Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN ASUPAN GARAM DAN

KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI


PADA LANSIA DI DESA KARAWANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARAWANG KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 2018

OLEH :
SRI LESTARI
029P.A15.071

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKES) YAPKESBI
SUKABUMI
2018
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN ASUPAN GARAM DAN
KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI DESA KARAWANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARAWANG KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Untuk Mencapai Gelar
Ahli Madya Keperawatan

SRI LESTARI
029P.A15.071

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKES) YAPKESBI
SUKABUMI
2018
ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN ASUPAN GARAM SRI LESTARI


DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN 029P.A15.071
HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA KARAWANG
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARAWANG
KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2018
Berdasarkan kejadian hipertensi di Indonesia berkisar 2-18% di berbagai
daerah, di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.
Dilihat dari jumlah penderita hipertensi yang terjadi di Indonesia jumlah ini tersebar
di beberapa provinsi termasuk di provinsi Jawa Barat. Penyakit Hipertensi di jawa
barat mencapai 9,5%, sementara rata-rata nasional 7,2% dan paling banyak terjadi
pada Lansia. Data yang didapat dari dinas kesehatan kabupaten sukabumi tahun
2017, angka kejadian hipertensi pada lansia tercatat 19.000 jiwa. Dan data yang
didapat dari puskesmas karawang tahun 2017, angka kejadian hipertensi sangat
banyak dan menempati posisi ketiga dari penyakit terbanyak di puskesmas
karawang yaitu sebanyak 535 kejadian, sedangkan kasus hipertensi pada lansia
yang terjadi di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang pada tahun
2017 sebanyak 273 orang. Hal ini dapat terjadi karena beberapa factor diantaranya
yang paling terlihat di desa karawang wilayah kerja puskesmas karawang yaitu
kebiasaan asupan garam dan kebiasaan merokok yang merupakan factor penyebab
terjadinya penyakit hipertensi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Antara Kebiasaan
Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia
di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi
Tahun 2018. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif analitik. Populasi yang
diambil dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di desa karawang wilayah kerja
puskesmas karawang berjumlah 350 responden. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah sebagian lansia yang memenuhi kriteria sebanyak 23
responden dengan menggunakan rumus slovin. Instrument penelitian ini
menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan analisis univariat dan
bivariate dengan menggunakan Chi Square.
Dari hasil statistic analisis chi Square diatas diperoleh p value di dapat hasil
p value 0,00. karena p value (<0.05) dengan demikian, maka Ho ditolak dan Hα
diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara Kebiasaan Asupan
Garam dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa
Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.
Diharapkan seluruh lansia hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para lansia tentang mengurangi kebiasaan asupan
garam dan kebiasaan merokok yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi pada
lansia agar kejadian hipertensi pada lansia berkurang.

Kata kunci : Hipertensi, Lansia, Kebiasaan Asupan Garam, Kebiasaan


Merokok
Daftar pustaka : 26 referensi (2005-2016)
Jurnal : 11

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb…

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat

dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

yang berjudul “Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garan Dan Kebiasaan

Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Karawang

Kabupaten Sukabumi Tahun 2018”.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi syarat

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi DIII Keperawatan Poltekes

Yapkesbi Sukabumi. Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

mendapat bimbingan dari berbagai pihak baik moral maupun material, maka

penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. H. Ofian Ismana, SE, MM, selaku Badan Pelaksana Harian Yayasan Poltekes

Yapkesbi Sukabumi

2. Achmad Zainuri, S.Pd, I,MM, selaku Direktur Poltekes Yapkesbi Sukabumi

3. Davi Sundari, SKM.S.kep Ners M.M Kes. selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan

Poltekes Yapkesbi Sukabumi

4. Drg. Sri Handayani Selaku Kepala Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi

5. Mohamad Sadli, SKM. MM Kes. selaku Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis

6. Taufik Haryanto, S.Kep, Ners, MM.Kes. Selaku Penguji 1

7. Asep Sudrajat, S.Kep. Selaku Penguji 2

vi
8. Kepada Kedua orang tuaku yang senantiasa selalu memberikan do’a serta

dukungan moril dan materil

9. Rekan Mahasiswa Perawat yang senantiasa memberikan motivasi dan do’a

selama penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah

10. Semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dan sarana

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu semoga Allah SWT membalas

segala amal ibadah kita Amin.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangannya

untuk itu, penulis dengan segala rasa hormat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun guna penyempurnaan dan pengembangan Karya Tulis Ilmiah

ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat

untuk kita semua serta pembangunan ilmu pengetahuan. Amin

Wassalamualaikum Wr.Wb…

Sukabumi, April 2018

penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN KTI ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.4 Ruang Lingkup ...................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Lanjut Usia .................................................................. 10
2.1.1 Pengertian Lanjut Usia .............................................. 10
2.1.2 Batasan Usia .............................................................. 11
2.1.3 Klasifikasi Lansia ...................................................... 12
2.1.4 Proses Menua ............................................................. 13
2.2 Konsep Dasar Hipertensi ....................................................... 13
2.2.1 Definisi Hipertensi ..................................................... 13
2.2.2 Penyebab Hipertensi .................................................. 14
2.2.3 Faktor Resiko ............................................................. 16

viii
2.3 Teori Hipertensi Lansia ......................................................... 19
2.3.1 Pengertian .................................................................. 19
2.3.2 Klasifikasi .................................................................. 19
2.3.3 Etiologi ...................................................................... 19
2.3.4 Tanda dan Gejala ....................................................... 20
2.3.5 Penatalaksanaan ......................................................... 21
2.3.6 Komplikasi ................................................................. 22
2.3.7 Pencegahan Hipertensi............................................... 23
2.4 Konsep Asupan Garam .......................................................... 26
2.4.1 Menurut Para Peneliti ................................................ 29
2.4.2 Pedoman Diet Garam ................................................. 30
2.5 Konsep Kebiasaan Merokok .................................................. 33
2.6 Kerangka Teori ..................................................................... 36

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


3.1 Kerangka Konsep ................................................................... 37
3.2 Hipotesis Penelitian................................................................ 38
3.3 Definisi Operasional............................................................... 38

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 40
4.2 Variabel Penelitian ................................................................. 40
4.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 41
4.4 Instrumen Penelitian............................................................... 43
4.5 Pengumpulan Data ................................................................. 46
4.6 Pengolahan Data..................................................................... 47
4.7 Analisis Data .......................................................................... 48
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 50
4.9 Etika Penelitian ...................................................................... 50

ix
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 53
5.2 Hasil Penelitian ..................................................................... 54
5.3 Pembahasan ........................................................................... 59

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


6.1 Kesimpulan ........................................................................... 62
6.2 Saran ...................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Halaman


Tabel 1.1 Data Rekapitulasi Hipertensi Pada Lansia Berdasarkan
Wilayah Kabupaten Sukabumi Pada Tahun 2017 .................. 2

Tabel 1.2 Jumlah Penderita Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas


Karawang Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2017 ............... 3

Tabel 1.3 Data 10 Penyakit Dengan Kejadian Angka Tertinggi di


Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Pada Tahun
2018 ........................................................................................ 4

Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................... 39

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Asupan Garam di Desa


Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang
Kabupaten Sukabumi Tahun 2018 ......................................... 54

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Kebiasaan Merokok di


Desa Karawang Wilayah Kerja Pukesmas Karawang
Kabupaten Sukabumi Tahun 2018 ......................................... 55

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Kejadian Hipertensi di


Desa Karawang Wilayah Kerja Pukesmas Karawang
Kabupaten Sukabumi Tahun 2018 ......................................... 56

Tabel 5.4 Hubungan Kebiasaan Asupan Garam dengan Kejadian


Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja
Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018 ..... 57

Tabel 5.5 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Lansia Di Desa Karawang Wilayah Kerja
Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018 ..... 58

DAFTAR BAGAN

xi
No Bagan Judul Bagan Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori....................................................................... 36

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................... 37

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No Nama

Lampiran

Lampiran 1 Surat Permohonan Data

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Pengantar Responden

Lampiran 4 Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 5 Kisi-kisi Kuesioner

Lampiran 6 Lembar Kuesioner

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik

Lampiran 8 Peta Wilayah Desa Karawang

Lampiran 9 Lembar Konsul

Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik atau

sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/90

mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia di atas 50 tahun untuk

memastikan hipertensi. (1)

Hipertensi adalah penyakit yang disebut “silent killer” sehingga

menyebabkan fenomena gunung es. Prevalensi hipertensi meningkat dengan

bertambahnya usia. Kondisi patologis ini jika tidak mendapatkan penanganan

secara cepat dan secara dini maka akan memperberat risiko. (2)

Akibat yang terjadi jika hipertensi tidak segera ditangani adalah otak

(menyebabkan stroke), mata (menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat

menimbulkan kebutaan), jantung (menyebabkan penyakit jantung koroner

termasuk infark jantung dan gagal jantung), ginjal (menyebabkan penyakit

ginjal kronik, gagal ginjal terminal. (3)

Kejadian hipertensi di dunia diperkirakan menyebabkan 7,5 juta

kematian atau sekitar 12,8% dari total kematian di dunia. Hal ini menyumbang

57 juta dari disability adjusted life years (DALY). Di dunia diperkirakan

sekitar 29% warga dunia terkena hiperteni. Sekitar 25% orang dewasa di

United State menderita penyakit hipertensi pada tahun 2011-2012. Tidak ada

perbedaan prevalensi antara laki-laki dan wanita tetapi kejadian terus

1
2

meningkat berdasarkan usia : 5% usia 20-39 tahun, 26% usia 40-59 tahun, dan

59,6% untuk usia 60 tahun ke atas. (4)

Kejadian hipertensi di Indonesia berkisar 2-18% di berbagai daerah. Jadi,

di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.

Dilihat dari jumlah penderita hipertensi yang terjadi di Indonesia jumlah ini

tersebar di beberapa provinsi termasuk di provinsi Jawa Barat.

Tingkat pevelensi di Jawa Barat mencapai 9,5%, sementara rata-rata

nasional 7,2% dan paling banyak terjadi pada Lansia. Berdasarkan data-data

dunia, Indonesia dan Jawa Barat, hipertensi sering terjadi pada kalangan lansia.
(5)

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun 2017,

jumlah penderita hipertensi pada lansia yang tercatat adalah 19.000 lansia.

Selengkapnya data hipertensi pada lansia di Kabupaten Sukabumi per Wilayah

adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Rekapitulasi Hipertensi Pada Lansia


Berdasarkan Wilayah Kabupaten Sukabumi
Pada Tahun 2017
No Wilayah Jumlah %
1 Wilayah 1 3637 19
2 Wilyah 2 3541 18
3 Wilayah 3 4817 25
4 Wilayah 4 1940 10
5 Wilayah 5 673 4
6 Wilayah 6 3504 18
7 Wilayah 7 888 6
Jumlah 19000 100
(Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, 2017)
3

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa wilayah 1 merupakan

wilayah kedua yang paling banyak terjadi hipertensi pada lansia setelah

wilayah 3.

Wilayah I terdiri dari 12 puskesmas. Data kejadian hipertensi pada lansia

tahun 2017 di Wilayah I bisa dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini :

Tabel 1.2

Jumlah Penderita Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Karawang


Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2017
No Wilayah 1 Jumlah penderita %
hipertensi
1 Geger bitung 862 24
2 sukaraja 43 1
3 limbangan 102 3
4 kebon pedes 0 0
5 cirenghas 26 1
6 sukalarang 21 1
7 karawang 497 14
8 kadudampit 273 7
9 cisaat 1282 35
10 salajambe 160 4
11 Gunung guruh 210 6
12 cibolang kidul 161 4
Jumlah 3637 100
(Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, 2017)
Berdasarkan Tabel 1.2 Menunjukkan bahwa di Kabupaten Sukabumi

Tahun 2017, terdapat 10 puskesmas dengan kasus Hipertensi pada lansia

tertinggi dengan jumlah total 3.637 jiwa yang terkena Hipertensi. Dan Desa

Karawang merupakan desa di Wilayah Kerja Puskesmas Karawang yang

memiliki kejadian hipertensi pada lansia yaitu sebanyak 497 atau 14%.

Data tentang 10 penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Karawang

Kabupaten Sukabumi Tahun 2018 dapat dilihat pada table 1.3 berikut ini :
4

Tabel 1.3

Data 10 Penyakit Dengan Kejadian Angka Tertinggi di Puskesmas


Karawang Kabupaten Sukabumi Pada Tahun 2018
No NAMA PENYAKIT JUMLAH KASUS
1 Command cold 692
2 Dyspepsia 536
3 Hipertensi 535
4 Tukak Lambung 512
5 Mialgia 506
6 Reumatik 399
7 Faringitis 365
8 Artritis 351
9 Sakit Kepala 318
10 Diare 201
Total 4.415
(sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018)

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa penyakit Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

termasuk ke dalam 10 besar penyakit tertinggi diurutan ke-3 dengan jumlah

535 jiwa dari jumlah total 4.415 jiwa. Angka ini cukup tinggi dan dapat

bertambah jika tidak segera diatasi.

Sedangkan kasus hipertensi pada lansia yang terjadi di Desa Karawang

Wilayah Kerja Puskesmas Karawang tahun 2016 sebanyak 216 orang dan pada

tahun 2017 sebanyak 273 orang.

Faktor-faktor penyebab terjadinya Hipertensi pada lansia di Desa

Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang dikarenakan banyak factor,

antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, stress,

obesitas, konsumsi garam, dan kebiasaan olahraga. Dari sekian banyak factor

tadi, faktor yang paling dominan menurut petugas kesehatan yang ada di

puskesmas adalah disebabkan karena kebiasaan asupan garam dan kebiasaan

merokok pada lansia terkait dengan penyakit hipertensi. (2)


5

Berdasarakan data hipertensi terbanyak dialami oleh lansia, kondisi ini

berhubungan dengan masa penurunan fungsi organ terutama jantung pada

lansia, dimana pada lansia sering terjadi aterosklerosis dari arteri-arteri utama,

terutama aorta dari akibat berkurangnya kelenturan dengan mengerasnya

arteri-arteri dan mengakibatkan kekakuan pada arteri. (6)

Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun.

Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia

dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya,

kontrol tekanan darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Oleh

karena itu, pembinaan kesehatan pada lanjut usia memerlukan penanganan

yang lebih serius karena terjadinya perubahan demografi, pergeseran pola

penyakit, dan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut. (5)

Penyebab Hipertensi Variable terikat adalah hipertensi pada usia lanjut,

dan variable bebas meliputi umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, kebiasaan

merokok, stress, obesitas, konsumsi garam, kebiasaan minum kopi, kebiasaan

olahraga. dari kesemua faktor penyebab tersebut hal yang mungkin untuk

dimodifikasi dan dirubah adalah faktor gaya hidup antara lain: kebiasaan

merokok, stress, obesitas, konsumsi garam, kebiasaan minum kopi, kebiasaan

olahraga. (2)

Adapun cara penanganan untuk menurunkan hipertensi adalah dengan

beraktifitas secara fisik dan olahraga cukup dan secara teratur. Kegiatan ini

secara terbukti dapat membantu menurunkan hipertensi, oleh karena itu

penderita hipertensi dianjurkan untuk berolahraga cukup dan secara teratur. (7)
6

Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengetahui “Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan

Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah

Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka didapatkan rumusan

masalah sebagai berikut: “Adakah Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam

dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa

Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun

2018”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok

dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Karawang Wilayah

Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini untuk mengetahui :


7

1. Mengetahui gambaran Asupan Garam pada Lansia di Desa

Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten

Sukabumi Tahun 2018.

2. Mengetahui gambaran Kebiasaan Merokok pada Lansia di Desa

Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten

Sukabumi Tahun 2018.

3. Mengetahui gambaran Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa

Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten

Sukabumi Tahun 2018.

4. Mengetahui Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dengan

Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja

Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

5. Mengetahui Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan

Kejadian Hipertensi di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas

Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara

Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian

Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas

Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018. Karena untuk mengetahui

apakah ada Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan

Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah


8

Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018. Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja

Puskesmas Karawang yaitu sebanyak 350 orang. Penelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan April tahun 2018 di Desa Karawang Wilayah Kerja

Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi. Metode penelitian ini

menggunakan pendekatan crossectional, dimana variable independen dan

variable dependen dapat diteliti secara bersamaan, untuk data penelitian

menggunakan data primer dan data sekunder, sedangkan instrument penelitian

yang dipakai adalah ketiga variable.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi ilmu

keperawatan serta meningkatkan wawasan pengetahuan dan sebagai

tambahan referensi kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut

dibidang keperawatan komunitas.

2. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk peneliti

berikutnya untuk mengetahui sejauh mana faktor-faktor yang

berhubungan sebagai sebab kejadian hipertensi.

3. Bagi Peneliti
9

Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam

mengaplikasikan teori-teori yang didapat dalam bentuk penelitian.

1.5.2 Praktisi

1. Bagi Lahan Praktek

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

meningkatkan kegiatan penyuluhan atau pemberian pendidikan

kesehatan tentang hipertensi.

2. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

pengetahuan dasar bagi lansia yang memiliki riwayat penyakit

hipertensi maupun yang sedang mengalami hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia (Lansia)

2.1.1 Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU

No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (8)

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia

(lansia) apabila usianya 60 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,

namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang

ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

dengan stress lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh

kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap

kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan

daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual. (9)

Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia

(lansia) dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun

merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia

yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan.

Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan

10
11

kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang

berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia

adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan

yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya. (10)

2.1.2 Batasan Usia

Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda,

umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Berikut dikemukakan beberapa

pendapat batasan usia lanjut, yaitu :

1. Organisasi kesehatan dunia, WHO :

1) Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2. Depkes RI dalam Maryam 2008 :

1) Pralansia (prasenilis), yaitu seseorang yang berusia antara 45-59

tahun.

2) Lansia, yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia risiko tinggi, yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan.

4) Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau

jasa.
12

5) Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

3. Dinas kesehatan Kota Sukabumi :

1) Kelompok pralansia 45-59 tahun.

2) Kelompok lanjut usia 60-69 tahun.

3) Kelompok lanjut usia risiko tinggi yaitu usia ≥70 tahun.

2.1.3 Klasifikasi Lansia

Dikatakan lansia apabila sudah berumur lebih dari 55 tahun, sesuai

umur pensiun pegawai negeri di Indonesia. Untuk negara-negara yang

sudah maju dengan keadaan ekonomi, keadaan gizi, dan kesehatan yang

telah baik, batas umur 65 tahun baru dikatakan lansia. Lansia dibagi

dalam lima klasifikasi, meliputi : (8)

1. Pralansia yaitu seseorang yang berusia antara 45–59 tahun.

2. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih.

4. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

5. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.4 Proses Menua

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan


13

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan

yang diderita. (11)

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita. Dan proses menua merupakan proses yang terus – menerus

(berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami

pada semua makhluk hidup.(12)

2.2 Konsep Dasar Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistol lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastol lebih besar dari 90 mmHg pada pemeriksaan dua kali atau

lebih pengukuran tekanan darah selama kontak dua kali atau lebih di

fasilitas kesehatan. (13)

Berdasarkan penyebab terjadinya hipertensi maka diklasifikasikan

menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi

esensial/primer/idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi

yang jelas. Mekanisme yang mendasari kelainan ini belum diketahui

secara pasti. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial.

Penyebabnya multifaktoral meliputi faktor genetik dan lingkungan.


14

Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap sodium, kepekaan

terhadap stress, reaktifitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor,

resistensi insulin dan kelainan mutasi gen. Sedangkan yang termasuk

faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi,

obesitas dan lain-lain. (6)

Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk

dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal

(hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan

dan lain-lain.

Sedangkan hipertensi krisis adalah situasi klinik dimana nilai

tekanan darah sangat tinggi atau lebih besar dari 180/120 mm Hg.

Hipertensi krisis dikategorikan menjadi hipertensi emergency atau

urgency. Hipertensi emergency adalah peningkatan tekanan darah yang

disertai kerusakan organ target akur atau progresif. Hipertensi urgency

adalah peningkatan tekanan darah tanpa injury organ target yang akut

atau progresif. (14)

2.2.2 Penyebab Hipertensi

Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial. Penyebabnya

multifaktoral meliputi faktor genetik dan lingkungan. Beberapa kelainan

genetik yang menyebabkan hipertensi primer adalah sensitifitas garam.

Mekanisme genetik terjadinya sensitifitas garam terhadap hipertensi

belum diketahui secara pasti. 30% orang kulit putih dengan fungsi ginjal

dan tekanan darah normal menderita sensitif terhadap garam


15

dibandingkan dengan 55% pasien kulit putih dengan hipertensi primer.

Orang kulit hitam dengan hipertensi mempunyai sensitif garam lebih

besar. (15)

Hipertensi karena sensitif garam diduga melalui beberapa

mekanisme. Garam mengaktifasi kontraksi otot polos pembuluh darah

melalui dua cara yaitu :

1. Garam merangsang protein G yang bertanggung jawab terhadap

aktifasi kinase rantai miosin sehingga terjadi phosphorylasi miosin

dan memulai kontraksi.

2. Garam merangsang Rho/Rho kinase yang menghambat fosfat rantai

miosin sehingga mencegah relaksasi pembuluh darah. (15)

Penyebab utama hipertensi sekunder adalah gangguan yang

berhubungan dengan kelainan ginjal dan sistem endokrin. Penyebab

endokrin di antaranya adalah penyakit tiroid, penyakit adrenal (sindrom

Cushing, aldosteronisme primer dan feokromositoma). Selain itu, klinisi

juga perlu memperkirakan penyebab sekunder lainnya seperti coarctatio

aorta, hipertensi karena kehamilan, sindrom obstructive sleep apnea,

hipertensi akibat obat-obatan, alkohol, kokain.

2.2.3 Faktor Risiko

Risiko hipertensi tergantung dari jumlah dan keparahan faktor risiko

yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang

tidak dapat dimodifikasi adalah genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.

Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi : stress, obesitas, nutrisi.


16

1. Faktor Genetik

Hipertensi esensial biasanya terkait genetik. Keluarga dengan

hipertensi mempunyai dua kali lebih besar terjadi hipertensi pada

anggota keluarganya. Gen terkait genetik adalah 11β-hydroxilase,

saluran natrium, 11β-hydroxilase dehidrogenase, reseptor

mineralokortikoid, dan lainnya. (15)

2. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan

umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50–60% mempunyai

tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini

merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang

bertambah usianya. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan

mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen

pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur

menyempit dan menjadi kaku. (6)

3. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria lebih besar dari

wanita. Wanita terlindung dari penyakit kardiovaskular sebelum

menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi

oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi


17

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis.

4. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari

pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara

pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar

renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih

besar.

5. Obesitas

Prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) ≥30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%

untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan

17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT ≤25 (status gizi normal

menurut standar internasional). Perubahan fisiologis dapat

menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan

darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia,

aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan

fisik pada ginjal. (16)

6. Pola asupan garam dalam diet

Berdasarkan penelitian ini, AHA (American Heart Association)

merekomendasikan pada hipertensi asupan Natrium yang ideal

adalah 1,5 gram sehari atau ekuivalen dengan 3,8 gram NaCl sehari.
18

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium

di dalam cairan ekstraseluler meningkat.

7. Merokok

Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat

meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan

ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,

meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan

oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung.

Nikotin terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah),

dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. (13)

8. Diabetes

Pada penderita diabetes, terjadi kerusakan pada lapisan endotel

arteri. Kerusakan sel endotel akan mencetus reaksi imun dan

peradangan sehingga akhirnya terjadi pengendapan trombosit,

makrofag, dan jaringan fibrosa. Sel-sel otot polos berproliferasi.

Penebalan dinding arteri menyebabkan hipertensi yang semakin

merusak sel-sel endotel. (17)

2.3 Hipertensi Lansia

2.3.1 Pengertian Hipertensi pada Lansia

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolic

atau sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah

serial 150/90 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia di atas

50 tahun memastikan hipertensi. (1)


19

Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan

sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (18)

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

hipertensi pada lansia adalah peningkatan tekanan darah dimana

tekanan sistoliknya ≥ 150 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi pada Lansia

Hipertensi pada lansia dibedakan menjadi : (19)

1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90

mmHg.

2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari

160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.

2.3.3 Etiologi

Berdasarkan penyebab pada lansia, hipertensi dibagi menjadi : (20)

1. Hipertensi primer (esensial) penyebab penyakit tersebut tidak

diketahui.

2. Hipertensi sekunder timbul akibat kondisi tertentu, misalnya

penyakit atau tumor (feokromositoma dan paraganglioma).

3. “Rebound hypertension”. Hipertensi ini terjadi karena penghentian

konsumsi obat antihipertensi. Kenaikan tekanan darah dapat lebih

tinggi dari sebelum diminumnya obat dan hipertensi yang timbul

dapat menimbulkan keadaan kedaruratan. Keadaan ini dapat

dihindari dengan mengurangi dosis obat secara bertahap, yang


20

bertujuan memberikan kesempatan pada tubuh untuk menyesuaikan

diri terhadap penurunan dosis obat tersebut.

4. Hipertensi resisten. Usia lanjut dan obesitas merupakan dua faktor

risiko yang mengkhawatirkan seperti yang terjadi pada masyarakat.

Hipertensi biasanya ditatalaksana dengan perubahan gaya hidup

dan obat-obatan. Jika tidak terdapat efek pada awal pengobatan,

peningkatan dosis atau penambahan obat lain diperlukan atau

dengan menggunakan obat pengganti lain.

2.3.4 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala hipertensi pada lansia, antara lain : (1)

1. Tidak ada tanda atau gejala sampai penyakit ditemukan selama

evaluasi masalah yang lainnya.

2. Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital, yang

berkurang secara spontan setelah beberapa jam gejala biasanya

terkait dengan hipertensi berat.

3. Pusing.

4. Kehilangan ingatan.

5. Keletihan.

6. Perubahan penglihatan.

7. Kesemutan pada kaki dan tangan.

8. Perdarahan hidung.

9. Mual dan muntah.


21

10. Nyeri dada dan dispnea.

2.3.5 Penatalaksanaan

Meskipun hipertensi esensial belum ada obatnya, obat-obatan dan

modifikasi diet serta gaya hidup dapat mengontrol tipe hipertensi ini.

Umumnya terapi non obat dicoba terlebih dahulu khususnya pada kasus

dini dan ringan. Jika terapi ini tidak efektif, penanganan dilanjutkan ke

tahap untuk memasukkan berbagai tipe anti hipertensi. Banyak lansia

yang menderita hipertensi dapat diobati dengan diuretic saja. (1)

Pendekatan diet. Hal ini dilakukan dengan pendekatan diet rendah

garam dan diet serat tinggi. Pola diet ini cukup efektif menangani

hipertensi. Pada penderita hipertensi selain pemberian obat-obatan anti

hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari

penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan

darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.

2.3.6 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih keras dan

membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung

dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung

dua kali dan meningkatkan risiko stroke delapan kali dibanding dengan

orang yang tidak mengalami hipertensi. (21)

Selain itu, hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung,

gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan


22

bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga

mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling

parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.

1. Penyakit jantung koroner dan arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh

akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal.

Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras

ini.

2. Payah jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana

jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh.

Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik

jantung.

3. Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke,

karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi

pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang

dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan

dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah

menyempit.

4. Kerusakan ginjal
23

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah

yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaringkotoran tubuh.

Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit

cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat

terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.

5. Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di

mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

2.3.7 Pencegahan Hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil

tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain

,dengan cara sebagai berikut : (22)

1. Mengurangi konsumsi garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr

garam dapur untuk diet setiap hari.

2. Menghindari kegemukan (obesitas)

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan

(BB) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika

berat badan lebih 10% dari berat badan normal.

3. Membatasi konsumsi lemak


24

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol

darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat

mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding

pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah

akan menyumbat pembuluh darah dan mengganggu peredaran darah.

Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak

langsung memperparah hipertensi.

4. Olahraga teratur

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap dan

menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga

yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot

tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang,

naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang

menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan

yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.

5. Makan banyak buah dan sayuran segar

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan

mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat

membantu menurunkan tekanan darah.

6. Latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau

ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan

dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang


25

damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan

dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.

7. Berusaha membina hidup yang positif

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan,

tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban

stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau

besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan

sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi.

Agar terhindar dari efek negatif tersebut, orang harus berusaha

membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup

yang positif adalah sebagai berikut :

1) Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah.

2) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu

untuk kegiatan santai.

3) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain

menyelesaikan bagiannya.

4) Sekali-kali mengalah, belajar berdamai.

5) Cobalah menolong orang lain.

6) Menghilangkan perasaan iri dan dengki.

2.4 Konsep Asupan Garam

Beberapa faktor yang merupakan bagian dari kebiasaan yang tidak sehat

adalah konsumsi junk food yang saat ini menjadi sangat popular di lingkungan
26

anak sampai orang dewasa. Saat ini terjadi perubahan pola konsumsi makanan

pada lansia dengan kecenderungan untuk memilih makanan yang mempunyai

komposisi tinggi kalori, tinggi lemak, rendah serat dan sebagainya.

Jenis makanan junk food banyak digemari oleh para lansia karena

makanan junk food dianggap lebih praktis, enak dan tidak menghabiskan waktu

lama sehingga dapat disajikan kapan dan dimana saja. Makanan junk food

mengandung natrium dalam jumlah yang besar yang dapat meningkatkan

volume darah di dalam tubuh sehingga jantung harus memompa darah lebih

kuat yang menyebabkan tekanan darah lebih tinggi (hipertensi).

Makanan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi lansia yang

secara alami memang sudah menurun dibandingkan usia dewasa, kebutuhan

gizi pada lansia umumnya mengalami penurunan lebih rendah karena adanya

penurunan metabolisme basal. Hal ini didukung oleh penelitian Erlyna, dkk

bahwa kebiasaan konsumsi makanan berlemak dan bergaram tinggi merupakan

faktor risiko terjadinya hipertensi.

Faktor selanjutnya yang mempunyai korelasi dengan kejadian hipertensi

adalah asupan natrium dan kalium yaitu jumlah rata-rata asupan natrium dan

kalium dalam sehari yang dinyatakan dalam mg/hari diperoleh berdasarkan

Food Frequency semi kuantitatif dengan bantuan Food Model selama satu

bulan terakhir.

Form FFQ semi kuantitatif digunakan untuk memperoleh data gambaran

jenis bahan makanan atau makanan olahan yang dikonsumsi responden selama

periode satu bulan terakhir. Food model digunakan untuk membantu peneliti
27

dalam menganalisis ukuran bahan makanan atau makanan olahan yang

dikonsumsi responden saat wawancara FFQ.

Food model yang digunakan yaitu food model berupa gambar jenis dan

ukuran beberapa produk makanan kemasan berdasarkan survei pendahuluan

terhadap produk makanan kemasan tinggi natrium atau sodium dan kalium.

Daftar komposisi natrium dan kalium didapatkan dari buku daftar

kelompok bahan makanan (DKBM), Dietetika, Krause’s Food and Nutrition

Therapy dan hasil survei makanan kemasan di pusat perbelanjaan Survei

pendahuluan dilakukan oleh peneliti di 12 tempat perbelanjaan yaitu

diantaranya Assalam Hypermarket, Luwes Gentan, satu Alfamart dan dua

Indomaret di Pajang, Minimarket Rifky, dan 6 toko klontong. Langkah-

langkah dalam pengambilan data asupan natrium dan kalium diperoleh dengan

wawancara kepada responden secara langsung dengan menggunakan form

FFQ.

Berdasarkan nilai maksimum asupan natrium responden yaitu 2735.80 mg

yang berarti asupan natrium responden termasuk dalam kategori lebih karena

berdasarkan AKG (2013) anjuran kebutuhan asupan natrium lansia sebesar

1500 mg.

Tingginya asupan natrium pada responden disebabkan karena terdapat

responden yang mengkonsumsi makanan sumber natrium tinggi seperti

indomie goreng 1x/minggu, roti isi coklat 2-4x/minggu, roti sisir 1x/minggu,

ikan asin 2-4x/minggu, telur ayam 2-4x/minggu serta penggunaan garam 2-

3x/hari. Natrium banyak dipergunakan dalam makanan dan dalam bentuk


28

bahan makanan yang lain. Bahan pangan baik nabati (sayuran dan buah-

buahan) maupun hewani (telur, daging, ikan) merupakan sumber alami

natrium. (23)

Umumnya pangan hewani mengandung natrium lebih banyak

dibandingkan dengan nabati. Namun, sumber utamanya adalah garam dapur,

penyedap rasa monosodium glutamat (MSG), serta bahan-bahan pengawet

yang digunakan pada pangan olahan sehari-hari, seperti kecap, makanan siap

saji serta makanan ringan.

Data bahan makanan yang diperoleh kemudian dihitung jumlah rata-

ratanya dalam sehari dengan satuan g/hari, selanjutnya dimasukkan dalam

nutrisurvey dan didapatkan kandungan asupan natrium dan kalium responden

sehari dalam satuan mg/hari. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan Angka

Kecukupan Gizi (2013) dengan kategori kurang 120%.

Tekanan darah tinggi disebabkan oleh retensi natrium dalam darah.

Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan menimbulkan efek

vasodilatasi sehingga menyebabkan retensi perifer total. Berdasarkan survei

pendahuluan prevalensi tekanan darah tinggi di Kelurahan Pajang sebesar 19%.

Mengetahui hubungan asupan natrium dan kalium dengan tekanan darah pada

lansia di Kelurahan Pajang.

2.4.1 Menurut Para Peneliti Asupan Garam

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terkait yang dilakukan oleh

Mike Rahayu Susanti dkk. (2017) Penelitian ini menunjukkan bahwa

35 (66%) lansia memiliki asupan natrium tergolong lebih, 53 (100%)


29

lansia memiliki asupan kalium tergolong kurang dan 34 (64,2%) lansia

memiliki tekanan darah sistolik tergolong tinggi dan 28 (52,8%) lansia

memiliki tekanan darah diastolik tergolong tinngi. Terdapat hubungan

asupan natrium dengan tekanan darah sistolik.

Asupan lemak dengan kejadian hipertensi didapatkan tidak ada

hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan kejadian

hipertensi (p=0,008). Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan

Ramayulis (2010) yang mengatakan pola makan yang salah dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah seperti kebiasaan

mengkonsumsi makanan berlemak terutama pada asupan lemak jenuh

dan kolesterol. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terkait yang

dilakukan oleh Sangadji & Nurhayati (2014) menunjukkan bahwa

proporsi kejadian hipertensi lebih tinggi pada responden yang sering

mengkonsumsi lemak lebih besar dibandingkan responden yang jarang

mengkonsumsi lemak. Berbeda dengan hasil penelitian ini, penelitian

yang dilakukan oleh Adiningsih (2012) menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi.

Asupan natrium dengan kejadian hipertensi didapatkan tidak ada

hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan kejadian

hipertensi (p=0,001). Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan

Susanto (2010) konsumsi natrium yang berlebih akan meningkatkan

ekstraselular dan cara untuk menormalkannya cairan intraselular ditarik

keluar sehingga volume cairan ekstraselulr meningkat dan akibat dari


30

meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah yang berdampak pada timbulnya

hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terkait yang

dilakukan oleh Mamoto dkk. (2012) hasilnya menunjukkan terdapat

hubungan yang bermakna antara asupan natrium dengan kejadian

hipertensi.

2.4.2 Pedoman Diet Garam Pada Penderita Hipertensi

Definisi Natrium adalah ion utama dalam cairan ekstraseluler

tubuh yang mempunyai fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam

basa tubuh serta berperan dalam transmisi syaraf dan kontraksi otot.

Garam sering dijadikan kambing hitam meningkatnya tekanan darah

oleh sebagian besar masyarakat. Anggapan ini bisa jadi

dilatarbelakangi karena garam hampir selalu digunakan dalam

masakan.

Garam dapur mengandung natrium yang dibutuhkan oleh tubuh

untuk menjalankan fungsi tubuh. Tubuh hanya membutuhkan natrium

500 mg/hari, sedangkan konsumsi garam orang indonesia sekitar 30-40

gram. Ginjal akan menahan natrium saat tubuh kekurangan natrium dan

sebaliknya saat kadar natrium tinggi, ginjal akan mengeluarkan

kelebihan natrium melalui urin. apabila fungsi ginjal tidak optimal,

kelebihan natrium tidak bisa dibuang dan menumpuk di dalam darah.

Volume cairan tubuh akan meningkat dan membuat jantung dan


31

pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa darah, tekanan

darah pun akhirnya meningkat. (25)

Fungsi Natrium berfungsi mengatur volume darah, tekanan darah,

kadar air, dan fungsi sel. Tetapi, konsumsi garam sebaiknya tidak

berlebihan.

Asupan natrium yang berlebihan terus menerus tentu akan memicu

tekanan darah tinggi. Penyerapan Sebagian besar natrium diserap oleh

usus halus dan hanya sedikit yang diserap oleh lambung. Dari usus,

natrium dialirkan oleh darah ke hati, kemudian ke ginjal untuk disaring

dan dikembalikan ke darah dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan

tubuh. (29)

Pengaruh terhadap penyakit asupan makanan sehari-hari umumnya

mengandung lebih banyak natrium daripada yang dibutuhkan tubuh.

Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh

melalui urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi sehingga terdapat

keseimbangan. Asupan natrium yang berlebihan dapat menyebabkan

gangguan keseimbangan tubuh sehingga menyebabkan oedema atau

asites.

Kebutuhan masing-masing orang akan garam berbeda-beda.

Banyak faktor yang bisa mempengaruhi, seperti aktivitas fisik, usia,

sekresi garam melalui urin, kepekaan individu terhadap garam, adanya

penyakit khusus, suhu, udara dan sebagainya.


32

Untuk penderita hipertensi berat diet rendah garam yang

disarankan adalah 200-400 mg Na/hari sedangkan untuk penderita

hipertensi tidak terlalu berat diet rendah garam yang disarankan 600-

800 mg Na/hari dan untuk penderita hipertensi ringan diet rendah garam

yang disarankan adalah 1000-1200 mg Na/hari.

Sebaiknya pasien hipertensi memiliki pengetahuan mengenai diet

rendah garam karena tingkat pengetahuan yang baik tentang diet

hipertensi akan mempermudah terjadinya perubahan prilaku dengan

mengontrol tekanan darah. Salah satu faktor penentu terjadinya

perubahan perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi (predisposing

factor) yang didalamnya termasuk pengetahuan mengenai diet

hipertensi. (30)

Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. Diet

garam rendah II (600‒800 mg Na) diet garam rendah dua diberikan

kepada pasien dengan oedema, asites, dan atau hipertensi tidak terlalu

berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah satu.

Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur

(dua gr).

Setiap penurunan berat badan 10 kg dapat mengurangi tekanan

darah sebesar 5‒20 mmHg. Begitu pula dengan diet rendah garam dapat

menurunkan 2‒8 mmHg. Latihan fisik atau olah raga teratur juga dapat

menurunkan tekanan darah 4‒9 mmHg. (29)


33

2.5 Pengaruh Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi

Sudah umum untuk diketahui bahwa kebiasaan merokok dapat

menyebabkan datangnya berbagai penyakit. Namun, tampaknya pengetahuan

tentang bahaya nikotin dan racun-racun pada rokok tidak cukup ampuh dalam

mengajak orang untk berhenti merokok. Zat-zat kimia beracun yang terdapat

dalam rokok seperti nikotin dan karbon monoksida. Zat yang terdapat dalam

rokok dapat merusak lapisan dinding pembuluh arteri berupa plak. Ini

menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dapat meningkatkan

hormon epinefrin yang bisa menyempitkan pembuluh darah arteri. Karbon

monoksidanya dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk

menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Kerja jantung yang lebih

berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah. (31)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang ditandai

dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal. Hipertensi sering

mengakibatkan keadaan yang berbahaya karena keberadaannya sering kali

tidak disadari dan kerap tidak menimbulkan keluhan yang berarti, sampai suatu

waktu terjadi komplikasi jantung, otak, ginjal, mata, pembuluh darah, atau

organ-organ vital lainnya. Gaya hidup dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

komponen yang berkaitan dengan kejadian hipertensi yaitu terdiri dari

merokok, merawat berat badan tetap ideal, aktif beraktivitas dan minum

alkohol. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipertensi dimana

merokok dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dan meningkatkan risiko

penyakit jantung dan stroke. (32)


34

Faktor risiko terjadinya hipertensi, secara umum terbagi menjadi faktor

risiko yang dapat dikontrol atau dapat diubah (changeable), seperti kegemukan,

kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam dan tidak dapat

dikontrol atau tidak dapat diubah (unchangeable), seperti keturunan, jenis

kelamin, dan usia. Data menunjukkan bahwa di dalam rokok mengandung

banyak bahan yang berbahaya bagi tubuh seperti nikotin dan tar.(33)

Semua orang mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan akibat rokok,

tetapi hampir setiap saat dapat ditemui banyak orang yang sedang merokok

bahkan perilaku merokok sudah sangat wajar dipandang oleh para kaum laki-

laki. (34)

Ada 3 fase klinik penting dalam kecanduan tembakau yaitu : mencoba,

kadang-kadang menggunakan, menggunakan setiap hari. Seperti penggunaan

zat-zat (substances) lainnya, terdapat beberapa faktor bagi remaja sehingga

mereka menjadi perokok, misalnya faktor psikologi, faktor biologi, faktor

lingkungan. (35)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 1

Januari 2016 kepada 9 orang lansia laki-laki yang menderita hipertensi di Desa

Muktiharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati, dari 9 orang tersebut 6

diantaranya mengatakan sebagai perokok berat dan 3 diantaranya pernah

merokok kemudian berhenti dimasa tuanya. Desa Muktiharjo terdiri dari 815

KK dan 2.836 jiwa, dari jumlah tersebut berdasarkan data Puskesmas

Margorejo didapatkan 152 lansia laki-laki menderita hipertensi dan 50 lansia

laki-laki diantaranya menderita hipertensi juga sebagai perokok aktif. (35)


35

2.6 Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori
Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok
dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja
Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada lansia.

1. Umur
Kejadian
2. Genetic
3. Jenis kelamin Hipertensi pada Lansia
4. Etnis
5. Obesitas
6. Pola asupan garam
7. Merokok
8. Diabetes
36
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variable

yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (36)

Berdasarkan penjelasan tersebut adapun kerangka konsep dari penelitian

ini hanya dibatasi Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan

Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah

Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2017 sehingga untuk

memudahkan dalam penelitian ini penulis membuat kerangka konsep seperti

dibawah ini :

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok dengan
Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas
Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

Variabel Independent Variabel Dependent

1. Kebiasaan Asupan Garam Kejadian Hipertensi


2. Kebiasaan Merokok

Keterangan :

: Yang diteliti

: Hubungan Variable

37
38

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap karakteristik populasi dan

dapat berdasarkan sampel. (8)

Hipotesis dikenal dalam 2 bentuk yaitu hipotesis kerja atau hipotesis

alternatif (H1) yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau

adanya perbedaan 2 variabel dan hipotesis nol sering disebut hipotesis statistik

(H0) yang menyatakan adanya perbedaan antara 2 variabel atau tidak adanya

pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan

Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang

Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun

2018.

Ha : Ada Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan

Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang

Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun

2018.

3.3 Definisi Operasional, Variebel, dan Cara Pengukuran

Definisi operasional adalah suatu konsep atau teori yang dapat diukur atau

diamati. Untuk menghindari timbulnya salah pengertian penelitian dan

meluasnya masalah dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, maka

penulis memberikan batasan-batasan pengertian sebagai berikut :


39

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur

Variabel Independent

Kebiasaan Kebiasaan yang Quesioner Membagikan 1) Rendah, Ordinal


Asupan dilakukan oleh angket tertutup apabila
Garam lansia dalam sesuai dengan mengkonsums
pembatasan sampel i garam ≤ 2
mengkonsumsi
gram
garam, maksimal
2 gr setiap hari 2) Sedang apabila
mengkonsums
i garam = 2
gram
3) Tinggi apabila
mengkonsums
i garam ≥ 2
gram. (22)
Kebiasaan Gaya hidup yang Quesioner Membagikan 1) Merokok Nominal
Merokok dilakukan oleh angket tertutup 2) Tidak
lansia setiap hari sesuai dengan Merokok.
dalam sampel
menghisap
tembakau.

Variabel Dependent

Kejadian Suatu kondisi Quesioner Observasi 1. Ya, terjadi Nominal


Hipertensi terjadinya Hipertensi
peningkatan (Spignomanometer apabila
tekanan darah )
tekanan
sistolic ≥ 150
darah
mmHg dan
diastolic ≥ 90 meningkat
mmHg. diatas 150/90
mmHg.
2. Tidak
Apabila
tekanan
darah
dibawah
150/90
mmHg. (1)
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik,

yaitu penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran hubungan tentang suatu keadaan objektif. Metode penelitian ini

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada situasi sekarang.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan

akurat sesuai situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual.

Dengan metode ini diharapkan dapat diketahui bagaimana Hubungan

Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian

Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas

Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

4.2 Variabel Penelitian

Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep

penelitian tertentu.

40
41

4.2.1 Variabel Independent (Variable Bebas)

Variable independent adalah variable yang mempengaruhi

variable dependent.

Variable independent dalam penelitian ini adalah Kebiasaan

Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok pada Lansia di Desa Karawang

Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun

2018.

4.2.2 Variabel Dependent ( Variable Terikat )

Variable Dependent adalah variable yang dipengaruhi oleh

variable independent.

Variable Dependent dalam penelitian ini adalah Kejadian

Penyakit Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja

Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh

lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang

Kabupaten Sukabumi dengan jumlah populasi 350 jiwa.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan


42

teknik pertimbangan atau purposive sampling. Dikatakan pengambilan

sampel berdasarkan pertimbangan bila cara pengambilan sampel

dilakukan sedemikian rupa sehingga kewakilannya ditentukan oleh

peneliti berdasarkan pertimbangan orang-orang yang telah

berpengalaman.

Apabila subjek (populasi) kurang dari 100 lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian penelitian

populasi. Tetapi jika subjek penelitiannya besar, dapat diambil antara

5-10% atau 20-25% atau lebih tergantung kemampuan peneliti dilihat

dari waktu, tenaga, dan dana. Pengambilan sampel menggunakan

rumus Slovin : (30)

𝑁
𝑛=
1 + N (d2 )

350 350
= = = 23,33 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 23
1 + 350 (0,2𝑥 0,2) 1 + 350 (0,04)

Keterangan :

n : Sampel

N : Jumlah populasi

d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia di Desa Karawang

Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi yang

memenuhi kriteria inklus :

1. Lansia laki-laki maupun perempuan kategori dewasa (>60 tahun).


43

2. Minimal pernah mendengar tentang kebiasaan asupan garam,

kebiasaan merokok dan hipertensi.

3. Lansia yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini

adalah dengan Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan bila cara pengambilan sampel dilakukan

sedemikian rupa sehingga kewakilannya ditentukan oleh peneliti

berdasarkan pertimbangan orang-orang yang telah berpengalaman.

Dalam penelitian ini sample yang digunakan yaitu sebanyak 23

responden.

4.4 Instrumen Penelitian

4.4.1 Jenis Instrumen

Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan

untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen penelitian

adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola,

dan menginterpretasikan informasi dari para responden yang dilakukan

dengan pola pengukuran yang sama. Instrument ini dapat berupa

kuesioner atau angket, formulir observasi, formulir-formulir lain yang

berkaitan dengan penetapan data lain. (37)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket

atau kuesioner yaitu kuesioner tertutup. Kuesioner ini berisi pertanyaan

tertutup yang telah disusun untuk mengukur variabel yang menjelaskan


44

hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam menggunakan skala likert,

yang mana jawabannya yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan jarang.

Dengan skor selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2) dan tidak pernah

(1). Sedangkan untuk variabel Kebiasaan Merokok dilihat dari merokok

dan tidak merokok dan untuk mengukur variabel hipertensi secara

langsung dengan mengukur tekanan darah dengan tensimeter dan

stetoskop.

Angket atau kuesioner merupakan suatu cara pengumpulan data atau

suatu penelitian mengenai masalah yang umumnya banyak menyangkut

kepentingan umum atau banyak orang. Angket selalu berbentuk

formulir-formulir yang berisikan pertanyaan-pertanyaan (question) maka

angket sering disebut kuesioner. (36)

Kuesioner ini di adopsi dari penelitian yang sudah di uji ke

validitasan nya di Desa Cikembar Wilayah Kerja Puskesmas Cikembar

Kabupaten Sukabumi Tahun 2017 oleh Muhamad Prayoga Saputra

dengan judul “Hubungan Gaya Hidup Lansia dengan Kejadian

Hipertensi di Desa Cikembar Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas

Cikembar Kabupaten Sukabumi Tahun 2017”

4.4.2 Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas

Validasi menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrumen

dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang

seharusnya diukur.
45

Validasi ini menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas dalam

suatu tes atau instrumen mampu mencerminkan keseluruhan atau

materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara

profesional.

Macam validitas umum yang digolongkan dalam 3 kategori

besar yaitu : validitas konstruksi (Construct Validity) , validitas isi

(Content Validity) ,dan validitas eksternal (Eksternal Validity).

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

korelasi person product moment (validasi konstruk) yaitu pengujian

validitas terhadap item (pertanyaan) dengan pengertian secara

umum bahwa sebuah item dapat dikatakan valid jika mempunyai

dukungan yang kuat terhadap skor total.

Berdasarkan hasil uji validitas 10 pertanyaan yang diajukan

kepada responden dengan hasil uji validitas ini telah dikatakan

valid dan alat ukur tersebut layak dan baik dijadikan sebagai alat

ukur penelitian. Dirumuskan sebagai berikut :

n ( ∑ 𝑋 𝑌 ) − ( ∑ 𝑋 ). ( ∑ 𝑌 )
𝑅𝑥𝑦 =
√𝑛. ∑ 𝑋 2 − ( ∑ 𝑋) 2 ). ( ∑ 𝑌2 − ( ∑ 𝑌 ) 2 )

Keterangan :

Rxy : Koefisien korelasi

Fxi : Jumlah skor item

Fyi : Jumlah skor total ( item )

N : Jumlah responden (11)


46

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran,

reliabilitas menunjukkan apakah pengukuran menghasilkan data

yang konsisten jika instrumen digunakan secara berulang. (26)

Untuk mencari reliabilitas pada penelitian ini menggunakan

koefisien reliabilitas Alpha Cronbach, yaitu :

𝑘 ∑ 𝜎𝑏²
𝑟11 = [ ][ ]
𝑘 − 1 𝜎𝑡²

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butiran pertanyaan

∑σb² : Jumlah varians butir

σt² : Varian total (11)

4.5 Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder :

4.5.1 Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari responden

dan biasanya belum diolah.

Data primer dari penelitian ini didapatkan dari hasil kuesioner

kepada responden lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas

Karawang Kabupaten Sukabumi 2018.


47

4.5.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara

tidak langsung dari objeknya tetapi melalui sumber lain baik lisan

maupun tulisan.

Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari instansi terkait

meliputi: perpustakaan Poltekes Yapkesbi Sukabumi dan perpustakaan

daerah Kota Sukabumi.

4.6 Pengolahan Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu langkah

yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari

penelitian masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa, dan belum

siap untuk disajikan. untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang

berarti dan kesimpulan yang baik diperlukan pengolahan data.

Data yang telah dikumpulkan di olah melalui tahapan sebagi berikut :

4.6.1 Penyunting (editing)

Setelah kuesioner terkumpul, kemudian kuesioner dipilih antara

yang drop out atau tidak. Kuesioner yang drop out adalah kuesioner

yang tidak lengkap, tidak konsisten dan tidak jelas.

4.6.2 Pemberian kode (coding)

Pemberian kode pada data demografi untuk variabel usia adalah

um, variabel jenis kelamin adalah jk, variabel pendidikan terakhir

adalah pt, variabel “ apakah responden pernah terpapar “sedangkan


48

untuk kuesioner pengetahuan diberi kode p 1 sampai 10 untuk

pertanyaan no 1-10.

4.6.3 Penyusunan data ( tabulating )

Dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan variable

yang diteliti, guna memudahkan dalam analisis.

4.6.4 Memasukkan data (data entry) atau processing

Memasukkan data yang telah ditabulasi kemudian diproses agar

data dapat dianalisis. Data yang diperoleh kemudian dimasukkan

kedalam master table dengan menggunakan software computer.

4.6.5 Pembersihan data (cleaning)

Melakukan pengecekkan kembali bahwa seluruh data yang

dimasukkan kedalam software statistic memiliki kesalahan atau tidak,

yaitu dengan mendeteksi data yang missing, mengetahui variasi data,

dan mendeteksi adanya data yang tidak konsisten.

4.7 Analisis Data

Analisa data menjelaskan tentang metode statistic yang digunakan dalam

menganalisa data hasil penelitian, termasuk didalamnya adalah perlu tidaknya

menggunakan uji statistic.

4.7.1 Teknik Analisa Univariate

Dilakukan untuk melihat gambaran masing-masing variable

penelitian, yaitu Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dan

Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa


49

Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi

Tahun 2018. Nilai persentase dikelompokkan menurut batasan sebagai

berikut :

𝐹
𝑃= 𝑥 100%
𝑁

Keterangan :

P : Persentase

F : Jumlah sesuai kategori

N : Jumlah seluruh responden

Hasil persentasi diatas diinterpretasikan dengan :

0% : Tidak satupun responden

1%-25% : Sebagian kecil responden

26%-49% : Kurang dari setengah responden

50% : Setengah responden

51-75% : Lebih dari setengah responden

76-99% : Sebagian besar responden

100% : Seluruh responden

4.7.2 Teknik Analisa Bivariate

Tujuan dari analisa bivariate adalah untuk membuktikan adanya

hubungan antara variable independen dengan variable dependen.

Analisa ini menggunakan metode uji statistic chi-square, dilakukan

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variable bebas dengan

variable terikat.
50

Untuk pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS.

Dengan p-value = 0,05 apabila didapatkan hasil penelitian dengan p-

value < 0,05 maka secara statistic terdapat hubungan yang bermakna

antara variable independen dengan variable dependen. Apabila p-value

> 0,05 maka tidak terdapat hubungan antara variable indepedent dengan

variable dependent.

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.8.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karawang Wilayah Kerja

Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi.

4.8.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12-18 April 2018.

4.9 Etika penelitian

Penelitian ini melibatkan manusia sebagai subjek penelitian, maka peneliti

harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Jika hal ini tidak

dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang

kebetulan sebagai klien. Prinsip etik menurut ANA (American Nurse

Association) yang berkaitan dengan peran perawat sebagai peneliti adalah

sebagai berikut :
51

4.9.1 Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada individu yang diteliti dan

memenuhi kriteria disertai judul penelitian.

4.9.2 Otonomi

Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam

menentukan nasibnya sendiri (independen). Hak untuk memilih apakah

ia disertakan atau tidak dalam suatu proyek penelitian dengan memberi

persetujuannya atau tidak memberi persetujuannya dalam informed

consent. Untuk itu sebelum pengisian kuesioner, subjek penelitian

diberikan penjelasan oleh peneliti terkait prosedur, tujuan, dan manfaat

penelitian, serta memberi kesempatan kepada subjek untuk bertanya

mengenai pertanyaan atau peryataan dalam kuesioner.

4.9.3 Beneficence

Peneliti berupaya agar penelitian yang dilakukan mengandung

prinsip kebaikan (promote good). Adapun manfaat penelitian

sebagaimana dijabarkan dalam bab 1 yakni mengidentifikasi tingkat

pengetahuan mahasiswa tentang bantuan hidup dasar dan bagi

mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

tentang bantuan hidup dasar.

4.9.4 Nonmaleficence

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian fisik dan psikis terhadap

subjek penelitian. Responden diminta mengisi kuesioner tanpa

diberikan intervensi lain.


52

4.9.5 Confidentiality

Peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan.

Untuk itu peneliti tidak akan menyebar luaskan identitas responden

kepada siapapun yang tidak berwenang kecuali atas ijin responden.

Kemudian setelah pengolahan data selesai, peneliti akan memusnahkan

data yang diperoleh dari responden.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian

yang dilangsungkan di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang

Kabupaten Sukabumi, berdasarkan data yang diambil pada tanggal 12 April sampai

tanggal 18 April 2017. Serta dikemukakan juga pembahasan tentang hasil penelitian

yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, gambaran univariate, bivariate

variable penelitian dan uji hipotesis.

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan Letak Geografisnya Desa Karawang berada di wilayah

Kecamatan Sukabumi Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat dengan luas

wilayah 484,015 Ha dengan ketinggian sekitar 600 Mdpl dengan suhu udara

berkisar antara 20 - 25 C,dengan curah hujan rata-rata perbulan 2.469– 300

mm/tahun.

Desa Karawang terdiri dari 12 Rukun Warga dan 37 Rukun Tetangga

yang terbagi dalam 4 Kedusunan yaitu: Kedusunan Karawang Wetan,

Kedusunan Karawang Girang, Kedusunan Karawang Kulon dan Kedusunan

Karawang Kidul, dengan jumlah penduduk sebanyak 7288 orang terdiri dari

Pria 3582 dan Wanita 3706 orang.

Keadaan umum wilayah Desa Karawang berbatasan langsung dengan

beberapa Desa lainnya baik dalam lingkup Kecamatan Sukabumi maupun

Kecamatan lainnya, dengan batas-batas sebagai berikut :

53
54

1. Sebelah Utara : Desa Perbawati.

2. Sebelah Timur : Desa Sudajaya girang

3. Sebelah Selatan : Desa Wanasari dan Desa Parungseah

4. Sebelah Barat : Sungai Cipada / Desa Undrus binangun

5.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dibagi menjadi 3 analisis yaitu gambaran univariate

variabel dan Bivariate variable penelitian dan uji hipotesis penelitian.

5.2.1 Analisa Univariat

Analisa univariat ini bertujuan untuk mengetahui distribusi

frekuensi dari variable yang diteliti yaitu kebiasaan asupan garam dan

kebiasaan merokok pada lansia, hasil univariat dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

1. Gambaran Asupan Garam

Hasil penelitian gambaran asupan garam, selengkapnya bisa

dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Gambaran Asupan Garam
di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang
Kabupaten Sukabumi Tahun 2018
No Asupan Garam Jumlah Persentase (%)
1 Rendah 0 0
2 Sedang 7 30,4
3 Tinggi 16 69,6
Total 23 100
(sumber : hasil kuesioner pada bulan april 2018 di desa karawang)
55

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar

Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang

Kabupaten Sukabumi mempunyai kebiasaan asupan garam

sebanyak 16 (69,6%) dan sebagian kecil mempunyai kebiasaan

asupan garam sebanyak 0 (0%).

2. Gambaran Kebiasaan Merokok

Hasil penelitian gambaran kebiasaan merokok, selengkapnya

bisa dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Gambaran Kebiasaan Merokok di Desa
Karawang Wilayah Kerja Pukesmas Karawang
Kabupaten Sukabumi Tahun 2018
No Kebiasaan Merokok Jumlah Persentase (%)
1 Merokok 16 69,6
2 Tidak Merokok 7 30,4
Total 23 100%
(sumber : hasil kuesioner pada bulan april 2018 di desa karawang)

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar

lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang

Kabupaten Sukabumi mengalami kebiasaan merokok sebanyak 16

orang (69,6%) dan sebagian kecil tidak merokok sebanyak 7 orang

(30,4%).
56

3. Gambaran Kejadian Hipertensi

Hasil penelitian gambaran kejadian hipertensi, selengkapnya

bisa dilihat pada tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Gambaran Kejadian Hipertensi di Desa
Karawang Wilayah Kerja Pukesmas Karawang
Kabupaten Sukabumi Tahun 2018
No Kejadian Hipertensi Jumlah Persentase (%)
1 Hipertensi 16 69,6
2 Tidak Hipertensi 7 30,4
Total 23 100%
(sumber : hasil kuesioner pada bulan april 2018 di desa karawang)

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar

lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang

Kabupaten Sukabumi mengalami kejadian hipertensi sebanyak 16

orang (69,6%) dan sebagian kecil tidak hipertensi sebanyak 7 orang

(30,4%).

5.2.2 Analisa Bivariate

Hasil analisa ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

antara kebiasaan asupan garam dan merokok dengan kejadian

hipertensi pada lansia di desa karawang wilayah kerja puskesmas

karawang kabupaten sukabumi. Analisa bivariat dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:


57

1. Hubungan Kebiasaan Asupan Garam dengan Kejadian

Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja

Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

Tabel 5.4
Hubungan Kebiasaan Asupan Garam dengan Kejadian
Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja
Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

Asupan Kejadian Hipertensi


Total P-
Garam Hipertensi Tidak Hipertensi
value
Lansia N % N % N %
Rendah 0 0% 0 0% 0 0%
Sedang 0 0% 7 100% 7 100%
Tinggi 16 100% 0 0% 16 100% 0,000
Total 16 69,6% 7 30,4% 23 100%
(sumber : hasil kuesioner pada bulan april 2018 di desa karawang)

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, diketahui bahwa dari 7 (100%)

responden dengan asupan garam rendah tidak di diagnosa hipertensi

sedangkan sebanyak 16 (100%) responden dengan asupan garam

tinggi di diagnose hipertensi.

Dari hasil uji statistic chi-square menggunakan aplikasi uji

statistic (SPSS17.0) di dapat hasil p value 0,000. karena p value

(<0.05) dengan demikian, maka Ho ditolak dan Hα diterima, artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara Kebiasaan Asupan

Garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang

Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun

2018.
58

2. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi

Pada Lansia Di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas

Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

Tabel 5.5
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Lansia Di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas
Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

Kejadian Hipertensi
Kebiasaan Total P-
Hipertensi Tidak Hipertensi
merokok value
N % N % N %
Merokok 13 100% 0 0% 13 100%
Tidak
3 30% 7 70% 10 100%
Merokok 0,000
Total 16 69.6% 7 30.4% 23 100%
(sumber : hasil kuesioner pada bulan april 2018 di desa karawang)

Berdasarkan Tabel 5.5 diatas, diketahui bahwa dari 13

responden dengan kebiasaan merokok sebanyak 13 responden

(100%) di diagnosa hipertensi. Dari 10 responden dengan kebiasaan

tidak merokok sebanyak 3 responden (30%) di diagnosa hipertensi

dan sebanyak 7 (70%) responden di diagnose tidak hipertensi.

Dari hasil uji statistic chi-square menggunakan aplikasi uji

statistic (SPSS17.0) di dapat hasil p value 0,000. karena p value

(<0.05) dengan demikian, maka Ho ditolak dan Hα diterima, artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara Kebiasaan Merokok

dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang

Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun

2018.

5.3 Pembahasan
59

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan

antara kebiasaan asupan garam dan kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi pada lansia di desa karawang wilayah kerja puskesmas karawang

kabupaten sukabumi tahun 2018, maka akan dibahas mengenai hasil

penelitian sebagai berikut:

5.3.1 Hubungan Kebiasaan Asupan Garam Dengan Kejadian Hipertensi

Pada Lansia Di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas

Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

Berdasarkan Tabel 5.4 diatas, diketahui bahwa dari 7 (100%)

responden dengan asupan garam rendah tidak di diagnosa hipertensi

sedangkan sebanyak 16 (100%) responden dengan asupan garam tinggi

di diagnose hipertensi.

Dari hasil uji statistic chi-square menggunakan aplikasi uji

statistic (SPSS17.0) di dapat hasil p value 0,000. Karena p value (<0.05)

maka H0 di tolak dan Ha diterima dengan kata lain bahwa ada

Hubungan Kebiasaan Asupan Garam dengan Kejadian Hipertensi Pada

Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang

Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2010)

konsumsi natrium yang berlebih akan meningkatkan ekstraselular dan

cara untuk menormalkannya cairan intraselular ditarik keluar sehingga

volume cairan ekstraselulr meningkat dan akibat dari meningkatnya


60

volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya

volume darah yang berdampak pada timbulnya hipertensi. (27)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terkait yang dilakukan

oleh Mike Rahayu Susanti dkk. (2017) Penelitian ini menunjukkan

bahwa 35 (66%) lansia memiliki asupan natrium tergolong lebih, 53

(100%) lansia memiliki asupan kalium tergolong kurang dan 34

(64,2%) lansia memiliki tekanan darah sistolik tergolong tinggi dan 28

(52,8%) lansia memiliki tekanan darah 60 iastolic tergolong tinngi.

Terdapat hubungan asupan natrium dengan tekanan darah sistolik. (24)

5.3.2 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada

Lansia Di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang

Kabupaten Sukabumi Tahun 2018

Berdasarkan Tabel 5.5 diatas, diketahui bahwa dari 13 responden

dengan kebiasaan merokok sebanyak 13 responden (100%) di diagnosa

hipertensi. Dari 10 responden dengan kebiasaan tidak merokok

sebanyak 3 responden (30%) di diagnosa hipertensi dan sebanyak 7

(70%) responden di diagnose tidak hipertensi.

Dari hasil uji statistic chi-square menggunakan aplikasi uji

statistic (SPSS17.0) di dapat hasil p value 0,000. karena p value (<0.05)

dengan demikian, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian

Hipertensi pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas

Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018.


61

Sudah umum untuk diketahui bahwa kebiasaan merokok dapat

menyebabkan datangnya berbagai penyakit. Namun, tampaknya

pengetahuan tentang bahaya nikotin dan racun-racun pada rokok tidak

cukup ampuh dalam mengajak orang untk berhenti merokok. Zat-zat

kimia beracun yang terdapat dalam rokok seperti nikotin dan karbon

monoksida. Zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan

dinding pembuluh arteri berupa plak. Ini menyebabkan penyempitan

pembuluh darah arteri yang dapat meningkatkan hormon epinefrin yang

bisa menyempitkan pembuluh darah arteri. Karbon monoksidanya

dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk menggantikan

pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Kerja jantung yang lebih berat tentu

dapat meningkatkan tekanan darah. (31)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

tanggal 1 Januari 2016 kepada 9 orang lansia laki-laki yang menderita

hipertensi di Desa Muktiharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati,

dari 9 orang tersebut 6 diantaranya mengatakan sebagai perokok berat

dan 3 diantaranya pernah merokok kemudian berhenti dimasa tuanya.

Desa Muktiharjo terdiri dari 815 KK dan 2.836 jiwa, dari jumlah

tersebut berdasarkan data Puskesmas Margorejo didapatkan 152 lansia

laki-laki menderita hipertensi dan 50 lansia laki-laki diantaranya

menderita hipertensi juga sebagai perokok aktif. (35)


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Penyusunan pembahasan dan telaahan analisa dijadikan data dasar dalam

merumuskan beberapa kesimpulan dan saran seperti yang akan diuraikan dibawah

ini :

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa:

6.1.1 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki asupan garam tinggi yaitu sebanyak 16 (69,6%) responden.

6.1.2 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 13 (56,5%) responden.

6.1.3 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki kejadian penyakit hipertensi yaitu sebanyak 16 (69,6)

responden.

6.1.4 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 7 (100%) responden

dengan asupan garam rendah tidak di diagnosa hipertensi sedangkan

sebanyak 16 (100%) responden dengan asupan garam tinggi di diagnose

hipertensi.

6.1.5 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 13 responden dengan

kebiasaan merokok sebanyak 13 responden (100%) di diagnosa

hipertensi. Dari 10 responden dengan kebiasaan tidak merokok sebanyak

62
63

3 responden (30%) di diagnosa hipertensi dan sebanyak 7 (70%)

responden di diagnose tidak hipertensi.

6.1.6 Berdasarkan hasil penelitian dan uji chi-square hubungan asupan garam

dengan kejadian hipertensi didapat hasil 0,000 dengan kata lain ada

hubungan kebiasaan asupan garam terhadap penyakit hipertensi pada

lansia usia >60 tahun di desa karawang wilayah kerja puskesmas

karawang kabupaten sukabumi tahun 2018.

6.1.7 Berdasarkan hasil penelitian dan uji chi-square kebiasaan merokok

dengan kejadian hipertensi didapat hasil 0,000 dengan kata lain ada

hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada

lansia usia >60 tahun di desa karawang wilayah kerja puskesmas

karawang kabupaten sukabumi tahun 2018.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Kebiasaan Asupan Garam dan

Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa

Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun

2018 dengan memperhatikan kesimpulan yang telah dikemukakan , penulis

menyarankan :

6.2.5 Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan bimbingan

konseling dan arahan melalui penyuluhan pada lansia agar mampu


64

melaksanakan pengurangan terjadinya hiupertensi pada lansia di

puskesmas karawang kabupaten sukabumi.

6.2.6 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan memperbanyak buku-buku edisi dan cetakan terbaru

diperpustakaan dan akses internet harus dilancarkan sehingga

mempermudah mahasiswa dalam penyusunan KTI dan tugas-tugas dari

dosen.

6.2.7 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapakn dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan

bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai Hubungan Antara

Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian

Hipertensi Pada Lansia.

6.2.8 Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan bagi para lansia tentang Hubungan Antara Kebiasaan Asupan

Garam dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada

Lansia agar kejadian hipertensi pada lansia berkurang.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https:
//media.neliti.com/media/publications. Jaime L. Stockslager, 2008. Diakses
pada tanggal 23 Maret 2018 Pukul 20: 00.
http://www.ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/view/9/8,wahyuningsih,
Wahyuningsih, 2010. Diakses pada tanggal 22 Maret 2018 Pukul 19: 00.
Yayasan Jantung Indonesia 2005. . Diakses pada tanggal 22 Maret 2018 Pukul 19:
00.
http://www.who.int/intity/substance_abuse/research_tools/en/indonesian_whoqolp
pdf. WHO. 2015. The World Health Organization Quality of Life
(WHOQUL)-BREF. Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 Pukul 20: 00.
______________________. 2015. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga.
www.depkes.go.id/index.html di akses pada tanggal 15 Maret 2013 pukul
20.00 WIB.
Brunner & Suddarth, 2010. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 1. Jakarta: EGC.
Wolff, Hanns Peter, 2008. Hipertensi, PT Bhuana Ilmu Popoler, Gramedia, Jakarta.
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http:
//nerssahara.blogspot.com/2013/05/lansia. Efendi, 2009 Diakses pada tanggal
23 Maret 2018 Pukul 20: 00.
http://repository.unissula.ac.id/3561/4/Daftar%20Pustaka.pdf. Potter&Perry,2009.
Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 Pukul 20: 00.
Darmojo, Boedhi. 2009. GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Nugroho, W. 2008. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta .
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https:
//obatalamidarahtinggi94.wordpress.com. JNC VII . Diakses pada tanggal 23
Maret 2018 Pukul 20: 00.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http:
//scholar.unand.ac.id/17441/4/DAFTAR. Kathryn, 2006. Diakses pada
tanggal 23 Maret 2018 Pukul 20: 00.
Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary. 2010. Manajemen (Edisi Sepuluh). Jakarta:
Erlanga.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http:
//repository.unimus.ac.id/1519/7/dapus.pdf&ved=0ahUKEwi8tr. Sylvia
Price, 2009. Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 Pukul 20: 00.
https://media.neliti.com/media/publications/163904-faktor-faktor-risiko-
hipertensi-sistolik.pdf. Marsha, 2010. Diakses pada tanggal 23 Maret 2018
Pukul 20: 00.
Smeltzer, S. C.,& Bare,G. B. (2005). Keperawatan Medical-Bedah Brunner &
Suddarth Vol 2Edisi ke-8. Jakarta: EGC.
Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC,
2008
Agoes, Azwar. Etiologi Hipertensi Lansia. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika, 2010.
Sustraini L. 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Gunawan, Lanny. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.
Abdurrachim, R., Hariyawati, I., dan Suryani, N. 2016. Hubungan Asupan Natrium,
Frekuensi Dan Durasi Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Lansia Di
Panti Sosial Tresna Wardha Budi Sewjahtera dan Bina Laras budi luhur
Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Journal of the Indonesian Nutrition
Association.
https://eprints.ums.ac.id/53191/1/1.%20NASKAH%20PUBLIKASI%20ILMIAH.
pdf. Mike Rahayu Susanti, 2017. Diakses pada tanggal 23 Maret 2018 Pukul
20: 00.
https://books.google.co.id/books?id=yMtGDwAAQBAJ&pg=PA79&lpg=PA79&
dq=daftar+pustaka+rama+yulis+2010&source=bl&ots=2MSJe5otwG&sig=i
s7CiRQVK61Nn9zYDOza98G6pW0&hl=id&sa=X&ved=2hUKEwij6ti8zln
aAhWBu4KHWGXA30Q6AEwCXoECAIQAQ. Ramayulis, 2010. . Diakses
pada tanggal 23 Maret 2018 Pukul 20: 00.
Adiningsih,ER 2012, Hubungan status gizi, asupan makan, karakteristik, responden
dan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada guru-guru sman di kota
tanggerang tahun 2012, Skripsi Pasca Sarjana, Universitas Indonesia Depok.
Susanto 2010. Awas tujuh penyakit degeneratif. Yogyakarta: paradigma Indonesia
Mamoto, F, Kandou, GC, Pijoh,VD 2012, ‘Hubungan antara asupan natrium dan
obesitas dengan kejadian hipertensi pada pasien poliklinik umum di
puskesmas Tumaratas kecamatan Lawongan Kabupaten Minahasa, hlm. 1-6.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-tiadahiani-5708-3-
babii.pdf. Di akses pada tanggal 26 maret 2018 pukul 20.00 WIB.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Marliani L, S Tantan. 2007. 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Ningsih. 2008. Hubungan Karakteristik Individu, Asupan Zat Gizi dan Gaya Hidup
Terhadap Kejadian Hipertensi pada orang dewasa di Depok tahun 2008.
Skripsi.Falkultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Astawan M. 2008. Cegah hipertensi dengan pola makan (serial online). Di akses:
29 mei 2015. http: //www.depkes.go.id
Susilo, Y & Wulandary,A. (2009). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:
C.V Andi Offset.
Subanada, Ida Bagus (2008). Pola Asupan Natrium. Jakarta: sagung seto .
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Metode Penelitian Keperawatan: 83: 2010,
Jakarta: Rineka Cipta.
Nasir, A. dkk. (2005). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta.
Nuha Medika.A
SURAT PENGANTAR RESPONDEN

Calon Responden Penelitian


di
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sri Lestari
NIM : 029P.A15.071
Status : Mahasiswa D3 Keperawatan Poltekes Yapkesbi Sukabumi
Saya adalah mahasiswa Program studi D3 Keperawatan Poltekes Yapkesbi
Sukabumi yang sedang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara
Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di Desa Karawang Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten
Sukabumi”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden,
kerahasiaan semua informasi yang telah anda berikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
Diharapkan anda menjawab dengan jujur tanpa menutupi hal yang
sebenarnya. Jika berkenan untuk menjadi responden dan terjadi hal–hal yang tidak
memungkinkan maka anda diperbolehkan mengundurkan diri untuk tidak menjadi
responden dalam penelitian ini.
Atas bantuan dan kerja sama siswa/siswi saya ucapkan terimakasih. Saya
berharap informasi ini dapat berguna, khususnya dalam penelitian.

Hormat Saya,

Mahasiswa Peneliti
INFORMED CONSENT
(SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


No Responden :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :

Dengan ini menyatakan (Bersedia/Tidak Bersedia) menjadi responden untuk


penelitian mahasiswa Politeknik Kesehatan Yapkesbi Kota Sukabumi yang
bernama :
Nama : Sri Lestari
Nim : 029P.A15.071

Dalam kegiatan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kebiasaan Asupan


Garam dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Sukabumi Tahun 2018”
mahasiswa Politeknik Kesehatan Yapkesbi Kota Sukabumi, tanpa ada paksaan dan
secara sukarela.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya
Sukabumi, ………………….. 2018
Mahasiswa Responden

SRI LESTARI ……………………..


029P.A15.071
KISI – KISI KUESIONER

Pengaruh Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok Terhadap

Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Usia Lanjut

Nomor Butir Jumlah Pertanyaan Positif / Pertanyaan Negatif /


Variabel Indikator
Item Item Favourabel Unfavourabel

Kebiasaan Pola Makan (asupan 1 s/d 7 7 5,6,7 1,2,3.4

Asupan garam)

Garam

Kebiasaan Pola Kebiasaan 8 s/d 10 3 8 9,10

merokok (Merokok)

Jumlah 10 10 4 6
INSTRUMEN PENELITIAN
Hubungan Antara Kebiasaan Asupan Garam dan Kebiasaan Merokok
Dengan Kejadian Hipertensi

No Responden : ……
Tekanan Darah : ………..mmHg

A. Karakteristik Responden

1. Umur : _________ tahun

2. Sakit : Tidak sakit :

3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Pendidikan : Tidak tamat SD/tidak sekolah

SD SMA

SMP Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan : Pensiunan/ tidak bekerja Bekerja

6. Sumber Informasi : Petugas Kesehatan

Media Cetak / Elektronik (TV, Radio,

Buku, Koran, Majalah, dll)

Teman, Keluarga
B. Kebiasaan Asupan Garam dan Merokok Pada Lansia

1. Berilah tanda (√ ) pada kolom SL – SR – KD – TP.

No Pertanyaan SL SR KD TP
POLA MAKAN (ASUPAN GARAM)
1 Anda mengkonsumsi ikan asin
2 Anda menggunakan garam kurang dari 2/3
sendok teh sehari
3 Anda mengkonsumsi jeroan
4 Anda suka mengkonsumsi gorengan
5 Anda suka mengkonsumsi sayur sayuran
6 Anda suka meminum air putih setiap hari
paling sedikit 8 gelas
7 Anda suka mengkonsumsi buah buahan
POLA KEBIASAAN (MEROKOK)
8 Anda tidak pernah merokok seumur hidup
anda
9 Anda selalu merokok di waktu luang.
10 Setiap selesai makan anda selalu merokok

Kuesioner ini di adopsi dari penelitian yang sudah di uji ke validitasannya di


Wilayah Kerja Puskesmas Cikembar Tahun 2017 oleh Muhamad Prayoga Saputra
dengan judul “Hubungan Gaya Hidup Lansia dengan Kejadian Hipertensi di Desa
Cikembar Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Cikembar Kabupaten Sukabumi
Tahun 2017”
Hasil analisis
Frequencies/ Univariat

Statistics

kebiasaan
merokok asupangaram

N Valid 23 23

Missing 0 0

Frequency Table
asupangaram

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sedang 7 30.4 30.4 30.4

tinggi 16 69.6 69.6 100.0

Total 23 100.0 100.0

kebiasaanmerokok

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid merokok 13 56.5 56.5 56.5

tidak merokok 10 43.5 43.5 100.0

Total 23 100.0 100.0


Crostab/ Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

MEROKOK * HIPERTENSI 23 100.0% 0 .0% 23 100.0%

ASUPANGARAM *
23 100.0% 0 .0% 23 100.0%
HIPERTENSI

MEROKOK * HIPERTENSI
Crosstab

HIPERTENSI

hipertensi tidak hipertensi Total

MEROKOK merokok Count 13 0 13

% within MEROKOK 100.0% .0% 100.0%

tidak merokok Count 3 7 10

% within MEROKOK 30.0% 70.0% 100.0%

Total Count 16 7 23

% within MEROKOK 69.6% 30.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 13.081a 1 .000

Continuity Correctionb 9.984 1 .002

Likelihood Ratio 16.050 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 23

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.04.

b. Computed only for a 2x2 table


ASUPANGARAM * HIPERTENSI

Crosstab

HIPERTENSI

hipertensi tidak hipertensi Total

ASUPANGARAM sedang Count 0 7 7

% within ASUPANGARAM .0% 100.0% 100.0%

tinggi Count 16 0 16

% within ASUPANGARAM 100.0% .0% 100.0%

Total Count 16 7 23

% within ASUPANGARAM 69.6% 30.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 23.000a 1 .000

Continuity Correctionb 18.519 1 .000

Likelihood Ratio 28.267 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 23

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.13.

b. Computed only for a 2x2 table


LEMBAR PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.


Taburan cinta dan kasihsayang-Mu telah memberikanku kekuatan,
membekaliku dengan ilmu
Serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta
kemudahan yang engkau berikan.
Akhirnya karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan.
Sholawat dan salam selalu terlimpahkan
Keharibaan Rasullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat


kukasihi dan kusayangi. . .

Mamah, Papah, dan Kakak Tercicinta


Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada
terhingga Kupersembahkan karya kecil ini kepada mamah, papah, dan
kakak yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan
cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas
dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan

My Best Friend’s
Seluruh temanku di prodi D3 Keperawatan angkatan 2015 terima
kasih atas bantuan, do’a, nasehat, hiburan, ojekkan, dan semangat
yang telah diberikan selama kuliah, aku tak akan melupakan semua
yang telah kalian berikan selama ini

Dosen Pembimbingku
Bapak Mohamad Sadli, SKM, MM.Kes. terimakasih banyak pak….,
saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya
tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari bapak dan ibu saya
juga mengucapkan terimakasih untuk seluruh staf dosen
di Poltekes Yapkesbi Sukabumi.

Serta semua pihak yang sudah membantu


selama penyelesaian skripsi ini…

“Keep your dreams, take a small action, and you’ll get a success”
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : SRI LESTARI

Tempat/Tgl Lahir : Sukabumi, 23 Mei 1997

Agama : Islam

Alamat : Kp. Cibogo RT. 02 RW. 01 Desa Cimenteng

Kecamatan Curugkembar Kabupaten Sukabumi

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

MI Cibitung : Tahun 2009

SMPN 1 Sagaranten : Tahun 2012

SMAN 1 Sagaranten : Tahun 2015

D III Keperawatan Poltekes Yapkesbi : Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai