsur terkait

TNI, Polri dan Satpol PP. Tidak hanya itu, Bupati purbalingga juga mengeluarkan

Peraturan Bupati (Perbup) No 49 Tahun 2020 tentang pedoman penyediaan ruang

karantina Covid-19. Rang karantina ini dimaksudkan untuk menampung para OTG

(Orang Tanpa Gejala) yang berkontak erat dengan positif Covid-19, ODR (Orang

Dalam Risiko) atau pendatang dari wilayah terjangkit ataupun ODP (Orang Dalam

Pemantauan) (Pamungkas, 2020).

Pandemi Covid-19 juga telah mengubah cara kita dalam bersosialisasi. Dengan

adanya kebijakan sosial distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

yang di lakukan oleh pemerintah, telah mengubah kehidupan manusia secara

signifikan hanya dalam hitungan bulan, perilaku sosial manusia berubah drastis
4

akibat penyesuaian terhadap pandemi Covid-19. Perubahan tidak hanya terjadi

pada level individu tetapi juga kelompok, organisasi dan perusahaan. Hampir

semua aspek terkena, mulai dari pendidikan, ekonomi, politik dan agama.

Perubahan itu menimbulkan ketidaknyamanan dan gejolak sosial di masyarakat

(Agung, 2020).

Respon individu ketika menghadapi situasi pandemi Covid-19, sangat

beragam, tergantung bagaimana individu mempersepsi dan mengolah informasi

yang tersedia. Pada umumnya proses kognitif berawal ketika menerima informasi

mengenai Covid-19, individu akan mencari tahu apa itu Covid-19, apa dampaknya,

bagaimana ciri-ciri orang yang terkena Covid-19 dan sebagainya. Semua

informasi yang tersedia baik positif maupun negatif, akan diproses atau dikelola

dalam otak, sehingga menghasilkan suatu respon kognitf berupa penilian atas

informasi tersebut. Proses itu, akan menghasilkan informasi yang akan digunakan

untuk memahami dunia sosial atau disebut kognisi sosial (Taylor, Peplau, Sears,

& B.S, 2009). Sementara Taylor (2019) dalam bukunya “The Pandemic of

Psychology: Preparing for the Next Global Outbreak of Infectious Disease”

menjelaskan bagaimana pandemi penyakit mempengaruhi psikologis orang secara

luas dan masif,mulai dari cara berpikir dalam memahami informasi tentang sehat

dan sakit, perubahan emosi (takut, khawatir, cemas) dan perilaku sosial

(menghindar, stigmasisasi, perilaku sehat). Dalam penelitian (Agung, 2020)

menyatakan bahwa lingkungan menjadi faktor pendukung maupun penghambat

kepatuhan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Lingkungan di sini dapat berupa

norma, aturan, budaya, agama serta dukungan sarana dan prasarana untuk
5

mematuhi himbauan Pemerintah. Pengaruh norma sosial yang berkembang di

masyarakat, keluarga, teman dan dapat mempengaruhi perilaku individu untuk

mengubah perilaku. Sebagai contoh penggunaan masker, sangat ditentukan

bagaimana lingkungan terdekat (keluarga) dan sekitarnya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Wang, et al., 2020) yang melibatkan

1210 koresponden dari 194 kota di Cina. Secara total, 53,8% responden menilai

dampak psikologis dari wabah tersebut sedang atau berat, sebanyak 16,5%

melaporkan gejala depresi sedang hingga berat, sebanyak 28,8% melaporkan

gejala kecemasan sedang hingga berat, dan sebanyak 8,1% melaporkan tingkat

stres sedang hingga berat. Sebagian besar responden menghabiskan 20-24 jam per

hari di rumah (84,7%), sebanyak 75,2% khawatir tentang anggota keluarga mereka

yang akan tertular Covid-19, serta sebanyak 75.1% puas terhadap ketersediaan

informasi yang ada. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wang dkk (2020)

membuktikan bahwa dengan kepuasan terhadap ketersediaan informasi tidak

menjadikan individu tenang bahwa anggota keluarga mereka tidak akan tertular.

Dalam penelitian Cullen, Gulati, & Kelly (2020) juga menyatakan bahwa faktor

psikologis memainkan peran penting dalam kepatuhan terhadap tindakan

kesehatan masyarakat (seperti vaksinasi) dan bagaimana individu mengatasi

ancaman infeksi dan kerugian yang diakibatkannya.

Pencegahan penyebaran pandemi Covid-19 tidak lepas dari seluruh

komponen dalam Negara, seperti Pemerintah, dan Masyarakat,. Pada masa

pandemi seperti saat ini masyarakat diharapkan patuh terhadap kebijakan yang

telah dibuat oleh Pemerintah agar penyebaran Covid-19 dapat diminimalisir,


6

namun kenyataanya tidak demikian, masih banyak masyarakat yang tidak

mematuhi dan bersikap acuh terhadap peraturan yang ada. Padahal masyarakat

juga mengetahui bahwa ancaman dari pandemi Covid-19 adalah nyata dan

menyebabkan kematian.

Menurut (Setyawati, 2020) kebijakan pemerintah terkait social distancing

tidak diimplementasikan secara serius oleh kalangan masyarakat tertentu dan

membuat resah masyarakat lainnya. masyarakat masih sulit memahami bahaya

virus corona dan menyepelekan dengan menganggap hidup dan mati berada di

tangan Tuhan tanpa memikirkan resiko apabila virus corona menginfeksi anggota

keluarganya. Dalam konteks situasi pandemi Covid-19, pengaruh sosial menjadi

penting khususnya bagi pemerintah untuk mempengaruhi perilaku masyarakat

dalam mengurangi penyebaran Covid-19 (Agung, 2020). Secara umum ada tiga

hal yang harus diperhatikan yaitu karakteristik personal, lingkungan dan otoritas

(pemerintah). Karakteristik personal, terdiri dari atribut personal (pendidikan,

status sosial ekonomi), kepribadian, pengalaman dan proses kognitif

(pengetahuan) (Agung, 2020).

Kerjasama antar komponen dalam negara dibutuhkan dalam rangka

pencegahan menyebaran Covid-19. Pemerintah sebagai pihak yang otoritas

berfungsi menciptakan kebijakan, sedangkan masyarakan diharapkan mematuhi

himbuaian dari Pemerintah. Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI

(Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat

kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh,

ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan. Menurut Milgram dalam Taylor
7

(2009, p. 266) menjelaskan bahwa kepatuhan adalah sikap yang menunjukkan rasa

patuh dengan menerima dan melakukan tuntutan atau perintah dari orang lain.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Saifunurmazah (2013) tentang

Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus dalam Menjalani Terapi Olahraga dan Diet

menyatakan bahwa kepatuhan pada ketiga narasumber dipengaruhi oleh faktor

faktor lingkungan sosial seperti komunikasi dengan petugas kesehatan, dan

dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga. Hal tersebut sejalan dengan

Forgas dan William dalam Chen, dkk (2010) yang menyatakan bahwasanya

peningkatan perilaku kepatuhan pada dasarnya merupakan bentuk strategi

melalui interaksi sosial, sehingga keberadaan akan pengaruh lingkungan sosial

menjadi penting dalam prosesnya.

Kepatuhan seseorang sangat erat kaitanya dengan lingkungan sosial

mereka dimana kesadaran konsekuensi individu berpengaruh terhadap orang lain.

Hal ini dikuatkan oleh penelitian Arlinkasari, dkk (2018) yang menyebutkan

bahwa terdapat peran kesadaran konsekuensi seseorang terkait perilaku mereka

untuk bersikap pro-lingkungan. Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh

Haryanto (2011) yang melakukan penelitian tentang kepatuhan terhadap peraturan

lalu lintas para pengendara di perkotaan yang menyebutkan bahwa tekanan

lingkungan sosial yang memiliki sifat kedekatan secara psikologis mampu menjadi

pengontrol di dalam mengurangi tindakan pelanggaran terkait perilaku

berkendara.

Berdasarkan latar belakang diatas, kepatuhan dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan sosial. Namun sejauh ini belum ada penelitian yang meneliti tentang
8

tingkat kepatuhan pada situasi tertentu seperti pandemi Covid-19. Pandemi tentu

saja mengakibatkan berbagai dampak diberbagai sektor. Bahkan berdasarkan data

yang sudah dipaparkan diawal, kehidupan sosial masyarakat berubah akibat

terjadinya pandemi Covid-19.

Dari uraian yang telah dipaparkan, peneliti ingin melihat tingkat kepatuhan

warga Purbalingga terkait pandemi Covid-19.

1.2. Rumusan Masalah

Berlandaskan dari latar belakang diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kepatuhan warga Purbalingga dalam upaya pencegahan

penyebaran pandemi Covid-19.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran kepatuhan warga Purbalingga dalam upaya

pencegahan penyebaran pandemi Covid-19.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat Memberikan manfaat secara praktis maupun

secara teoritis, yaitu:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan kajian ilmu pengetahuan

dan pengembangan di bidang ilmu psikologi, terutama psikologi sosial mengenai

tingkat kepatuhan dalam suatu fenomena.


9

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi rekomendasi pada

pemerintah, khususnya di daerah Purbalingga sebagai umpan balik atas aturan

aturan yang telah ditetapkan.


BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kepatuhan

2.1.1 Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan (obedience) menurut Milgram dalam Taylor dkk (2009, p. 266),

menjelaskan bahwa kepatuhan adalah sikap yang menunjukkan rasa patuh dengan

menerima dan melakukan tuntutan atau perintah dari orang lain. Hal ini serupa

dengan pendapat Blass (1999, p. 975) yang mengungkapkan bahwa kepatuhan

adalah menerima perintah-perintah dari orang lain. Menurut Milgram dalam

Taylor dkk (2009, p. 279) kepatuhan terkait dengan ketaatan pada otoritas aturan-

aturan. Kepatuhan terhadap aturan pertama kali dipublikasikan Milgram pada tahun

1963, salah satu dari beberapa eksperimen psikologi terkenal pada abad 20.

Berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan bahwa kepatuhan muncul bukan

karena adanya keinginan dari pelaksana perintah untuk menyesuaikan diri, tetapi

lebih karena didasarkan akan kebutuhan untuk menjadi apa yang lingkungan

harapkan, atau reaksi yang timbul untuk merespon tuntutan lingkungan sosial yang

ada. Kepatuhan dapat terjadi dalam bentuk apapun, selama individu menunjukkan

perilaku taat terhadap sesuatu atau seseorang misalnya kepatuhan terhadap

peraturan.

Menurut Taylor (2006, p. 266) kepatuhan adalah memenuhi permintaan

orang lain, didefinisikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan

berdasarkan keinginan orang lain atau melakukan apa-apa yang diminta oleh orang

10
11

lain, kepatuhan mengacu pada perilaku yang terjadi sebagai respon terhadap

permintaan langsung dan berasal dari pihak lain. Herbert Kelman dalam Tondok

dkk (2012, p. 2) mendefinisikan kepatuhan sebagai perilaku mengikuti permintaan

otoritas meskipun secara personal individu tidak setuju dengan permintaan tersebut.

Menurut Shaw dalam Umami (2010, pp. 25-26), kepatuhan berhubungan

dengan harga diri seseorang di mata orang lain. Orang yang telah memiliki konsep

bahwa dirinya adalah orang yang pemurah, akan menjadi malu apabila dia menolak

memberikan sesuatu ketika orang lain meminta sesuatu padanya. Kebebasan untuk

bersikap, juga seringkali mendorong orang untuk mengikuti kemauan orang lain.

Semakin orang dibebaskan untuk memilih, semakin cenderung orang tersebut

untuk patuh. Hal ini disebabkan adanya ambiguitas situasi serta rasa aman yang

dimiliki akibat kebebasan dalam memilih. Ambiguitas situasi yang dimaksud

berkaitan dengan akibat dan reaksi yang akan diterima jika seseorang memilih

pilihan tertentu. Hal ini akan menimbulkan kecemasan jika memilih pilihan yang

tidak tepat.

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh yang telah dijelaskan sebelumnya

dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah perilaku menerima dan melakukan

perintah atau permintaan orang lain yang mempunyai otoritas tanpa memperhatikan

persetujuan dari individu yang melakukan kepatuhan.

2.1.2 Dimensi-Dimensi Kepatuhan

Kepatuhan terhadap peraturan memiliki dimensi-dimensi yang mengacu

pada dimensi kepatuhan. Blass (1999, p. 975) menjelaskan bahwa seseorang

dapat dikatakan patuh terhadap orang lain, apabila seseorang tersebut memiliki
12

tiga dimensi kepatuhan yang terkait dengan sikap dan tingkah laku patuh. Berikut

adalah dimensi-dimensi kepatuhan menurut Blass:

1. Mempercayai (belief)

Individu dikatakan patuh apabila mereka percaya bahwa kekuasaan

mempunyai hak untuk meminta dan memerintah. Jika individu percaya bahwa diri

mereka diperlakukan secara adil oleh pemimpin atau orang yang memberi

perintah, pecaya pada motif pemimpin, dan menganggap bahwa individu

tersebut termasuk bagian dari organisasi atau kelompok yang ada dan memiliki

peraturan yang harus diikuti (Taylor, Peplau, Sears, & B.S, 2009).

2. Menerima (accept)

Pada dimensi penerimaan ini, individu yang patuh akan mau menerima

apa yang telah dipercayainya. Seseorang dikatakan patuh apabila yang

bersangkutan menerima baik kehadiran norma-norma ataupun nilai-nilai dari

suatu peraturan. Penerimaan adalah kecenderungan orang mau dipengaruhi oleh

komunikasi persuasif dari orang yang berpengetahuan luas atau orang yang

disukai. Selain itu juga tindakan yang dilakukan dengan senang hati karena

percaya terhadap tekanan atau norma sosial dalam kelompok atau masyarakat

(Taylor S. E., 2006, p. 258). Riset yang dilakukan Tyler dalam Taylor dkk (2009)

menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang untuk patuh terhadap perintah lebih

besar jika orang tersebut mendapat manfaat ataupun keuntungan.


13

3. Melakukan (act)

Melakukan isi perintah atau permintaan dari orang lain secara sadar yang

dimaksudkan adalah penerapan peraturan atau nilai-nilai tersebut dalam

kehidupan. Seseorang dikatakan patuh jika norma-norma atau nilai-nilai dari

suatu peraturan diwujudkan dalam bentuk perilaku, bila peraturan atau nilai

tersebut dilaksanakannya makan dapat dikatakan bahwa ia patuh.

Sedangkan menurut Sarbaini dalam (Juniartika, 2014) berpendapat perilaku

kepatuhan mempunyai tiga aspek yaitu:

1. Pemegang Otoritas

Status yang tinggi dari figur yang memiliki otoritas memberikan pengaruh

penting terhadap perilaku kepatuhan.

2. Kondisi yang Terjadi

Terbatasnya peluang untuk tidak patuh dan meningkatnya situasi yang

menuntut kepatuhan.

3. Orang yang Mematuhi

Kesadaran seseorang untuk mematuhi peraturan karena ia mengetahui bahwa

hal ini benar dan penting untuk di lakukan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti menyimpulkan dimensi

yang dipergunakan dalam variabel kepatuhan terhadap peraturan adalah

dimensi kepatuhan dari Blass dengan pertimbangan bahwa teori tersebut

dirasa cukup cocok mewakili dimensi-dimensi kepatuhan terhadap peraturan

yang akan dipergunakan untuk mengungkap kepatuhan warga Purbalingga pada

peraturan.
14

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menurut Taylor (2006, p. 266) kepatuhan atau ketaatan seseorang

terhadap otoritas atau norma sosial dapat terbentuk dengan adanya enam

faktor diantaranya:

1. Informasi

Informasi merupakan faktor utama pengaruh sosial. Seseorang kadang-

kadang mau melakukan sesuatu yang tidak ingin merea lakukan hanya setelah

kepada mereka diberikan sejumlah informasi, seseorang sering mempengaruhi

orang lain dengan memberikan mereka informasi atau argumen yang logis tentang

tindakan yang seharusnya mereka lakukan;

2. Imbalan

Imbalan adalah salah satu basis kekuasaan adalah kemampuan untuk

memberi hasil positif bagi orang lain, membantu orang lain mendapatkan tujuan

yang diinginkan atau menawarkan imbalan yang bermanfaat. Beberapa imbalan

bersifat sangat personal, seperti senyum persetujuan dari teman. Imbalan lainna

seperti uang adalah impersional.

3. Keahlian atau pengetahuan khusus

Training, dan keterampilan juga dapat menjadi sumber kekuasaan.

Seseorang tundukpada ahlidan mengikuti nesehatnya karena mereka percaya

bahwa pengetahuan penguasa akan membantu kita mencapai tujuan kita.

4. Kekuasaan rujukan

Kekuasaan rujukan adalah basis pengaruh dengan relevansi pada relasi personal

atau kelompok. Kekuasaan ini eksis ketika seseorang mengidentifikasi atau


15

ingin menjalin hubungan dengan kelompok atau orang lain. Seseorang

mungkin bersedia meniru perilaku mereka atau melakukan apa yang mereka

minta karena ingin sama dengan mereka atau menjalin hubungan baik dengan

mereka.

5. Otoritas yang sah

Otoritas yang sah adalah seseorang yang memiliki hak atau otoritas

untuk menyuruh orang lain melakukan hal tertentu. Salah satu otoritas yang

sah adalah guru atau orang tua. Peran sosial seperti orang tua dan anak atau

guru dengan muridnya akan menentukan hak dan tanggung jawab masing-masing

pihak dalam relasi mereka. Otoritas yang sah memiliki hal untuk

mengingatkan mereka akan kewajibannya.

6. Paksaan

Paksaan dapat berupa paksan fisik sampai ancaman hukuman atau

tanda ketidaksetujuan. Misalnya setelah berkali-kali mengabaikan himbauan

untuk meninggalkan lapak dagangan yang telah disampaikan oleh petugas Satpol

PP, pedagang liar ditertibkan dengan paksa.

Menurut Taylor dkk (2009, p. 93) hal-hal yang dapat menimbulkan

kepatuhan seseorang ada empat faktor, yaitu

1. Penghargaan atau ganjaran

Penghargaan atau ganjaran adalah salah satu cara yang paling fektif

untuk menekan agar orang bersedia melakukan sesuatu adalah dengan

menunjukkan pada mereka bahwa kita sangat memperhatikan mereka

dan sangat mengharap mereka melakukan hal itu


16

2. Penekanan (hukuman dan ancaman)

Hukuman dan ancaman juga termasuk cara untuk menimbulkan

ketaatan, yaitu dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk

menampilkan perilaku yang diinginkan melalui hukuman dan ancaman, semua

itu merupakan insentif untuk mengubah perilaku seseorang

3. Otoritas yang sah

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah bahwa seseorang

memiliki otoritas yang sah salah situasi itu, sesuai dengan norma sosial yang

berlaku;

4. Harapan orang lain

Harapan orang lain dapat menimbulkan ketaatan, bahkan meskipun harapan

itu implisit. Salah satu faktor untuk memaksimalkan ketaatan adalah menempatkan

individu dalam situasi yang terkendali, dimana segala sesuatunya diatur

sedemikian rupa sehingga ketidaktaatan merupakan hal yang hampir tidak

mungkin timbul.

Berdasarkan uraian tentang faktor yang mempengaruhi kepatuhan di

atas dapat disimpulkan bahwasanya kepatuhan yang terjadi pada seseorang

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang seperti informasi yang

diterima, adanya imbalan, perhatian yang dicurahkan, paksaan, penghargaan,

penekanan atau hukuman, dan harapan orang lain. Sedangkan faktor internal

adalah faktor-faktor yang berasal dari diri individu seperti kepribadian,

kepercayaan, keahlian, dan religiusitas.


17

2.2 Pandemi Covid-19

Secara etimologi Pandemi (dari bahasa Yunani πᾶν pan yang artinya semua

dan δήμος demos yang artinya orang) adalah epidemi penyakit yang menyebar di

wilayah yang luas, misalnya beberapa benua, atau di seluruh dunia. Porta (2008)

menjelaskan bahwa pandemi merupakan epidemi yang terjadi pada skala yang

melintasi batas internasional, biasanya mempengaruhi sejumlah besar orang. Tidak

semua penyakit yang tersebar luas dan mematikan dapat disebut sebagai pandemi,

tetapi harus ada penuluran yang terjadi. Sedangkan menurut WHO, pandemi

adalah skala penyebaran penyakit yang terjadi secara global di seluruh dunia.

Namun, ini tidak memiliki sangkut paut dengan perubahan pada karakteristik

penyakitnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pandemi diartikan

sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi

yang luas.

Menurut WHO Covid-19 adalah adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh coronavirus yang paling baru ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak

diketahui sebelum wabah dimulai di Wuhan, Cina, pada Desember 2019. Dari

laman resmi Pemerintah Indonesia covid19.go.id menyatakan bahwa virus corona

baru atau novel coronavirus (nCoV) adalah jenis virus corona baru yang

menimbulkan penyakit yang bernama COVID-19. Sebelum dikenal sebagai

COVID-19, penyakitnya dikenal sebagai virus corona baru 2019 atau 2019-nCoV.

Virus corona baru adalah virus baru, tapi mirip dengan keluarga virus yang

menyebabkan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan sejumlah influensa

biasa.
18

Gejala dari Covid-19 menurut WHO umumnya adalah demam, batuk kering,

dan kelelahan. Gejala lain yang kurang umum dan dapat mempengaruhi beberapa

pasien termasuk sakit dan nyeri, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis,

sakit tenggorokan, diare, kehilangan rasa atau bau atau ruam pada kulit atau

perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala ini biasanya ringan dan mulai

secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala

yang sangat ringan.

Berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa

pandemi Covid-19 adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh novel

coronavirus (nCoV) jenis baru dan menyebar secara luas melewati batas

internasional.

2.3 Kerangka Berpikir

Pandemi Covid-19
Kepatuhan Terhadap
Aturan
- Mempercayai (belief)
- Menerima (accept)
- Melakukan (act)

Warga
Purbalingga Patuh Tidak Patuh

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Kepatuhan warga Purbalingga dengan


adanya Pandemi Covid-19.

Menurut Agung (2020) adanya pandemi Covid-19 mengubah hampir semua

aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, politik dan agama. Perubahan

itu menimbulkan ketidaknyamanan dan gejolak sosial di masyarakat. Purbalingga


19

adalah salah satu daerah yang terkena dampak dari pandemi Covid-19, oleh karena

itu Pemerintah Daerah membuat kebijakan-kebijakan untuk mencegah penularan

pandemi Covid-19 agar tidak lebih meluas lagi. Kebijakan tersebut dituangkan

dalam peraturan peraturan Bupati yang telah dijelaskan sebelumnya. Aturan-aturan

tersebut tentu saja tidak menguntungkan semua masyarakat, sebagai contoh

beberapa obyek wisata yang ada di Purbalingga menjadi sepi pengunjung akibat

adanya larangan berkerumun. Kegiatan belajar mengajar di Sekolah-pun ikut

terganggu. Dengan banyaknya aturan yang baru dan kondisi sosial yang berbeda,

warga Purbalingga diharapkan tetap mematuhi aturan aturan yang telah ditetapkan.

2.4 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan penjelasan teoritis diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah dengan terdampaknya warga Purbalinga oleh pandemi Covid-19, lebih dari

50% warga mematuhi aturan peraturan terkait Covid-19.


BAB 3

METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan,

dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah metode yang digunakan

harus sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai sehingga

penelitian akan berjalan dengan sistematis.

Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa hal yang berhubugan dengan

metode-metode dan hal-hal lain yang menetukan penelitian itu: jenis dan

desain penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasioanl variabel

penelitian, populasi dan sampel, metode alat pengumpulan data, validitas dan

reliabilitas, serta teknik analisis data.

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Menurut Azwar (2013, p. 5) penelitian kuantitatif merupakan penelitian

yang analisisnya menekankan pada data-data angka atau numerikal yang diolah

dengan metode statistika, dimulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut serta penampilan hasilnya. Data-data numerikal yang dimaksud adalah

data-data atribut psikologis yang telah diubah kedalam angka sebagai alat untuk

menemukan informasi mengenai apa yang ingin diketahui, kemudian hasil data

numerikal tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik statistik. Hasil

penelitian dengan pendekatan kuantitatif ini akan menjadi lebih baik apabila

20
21

disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar, atau tampilan lain yang menjelaskan

gambaran secara lebih ringkas, jelas dan mudah dipahami.

3.1.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian deskriptif persentase. Azwar (2013) menjelaskan bahwa penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara

sistematis dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang

tertentu.Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian.

Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak

bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun

mempelajari implikasi. Penyajian hasil analisis penelitian deskriptif dalam

penelitian ini berupa frekuensi dan persentase, yaitu dengan menggunakan tabel

frekuensi dan grafik untuk memberikan kejelasan serta pemahaman keadaan data

yang disajikan (Azwar S. , 2013).

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, p. 38), variabel adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Pengidentifikasian membantu dalam menemukan alat pengumpulan data

dan teknik analisis yang digunakan. Variabel yang diteliti harus sesuai dengan

permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Karena jenis

penelitian ini adalah penelitian deskriptif maka tidak terdapat variabel terikat dan
22

variable bebas. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini akan dideskripsikan

sebagai hasil penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah tingkat

kepatuhan warga Purbalingga dalam upaya pencegahan penyebaran pandemi

Covid-19.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi opersional menurut Azwar (2013, p. 74) ialah suatu definisi

mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik

variabel tersebut yang dapat diamati. Sedangkan menurut Purwanto (2016, pp. 74-

75), definisi operasional memberi makna terhadap suatu variabel dengan cara

menspesifikasi aktivitas-aktivitas atau operasi yang diperlukan untuk mengukur,

mengkategorisasi, atau memanipulasi suatu variabel, sehingga oleh karenanya

definisi operasional memberitahu peneliti dan pembaca apa saja yang diperlukan

untuk menjawab pertanyaan ataupun mengetes/menguji hipotesis. Definisi

operasional dikemukakan untuk menghindari kesalahpahaman mengenai data yang

akan dikumpulkan dan untuk menghindari ambiguitas arti dari suatu variabel

penelitian. Definisi operasional dari kepatuhan adalah tindakan percaya, menerima,

menuruti, taat, melakukan terhadap peraturan yang diberlakukan oleh pihak

Pemerintah Daerah. Dalam penelitian ini, kepauhan diukur dengan menggunakan

skala kepatuhan yang merupakan hasil modifikasi dari skala kepatuhan

berdasarkan dimensi kepatuhan yang dikemukakan oleh Blass (1999) meliputi

dimensi mempercayai (belief), dimensi menerima (accept), dan melakukan (act).


23

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi menurut Sugiyono (2013, p. 80) didefinisikan sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Menurut Sukmadinata (2011, p. 250) populasi adalah

kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Sedangkan menurut

Hadi (2015, p. 190), populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang

hendak diteliti dan mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah individu dengan karakteristik sebagai berikut

a. Warga Purbalingga yang berusia 18-30th

b. Terdampak pandemi Covid-19.

c. Mengetahui sedikitnya 3 aturan dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-

19 di wilayah Kabupaten Purbalingga.

3.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, p. 81) sampel didefinisikan sebagai bagian dari jumlah

dan karakteristik pada populasi yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan

dianggap dapat mewakili populasi. Hadi (2015, p. 191) mendefinisikan sampel

adalah sejumlah penduduk yang menjadi bagian dari populasi sehingga jumlahnya

tidak lebih dari populasi tersebut serta memiliki setidaknya satu sifat yang sama.

Sampel dalam penelitian ini berdasarkan karateristik populasi, yaitu warga

Purbalingga yang berdomisili di Kabupaten Purbalingga yang terdampak akibat


24

adanya pandemi Covid-19 dan mengetahui sedikitnya 3 peraturan yang telah

diterapkan di wilayah Purbalingga.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling.

Menurut Millan & Schumaker dalam Purwanto (2016, p. 104), Non-probability

sampling merupakan peluang terpilihnya suatu anggota populasi tidak diketahui.

Teknik non-probability sampling yang digunakan peneliti adalah teknik non-

probability sampling dengan menggunakan incidental sampling. Menurut

Sugiyono (2013, p. 85), incidental sampling merupakan teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Cara yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data dari sampel adalah dengan memanfaatkan Google

Form. Hal ini dipilih peneliti karena dapat menjangkau sampel yang lebih luas

secara efisien karena hanya dengan membagikan tautan kepada sampel yang sesuai

kriteria, kemudian setiap subjek sampel membagikan kepada teman yang lain.

Selain itu, himbauan Pemerintah untuk tidak saling berdekatan dan mengurangi

aktivitas di luar ruangan juga merupakan suatu alasan, sehingga pemakaian Google

Form dinilai lebih efektif dan aman dibandingkan dengan didatangi satu persatu

dengan instrumen berbentuk kertas.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan salah satu

proses yang penting, karena data yang diperoleh dalam penelitian digunakan untuk
25

mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti. Tujuan untuk mengetahui data

harus dicapai dengan menggunakan metode yang tepat, akurat, dan efisien (Azwar,

2013, p. 91). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan skala psikologi. skala psikologi menurut Azwar (2013, p. 96)

didefinisikan sebagai skala yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai sikap

(attitude statement), yaitu suatu pernyataan mengenai objek sikap. Bentuk skala

yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Menurut Azwar (2013, p.

97) skala likert adalah metode dengan orientasi pada respon, sehingga data untuk

pembuatan skala bersumber pada respon-respon yang diberikan oleh subjek atau

responden terhadap seperangkat stimulus yang terdiri dari aitem favorable dan

unfavorable. Menurut Sugiyono (2013, p. 93), skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Penskalaan model likert dikenal lima alternatif jawaban atas

pernyataan yang ada, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai

(TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Namun, dalam penelitian ini peneliti

menggunakan empat alternatif jawaban dan menghilangkan jawaban Netral (N),

dengan alasan untuk menghindari responden yang pasif dan cenderung memilih

posisi aman tanpa memberi jawaban yang pasti. Alternatif jawaban disusun dalam

bentuk tingkatan yang berisi dalam empat kategori pilihan jawaban, yaitu Sangat

Sesuai (SS), Sesuai (S), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai).
26

Tabel 3.1 Kategori Pemlihian Aitem


Skor
No. Kriteria
Favorable Unfavorable
1 Sangat Sesuai (SS) 4 1
2 Sesuai (S) 3 2
3 Tidak Sesuai (TS) 2 3
4 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

3.4.1 Skala Kepatuhan

Skala kepatuhan yang disusun peneliti, disusun berdasarkan dimensi-dimensi

kepatuhan yang dikemukakan oleh Blass (1999) yaitu dimensi mempercayai

(belief), dimensi menerima (accept), dan melakukan (act).

Tabel 3.2 Blueprint Skala Kepatuhan


Aitem Jumlah
No. Dimensi Indikator
F UF
Percaya pada aturan yang
Mempercayai diberlakukan Pemda 9, 2, 24, 5, 6
1
(belief) Purbalingga terkait Covid- 16 18
19
Menerima peraturan Pemda
1, 20 22, 6, 6
Purbalingga terkait Covid-
,12 11
19
menerima
2 Menerima konsekuensi dari
(accept)
diberlakukannya peraturan 7, 21, 3, 23, 6
Pemda Purbalingga terkait 14 13
Covid-19
Menjalankan peraturan
melakukan 4, 10, 8, 15, 6
3 Pemda Purbalingga terkait
(act) 17 19
Covid-19
Total 12 12 24

3.5 Validitas dan Realibilitas

Ada dua persyaratan yang harus dimiliki suatu alat pengumpul data yang baik,

yaitu memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Suatu alat pengumpul data

diharapkan dapat mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur. Alat ukur yang
27

memenuhi syarat akan menghasilkan penelitian yang benar dan dapat

menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dari masalah yang akan diselidiki.

3.5.1 Validitas

Validitas berasal dari validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu tes atau

instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat

tersebut mengahsilkan error pengukuran yang minimal, artinya skor setiap subyek

yang diperoleh oleh tes tersebut tidak jauh berbeda dari skor yang sesungguhnya.

Dengan demikian secara keseluruhan tes yang tersebut akan menghasilkan varians

eror yang kecil pula (Azwar S. , 2017, p. 96). Uji validitas digunakan untuk

mengetahui apakah suatu alat ukur mampu menghasilkan data yang akurat sesuai

tujuan ukurnya (Azwar S. , 2011, p. 131). Cronbach menyatakan bahwa koefisien

validitas berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50 telah dapat memberikan

kontribusi yang baik terhadap efisiensi suatu lembaga pelatihan. Uji validitas alat

ukur dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment Pearson dari

Rank Spearman, karena aitem yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan korelasi antara skor aitem dengan skor total aitem.

3.5.2 Realibilitas

Instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa

kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama

(Sugiyono, 2013, p. 121). Dalam Purwanto (2016, p. 91), reliabilitas didefinisikan

sebagai tingkat sejauh mana skor konsisten, dapat dipercaya, dan dapat diulang.

Jika dilakukan pengukuran terhadap objek yang sama tetapi dalam waktu yang
28

berbeda, alat ukur reliabel akan menghasilkan skor yang sama. Sedangkan

estimasi reliabilitasnya menggunakan konsistensi internal (single trial

admnistration). Reliabilitas skala psikologi dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan reliabilitas konsistensi internal karena hanya melakukan perhitungan

berdasarkan data dari instrumen saja. Analisis akan menggunakan Alpha

Cronbach. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Alpha Cronbach > 0,50 dan mendekati 1. Uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan

IBM SPSS Statistics23 for windows.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dimulai dengan memahami seluruh data yang telah

dikumpulkan menggunakan metode pengumpulan data sebagaimana telah

ditentukan sebelumnya. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dalam

rangka menentukan kesimpulan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode yang

digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode statistik

deskriptif. Analisis data statistik sesuai dengan data kuantitatif atau data yang

dikuantifikasikan, yaitu data dalam bentuk bilangan, sedang data deskriptif

hanya dianalisis menurut isinya (Suryabrata, 2006, p. 40). Analisis deskriptif

bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan

data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak

dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar S. , 2013, p. 126). Data yang

telah terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu

data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang

dinyatakan dalam kata-kata atau simbol. Data yang diperoleh dijumlahkan


29

atau dikelompokkan sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan

(Arikunto, 2006, p. 240). Agar data dapat terbaca dan dapat dipahami maka perlu

dilengkapi dengan kata-kata yang dapat memberi gambaran yang jelas mengenai

tingkat kepatuhan warga Purbalingga pada peraturan terkait pencegahan

penyebaran pendemi Covid-19.


DAFTAR PUSTAKA

Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi COVID-19dalam Perspektif Psikologi


Sosial. Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, I No 2, 68-84.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi
VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Arlinkasari, F., Caninsti, R., & Prasetya, M. A. (2018). Peran Awareness Of
Consequences Terhadap Perilaku Pro-Lingkungan pada Warga Jakarta.
Jurnal Psikologi Sains dan Profesi, 2, 235-241.
Aziz, A. (2020, Mei 13). Tekan Penularan Virus Corona, Purbalingga Berlakukan
Jam Malam. Retrieved from Merdeka.com:
https://www.merdeka.com/peristiwa/tekan-penularan-virus-corona-
purbalingga-berlakukan-jam-malam.html
Azwar, S. (2011). Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2017). Penelitian Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Blass, T. (1999). The Milgram Paradigm After 35 Years: Some Things We Now
Know About Obdience to Authority. Journal of Applied Social Psychology,
29(5), 955-978.
Chen, S. X., N. H., M. H., A. Y., S. W., V. S., . . . Law, R. W. (2010). Reexamining
Personal, Social,and Cultural Influences on Compliance Behavior in the
United States, Poland, and Hong Kong. The Journal of Social Psychology,
223-244.
Cullen, W., Gulati, G., & Kelly, B. (2020). Mental health in the COVID-19
pandemic. QJM: An International Journal of Medicine, 113, 311-312.
Dinkominfo. (2020, Aptil 5). Data Covid-19 Purbalingga; 70 PDP, 5 Positif, 4
Meninggal. Retrieved from Pemerintah Kabupaten Purbalingga:
https://www.purbalinggakab.go.id/v1/data-covid-19-purbalingga-70-pdp-
5-positif-4-meninggal/
Hadi, S. (2015). Statistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hakim, R. N., Yahya, A. N., & Nugraheny, D. E. (2020, Juni 11). UPDATE: Kini
Ada 35.295 Kasus Covid-19 di Indonesia, Bertambah 979. Retrieved from
Kompas: https://nasional.kompas.com/read/2020/06/11/15464781/update-
kini-ada-35295-kasus-covid-19-di-indonesia-bertambah-979?page=all
Haryanto, H. C. (2011). Kepatuhan Terhadap Peraturan Lalu Lintas Para
Pengendara Di Perkotaan. Jurnal Ilmiah Psikologi, 39-46.
Juniartika, R. (2014). Kepatuhan Terhadap peraturan Sekolah pada siswa di SMK
XX Padang. Padang: Universitas Putra Indonesia YPTK Padang.

30
31

Li, Q., Guan, X., Wu, P., & Wang, X. (2020). Early Transmission Dynamics in
Wuhan, China, of Novel Coronavirus–Infected Pneumonia. The New
England Journal of Medicine, 1-9.
Pamungkas, R. T. (2020, Mei 14). Bupati Purbalingga Persilakan Pemerintah
Desa Gunakan Gedung Sekolah Jadi Tempat Karantina Covid-19.
Retrieved from Tribun Jateng:
https://jateng.tribunnews.com/2020/05/14/bupati-purbalingga-persilakan-
pemerintah-desa-gunakan-gedung-sekolah-jadi-tempat-karantina-covid-
19?page=2
Porta, M. (2008). Dictionary of Epidemiology. Oxford: Oxford University Press.
Purwanto, E. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Putri, A. W. (2019, November 16). Sejarah Epidemi SARS: Bukti Wabah Virus
yang Tak Pernah Berakhir. Retrieved Mei 30, 2020, from tirto.id:
https://tirto.id/sejarah-epidemi-sars-bukti-wabah-virus-yang-tak-pernah-
berakhir-elth
Saifunurmazah, D. (2013). Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitusdalam
Menjalani Terapi Olahraga dan Diet. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Setyawati, N. (2020). Implementasi Saksi Pidana bagi Masyarakat yang
Beraktivitas di Luar Rumah saat Terjadinya Pandemi Covid-19. Jurnal
Education and development, 8 No 2, 135-140.
Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: ALFABETA.
Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suryabrata, S. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Susilo, A., C. M., C. W., Santoso, W. D., & Yulianti, M. (2020, Maret).
Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 7, 45-67.
Taylor, S. (2019). The Psychology of Pandemics: Preparing for the Next Global
Outbreak of Infectious Disease. Newcastle: Cambridge Scholars
Publishing.
Taylor, S. E. (2006). Psikologi Sosial. (Triwibowo, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., Sears, D. O., & B.S, T. W. (2009). Psikologi sosial
Edisi Kedua Belas. Jakarta: Kencana.
Tondok, M. S., Ardiansyah, F., & Ayuni. (2012). Intensi Kepatuhan Menggunakan
Helmpada Pengendara Sepeda Motor: Aplikasi Teori Perilaku Terencana.
Jurnal Sains Psikologi, 2(2), 96-112.
32

Umami, Z. (2010). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kepatuhan


terhadap Aturan pada Mahasiswa Penghuni Ma’had al- Aly di UIN
Maulana Malik Ibrahim. SKRIPSI, Malang.
Wang, C., Pan, R., Wan, X., Tan, Y., Xu, L., Ho, C. S., & Ho, R. C. (2020).
Immediate Psychological Responses and AssociatedFactors during the
Initial Stage of the 2019Coronavirus Disease (COVID-19) Epidemic
amongthe General Population in China. International Journal of
Environmental Researchand Public Health, 17(5), 1-25.
Widyananda, R. F. (2020, April 3). Dampak Corona, Ini 6 Sektor yang Paling
Terpengaruh Jika Terjadi Lockdown. Retrieved from merdeka.com:
https://www.merdeka.com/jatim/dampak-corona-ini-6-sektor-yang-
paling-terdampak-jika-terjadi-lockdown-kln.html
Yuliana. (2020). Corona Virus Diseas (covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur.
Wellnes and Healthy Magazine, 187-192.
Yunita, N. W. (2020, Maret 28). Penyebab, Asal Mula, dan Pencegahan Virus
Corona di Indonesia. Retrieved from detiknews:
https://news.detik.com/berita/d-4956764/penyebab-asal-mula-dan-
pencegahan-virus-corona-di-indonesia
LAMPIRAN

33
LAMPIRAN
FORM BIMBINGAN

34
35

Form Bimbingan Seminar Proposal

Nama : Danang Frige Purwadana


NIM : 1511415087
Rombel : 02 (dua)
Bidang : Sosial
Judul : Awareness of Consequences Warga Purbalingga Akibat Pandemi
Covid-19 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan.
Dosen Pembimbing : Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si.
Bimbingan Ke- 1
Hari/Tanggal : Jum’at, 24 April 2020
Materi Bimbingan : menentukan link variabel antara awareness of
consequences dan sikap. mengerucutkan variabel
independent dari awarenes of consequences, dan
didapatkan jenjang pendidikan sebagai batasan yang
diambil peneliti.
36

Form Bimbingan Seminar Proposal

Nama : Danang Frige Purwadana


NIM : 1511415087
Rombel : 02 (dua)
Bidang : Sosial
Judul : Awareness of Consequences Warga Purbalingga Akibat Pandemi
Covid-19 ditinjau dari Jenjang Pendidikan
Dosen Pembimbing : Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si.
Bimbingan Ke- 2
Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Mei 2020
Materi Bimbingan : Kerangka dan Komponen BAB 1
37

Form Bimbingan Seminar Proposal

Nama : Danang Frige Purwadana


NIM : 1511415087
Rombel : 02 (dua)
Bidang : Sosial
Judul : Awareness of Consequences Warga Purbalingga Akibat Pandemi
Covid-19 ditinjau dari Jenjang Pendidikan
Dosen Pembimbing : Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si.
Bimbingan Ke- 3
Hari/Tanggal : Jum’at, 08 Mei 2020
Materi Bimbingan : Fenomena yang terjadi di lapangan masih harus
diperbanyak.
38

Form Bimbingan Seminar Proposal

Nama : Danang Frige Purwadana


NIM : 1511415087
Rombel : 02 (dua)
Bidang : Sosial
Judul : Awareness of Consequences Warga Purbalingga Akibat Pandemi
Covid-19 ditinjau dari Jenjang Pendidikan
Dosen Pembimbing : Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si.
Bimbingan Ke- 4
Hari/Tanggal : Jum’at, 15 Mei 2020
Materi Bimbingan : Menentukan Variabel terikat dan bebas.
39

Form Bimbingan Seminar Proposal

Nama : Danang Frige Purwadana


NIM : 1511415087
Rombel : 02 (dua)
Bidang : Sosial
Judul : Tingkat Kepatuhan warga Purbalingga dalam Upaya Pencegahan
Penyebaran Pandemi Covid-19
Dosen Pembimbing : Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si.
Bimbingan Ke- 5
Hari/Tanggal : Jum’at, 29 Mei 2020
Materi Bimbingan : tata letak penulisan variabel bebas atau variabel terikat
yang didahulukan di bab 2
40

Form Bimbingan Seminar Proposal

Nama : Danang Frige Purwadana


NIM : 1511415087
Rombel : 02 (dua)
Bidang : Sosial
Judul : Tingkat Kepatuhan warga Purbalingga dalam Upaya Pencegahan
Penyebaran Pandemi Covid-19
Dosen Pembimbing : Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si.
Bimbingan Ke- 6
Hari/Tanggal : Jum’at, 29 Mei 2020
Materi Bimbingan : cara membuat Kerangka Berpikir dan hipotesis penelitian.

Anda mungkin juga menyukai