Anda di halaman 1dari 68

1

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA KUNJUNGAN


BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOSNIK
KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA
TAHUN 2020

Diajukan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Kebidanan (S.Tr.Keb) Program DIV Kebidanan
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Megarezky

SARMES TETELEPTA
A1B119352

PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA RESKY
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA KUNJUNGAN


BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BOSNIK KABUPATEN
BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA
TAHUN 2020

Nama : Sarmes Tetelepta


Nim : A1B119352
Jurusan : DIV Kebidanan

Telah disetujui dan diajukan pada ujian skripsi dan diuji oleh Tim Penguji.
Berikut kami yang bertanda tangan.

Pembimbing I Pembimbing II

Rosita, S.ST., M.Kes Drs. Abd.Rahman, S.Pd.I., M.Si., M.Pd


NIDN: 0929048803 NIDN: 0905066701

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIV Kebidanan

Rosdianah, S.ST.,SKM.,M.Keb
NIDN. 0921017905

i
ABSTRAK

Sarmes Tetelepta, A1B119352 “Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya


kunjungan balita ke posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik Kabupaten
Biak Numfor Provinsi Papua Tahun 2020”, +V BAB + 69 Halaman +10 Tabel + 10
Lampiran, (dibimbing oleh Rosita dan Abd. Rahman).

Posyandu merupakan suatu bentuk upaya kesehatan dalam penyelenggaraan


pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial untuk
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi
kurangnya kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosnik di
Puskesmas Bosnik Kabupaten Biak Numfor tahun 2020. Dalam penelitian ini
menggunakan study analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional study.
Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Responden pada penelitian ini
sebanyak 35 orang.
Hasil penelitian berdasarkan pengetahuan ibu dengan hasil uji Fisher’s Exact
Test menunjukkan nilai P = 0,000 dengan taraf signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai P =
<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan
pengetahuan dengan kunjungan balita ke posyandu. Sedangkan hasil penelitian
berdasarkan pendidikan dan pekerjaan ibu menunjukkan nilai P = 0,037 dengan taraf
signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai P = <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan pendidikan dan pekerjaan dengan
kunjungan balita ke posyandu.
Untuk ibu balita sebagai masukan dan informasi tentang pentingnya kunjungan
balita ke posyandu.

Kata kunci :Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu, Pekerjaan ibu, Kunjungan


Posyandu
Daftar Pustaka : 20 (2013-2018)

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunianNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya kunjungan balita ke

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosnik Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua

tahun 2020”. Untuk melengkapi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains

Terapan pada program DIV Kebidanan Universitas Megarezky.

Berbagai rintangan dan hambatan yang menyertai alur dan proses penyelesaian

skripsi ini, peneliti jadikan motivasi yang setiap saat mendorong dan memacu peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Alimuddin, S.H., M.H., M.Kn., selaku Pembina Yayasan Pendidikan

Islam Megarezky Makassar.

2. Ibu Hj. Suryani, S.H., M.H., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Megarezky

Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. dr. H. Ali Aspar Mappahaya, Sp.PD., Sp.Jp (K)., selaku Rektor

Universitas Megarezky.

4. Ibu Dr. Syamsuriyati., S.ST., SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan

dan Kebidanan Universitas Megarezky.

5. Ibu Rosdianah, S.ST., SKM., M.Keb., selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan

Universitas Megarezky Makassar.

iii
6. Ibu Rosita, S., S.ST., M.Kes., selaku pembimbing I yang telah banyak membantu,

membimbing, dan meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Drs. Abd. Rahman, S.Pd.I., M.Si., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah banyak

membantu, membimbing, dan meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Aswinrasari, S.ST., M.Keb., selaku penguji yang telah memberi masukan, kritik,

dan saran dalam ujian skripsi ini.

9. Segenap dosen dan staf Universitas Megarezky Makassar yang selalu memberikan

bimbingan dan pengarahan yang bermanfaat bagi peneliti dalam mengikuti

pendidikan.

10. Kepada semua rekan-rekan angkatan DIV Kebidanan Universitas Megarezky

Makassar tahun 2019/2020 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih

atas kebersamaan kalian.

11.Teristimewa dari lubuk hati yang dalam kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta serta

sahabat-sahabat peneliti atas segala pengorbanan yang diberikan, baik moril maupun

materi, serta doa restu selama menempuh pendidikan di Universitas Megarezky.

12.Teristimewa juga kepada suami dan anak-anak., atas kasih sayangnya, doa, semangat

dan waktu yang telah diluangkan selama peneliti menempuh pendidikan di

Universitas Megarezky.

iv
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu peneliti tetap mengharapkan kritikan dan saran yang

sifatnya membangun demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca pada umumnya dan terkhusus bagi peneliti, Amin.

Makassar, Januari 2020

Peneliti

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Posyandu...................................................... 10

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Ibu Balita Ke Posyandu.17

C. Kerangka Teori..................................................................................... 30

D. Kerangka Konsep Penelitian................................................................. 33

E. Defenisi Operasional............................................................................. 37

F. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 37

vi
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 37

D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 38

E. Pengolahan Data ................................................................................. 38

F. Rencana Analisis Data ........................................................................ 39

G. Analisa dan Interpretasi Data ............................................................... 39

H. Etika Penelitian..................................................................................... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 48

B. Hasil Penelitian..................................................................................... 50

C. Pembahasan.......................................................................................... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 62

B. Saran..................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Posyandu merupakan suatu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan

dasar/sosial untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian

bayi (Kemenkes RI, 2013).

Tumbuh kembang seorang anak dapat dikontrol sejak dini, pemantauan

pertumbuhan dan perkembangan balita sangat penting dilakukan sejak awal untuk

mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) . Pertumbuhan pada

balita dapat dipantau melalui penimbangan berat badan anak setiap bulan

(Ayafruddin,dkk)

Menurut kemenkes tahun 2015 terdapat hubungan antara balita yang ditimbang

dengan status gizi buruk dan kurang. Balita yang ditimbang tidak teratur memiliki resiko

1,5 kali mengalami gagal tumbuh dibandingkan yang di timbang teratur

(Ramadani,2013).

Salah satu kegiatan Posyandu adalah pemantauan pertambahan berat badan balita

dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang ada dalam Buku KIA

(Kesehatan Ibu dan Anak), untuk menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak

1
2

balita karena kelompok umur balita menunjukkan pertumbuhan badan yang sangat pesat

serta merupakan yang sering menderita kekurangan gizi (Aulia Arsy Syamsi, 2016).

Namun pada kenyataannya di posyandu warga masyarakat sendiri banyak yang tidak

memanfaatkan posyandu dengan alasan sibuk kerja atau tidak sempat membawa anak

balitanya ke posyandu dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemantauan

tumbuh dan kembang pada anak balita (Anik Sulistiyanti, Risqi Dewi Untariningsih,

2013)

Data yang dikeluarkan UNICEF-WHO-The World Bank Joint Child malnutrition

estimates tahun 2012 menyebutkan 165 juta anak usia dibawah lima tahun diseluruh

dunia mengalami stunted dan diperkirakan terdapat 101 juta anak dibawah usia lima

tahun diseluruh dunia mengalami masalah berat badan kurang. Tingkat prevalensi

stunting tinggi dikalangan anak dibawah usia lima tahun terdapat di afrika (36%) dan

Asia (27%) (UNICEF, 2012).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terdapat 19,6% balita

kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

kurang serta informasi tentang pemantauan pertumbuhan anak diperoleh dari frekuensi

penimbangan anak balita selama enam bulan terakhir, idealnya anak balita ditimbang

minimal enam kali. Frekuensi penimbangan > 4 kali sedikit menurun pada tahun 2013

(44,6%) dibanding tahun 2007 (45,4%). Anak umur 6-59 bulan yang tidak pernah

ditimbang dalam enam bulan terakhir meningkat dari 25,5% (2007) menjadi 34,3%

(2013). Sebaiknya semakin tinggi umur anak semakin tinggi pula presentase anak yang
3

tidak pernah ditimbang di Posyandu. Pada anak sampai usia lima tahun seharusnya

dibawa ke Posyandu setiap bulan (Kemenkes RI, 2013).

Pencapaian Universal Child immunization (UCI) pada dasarnya merupakan

proporsi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila

cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah

tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity)

terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) dalam hal ini

Pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/kelurahan.

Cakupan Desa universal Child Immunization (UCI) di Provinsi Papua Tahun 2012-

2016 yaitu pada tahun 2012 (20,1%), 2013 (14,4 %), 2014 (44,6%), 2015 (31,9%), 2016

(51,9%). Secara Nasional diharapkan pencapaian Desa/Kelurahan UCI 90%, tahun 2015

Desa UCI mencapai 31,9 % sedangkan tahun 2016 meningkat menjadi 51,9% di

Provinsi Papua. (Dinkes, 2016)

Penelitian yang dilakukan Estuti HD (2014), yang memberikan pengaruh besar

dalam keaktifan posyandu adalah adanya peran serta kader dan partisipasi aktif

masyarakat terhadap peningkatan dan kepuasan ibu balita maupun ibu balita bekerja

yang akan mempengaruhi tingkat partisipasi kunjungan keposyandu, dengan perilaku

mereka untuk datang dan memamfaatkan pelayanan kesehatan diposyandu teratur setiap

bulan, merupakan upaya untuk mencegah dan mendeteksi sedini mungkin gangguan dan

hambatan pertumbuhan pada balita, sehingga menurunkan resiko gizi buruk dan

mencegah gangguan pertumbuhan.


4

Dimana faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan ibu balita ke

posyandu yaitu seperti umur, Pendidikan, pengetahuan, sikap, persepsi, dukungan

keluarga, sosiobudaya dan pekerjaan. Dalam arti luas pekerjaan adalah aktivitas utama

yang dilakukan manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu

tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang (Risqi Dewi Untariningsih,

2013). Pekerjaan yang dilakukan ibu dapat melatar belakangi kurangnya kunjungan ibu

balita ke Posyandu baik karena banyaknya pekerjaan sehingga tidak ada waktu untuk

membawa balita (Krisnadi, dkk, 2009).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya kunjungan posyandu di

Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik karena belum optimalnya kehadiran ibu balita di

posyandu sehingga banyak balita yang tidak terpantau keadaan gizi maupun

kesehatannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kurangnya

kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosnik.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya kunjungan balita ke

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosnik.


5

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi Pengetahuan ibu tentang kunjungan ke

di wilayah kerja Puskesmas Bosnik.

b. Untuk mengidentifikasi tingkat Pendidikan ibu tentang kunjungan ke

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosnik

c. Untuk mengidentifikasi Status Pekerjaan ibu tentang kunjungan ke

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosnik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Proposal penelitian ini bisa digunakan dalam proses pendidikan di bidang

kesehatan. Bagi Prodi Kebidanan menambah referensi bacaan di perpustakaan

Fakultas Keperawatan dan Kebidanan tentang hubungan dengan kunjungan ibu

yang mempunyai balita ke Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosnik.

2. Manfaat praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas

Bosnik.

2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu kader dan menjadi masukan bagi

Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosnik dalam memperoleh informasi.

3. Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi ibu yang mempunyai balita.

4. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa(i)

terhadap manfaat Posyandu.


6

5. Penelitian ini dapat menambah Khasana literature bidang ilmu kesehatan bagi

mahasiswa D IV Kebidanan di Universitas Megarezky sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bacaan dan informasi.

6. Diharapkan penelitian ini menjadi bahan masukan bagi pemerintah

Kabupaten Biak Numfor.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Posyandu

1. Definisi Posyandu

Posyandu merupakan suatu bentuk upaya kesehatan bersumber daya

masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial untuk mempercepat

penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi (Kemenkes RI, 2013).

Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk

memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan

terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga dalam setiap

posyandu tentu akan berpengaruh pada status gizi anak balitanya karena salah satu

tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama

anak balita dan ibu hamil (Adisasmito, 2007).

Dengan pelaksanaan Posyandu yang efektif dan efisien yang dapat dijangkau

masyarakat mampu mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia dengan potensi

tumbuh kembang anak secara merata (Kemenkes RI, 2013). WHO (World Health

Organization) tahun 2013 juga mengakui bahwa Posyandu memberikan kontribusi

yang besar terhadap keberhasilan penurunan prevalensi masalah gizi kurang yang

7
8

menunjukan penurunan dari 18,4% pada tahun 2011 menjadi 13,9% pada tahun

2013 (Octaviani 2014). Salah satu kegiatan Posyandu adalah pemantauan

pertambahan berat badan balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS)

yang ada dalam Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), untuk menentukan

pertumbuhan dan perkembangan anak balita karena kelompok umur balita

menunjukkan pertumbuhan badan yang sangat pesat serta merupakan yang sering

menderita kekurangan gizi (Aulia Arsy Syamsi, 2016). Namun pada kenyataannya

di posyandu warga masyarakat sendiri banyak yang tidak memanfaatkan posyandu

dengan alasan sibuk kerja atau tidak sempat membawa anak balitanya ke posyandu

dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemantauan tumbuh dan kembang

pada anak balita (Willis, 2008).

2. Prinsip Dasar Posyandu

Prinsip dasar posyandu menurut syafrudin, (2012) :

a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan

antara pelayanan professional dan nonprofessional (oleh masyarakat)

b. Adanya kerja sama lintas program yang baik, kesehatan Ibu Anak (KIA),

Keluarga Berencana (KB), gizi imunisasi, penanggulangan diare maupun lintas

sektoral

c. Kelembagaan masyarakat ( pos desa, kelompok timbang/pos timbang, pos

imunisasi, pos kesehatan lain-lain ).

d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama ( Bayi 0-1 tahun, anak balita 1-4 tahun,

ibu hamil, pasangan usia subur (PUS)


9

e. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pengembangna

Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)/ Primary Health Care ) PHC

3. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

Secara umum tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah sebagai

berikut (Depkes RI, 2006):

a. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan angka

kelahiran.

b. Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu), Ibu hamil dan nifas.

c. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS).

d. Meneingkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang mengunjang sesuai kebutuhan.

e. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan.

Sasaran dalam pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi (usia kurang dari 1

tahun) anak balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu menyusui dan wanita PUS

(pasangan usia subur).

4. Sasaran Posyandu

a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun

b. Anak balita usia sampai 5 tahun

c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas

d. Wanita Usia Subur


10

Suatu posyandu seharusnya melayani sekitar 100 balita (120 KK) atau sesuai

dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat, seperti keadaan geografis, jarak

antara kelompok rumah, jumlah KK dalam suatu kelompok dan sebagainya (Syahlan,

2002).

5. Fungsi Posyandu

Menurut Kemenkes (2011), fungsi posyandu yaitu :

a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan

dari petugas kepada masyarakat dan antar sesame masyarakat dalam rangka

mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi

(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBA).

b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama

berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi

(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBA).

6. Manfaat Posyandu

Menurut Kemenkes (2011), manfaat Posyandu adalah:

a. Bagi Masyarakat

1) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu

(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKB).

2) Memperoleh layanan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan

terutama terkait kesehatan ibu, bayi dan balita.


11

3) Efisisensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan

pelayanan sosial dasar sector lain terkait.

b. Bagi kader dan tokoh masyarakat

1) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang terkait

dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita

(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBA).

2) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat

menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan Angka Kematian

Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKB), dan Angka Kematian Balita

(AKBA).

c. Bagi Puskesmas

1) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan

kesehatan perorangan primer, dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat

primer.

2) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah

kesehatan sesuai kondisi setempat.

3) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.

d. Bagi sektor lain

1) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah

kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
12

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKB), dan

Angka Kematian Balita (AKBA) sesuai kondisi setempat.

2) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai

dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sector.

7. Kegiatan Pokok Posyandu

Kegiatan dalam posyandu sesuai dengan tahap-tahap kegiatan kader antara lain:

a. Kesehatan KIA

b. Keluarga Berencana (KB)

c. Immunisasi

d. Pelayanan Gizi

e. Penanggulangan Diare

Kegiatan posyandu selain lima kegiatan diatas juga melaksanakan kunjungan

rumah terhadap masyarakt wilayah posyandu. Rumah yang akan dikunjungi

ditentukan atau dimusyawarahkan pada pertemuan kader.

Kriteria ibu yang akan dikunjungi adalah sebagai berikut:

a) Ibu yang mempunyai anak balita dan selama 2 bulan berturut-turut tidak hadir

dalam kegiatan posyandu.

b) Ibu yang anak balitanya belum mendapatkan kapsul vitamin A.

c) Ibu yang anak balitanya pada bulan lalu di kirim ke Puskesmas, karena :

1. Dalam dua bulan berturut-turut berat badannya tidak naik.

2. Berat badannya di bawah garis merah KMS.

3. Sakit.
13

d) Ibu hamil yang dalam 2 bulan berturut-turut tidak menghadiri kegiatan di

Posyandu.

e) Ibu hamil yang pada bulan lalu dikirim ke Puskesmas.

f) Ibu menyusui yang mengalami kesulitan menyusui anaknya.

g) Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapatkan kapsul yodium.

h) Balita yang terlalu gemuk (Depkes, 2002).

8. Kriteria Kunjungan Ke Posyandu

Dikatakan posyandu berhasil itu harus memenuhi target kunjungan posyandu dalam 1

tahun. Sedangkan tahapannya adalah untuk posyandu pratama frekuensi

penimbangannya ≤ 8x per tahun, posyandu madya frekuensinya ≥ 8x per tahun,

posyandu purnama frekuensi penimbangannya ≥ 8x per tahun dan posyandu mandiri

frekuensi penimbangannya ≥ 8x per tahun (Runjati, 2010).

Data hasil pengukuran antropometri diolah menggunakan klasifikasi status gizi,

Data tingkat kehadiran balita dikategorikan menjadi dua, yauitu “Aktif” bila hadir

dalam kegiatan penimbangan di posyandu sebanyak ≥ 8x dalam satu tahun, “ Tidak

Aktif” apabila <8 kali dalam satu tahun (Jahari, A.B, 2000)

Ibu dikatakan aktif ke posyandu jika ibu hadir dalam mengunungi posyandu

sebanyak ≥ 8 kali dalam 1 tahun, sedangkan ibu dikatakan tidak aktif ke posyandu

jika ibu hadir dalam mengunjungi posyandu < 8 kali dalam 1 tahun (Dapertemen

Kesehatan RI, 2008).

9. Pembentukan Posyandu
14

Pembentukan posyandu menurut Kemenkes, (2011) : Pembentukan Posyandu bersifat

fleksibel, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, permasalahan dan kemampuan

sumber daya. Langkah-langkah pembentukan Posyandu dapat dilakukan dengan

tahapan berikut.

a. Pendekatan Internal

Tujuan adalah mempersiapkan para petugas sehingga bersedia dan memiliki

kemampuan mengelola Posyandu melalui berbagai orientasu dan pelatihan dengan

melibatkan seluruh petugas Puskesmas.

b. Pendekatan Eksternal

Tujuannya adalah mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat

sehingga bersedia mendukung penyelenggaraan Posyandu melalui berbagai

pendekatan dengan tokoh masyarakat setempat.

c. Survei mawas diri (SDM)

Tujuannya adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat (sense of belonging)

melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi serta potensi yang dimiiki

dengan bimbingan petugas Puskesmas, aparat pemerintah desa kelurahan dan

forum peduli Kesehata Kecamatan (jika sudah terbentuk).

d. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Inisiatif penyelenggaraaan MMD adalah para tokoh masyarakat yang mendukung

pembentukan Posyandu atau forum peduli Kesehatan Kecamatan. Posyandu

dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti :

1) Pos penimbangan balita


15

2) Pos imunisasi

3) Pos keluarga berencana desa

4) Pos kesehatan

5) Pos lainnya yang dibentuk baru

10. Persyaratan Posyandu

a. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita

b. Terdiri dari 120 kepala keluarga

c. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)

d. Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau kelompok

tidak terlalu jauh (Syafrudin, 2012)

11. Alasan Pendirian Posyandu

a. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya

pencegahan penyakit dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)

sekaligus dengan pelayanan Keluarga Berencana (KB).

b. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan untuk masyarakat, sehingga

menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan

dan keluarga berencana (Syafrudin, 2012).

12. Penyelenggara Posyandu

a. Pelaksanaan kegiatan

Adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan

setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Pada pelaksanaan pos pelayanan

terpadu melibatkan petugas puskesmas, petugas Badan Koordinasi Keluarga


16

Berencana Nasional (BKKBN) sebagai penyelenggaraan pelayanan professional

dan peran serta masyarakat secara aktif dan positif sebagai penyelenggara

pelayanan non professional secara terpadu dalam rangka alih teknologi dan

swakelola masyarakat.

1) Dari segi petugas pusekesmas:

a. Pendekatan yang dipakai adalah pengembangan dan pembinaan

pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

b. Perencanaan terpadu tingkat puskesmas (mikro planing), loka karya mini

c. Pelaksanaan melalui sistem 5 meja dan alih teknologi.

2) Dari segi masyarakat

a. Kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader kesehatan

b. Perencanaannya melalui musyawarah masyarakat desa

c. Pelaksanaannya melalui sistem meja

Dukungan lintas sektoral sangat diharapkan melalui dari tahap

persiapan/perencanaan, pelaksanaan bahkan penelitian dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik dalam segi motivasi

maupun teknis dari masing-masing sektor.

b. Pengelola Posyandu

Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK,

tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah

tersebut (Nasrul dalam Yumianti, 2014).


17

13. Lokasi/Letak Posyandu

a. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat

b. Ditentukan oleh masyarakat sendiri

c. Dapat merupakan local tersendiri

d. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksnakan di rumah penduduk,

balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya (Syafrudin, 2012)

14. Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan Posyandu

Pelayanan kesehatan yang dijalankan dalam Posyandu menurut Syafrudin, (2012)

a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita

1) Penimbangan bulanan

2) Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang

3) Imunisasai bayi 3-14 bulan

4) Pemberian oralit untuk menanggulangi diare

5) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.

b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan

usia subur

1) Pemeriksaan kesehatan umum

2) Pemeriksaan kehamilan dan nifas

3) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil

penambah darah.

4) Imunisasi TT untuk ibu hamil

5) Penyuluhan kesehatan dan KB


18

6) Pemberian alat kontrasepsi KB

7) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare

8) Pengobatan penyakit sebagi pertolongan pertama

9) Pertolongan pertama pada kecelakaan

15. Sistem Lima Meja dalam Posyandu

Menurut Depkes RI (2001).System lima meja dalam posyandu yaitu:

a. Meja 1 : Pendaftaran Anak Balita

Pendaftaran anak balita dimaksudkan agar semua anak balita yang ada dalam

desa diketahui tanggal lahir, umur saat itu, nama orang tua dan anak keberapa.

Daftar anak balita ini dimasukan di dalam buku Register dengan diberikan

nomor register. Berdasarkan pendaftaran anak balita yang bersangkutan ditulis

pada kolom 1, Nomor pendaftaran. Sedangkan Nomor register adalah Nomor

yang diberi indek yang ditulis selain dari buku pendaftaran juga dibagian depan

kartu menuju sehat pada kolom yang disediakan.

b. Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita

Penimbanagan anak balita (meja 2) dilakukan setelah dipanggil oleh petugas

pendaftaran dengan menyerahkan KMS masingmasing anak. Penimbangan

dengan menggunakan dacin dengan ketepatan kalibrasi (0) untuk memastikan

bahwa hasil penimbangan berat badan benar sesuai dengan kondisi saat anak

tersebut ditimbang. Penimbangan sebaiknya menggunakan sarung timbang yang

telah disediakan oleh proyek gizi, hasil penimbangan anak, dimasukan ke dalam

buku register di Meja 3 untuk mendapatkan hasil akurat.


19

c. Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan anak balita

Meja 3 adalah pencatatan hasil penimbangan dan analisa perbandingan antara

penimbangan bulan sebelumnya dengan penimbangan bulna ini. Apabila terjadi

penurunan BB anak yang

bersangkutan, maka kader di meja 3 wajib menanyakan histori terjadinya

penurunan BB kepada ibunya (yang membawa anak balita ke Posyandu).

Selain itu di meja 3 dilakukan pemeriksaan terhadap:

1) Imunisasi yang sudah diterima

2) Pemberian kapsul vitamin A

3) Pernah tidaknya dirujuk ke Puskesmas

4) Hal-hal lain yang menyangkut kesehatan dan perkembangan anak balita yang

bersangkutan.

Dari hasil pengamatan KMS inilah, balita yang bersangkutan perlu

mendapat immunisasi, kapsul vitamin A, nasehat tentang pola

makan dan lain-lain yang dilaksanakan di meja 4.

d. Meja 4 : Penyuluhan kesehatan dan gizi

Di meja ini berdasarkan saran dari meja 3 dilakukan penyuluhan kesehatan

tetang:

1) Bagaimana menjaga kesehatan anak

2) Pemberian makanan dirumah tangga

3) Di meja 4 ini juga diberikan pelayanan pemberian vitamin A dosis tinggi.

Setiap bulan vitamin A (Februari dan Agustus) pemberian oralit dan obat-obatan
20

sderhana disiapkan di Posyandu, serta membuat surat rujukan ke Puskesmas bila

diperlukan dengan menggunakan formulir rujukan anak balita.

e. Meja 5 : Pelayanan immunisasi dan KB

Pada dasarnya pelaksanaan pelayanan immunisasi dan KB dilakukan di

Puskesmas, namun momen penimbangan bulan anak balita dapat dilakukan

dengan memberikan pelayanan immunisasi dan KB, baik kecamatan (PPLKB)

dengan kader KB desa. Petugas pada meja 1-4 dilaksanajan oleh para kader PKK

sedangkan meja 5 merupakan meja pelayanan Perawat atau Bidan.

B. Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Kunjungan Ibu Balita Ke Posyandu

1. Umur Ibu

Dalam kamus Bahasa Indonesia (1995) umur adalah lama waktu hidup atau ada

(sejak dilahirkan atau diadakan). Sedangkan menurut Hastono (2009), bahwa pada

ibu yang berumur muda dan baru memiliki anak akan cenderung memberikan

perhatian yang lebih besar terhadap anak mereka, seiring bertambah usia,

bertambah kesibukan dan bertambah jumlah anak maka ini akan mempengaruhi

motivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk anak.

2. Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terahir yang ditempuh dan

dimiliki oleh seseorag dengan mendapatkan sertifikasi/ijazah, baik Sekolah Dasar

(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA),

Perguruan Tingi.
21

Pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan

(input), yaitu sasaran pendidikan, keluaran (output) yaitu suatu bentuk perilaku

baru atau kemampuan dari sasaran pendidikan. Proses tersebut dipengaruhi oleh

perangkat lunak (soft ware) yang terdiri dari kurikulum, pendidik, metode, dan

sebagainya serta perangkat keras (hardware) yang terdiri dari ruang, perpustakaan

(buku-buku), dan alat-alat bantu pendidikan lain (Notoatmodjo, 2007). Jalur

pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan,

teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisis serta pengembangan

kepribadian. Pendidikan merupakan suatu proses dengan tujuan utama

menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara operasional tujuannya

dibedakan menjadi 3 aspek yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan aspek

ketrampilan (psikomotor). Pendidikan yang tinggi seseorang akan lebih mudah

memahami tentang suatu informasi (Nilawati, 2008).

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk memberikan

kemampuan berfikir, menelaah dan memahami informasi yang diperoleh dengan

pertimbangan yang lebih rational dan pendidikan yang baik akan memberikan

kemampuan yang baik pula dalam mengambil keputusan tentang kesehatan

keluarga (Hastono, 2009) dan ini didukung juga oleh hasil penelitian dari Koto

(2011) menyimpulkan bahwa ibu yang memiliki pendidikan rendah berpeluang

2,964 kali untuk memiliki perilaku kunjungan posyandu kurang disbanding dengan

ibu yang berpendidikan tinggi.


22

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan hal yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantagan

(Wahit, 2006). Kerja merupakan suatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan ibu

bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari

oleh pelakunya, dan orang berhap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan yang akan

membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan yang

sebelumnya (Anoraga, 1998). Aspek sosio ekonomi akan berpengaruh pada

partisipasi masyarakat di posyandu. Semua ibu yang bekerja baik di rumah atau luar

rumah, keduanya akan tetap meninggalkan anak-anaknya untuk sebagian besar waktu

(Niven, 2000). Menurut Khalimah (2007), kerja merupakan suatu yang dibutuhkan

oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan

harapan bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawanya kepada sesuatu

keadaan yang lebih memuaskan dalam upaya pemenuhan kebutuhan. Pekerjaan

memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam

kehidupan sosial ekonomi dan berkitan dengan faktor lain seperti kesehatan. Hal

tersebut sesuai menurut Khomsan (2007) bahwa pekerjan termasuk ke dalam saah

satu sumber pendapatan dalam keluarga dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu

keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan.

Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan

mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Orang tua yang bekerja


23

akan tidak mempunyai waktu luang, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke Posyandu.

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun

keuarga. Faktor bekerja saja nampak berpengaruh pada peran ibu yang memiliki

balita sebagai timbulnya suatu masalah pada ketidakaktifan ibu kunjungan ke

posyandu, karena mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum cukup,

yang berdampak pada kunjungan ke posyandu, serta tidak ada waktu ibu mencari

informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja. Kondisi kerja yang menonjol

sebagi faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan (Depkes, 2002). Hal ini dapat

menyebabkan frekuensi ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke

posyandu akan berkurang.

4. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs),

tahayul (superstitions), dan peneranganpenerangan yang keliru (mis-information),

(Soekanto, 2002).

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman , rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman

orang lain, media masa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2007).


24

Menurut Alwi (2003) pengetahuan adalah segela sesuatu yang diketahui

berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan

seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan

negative. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap sesorang,semakin banyak

aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif

terhadap objek tertentu.

Menurut Friedman (1998) menyatakan bahwa Pengetahuan merupakan domain

dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan

lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah

anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang dia ketahui.

Menurut Notoatmodjo (2007) untuk mengubah pengetahuan diperlukan kondisi

belajar tertentu seperti :

a. Peserta didik harus disajiakan fakta atau informasi sedemikian rupa sehingga mereka

mengerti.

b. Peserta didik mamapu menyimpan fakta atau informasi dalam ngatanya, sehingga

fakta tersebut mudah diingat kembali bila diperlukan.

c. Peserta didik mampu menyajikan informasi yang disajikan sehingga dapat digunakan

untuk melakukan tugas atau memecahan masalah dilapangan nantinya.

a. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmdjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :


25

1) Tahu (know)

Dapat diartikan sebagi mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dengan cara

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

2) Memahami (Comperehention)

Memehami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan

hokum, rumus metode, prinsip dan sebagainya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemempuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang

masih ada kaitannya antara suatu dengan yang lain dapat ditunjukan dengan

menggambarkan, membedakan, menglompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat

menyusun formulasi yang baru.


26

6) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi

penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria

yang sudah ada. Pengetahuan tentang.

b. Manfaat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan seseorang akan lebih langgeng bila didasari dengan perilaku dan

pengalaman. Sebelumnya seseorang mengadopsi perilaku batu, di dalam diri

seseorang terjdi propses berurutan yakni:

1) Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2) Insert (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik stimulus, sikap seseorang

sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang), dimana seseorang mulai menimbang-

nimbang terhadap baik buruknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap

seseorang sudah lebih baik.

4) Trial (mencoba), diman orang mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki stimulus.

5) Adaptasi, dimana seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhdap stimulus.


27

c. Cara Memperoleh pengetahuan

Beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :

1) Cara Tradisional

a) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Coba salah ini dipakai orang sebelum kebudayaan mungkin sebelum adanya

peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

“kemungkinan” dalam memecahkan masalah dan apabila “kemungkinan” ini

tidak berhasil maka akan dicoba lagi.

b) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas baik berupa pimpinan-pimpinan masyarakat formal maupun

informal, ahli agama, pemegang pemerintah, tanpa menguji terlebih dahulu

atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta yang empiris

maupun pendapat sendiri.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau suatu metode penelitian

ilmiah dan lebih popular (Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi 2011).
28

d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan memperbaiki proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan

tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang di dapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan

rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu

objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negative. Kedua

aspek inilah yang akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.

Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menimbulkan

sikap makin positif terhadap objek tersebut.


29

2) Media massa / informasi

Informasi yang diperoleh baik yang dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi

akan tersedian bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tenang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah,

penyuluhan dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan

opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang

dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informs baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadaphal

tersebut.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan
30

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan

fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi

maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorag. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia tengah (41-

60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada

usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (>60 tahun) adalah usia tidak produktif

lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin

bijaksana, semakin banyak informasi yang djumpai dan sehingga menambah

pengetahuan.

e. Cara mengukur tingkat pengetahuan

Menurut Nursalam (2007) menyatakan bahwa pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
31

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan diatas:

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100 %

2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%

3) Tinngkat pengetahuan kurang bila skor < 56%

5. Umur Anak

Yuryanti (2010) pada penelitiannya menunjukan bahwa ada hubungan

antara umur anak balita dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. Selain itu

diperoleh OR sebesar 4,005 yang berarti ibu yang mempunyai anak balita berusia

kurang dari 24 bulan memiliki peluang 4 kali untuk memiliki perilaku kunjungan

baik ke Posyandu dibandingkan ibu yang memiliki anak balita umur lebih dari 24

bulan. Menurut Maharsi R (2007) dalam penelitiannya bahwa ibu merasa perlu

membwa balitanya ke Posyandu pada usia <12 bulan (masa pemberian

immunisasi) sedangkan balita umur 5 tahun untuk menimbang yang berguna

untuk memantau tumbuh kembang balita sering dianggap sesuatu yang tidak

penting. Setelah usia 12 bulan dan immunisasi sudah lengkap, responden akan

dating lagi bila ada jadwal pemberian vitamin A.

6. Jumlah Anak Balita

Jumlah anak balita yang sedikit diharapkan memanfaatkan pelayanan kesehatan di

posyandu, dalam hasil penelitian Maharsi (2007) semakin sedikit responden

memiliki anak maka akan semakin memiliki kepatuhan untuk datang ke Posyandu.

Hal ini sama dengan hasil penelitian dari Koto (2011) dimana keluarga yang
32

memiliki jumlah balita lebih sedikit maka ibu akan lebih sering datang ke

Posyandu.

7. Sikap Ibu terhadap Posyandu

a. Pengertian Sikap

Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang terhadap hal yang

terkait dengan kesehatan, sehat dan sakit dan factor yang terkait dengan faktor

resiko kesehatan (Notoatmodjo, 2010) sementara itu sikap yang digunakan Heri

Purwanto dalam Wawan (2010) adalah pandangan-pandangan atau perasaan

yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap tadi. Mar’at (2006),

terbentuk sikap terutama atas dasar kebutuhan-kebutuhan yang kita miliki dan

informasi yang kita terima mengenai hal-hal tertentu. Satu pertiganya

merupakan faktor terkait yang berperan dalam pembentukan sikap adalah

kelompok orang tersebut berada didalamnya. Kelompok menentukan bagaimana

kita harus memuaskan kebutuhan kita, dengan sendirinya kelompok juga

menekankan/memperpraktekkan agar sikap yang ada dalam kelompok tersebut

diikuti.

b. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap menurut Azwar dalam Wawan (2010), dengan menilai

pernyataan sikap seseorang, pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang

mengatakan suatu obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap

mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap

yaitu kalimat bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap dan mungkin
33

juga berisi hal-hal negative mengenai obyek sikap yang bersifat tidak

mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Metode yang digunakan

untuk mengukur sikap yaitu dengan skala likert (metode of summateds ratings)

yaitu masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 poin (sangat setuju,

setuju, raguragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Purwanto dalam Wawan

(2010) sikap dapat bersifat positif dan negatif, positif jika kecenderungan

tindakannya berupa mendekati, menyayangi dan mengharapkan objek tertetu.

Sedangakan negative bila kecenderungan tindakanya menjauhi, menghindari,

membenci, dan tidak menyukai atau tidak menyukai sesuatu tersebut (Umar H,

2000). Menurut Notoatmodjo (2005) sikap adalah juga respon tertutup

seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor

emosi yang bersangkutan misalnya senag-tidak senang, setuju-tidak setuju,

baik-tidak baik.

c. Motivasi Ibu terhadap Posyandu

Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang

tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau medapat kepuasan dengan perbuatan (Depdikbud, 1995).

Dalam penelitian Koto (2011) tidak ada hubungan antara bermakna antara

motivasi danperilaku kunjungan ibu yang mempunyai bayi dan balita ke

posyandu, namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Yuryanti (2010),

dimana ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan perilaku

kunjungan ibu bayi ke posyandu.


34

d. Tempat Pelaksanaan Posyandu

Ruang (bidang, rumah, dsb) yang tersedia untuk melakukan sesuatu (Depdikbud,

1995). Dalam penelitian ini adalah tempat yang digunakan untuk melaksanakan

kegiatan pelayanan posyandu. Tempat penyelenggaraan kegiatan posyandu

sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat

penyelenggaraan tersebut dapat disalah satu rumah warga, halaman rumah, balai

desa/kelurahan, balai RT/RW/dusunn, salah satu kios pasar, ruang perkantoran

atau tempat khusus yang dibagun secara swadaya oleh masyarakat dan

diperuntunkan untuk kegiatan posyandu (Kemenkes, 2011).

e. Jarak Posyandu

Jarak yang dimaksud adalah ukuran jauh antara rumah tempat tinggal ibu dengan

tempat pelayanan posyandu dimana ada kegiatan pelayanan kesehatan didalamnya.

f. Kepemilikan Buku KIA/KMS

Kepemilikan Buku KIA/KMS sebagai alat/kelengkapan ibu membawa anak bayi dan

balita ke posyandu yang mana didalam buku KIA terdapat KMS bayi/balita yang

dipergunakan dalam memantau tumbuh kembang anak. Melihat kurva KMS pada

buku KIA, baik ibu maupun kader lebih mudah memahami dan mengetahui

perkembangan anak. Hal ini sangat releven dengan program pemerintah dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Adi (2005) bahwa sekitar

82,4% responden yang memiliki buku KIA/KMS pada dasarnya membawa buku

tersebut dalam setiap melakukan penimbangan ke posyandu. Meskipun sekitar 17%

ibu tidak membawa buku tetsebut saat kunjungan ke Posyandu.


35

g. Pelayanan Immunisasi

Immunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.

Sedang immunisasi rutin adalah kegiatan immunisasi yang secara rutin dan terus

menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan

kelompok usia sasaran dan tempat pelayanan (Kemenkes, 2011).

h. Dukungan Keluarga

Dari hasil penelitian Yuryanti (2010) menyatakan ibu yang mendapat dukungan dari

keluarga akan berperilaku membawa bayi/balita ke poyandu 2.716 kali dibandingkan

dengan ibu yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Namun hal ini berbeda

dengan hasil penelitian Koto (2011) tidak ada hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga dengan kunjungan ibu ke Posyandu.

i. Dorongan Tokoh Masyarakat

Keterlibatan pemimpin informal dan partisipasi masyarakat akan berpengaruh terhadap

keberhasilan program posyandu. Kegiatan posyandu dilakukan dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat. Hanya 40% dari jumlah posyandu yang ada dapat

menjalankan fungsi dengan baik dan sebagian besar posyandu tidak memiliki tempat

pelayanan yang layak karena menyelenggarakan kegiatan di gudang, garasi atau rumah

penduduk (Kemenkes, 2011). Hal ini terlihat dalam penelitian Yuryanti (2010) bahwa

dukungan tokoh masyarakat yang baik memiliki peluang 3 kali terhadap kunjungan

ibu ke posyandu disbanding dengan dukungan masyarakat yang kurang baik.


36

j. Bimbingan Petugas Kesehatan

sumber penguat ang menentukan tindakan/perilaku dukungan kesehatan salah satunya

dari tenaga kesehatan (perawat, bidan atau dokter). Dalam hal ini dorongan dari

petugas kesehatan teradap ibu bayi dan balita untuk membawa bayi dan balitanya

berkunjunga ke posyandu. Namun pada hasil penelitian Yuryanti (2010) tidak ada

hubungan bermakna antara bimbingan dari petugas kesehatan dengan kunjungan ibu

bayi dan balita ke Posyandu.

C. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

 Pengetahuan ibu
tentang posyandu
Kunjungan Posyandu
 Pendidikan
ibu

 Pekerjaan
ibu
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen
37

D. Defenisi oprasional

Variabel bebas (Independen)

1. Pengetahuan ibu

Yang dimaksud dengan pengetahuan ibu dalam penelitian ini adalah bagimana

pengetahuan ibu tentang posyandu dapat di nilai dengan hasil kuisioner yang diberikan

pada 30 ibu dengan 10 pertanyaan.

Kriteria Objektif

Baik, jika Responden menjawab pertanyaan benar :14-15

Kurang, jika Responden menjawab pertanyaan Benar : 3-4

2. Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh dalam penelitian ini karena pendidikan

formal yang ditamatkan ibu, lebih tanggap tentang informasi yang diberikan dalam hal

ini tentang posyandu. Dapat diukur tingkat pendidikan seorang dgn kuisioner.

Data Objektif

Baik : ≥ SMA

Kurang Baik : ≤ SMP

3. Pekerjaan ibu

Status Pekerjaan juga mempengaruhi karena pekerjaan merupakan kebutuhan seseorang

maka ibu tersebut sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak bisa membawa anaknya

timbang ke posyandu. Dapat di nilai dengan kuisioner.


38

Kriteria Objektif

Bekerja : 1

Tidak Bekerja : 0

Variabel Terikat (Dependen)

4. Kunjungan posyandu

Jumlah kunjungan ibu yang mempunyai balita yang datang ke posyandu dapat

diukur dengan melihat pada register Bayi /balita dan Kartu Menuju Sehat (KMS)

dalam 12 bulan terakhir dan dikatagorikan sebagai berikut :

1. Rendah : Apabila ibu tidak membawa Bayi/Balita dating ke posyandu dalam 12

bulan terakhir atau tidak rutin.

2. Tinggi : Apabila ibu rutin membawa bayi/Balitanya dating ke posyandu dalam 12

bulan terakhir.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Hipotesis penelitian ada 2 yaitu:

1. Hipotesis Alternatif ( Ha )

Ada hubungan variable Independen dan Dependen

2. Hipotesis Nol ( Ho )

Tidak ada hubungan variable Independen dan Dependen


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah suatu rencana dan struktur penelitian yang dibuat

sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Penelitian ini akan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kurangnya kunjungan balita ke posynadu. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang

bersifat observasi analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Cross

Sectional adalah sebuah penelitian yang dilakukan dalam sekali waktu saja, tidak ada

pengulangan dalam pemgambilan data (Arikunto, 2013).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Bosnik

Kabupaten Biak Numfor.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal September s/d Desember 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam Penelitian ini adalah 125 ibu yang memiliki balita di

posyandu wilayah kerja Puskesmas Bosnik Kabupaten Biak Numfor.

39
40

2. Sampel

Sampel dalam Penelitian ini adalah 35 ibu yang memiliki balita di

posyandu wilayah kerja Puskesmas Bosnik Kabupaten Biak Numfor.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan

berdasarkan kriteria :

a. Inklusi

1) Ibu yang bersedia menjadi responden

2) Balita umur 2-4 tahun

3) Balita sehat

b. Ekslusi

1) Ibu tidak bersedia menjadi responden

2) Balita <2 tahun

3) Balita sakit

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data langsung yang didapatkan dari

wawancara dengan menggunakan kuesioner pada responden yang berisikan

pertanyaan tentang pengetahuan.

2. Data Sekunder
41

Data yang diperoleh dari berbagai literatur atau buku-buku yang berkaitan

dengan masalah penelitian serta instansi terkait lainnya

E. Pengolahan Data

Setelah semua data yang telah dikumpulkan melalui format checklist yang

memenuhi syarat, maka dilakukan tehnik pengolahan data secara manual

dengan langkah-langkah sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

a. Editing, yaitu data yang telah dikumpulkan diperiksa kebenarannya.

b. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut jenisnya dengan

memberikan kode tertentu.

c. Transfering, yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari

responden pertama sampai responden yang terakhir untuk dimasukkan

kedalamtabel sesuai dengan variabel atau subvariabel yang diteliti.

d. Tabulating, yaitu data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam bentuk tabel

distribusi frekwensi dan persentase.

F. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk satu variable

atau pervariabel. Tujuannya adalah untuk melihat sebarapa besar proporsi

variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisa univariat

dilakukan untuk mengggambarkan atau menjelaskan masing-masing

variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi frekwensi dari setiap variable

penelitian (Arikunto, 2013).


42

2. Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau memilki korelasi (Notoatmojo, 2013). Pada

penelitian ini menggunakan uji Chi-Square digunakan untuk mengistemasi

atau mengevaluasi frekuensi, apakah terdapat hubungan yang signifikan.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik statistik chi

square(x2).
2
n ( ad−bc )
× 2=
( a+b )( c + d ) ( a+ c )( b+ d )

Keterangan :

X2 = nilai chi suare

n = jumlah sampel penelitian

ad = jumlah sampel yang mengalami perubahan

bc = jumlah subjek yang tidak mengalami perubahan tetap (Notoatmodjo,

2013)

3. Interpretasi data

a. Ho ditolak dan Ha diterima apabila x² hitung > dari x² tabel dan p < α

(0,05) yang berarti ada pengaruh

b. Ho diterima dan Ha ditolak apabila x² hitung < dari x² tabel dan p > α

(0,05) yang berarti tidak ada pengaruh (Notoatmodjo, 2013).


43

H. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat

penting, mengingat dalam penelitian ini menggunakan manusia ebagai subjek.

Dalam penelitian ini, menekankan pada masalah etika yang meliputi:

1. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembaran kuesioner yang diisi oleh responden. Lembar

tersebut hanya diberi kode tertentu.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

kerahasiaannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan pada

hasil penelitian.
44

BABIV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Bosnik merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Kesehatan

Kabupaten Biak Numfor yang bertangggungjawab atas pembangunan kesehatan di

Distrik Biak Timur, yang bertekad meningkatkan mutu pelayanan dan membuat

perubahan perilaku petugas, disiplin kerja dan peningkatan SDM, berupaya

memberikan pelayanan prima sesuai dengan kebutuhan masyarakat, berupaya

menanamkan perilaku hidup sehat yang mandiri melalui promosi kesehatan,

meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektor. Puskesmas Bosnik

merupakan salah satu puskesmas yang terletak di Kecamatan Biak Timur, dengan

jarak tempuh 25 km dari Ibukota Kabupaten dengan letak geografis 1°01¹ – 1°16¹

Lintang Selatan dan 136°13’ – 136°23’ bujur Timur dengan luas wilayah 436,02 km².

Adapun batas – batas wilayah kerja sebagai berikut :

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Bakribo Distrik Oridek

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Paray Distrik Biak Kota

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Distrik Biak Utara

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Yapen, Kepulauan Yapen

B. Hasil Penelitian

Penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya kunjungan balita ke

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosnik Kabupaten Biak Numfor ini


45

dilakukan dari bulan September s/d Desember 2020. Penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling dimana responden penelitian diambil berdasarkan

pertimbangan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Responden pada

penelitian ini berjumlah 35 orang. Setelah melakukan penelitian dan data

terkumpul, maka data-data tersebut ditabulasi kedalam tabel distribusi frekuensi.

1. Karakteristik Responden

a. Distribusi Berdasarkan Umur Balita

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik
Kabupaten Biak Numfor Tahun 2020

Umur Frekuensi Presentase (%)

2 s/d 3 tahun 19 54,3

>3 s/d ≤5 tahun 16 45,7

Total 35 100

Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari jumlah 35

responden, diperoleh data responden yang berumur 2 s/d 3 tahun yaitu 19

orang (54,3 %) dan yang berumur >3 s/d ≤5 tahun 16 orang (45,7%).
46

b. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Balita

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Bosnik Kabupaten Biak Numfor Tahun 2020

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Laki-laki 23 65,7

Perempuan 12 34,3

Total 35 100

Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari jumlah 35 responden,

diperoleh data responden laki-laki sebanyak 23 orang (65,7 %) dan

perempuan sebanyak 12 orang (34,3 %).

c. Distribusi Berdasarkan Pendidikan Ibu

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Ibu di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik
Kabupaten Biak Numfor
Tahun 2020

Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

SD 13 37,1
SMP 11 31,4
SMA 8 22,9
S1 3 8,6
Total 35 100
Sumber: Data Primer, 2020
47

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari jumlah 35 responden,

diperoleh data pendidikan responden SD sebanyak 13 orang (37,1 %) yang

SMP sebanyak 11 orang (31,4 %), SMA sebanyak 8 orang (22,9 %) dan S1

sebanyak 3 orang (8,6 %).

2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menilai distribusi frekuensi variabel yang

relevan dengan tujuan penelitian sebelum dianalisis lebih lanjut. Adapun variabel

yang dimaksud dalam analisis univariat adalah sebagai berikut:

a. Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi dan Presentase Pengetahuan Ibu Balita
di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik
Kabupaten Biak Numfor
Tahun 2020
Pengetahuan Ibu Frekuensi Persentase (%)

Baik 23 65,7

Kurang 12 34,3

Total 35 100

Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 35 responden, terdapat

23 orang (65,7 %) yang pengetahuan ibu balita baik tentang kunjungan

posyandu dan terdapat 12 orang (34,3 %) yang pengetahuan ibu balita kurang

tentang kunjungan posyandu.


48

b. Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Pendidikan Ibu

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi dan Presentase Pendidikan Ibu Balita di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik Kabupaten Biak Numfor
Tahun 2020

Pendidikan Ibu Frekuensi Persentase (%)

Baik 11 31,4

Kurang 24 68,6

Total 35 100

Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 35 responden, terdapat 11

orang (31,4 %) yang pendidikan ibu baik tentang kunjungan posyandu dan

terdapat 24 orang (68,6 %) yang pendidikan ibu kurang tentang pemanfaatan

posyandu.

c. Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan Ibu di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Bosnik Kabupaten Biak Numfor Tahun 2020

No Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

1 Bekerja 11 31,4

2 Tidak bekerja 24 68,6

Total 35 100

Sumber: Data Primer, 2020


49

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari jumlah 35 responden,

diperoleh data pekerjaan ibu responden yang bekerja sebanyak 11 orang

(31,4%) dan yang tidak bekerja sebanyak 24 orang (68,6 %).

d. Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Kunjungan Posyandu

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi dan Presentase Kunjungan Posyandu
di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik
Kabupaten Biak Numfor Tahun 2020
Kunjungan Posyandu Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 27 77,1

Rendah 8 22,9

Total 35 100

Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 35 responden, terdapat

27 orang (77,1 %) yang tinggi dengan kunjungan posyandu dan terdapat 8

orang (22,9 %) yang rendah dengan kunjungan posyandu.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

independen dan dependen. Uji statistik yang digunakan adalah Fisher’s Exact

Test dengan tingkat kemaknaan α= 0,05. Hubungan variabel independen

terhadap dependen dijabarkan sebagai berikut:


50

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Kunjungan Posyandu

Tabel 4.8
Hubungan Pengetahuan Dengan Kunjungan Posyandu
Pada Ibu Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Bosnik Kabupaten Biak Numfor
Tahun 2020

Kunjungan Posyandu Total

Pengetahuan Tinggi Rendah Ρ.


Ibu N % Value
N % N % α = 0,05

Baik 23 100 0 0 23 100

Kurang 4 33,3 8 66,7 12 100 Ρ=


0,000
Total 27 77,1 8 22,9 35 100

Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan dari 35 responden terdapat 23

orang (100%) yang pengetahuan ibu baik dan kunjungan posyandu tinggi dan

terdapat 4 orang (33,3%) yang pengetahuan ibu kurang akan tetapi kunjungan

posyandu tinggi. Sementara terdapat 8 orang (66,7%) yang pengetahuan ibu

kurang dan kunjungan posyandu rendah.

Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test menunjukkan nilain P =

0,000 dengan taraf signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai P = <0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan

pengetahuan dengan kunjungan balita ke posyandu.


51

b. Hubungan Pendidikan Dengan Kunjungan Posyandu

Tabel 4.9
Hubungan Pendidikan Tentang Kunjungan Posyandu
Pada Ibu Balita di Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Bosnik Kabupaten
Biak Numfor Tahun 2020

Kunjungan Posyandu Total

Pendidikan Tinggi Rendah Ρ.


Ibu N % Value
N % N % α = 0,05

Baik 11 100 0 100 11 100

Kurang 16 66,7 8 33,3 24 100 Ρ=


0,037
Total 27 77,1 8 22,9 35 100

Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan dari 35 responden terdapat 11

orang (100%) yang pendidikan ibu baik dan kunjungan posyandu tinggi dan

terdapat 16 orang (66,7%) yang pendidikan ibu kurang akan tetapi kunjungan

posyandu tinggi. Sementara terdapat 8 orang (33,3%) yang pendidkan ibu

kurang dan kunjungan posyandu rendah.

Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test menunjukkan nilain P =

0,037 dengan taraf signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai P = <0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan

pendidikan dengan kunjungan balita ke posyandu.


52

c. Hubungan Pekerjaan Dengan Kunjungan Posyandu

Tabel 4.10
Hubungan Pekerjaan Tentang Kunjungan Posyandu
Pada Ibu Balita di Posyandu Wilayah Kerja
Puskesmas Bosnik Kabupaten
Biak Numfor Tahun 2020

Kunjungan Posyandu Total

Pekerjaan Ibu Tinggi Rendah Ρ.


N % Value
N % N % α = 0,05

Bekerja 11 100 0 100 11 100

Tidak bekerja 16 66,7 8 33,3 24 100 Ρ=


0,037
Total 27 77,1 8 22,9 35 100

Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan dari 35 responden terdapat 11

orang (100%) yang pekerjaan ibu bekerja dan kunjungan posyandu tinggi dan

terdapat 16 orang (66,7%) yang pekerjaan ibu tidak bekerja akan tetapi

kunjungan posyandu tinggi. Sementara terdapat 8 orang (33,3%) yang

pekerjaan ibu tidak bekerja dan kunjungan posyandu rendah.

Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test menunjukkan nilain P =

0,037 dengan taraf signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai P = <0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan

pekerjaan dengan kunjungan balita ke posyandu.


53

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kurangnya kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosnik

Kabupaten Biak Numfor pada bulan September s/d Desember tahun 2020.

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bosnik, Berdasarkan hasil uji Fisher’s

Exact Test menunjukkan nilai P = 0,000 dengan taraf signifikan α = 0,05. Oleh

karena nilai P = <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima

berarti ada hubungan pengetahuan ibu dengan kunjungan balita ke posyandu.

Berdasarkan hasil Fisher’s Exact Test menunjukkan nilai P = 0,037 dengan

taraf signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai P = <0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan pendidikan dan pekerjaan

ibu dengan kunjungan balita ke posyandu.

Pendidikan memperbaiki proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang di dapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya

dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan

bahwa seseorang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan

tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.


54

Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan

mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Orang tua yang

bekerja akan tidak mempunyai waktu luang, sehingga dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke Posyandu.

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri

maupun keuarga. Faktor bekerja saja Nampak berpengaruh pada peran ibu yang

memiliki balita sebagai timbulnya suatu masalah pada ketidakaktifan ibu kunjungan

ke posyandu, karena mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum

cukup, yang berdampak pada kunjungan ke posyandu, serta tidak ada waktu ibu

mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja. Kondisi kerja yang

menonjol sebagi faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan (Depkes, 2002). Hal ini

dapat menyebabkan frekuensi ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke

posyandu akan berkurang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sakbaniyah (2013).

Hubungan pengetahuan ibu terhadap kepatuhan kunjungan balita ke posyandu di

Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen. Dari hasil uji Fisher’s Exact Test

menunjukkan nilai P = 0,002 < 0,05 karena Ho ditolak dan Ha diterima yang

berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kepatuhan kunjungan balita

ke posyandu.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muswandar

(2017). Hubungan pengetahuan, sikap dan tingkat pendidikan ibu balita terhadap

kunjungan posyandu. Dari hasil uji uji Fisher’s Exact Test menunjukkan nilai P =
55

0,002 < 0,05 karena Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara

pengetahuan, sikap dan tingkat pendidikan ibu balita terhadap kunjungan posyandu.

Peneliti berasumsi bahwa semakin banyak informasi yang masuk semakin

banyak pula pengetahuan yang di dapat tentang manfaat kunjungan balita ke

posyandu. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin

luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan

rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan

tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

pendidikan non formal dan pengalaman.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 orang disebabkan karena

terbatasnya waktu penelitian dan hanya jumlah tersebut yang masuk dalam

kriteria.

2. Waktu peneliti kurang untuk mengawasi responden dalam pemberian intervensi

hal ini dikarenakan melakukan penelitian ditengah pandemi covid-19.

3. Dalam penentuan variabel independen dalam penelitian ini hampir sepenuhnya

sama dengan yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu.

Karena keterbatasan-keterbatasan tersebut menyebabkan hasil penelitian ini

perlu pengkajian yang lebih seksama dimasa mendatang dengan melihat faktor-

faktor diluar keterbatasan sekarang.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal September s/d Desember

tahun 2020, maka peneliti dapat menarik kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Dari 35 responden terdapat 23 orang (100%) yang pengetahuan ibu baik dan

kunjungan posyandu tinggi dan terdapat 4 orang (33,3%) yang pengetahuan

ibu kurang akan tetapi kunjungan posyandu tinggi. Sementara terdapat 8

orang (66,7%) yang pengetahuan ibu kurang dan kunjungan posyandu

rendah. Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test menunjukkan nilain P =

0,000 dengan taraf signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai P = <0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan

pengetahuan dengan kunjungan balita ke posyandu.

2. Dari 35 responden terdapat 11 orang (100%) yang pendidikan ibu baik dan

kunjungan posyandu tinggi dan terdapat 16 orang (66,7%) yang pendidikan

ibu kurang akan tetapi kunjungan posyandu tinggi. Sementara terdapat 8

orang (33,3%) yang pendidkan ibu kurang dan kunjungan posyandu rendah.

Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test menunjukkan nilai P = 0,037

dengan taraf signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai P = <0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan

pendidikan dengan kunjungan balita ke posyandu.

56
57

3. Dari 35 responden terdapat 11 orang (100%) yang pekerjaan ibu bekerja dan

kunjungan posyandu tinggi dan terdapat 16 orang (66,7%) yang pekerjaan

ibu tidak bekerja akan tetapi kunjungan posyandu tinggi. Sementara terdapat

8 orang (33,3%) yang pekerjaan ibu tidak bekerja dan kunjungan posyandu

rendah. Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test menunjukkan nilai P =

0,037 dengan taraf signifikan α = 0,05. Oleh karena nilai P = <0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan

pendidikan dengan kunjungan balita ke posyandu.

B. Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Promosi kesehatan tentang manfaat posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Bosnik Kabupaten Biak Numfor perlu lebih intensif dilakukan

oleh petugas kesehatan terutama pada masyarakat yang jaraknya jauh dari

petugas kesehatan agar masyarakat lebih mengetahui tentang manfaat

kunjungan posyandu.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar dapat meneliti dengan sampel yang lebih luas lagi

dan diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti faktor-

faktor lain yang mempengaruhi kunjungan posyandu.


58

3. Bagi Institusi

Memberikan masukan dan informasi tentang pentingnya pemerintah

sebagai penentu kebijakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat

menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang merata yang dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama posyandu. Sehingga

masyarakat lebih aktif dalam kunjungan posyandu.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.


Rineka Cipta

Asnawi. 2007. Pentingnya Posyandu. Jakarta: Pustaka Belajar

Azwar.2010. Sikap ManusiaTeori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Bahri, S. 2007. Psikologi. Jakarta :Rhineka Cipta

Depkes RI. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta

Dinas Kesehatan. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Papua. Dinas Kesehatan: Papua.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Angka Kematian Ibu Masih tinggi. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku Pedoman Petugas Lapangan. Komite

Nasional Posyandu : Jakarta.

Depkes Kesehatan RI. 2010. Buku Kader Posyandu : Dalam Usaha Perbaikan
GiziKeluarga. Jakarta

Effendy. 2007. Kunjungan Ibu ke Posyandu.

Hastono, S. P. 2001. Analisis Data. : Universitas Indonesia

Hurlock. 2005. Psikologi Perkembangan. Edisi ke 5. Jakarta : Rhineka Cipta

Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Khadijah. 2012. Minat Ke Posyandu : Dalam Meningkatkan Motivasi Ibu


Balita.Jakarta
Mellani, Dkk. 2010. Kebidanan Komunitas. Jogyakarta :Citramaya

Mubarak dan Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Salemba Medika:

Jakarta

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Notoatmodjo. 2007. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta : Jakarta

Notoatmodjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta : Jakarta

Notoatmodjo. 2013. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar).


Jakarta:Rhineka Cipta

Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian IlmuKeperawatan.


Surabaya :Salemba Medika

Riskesdas. 2010. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta

Sadirman. 2011. Motivasi Hidup. Rhineka Cipta :Jakarta

Sri Poerdji. 2011. Minat Ibu Datang Ke Posyandu. Rhineka Cipta :Yogyakarta

Sumini. 2014. Hubungan Motivasi Dengan Keaktifan Ibu Membawa Balita ke


Posyandu di Kelurahan Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo.
Jurnal Delima Harapan , Volume 3, No. 2.

Supariasa. 2012. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC

Supartini. 2014. Buku ajar KonsepDasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Walgito Bimo.2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi, 2003

WHO. 2013. Programming Experiences in Early Child Development. New York :


Early Child Development Unit Press.

Yulifa, R., Johan, T. A. Y.2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika,


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai