Anda di halaman 1dari 66

HUBUNGAN LAMA MENDERITA HIPERTENSI

DENGAN PERILAKU KEPATUHAN


PENGOBATAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI
PUSKESMAS KARANG MEKAR BANJARMASIN
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan guna memenuhi sebagian syarat
Untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh
Tania Jannah
I1A014036

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
BANJARMASIN
Desember, 2017
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

“HUBUNGAN LAMA MENDERITA HIPERTENSI DENGAN PERILAKU

KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI

PUSKESMAS KARANG MEKAR BANJARMASIN”, tepat pada waktunya.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna

memperoleh derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat Banjarmasin. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr. Zairin Noor, dr. Sp.OT (K), MM yang

telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Dokter dr. Lena Rosida, M.Kes yang telah

memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

3. Kedua pembimbing dr. Ida yuliana, M.Biomed dan dr. H. Syamsul Arifin,

M.Pd, DLP yang berkenan memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian

karya tulis ilmiah ini.

4. Kedua dosen penguji dr. Adenan, M.Kes dan Hj. Lisda Hayatie, S.Ked,

M.Kes yang memberi kritik dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi

semakin baik.

vi
Universitas Lambung Mangkurat
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia

ilmu pengetahuan.

Banjarmasin, 13 Desember 2016

Tania Jannah

vii

Universitas Lambung Mangkurat


ABSTRAK

HUBUNGAN LAMA MENDERITA HIPERTENSI DENGAN


PERILAKU KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PASIEN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG MEKAR
BANJARMASIN

Tania Jannah

Pravelensi hipertensi di Kalimantan Selatan menempati urutan kedua tertinggi


secara nasional yaitu sebesar 30,8%. Kasus hipertensi di kota Banjarmasin tahun
2016 menjadi penyakit dengan angka kasus tertinggi sebanyak 80.850 kasus. Salah
satu puskesmas yang ada di Banjarmasin ialah Puskesmas Karang mekar, pada
tahun 2016 puskesmas ini tercatat memiliki persentase kunjungan tertinggi di
Banjarmasin. Permasalahan utama dalam pengobatan hipertensi adalah lama
menderita hipertensi terhadap perilaku kepatuhan. Salah satu foktor penyebab
adalah kepatuhan pengobatan yang berhubungan dengan lama menderita hipertensi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama menderita hipertensi
dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Karang
Mekar. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang
didapat secara accidental sampling. Hasil penelitian didapatkan distribusi lama
menderita hipertensi (>5 tahun) sebanyak 76%, tidak lama menderita hipertensi (≤5
tahun) sebanyak 24%, kepatuhan rendah sebanyak 68%, dan kepatuhan tinggi
sebanyak 32%. Hasil uji chi-square dengan tingkat kepatuhan didapatkan hasil p =
0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan terdapat hubungan lama menderita
hipertensi dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di
Puskesmas Karang Mekar.

Kata-kata kunci : hipertensi, lama menderita, kepatuhan pengobatan.

iv
Universitas LambungMangkurat
ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN HYPERTENSION SUFFERING


PERIOD WITH MEDICATION COMPLIANCE BEHAVIOR ON
HYPERTENSION PATIENTS IN KARANG MEKAR PUBLIC
HEALTH CENTER BANJARMASIN

Tania Jannah

Hypertension prevalence in South Kalimantan ranks second highest


nationally at 30.8%. Hypertension cases in Banjarmasin on 2016 became a disease
with the highest number for 80,850 cases. One of public health center in
Banjarmasin is Karang mekar public health center which in 2016 recorded the
highest visit percentage in Banjarmasin. The main problem in the hypertension
treatment is long suffering period from hypertension to compliance behavior. One
of the causative factors is medication compliance associated with suffering period
hypertension. The aim of this study was to determine the correlation between
suffering period from hypertension with medication compliance behavior in
hypertensive patients at Karang Mekar public health center. This research was
conducted by analytic observational method with cross-sectional approach. The
number of samples in this study are 50 people obtained by accidental sampling. The
result of the research shows the distribution of hypertension long suffering period
(> 5 years) are 76%, short suffering period (≤5 years) are 24%, low compliance
medication are 68%, and high compliance medication are 32%. The result of chi-
square test with the level of compliance got result p = 0,000. Thus, it can be
concluded there is a correlation between hypertension suffering period with
medication compliance behaviour of hypertensive patients in Karang Mekar public
health center.

Keywords: hypertension, suffer period, medication compliance.

v
Universitas LambungMangkurat
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

DAFTAR TABEL.................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5

E. Keaslian Penelitian ............................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi .......................................................................... 7

B. Perilaku Kepatuhan ........................................................... 18

C. Lama Menderita................................................................. 19

BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori .................................................................. 20

B. Hipotesis ........................................................................... 22

iv

Universitas Lambung Mangkurat


BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ........................................................ 23

B. Populasi dan Sampel.......................................................... 23

C. Instrumen Penelitian .......................................................... 24

D. Variabel Penelitian ............................................................ 24

E. Definisi Operasional .......................................................... 24

F. Prosedur Penelitian ............................................................ 26

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ...................... 27

H. Cara Analisis Data ............................................................. 28

I. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................... 29

J. Biaya Penelitian ................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 31

LAMPIRAN................................................................................................ 34

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR TABEL

Tabel ......................................................................................................... Halaman

1.1 Keaslian Penelitian ............................................................... 5

2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Umur ≥ 18 Tahun


menurut JNC VII ................................................................. . 8

2.2 Penyebab Hipertensi yang dapat Diidentifikasi ................... 10

2.3 Obat Antihipertensi Oral ..................................................... 13

4.1 Daftar Kegiatan dan Waktu Penelitian ................................ 29

vi

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR GAMBAR

Gambar .................................................................................................... Halaman

2.1 Algoritma Diagnosis Hipertensi ........................................... 11

2.2 Algoritma Tata laksana Hipertensi....................................... . 16

3.1 Kerangka Teori Hubungan Lama Menderita Hipertensi


dengan Perilaku Kepatuhan Pengobatan pada Pasien
Hipertensi............................................................................. 21

3.2 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Lama Menderita


Hipertensi dengan Perilaku Kepatuhan Pengobatan pada
Pasien Hipertensi ................................................................. 22

4.1 Prosedur Penelitian .............................................................. 27

vii

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ....................................................................................... Halaman H

1. Lembar Informed Consent Subjek Penelitian .............................. 35

2. Lembar Penjelasan Prosedur Penelitian ................................... 36

3. Kuesioner Penelitian.................................................................... 37

4. Rancangan Penyajian Tabulasi Data Penelitian .......................... 39

5. Surat Perizinan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik


Banjarmasin ................................................................................. 40

viii

Universitas Lambung Mangkurat


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 hipertensi

memberikan kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit

kardiovaskuler setiap tahun. Hal ini juga meningkatkan risiko penyakit jantung

koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke sebesar 24%. Data Global

Status Report on Noncommunicable Diseases 2010 dari WHO, menyebutkan 40%

negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju

hanya 35%. Kawasan Asia Tenggara, terdapat 36% orang dewasa yang menderita

hipertensi dan telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Jumlah penderita

hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksikan pada tahun 2025 sekitar 29%

atau sekitar 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. 1

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 tentang penyakit tidak menular

menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 25.8%

sehingga secara nasional terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.

Hipertensi juga merupakan penyebab kematian ke-3 di Indonesia pada semua umur

dengan proporsi kematian 6,8%.2 Kalimantan Selatan menempati urutan kedua

prevalensi hipertensi tertinggi secara nasional yaitu sebesar 30,8%. 3 Jika jumlah

penduduk Kalimantan Selatan menurut pusat data dan informasi (pusdatin)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2014 adalah 3.913.908 jiwa, maka

Universitas Lambung Mangkurat


2

penderita hipertensi saat ini adalah 1.205.483 jiwa. 3 Kasus hipertensi di kota

Banjarmasin tahun 2012 sebanyak 69.225 kasus, tahun 2013 sebanyak 64.621

kasus, tahun 2014 sebanyak 69.225 kasu, tahun 2015 sebanyak 75.579 kasus dan

pada tahun 2016 hipertensi menjadi penyakit dengan angka kasus tertinggi di

Banjarmasin sebanyak 80.850 kasus. Salah satu puskesmas yang ada di

Banjarmasin ialah Puskesmas Karang mekar, pada tahun 2016 puskesmas ini

tercatat memiliki persentase kunjungan tertinggi di Banjarmasin.4,5,6

Hipertensi merupakan keluhan yang sering ditemukan di pelayanan kesehatan

primer namun pengontrolannya belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif

banyak tersedia.3 Alasan utama pasien hipertensi gagal untuk mengontrol tekanan

darahnya adalah kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan, termasuk dalam hal

meminum obat secara rutin.7 Menurut laporan WHO, pada tahun 2003, rata-rata

kepatuhan pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara

maju hanya sebesar 50%, sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan

lebih rendah.8 Sekitar 50% dari pasien hipertensi tidak mematuhi anjuran petugas

kesehatan untuk mengonsumsi obat.9

Tingkat kepatuhan penderita hipertensi di Indonesia untuk berobat dan

kontrol cukup rendah. Semakin lama seseorang menderita hipertensi maka tingkat

kepatuhanya makin rendah, hal ini disebabkan kebanyakan penderita akan merasa

bosan untuk berobat (Ketut Gama et al, 2014).10 Penelitian yang dilakukan oleh

Suwarso (2010) menunjukan ada hubungan yang signifikan antara lama menderita

hipertensi dengan ketidak patuhan pasien penderita hipertensi dalam pengobatan.

Semakin lama seseorang menderita hipertensi maka cenderung untuk tidak patuh

Universitas Lambung Mangkurat


3

karena merasa jenuh menjalani pengobatan atau meminum obat sedangkan tingkat

kesembuhan yang telah dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. 11 Penelitian

yang di lakukan oleh Mulyasari (2016) pasien hipertensi memiliki kepatuhan yang

rendah sebesar 42%.12 Penelitian lain yang di lakukan oleh Wijayanti (2016) 60%

pasien hipertensi memiliki kepatuhan rendah terhadap kepatuhan minum obat

antihipertensi. 13

Perilaku kepatuhan di masyarakat tidak terjadi tanpa adanya hal-hal memicu

tindakan tersebut. Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu (1) faktor

pendorong (predisposing factors) faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya; (2) faktor-faktor yang

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan, yang dimaksud dengan

faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

kesehatan, misalnya: puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air,

tempat pembuangan sampah, tempat olah raga, makanan bergizi, uang dan sebagainya;

(3) faktor penguat, faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan. 14

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang

hubungan lama menderita dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien

hipertensi dalam rangka menurunkan angka kesakitan akibat hipertensi.

Universitas Lambung Mangkurat


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah

apakah terdapat hubungan lama menderita dengan perilaku kepatuhan pengobatan

pada pasien hipertensi di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat hubungan

lama menderita dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di

Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi hubungan lama menderita di puskesmas Karang Mekar

Banjarmasin.

b. Mengidentifikasi perilaku kepatuhan pasien hipertensi di puskesmas Karang

Mekar Banjarmasin.

c. Menganalisis hubungan lama menderita dengan perilaku kepatuhan

pengobatan pada pasien hipertensi di puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.

Universitas Lambung Mangkurat


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat teoritis yakni

memberikan gambaran secara umum tentang hubungan lama menderita dengan

perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi, serta sebagai tambahan

referensi penelitian, khususnya penelitian di bidang kesehatan masyarakat.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi bahan

evaluasi dan pertimbangan bagi instansi kesehatan dalam upaya peningkatan

kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi. Bagi masyarakat sendiri diharapkan

dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengetahuan mengenai kewaspadaan

pasien terhadap gejala-gejala atau dampak yang akan timbul.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan


(Tahun)
1 Yetti Hubungan antara - Variabel - Tingkat
Kristianingrum tingkat pendidikan terikat
, et al (2011)15 dan dukungan hipertensi pendidikan dan
keluarga terhadap - Subjek
kepatuhan berobat penelitian dukungan
pada penderita orang dengan
hipertensi di Hipertensi Keluarga
puskesmas - Kepatuhan
ngaliyan semarang berobat pada
hipertensi
2 Yossi Fitrina, et Hubungan - Variabel - Variabel bebas
16
al (2015) Karakteristik dan terikat karakteristik
Motivasi pasien hipertensi dan motivasi
Hipertensi - Subjek pasien
Terhadap penelitian hipertensi

Universitas Lambung Mangkurat


6

Kepatuhan dalam orang dengan


Menjalani Hipertensi
Pengobatan di - Kepatuhan
Puskesmas talang dalam
Kabupaten solok menjalani
pengobatan

3. Nidhya Dwie Hubungan - Kepatuhan - Variabel


Mulyasari Dukungan minum bebas
(2016)12 keluarga dengan obat dukungan
tingkat kepatuhan keluarga
minum obat - Subjek
antihipertensi penelitian
pada pasien lansia
wanita di
puskesmas
Karang Mekar
banjarmasin

Penelitian ini memiliki beberapa persamaan dengan penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya, diantaranya terletak pada variabel bebas, variabel terikat,

dan subjek penelitian. Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti tentang

hubungan lama menderita sebagai variabel bebas dengan perilaku kepatuhan

pengobatan pada pasien hipertensi sebagai variabel terikat. Rancangan penelitian

yang digunakan berupa penelitian observasional analitik.

Penelitian yang diajukan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang

terletak pada variabel bebas. Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan

variabel bebas yang beragam seperti hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

kepatuhan, hubungan antara tingkat pendidikan dan dukungan keluarga,sedangkan

penelitian ini menggunakan variabel bebas hubungan lama menderita hipertensi

dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

2003, hipertensi apabila terjadi peningkatan tekanan darah sistolik (SBP) ≥140

mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP) ≥90 mmHg. 17 Peningkatan tersebut

terjadi pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan

cukup istirahat atau tenang.17

Hipertensi adalah kondisi yang kompleks, kondisi tekanan darah secara

menetap berada di atas normal. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan

kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII, yaitu hasil pengukuran tekanan

darah sistolik ≥150 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. 18 Hipertensi

sering tidak menimbulkan gejala sehingga disebut sebagai silent killer, sementara

tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat

menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu

dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (kontrol tekanan darah).19

Universitas Lambung Mangkurat


8

2. Klasifikasi

Menurut WHO 2006, JNC VII mengklasifikasi hipertensi untuk usia > 18 tahun,

klasifikasi hipertensi tersebut dapat kita lihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Umur ≤ 18 Tahun

No. JNC 7 Tekanan darah Dan/atau Tekanan darah


Kategori sistolik diastolik
Tekanan (mmHg) (mmHg)

1. Normal <120 Dan <80


2. Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
3. Derajat 1 140-159 Atau 90-99
4. Derajat 2 ≥160 Atau ≥100

3. Etiologi

Menurut etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer

atau esensial dan hipertensi sekunder.20

a. Hipertensi primer

Penurunan ekskresi natrium pada keadaan tekanan arteri normal merupakan

peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium dapat

menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi

perifer sehingga tekanan darah meningkat.21 Sekitar 95% pasien dengan hipertensi

merupakan hipertensi esensial (primer).20

Penyebab hipertensi esensial ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi

faktor genetik dan lingkungan diyakini memegang peranan dalam menyebabkan

hipertensi esensial. Faktor lingkungan dapat memodifikasi ekspresi gen pada

peningkatan tekanan.22 Faktor genetik dapat menyebabkan kenaikan aktivitas dari

sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatik serta sensitivitas

Universitas Lambung Mangkurat


9

garam terhadap tekanan darah. Selain faktor genetik, faktor lingkungan yang

mempengaruhi antara lain yaitu konsumsi garam obesitas dan gaya hidup yang

tidak sehat serta konsumsi alkohol dan merokok. 22 Berikut beberapa faktor resiko

yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi primer yaitu:23

1. Faktor keturunan, data statistik menunjukkan bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk menderita hipertensi jika orang tuanya penderita

hipertensi.

2. Karakteristik seseorang, karakteristik yang dimaksud adalah umur, jenis kelamin,

dan ras. Semakin bertambahnya umur maka akan menyebabkan terjadinya kenaikan

tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan

wanita, serta angka angka statistik di Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi

pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang

kulit putih.

3. Kebiasaan hidup, Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan yang berlebihan, stress

dan pengaruh lain.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder diderita sekitar 5% pasien hipertensi. 22 Hipertensi

sekunder disebabkan oleh adanya penyakit komorbid atau penggunaan obat-obat

tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-obat tertentu, baik secara

langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat

hipertensi.20

Universitas Lambung Mangkurat


10

Tabel 2.2 Penyebab Hipertensi yang dapat Diidentifikasi20


No. Penyakit Obat-obatan
1. Penyakit ginjal kronis Kortikosteroid, ACTH
2. Hiperaldosteronisme primer Estrogen (biasanya pil KB dengan
kadar estrogen tinggi)
3. Penyakit renovaskular Sibrutamin
4. Sindroma Cushing NSAID, cox-2 inhibitor
5. Pheochromocytoma Fenilpropanolamine dan analog
6. Koarktasi aorta Cyclosporin dan tacrolimus
7. Penyakit tiroid atau paratiroid Eritropoetin
8. Antidepresan (terutama venlafaxine)
Ket: NSAID: non-steroid-anti-inflammatory-drug; ACTH: adrenokortikotropik hormon

4. Gejala klinis

Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala khusus sehingga

tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi. Hipertensi terkadang menimbulkan

gejala seperti sakit kepala terutama pada waktu bangun tidur dan kemudian hilang

sendiri beberapa jam kemudian, kemerahan pada wajah, cepat lelah, lesu, impotensi,

nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan epistaksis. 24,25 Gejala-gejala

tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan

dari penyakit hipertensi.25

5. Diagnosis

Penegakkan diagnosis hipertensi memerlukan beberapa tahapan pemeriksaan

yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang akan

diambil.26 Algoritma diagnosis hipertensi menurut Canadian Hypertension

Education Program. The Canadian Recommendation for The Management of

Hypertension 2014 dapat dilihat pada gambar 2.1.26

Universitas Lambung Mangkurat


11

Kenaikan pengukuran tekanan darah


(TD)-di klinik, diluar klinik

Bila Td selalu normal tinggi (130-139/85-89) pasien


harus dimonitor rutin setiap tahun
Kujungan hipertensi 1

Anamnesis, pemeriksaan Hipertensi urgensi/emergensi


fisik, dan uji diagnostik

Kujungan hipertensi 2
dalam 1 bulan
Diagnosis hipertensi
TD≥180/110 mmHg
ATAU TD 140-179/90-
109 mmHg dengan
kerusakan target organ

TD 140-179/90-109 mmHg

Pengukuran TD klinik ABPM (jika tersedia) HBPM (jika tersedia)

Kunjungan hipertensi 3

SBP≥ 160 atau DBP≥100 TD TD <135/85 SBP≥


(mmHg)  Diagnosis bangun bangun 135 atau
Hipertensi <135/85 ≥135/85 DBP
atau DBP≥ 85 Ulang ≥85
< 160/100 mmHg  ABPM HBPM
atau HBPM jika tersedia 24 jam 24 jam
<130/80 SBP≥130
(mmHg) DBP≥60 Bila
Kunjungan hipertensi 4-5
<135/85
SBP≥ 140 atau DBP≥ 90
(mmHg) Diagnosis
hipertensi Diagnosis Diagnosis
hipertensi hipertensi
<140/90 mmHg  Lanjutkan
kontrol
Lanjutkan kontrol Lanjutkan kontrol
Ket: HBPM: Home Blood Pressure Monitoring; ABPM: Ambulatory Blood
Pressure Monitoring

Gambar 2.1 Algoritma Diagnosis Hipertensi.

Universitas Lambung Mangkurat


12

6. Tatalaksana

Tujuan utama terapi hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas

yang berhubungan dengan hipertensi serta berkaitan dengan kerusakan organ target

(seperti kardiovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). Algoritma tatalaksana

hipertensi dapat dilihat pada gambar 2.1.18 Terapi hipertensi meliputi:26

a. Terapi nonfarmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan

darah, dan umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan

kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko

kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap

awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu

tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau

didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk

memulai terapi farmakologi.26

Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya melakukan modifikasi gaya

hidup seperti menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan dengan

menjaganya pada kisar body mass index (BMI) yaitu 18,5-24,9; mengadopsi pola

makan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) yang kaya dengan buah,

sayur, dan produk susu rendah lemak; mengurangi konsumsi garam yaitu tidak

lebih dari 100 meq/L; melakukan aktivitas fisik dengan teratur seperti jalan kaki 30

menit/hari; serta membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 kali/hari pada pria

dan 1 kali/hari pada wanita.18 Selain itu, pasien juga disarankan untuk

menghentikan kebiasaan merokok.20

Universitas Lambung Mangkurat


13

b. Terapi farmakologis

Penanggulangan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan

gaya hidup tekanan darah belum mencapai target (>140/90 mmHg) atau >130/80

mmHg pada diabetes atau penyakit ginjal kronik. Pemilihan berdasarkan

ada/tidaknya indikasi khusus. Bila tidak ada indikasi khusus pilihan obat juga

tergantung pada derajat hipertensi.27

Sesudah pemakaian obat antihipertensi, pasien harus melakukan follow-up

dan pengaturan dosis obat setiap bulannya atau sesudah target tekanan darah

tercapai. Serum kalium dan kreatinin harus dimonitor setidaknya satu sampai dua

kali pertahun. Sesudah target tekanan darah tercapai, follow-up dapat dilaksanakan

3-6 bulan sekali.27

Tabel 2.3 Obat Antihipertensi Oral18

No Golongan Obat Jenis Obat Kisaran Frekuensi


Antihipertensi Dosis Rata- Harian
rata Rata-rata
(mg/hari)
1. ACEI Benazepril 10-40 1
Kaptopril 25-100 2
Enalapril 5-40 1-2
Fosinopril 10-40 1
Lisinopril 10-40 1
Moekssipril 7,5-30 1
Perindopril 4-8 1
Quinapril 10-80 1
Ramipril 2,5-20 1
Trandopril 1-4 1
2. ARB Kandesartan 8-32 1
Eprosartan 400-800 1-2
Irbesartan 150-300 1
Losartan 25-100 1-2
Olmesartan 20-40 1
Telmisartan 20-80 1
Valsartan 80-320 1-2

3. Diuretik tiazid Klorotiazid 125-500 1-2

Universitas Lambung Mangkurat


14

Klortalidon 12,5-25 1
Hidroklorotiazid 12,5-50 1
Politiazid 2-4 1
Indapamid 1,25-2,5 1
Metolazon 0,5-5 1
4. Diuretik loop Bumetanid 0,5-2 2
Furosemid 20-80 2
Torsemid 2,5-10 1

5. Diuretik Amilorid 5-10 1-2


penahan
kalium
Triamteren 50-100 1-2

6. Antagonis Eplerenon 50-100 1


reseptor
aldosteron
Sprinolokton 25-50 1

7. BB Atenolol 25-100 1
Betaksolol 5-20 1
Bisoprolol 2,5-10 1
Metoprolol 50-100 1-2
Metoprolol 50-100 1
extended release
Timolol 20-40 2
Nadolol 40-120 1
Propranolol 40-160 2
Propanolol long- 60-180 1
acting
8. BB dengan Asebutolol 200-800 2
intrinsic
symphatomime
tic activity
Penbutolol 10-40 1
Pindolol 10-40 2
9. Kombinasi Karvedilol 12,5-50 2
penyekat alfa
dan beta
Labetolol 200-800 2

10. CCB Amlodipin 2,5-10 1


dihidropiridin
Felodipin 2,5-20 1
Isradipin 2,5-10 2
Nikardipin 60-120 2
sustained release

Universitas Lambung Mangkurat


15

Nisoldipin 10-40 1
11. CCB Dilitiazem 180-420, 1
nondihidropiri extended release 120-540
din
Verapamil 80-320 2
immediate
release
Verapamil long- 120-480 1-2
acting
Verapamil 120-360 1
12. Penyekat alfa-1 Doksazosin 1-16 1
Prazosin 2-20 2-3
Terazosin 1-20 1-2
Ket: ACEI : angiotensin converting enzyme, ARB : angiotensin receptor blocker,

CCB : calcium channel blocker, BB : beta blocker

Universitas Lambung Mangkurat


16

Modifikasi gaya hidup

Tidak mencapai sasaran tekanan darah (<140/90 mmHg atau <130/80


mmHg pada penderita diabetes atau penyakit ginjal kronik (CKD))

Pilihan obat untuk terapi


permulaan

Hipertensi tanpa indikasi khusus Hipertensi indikasi khusus

Hipertensi derajat 1 Hipertensi derajat 2 Obat-obatan untuk


(TD sistolik 140-159 (TD sistolik ≥ 160 mmHg indikasi khusus.
mmHg atau TD diastolik atau TD diastolik ≥ 100 Obat anti hiipertensi
90-99 mmHg) mmHg) lainnya (diuretik,
Umumnya diberikan Umumnya diberikan penghambat EKA,
diuretik gol. Thiazide. kombinasi 2 macam obat ARB, penyekat β,
Bis adipertimbangkan (biasanya diuretik gol. antagonis Ca) sesuai
pemberian penghambat Thiazide dan penghambat yang diperlukan
EKA, ARB, penyekat β, EKA, atau ARB atau
antagonis Ca atau penyekat β, atau antogonis
kombinasi. Ca)

Sasaran tekanan darah tak tercapai

Optimalkan dosis atau penambahan jenis obat


sampai target tekanan darah tercapai.
Pertimbangkan konsultasi dengan spesialis
hipertensi

Gambar 2.2 Algoritma Tata Laksana Hipertensi.

Universitas Lambung Mangkurat


17

7. Komplikasi

Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya

sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai

target organ tubuh yaitu otak (stroke), mata (retinopati hipertensi, kebutaan),

jantung (penyakit jantung koroner, infark miokard), serta ginjal (gagal ginjal

kronik). Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita

menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada

penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya. 27

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab

kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan

tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya

autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stres oksidatif, down regulation, dan

lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas

terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya

kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth

factor-β (TGF-β).20

8. Pencegahan

Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan : 1) intervensi untuk

menurunkan tekanan darah di populasi dengan tujuan menggeser distribusi tekanan

darah kearah yang lebih rendah. Penurunan TDS sebanyak 2 mmHg di populasi

mampu menurunkan kematian akibat stroke, PJK, dan sebab lain masing-masing

sebesar 6%, 4%, dan 3%. Penurunan TDS 3 mmHg ternyata dapat menurunkan

Universitas Lambung Mangkurat


18

kematian masing-masing sebesar 8%, 5%, dan 4%; 2) strategi penurunan tekanan

darah ditujukan pada mereka yang mempunyai kecenderungan meningginya

tekanan darah, kelompok masyarakat ini termasuk mereka yang mengalami tekanan

darah normal dalam kisaran yang tinggi (TDS 130-139 mmHg atau TDD 85-89

mmHg), riwayat keluarga ada yang menderita hipertensi, obsitas, tidak aktif secara

fisik, atau banyak minum alkohol dan garam.16

B. Perilaku Kepatuhan

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), kepatuhan adalah suatu

perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang

mentaati peraturan. Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap

intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan,

baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter. 28

Perilaku kepatuhan di masyarakat tidak terjadi tanpa adanya hal-hal memicu

tindakan tersebut. Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu (1) faktor

pendorong (predisposing factors) faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya; (2) faktor-faktor yang

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan, yang dimaksud dengan

faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

kesehatan, misalnya: puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air,

tempat pembuangan sampah, tempat olah raga, makanan bergizi, uang dan sebagainya;

(3) faktor penguat, faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan. 14

Universitas Lambung Mangkurat


19

C. Lama Menderita

Tingkat kepatuhan penderita hipertensi di Indonesia untuk berobat dan

kontrol cukup rendah. Semakin lama seseorang menderita hipertensi maka tingkat

kepatuhan makin rendah, hal ini disebabkan kebanyakan penderita akan merasa

bosan untuk berobat.30 Penelitian yang dilakukan oleh Suwarso (2010) menunjukan

ada hubungan yang signifikan antara lama menderita hipertensi dengan ketidak

patuhan pasien penderita hipertensi dalam pengobatan. Semakin lama seseorang

menderita hipertensi maka cenderung untuk tidak patuh karena merasa jenuh

menjalani pengobatan atau meminum obat sedangkan tingkat kesembuhan yang

telah dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. 31

Universitas Lambung Mangkurat


BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang memerlukan waktu lama dalam

proses pengobatan. Pasien penyakit kronis cenderung tidak mematuhi proses

pengobatan sesuai yang dianjurkan dan diberikan oleh tim medis. 32

Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah

meningkat secara kronis.14 Menurut JNC VII tahun 2003, individu dikatakan

hipertensi apabila terjadi peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg

dan tekanan darah diastolik (TDD) ≥90 pada dua kali pengukuran dengan selang

waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Hipertensi tidak dapat

disembuhkan tetapi hanya dapat dikendalikan melalui kontrol kesehatan secara

rutin, melakukan diet rendah garam dan mengonsumsi obat secara teratur. 17

Perilaku kepatuhan minum obat secara teratur merupakan tindakan nyata

dalam bentuk kegiatan yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri penderita

(faktor internal) maupun dari luar diri penderita (faktor eksternal). Faktor internal

meliputi umur yaitu dewasa dan lansia memiliki tingkat kepatuhan yang lebih

rendah dibandingkan anak dan remaja daripada remaja; jenis kelamin; pendidikan

yaitu pengetahuan pasien tentang kepatuhan pengobatan yang rendah dapat

menimbulkan kesadaran yang rendah dan berpengaruh pada cara pengobatan

berkaitan dengan keteraturan minum obat yang akibatnya dapat terjadi komplikasi

berlanjut; pekerjaan, sedangkan faktor eksternal yaitu, dukungan keluarga yaitu

20

Universitas Lambung Mangkurat


21

keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

keyakinan dan nilai kesehatan bagi individu serta memainkan peran penting dalam

program perawatan dan pengobatan; lama minum obat; efek samping obat; dan

jarak tempat tinggal.33 Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dibuat

kerangka teori dan kerangka konsep penelitian seperti pada gambar 3.1 dan gambar

3.2.

Faktor 1) Tingkat pengetahuan


Predisposisi (Predispo tentang hipertensi
sing Factors) 2) Motivasi berobat
3) Dukungan keluarga
1. Jenis Kelamin
2. Tingkat Pendidikan 4) Peran tenaga
Terakhir kesehatan
3. Status pekerjaan
4. Lama Menderita
Hipertensi
5. Tingkat Pengetahuan
Tentang Hipertensi
6. Motivasi Berobat
Faktor Pendukung
(Enabling Factors)
7. Keterjangkauan Perilaku Kepatuhan
Akses Ke Pelayanan Pengobatan
Menjalani Hipertensi
Kesehatan
8. Keikutsertaan
Asuransi Kesehatan

Faktor Pendorong
(Reinforcing Factors)
9. Dukungan Keluarga
10. PeranTenaga
Kesehatan

Gambar 3.1 : Kerangka Teori Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan


Perilaku Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Hipertensi.34

Universitas Lambung Mangkurat


22

Perilaku kepatuhan dalam


Lama menderita
pengobatan pada pasien
hipertensi
hipertensi

Variabel Bebas Variabel Terikat

1) Tingkat pengetahuan
tentang hipertensi
2) Motivasi berobat
3) Dukungan keluarga
4) Peran tenaga
kesehatan

Variabel Pengganggu

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan


Perilaku Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Hipertensi

B. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori di atas dapat dibuat hipotesis bahwa terdapat

hubungan lama menderita hipertensi dengan kepatuhan pengobatan pada pasien

hipertensi di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional dipilih untuk melihat

hubungan variabel terikat dan variabel bebas dalam waktu bersamaan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang menderita hipertensi dan

berobat di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin. Populasi tersebut harus

memenuhi beberapa kriteria, yaitu:

a. Usia di atas ≥ 45 tahun

b. Tingkat pendidikan terakhir tingkat pendidikan dasar

c. Memiliki asuransi kesehatan/peserta JKN yang PRB

d. Pasien hipertensi rawat jalan

e. Konsumsi satu jenis obat

2. Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah bagian dari populasi dengan

besar sampel minimal berdasarkan teori perhitungan besar sampel menurut pakar

metodologi Frankel and Wallen, yaitu minimal 50 orang yang digunakan pada

penelitian observasional analitik ini. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah accidental sampling yang pengambilan sampel dilakukan ketika kebetulan

23
Universitas Lambung Mangkurat
24

bertemu dan memilih siapa yang ada atau dijumpai. Sampel ini diambil dari seluruh

penderita hipertensi yang terdaftar di poli dewasa puskesmas Karang Mekar

Banjarmasin

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner tingkat kepatuhan

menjalani pengobatan menurut MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scales-

8) yang disertai dengan lembar informed consent dan lembar isian data responden.

Kuesioner tingkat kepatuhan minum obat menggunakan MMAS-8 (Morisky

Medication Adherence Scales-8) yang terdiri atas 8 pertanyaan mengenai frekuensi

kelupaan dalam minum obat, kesengajaan berhenti minum obat tanpa

sepengetahuan dokter, dan kemampuan diri untuk mengendalikan dirinya untuk

tetap minum obat. Kuesioner MMAS-8 berupa pertanyaan positif pada soal nomor

5 dan pertanyaan negatif pada soal nomor 1-4 dan 6-8.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama menderita hipertensi

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku kepatuhan pengobatan

pada pasien hipertensi.

Universitas Lambung Mangkurat


25

E. Definisi Operasional

1. Lamanya hipertensi adalah panjangnya waktu seorang pasien menderita

hipertensi, dihitung sejak pertama kali pasien mengalami tekanan darah

diatas normal. Penilaian tingkat lama menderita akan dikategorikan sebagai

skala nominal, yaitu:30

a. Pendek : ≤5 tahun

b. Panjang : >5 Tahun

2. Tingkat perilaku kepatuhan pengobatan hipertensi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah derajat kesesuaian seorang pasien dalam menjalani

aturan minum obat hipertensi yang diresepkan oleh dokter atau profesional

medis lain. Dapat dikatakan hipertensi apabila terjadi peningkatan tekanan

darah sistolik (SBP) ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP) ≥90

mmHg.18 Tingkat kepatuhan minum obat diukur menggunakan kuesioner

MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scales-8) dengan jawaban

responden terdiri atas:33

Ya = 0; tidak = 1 untuk pertanyaan nomor 1-4 dan 6-7

Ya = 1; tidak = 0 untuk pertanyaan nomor 5

Tidak pernah = 1; sekali-kali, kadang-kadang, biasanya, dan selalu=0 untuk

pertanyaan nomor 8

Penilaian tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi akan

dikategorikan sebagai skala ordinal, yaitu:33

Kepatuhan tinggi total score = 8

Kepatuhan rendah total score = <8

Universitas Lambung Mangkurat


26

F. Prosedur Penelitian

1. Persiapan

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dan surat izin

penelitian dari Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lambung

Mangkurat. Surat izin penelitian tersebut selanjutnya diajukan ke Perizinan Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Banjarmasin, kemudian meminta surat ke dinas

kesehatan kota Banjarmasin untuk melakukan studi pendahuluan ke Puskesmas

Karang Mekar sebagai tempat pengambilan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan

Penelitian akan dilaksanakan di poli umum/dewasa Puskesmas Karang Mekar

Banjarmasin. Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik accidental sampling

dengan jumlah minimal yaitu 50 orang. Selanjutnya dilakukan pendataan dengan

memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta persetujuan

responden untuk diikutsertakan dalam penelitian dengan menandatangani informed

consent. Peneliti kemudian memberikan penjelasan tentang cara pengisian

kuesioner, lalu responden akan diberikan waktu untuk mengisi kuesioner yang akan

diawasi dan dibantu oleh peneliti dan petugas kesehatan yang telah dijelaskan

mengenai tata cara penelitian ini sebelumnya.

3. Pelaporan

Kuesioner yang telah dijawab dan dikumpulkan oleh responden tersebut

kemudian akan diperiksa oleh peneliti dan data yang sudah terkumpul

dikelompokkan sesuai dengan variabel penelitian, selanjutnya akan dilakukan

analisis data.

Universitas Lambung Mangkurat


27

Perizinan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat


dan penerbitan ethical clearence

Perizinan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Banjarmasin

Perizinan Dinas Kesehatan Kota Madya Banjarmasin

Perizinan Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin

Subjek Penelitian yang memenuhi syarat diberi kuesioner

Informed consent

Pengisian kuesioner

Pengumpulan dan pengolahan data

Analisis data

Gambar 4.1. Prosedur Penelitian

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui kuesioner tentang lama menderita dan tingkat kepatuhan

menjalani pengobatan hipertensi yang dijawab oleh pasien hipertensi, sedangkan

data sekunder diperoleh dari puskesmas melalui buku register pasien yang

menderita hipertensi di poli dewasa dan digunakan sebagai data dasar untuk

menentukan sampel penelitian. Pengumpulan data-data tersebut dilakukan

langsung oleh peneliti di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.

Universitas Lambung Mangkurat


28

Setelah data diperoleh, maka terlebih dahulu diolah. Proses pengolahan data

tersebut diantaranya adalah editing, coding, processing atau entry, dan cleaning.

1. Editing

Kuesioner yang telah diisi oleh responden akan diperiksa oleh peneliti untuk

mengetahui apakah kuesioner telah diisi dengan lengkap dan jawaban yang ditulis

responden apakah jelas, relevan, dan konsisten.

2. Coding

Data yang berbentuk huruf dirubah menjadi data berbentuk angka. Proses ini

bertujuan untuk mempermudah peneliti pada saat entry data dan analisis data.

3. Processing atau entry

Setelah semua lembar kuesioner telah diperiksa dan dilakukan pengkodingan,

selanjutnya dilakukan pemasukan data ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Pemeriksaan kembali data yang telah dimasukkan ke dalam program

komputer untuk menghindari kesalahan.

H. Cara Analisis Data

Data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis data

pada penelitian ini dilakukan secara analitik dengan uji chi-square, dengan program

komputerisasi.

Syarat uji chi-square adalah:34,35

1. Skala pengukuran nominal atau ordinal dengan kategorikal

2. Data disusun dengan tabel kontingensi (2x2, 3x2, atau 3x4)

3. Jumlah sampel sebaiknya > 50

Universitas Lambung Mangkurat


29

4. Jika pada perhitungan ada ditemukan nilai harapan <5 sebesar 20%, pada tabel

kontingensi BxK (3x2) maka digunakan uji alternatif kolmogorov-Smirnov.

Dalam teknik ini peneliti menggunakan batas kemaknaan α = 0,05 dengan

confidence Interval (CI) = 95% yaitu:34,35

1. Bila p > α, Ho = ditolak, Ha = diterima. Maka terdapat hubungan lama

menderita dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di

Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.

2. Bila ≥ α, Ho = diterima, Ha = ditolak. Maka tidak terdapat hubungan lama

menderita dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di

Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan akan di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.

Waktu penelitian dilaksanakan pada periode bulan Agustus-Oktober 2017.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungam lama menderita

hipertensi dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di

Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin pada Bulan Agustus-Oktober 2017. Jumlah

sampel penelitian sebanyak 50 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi yang

dipilih dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian disajikan dalam dua

tingkatan analisis, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat

digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel penelitian yaitu

lama menderita hipertensi dan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien

hipertensi. Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan lama

menderita hipertensi dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi

di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.

A. Karakteristik Responden

Distribusi karakteristik umur responden yang telah mengisi kuesioner

penelitian dapat dilihat dari tabel 5.1 berikut ini :

30
Universitas Lambung Mangkurat
31

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Hipertensi di Puskesmas Karang Mekar


Banjarmasin

Karakteristik responden Jumlah (orang) Presentase %

Usia di Atas ≥ 45 tahun

1. 45-55 12 (24%)

2. 56-66 7 (14%)

3. 67-77 26 (52%)

4. 78-88 5 (10%)

Total 50 100%

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa distribusi karakteristik responden

hipertensi di Puskesmas Karang Mekar terdiri dari usia responden hipertensi

didominasi dari usia 45-55 tahun sebanyak 24% (12 orang), usia 56-66 tahun

sebanyak 14% (7 orang), usia 67-77 tahun sebanyak 52% (26 orang), dan usia 78-

88 tahun sebanyak 10% (5 orang).

Dapat dilihat bahwa diantara kategori kelompok umur, kelompok umur 67-

77 tahun memiliki distribusi terbanyak. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut

arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada

setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada

biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.38,39,40,41

B. Lama Menderita

Data penelitian tentang lama menderita responden yang mengalami hipertensi

di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.

Universitas Lambung Mangkurat


32

Tabel 5.2 Karakteristik Lama Menderita Hipertensi di Puskesmas Karang Mekar


Banjarmasin

Lama Menderita Frekuensi (n) Persentase (%)

Lama (>5tahun) 33 (66,0)


Tidak Lama (≤5tahun) 17 (34,0)
Total 50 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan lama menderita pada pasien hipertensi

di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin terbanyak lebih dari 5 Tahun yaitu

sebesar 66% (33 responden) dan kurang dari 5 Tahun sebesar 34% (17 responden).

Uraian lama menderita jika dilihat per item pertanyaan dapat dilihat pada gambar

5.1.

LAMA MENDERITA HIPERTENSI


30%
Jawaban Responden

25%
20%
15%
10%
5%
0%
10
1 Th 2 Th 3 Th 4 Th 5 Th 6 Th 7 Th 8 Th 9 Th
Th
persentase jawaban 22% 6% 2% 2% 2% 24% 18% 12% 10% 2%
Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Jawaban berdasarkan Kuesioner Lama menderita
hipertensi di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin Tahun 2017

Berdasarkan frekuensi jawaban responden per item diatas, sebagian besar

lama menderita hipertensi responden >5 tahun. Penelitian Adriansyah

menunjukkan bahwa semakin lama pasien tersebut mengidap penyakit hipertensi

Universitas Lambung Mangkurat


33

maka prevalensinya untuk tidak patuh menjadi semakin tinggi. 35 Hal ini mungkin

dikarenakan pasien yang bersangkutan telah jenuh menjalani pengobatan atau

meminum obatnya sedangkan tingkat kesembuhan yang telah dicapai tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Hal ini juga terkait dengan jumlah obat yang diminum,

pada umumnya pasien yang telah lama menderita hipertensi tapi belum kunjung

mencapai kesembuhan, maka dokter yang menangani pasien tersebut biasanya akan

menambah jenis obat ataupun akan meningkatkan sedikit dosisnya karena mungkin

saja akibat lamanya menderita penyakit ini maka penyakit komplikasi lainnya

sudah muncul.

C. Kepatuhan Pengobatan

Data penelitian tentang kepatuhan minum obat ini menggambarkan perilaku

responden untuk melaksanakan pengobatan sesuai dengan regimen yang telah

ditentukan oleh tenaga kesehatan yang pada penelitian ini diberikan pada pasien

yang mengalami hipertensi di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin. Hasil

analisis univariat pada variabel kepatuhan pengobatan di Puskesmas Karang Mekar

Banjarmasin dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Presentase Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas


Karang Mekar Banjarmasin Tahun 2017

Kepatuhan pengobatan Frekuensi (n) Persentase (%)

Rendah 26 (52,0)
Tinggi 24 (48,0)
Total 50 100

Frekuensi kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Karang

Mekar Banjarmasin terbanyak berkategori rendah yaitu sebesar 52% (26

Universitas Lambung Mangkurat


34

responden). Kepatuhan pengobatan yang rendah dapat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan yang rendah,hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah di lakukan

oleh Puspita yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan

terakhir dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi.36

Distribusi jawaban responden per item pertanyaan terhadap kuesioner

kepatuhan pengobatan di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin untuk

memperlihatkan persentase dari masing-masing jawaban “ya” pada soal kepatuhan

minum obat yang memiliki 8 pertanyaan negatif yang menunjukan ketidakpatuhan

responden. Distribusi jawaban responden pada kuesioner kepatuhan pengobatan

dijabarkan pada gambar 5.2.

KEPATUHAN MINUM OBAT


100%
90%
80%
Jawaban Responden

70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8
persentase jawaban "ya" 52% 66% 80% 48% 86% 68% 64% 50%

Gambar 5.2 Distribusi Frekuense Jawaban “Ya” Responden untuk Kuesioner


Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Karang
Mekar Banjarmasin Tahun 2017
Keterangan :
1. Kadang lupa minum obat
2. Dalam 2 minggu terakhir pasien tidak rutin minum obat
3. Mengurangi/berhenti minum obat saat kondisi parah
4. Lupa bawa obat saat berpergiaan

Universitas Lambung Mangkurat


35

5. Kemarin lupa minum obat


6. Tidak minum obat saat kondisi baik
7. Memiliki masalah mematuhi rencana pengobatan
8. Sering kesulitan mengingat penggunaan obat

Dari grafik jawaban responden faktor penyebab tertinggi tingkat perilaku

kepatuhan di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin yang rendah disebabkan tiga

faktor yang tertinggi yaitu pada pasien kemarin lupa minum obat, pasien

mengurangi/berhenti minum obat saat kondisi parah, pasien tidak meminum obat

saat kondisi pasien merasa lebih baik. Menurut Bustan, kepatuhan dapat dikaitkan

dengan berbagai faktor penyebabnya yaitu: alasan jenuh harus tiap hari minum obat

dan terus menerus; kesulitan meminum banyak obat (misalnya 3 kali sehari) dan

banyak setiap hari; alasaan efek samping (hiccup/batuk); alasan kesulitan

membawa obat saat keluar rumah atau dalam perjalanan; biaya yaitu

ketidakmampuan pasien untuk menebus obat. Akibatnya pasien tersebut cenderung

untuk tidak patuh dan kadang lupa meminum obat seperti di penelitian ini sebanyak

84%.37

D. Hubungan Lama Menderita dengan Perilaku Kepatuhan Pengobatan pada


pasien Hipertensi di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin

Hasil analisis bivariat untuk menganalisi hubungan lama menderita dengan

perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di puskesmas karang mekar

banjarmasin. Data analisis disajikan dalam bentuk tabel pada tabel 5.4

Universitas Lambung Mangkurat


36

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Hubungan Lama Menderita dengan
Perilaku Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas
Karang Mekar Banjarmasin
Kepatuhan Pengobatan Total P value
Lama
Menderita Rendah Tinggi
n % N % N %
Lama
23 (46) 10 (20) 33 (66) 0.000
(>5tahun)
Tidak lama
3 (6) 14 (28) 17 (34)
(≤5tahun)
Total 26 52 24 48 50 100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 17 responden yang menderita

hipertensi ≤ 5 tahun sebanyak 3 responden (6%) kepatuhan rendah dalam menjalani

pengobatan hipertensi dan 14 responden (28%) kepatuhan tinggi dalam menjalani

pengobatan hipertensi. Sedangkan dari 33 responden sudah menderita hipertensi >5

tahun sebanyak 23 responden (46%) dinyatakan kepatuhan rendah dan 10

responden (20%) kepatuhan tinggi dalam menjalani pengobatan hipertensi.

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square didapatkan hasil p value=0,000 yang

menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lama menderita hipertensi

dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Karang

Mekar Banjarmasin. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan

Puspita yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama menderita hipertensi

dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi dengan nilai

p=0,005.36

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwarso

(2010) yang menunjukan bahwa ada hubungan antara lama pasien mengidap

hipertensi terhadap ketidakpatuhan pasien hipertensi dengan nilai p velue=0,001.

Universitas Lambung Mangkurat


37

Hal ini berdasarkan hasil penelitian bahwa pasien yang menderita hipertensi >5

tahun cenderung tidak patuh dalam melakukan pengobatannya, sama halnya dengan

penelitian Suwarso, pada penelitian ini responden yang menderita hipertensi >5

tahun ditemukan lebih banyak untuk tidak patuh (52%) dalam melakukan

pengobatan hipertensi di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin.

Berdasarkan penelitian dilapangan responden yang menderita hipertensi ≤5

tahun 28% kepatuhan tinggi dalam menjalani pengobatan, sedangkan pada

responden yang sudah menderita hipertensi >5 tahun hanya 20% saja yang

kepatuhan tinggi menjalani pengobatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori

yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang menderita hipertensi maka

tingkat kepatuhanya makin rendah.10 Berdasarkan selama penelitian yang

dilakukan hal ini disebabkan kebanyakan penderita akan merasa jenuh menjalani

pengobatan sedangkan tingkat kesembuhan yang telah dicapai tidak sesuai dengan

yang diharapkan. Hal ini juga terkait dengan jumlah obat yang diminum, pada

umumnya pasien yang telah lama menderita hipertensi tapi belum kunjung

mencapai kesembuhan, maka dokter yang menangani pasien tersebut biasanya akan

menambah jenis obat ataupun akan meningkatkan sedikit dosisnya. Akibatnya

pasien tersebut cenderung untuk tidak patuh untuk berobat.

Oleh karena itu, pada penelitian ini menjelaskan penyebab sebagian besar

kepatuhan pengobatan responden rendah dapat dipengaruhi oleh lama mederita

yang panjang sehingga meyebabkan kejenuhan dalam menjalani pengobatan

hipertensi, efikasi diri seseorang juga mempengaruhi kepatuhan pengobatan, jika

tingkat efikasi diri rendah maka pasien akan tidak patuh dalam pengobatan

Universitas Lambung Mangkurat


38

hipertensinya sehingga pasien akan gagal dalam mengontrol tekanan darahnya,

sebaliknya jika tingkat efikasi diri tinggi pasien akan mematuhi pengobatan

hipertensinya, sehingga pasien sukses dalam mengotrol tekanan darah.

Selain lama menderita ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku kepatuhan yaitu keterjangkauan akses ke pelayanan kesehatan dan

Dukungan keluarga. Hal ini berdasarkan penelitian dan pernyataan responden

bahwa responden sering berobat ke puskesmas hanya sendiri dan tidak di temani

oleh keluarga ataupun kerabat terdekat. Dukungan keluarga sangat berpengaruh

terhadap kesehatan pasien hipertensi. Feuer Stein dkk dalam Tumenggung

mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan

seseorang dalam menjalankan terapi hipertensi. Salah satu faktor yang sangat

penting dan dapat mempengaruhi kepatuhan pasien adalah dukungan keluarga.42

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap

anggota keluarga yang sakit. Keluarga berperan sebagai motivator terhadap anggota

keluarganya yang sakit (penderita) sehingga mendorong penderita untuk terus

berpikir positif terhadap sakitnya dan patuh terhadap terapi yang dianjurkan oleh

tenaga kesehatan. Dukungan yang diberikan yaitu dukungan instrumental,

dukungan penilaian, dukungan informasional, dan dukungan emosional. 14 Hal ini

di perkuat dengan adanya penelitian dari Nidhya Dwie Mulyasari yang menyatakan

terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dan kepatuhan minum

obat antihipertensi pada pasien lansia wanita di Puskesmas Cempaka Banjarmasin

dengan nilai p = 0,000

Universitas Lambung Mangkurat


39

Menurut penelitian Adriansyah, pasien hipertensi sering lupa untuk

meminum obatnya. Oleh karena itu, dukungan informasional yang diberikan

keluarga berupa anjuran meminum obat secara teratur berpengaruh untuk

meningkatakan kepatuhan pasien hipertensi, selain itu hasil penelitian yang

dilakukan oleh Septia dkk memperlihatkan adanya dukungan yang diberikan oleh

keluarga dapat meningkatkan kepatuhan dalam pengobatan. 11,43 Menurut

Notoatmojo, sebelum individu mencari pelayanan kesehatan yang professional,

biasanya lebih dahulu meminta nasihat dari keluarga. Orang yang didukung

keluarga saat melakukan sesuatu seperti pengobatan, cenderung akan menuruti

peraturan yang ada.14 Oleh karena itu, keluarga perlu memberikan dukungan selama

pengobatan agar kepatuhan minum obat semakin meningkat, selain itu akan tercipta

kerjasama dalam pemantauan pengobatan dengan petugas kesehatan sehingga

kesehatan pasien dapat terkontrol.

Keterjangkuan akses ke pelayanan kesehatan juga berpengaruh terhadap

perilaku kepatuhan pengobatan karena sebagian besar responden di penelitian ini

untuk menuju ke pelayanan kesehatan harus berjalan kaki dan hal ini membuat

responden memiliki hambatan untuk melakukan pengobatan, sehingga

kemungkinan besar responden untuk tidak patuh semakin tinggi.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang berjudul hubungan lama

menderita hipertensi dengan perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi

di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar lama menderita hipertensi di Puskesmas Karang Mekar

Banjarmasin dikategorikan lama (>5 tahun) yaitu sebesar 66%.

2. Sebagian besar tingkat perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di

Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin dikategorikan rendah yaitu sebesar 52%.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara lama menderita hipertensi dan

perilaku kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Karang

Mekar Banjarmasin dengan nilai p value = 0,000

B. Saran

Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Karang Mekar Banjarmasin dapat lebih

meningkatkan lagi perilaku kepatuhan pasien hipertensi dalam pengobatan dengan

cara bekerjasama dengan keluarga pasien serta menunjuk salah satu anggota

keluarga untuk dijadikan sebagai pengawas pengobatan untuk pasien hipertensi

agar pasien tetap patuh untuk menjalani pengobatan dan memberikan himbauan

tentang pentingnya kontrol dan pengobatan hipertensi untuk meningkatkan perilaku

kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi.

40
Universitas Lambung Mangkurat
41

Bagi masyarakat khususnya para pasien hipertensi agar dapat lebih

memikirkan kesehatanya serta kesehatan anggota keluarganya dengan cara

membantu mengingatkan untuk mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur,

dan menunjuk salah satu anggota keluarga untuk dijadikan sebagai pengawas

minum obat antihipertensi.

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR PUSTAKA

1. WHO 2015. Regional Health Forum, WHO-South-East Asia Region. 2015.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan


Republik Indonesia (Riskesdas). Jakarta: Depkes; 2013

3. Kementerian Kesehatan RI. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI; 2014.

4. Bidang Penyakit Tidak Menular. Data Hipertensi Provinsi Kalimantan Selatan


2015. Banjarmasin; Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan; 2015.

5. Data kesehatan kota Banjarmasin. Profil Kesehatan Kota Banjarmasin 2015


Banjarmasin: Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin ; 2015

6. Data Kesehatan Kota Banjarmasin. Profil Kesehatan Kota Banjarmasin 2016.


Banjarmasin: Dinas kesehatan kota Banjarmasin ;2016

7. Costa RS, Nogueira LT. Family support in the control of hypertension. Rev
Latino-am Enfermagem setembrooutubro. 2008; 16(5): 871-876.

8. Riyanto A. Pengolahan dan analisis data kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika;


2011.

9. Evadewi PKR, Sukmayanti LMK. Kepatuhan mengonsumsi obat pasien


hipertensi di Denpasar ditinjau dari kepribadian tipe a dan tipe b. Jurnal
Psikologi Udayana. 2013; 1(1): 32-42.

10. Gama IK, Sarmidi IW, Harini IGA. Faktor ketidakpatuhan kontrol hipertensi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar. 2014; 1-8.

11. Adriansyah. Analisis faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien


Penderita Hipertensi pasa Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik, (Skripsi).
Medan : Universitas Sumatera Utara ; 2010

12. Mulyasari, ND. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan


minum obat antihipertensi pada pasien lansia wanita di puskesmas cempaka
(KTI). Banjarmasin : FK UNLAM ;2016

13. Wijayanti, M. Hubungan sikap dengan tingkat kepatuhan minum obat


antihipertensi pada pasien lansia wanita di puskesmas cempaka (KTI).
Banjarmasin : FK UNLAM ;2016

42

Universitas Lambung Mangkurat


43

14. Notoatmodjo, S. Metode Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010

15. Kristianingrum Y dan Budiyani K. Dukungan keluarga dan kepatuhan minum


obat pada orang dengan diabetes melitus. Psycho Idea. 2011; (2). 1693-1076

16. Fitrina Yossi, Rian Okta Harysko. Hubungan karakteristik dan motivasi pasien
hipertensi terhadap kepatuhan dalam menjalani pengobatan di puskesmas talang
kabupaten solok tahun 2015 (Skripsi). Bukittinggi : Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES YARSI SUMBAR; 2015

17. Chobanian AV, Bakris GK, Black HR, et al. The seventh report of the joint
national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high
blood pressure. Boston: US Departement of Health and Human Services; 2004.

18. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison C, Handler J, dkk.
2014 Evidence-Based guideline for the management of high blood pressure in
adults: Report from the Panel member Appointed to the Eight Joint National
Committee (JNC 8). JAMA. 2013; 322(5): 507-520.

19. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan


Republik Indonesia (Riskesdas). Jakarta: Depkes; 2012

20. Depkes RI. Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi. Jakarta: Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinis Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2006.

21. Robbins, L.S., Cotran, S.R. dan Kumar, V. Buku ajar patologi, Volume 2. Edisi
7. Jakarta: EGC; 2007.

22. Weber, M.A., Schiffrin, E.L., White, W.B., Mann, S., Lindholm, L.H.,
Kenerson, J.G., dkk. Clinical practice guidelines for the management of
hypertension in the community: a statement by the American society of
hypertension and the International society of hypertension. Journal of Clinical
Hypertension (Greenwich, Conn.). 2014; 16: 14–26

23. Patrick R. Steffen, Phd, Timothy B. Smith, Phd, Michael Larson, Bs, And Leon
Butler, Bs. Acculturation to western society as a risk factor for high blood
pressure: A Meta-Analytic Review. Psychosomatic Medicine. 2006; 68: 386–
397

24. Karyadi, E. Hidup bersama penyakit hipertensi, asam urat, jantung koroner.
Jakarta: Intisari Mediatama; 2006.

25. WHO 2013. A global brief on hypertension : silent killer, global public health
crisis. Geneva: World Health Organization Press; 2013.

Universitas Lambung Mangkurat


44

26. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman tatalaksana


hipertensi pada penyakit kardiovaskular, edisi 1. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2015.

27. Agarwal, V., Hans, N. dan Messerli, F.H. Effect of allopurinol on blood
pressure: a systematic review and meta-analysis. The Journal of Clinical
Hypertension. 2013; 5(6): 435-442.

28. Stanley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Alih Bahasa : Eny
Meiliya dan Monica Ester. Jakarta; Penerbit buku kedokteran : EGC

29. Osamor P.E. Social support and management of hypertension in South-west


Nigeria. Cardiovascular Journal Africa Of Africa. 2015; 26(1): 29-33.

30. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Rineka cipta : Jakarta;


2003

31. Morisky DE, Ang A, Krousel WM. Predictive validity of a medication


adherence measure in a outpatient setting. The Journal of Clinical Hypertension.
2008;(10): 348-354.

32. Sudibyo. Metode penelitian aplikasi penelitian bidang kesehatan. Surabaya:


Unesa University Press; 2009.

33. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Media;
2008.

34. Modifikasi teori Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010:59-60)

35. Adriansyah. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan


pasien penderita hipertensi pada pasien rawat jalan di RSU H. Adam Malik
Medan. 2009. [online] http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678/20926
/1.appendix.pdf. [diakses 25 Desember 2015]

36. Puspita, E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita


hipertensi dalam menjalani pengobatan (studi kasus di puskesmas Gunungpati
kota Semarang) [Tesis]. Semarang : Universitas Negeri Semarang; 2016.

37. Bustan MN. Epidemiologi: penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta;
2007.
38. Susalit E. Hipertensi Primer. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi Bb, at all. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI,
2001; 453-72

Universitas Lambung Mangkurat


45

39. Sigarlaki, H. J. O. 1995. Faktor-faktor resiko penderita hipertensi di RSU FK-


UKI [Tesis]. Jakarta : Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat;
1995.

40. Guidelines Committee (2003) European Society of Hypertension. European


society of cardiology guidelines for the management of arterial hypertension. J.
Hypertension 21: 1001-1053

41. Hans-Dieter Bundschu. DIGM Medical Jurnal 2005; Vol II: 25-29.

42. Tumenggung I. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan diet


pasien hipertensi di RSUD Toto Kabila kabupaten Bone Bolango; Politeknik
Kesehatan Gorontalo: 2013.

43. Septia A, Rahmalia S, Sabrian F. Hubungan dukungan keluarga dengan


kepatuhan minum obat pada penderita tb paru. Jom PSIK. 2011; 1(2).

Universitas Lambung Mangkurat


LAMPIRAN

46

Universitas Lambung Mangkurat


47

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Universitas Lambung Mangkurat


48

Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian

Universitas Lambung Mangkurat


49

Lampiran 3. Lembar Informed Consent Subjek Penelitian

Universitas Lambung Mangkurat


50

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Universitas Lambung Mangkurat


51

Universitas Lambung Mangkurat


52

Lampiran 5. Uji Chi-Square

Universitas Lambung Mangkurat


53

Lampiran 6. Foto Kegiatan Penelitian

Universitas Lambung Mangkurat


54

Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai