Anda di halaman 1dari 111

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN


USIA DINI PADA PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUNGAI KALU TAHUN 2021

Proposal Penelitian
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan ke penelitian

OLEH :
YONA FIRDALI RANTI
NIM : 204330819

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian

“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini pada Perempuan di


Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021”

Oleh :

YONA FIRDALI RANTI


204330819

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Proposal Program
Studi DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan telah
Siap untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Proposal
Politeknik Kesehatan Kemenkes padang

Padang, April 2021


Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Aprizal Ponda, SKM, M.Kes Haspita Rizki Syurya H, S.ST, M.Keb


NIP. 19670414 199503 1 001 NIP. 19800613 200604 2 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIV Kebidanan Padang
Politeknik Kesehatan Padang

ACC

Elda Yusefni, M.Keb


NIP. 19690409 199502 2 001

i
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI
Proposal Penelitian

“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini pada Perempuan di


Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021”

Oleh :

YONA FIRDALI RANTI


204330819

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Proposal Program
Studi DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan telah
Siap untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Proposal
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Padang, April 2021


Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Aprizal Ponda, SKM, M.Kes Haspita Rizki Syurya H, S.ST, M.Keb


NIP. 19670414 199503 1 001 NIP. 19800613 200604 2 001

Penguji I Penguji II

Dewi Susanti, S.SiT, M.Keb Yussie Ater Mery, S.SiT


NIP. 19810602 200312 2 002 NIP. 19810328 200212 2 003

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan

judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini pada

Perempuan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021”. Shalawat

serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan

kebaikan kepada manusia, penuntun kepada kebenaran dan mengeluarkan mereka

dari kegelapan kecahaya menuju jalan-Nya.

Proposal penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan

ke penelitian. Peneliti menyadari akan keterbatasan kemampuan peneliti dalam

pembuatan proposal penelitian ini, sehingga proposal ini masih belum sempurna baik

dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu peneliti selalu terbuka atas kritik

dan saran yang membangun guna penyempurnaan proposal penelitian ini.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya atas segala bimbingan, pengarahan, masukan dari Bapak Aprizal Ponda,

SKM, M.Kes dan Ibu Haspita Rizki Syurya H, S.ST, M.Keb selaku pembimbing

proposal penelitian, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan proposal

penelitian ini. Ucapan terimakasih juga peneliti tujukan kepada :

iii
1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Padang.

2. Ibu Hj. Erwani, SKM, M.Kes Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Padang.

3. Ibu Elda Yusefni, S.SiT, M.Keb Ketua Program Studi DIV Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

4. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf Politeknik Kesehatan Kemenkes

Padang yang telah banyak membantu dalam penyusunan proposal penelitian

ini.

5. Kedua orang tua tercinta, keluarga dan sahabat yang telah memberi semangat

dan doa dalam kelancaran penulisan proposal penelitian ini.

6. Seluruh teman-teman DIV Kebidanan Alih Jenjang Politeknik Kesehatan

Kemenkes Padang yang banyak memberi motivasi, informasi, dan bantuan.

Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal

sholeh dan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga proposal penelitian ini

dapat bermanfaat.

Solok Selatan, April 2021

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ i

PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI............................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR TABEL........................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 9
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 10

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori.................................................................................. 11
B. Teori Perilaku.................................................................................... 47
C. Kerangka Teori.................................................................................. 48
D. Kerangka Konsep.............................................................................. 49
E. Hipotesis............................................................................................ 50
F. Defenisi Operasional......................................................................... 51

v
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.................................................................................. 54
B. Waktu dan Tempat............................................................................ 54
C. Populasi dan Sampel......................................................................... 55
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data................................................ 57
E. Instrumen Penelitian.......................................................................... 59
F. Prosedur Penelitian............................................................................ 59
G. Pengolahan Data dan Analisis Data.................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 1 : Defenisi Operasional.............................................................. 51

vii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar 1 : Teori Perilaku..................................................................... 47

Gambar 1 : Kerangka Teori................................................................... 48

Gambar 2 : Kerangka Konsep................................................................ 49

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gancart

Lampiran 2 Surat izin pengambilan data awal

Lampiran 3 Surat Penelitian

Lampiran 4 Surat permohonan kepada responden

Lampiran 5 Format persetujuan (informed consernt)

Lampiran 6 Kisi-Kisi Kuesioner

Lampiran 7 Format Pengumpulan Data

Lampiran 8 Kunci Jawaban Kuesioner

Lampiran 9 Master Tabel

Lampiran 10 Dummy Tabel

Lampiran 11 Lembar Konsultasi Proposal Penelitian

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga yang

sejahtera. Keluarga sejahtera diartikan sebagai unit terkecil dalam masyarakat

yang terdiri dari suami atau istri dengan anaknya. Tujuan membangun

keluarga yang sejahtera yaitu keluarga yang bahagia yang dibentuk

berdasarkan atas perkawinan yang sah, dimana keluarga mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual maupun materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar

anggota dengan masyarakat dan lingkungan1

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan,

batas usia untuk melakukan perkawinan bagi wanita dan pria, yaitu 19

(sembilan belas) tahun. Pada batas usia tersebut dinilai telah matang jiwa

raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar dapat mewujudkan

tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat

keturunan yang sehat dan berkualitas. Diharapkan juga dengan batas usia yang

lebih tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan

mengakibatkan laju kelahiran yang lebih rendah dan menurunkan resiko

kematian ibu dan anak 2

1
Fenomena pernikahan usia anak telah menjadi salah satu perhatian utama

dalam permasalahan kesehatan masyarakat dan hak asasi manusia secara

global. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, sebanyak

14,2 juta anak perempuan setiap tahunnya akan menikah pada usia muda.

Angka pernikahan dini di banyak Negara terus meningkat dari tahun ke tahun

dan selalu berhubungan dengan berbagai upaya perlindungan hukum terhadap

anak. Di Asia Selatan, hampir setengah dari perempuan muda dan di Afrika

lebih dari sepertiga perempuan muda menikah pada usia 18 tahun. Prevalensi

tertinggi kasus pernikahan usia dini tercatat di Nigeria (75%), Chad dan

Afrika Tengah (68%), Bangladesh (66%), Guinea (63%), Mozambik (56%),

Mali (55%), Burkina Faso dan Sudan Selatan (52%), serta Malawi (50%) 3

Berdasarkan data United Nations Development Economic and Social

Affairs (UNDESA), disebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara

dengan kejadian pernikahan dini yang tergolong tinggi yaitu sebesar 34% pada

tahun 2010. Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

muda tinggi di dunia (ranking 37) dari 158 negara didunia dan merupakan

tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja 4, sedangkan pada urutan

Association of South East Asia Nations (ASEAN), Indonesia menepati urutan

ke dua setelah negara Kamboja dengan total 36% 5

Data Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa di Indonesia, diantara

perempuan 10-54 tahun, 2,6 persen menikah pertama kali pada umur kurang

dari 15 tahun dan 23,9 persen menikah pada umur 15-19 tahun. Persentase

perkawinan dini umur 10-14 tahun tertinggi di Indonesia adalah Provinsi Jawa

2
Tengah (52,1%), Kalimantan Selatan (9%), Jawa Barat (7,5%), Kalimantan

Timur dan Kalimantan Tengah masing-masing (7%), dan Banten (6,5%).

Sedangkan provinsi dengan persentase kasus perkawinan dini umur 15-19

tahun tertinggi adalah Kalimantan Tengah (52,1%), Jawa Barat (50,2%),

Kalimantan Selatan (48,4%), Bangka Belitung (47,9%), dan Sulawesi Tengah

(46,3%) 6

Penyebab dari pernikahan dini di Indonesia dipengaruhi oleh banyak

faktor, antara lain pendidikan rendah, kebutuhan ekonomi, kultur nikah muda,

seks bebas pada remaja dan pemahaman agama. Penelitian di Switzerland oleh

Joar Svanemyr (2018) juga menyatakan ibu yang berusia 18 tahun memiliki

resiko 35% hingga 55% untuk melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah

(BBLR) dibandingkan pada ibu yang berusia diatas 19 tahun. Angka kematian

bayi 60% lebih tinggi pada ibu yang masih berusia di bawah 18 tahun. Dengan

demikian hasil penelitian tersebut menunjukan resiko kematian yang di

sebabkan oleh kehamilan pada perempuan pelaku pernikahan dini 4 kali lebih

tinggi untuk remaja di bawah 16 tahun daripada pada wanita di atas 20 tahun.

Selain itu kesehatan bayi pada ibu yang berusia 18 tahun, beresiko

meningkatnya kematian bayi sebesar 60% di bandingkan pada ibu yang

berusia 20 tahun.

Menurut WHO, terdapat sekitar 20 juta kasus abortus dari 46 juta

kelahiran pertahun dan 800 wanita diantaranya meninggal akibat komplikasi

abortus dengan 95% kasus terjadi di negara berkembang 7


Dampak negatif

dari pernikahan dini di Indonesia adalah 56% remaja perempuan mengalami

3
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) meskipun tidak terlalu sering.

Remaja tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi karena hanya

5,6% remaja dengan pernikahan dini yang masih melanjutkan sekolah setelah

kawin, serta risiko kematian ibu dan bayi sebesar 30% 8

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan (SDKI) tahun 2018,

disebutkan AKI tahun 2018 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup,

meningkat signifikan dari tahun 2009 yang besarnya 228 per 100.000

kelahiran hidup Meningkatnya angka kematian ibu sebagian besar disebabkan

oleh meningkatnya pernikahan anak. Merujuk hasil SDKI 2012, jumlah

remaja usia 15-19 tahun yang sudah melahirkan atau yang sedang hamil

meningkat menjadi 9,5%. Sedangkan pada SDKI 2009 angkanya hanya 8,5

persen. Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 berdasarkan Profil Kesehatan

Propinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup,

mengalami peningkatan bila di bandingkan dengan AKI pada tahun 2017

sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional / SUSENAS Sumatera

Barat angka pernikahan dini berkisar 44.69%, kasus pernikahan dini di

masing-masing kabupaten yaitu Kepulauan Mentawai 17.95%, Solok Selatan

12.97%, Dharmasraya 11.40%, Sijunjung 6.67%, Solok 9.28%, Pasaman

9.25%, Lima Puluh Kota 8.49%, Pasaman Barat 7.90%, Pesisir Selatan 7.28%,

Sawah Lunto 6.24%, Tanah Datar 5.34%, Agam 3.64%, Payakumbuh 3.58%,

Padang 2.04%, Padang Pariaman 1.79%, Bukit Tinggi 0,87% dan Padang

Panjang 0.00% 9

4
Berdasarkan data dari Kementrian Agama Kabupaten Solok Selatan

menerangkan bahwa Kasus Pernikahan Dini di Kabupaten Solok selatan

masih tergolong tinggi yaitu sebesar 12.97% yang merupakan kasus tertinggi

kedua setelah kepulauan Mentawai. Solok selatan terdiri dari 7 kecamatan,

kasus pernikahan dini di masing-masing kecamatan yaitu sangir 37.36%, Koto

Parik Gadang Diateh dan Sangir Batang Hari 13.18%, Sangir Balai Janggo

10.98%, Pauh Duo 9.89%, Sungai Pagu 8.79% dan Sangir Jujuan 6.59%.

Kejadian pernikahan usia dini di masing – masing kecamatan di kabupatan

solok selatan umumnya meningkat. Dari 7 kecamatan yang ada di solok

selatan 4 kecamatan memiliki tren kejadian yang meningkat diantaranya yaitu

sangir meningkat 2.52%, Koto Parik Gadang Diateh meningkat 6.04%, Sangir

Batang Hari meningkat 13.18%, Sangir Balai Janggo tetap, Pauh Duo

menurun 9.75%, Sungai Pagu meningkat 4.33% dan Sangir Jujuan menurun

16.62%. Dengan meningkatnya tren kejadian pernikahan dini di beberapa

kecamatan di kabupaten solok selatan disebabkan oleh rendahnya pendidikan

pengantin wanita yang rata – rata pendidikan pengantin tersebut yaitu SMP

dan SMA.

Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Koto

Parik Gadang Diateh tercatat jumlah pernikahan selama Januari-Desember

2020 sebanyak 249 pasangan (KUA, 2020). Berdasarkan Data Tahunan

Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2020 dari Januari-Desember tercatat jumlah

pasangan yang datang melakukan catin ada 72 pasangan dari 249 pasangan

5
yang tercatat dari KUA. Dari 72 pasangan tersebut ada 39 pasangan yang

memiliki umur dibawah 20 tahun dan belum memiliki Kartu Identitas Diri.

Pernikahan usia dini memiliki dampak terhadap kesehatan reproduksi

diantaranya meningkatnya angka kematian bayi, berat bayi lahir rendah,

kanker serviks dan anemia. Menurut data puskesmas Sungai Kalu jumlah

kematian bayi pada tahun 2020 sebesar 4,6 %. Penyebab kematian bayi di

Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu sebagian besar disebabkan oleh

prematur, asfiksia, berat bayi lahir rendah (BBLR) yang disebabkan usia ibu

yang masih terlalu muda untuk melahirkan yaitu ibu yang berusia 18-20 tahun.

Menurut data yang didapatkan dari puskesmas Sungai Kalu pada tahun 2020

terhitung dari bulan Januari-Desember ada 11 kematian bayi dari jumlah 39

bayi yang lahir hidup.

Pernikahan dini adalah pernikahan pada perempuan di bawah usia 20

tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan.

Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan

jenis yang masih remaja dalam satu ikatan. pernikahan dini sering disebabkan

oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orang tua 10

Fenomena pernikahan usia dini dikalangan perempuan frekuensinya

semakin meningkat. Frekuensi ini dipengaruhi oleh faktor yang sangat

kompleks, antara lain informasi seks dan kurangnya pemahaman terhadap

nilai dan norma agama10. Fenomena pernikahan usia dini pada dasarnya

merupakan satu sikus fenomena yang terulang dan tidak hanya terjadi di

6
daerah pedesaan, tetapi terjadi juga di wilayah perkotaan yang secara tidak

langsung dipengaruhi oleh role model dari dunia hiburan

Berdasarkan Fenomena tersebut, Pemerintah mengadakan beberapa

strategi untuk menyelesaikan permasalahan terkait kesehatan reproduksi

remaja dan permasalahan remaja lainnya termasuk pernikahan usia dini. Salah

satu strateginya adalah program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR).

PKPR adalah suatu program yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan

remaja yang menekankan kepada Puskesmas. Pengertian PKPR sendiri adalah

suatu pelayanan yang ditujukan dan dapat di jangkau oleh remaja, peka akan

kebutuhan terkait kesehatannya, dapat menjaga rahasia, efektif dan efisien

dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Kegiatan PKPR salah satunya

memberikan penyuluhan terkait kesehatan reproduksi remaja 11

PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk remaja, dimana

pelayanannya dapat diakses oleh semua golongan remaja. Secara khusus,

tujuan dari PKPR adalah meningkatkan pemanfaatan puskesmas oleh remaja

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatan penyediaan pelayanan

kesehatan remaja yang berkualitas, meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan, meningkatkan

keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan

kesehatan remaja. Sasaran program ini adalah laki-laki dan perempuan usia

10-19 tahun dan belum menikah, baik yang sekolah maupun tidak sekolah.

Program ini dibentuk sejak tahun 2003 dan kegiatan yang rutin dilakukan

7
salah satunya adalah penjaringan ke sekolah- sekolah SD, SMP, SMA maupun

perkumpulan remaja seperti karang taruna dan remaja masjid untuk

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja 12


Di Puskesmas Sungai

Kalu, program PKPR baru mulai dilaksanakan pada tahun 2016. Semua

Puskesmas di Kabupaten Solok Selatan melaksanakan program ini.

Anak perempuan yang telah menikah cenderung memiliki tingkat

pendidikan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan perkawinan dan pendidikan

dianggap bertentangan ketika anak perempuan yang menikah menghadapi

keterbatasan mobilitas, kehamilan dan tanggung jawab terhadap perawatan

anak 10

Menurut teori Lawrence Green dalam buku Soekidjo Notoatmodjo 2010

terdapat 3 faktor yang berhubungan dengan kejadian pernikahan dini adalah

Faktor Predisposisi (pengetahuan, sikap dan budaya), Faktor Pendukung

(pendidikan dan keterpaparan pornografi), Faktor Pendorong (Lingkungan

masyarakat, pengetahuan orang tua, sikap orang tua, pendapatan orang tua,

pendidikan orang tua dan peran petugas orang tua) 13

Faktor lain adalah kurangnya informasi dan pengetahuan tentang

pernikahan usia dini yang menyebabkan wanita usia subur tidak dapat mencari

alternatif perlindungan untuk dirinya dalam mencegah pernikahan usia dini.

Faktor sosial budaya, ekonomi, dukungan keluarga serta peran petugas

kesehatan juga berhubungan dengan pernikahan usia dini 14

Hasil wawancara yang peneliti lakukan pada 04 januari 2021 kepada

Penanggung Jawab Program Imunisasi (Pepy Norawati, A.Md.Keb) di

8
Puskesmas Sungai Kalu menyebutkan bahwa wanita usia subur yang memilih

pernikahan di usia muda umumnya wanita usia subur yang tidak sekolah dan

tamatan sekolah menengah pertama sehingga pengetahuan mereka tentang

resiko menikah di usia muda juga kurang. Kebanyakan dari mereka yang tidak

melanjutkan ke tingkat pendidikan lebih tinggi di karenakan terbentur pada

masalah perekonomian (orang tua yang kurang mampu) dan pendidikan rata-

rata orang tua juga rendah.

Rina Nasri Yenni 2019 menyimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan,

pergaulan bebas, lingkungan, peran orang tua terhadap pernikahan dini, dan

tidak ada hubungan sosial ekonomi terhadap pernikahan dini di Pukesmas

Lubuak Gadang Solok Selatan. Kanella Ayu Wulanuari, Anggi Napida A,

Suparman 2017 menyimpulkan bahwa ada hubungan pendidikan responden,

pendapatan responden, dan hubungan biologis terhadap pernikahan dini.

Sedangkan yang tidak memiliki hubungan dengan pernikahan dini yaitu

pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orang tua, dan religiusitas 15


.

Penelitian Resti Amalia, Neneng Julianti 2018 menyimpulkan bahwa ada

hubungan bermakna Antara Pengetahuan, Pendidikan, Status Ekonomi,

Lingkungan, Teman Sebaya, Sumber Informasi dengan kejadian pernikahan

dini di Dusun III Desa Karang Baru Kab.Bekasi tahun 2018 13

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia

dini pada wanita usia 14-49 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu

Tahun 2021”.

9
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah Faktor-faktor yang berhubungan dengan

pernikahan usia dini pada perempuan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu

Tahun 2021?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

pernikahan usia dini pada perempuan di wilayah kerja Puskesmas

Sungai Kalu Tahun 2021”

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis distribusi frekuensi pernikahan usia dini di wilayah

kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021.

b. Menganalisis distribusi frekuensi pengetahuan perempuan tentang

pernikahan usia dini di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun

2021.

c. Menganalisis distribusi frekuensi sikap perempuan tentang pernikahan

usia dini di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021.

10
d. Menganalisis distribusi frekuensi Peran petugas kesehatan tentang

pernikahan usia dini di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun

2021..

e. Menganalisis hubungan pengetahuan perempuan dengan pernikahan

usia dini di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021.

f. Menganalisis hubungan sikap perempuan dengan pernikahan usia dini

di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021.

g. Menganalisis hubungan peran petugas kesehatan dengan pernikahan

usia dini di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penerapan

ilmu yang didapat selama pendidikan dan sebagai pembelajaran untuk

mengetahui “faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini

pada perempuan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021”.

2. Bagi puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau kontribusi pada

tempat penelitian khususnya bidan agar meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan dalam bentuk memberikan penyuluhan terhadap perempuan

mengenai pernikahan usia dini.

3. Bagi institusi pendidikan

11
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi

pendidikan khususnya bagi Program Study DIV Kebidanan Poltekkes

Kemenkes RI Padang sebagai masukan dan menambah referensi tentang

“Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini pada

perempuan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021”.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Data yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan untuk mengembangkan penelitian lainnya guna mengatasi

permasalahan yang berkaitan dengan pernikahan usia dini pada perempuan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

pernikahan usia dini pada perempuan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu

Tahun 2021”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan pernikahan usia dini pada perempuan di Wilayah

Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021. Penelitian ini akan dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu pada Januari – Juni 2021. Jenis

penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif analitik, dengan pendekatan

Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perempuan yang

status menikah pertamanya pada tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas

Sungai Kalu dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Simple

Random Sampling.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Pernikahan

a. Pengertian Pernikahan

Nikah diartikan dengan aqad atau perjanjian yang mengandung

maksud membolehkan hubungan kelamin dengan menggunakan kata

nakaha atau zawaja 16. Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang

pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk

keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan kepada

13
Tuhan Yang Maha Esa 2. Pernikahan merupakan suatu peristiwa penting

yang di alami oleh seseorang selama masa hidupnya 17

Pernikahan adalah suatu pola sosial membentuk keluarga yang sah

dimata agama, hukum Negara, dan hukum adat. Pernikahan berfungsi

untuk mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hubungan

yang dibentuk untuk saling tolong menolong, saling menyayangi, dan

saling memiliki kewajiban dalam menjalankan peran dalam rumah

tangga. Baik suami maupun istri memiliki kewajiban untuk membawa

kehidupan keluarga menuju kehidupan bahagia dunia akhirat yang

merupakan tujuan dalam membentuk rumah tangga 18

Pernikahan menjadikan proses keberlangsungan hidup manusia

didunia ini berlanjut, dari generasi ke generasi. Pernikahan berfungsi

untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan berdasarkan pada

asas saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan penghormatan

muslimah berkewajiban untuk mengerjakan tugas didalam rumah

tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak, dan menciptakan

suasana yang menyenangkan. Supaya suami dapat mengerjakan

kewajibannya dengan baik untuk kepentingan dunia dan akhirat 18

b. Tujuan Pernikahan

Tujuan pernikahan adalah sarana untuk membentuk keluarga

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa, untuk

mengesahkan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan secara

hukum, untuk mengatur hak dan kewajiban masing-masing termasuk di

14
dalamnya pelarangan atau penghambatan terjadinya poligami secara

hukum dan adanya pengakuan hak hukum anak-anak yang dihasilkan

dari pernikahan tersebut 18.

Dari tujuan pernikahan tersebut sehingga kriteria Keberhasilan

sebuah pernikahan adalah dibawah ini:

1. Kebanggaan suami istri.

2. Hubungan yang baik antara orang tua dan anak.

3. Penyesuaian yang baik dari anak-anak.

4. Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dan perbedaan pendapat.

5. Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan.

6. Penyesuaian yang baik dari pihak pasangan.

2. Pernikahan Usia Dini

Pernikahan usia dini adalah pernikahan pada remaja di bawah usia 20

tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan.

Pernikahan usia dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan

lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan. Pernikahan usia dini

sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan

faktor orang tua. Menurut BKKBN (2011) faktor yang mempengaruhi usia

rata-rata usia menikah dini pada perempuan adalah faktor sosial, ekonomi,

budaya dan tempat tinggal (desa/kota) 10

15
Praktek pernikahan usia dini sering dipengaruhi oleh tradisi lokal.

pernikahan usia dini merupakan masalah sosial dan ekonomi, yang

diperumit dengan Pernikahan usia dini dan permasalahannya tradisi dan

budaya dalam kelompok masyarakat 19


. Sekalipun ada ketetapan undang-

udang yang melarang pernikahan usia dini, ternyata ada juga fasilitas

dispensasi. Pengadilan Agama dan Kantor Urusan Agama sering memberi

dispensasi jika mempelai wanita ternyata masih di bawah umur. Di

Indonesia masih sering terjadi praktek pernikahan anak di bawah umur.

Undang Undang Perkawinan dari tahun 2019 juga tidak tegas melarang

praktek itu 10

Perkawinan anak, atau sering juga di- sebut pernikahan usia dini,

merupakan praktik tradisional yang telah lama dikenal dan tersebar luas di

seluruh belahan dunia 20

Pernikahan usia dini memberi resiko yang lebih besar pada remaja

perempuan khususnya pada aspek kesehatan reproduksinya. Hal yang perlu

mendapat perhatian dalam pernikahan usia dini adalah komplikasi yang

terjadi dalam masa kehamilan dan persalinannya dimana hal ini akan

menyebabkan anak yang akan dilahirkan serta kemungkinan beresiko serta

menyumbangkan peningkatan angka kematian pada ibu dan bayi.

Pernikahan usia dini juga akan berimplikasi pada keterbelakangan

pengetahuan akibat terhambatnya proses pendidikan disebabkan pernikahan

tersebut. aspek sosial budaya masyarakat memberi pengaruh terhadap

pelaksanaan pernikahan dan tidak terlepas pula pada pernikahan usia dini.

16
Dari studi literasi UNICEF disebutkan bahwa pernikahan usia dini

berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sangat sulit untuk

mengubahnya 10

Pernikahan usia dini sesungguhnya merupakan permasalahan sosial

yang tidak dapat dipandang sederhana. Pernikahan usia dini memiliki

dampak tidak hanya terhadap kesehatan tetapi juga dampak terhadap

keberlangsungan rumah tangga yang dibentuk melalui pernikahan usia dini

tersebut. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar pernikahan usia dini

terjadi tidak didasarkan pada persiapan yang matang, bahkan seringkali

terjadi tanpa disadari oleh para pasangan yang menikah di usia dini. Salah

satu dampak yang banyak muncul adalah terjadinya perceraian dengan

alasan belum siap untuk menjalankan peran baru dan tidak mampu untuk

memenuhi berbagai tuntutan yang muncul selama hidup berumah tangga 18

Upaya pemerintah dalam pencegahan terjadinya pernikahan usia dini

oleh BKKBN adalah mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 melalui

peningkatan pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku remaja dan orang

tua agar peduli dan bertanggungjawab dalam kehidupan berkeluarga,serta

pemberian pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus 13

3. Dampak Pernikahan Usia Dini

Dampak positif dari pernikahan usia dini yang dirasakan orang tua

antara lain yang pertama adalah dapat meringankan beban ekonomi

keluarga, karena dengan menikahkan anak gadisnya secara tidak langsung

semua kebutuhan anak akan dipenuhi oleh sang suami. Alasan kedua,

17
sebagian besar dari orang tua menikahkan anaknya karena anak sudah

mempunyai kekasih dan takut anak akan berbuat hal-hal yang tidak

diinginkan seperti berzina. Tetapi dampak-dampak negatif yang timbul

akibat menikah pada usia dini cenderung tidak dipikirkan oleh remaja yang

melangsungkan pernikahan usia dini maupun oleh orang tuanya. Hal ini

terjadi karena kurangnya pengetahuan terhadap arti pernikahan dan dampak

yang timbul akibat menikah di usia dini.

a. Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi

Perkawinan usia dini dapat menyebabkan kehamilan dan

persalinan pada usia muda (<20 tahun) yang berisiko tinggi, karena

tubuh dan organ reproduksi anak perempuan belum sepenuhnya matang

untuk hamil dan melahirkan. Perempuan yang masih berusia muda

ketika sudah menghadapi masa hamil dan melahirkan sangat rawan

untuk mengalami keguguran. Perempuan yang menikah di usia dini

antara usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar

meninggal saat melahirkan dibandingkan yang berusia 20-25 tahun.

Selain itu, perempuan yang menikah di usia dini akan menghadapi risiko

komplikasi persalinan yang jauh lebih tinggi seperti fistula obstetri,

infeksi, perdarahan yang hebat, anemia dan eclampsia.

Kehamilan di usia muda akan berisiko bagi ibu untuk mengalami

anemia karena remaja berisiko mengalami anemia akibat pola makan

yang salah serta pada proses kehamilan terjadi hemodelusi yang pada

akhirnya memperburuk kondisi anemia pada kehamilan remaja. Adanya

18
kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia

dapat meningkatkan risiko terjadinya keracunan hamil dalam bentuk

pre-eklampsia atau eklampsia. Ibu muda yang saat hamil sering

mengalami ketidakteraturan tekanan darah dan mengakibatkan

keracunan kehamilan serta kekejangan akan berisiko untuk terjdinya

kematian ibu. Persalinan pada kehamilan remaja juga akan

meningkatkan risiko mengalami persalinan lama yang disebabkan oleh

kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan

mengejan serta pimpinan persalinan yang salah. Komplikasi lainnya

yang mungkin terjadi pada proses persalinan adalah perdarahan.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, masalah-masalah yang

mungkin terjadi selama kehamilan adalah:

1) Perdarahan waktu hamil

2) Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan atau

kejang

3) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari

4) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan

5) Muntah terus menerus dan tidak nafsu makan

6) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3

7) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama

sekali

8) Anemia, yaitu kurangnya kadar hemoglobin pada darah, kekurangan

zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

19
pertumbuhan dan perkembangan sel otak janin 24 dalam

kandungan. Wanita usia subur yang hamil ketika kondisi gizinya

buruk, beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebesar

2-5 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh

wanita berusia 25-34 tahun.

9) Abortus, yaitu berakhirnya suatu kehamilan oleh sebab-sebab

tertentu sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu. Secara

fisik, remaja masih terus tumbuh. Jika kondisi remaja hamil, kalori

serta zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan harus dihitung

dan ditambahkan kedalam kebutuhan kalori selama hamil. Apabila

ibu hamil mengalami kurang gizi, maka akibat yang dtimbulkan

antara lain yaitu keguguran, bayi lahir mati, dan bayi lahir dengan

berat badan lahir rendah.

10) Kanker serviks, yaitu tumor ganas yang terbentuk di organ

reproduksi wanita yang menghubungkan rahim dengan vagina.

Pernikahan usia muda meningkatkan angka kematian ibu dan bayi,

selain itu bagi perempuan meningkatkan resiko kanker serviks.

Karena hubungan seksual dilakukan pada saat anatomi sel-sel

serviks belum matur.

b. Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Mental dan Psikologis

Berbagai kajian menunjukkan bahwa anak perempuan yang

menikah pada usia dini memiliki risiko tinggi untuk mengalami

kecemasan, depresi, atau memiliki pikiran untuk bunuh diri yang

20
sebagian dapat disebabkan mereka tidak memiliki status, kekuasaan,

dukungan, dan kontrol atas kehidupan mereka sendiri. Selain itu mereka

juga kurang mampu untuk menegosiasikan hubungan seks yang aman.

Perempuan yang menikah dini cenderung egois dan tidak mau

mengalah dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, sehingga sering

kali memicu adanya kekerasan dalam rumah tangga. Keadaan tersebut

membuat perempuan yang menikah di usia dini merasakan pengalaman

yang negatif terkait permasalahan yang dihadapinya, sehingga dapat

memicu stress yang dapat berdampak pada dirinya sendiri ataupun nanti

dapat berdampak pada keutuhan rumah tangga pasangan tersebut

(Setyawan 2016). Setelah perempuan menikah, juga terdapat perubahan

hubungan sosial antara perempuan yang menikah di usia dini dengan

beberapa orang disekitarnya, misalnya kurang bersosialisasi dengan

teman sebayanya. Beberapa perempuan yang menikah di usia dini

merasa malu bahkan sengaja menutup diri dari teman-temannya atau

mereka merasa canggung jika harus mengurus anak apabila bergabung

dengan teman-temannya.

c. Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Pendidikan dan

Kependudukan

Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat

pendidikan yang dicapai oleh anak. Pernikahan sering kali menyebabkan

anak tidak lagi bersekolah karena mempunyai tanggung jawab baru

yaitu sebagai istri dan calon ibu. 85% anak perempuan di Indonesia

21
mengakhiri pendidikan mereka setelah mereka menikah. Terdapat

beberapa sekolah di Indonesia yang menolak anak perempuan yang telah

menikah untuk bersekolah sehingga anak akhirnya memutuskan untuk

tidak melanjutkan sekolahnya. Akibat dari putus sekolah,

mengakibatkan mereka juga kurang mampu untuk memperoleh

penghasilan dan memberikan kontribusi finansial bagi keluarga. Hal-hal

tersebut dapat meningkatkan angka kemiskinan. Pernikahan usia dini

akan berkaitan dengan berkurangnya taraf hidup anak dan hilangnya

kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal untuk

mengembangkan dirinya dikarenakan bertambahnya tanggung jawab

didalam rumah tangga terutama setelah mengandung dan memiliki anak.

d. Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Ekonomi

Perkawinan pada usia dini sering kali menimbulkan adanya ‘siklus

kemiskinan’ yang baru. Anak remaja seringkali belum mapan atau tidak

memiliki pekerjaan yang layak dikarenakan tingkat pendidikan mereka

yang rendah. Hal tersebut menyebabkan anak yang sudah menikah pada

akhirnya masih menjadi tanggungan keluarga khususnya orang tua dari

pihak laki-laki (suami). Akibatnya orang tua, terutama orang tua dari

pihak suami akan memiliki beban ganda, selain harus menghidupi

keluarga, mereka akhirnya juga harus menghidupi anggota keluarga

baru. Kondisi ini akan berlangsung secara repetitif turun temurun dari

satu generasi ke generasi selanjutnya sehingga kemiskinan struktural

akan terbentuk. Kecuali jika perempuan yang menikah di usia dini

22
tersebut pasangannya jauh lebih tua dan memiliki pendidikan yang

cukup tinggi, mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang layak untuk

menghidupi keluarga, maka dampak ekonomi ini mungkin dapat

dihindari.

e. Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap Anak

Perkawinan usia dini akan memberikan dampak antar generasi.

Bayi yang dilahirkan oleh perempuan yang menikah pada usia dini

memiliki risiko kematian lebih tinggi, dan kemungkinannya dua kali

lebih besar untuk meninggal sebelum usia 1 tahun dibandingkan dengan

anak-anak yang dilahirkan oleh seorang ibu yang telah berusia dua

puluh tahun keatas. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia muda

akan lebih berisiko untuk lahir prematur, dengan berat badan lahir

rendah, dan kekurangan gizi. Hal tersebut disebabkan karena ibu yang

menikah usia dini masih dalam proses pertumbuhan, pemenuhan gizi

untuk janin akan terbagi untuk pemenuhan kebutuhan gizi bagi tubuhnya

sendiri.

Anatomi panggul ibu yang menikah di usia dini yang masih dalam

pertumbuhan berisiko untuk terjadinya persalinan lama sehingga

meningkatkan angka kematian bayi dan kematian neonatus. Depresi pada

ibu saat berlangsungnya kehamilan akan meningkatkan risiko terhadap

kejadian keguguran, berat badan lahir rendah dan lainnya. Depresi juga

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, sehingga meningkatkan

risiko terjadinya eklamsi yang membahayakan janin maupun ibu yang

23
mengandungnya. Asuhan antenatal yang baik sebenarnya dapat

mengurangi terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan. Namun

sayangnya karena keterbatasan finansial, keterbatasan mobilitas dan

berpendapat, maka para istri berusia muda ini seringkali tidak

mendapatkan layanan kesehatan yang dibutuhkannya, sehingga

meningkatkan risiko komplikasi maternal dan mortalitas pada anak yang

dikandungnya.

4. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya pernikahan usia

dini

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan di usia

remaja. Gaya hidup dan perilaku seks bebas mempercepat peningkatan

kejadian kehamilan pa- da remaja 21.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(Statistik 2016) tahun 2016 faktor yang mendorong seseorang melakukan

pernikahan di usia yang tergolong masih sangat muda antara lain adalah

sebagai berikut :

a. Faktor Internal (Keinginan Dari Diri Sendiri)

Faktor yang mempengaruhi perkawinan usia muda dapat berasal

dari faktor internal yakni faktor yang berasal dari dalam individu.

Keinginan dari anak yaitu remaja yang memilih menikah atas

keinginan sendiri karena merasa telah siap mental dalam menghadapi

kehidupan rumah tangga. Pasangan ini menikah dikarenakan adanya

perasaan saling cinta dan sudah merasa cocok. Kondisi ini yang

24
akhirnya membuat keputusan untuk melangsungkan perkawinan di

usia muda tanpa memikirkan masalah apa yang akan dihadapi

kedepannya. Timbulnya kemauan dari diri sendiri untuk

melangsungkan perkawinan di usia muda dikarenakan beberapa faktor

seperti pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media

lain, sehingga mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih

terpengaruh untuk melakukan perkawinan usia muda.

Selain itu, remaja melakukan perkawinan di usia muda

dikarenakan konsep diri dari remaja tersebut. Mereka menganggap

bahwa setelah melakukan perkawinan di usia muda sama sekali tidak

membuat mereka minder atau tidak percaya diri baik di lingkungan

masyarakat maupun pergaulan mereka. Hanya sedikit dari remaja yang

membatasi pergaulannya setelah kawin dikarena sudah memiliki

tanggung jawab untuk mengurus rumah tangga.

b. Faktor Eksternal

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor eksternal

yang menyebabkan remaja melakukan pernikahan usia muda antara

lain seperti faktor ekonomi, hamil diluar nikah, putus sekolah, sosial,

dan lingkungan. Selain keinginan dari diri sendiri, faktor lain yang

mendorong remaja nikah usia muda berasal dari keinginan dari orang

tua.

Salah satu teori dari Lawrence Green (1994) menjelaskan bahwa

perubahan perilaku akibat adanya perubahan struktur sosial khususnya

25
dalam pernikahan usia dini adalah teori perubahan perilaku. Perubahan

perilaku masyarakat khusunya pada remaja dalam kasus pernikahan

usia dini dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi atau

penguat (predisposing factor) terdiri dari pengetahuan, sikap, budaya

dan norma (ketentuan usia minimum pernikahan), faktor pendukung

atau pemungkin (enabling factor) seperti pendapatan, pendidikan,

lingkungan dan paparan pornografi, serta faktor pendorong

(reinforcing factor) yang terdiri dari peran orang tua yang meliputi

pengetahuan dari orang tua remaja, sikap dari orang tua remaja,

pendapatan orang tua dari orang tua remaja, dan pendidikan dari orang

tua remaja (Green 1994). Faktor-faktor tersebut dapat dipaparkan

sebagai berikut:

1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Menurut Notoatmodjo (2010) faktor-faktor

yang mempengaruhi pengetahuan selain informasi adalah

pengalaman yang berkaitan dengan umur dan pendidikan

individu, bahwa pendidikan yang tinggi memberikan

26
pengalaman yang luas, sedangkan semakin tua usia seseorang

maka pengalaman akan semakin banyak. Keterpaparan

seseorang terhadap informasi dapat merubah pengetahuan,

sikap dan perilaku yang dimiliki seseorang. Semakin banyak

sumber informasi yang didapat semakin baik pula

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

Pengetahuan remaja puteri yang baik tentang kesehatan

reproduksi dan bahaya perkawinan usia dini pada kesehatan

reproduksi akan membentuk sikap dan tindakan yang baik

dalam pendewasaan usia perkawinan. Notoatmodjo (2010)

menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Selanjutnya beliau juga

menjelaskan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan.

Penelitian Stang, Etha Mambaya tahun 2011 tentang

faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini di kelurahan

pangli kecamatan sesean kabupaten toraja utara

menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan seseorang

mempengaruhi perilakunya, karena sebelum seseorang tahu

terlebih dahulu apa arti dan manfaat suatu perilaku tersebut

bagi dirinya maupun keluarganya ia tidak akan mengadopsi

27
perilaku tersebut. Seorang wanita yang mempunyai

pengetahuan tentang resproduksi yang baik pasti akan lebih

mempertimbangkan tentang hal usia pernikahannya, karena

mereka mengetahui apa saja akibat dari pernikahan usia dini

terhadap kesehatan reproduksinya.

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat

pengetahuan dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila

respondennya adalah masyarakat umum, yaitu :

a. Tingkat pengetahuan kategori rendah nilainya < 60%

b. Tingkat pengetahuan kategori tinggi nilainya ≥ 60%

b) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi dari suatu perilaku. Sikap

mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan

keputusan yang teliti dan beralasan sehingga seseorang akan

melakukan suatu perbuatan apabila ia dipandang perbuatan

tersebut positif dan bila percaya bahwa orang lain ingin agar

melakukannya. Hubungan sikap dan perilaku sangat

ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu yaitu norma-

norma, peranan, anggota kelompok, kebudayaan dan

sebagainya yang merupakan kondisi ketergantungan yang

28
dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Selain itu sikap

seseorang juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,

lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta emosional.

Menurut Azwar (2003), struktur sikap terdiri atas 3

komponen yang saling menunjang salah satunya yaitu

komponen kognitif yang merupakan representasi terhadap hal

yang dipercayai oleh individu pemilik sikap yang berkaitan

dengan pandangan, pengetahuan, dan keyakinan. Komponen

kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu

mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)

terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang

kontroversial.

Cara pengukuran sikap Menurut Sugiyono (2009) bentuk

skala sikap yang perlu diketahui sebagai berikut :

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah

ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya

disebut sebagai variabel penelitian. Denfan skala Likert, maka

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variable.

29
Cara pengukuran skala likert menurut Machfoedz (2008)

yakni :

(a) Pernyataan positif

(1) Sangat setuju ( SS) : bernilai 4

(2) Setuju (S) : bernilain 3

(3) Tidak setuju (TS) : bernilai 2

(4) Sangat tidak setuju (STS) : bernilai 1

(b) Pernyataan negative

(1) Sangat setuju (SS) : bernilai 1

(2) Setuju (S) : bernilai 2

(3) Tidak setuju (TS) : bernilai 3

(4) Sangat tidak setuju (STS) : bernilai 4

Untuk hasil pengukuran skor dikoversikan dalam

persentase maka dapat dijabarkan untuk T skor <50%

hasil pengukuran negatif dan apabila T skor ≥ 50%

maka hasil pengukuran positif.

c) Budaya

Perkawinan usia dini sudah sejak lama menjadi tradisi

pada beberapa etnik di Indonesia yang merupakan warisan

budaya nenek moyang. Sebagai komunitas religius Muslim

sudah tentu budaya tersebut dilandasi oleh syariat Islam yang

menyatakan bahwa jika anak-anak remaja sudah cukup umur,

maka kewajiban orang tua untuk menikahkan. Hal tersebut

30
dimaksudkan agar laki-laki dan perempuan tidak terjerumus

pada seks bebas. Namun, belum ada batasan usia bagi laki-

laki dan perempuan untuk melaksanakan perkawinan.

Sehingga asalkan laki-laki dan perempuan jika sudah baligh

maka dapat di nikahkan. Pernikahan dini dilakukan karena

adanya budaya di masyarakat bahwa anak perempuan harus

segera dinikahkan agar tidak menjadi perawan tua, selain itu

kepercayaan bahwa menolak lamaran akan mengakibatkan

anak akan kesulitan dalam mendapatkan pasangan. Sehingga

orangtua sesegera mungkin akan menikahkan anaknya

walaupun belum cukup umur.

2) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau

tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya

puskesmas, obat – obatan, alat – alat kontrasepsi, jamban,

transportasi, dan sabagainya 22


. Faktor pemungkin adalah faktor

anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi

atau aspirasi terlaksana 23.

a) Pendidikan

Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008) adalah proses perubahan sikap dan tata laku seorang

atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Di dalam Undang-

31
Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 tahun 2003

tentang Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Peran pendidikan dalam hal ini sangat penting dalam

mengambil keputusan oleh individu. Pendidikan seseorang

merupakan bagian yang sangat penting dari semua masalah

yang ada dalam diri individu, karena melalui pendidikan

individu akan mendapat pengetahuan yang nantinya akan

membentuk sikapnya dalam hal pengambilan keputusan.

Tingkat pendidikan remaja puteri yang rendah dapat

menyebabkan adanya kecenderungan untuk melakukan

pernikahan di usia dini. Sehingga peran pendidikan dalam hal

ini sangat penting dalam mengambil keputusan individu.

Pendidikan seseorang merupakan bagian yang sangat penting

dari semua masalah yang ada dalam diri individu, karena

pendidikan individu akan mendapat pengetahuan yang

nantinya akan membentuk sikapnya dalam hal pengambilan

keputusan.

32
Notoatmodjo (2010) mengungkapkan semakin tinggi

pendidikan maka akan semakin besar pengetahuan yang

didapat. Remaja yang berlatar belakang pendidikan tinggi

memiliki risiko lebih kecil untuk melakukan pernikahan usia

dini dibandingkan dengan remaja dengan latar belakang

pendidikan rendah. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang

didapatkan oleh mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih

banyak.

1) Keterpaparan Pornografi

Pornografi berasal dari kata Yunani, yaitu Porne

(yang berarti pelacur) dan Graphe (yang berarti tulisan

atau gambar). Kata pornografi menunjuk pada segala

karya baik dalam bentuk tulisan atau gambar yang

melukiskan pelacur. Pengertian ini berkembang seiring

dengan perkembangnya teknologi komunikasi massa.

Pengertian gambar pelacur berubah menjadi gambar

perempuan yang tampil secara vulgar (tidak mengenakan

busana dan berpose sensual) di dalam media tersebut

yang dapat memicu syahwat audiens, sehingga pornografi

kemudian disepakati sebagai materi yang disajikan di

media tertentu yang dapat atau ditujukan untuk

membangkitkan hasrat seksual khalayak untuk

mengeksploitasi seks. Menurut Undang- Undang

33
Pornografi nomor 44 Tahun 2008, pornografi adalah

gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,

gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak

tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk

media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum,

yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang

melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

Pornografi harus melalui media tertentu karena jika

tidak, belum tentu dapat dikatakan sebagai pornografi.

Aktivitas seksual atau orang tanpa busana yang berada di

khalayak umum tidak termasuk dalam pornografi, tetapi

jika direkam, disebarluaskan dan ditonton oleh banyak

orang baru dinamakan sebagai pornografi. Perempuan

atau laki-laki yang tidak berbusana tampil di depan umum

tidak dikatakan sebagai pornografi, tetapi porno aksi.

Pornografi juga dapat berupa rekaman suara yang

membangkitkan nafsu seksual, atau sms yang mengarah

pada aktivitas seksual dan sebagainya.

Menurut Loekmono (1988) konten-konten

pornografi dapat mengakibatkan adanya hubungan

kelamin diluar hukum atas dasar suka sama suka dan

dapat mengakibatkan adanya kehamilan yang tidak

diinginkan. Kehamilan yang tidak diinginkan akan

34
berimbas pada pernikahan dini. Penelitian Harahap

(2014) menunjukkan terdapat pengaruh paparan media

massa dengan pernikahan usia muda pada remaja

(p=0,0001) dimana responden yang menggunakan media

untuk melihat hal-hal negatif memiliki risiko melakukan

pernikahan dini 5,53 kali lebih besar dibandingkan

dengan responden yang menggunakan media untuk

melihat hal-hal positif.

Dibandingkan dengan VCD/DVD dan internet,

telepon genggam memang memiliki keunggulan yang

jauh lebih baik. Penikmat pornografi dalam hal ini remaja

menyukai media yang mudah diakses dan mudah

dinikmati secara pribadi. Telepon genggam menyediakan

kedua hal tersebut. Ketika siswa sedang menikmati

pornografi dalam telepon genggamnya, maka orang tua

cenderung tidak akan menaruh curiga karena mungkin

disangka sedang membaca SMS atau melakukan hal

lainnya.

3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

a) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan sekitar juga menjadi penyebab terjadinya

pernikahan usia dini. Tidak sedikit orang tua yang mendesak

anaknya untuk menikah karena melihat lingkungan sekitar.

35
Alasan orang tua menikahkan anaknya adalah untuk segera

mempersatukan ikatan kekeluargaan antara mempelai laki-laki

dan mempelai perempuan. Hal ini juga erat kaitannya dengan

perjodohan.

Pihak wanita biasanya merupakan pihak yang menunggu

lamaran sementara laki-laki dalam tradisi masyarakat dianggap

sebagai seorang yang berhak memilih. Walaupun kedua-

duanya juga berhak memilih dalam arti laki-laki berhak

memilih dan perempuan berhak menolak. Namun, pihak laki-

laki sebagai pelamar memiliki kesempatan lebih besar

ketimbang pihak perempuan sebagai penunnggu lamaran.

Fenomena ini yang menyebabkan keluarga pihak perempuan

jarang menolak lamaran, walaupun anak perempuannya

tergolong masih kecil dan berusia dini. Apalagi ada keyakinan

orang di masyarakat, bahwa menolak lamaran pertama pihak

laki-laki dapat menyebabkan anak perempuannya tidak laku.

Faktor lingkungan masyarakat yang sudah sejak lama terbiasa

dengan pernikahan usia dini dapat menjadi pendorong

dipertahankannya pernikahan usia dini.

Menurut Nurhajati dan Wardyaningrum (2013) ada 3

komponen penting dalam penentu keputusan seseorang untuk

menikah usia dini ditinjau dari perspektif komunikasi keluarga,

yaitu peran orang tua sebagai pemegang kekuasaan dalam

36
keluarga, peran keluarga sebagai komponen komunikasi dan

peran keluarga dalam membangun relasi intim dengan anggota

keluarga. Besarnya peran orang tua ditinjau dari perspektif

komunikasi keluarga yang mana peran- peran tersebut

merupakan salah satu penentu keputusan seorang remaja untuk

menikah pada usia muda. Keluarga yang tidak memiliki

hubungan yang harmonis akan berdampak pada perilaku dan

membentuk sikap anak untuk menerima pernikahan usia dini.

Faktor lingkungan lainnya yang terkait dengan pemicu

pernikahan usia dini adalah pandangan anak, orang tua,

keluarga dan masyarakat yang menganggap bahwa pernikahan

adalah salah satu bentuk media yang dapat mengangkat status

sosial seseorang menjadi manusia dewasa dan memiliki status

sosial dalam kehidupan bermasyarakat walaupun usianya

masih muda. Anak atau remaja yang sudah berkeluarga atau

menikah akan selalu dilibatkan dalam berbagai kegiatan sosial

di masyarakat seperti kelompok yasinan, selamatan, gotong

royong, dan lainnya. Artinya mereka yang telah menikah atau

berkeluarga memiliki status sosial yang jelas dalam kehidupan

bermasyarakat sehingga pada akhirnya mereka memutuskan

untuk menikah di usia yang sangat muda.

b) Pengetahuan Orang Tua

37
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pencaindera manusia, yaitu

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Menurut Notoatmodjo (2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan selain informasi adalah

pengalaman yang berkaitan dengan umur dan pendidikan

individu, bahwa pendidikan yang tinggi memberikan

pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang

maka pengalaman akan semakin banyak. Keterpaparan

seseorang terhadap informasi dapat merubah pengetahuan,

sikap dan perilaku yang dimiliki seseorang. Semakin banyak

sumber informasi yang didapat semakin baik pula

pengetahuan.

Pengetahuan orang tua remaja puteri yang baik tentang

kesehatan reproduksi dan bahaya perkawinan usia muda pada

kesehatan reproduksi remaja puteri akan membentuk tindakan

yang baik dalam pendewasaan usia perkawinan. Notoatmodjo

(2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior). Selanjutnya beliau juga

menjelaskan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan

38
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Sehingga, orang tua dengan pengetahuan

kesehatan reproduksi yang baik, akan menunda usia

perkawinan anaknya.

c) Sikap Orang Tua

Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses

pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan sehingga

seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila dipandang

perbuatan tersebut positif dan percaya bahwa orang lain akan

melakukannya. Hubungan sikap dan perilaku sangat

ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu yaitu norma

norma, peranan, anggota kelompok, kebudayaan dan

sebagainya yang merupakan kondisi ketergantungan yang

dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Selain itu, sikap

seseorang juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,

lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta emosional.

Sikap orang tua tentang penerimaan pernikahan usia dini

anaknya sangat erat kaitannya dengan faktor ekonomi. Orang

tua akan sangat merasa beruntung jika anaknya dapat menikah

dengan laki-laki yang kaya, sebab dapat meringankan beban

perekonomian keluarga.

39
d) Pendapatan orang tua

Ekonomi dan kemiskinan memberikan andil bagi

berlangsungnya pernikahan usia dini. Hal ini terjadi karena

keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, tidak

mampu membiayai sekolah anaknya sehingga orang tua ingin

anaknya segera menikah, ingin lepas tanggung jawab, dan

orang tua berharap setelah anaknya menikah akan mendapat

bantuan secara ekonomi.

Kemiskinan yang terjadi di dalam sebuah keluarga sangat

berdampak besar terhadap masa depan seorang anak, terutama

pada anak remaja. Seorang remaja yang seharusnya

melanjutkan tugas perkembangan sesuai dengan usianya, kini

harus menikah dengan usia yang masih muda dengan hanya

memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Orang tua yang

memiliki tingkat ekonomi yang rendah cenderung tergesa-gesa

menikahkan anak perempuannya dengan alasan sebagai

alternatif mengurangi beban ekonomi keluarga. Hal ini sejalan

dengan penelitian Cahyani (2015) yang menyatakan bahwa

terdapat pengaruh antara kondisi ekonomi keluarga terhadap

usia kawin anak sebesar 11,6%, maka semakin tingggi kondisi

ekonomi keluarga akan semakin dewasa pula usia kawin

anaknya.

40
e) Pendidikan Orang Tua

Peran orang tua dalam menentukan pernikahan anak

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan keluarga. Hal ini akan

mempengaruhi pemahaman keluarga tentang kehidupan

berkeluarga. Orang tua yang memiliki pemahaman rendah

terhadap kehidupan berkeluarga dengan memandang bahwa

kehidupan berkeluarga akan terciptanya hubungan silaturahmi

yang lebih baik dalam tatanan keluarga sehingga pernikahan

yang semakin cepat menjadi solusi utama bagi orangtua. Peran

orang tua dalam mementukan pernikahan anak dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan keluarga dimana hal ini akan

mempengaruhi pemahaman keluarga tentang kehidupan

berkeluarga 10

f) Peran Petugas Kesehatan

Menurut Munijaya (2004) Petugas kesehatan adalah

seseorang yang bertanggung jawab dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan

masyarakat. Petugas kesehatan berdasarkan pekerjaannya

adalah tenaga medis, dan tenaga paramedis seperti tenaga

keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga penunjang medis dan

lain sebagainya. Ada dua aspek mutu pelayanan kesehatan

yang perlu dilakukan di puskesmas yaitu quality of care dan

41
quality of service. Quality of care antara lain menyangkut

keterampilan tehnis petugas kesehatan (dokter, bidan, perawat

atau paramedis lain) dalam menegakkan diagnosis dan

memberikan perawatan kepada pasien.

Menurut Depdikbud (2003), Peran adalah tingkah laku

yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan

dalam masyarakat. Menurut Sarwono (2007) Peran adalah

suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang

diharapkan oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan

tindakan si pemegang kedudukan. Jadi peran menggambarkan

perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh individu

pemegang peran tersebut dalam situasi yang umum.

Menurut Muzaham (2007), sesuatu yang bermanfaat untuk

mempelajari interaksi antara individu sebagai pelaku (actors)

yang menjalankan berbagai peranan. Suatu peranan, apakah

dokter, perawat, bidan atau petugas kesehatan lain mempunyai

kewajiban atau paling tidak diharapkan untuk menjalankan

suatu tugas atau kegiatan yang sesuai dengan peranannya.

Menurut Horton dan Hunt (1993) dalam Muzakir (2006),

peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang

yang memiliki status. Seseorang mungkin tidak memandang

suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain

memandangnya. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi

42
bagaimana orang itu merasakan peran tersebut. Tidak semua

orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya

kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan

dengan peran lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian

rupa, sehingga tidak ada dua individu yang memerankan satu

peran tertentu dengan cara yang benar – benar sama.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2014 Tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan bahwa tenaga

kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada

masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga

akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UndangUndang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pernikahan

usia dini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

terkait dengan masalah kesehatan reproduksi pada wanita.

Menurut Potter&Perry (2007), adapun peran petugas

kesehatan adalah :

(1) Komunikator

Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah sikap

dan perilaku seseorang atau sekelompok orang

sebagaimana yang dikehendaki komunikator, agar isi

43
pesan yang disampaikan dapat dimengerti, diyakini serta

pada tahap selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Carl Hoveland dalam Natoatmodjo (2007), “Komunikasi

adalah proses dimana seorang komunikator

menyampaikan perangsang untuk merubah tingkah laku

orang lain. Komunikator adalah orang ataupun kelompok

yang menyampaikan pesan atau pun stimulus kepada

orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain yang

menerima pesan tersebut memberikan respon. Menurut

Mundakir (2006), petugas kesehatan secara fisik dan

psikologis harus hadir secara utuh pada waktu

berkomunikasi dengan klien. Petugas tidak cukup hanya

mengetahui tehnik komunikasi dan isi komunikasi tetapi

yang sangat penting adalah sikap dan penampilan dalam

berkomunikasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan

agar menjadi komunikator yang baik yaitu :

a. Penampilan yang baik, sopan dan menarik sangat

berpengaruh dalam proses komunikasi. Seorang yang

menerima pesan adakalanya yang pertama

diperhatikan adalah penampilan komunikator. Sebagai

seorang petugas kesehatan, penampilan yang bersih,

sopan dan menarik sangat perlu dalam menjalankan

perannya memberikan asuhan pelayanan kepada klien.

44
b. Penguasaan masalah. Sebelum melakukan komunikasi

seorang komunikator hendaknya faham dan yakin

betul bahwa apa yang akan disampaikan merupakan

permasalahan yang penting. Penguasaan masalah juga

dapat meningkatkan kepercayaan komunikasi terhadap

komunikator.

c. Penguasaan bahasa. Proses komunikasi akan berjalan

lambat apabila bahasa yang digunakan kurang sesuai

dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh penerima

pesan. Penguasaan bahasa yang kurang baik dapat

menyebabkan salah penafsiran.

Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari

seluruh peran yang lain. Pelayanan mencakup komunikasi

dengan klien dan keluarga, komunikasi antar profesi

kesehatan lainnya. Memberi perawatan yang efektif,

pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga atau

mengajarkan sesuatu kepada klien, tidak mungkin

dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.

Sebagai komunikator petugas seharusnya memberikan

informasi secara jelas kepada pasien. Pemberian informasi

sangat diperlukan karena menurut Notoatmodjo(2003),

komunikasi diperlukan untuk mengkondisikan faktor

kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

45
kesehatan dan penyakit, mereka berperilaku sesuai dengan

nilai-nilai kesehatan. Untuk itu diperlukan komunikasi

yang efektif dari petugas kesehatan.

(2) Motivator

Menurut Azwar (1997), bahwa motivasi berasal dari

kata motif (motive) yang artinya adalah rangsangan,

dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki

seseorang hingga orang tersebut memperlihatkan perilaku

tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi

adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan

ataupun pembangkit tenaga pada seseorang maupun

sekelompok masyarakat tersebut sehingga mau berbuat

dan bekerja sama secara optimal, melaksanakan sesuatu

yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Motivasi juga didefinisikan sebagai kekuatan

dari dalam individu yang mempengaruhi kekuatan atau

petunjuk perilaku, motivasi itu mempunyai arti

mendorong/menggerakkan seseorang untuk berperilaku,

beraktivitas dalam mencapai tujuan.

Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang

mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau

menjalankan kekuasaan terutama dalam berprilaku.

Motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang

46
secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu

tindakan dengan tujuan tertentu.

Motivasi juga berarti usaha yang dapat menyebab

seseorang/ kelompok orang tertentu bergerak melakukan

sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendakinya. Motivasi adalah persyaratan masyarakat

untuk berpartisipasi, tanpa motivasi masyarakat sulit

untuk berpartisipasi di semua program. Timbulnya

motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar

hanya memberikan dukungan saja. Oleh karena itu,

pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka

meningkatkan tumbuhnya motivasi masyarakat.

(3) Fasilitator

Menurut Santoso (2005), fasilitator adalah orang

atau badan yang memberikan kemudahan atau

menyediakan fasilitas. Petugas kesehatan harus dapat

berperan sebagai fasilitator bagi klien untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal.

(4) Konselor

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan

kepada orang lain dalam membuat keputusan atau

memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap

47
fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan

klien.

Pada umumnya jasa konseling diperlukan apabila ada

pihak yang mempunyai kesulitan tentang sesuatu dan

berharap dengan konsultasi kesulitan tersebut dapat

teratasi. Konseling adalah bagian dari peran dan tanggung

jawab petugas kesehatan kepada klien dalam memberikan

pelayanan yang optimal. Konseling berbeda dengan

komunikasi infomasi edukasi karena konseling merupakan

upaya untuk menciptakan perubahan perilaku yang

dilaksanakan secara individu atau kelompok dengan

menggunakan komunikasi efektif, untuk mengutarakan

permasalahan sesuai dengan kondisi sasaran sampai

sasaran merasakan permasalahannya dan membimbing

dalam pelaksanaannya.

Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu

pembinaan hubungan baik, penggalian informasi

(identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri,

dan sebagainya) dan pemberian informasi sesuai

kebutuhan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah,

perencanaan dan menindaklanjuti pertemuan.

Menurut Simatupang (2008), bahwa sifat konselor

yang baik adalah mau mengajar dari dan melalui

48
pengalaman, mampu menerima orang lain, mau

mendengarkan dan sabar, optimis, respek, terbuka

terhadap pandangan dan interaksi yang berbeda, tidak

menghakimi, dapat menyimpan rahasia, mendorong

pengambilan keputusan, memberi dukungan, membentuk

dukungan atas dasar kepercayaan, mampu berkomunikasi,

mengerti perasaan dan kekhawatiran orang lain dan

mengerti keterbatasan yang dimiliki.

Petugas kesehatan adalah seseorang yang bertanggung

jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

individu, keluarga dan masyarakat. Petugas kesehatan

berdasarkan pekerjaannya adalah tenaga medis, dan tenaga

paramedis seperti tenaga keperawatan, tenaga kebidanan,

tenaga penunjang medis dan lain sebagainya. Tenaga

kesehatan juga memiliki peranan penting untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang

maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat sehingga mampu mewujudkan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomi. Tenaga kesehatan memiliki beberapa

petugas yang dalam kerjanya saling berkaitan yaitu dokter,

49
dokter gigi, perawat, bidan, dan ketenagaan medis lainnya
14

Hasil ukur peran perugas kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Tidak berperan : Jika skor < 60%

b. Berperan : Jika skor ≥ 60%

5. Perempuan.

Istilah wanita diberikan kepada seseorang gadis yang telah mencapai

usia tertentu pada masa perkembangannya yaitu pada usia memasuki tahap

perkembangan dewasa yaitu usia 20-40 tahun. Sedangkan seorang gadis

yang masih berusia dibawah 20 tahun belum dapat dikatakan sebagai

wanita (dewasa) tetapi disebut dengan anak usia belasan atau anak remaja

sampai ia mencapai usia dewasa atau mencapai usia 21 tahun.

Wanita adalah seorang gadis mengandung daya tarik kecantikan dan

memiliki sifat keibuan yang telah mencapai usia dewasa dan telah dapat

memiliki kematangan secara emosi dan afeksi serta memiliki sifatsifat khas

kewanitaan.

6. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dalam peneliti menggali informasi dari buku-buku

yang ada kaitannya tentang pernikahan usia dini pada wanita usia subur,

peneliti juga menggali informasi dari skripsi terdahulu sebagai bahan

pertimbangan.

a) Penelitian Rina Nasri Yenni berjudul “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan pernikahan usia dini pada wanita di wilayah

50
kerja puskesmas Lubuk Gadang Kabupaten Solok Selatan Tahun

2019”, kesimpulannnya bahwa terdapat hubungan pengetahuan,

pergaulan bebas, lngkungan, dan peran orang tua terhadap pernikahan

dini pada remaja. Disarankan tenaga kesehatan lebih meningkatkan

penyuluhan dan informasi resiko pernikahan dini kepada remaja,

karena pada usia remaja akan banyak menimbulkan masalah baik dari

segi fisiologis dan psikologis. Pernikahan yang dilangsungkan pada

usia remaja umumnya akan menimbulkan masalah baik secara

fisiologis, psikologis dan social ekonomi. Dampak pernikahan usia

muda lebih tampak nyata pada wanita usia subur dibandingkan remaja

laki-laki. Dampak nyata dari pernikahan usia muda adalah terjadinya

abortus atau keguguran karena secara fisiologis organ reproduksi

belum sempurna.

b) Penelitian Bella Hestya Haswati berjudul “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan pernikahan usia dini pada wanita usia subur di

Kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi Tahun 2019”,

kesimpulannya bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan

pernikahan usia dini, tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan

responden. Variable yang tidak berhubungan dengan pernikahan usia

dini yaitu tingkat kepercayaan orang tua. Sehingga dapat kita sarankan

untuk KUA memberikan informasi kepada pasangan baru terkait

dampak pernikahan usia dini, selain itu untuk masyarakat yaitu

51
memberikan informasi pendidikan kesehatan bagi remaja terutama

pada wanita usia subur.

Dari beberapa penelitian di atas mempunyai keterkaitan dengan

proposal penelitian yang peneliti buat yaitu tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan pernikahan usia dini pada perempuan di wilayah

kerja puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021. namun yang membedakan

dengan penelitian yang peneliti buat adalah populasi, dalam penelitian ini

populasinya adalah seluruh perempuan yang status menikah pertamanya

di tahun 2020 di wilayah kerja puskesmas sungai kalu dengan

pengambilan sampelnya dengan teknik Simple Random Sampling. Dan

penelitian ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

pernikahan dini diantaranya yaitu Pengetahuan, sikap dan peran petugas

kesehatan di wilayah kerja puskesmas sungai kalu dan kedudukan

penelitian diatas bagi peneliti adalah sebagai bahan rujukan dalam

penelitian.

B. TEORI PERILAKU (Teori Lawrence Green)

Teori Lawrence Green merupakan salah satu teori modifikasi perubahan

perilaku yang dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan

ataupun sebagai alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanan

kesehatan atau mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat

digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal dengan

kerangka kerja Precede dan Proceed. Kerangka kerja Precede

mempertimbangkan beberapa faktor yang membentuk status kesehatan dan

52
membantu perencana terfokus pada faktor tersebut sebagai target untuk

intervensi. Precede juga menghasilkan tujuan spesifik dan kriteria untuk

evaluasi. Kerangka Proceed menyediakan langkah-langkah tambahan untuk

mengembangkan kebijakan dan memulai pelaksanaan dan proses evaluasi.

Health
Promotion Predisposing
factor
Health
Education

Reinforcing Behavior and


factor life style

Quality of
Health life
Policy
Regulation
Organization Enabling
factor Environment

Promosi Kesehatan
Gambar 2.1 Skema Precede-Proceed dari Perencanaan dan Evaluasi Model

53
c. Kerangka Teori

Pengetahuan
Faktor
Predisposisi Sikap 1. Angka Kematian Ibu
2. Angka Kematian Bayi
Budaya 3. BBLR
4. Abortus
Pendidikan
Faktor
pemungkin
Keterpaparan
Ponografi

Pernikahan Usia Dini Perilaku


Lingkungan
Masyarakat

Pengetahuan Kesehatan Kualitas


Orang tua Perempuan Hidup
Usia Ibu < 20 Tahun
Sikap Orang Tua
Faktor
penguat Pendapatan Orang
tua Lingkungan

Pendidikan Orang
Tua

Peran Petugas Sumber : Teori perubahan perilaku model perencanaa Preced-Proceed


Kesehatan (Lawrence Green dalam buku Notoadmodjo, 2010)

Gambar 2.1 : Kerangka Teori


53
D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan turunan dari kerangka teori yang telah

disusun sebelumnya dalam telaah pustaka. Kerangka konsep merupakan

visualisasi hubungan antara berbagai variabel, yang dirumuskan oleh peneliti

setelah membaca berbagai teori yang ada dan kemudian menyusun teorinya

sendiri yang akan digunakannya sebagai landasan untuk penelitiannya.

Diagram dalam kerangka konsep harus menunjukkan hubungan antara

variabel- variabel yang akan diteliti 23.

Variabel Bebas Variabel Terikat


(Independent Variabel) (Dependent Variabel)

Pengetahuan

Sikap Pernikahan Usia Dini

Peran Petugas Kesehatan

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini pada


Perempuan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021
Gambar 2.3 : Kerangka konsep

54
E. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sementara yang akan diuji kebenarannya.

Hipotesis ini merupakan jawaban sementara berdasarkan pada teori yang belum

dibuktikan dengan data atau fakta. 24 Hipotesis dalam penelitian ini antara lain :

ii. Ha : ada hubungan pengetahuan perempuan dengan pernikahan usia dini di

Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021.

iii. Ha : ada hubungan sikap perempuan dengan pernikahan usia dini di Wilayah

Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021.

iv. Ha : ada hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan pernikahan usia dini di

Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021.

55
F. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan diteliti secara

operasional di lapangan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pada

pelaksanaan pengumpulan data dan pengolahan serta analisis data 23.

Tabel 2.1
Defenisi Operasional Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pernikahan Usia Dini pada
Perempuan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021

Defenisi
N Cara Skala
Variabel Operasiona Alat Ukur Hasil Ukur
o. Ukur Ukur
l
1. Tingkat Tingkat Kuesioner Memilih 1. Rendah : jika < Ordina
Pengetahua Pengetahuan Dengan salah 60% jawaban l
n yang memberika satu benar.
dimiliki oleh n 15 jawaban 2. Tinggi : jika ≥
responden pertanyaan yang 60% jawaban
terkait mengenai benar benar.
pernikahan pernikahan
usia dini, usia dini
meliputi : kepada
definisi responden.
pernikahan
usia
dini,batasan
usia
perempuan
yang
dikatakan
pernikahan
usia dini dan
risiko
pernikahan
dini
terhadap
kesehatan
reproduksi,
psikologi,
dan dalam

56
kehidupan
berumah
tangga.
2. Sikap Penilaian Kuesioner. Mengisi 1. Negative : skor Ordina
respon atau Dengan daftar T < 50% l
tanggapan memberika cheklist 2. Positif : skor T ≥
responden n 20 50%
tentang pernyataan (Azwar, 2011)
pernikahan positif dan
usia dini dan negative
dampak kepada
pernikahan responden.
usia dini
terhadap
kesehatan
reproduksi.
3. Peran Peran Kuesioner. Mengisi 1. Tidak Berperan : Ordina
petugas petugas Menberika daftar jika skor < 60% l
kesehatan kesehatan n cheklist 2. Berperan : jika
sangat di pertanyaan skor ≥ 60%.
butuhkan 10 buah
untuk mengenai
mengurangi peran
resiko petugas
terjadinya selaku
pernikahan komunikat
usia dini or,
pada remaja. motivator,
Petugas fasilitator
kesehatan dan
selaku konselor
komunikator mengenai
, motivator, pernikahan
fasilitator usia dini.
dan konselor (Depkes
berperan RI, 2008)
dalam
melaksanak
an
bimbingan
atau
penyuluhan,

57
pendidikan
serta
memberikan
informasi
mengenai
resiko dan
solusi
mengenai
pernikahan
usia dini
kepada
remaja,
keluarga,
dan
masyarakat .
4. Pernikahan Pernikahan Kuesioner. Mengisi 1. Menikah Nomin
Usia Dini yang di Dengan kolom usia dini al
lakukan oleh memberika yang 2. Tidak
sepasang n telah menikah
laki-laki dan pertanyaan disediaka usia dini
perempuan. tahun n
Perempuan menikah
dikatakan dan umur
melakukan menikah.
pernikahan
usia dini
apabila
menikah
dibawah
usia 20
tahun.

58
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei deskritif analitik dengan pendekatan

cross sectional yang merupakan suatu penelitian yang mempelajari korelasi.

Penelitian korelasi merupakan penelitian yang melibatkan hubungan satu atau

lebih variabel lain yang terjadi pada satu kelompok, yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel pada

suatu studi kelompok subjek.

Desain penelitian dengan pendekatan Cross Sectional merupakan

rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran dan pengamatan pada

saat bersamaan atau sekali waktu 24


, artinya semua variabel baik variabel

Independen (Pengetahuan, Sikap dan Peran tenaga kesehatan) maupun

variabel Dependen (Pernikahan di usia dini) diobservasi pada waktu yang

sama.

B. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Penelitian akan dilaksanakan pada Januari - Juni 2021

59
2. Tempat

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun

2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh unsur atau elemen yang menjadi objek

penelitian 24. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pasangan Usia

Subur (PUS) yang berstatus menikah pertama dan menetap di wilayah

kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2020. Populasi seluruh perempuan

yang berstatus menikah pertama di wilayah kerja puskesmas sungai kalu

tahun 2020 yaitu 249 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan 24


.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik Simple Random Sampling, setiap individu dalam populasi memiliki

peluang yang sama untuk dijadikan sampel 24, artinya semua perempuan

yang status menikah pertamanya pada tahun 2020 di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Kalu yang diundi secara acak.

Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus minimal sampel size

(Lemeshow, 1997) dengan perhitungan sebagai berikut

60
2
Z .N . p.q
n= 2 2
d ( N−1 ) + Z . p . q

Keterangan :

n = Besar sampel minimal

N = Jumlah populasi

Z = Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan CI 95%

d = Derajat ketetapan yang digunakan, 90% atau 0

p = Proporsi target populasi adalah 0,5

q = Proporsi tanpa atribut 1 – p = 0,5

maka besar sampel adalah sebagai berikut :

2
Z .N . p.q
n= 2 2
d ( N−1 ) + Z . p . q

(1,96)2 .249 . 0,5 . 0,5


n=
(0,1)2 ( 249−1 )+(1,96)2 . 0,5 . 0,5

3,84 . 249 .0,25


n=
0,01. 249+3,84 . 0,25

239,14
n=
2,49+ 0,96

61
239,14
n=
3,45

n=69,31

n=70

Dari perhitungan data diatas, maka didapatkan jumlah sampel yaitu


sebanyak 69,31. Untuk mempermudah perhitungan dan pengolahan data
pada sampel, maka peneliti membulatkan angka sampel menjadi 70.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Kriteria Inklusi

a. Responden mampu membaca.

b. Responden yang menetap tinggal di wilayah kerja puskesmas sungai

kalu tahun 2020.

c. Responden setuju menjadi responden penelitian dan menanda tangani

surat persetujuan responden.

d. Perempuan yang status menikah pertamanya di tahun 2020.

2. Kriteria Eksklusi

1. Responden yang gangguan jiwa

2. Responden yang tidak menetap tinggal di wilayah kerja puskesmas

sungai kalu tahun 2020.

3. Responden yang tidak berada di tempat saat pengambilan data.

4. Perempuan yang status menikah pertamanya tidak di tahun 2020.

62
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data Primer

Data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara

langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data

asli atau data baru yang up to date. Untuk mendapatkan data primer,

peneliti dapat mengumpulkannya dengan menggunakan teknik

wawancara, observasi, diskusi kelompok terarah, dan penyebaran

kuesioner 24.

Data primer ini diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner pada

responden yaitu wanita usia subur yang menikah tahun 2020 di

wilayah kerja puskesmas sungai kalu, penyebaran kuesioner ini

dilakukan dengan menyusun daftar pertanyaan, dengan cara responden

cukup menjawab pertanyaan pada kolom pengetahuan, sikap dan peran

petugas kesehatan.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah

ada. Data sekunder dapat diperoleh dari jurnal, lembaga, laporan, dan

63
lain-lain . Data sekunder dari penelitian ini adalah data yang
24

diperoleh dari KUA Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dan Kantor

Kementrian Agama Kabupaten Solok Selatan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah data primer. Hal ini di

lakukan dengan menggunakan format pengumpulan data yang diberikan

langsung kepada responden berupa pertanyaan tentang pengetahuan,

sikap dan peran petugas kesehatan.

E. Instrumen

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah di

olah.

Dalam penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau

hal-hal yang di ketahui, dalam instrument yang di butuhkan adalah sebagai

berikut :

1. Kuesioner atau angket, yaitu yang digunakan sebagai alat ukur untuk

instrument pengumpulan data oleh peneliti.

64
2. Buku catatan, yaitu digunakan untuk menuliskan hal-hal penting yang

dapat dijadikan sebagai point dalam penelitian.

3. Bolpoin, yang digunakan untuk menjawab atau mengisi kuesioner

4. Peneliti, yitu merupakan instrument penelitian yang sangat penting bagi

berjalannya sebuah penelitian.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang tingkat

pengetahuan, sikap dan peran tenaga kesehatan, dimana kuesioner yang

digunakan sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas

dan reliabilitas dilaksanakan tanggal juni terhadap 70 responden di wilayah

kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021.

1. Uji Validitas

Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner) dilakukan

dengan cara melakukan korelasi antara skor masing-masing variabel

dengan skor totalnya. Suatu variabel dikatakan valid bila skor variabel

tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik

korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson product moment, dengan

kriteria sebagai berikut :

a. Bila r hitung (r pearson) ≥ r tabel, maka pertanyaan dikatakan valid

b. Bila r hitung (r pearson) < r tabel, maka pertanyaan dikatakan tidak

valid.

65
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan di wilyah kerja

Puskesmas Sungai Kalu terhadap 70 responden, dari masing-masing 15

pertanyaan pada tingkat pengetahuan, 20 pernyataan untuk sikap dan 10

pertanyaan pada variabel peran tenaga kesehatan didapatkan pertanyaan

valid, pertanyaan valid jika nilai r hitung > r tabel.

2. Uji Reliabilitas

Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. pertanyaan yang

sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya

dengan kriteria sebagai berikut :

a. Bila nilai Cronbach's Alpha (α) ≥ konstanta (0,60), maka pertanyaan

reliabel.

b. Bila nilai Cronbach's Alpha (α) < konstanta (0,60), maka pertanyaan

tidak reliabel.

Dalam penelitian ini peneliti memberikan kuesioner hanya sekali.

G. prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian ini dapat dilakukan beberapa langkah yaitu

sebagai berikut :

a. Mengajukan surat kekampus untuk tebusan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten Solok Selatan.

66
b. Setelah surat keluar dari Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan,

maka penulis selanjutnya mengajukan surat ke Puskesmas Sungai

Kalu.

c. Setelah izin didapatkan maka dilakukan penelitian pada April 2021

dengan menggunakan format pengumpulan data yang diberikan

langsung kepada responden berupa pertanyaan tentang pengetahuan,

sikap dan peran petugas kesehatan mengenai pernikahan usia dini,

serta melakukan pendokumentasian.

d. Setelah pengumpulan data selesai dilakukan maka peneliti masuk

kedalam tahap proses pengolahan data dengan menggunakan aplikasi

SPSS.

e. Setelah semuanya selesai maka peneliti mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang terlibat.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada Mei sampai Juni 2021 dengan mendatangi posyandu yang ada di

wilayah kerja puskesmas sungai kalu dan peneliti langsung mengunjungi

satu per satu rumah responden (door to door ) yang didampingi oleh

kader,. Sebelum memberikan kusioner kepada responden terlebih dahulu

peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian. Bagi yang bersedia dan memenuhi kriteria inklusi diminta

menandatangani Informed Consent yang sudah disediakan dan langsung

melakukan pengisian kusioner. Pengumpulan data berlangsung selama 10

67
hari dengan responden yang didapat perharinya adalah 7 responden.

Kusioner yang telah diisi diperiksa kembali untuk memastikan tidak

adanya jawaban yang ganda dan kosong.

H. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data adalah bagian dari penelitian setelah pengumpulan

data. Pada tahap ini data mentah atau raw data yang telah dikumpulkan

dan diolah atau dianalisis sehingga menjadi informasi 24. Pengolahan data

dalam penelitian ini secara komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Editing (pemeriksaan data)

Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana data yang

sudah dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner disunting

kelengkapan jawabannya. Jika pada tahapan penyuntingan ternyata

ditemukan ketidaklengkapan dalam pengisian jawaban, maka harus

melakukan pengumpulan data ulang 24

b. Coding (pemberian kode data)

Coding adalah membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel dibuat

sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan .
24

Dalam penelitian ini untuk pengetahuan peneliti memberi kode 0

tingkat pengetahuan rendah dan 1 tingkat pengetahuan tinggi.

Selanjutnya untuk sikap, apabila positif jika skor ≥ nilai mean dan

68
negative jika skor < nilai mean, untuk peran petugas kesehatan

peneliti memberi kode 0 untuk tidak berperan dan 1 untuk berperan,

sedangkan untuk menikah usia dini diberi kode 0 untuk menikah usia

dini dan 1 untuk tidak menikah diusia dini.

c. Entry (memasukkan data)

Data entry adalah mengisi kolom dengan kode sesuai dengan jawaban

masing-masing pertanyaan (angka atau huruf) dimasukan ke dalam

program atau “software” 24

d. Cleaning (pembersihan data)

Pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah sudah betul atau

ada kesalahan pada saat memasukan data 24.

e. Tabulating (tabulasi data)

Membuat penyajian data, sesuai dengan tujuan penelitian kemudian

dilakukan tabulasi data dengan membuat tabel distribusi frekuensi

masing-masing variabel 24

2. Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis

univariat dan bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang bertujuan untuk

menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat

dalam penelitian ini dilakukan secara komputerisasi, dimana analisis

69
ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik variabel independen

(pengetahuan, sikap dan peran petugas kesehatan) dan variabel

dependen (pernikahan usia dini).

b. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat diatas, maka hasilnya

akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat

dilanjutkan dengan analisis bivariat.

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisis ini

digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan

variabel bebas dan variabel terikat melalui Uji Chi Square yaitu:

1. Hubungan pengetahuan dengan pernikahan usia dini.

2. Hubungan sikap dengan pernikahan usia dini.

3. Hubungan peran petugas kesehatan dengan pernikahan usia

dini.

70
71
DAFTAR PUSTAKA
1. Jamaluddin & Amalia, N. Buku Ajar Hukum Perkawinan. (2016).
2. Republik, M. K. UU No. 16 Tahun 2019. 2–6 (1974).
3. WHO. World Healt Organization. 66, (2013).
4. Nurhikmah, N., Carolin, B. T. & Lubis, R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Putri. J. Kebidanan Malahayati 7, 17–24 (2021).
5. Mugni, M. Peran United Nations Children Fund ( Unicef ) Dalam Penanggulagan
Pernikahan Dini Tahun 2016-2019 ( Studi Kasus Sulawesi Barat ). 7, 1337–1348 (2019).
6. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riskesdas 2018. Lap. Nas. RIskesdas 2018 53, 181–
222 (2018).
7. Puspasari, H. W. et al. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak pada pernikhan Usia Dini di
Beberapa Etnis Indonesia : Dampak dan Pencegahannya Maternal and Child Health
Problems in Early Age Marriage at Several Ethnic Indonesia : The Impact and Prevention.
275–283 (2020).
8. Pada, S., Hamil, I. B. U. & Kejadian, D. Hubungan Usia Jumlah Kehamilan, dan Riwayat
Abortus Spontan Pada Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus Spontan di Rumah Sakit
Umum Aghisna Medika Kabupaten Cilacap. (2018).
9. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi
Sumatera Barat 2015. (Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, 2015).
10. Noor, M. S. et al. ‘Klinik Dana’ Sebagai Upaya Pencegahan Penikahan Usia Dini.
(2018).
11. Ningsih, F. P. E. Pencapaian Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Pada.
J. Adm. Kesehat. Indones. 6, 40–45 (2018).
12. Kadek Alit Arsani, N. L. Peranan Program Pkpr (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja Di Kecamatan Buleleng. J. Ilmu Sos. dan Hum.
2, 129–137 (2013).
13. Amalia, R. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pernikahan Dini pada
Remaja Putri di Dusun III. (2018).
14. Ramadani, M., Nursal, D. G. A. & Ramli, L. Peran Tenaga Kesehatan dan Keluarga dalam
Kehamilan Usia Remaja. Kesmas Natl. Public Heal. J. 10, 87 (2015).
15. Wulanuari, K. A., Anggraini, A. N. & Suparman, S. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pernikahan Dini pada Wanita. J. Ners dan Kebidanan Indones. 5, 68 (2017).
16. Agus Mahfudin; Khoirotul Waqi’ah. Pernikahan Dini dan Pengaruhnya terhadap Keluarga
di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Huk. Kel. Islam 1, 33–49 (2016).
17. Parenti, P. et al. Determinan Pernikahan Usia Dinu di Indonesia. J. Sains dan Seni ITS 6,
51–66 (2017).
18. Satriyandari, Y. & Utami, F. S. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Nikah Dini??? Mau
Atau Malu?? (2018).
19. Fadlyana, E. & Larasaty, S. Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. Sari Pediatr. 11,
136 (2016).
20. Kartikawati, R. Dampak Perkawinan Anak di Indonesia. J. Stud. Pemuda 3, 1–16 (2015).
21. Ramadani, M., Gusta, D., Nursal, A. & Ramli, L. Peran Tenaga Kesehatan dan Keluarga
dalam Kehamilan Usia Remaja Roles of Health Worker and Family in Teenage
Pregnancy. J. Kesehat. Masy. Nas. 10, 87–92 (2014).
22. Mrl, A. et al. Buku Ajar Promisi Kesehatan. (2019).
23. Irwan. Etika dan Perilaku Kesehatan. (CV. ABSOLUTE MEDIA, 2017).
24. Çelik, A. et al. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementrian Kesehatan Repubblik
Indonesia 1, (2018).
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

KepadaYth :

Ibu calon responden

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan

Alih Jenjang Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang:

Nama : Yona Firdali Ranti

Nim : 204330819

Bermaksud mengadakan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

pernikahan usia dini pada wanita usia 14-49 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu

Tahun 2021”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak

menimbulkan kerugian bagi responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh

responden akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian harapan saya. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas kesediaan Ibu yang

telah meluangkan waktunya. Semoga Allah SWT membalasnya. Aamiin.

Peneliti,

(Yona Firdali Ranti)


Lampiran 5

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca penjelasan dari peneliti yaitu saudari Yona Firdali Ranti mahasiswi

Poltekkes Kemenkes RI Padang mengenai penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan pernikahan usia dini pada wanita usia 14-49 Tahun di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2021”.

Maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dan saya berjanji akan

memberikan informasi yang sesungguhnya tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak manapun.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Solok Selatan, ..................2021

Responden

(…………………………..…….)
Lampiran 6

KISI-KISI KUESIONER

Jumlah No.
No. Variabel Sub Variabel Item Pertanyaan
1. Pernikahan Usia Pernikahan pada wanita usia subur 1 1
Dini pada usia dibawah 20 tahun (<20
tahun)
2. Pengetahuan 1. Pengertian perkawinan 1 1, 2, 3, 4, 5, 6,
2. Tujuan Pernikahan 1 7, 8, 9, 10, 11,
3. Pengertian Pernikahan Usia Dini 2 12, 13, 14, 15
4. Dampak Pernikahan Usia Dini 8
5. Faktor-faktor yang menyebabkan 2
pernikahan usia dini
6. Wanita 1

3. Sikap 1. Saya akan menikah muda untuk 1 1, 2, 3, 4, 5, 6,


membantu perekonomian 7, 8, 9, 10, 11,
keluarga. 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19,
2. Saya akan menikah muda bukan 1 20
untuk mencegah saya berperilaku
seks sebelum menikah
3. Saya akan menikah muda karena
1
takut kehilangan pacar saya saat
ini
4. Saya setuju ketika orang tua saya 1
melakukan perjodohan karena itu
akan lebih baik menurut saya
5. Walaupun saya tidak banyak 1
mengetahui tentang kesehatan
reproduksi dan dampak
pernikahan dini, saya tetap setuju
dengan pernikahan dini.
6. Orang tua saya sangat 1
menginginkan cucu, sehingga
saya akan segera menikah,
walaupun masih sangat muda
(pernikahan dini).
7. Saya terpengaruh dengan kondisi
1
teman sepergaulan saya yang
berpacaran tanpa batas dan
akhirnya menikah muda
8. Orang tua saya tidak mengerti 1
dampak pernikahan dini,
sehingga mereka akan
menikahkan anak-anaknya
walaupun masih sangat muda
9. Saya terpengaruh dengan 1
kejadian di Film dan sinetron
tentang pernikahan di usia yang
masih muda
10. Saya akan patuh dan taat pada 1
perintah adat apabila
memerintahkan untuk menikah
muda
11. Informasi kesehatan reproduksi 1
dan pendewasaan usia
perkawinan, penting bagi saya
karena untuk mencegah berbagai
masalah kesehatan reproduksi.
12. Selain masalah kesehatan 1
reproduksi perempuan yang
menikah usia dini (menikah <20
tahun) belum siap secara
psikologis dan emosional 1
13. Menurut saya perempuan yang
menikah usia dini (menikah <20
tahun) disebabkan karena faktor 1
ekonomi keluarga.
14. Menikah usia muda, merupakan
salah satu cara meringankan
beban orang tua saya 1
15. Seorang perempuan tidak perlu
menempuh pendidikan tinggi
karena pekerjaan perempuan
adalah mengurus anak dan
1
memasak
16. Jika perempuan usia >20 tahun
belum menikah bisa di katakan
1
perawan tua
17. Saya lebih malu menjadi
1
perawan tua dari pada menikah
di usia muda (menikah <20
tahun)
18. Membentuk keluarga yang
bahagia dan sejahtera merupakan 1
tujuan saya melakukan
pernikahan pada usia > 20 tahun
19. Menurut saya perempuan
sebaiknya menikah di usia >20 1
tahun, karena sistem
reproduksinya sudah matang
20. Pernikahan merupakan ikatan
lahir dan batin antara suami dan
saya, yang didasarkan sama-
sama suka
4. Peran Petugas 1. Partisipasi perugas sehatan dalam 10 1, 2, 3, 4, 5, 6,
Kesehatan memberikan penyuluhan, 7, 8, 9, 10
pendididikan kesehatan, dan
konseling tentang pernikahan
pada usia dini pada remaja.

Lampiran 7
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN
USIA DINI PADA WANITA USIA 14-49 TAHUN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SUNGAI KALU TAHUN 2020

A. IDENTITAS RESPONDEN No. Resp:

1. Nama : ………………………………….

2. Alamat : ………………………………….

3. Tempat / Tanggal Lahir : ……………………………….....

4. Pendidikan : a. SD
b. SMP
c. SMA/SMK
d. Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan : a. Ibu Rumah Tangga


b. Wiraswasta
c. PNS
d. Tidak Bekerja

Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan sebenar-benarnya dan sejujur-


jujurnya.
2. Jawablah secara runtut dan jelas
3. Isilah pertanyaan tersebut dengan memberikan tanda silang (x)
4. Hasil penelitian ini tidak akan dipublikasikan, hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
5. Identitas maupun jawaban yang anda pilih, kami jamin kerahasiaannya.
B. KUESIONER PENGETAHUAN Kode : 1. Betul
1. Apa yang dimaksud dengan perkawinan menurut UU Nomor 1 Tahun 0. Salah
1974?
a. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke
Tuhanan Yang Mahaesa.
b. Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan dengan tujuan untuk mendapatkan
keturunan
c. Perkawinan adalah ikrar antara laki-laki dan perempuan yang
didasarkan saling suka
d. Perkawinan adalah ikatan antara laki-laki dan perempuan yang sah
di depan penghulu
2. Tujuan seorang melakukan pernikahan adalah ...
a. Untuk mendapat rezeki
b. Untuk mendapatkan keturunan dan membentuk keluarga yang
sejahtera
c. Untuk meringankan beban orang tua
d. Untuk mendapatkan keuntungan
3. Apa yang dimaksud dengan pernikahan usia dini adalah ...
a. Pernikahan yang terjadi pada usia <20 Tahun
b. Pernikahan yang terjadi pada usia >20 Tahun
c. Pernikahan yang terjadi pada usia >25 Tahun
d. Pernikahan yang terjadi pada usia > 30 tahun
4. Usia yang baik bagi perempuan untuk melahirkan, sehingga dapat
menurunkan resiko kematian ibu dan bayi adalah ...
a. 15 Tahun – 20 Tahun
b. 20 Tahun – 35 Tahun
c. 35 Tahun – 40 Tahun
d. 40 Tahun keatas
5. Dibawah ini yang merupakan dampak kesehatan reproduksi pada
perempuan yang melakukan pernikahan usia dini adalah ...
a. Resiko terkena kanker serviks
b. Mudah stress
c. Tidak percaya diri
d. Menyebabkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

6. Pernikahan usia dini dapat menimbulkan dampak kesehatan pada bayi


seperti ...
a. Kanker serviks
b. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
c. Kematian Ibu
d. Perdarahan pada saat melahirkan.
7. Proses persalinan yang sulit pada perempuan yang berusia <20 Tahun
disebabkan
a. Sistem reproduksinya belum matang
b. Kelainan panggul yang disebabkan belum berkembang secara
sempurna
c. Belum siap secara psikologis
d. Kesulitan mengejan saat melahirkan
8. Berikut ini yang TIDAK termasuk resiko kesehatan reproduksi yang
belum matang pada perempuan yang hamil di usia <20 Tahun…
a. Keguguran
b. Meninggal saat melahirkan
c. Pedarahan yang hebat saat hamil
d. Ibu dalam keadaan sehat
9. Secara psikologis perempuan yang menikah di usia <20 Tahun rentan
mengalami stress, hal ini dikarenakan ...
a. Perempuan berusia kurang dari 20 Tahun belum matang secara
emosional
b. Perempuan adalah makhluk yang sangat sensitive
c. Kurangnya perhatian dari suami
d. Perempuan usia <20 tahun sudah dewasa
10. Berikut merupakan yang TIDAK termasuk faktor yang menyebabkan
pernikahan usia dini, ...
a. Faktor ekonomi keluarga
b. Faktor keturunan
c. Putus sekolah
d. Kehamilan diluar nikah
11. Berikut yang TIDAK termasuk kriteria keberhasilan suatu pernikahan
adalah...
a. Penyesuaian yang baik dari pihak pasangan
b. Menjadi kebanggaan yang baik untuk suami dan istri
c. Hubungan yang baik antara orang tua dan anak
d. Berselisih pendapat antara suami dan istri

12. Berikut yang TIDAK termasuk dampak pernikahan usia muda dalam
kehidupan social adalah….
a. Kurang mendapatkan pendidikan formal (putus sekolah)
b. Kehilangan masa bermain bersama teman-teman
c. Emosional belum matang
d. Resiko terkena gangguan kesehatan reproduksi
13. Masalah ekonomi merupakan salah satu faktor terjadinya pernikahan
usia dini, hal ini akan berdampak pada ...
a. Keharmonisan keluarga
b. Ketidakharmonisan keluarga dan perceraian
c. Interaksi social
d. Kerukunan antar masyarakat
14. Dampak kehamilan pada usia muda atau remaja terhadap angka
kesakitan dan kematian ibu dan bayi adalah ...
a. Tidak ada dampak terhadap angka kesakitan dan kematian ibu dan
bayi
b. Ibu dan bayi yang dilahirkan sehat karena usia ibu masih muda
c. Meningkatkan jumlah kematian ibu dan bayi
d. Ibu rentan menderita anemia (kekurangan darah merah)
15. Menikah usia dini dapat menimbulkan masalah kekerasan dalam rumah
tangga dan perceraian, hal ini disebabkan oleh ...
a. Belum matangnya emosional
b. Tuntutan dalam bekeluarga
c. Salah satu pasangan yang belum dewasa
d. Pendidikan yang rendah

Jumlah Skor Benar


C. KUESIONER SIKAP
Petunjuk pengisian kuesioner :
1. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan tanda cekhlis ( √ )
2. Kriteria jawaban terdiri dati :
SS : Jika pernyataan tersebut SANGAT SETUJU dengan keadaan anda.
S : Jika pernyataan tersebut SETUJU dengan keadaan anda.
TS : Jika pernyataan tersebut TIDAK SETUJU dengan keadaan anda.
STS : Jika pernyataan tersebut SANGAT TIDAK SETUJU dengan keadaan anda

No. Pernyataan SS S TS STS


1 Saya akan menikah muda untuk membantu
perekonomian keluarga
2 Saya akan menikah muda bukan untuk mencegah saya
berperilaku seks sebelum menikah
3 Saya akan menikah muda karena takut kehilangan
pacar saya saat ini
4 Saya setuju ketika orang tua saya melakukan
perjodohan karena itu akan lebih baik menurut saya
5 Walaupun saya tidak banyak mengetahui tentang
kesehatan reproduksi dan dampak pernikahan dini,
saya tetap setuju dengan pernikahan dini.
6 Orang tua saya sangat menginginkan cucu, sehingga
saya akan segera menikah, walaupun masih sangat
muda (pernikahan dini).
7 Saya terpengaruh dengan kondisi teman sepergaulan
saya yang berpacaran tanpa batas dan akhirnya
menikah muda
8 Orang tua saya tidak mengerti dampak pernikahan dini,
sehingga mereka akan menikahkan anak-anaknya
walaupun masih sangat muda.
9 Saya terpengaruh dengan kejadian di Film dan sinetron
tentang pernikahan di usia yang masih muda
10 Saya akan patuh dan taat pada perintah adat apabila
memerintahkan untuk menikah muda
11 Informasi kesehatan reproduksi dan pendewasaan usia
perkawinan, penting bagi saya karena untuk mencegah
berbagai masalah kesehatan reproduksi.
12 Selain masalah kesehatan reproduksi perempuan yang
menikah usia dini (menikah <20 tahun) belum siap
secara psikologis dan emosional.
13 Menurut saya perempuan yang menikah usia dini
(menikah <20 tahun) disebabkan karena faktor
ekonomi keluarga.
14 Menikah usia muda, merupakan salah satu cara
meringankan beban orang tua saya.
15 Seorang perempuan tidak perlu menempuh pendidikan
tinggi karena pekerjaan perempuan adalah mengurus
anak dan memasak.
16 Jika perempuan usia >20 tahun belum menikah bisa di
katakan perawan tua.
17 Saya lebih malu menjadi perawan tua dari pada
menikah di usia muda (menikah <20 tahun)
18 Membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera
merupakan tujuan saya melakukan pernikahan pada
usia > 20 tahun
19 Menurut saya perempuan sebaiknya menikah di usia
>20 tahun, karena sistem reproduksinya sudah matang.
20 Pernikahan merupakan ikatan lahir dan batin antara
suami dan saya, yang didasarkan sama-sama suka.
D. KUESIONER PERAN PETUGAS KESEHATAN

Tidak
No. Pertanyaan Berperan
Berperan
1. Apakah tenaga kesehatan pernah melakukan penyuluhan
pernikahan usia dini di wilayah kerja anda dalam waktu 3 (tiga)
bulan terakhir ini ? bila pernah sebanyak ….. kali
2. Apakah tenaga kesehatan pernah melakukan konseling tentang
pernikahan usia dini dalam waktu 3 (tiga) bulan terakhir ini ?
3. Apakah tenaga kesehatan pernah melakukan ceramah tentang
pernikahan usia dini di lingkungan saudara, misalnya di
Posyandu remaja atau di lembaga-lembaga masyarakat ?
4. Apakah tenaga kesehayan pernah mengadakan sosialisasi atau
tanya jawab tentang pernikahan usia dini di lingkungan saudara
dalam 3 (tiga) bulan terakhir ini ?
5. Apakah tenaga kesehatan memberikan tidak memberikan solusi
tekait masalah yang saudara amali terkait dengan pernikahan
usia dini?
6. Apakah tenaga kesehatan tidak pernah menginformasikan
mengenai pernikahan di usia dini dengan menggunakan poster
atau iklan di wilayah kerja anda dalam waktu 3 (tiga) bulan
terakhir ?
7. Apakah tenaga kesehatan pernah memberikan informasi
mengenai dampak pernikahan di usia dini dengan
menggunakan poster atau iklan di wilayah kerja anda dalam
waktu 3 (tiga) bulan terakhir ?
8. Apakah tenaga kesehatan menberikan waktu untuk bimbingan
konseling mengenai masalah yang terjadi pada sistem kesehatan
reproduksi selama kurang lebih 30 menit ?
9. Apakah tenaga kesehatan tidak melakukan kujungan rumah
untuk memberikan penyuluha tentang pernikahan usia dini pada
remaja yang mengalami masalah ?
10. Apakah tenaga kesehatan menyediakan tempat khusus untuk
bimbingan konseling pada remaja?
E. KUESIONER PERNIKAHAN USIA DINI

Umur Menikah : Berapa Lama Sudah Menikah :


Lampiran 8
KUNCI JAWABAN KUESIONER PENGETAHUAN

1. a 11. d
2. b 12. d
3. a 13. b
4. b 14. c
5. a 15. a
6. b
7. a
8. d
9. a
10. b

KUNCI JAWABAN KUESIONER SIKAP

Jawaban
No. Sangat Tidak
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju
Setuju
1. 1 2 3 4
2. 1 2 3 4
3. 1 2 3 4
4. 1 2 3 4
5. 1 2 3 4
6. 1 2 3 4
7. 4 3 2 1
8. 4 3 2 1
9. 4 3 2 1
10 4 3 2 1
11. 4 3 2 1
12. 4 3 2 1
13. 4 3 2 1
14. 1 2 3 4
15. 1 2 3 4
16. 1 2 3 4
17. 1 2 3 4
18. 4 3 2 1
19. 4 3 2 1
20. 4 3 2 1
KUNCI JAWABAN KUESIONER PERAN PETUGAS KESEHATAN

No. Jawaban
1. B
2. B
3. B
4. B
5. TB
6. TB
7. B
8. B
9. TB
10. B
Lampiran 9
Master Tabel
“Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini pada wanita usia subur di Wilayah
Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2020”
No.
Nama Usia Pendidikan Keterangan
Responden
1        
2        
3        
4        
5        
6        
7        
8        
9        
10        
11        
12        
13        
14        
15        
16        
17        
18        
19        
20        
21        
22        
23        
24        
25        
26        
27        
28        
29        
30        
31        
32        
33        
34        
35        
36        
37        
38        
39        
40        
41        
42        
43        
44        
45        
46        
47        
48        
49        
50        
51        
52        
53        
54        
55        
56        
57        
58        
59        
60        
61        
62        
63        
64        
65        
66        
67        
68        
69        
70        
Lampiran 10
Dummy Tabel

1. Analisa Univariat
a. Distribusi frekuensi pernikahan usia dini

Tabel 1
Diketahui distribusi frekuensi pernikahan usia dini di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2020
Usia menarche F %
Menikah di Usia Dini
Tidak Menikah Di Usia Dini

Total

b. Distribusi frekuensi pengetahuan

Tabel 2
Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan wanita usia 14-49 tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2020
Usia menarche F %
Rendah
Tinggi

Total

c. Distribusi frekuensi Sikap

Tabel 3
Diketahui distribusi frekuensi sikap wanita usia 14-49 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2020
Paritas F %
Negative (≤ nilai mean)
Positif (≥ nilai mean)

Total
d. Distribusi frekuensi Peran Petugas Kesehatan

Tabel 4
Diketahui distribusi frekuensi Peran petugas kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2020
Usia Menopause F %
Tidak berperan
Berperan

Total

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan usia pengetahuan dengan pernikahan usia dini

Tabel 5
hubungan pengetahuan wanita usia 14-49 tahun dengan pernikahan usia dini di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2020
pengetahuan Pernikahan Usia Dini Total
P value
Abnormal Normal
f % f % f %
Rendah
Tinggi

b. Hubungan sikap dengan pernikahan usia dini

Tabel 6
hubungan sikap wanita usia 14-49 tahun dengan pernikahan usia dini di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2020
Sikap Pernikahan Usia Dini Total
P value
Abnormal Normal
f % F % f %
Negatif
Positif
c. Hubungan peran petugas kesehatan dengan pernikahan usia dini

Tabel 7

hubungan peran petugas kesehatan dengan pernikahan usia dini di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Kalu Tahun 2020
Peran petugas Pernikahan Usia Dini Total
kesehatan P value
Abnormal Normal
f % F % f %
Tidak Berperan
Berperan
Lampiran 11

LEMBAR KONSULTASI/BIMBINGAN PROPOSAL


Nama Mahasiswa : Yona Firdali Ranti
NIM : 204330819
Prodi : DIV Kebidanan
Pemimbing I : Aprizal Ponda, SKM, M.Kes
Judul Proposal : “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini pada
wanita 14-49 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun
2021”

Bimbingan Materi Tanda


Hari/Tanggal Dosen Pembimbing
Ke Bimbingan Tanggan
I. 06 Januari 2021 Konsultasi Judul Aprizal Ponda,
SKM, M.Kes

II. 05 Februari 2021 Konsultasi BAB Aprizal Ponda,


I (Menyusun SKM, M.Kes
latar belakang,
Data Sumbar,
Data
Kabupaten)
III. 16 Februari 2021 Konsultasi Aprizal Ponda,
Perbaikan BAB SKM, M.Kes
I (Tren
pernikahan dini
tahun 2018,
2019 dan 2020)
IV. 23 Februari 2021 Konsultasi BAB Aprizal Ponda,
II (Perbaikan SKM, M.Kes
pada DO)
V. 01 Maret 2021 Konsultasi Aprizal Ponda,
perbaikan BAB SKM, M.Kes
II (Perbaikan
DO)

VI. 02 Maret 2021 Konsultasi Aprizal Ponda,


Perbaikan BAB SKM, M.Kes
II (Perbaikan
skala ukur pada
DO dan
Kuesioner)
VII. 17 Maret 2021 Konsultasi BAB Aprizal Ponda,
III SKM, M.Kes

VIII. 20 Maret 2021 Konsultasi Aprizal Ponda,


perbaikan BAB SKM, M.Kes
III (Perbaikan
metode
penelitian)

IX. 22 Maret 2021 Konsultasi Aprizal Ponda,


perbaikan BAB SKM, M.Kes
III (Perbaikan
metode
penelitian)

X. 25 Maret 2021 Konsultasi Aprizal Ponda,


perbaikan BAB SKM, M.Kes
III

XI. 01 April 2021 Konsultasi Aprizal Ponda,


perbaikan BAB SKM, M.Kes
III

XII. 07 April 2021 ACC Proposal Aprizal Ponda,


SKM, M.Kes
LEMBAR KONSULTASI/BIMBINGAN PROPOSAL
Nama Mahasiswa : Yona Firdali Ranti
NIM : 204330819
Prodi : DIV Kebidanan
Pemimbing II : Haspita Rizki Syurya H, S.ST, M.Keb
Judul Proposal : “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini pada
wanita usia 14-49 tahun di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kalu Tahun
2021”

Bimbingan Materi Tanda


Hari/Tanggal Dosen Pembimbing
Ke Bimbingan Tanggan
I. 03 Februari 2021 Konsultasi Judul Haspita Rizki Syurya
H, S.ST, M.Keb

II. 24 Februari 2021 Konsultasi BAB I Haspita Rizki Syurya


H, S.ST, M.Keb

III. 27 februari 2021 Konsultasi BAB I Haspita Rizki Syurya


2021 dan BAB II H, S.ST, M.Keb
(Tambahkan data
pernikahan dini)
IV. 09 April 2021 Konsultasi BAB Haspita Rizki Syurya
1, BAB II dan H, S.ST, M.Keb
BAB III
(Perbaikan
penulisan dan
urutan di Sub-
bab)
V. 18 April 2021 Konsultasi Haspita Rizki Syurya
Perbaikan BAB II H, S.ST, M.Keb
dan BAB III
(Judul dan kriteria
Inkulusi)
VI. 19 April 2021 ACC Proposal Haspita Rizki Syurya
H, S.ST, M.Keb

Anda mungkin juga menyukai