Oleh
Norjihan Aidilla Rahmania
I1A014025
iv
PERDARAHAN”, tepat pada waktunya. Salawat dan salam tak lupa pula penulis
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna
1. Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr. Zairin Noor, dr. Sp.OT(K).MM, yang
2. Ketua program studi pendidikan dokter dr. Lena Rosida,M.Kes yang telah
3. Kedua pembimbing, Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A(K) dan dr. FX. Hedriyono,
4. Kedua dosen penguji, Prof. Dr. dr. H. Ari Yunanto, Sp.A(K), IBCLC, SH
dan dr. Azma Rosida, Sp.PK yang memberi kritik dan saran sehingga karya
vi
6. Rekan penelitian, orang terdekat, sahabat, teman, dan semua pihak atas
penyusunan hasil penelitian. Tanpa kalian penelitian ini tidak akan selesai
pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia
ilmu pengetahuan.
Penulis
vii
Halaman
ABSTRAK............................................................................................ iv
ABSTRACT........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................... 5
B. Trombosit ............................................................................ 29
C. Perdarahan .......................................................................... 31
viii
A. Landasan Teori……………………………………………… 37
B. Hipotesis…………………………………………………….. 42
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 59
B. Saran .................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 61
LAMPIRAN………………………………………………………….... 65
ix
Tabel Halaman
Gambar Halaman
xi
Lampiran Halaman
5. Dokumentasi Penelitian................................................................. 76
xii
PENDAHULUAN
dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
ditandai dengan manifestasi demam akut hingga sindrom renjatan yang dapat
menyebabkan syok hingga kematian.1,2 Sekitar 2,5 miliar populasi dunia di negara
tropis dan subtropis berisiko terinfeksi virus dengue. Diperkirakan 500 ribu orang
menderita DBD dan hampir 90% pasien didominasi oleh anak berusia kurang dari
5 tahun dengan angka kematian 2,5%.3 Terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009,
2016 sebanyak 8.487 orang dengan jumlah kematian 108 orang dan golongan
terbanyak yang mengalami DBD yaitu usia 5-14 tahun sebesar 43,44%.5 Dinas
pasien DBD di Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 3991 orang dengan jumlah
DBD sebesar 52,7% dengan angka kematian 2,7% dari total pasien anak yang
Infeksi virus dengue pada sel endotel mengakibatkan kerusakan sel, sehingga
DBD menurut WHO yaitu trombositopenia dengan jumlah trombosit kurang dari
spontan yang umum ditemukan pada pasien DBD berupa petekie, purpura,
Pada penelitian yang dilakukan oleh Bashir AB et al. di Port Sudan terhadap
semakin rendah jumlah trombosit maka semakin berat derajat klinik DBD. 14
trombosit berlebih.15
DBD. Pasien DBD yang mengalami perdarahan memiliki rasio mortalitas 3-4 kali
lebih besar dibandingkan pasien tanpa perdarahan.9 Jika jumlah trombosit dapat
tingkat mortalitas penyakit DBD. Berdasarkan data rekam medis pasien anak di
trombositopenia tergolong tinggi yaitu sebesar 76,8% dari total pasien anak DBD
yang dirawat inap. Penelitian mengenai perbedaan jumlah trombosit antara pasien
anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin
belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, calon peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak DBD dengan
dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien anak DBD melalui
trombosit.
B. Rumusan Masalah
adalah apakah terdapat perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak DBD
Januari-Desember 2016?
C. Tujuan Penelitian
dengan kejadian perdarahan pada pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa
2. Mengetahui jumlah trombosit pada pasien anak DBD yang tidak mengalami
Desember 2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
mengetahui perbedaan antara jumlah trombosit pada pasien anak DBD dengan
perdarahan dan tanpa perdarahan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dengan jumlah trombosit dan kejadian perdarahan pada pasien anak DBD.
2. Manfaat praktis
penanganan pasien anak DBD dan dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas penyakit DBD. Bagi institusi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumber pustaka mengenai kejadian perdarahan pada pasien anak DBD di
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit antara Pasien Anak
Demam Berdarah Dengue dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di
RSUD Ulin Banjarmasin
penelitian tahun 2017 dan merupakan penelitian pertama yang dilakukan untuk
Instrumen penelitian yang dipergunakan adalah alat tulis, tabulasi penelitian, dan
buku registrasi rekam medis pasien anak DBD yang dirawat inap di RSUD Ulin
sampling dengan kriteria inklusi semua pasien anak berusia 0-18 tahun yang
didiagnosis DBD secara klinis dan telah melakukan pemeriksaan hitung jumlah
pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan. Selain itu, hasil
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
borne virus) akut yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
2. Epidemiologi
Sekitar 2,5 miliar populasi dunia di negara tropis dan subtropis berisiko
terinfeksi virus dengue. Diperkirakan 500 ribu orang menderita DBD dan hampir
90% pasien didominasi oleh anak berusia kurang dari 5 tahun dengan angka
bahwa bayi di bawah usia 1 tahun dan anak usia 4-9 tahun berisiko tinggi
mengalami DBD yang parah.18,19 Lebih dari 70% penduduk dunia yang berisiko
menderita DBD tinggal di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Kasus DBD di Asia
Tenggara didominasi oleh pasien anak, dan pada orang dewasa kejadian rawat
inap akibat DBD tinggi.20 Berdasarkan data epidemiologi, negara yang berada di
zona hujan tropis dan khatulistiwa seperti Indonesia, Myanmar, Sri Langka,
Thailand dan Timor Leste memiliki masalah kesehatan utama yaitu DBD.21
Terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan pada tahun 2010
dengan incidence rate (IR) DBD per 100.000 penduduk tertinggi di Indonesia
pada tahun 2015 yaitu Bali dengan IR 208,70, Kalimantan Timur dengan IR
186,12, Kalimantan Utara dengan IR 120,08, DIY dengan 92,96, dan Kalimantan
Februari 2016 sebanyak 8.487 orang dengan jumlah kematian 108 orang.
Golongan terbanyak yang menderita DBD di Indonesia adalah usia 5-14 tahun
dengan persentase sebesar 43,44%, sedangkan usia 15-44 tahun sebesar 33,25%.5
3. Etiologi
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus (Arbovirus grup B) dan famili
Flaviviridae. Virus dengue memiliki empat serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-
3 dan DEN-4. Virus DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang dominan,
namun virus DEN-3 yang berkaitan dengan kasus DBD berat. Virus dengue
memiliki ukuran panjang 17-25 milimikron dan termasuk virus icosahedral yang
mempunyai pembungkus luar (envelope icosahedral virus) dari grup virus RNA.24
4. Faktor risiko
dengue berupa faktor vektor, pejamu, agen dan lingkungan. Faktor vektor
lingkungan dan transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan
untuk faktor pejamu meliputi mobilisasi, paparan terhadap nyamuk, usia dan
sistem imun.25 Kelompok umur yang paling rentan terkena DBD adalah anak-
anak karena berhubungan dengan daya tahan tubuh yang masih rendah, mobilitas
yang tinggi dan aktivitas harian yang rata-rata sering dilakukan di dalam ruangan.
Virus dengue merupakan agen penyakit yang dapat meyebabkan penyakit DBD. 26
Selain faktor yang sudah disebutkan, faktor lingkungan juga memiliki peran yang
penting dalam penyakit DBD seperti curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan
perubahan curah hujan dan kelembaban suhu. Hal itulah yang juga berpengaruh
nyamuk.27
5. Klasifikasi
dalam dua kelompok yaitu infeksi virus dengue asimtomatik (tanpa gejala klinis)
dan simtomatik (disertai gejala klinis). Kemudian infeksi virus dengue simtomatis
dibagi dalam empat spektrum klinis yaitu undifferentiated febrile illness (sindrom
infeksi virus), demam dengue (DD), DBD dan expanded dengue syndrome.28
Bagan klasifikasi diagnosis dengue menurut WHO 2011 dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
primer virus dengue, ditandai dengan manifestasi demam sederhana yang tidak
dapat dibedakan dengan infeksi virus lain. Pada pasien DD dapat disertai maupun
derajat penyakit yaitu derajat I dan II untuk DBD tanpa syok, sedangkan derajat
III dan IV untuk sindrom syok dengue. Expanded dengue syndrome ditandai
dengan manifestasi yang tidak biasa yaitu adanya kerusakan organ seperti hati,
ginjal, otak atau jantung yang terjadi pada pasien DBD dan pasien DD.29 Adapun
menurut WHO pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi Infeksi Dengue dan Keparahan DBD oleh WHO 20113
6. Patogenesis
Patogenesis DBD sampai saat ini belum diketahui secara jelas, terdapat dua
teori yang paling sering dianut yaitu teori virulensi virus dan secondary
yaitu DEN1, DEN2, DEN3 dan DEN4. Virus dengue terdiri dari genom sRNA
dalam kemampuan virus untuk menginfeksi lebih banyak sel, membentuk virus
mekanisme efektor. Berdasarkan teori ini, orang yang terinfeksi virus dengue akan
sakit bila jumlah virulensi cukup kuat untuk mengalahkan sistem pertahanan
tubuh pejamu.31
Akibat dari infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda pada
seorang pasien, respon antibodi anamnesik yang terjadi dalam waktu beberapa
dengan menghasilkan titer antibodi IgG anti dengue yang tinggi. Disamping itu,
replikasi virus dengue juga terjadi dalam limfosit yang bertransformasi akibat
virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya kompleks
C5) yang menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a. Komplemen C3a dan C5a
ekstravaskuler. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang
sampai >30% yang berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini
dan terdapatnya cairan di jaringan ikat longgar khususnya di dalam rongga serosa
seperti efusi pleura dan asites. Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan
tipe antibodi yaitu kelompok monoklonal reaktif yang tidak mempunyai sifat
menetralisasi tetapi dapat memacu replikasi virus dan antibodi yang dapat
Dasar utama teori ini adalah reaksi imunologis, seperti sel fagosit
mononuklear yang menjadi tempat utama terjadinya infeksi primer virus dengue.
sel akan bertindak sebagai reseptor spesifik untuk tempat melekatnya virus
dengue pada permukaan sel fagosit mononuklear, setelah itu terjadi replikasi virus
di dalam sel fagosit mononuklear yang telah terinfeksi. Kemudian sel monosit
yang mengandung kompleks imun akan menyebar ke usus, hati, limfa dan
sumsum tulang. Sel monosit yang telah teraktivasi akan mengadakan interaksi
sistem koagulasi.12
dan ringannya penyakit. Semakin berat penyakit demam berdarah dengue maka
kadar komplemen akan semakin turun. Komplemen yang turun adalah C3, C3
proaktivator, C4 dan C5. Kadar anafilatoksin meninggi lalu menurun pada masa
penyembuhan, selain itu juga didapatkan histamin pada urin dan permeabilitas
e. Teori mediator
atau sitokin/monokin. Sitokin ini diproduksi oleh banyak sel terutama makrofag
necroting factor (TNF), leukimia inhibiting faktor (LIF) dan lain-lain. Mediator
mediator pada imunitas alami yang disebabkan oleh rangsangan zat yang
limfosit sebagai aktivator sel inflamasi non spesifik dan sebagai stimulator
IL-6 Endotoksemia
Aktivasi makrofag
Kompleks virus Produksi sitokin
antibodi Aktivasi endotel TNF-α
Akibat adanya monosit yang terinfeksi virus dengue atau antigen virus
dengue, limfosit mengeluarkan interferon (IFN-𝛼 dan 𝛾). Pada infeksi sekunder
virus dengue, limfosit T CD4+ berproliferasi dan menghasilkan IFN-𝛼 yang akan
mediator. Akibat adanya limfosit T CD4+dan CD8+ spesifik virus dengue, monosit
akan lisis dan mengeluarkan mediator yang menyebabkan kebocoran plasma dan
perdarahan. Teori ini memiliki konsep dasar bahwa semua serotipe virus dengue
mempunyai potensi yang sama terhadap berat ringannya gejala yang ditimbulkan,
tergantung dari serotipe yang paling virulen. 12 Patogenesis DBD berdasarkan teori
7. Manifestasi klinis
sirkulasi.13
Demam merupakan gejala utama yang terdapat pada semua kasus DBD,
demam bersifat tinggi dan mendadak disertai gejala klinik yang tidak spesifik
seperti anoreksia, lemah, nyeri punggung, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri
kepala.10 Selain itu, pada pasien anak terjadi gejala facial flush, radang faring serta
pilek.1 Manifestasi perdarahan yang sering ditemukan pada kasus DBD ialah uji
tourniquet positif, memar dan perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. 13
dinyatakan positif apabila pada satu inci persegi (2,8x2,8 cm) permukaan didapat
lebih dari 20 petekie.10 Epistaksis, perdarahan gusi dan perdarahan saluran cerna
hebat jarang ditemukan dan biasanya perdarahan hebat timbul setelah renjatan
yang tidak dapat diatasi. Perdarahan lain yang kadang-kadang ditemukan adalah
diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak berhubungan
dengan derajat penyakit. Pembesaran hati pada kasus DBD perlu diwaspadai
8. Diagnosis
laboratorium.3
1) Demam tinggi yang bersifat akut dan terus-menerus berlangsung 2-7 hari pada
banyak kasus;
denyut nadi lemah, tekanan nadi yang mengecil (≤20mmHg), hipotensi, akral
ditegakkan.3
1) Awal fase demam hitung leukosit mungkin normal dengan jumlah neutrofil
yang dominan. Sedangkan pada akhir fase demam terjadi penurunan jumlah
leukosit dan neutrofil sampai titik terendah. Periode kritis kebocoran plasma
dapat dideteksi pada saat terjadinya perubahan jumlah total leukosit (<5000
pada akhir fase demam dan dalam masa pemulihan juga terjadi peningkatan
2) Umumnya hitung jumlah trombosit normal pada awal fase demam, setelah itu
mendadak sampai <100.000/µL yang terjadi pada akhir fase demam sebelum
timbulnya syok atau penurunan suhu tubuh. Perubahan ini berlangsung singkat
3) Hematokrit umumnya normal pada fase awal demam, mungkin terjadi sedikit
peningkatan pada saat terjadi demam dengan suhu tinggi, anoreksia dan
dan 10 hari sakit. Kenaikan hematokrit terjadi pada semua kasus DBD,
penurunan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII dan antitrombin III.
kasus. Pada kasus yang parah dengan disfungsi hati ditandai dengan penurunan
sampai sepertiga dari kasus DBD. Waktu thrombin juga dapat memanjang pada
11) Hipokalsemia ditemukan pada semua kasus DBD, namun jumlah yang paling
12) Asidosis metabolik sering ditemukan pada kasus syok berkepanjangan yang
9. Tata laksana
kapiler dan perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD
dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DBD berat diperlukan
perawatan intensif.10 Adapun jalur triase kasus tersangka infeksi dengue oleh
Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase perjalanan penyakit infeksi
dengue, seperti : tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama
masa transisi ke fase bebas demam, muntah yg menetap, tidak mau minum, nyeri
pusing/perasaan ingin terjatuh, pucat, diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam dan
akral dingin/lembab 29
Cairan intravena diberikan apabila pasien tidak dapat asupan yang adekuat
meskipun dengan rehidrasi oral, ancaman syok atau sedang dalam keadaan syok. 29
Adapun kebutuhan cairan berdasarkan berat badan ideal dan kecepatan pemberian
1) Fase demam
Terapi untuk fase demam terdiri atas terapi medikamentosa dan suportif.
jika ada perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan. Sedangkan untuk
terapi suportif pada DBD fase demam dapat berupa : cairan peroral ditambah
cairan intravena rumatan per hari + 5% defisit diberikan untuk 48 jam atau lebih
2) Fase kritis
Fase kritis adalah waktu transisi saat suhu turun yang umumnya terjadi pada
hari ke 3-5 fase demam. Pasien harus diawasi ketat terhadap kemungkinan
3) Fase penyembuhan
cairan oral, serta pemantauan tiap 12-24 jam. Adapun kriteria untuk memulangkan
antipiretik, nafsu makan kembali normal, terjadi perbaikan klinis, tidak ada
demam, tidak ada distres pernafasan, nadi teratur, diuresis baik, minimum 2-3 hari
setelah sembuh dari syok, tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak
1) Cairan: 20 ml/kg cairan bolus dalam 10-15 menit, bila tekanan darah sudah
2) Bila syok belum teratasi setelah resusitasi 10ml/kg pertama dapat diulang
dengan 10 ml/kg lagi, akan tetapi dapat juga diberikan bersama koloid 10-
Apabila jalur intravena tidak dapat diberikan segera, coba berikan cairan
elektrolit per oral bila pasien sadar dan dapat minum. Jalur intraosseus dilakukan
dalam keadaan darurat atau setelah dua kali kegagalan mendapatkan jalur vena
perifer atau setelah gagal pemberian cairan melalui oral. Pemberian cairan
darah darurat tidak dapat ditunda sampai hematokrit turun terlalu rendah. Bila
darah yang hilang dapat dihitung, harus diganti sesuai volume darah yang
hilang. Apabila tidak dapat diukur, berikan 10 ml/kg darah segar atau 5 ml/kg
dapat digunakan;
10. Komplikasi
hepatospelomegali, efusi pleura dan asites. 33 Selain itu DBD juga dapat
dan stroke (hemoragik dan iskemik); (3) pasca infeksi DBD dapat menimbulkan
11. Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DBD ialah (1) langsung melakukan
lingkaran penularan dengan menekan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah
tinggi.16
12. Prognosis
Pasien DBD/SSD yang tidak mendapat terapi dapat meninggal dalam waktu
12-24 jam dan pasien yang mengalami syok berkepanjangan atau syok yang tidak
kematian mencapai 40-50% pada pasien dengan syok, tetapi pada pasien dengan
terapi yang adekuat angka kematian turun menjadi <1%. Selain itu, pasien DBD
dengan manifestasi perdarahan memiliki rasio mortalitas 3-4 kali lebih besar
B. Trombosit
1. Definisi
Trombosit adalah fragmen sel mirip cakram dan tidak berinti, dengan
2. Asal trombosit
sebuah inti berbentuk lonjong atau berbentuk seperti ginjal dengan banyak
nukleus. Megakariosit adalah sel raksasa dengan diameter 35-150µm dan inti
berlobus tidak teratur, kromatin kasar dan tidak memiliki anak inti. Sewaktu
sirkulasi.10
3. Fungsi trombosit
pembuluh darah yang cedera atau terpotong. Trombosit dalam keadaan normal
tidak melekat ke permukaan endotel pembuluh darah yang licin, tetapi jika
permukaan ini rusak akibat cedera maka trombosit akan menjadi aktif oleh
kolagen yang terpajan, yaitu protein fibrosa di jaringan ikat di bawah endotel.
bahan kimia penting dari granula simpanannya. Di antara zat-zat tersebut terdapat
karena itu di tempat cedera cepat terbentuk sumbat trombosit melalui mekanisme
4. Gangguan trombosit
Jumlah trombosit yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menganggu
sebagai peningkatan jumlah trombosit lebih dari 400.000/µL dan dapat bersifat
normal.9 Jumlah trombosit yang rendah terjadi akibat berkurangnya produksi atau
dijumpai pada segala kondisi yang menganggu atau menghambat fungsi sumsum
metastatik lain yang mengganti unsur-unsur sumsum tulang normal. Pada keadaan
defisiensi seperti defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat mempengaruhi
oleh obat, seperti yang ditemukan pada quinidin dan emas atau oleh autoantibodi
limfoma tertentu, dan purpura trombositopenik idiopatik (ITP). Selain itu ada juga
antibodi akibat infeksi seperti pada infeksi virus dengue. Fungsi trombosit juga
DBD.10 Jumlah trombosit biasanya mulai menurun pada hari ketiga sampai hari
ketujuh sakit dan kembali normal pada hari kedelapan sampai kesembilan. 39
antibodi dan penekanan pada sumsum tulang sehingga terjadi penurunan sintesis
dari trombosit.8,12
C. Perdarahan
darah dari sirkulasi akibat kerusakan pada pembuluh darah. Darah terdiri atas dua
konsituen yaitu plasma dan elemen seluler. Plasma dalam darah terdiri atas 90%
air, elektrolit, nutrien, zat sisa, gas, hormon dan protein plasma. Sedangkan
elemen seluler terdiri atas eritrosit, leukosit (neutrofil, eosinofil, basofil, monosit
berperan dalam menimbulkan syok pada pasien DBD. Aktivasi sistem komplemen
dapat terjadi akibat adanya ikatan antibodi spesifik terhadap trombosit yang
platelet activating factor (PAF), IL-6 dan histamin yang berperan dalam
terjadinya perdarahan pada pasien DBD. Tanda perdarahan pada pasien DBD
tidak selalu didapat secara spontan, bahkan pada sebagian besar pasien DBD
tanda perdarahan ini muncul setelah dilakukan uji kerapuhan kapiler yaitu uji
dan sebagainya.12 Selain itu untuk klasifikasi perdarahan menurut WHO bisa
Derajat 4
A. Landasan Teori
Demam berdarah dengue adalah penyakit akibat infeksi virus dengue akut
yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini
dianggap sebagai infeksi virus oleh antropoda paling penting di dunia karena
yang dianggap berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue yaitu
trombositopenia.41
yang dapat memicu replikasi virus, sehingga jika terjadi infeksi sekunder akan
37
Universitas Lambung Mangkurat
38
virus dengue akan memicu aktivasi koagulasi, agregasi trombosit dan aktivasi
sistem komplemen.8
normal namun tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Selain itu, juga
platelet activating factor (PAF), IL-6 dan histamin yang berperan dalam
Faktor risiko
1. Faktor vektor 2. Faktor lingkungan
- Perkembangbiakan vektor - Curah hujan
- Kebiasaan menggigit - Suhu
- Kepadatan vektor - Sanitasi
- Transportasi vektor - Kepadatan
3. Faktor pejamu 4. Faktor agen
- Usia -Virus dengue
- Mobititas
- Sistem imun
Rekrutmen trombosit
Peningkatan
risiko rapuhnya
Trombositopenia dinding Perdarahan
pembuluh darah
Faktor risiko
1. Faktor vektor
2. Faktor lingkungan
3. Faktor pejamu
4. Faktor agen
Manifestasi perdarahan
:
Komponen yang diteliti
B. Hipotesis
perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak demam berdarah dengue dengan
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
tanpa diintervensi.
penelitian ini adalah semua pasien anak DBD yang dirawat inap di RSUD Ulin
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian dan
adalah purposive sampling. Sampel penelitian adalah pasien anak DBD yang
1. Kriteria inklusi
a. Pasien anak di RSUD Ulin Banjarmasin yang berusia 0-18 tahun dan
43
2. Kriteria eksklusi
b. Pasien anak DBD dengan penyakit lain yang dapat menyebabkan perdarahan,
danlos.
c. Pasien anak DBD yang menderita keganasan hematologi dan kanker daerah
e. Pasien anak DBD yang sedang mengkonsumsi obat dengan efek samping
rekam medis RSUD Ulin Banjarmasin jika tidak ditemukan riwayat penyakit /
C. Instrumen Penelitian
1. Alat tulis
4. Rekam medis pasien anak DBD yang dirawat inap di RSUD Ulin
Banjarmasin.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah pasien anak DBD dengan
E. Definisi Operasional
1. Anak adalah pasien yang dirawat inap di RSUD Ulin Banjarmasin yang
tahun 2011.
3. Jumlah trombosit dinyatakan dalam satuan /µl didapat dari hasil pemeriksaan
atau saat jumlah trombosit terendah jika tidak terjadi perdarahan, diperiksa
rasio.
4. Perdarahan adalah manifestasi klinis DBD yang dapat terlihat secara klinik
perdarahan gusi, hematemesis, dan melena, diperiksa oleh tenaga medis yang
5. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
Banjarmasin.
6. Instalasi rekam medis adalah tempat pengambilan data yang diperlukan dalam
F. Prosedur Penelitian
1. Ethical clearance
2. Perizinan
Surat perizinan dibuat oleh Unit Pengelola Karya Tulis Ilmiah (UP-KTI)
diserahkan ke bagian Tata Usaha dan Pendidikan dan Penelitian (Diklit) RSUD
Ulin Banjarmasin untuk diproses dan kemudian akan diserahkan kepada Direktur,
Kepala SMF IKA, Kepala bangsal Anak dan Kepala Instalasi Rekam Medis
3. Tahap pelaksanaan
Penentuan
sampel Pengumpulan Penyajian data
berdasarkan data penelitian penelitian dalam Analisis
kriteria inklusi bentuk tabel Data
trombosit pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan dari rekam
Analisis data menggunakan SPSS. Data jumlah trombosit antara pasien anak
berpasangan jika sebaran data normal dengan nilai p > 0,05. Cara analisis data
Jumlah Trombosit
Gambar 4.2 Skema Analisis Data Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit antara
Pasien Anak DBD dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di
RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-Desember 2016
pasien anak DBD yang mengalami perdarahan dan jumlah trombosit pada pasien
anak DBD yang tidak mengalami perdarahan. Data jumlah trombosit pada
Kolmogorov-Smirnov jika jumlah subjek lebih dari 50 dan uji Shapiro-Wilk jika
jumlah subjek 50 atau kurang. Apabila distribusi data normal maka dipilih
penyebaran, apabila distribusi data tidak normal akan digunakan median sebagai
Analisis bivariat yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan untuk mengetahui
perbedaan jumlah trombosit pada pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa
jumlah trombosit antara pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa
perdarahan.
jumlah trombosit antara pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa
perdarahan.
menggunakan uji alternatf yaitu uji Mann Whitney. Cara analisis data pada
sampling. Data yang diambil merupakan data sekunder yaitu rekam medis yang
kejadian perdarahan pada pasien anak DBD di RSUD Ulin Banjarmasin periode
50,36% Perdarahan
49,64%
Tanpa Perdarahan
Gambar 5.1 Distribusi Data Kejadian Perdarahan pada Pasien Anak DBD di
RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-Desember 2016
51
digunakan karena jumlah subjek lebih dari 50. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov
didapatkan p = 0,002 pada pasien dengan perdarahan dan p = 0,000 pada pasien
tanpa perdarahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebaran data tidak normal
dilakukan tranformasi data. Data hasil transformasi diuji menggunakan uji yang
sama yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui sebaran data. Hasil uji
= 0,052 pada pasien tanpa perdarahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebaran
data hasil transformasi normal karena p > 0,05 seperti yang terlihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Trombosit antara Pasien Anak
Demam Berdarah Dengue dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di
RSUD Ulin Banjarmasin
Jumlah
Nilai p
(n)
Pasien dengan perdarahan 70 0,200
Pasien tanpa perdarahan 71 0,052
serta nilai terendah dan tertinggi sebagai ukuran penyebaran data. Median jumlah
trombosit pada pasien anak DBD dengan perdarahan sebesar 42.500/µL dengan
nilai terendah sebesar 18.000/µL dan nilai tertinggi sebesar 98.000/µL. Sedangkan
median jumlah trombosit pada pasien anak DBD tanpa perdarahan sebesar
38.000/µL dengan nilai terendah sebesar 10.000/µL dan nilai tertinggi sebesar
92.000/µL.
Setelah melakukan uji normalitas dan didapatkan sebaran data mormal maka
tidak berpasangan. Hasil uji t tidak berpasangan didapatkan p = 0,068 (p > 0,05).
antara pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan sehingga
hipotesis 0 (H0) pada penelitian ini diterima. Hasil uji t tidak berpasangan dapat
Tabel 5.2 Hasil Uji T Tidak Berpasangan pada Pasien Anak Demam Berdarah
Dengue dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di RSUD Ulin
Banjarmasin
Jumlah Median Terendah Tertinggi
Nilai p
(n) (µL) (µL) (µL)
Pasien dengan 70 42.500 18.000 98.000
perdarahan
0,068
Pasien tanpa 71 38.000 10.000 92.000
perdarahan
Hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak DBD dengan
antibodi, infeksi sel endotel dan infeksi pada sel makrofag.8,39,41 Penekanan
sumsum tulang baik melalui mekanisme langsung ataupun tidak lansung dapat
trombosit oleh RES, gangguan fungsi trombosit dan aktivasi koagulasi. Aktivasi
perdarahan.9
dengan faktor virulensi dan faktor host/pejamu, faktor virus meliputi proses
infeksi virus dan faktor pejamu meliputi gangguan koagulasi, fibrinolisis, fungsi
sel endotel dan trombosit akibat pelepasan sitokin maupun pembentukan antibodi.
yang terjadi.13
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Bashir AB et al.
karena tidak didapatkan perbedaan antara jumlah trombosit pada pasien anak
DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan. Perbedaan hasil ini kemungkinan
subjek penelitian cukup banyak. Pada penelitian ini jumlah trombosit tidak
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasil dari penelitian Yuwono IF menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara
perdarahan sedang, maupun perdarahan berat karena didapatkan nilai p > 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Livina A dkk tentang hubungan
signifikan antara trombosit dengan manifestasi perdarahan. Hal ini selaras dengan
penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa terdapat faktor lain yang juga
di dalam pembuluh darah dan berfungsi menjaga integritas atau keutuhan dari
pergi ke lokasi luka untuk membentuk sumbat dan mengurangi perdarahan yang
aliran darah ke organ vital. Dengan demikian, gangguan fungsi trombosit dapat
adanya aktivasi sistem komplemen, infeksi sel endotel dan infeksi sel makrofag.
IL-6 dan histamin yang berpengaruh terhadap kerusakan endotel. Infeksi virus
plasma yang mungkin terjadi pada venula rongga serosa seperti rongga thoraks
Tanda perdarahan tidak selalu didapat secara spontan pada pasien, seperti
perdarahan spontan yang terjadi pada penderita DBD dapat berupa perdarahan
mortalitas 3-4 kali lebih besar dibandingkan pasien tanpa perdarahan.45 Banyak
faktor yang menyebabkan perdarahan pada DBD seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan lain untuk mengetahui
PENUTUP
A. Kesimpulan
pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin
1. Median jumlah trombosit pada pasien anak DBD yang mengalami perdarahan
2. Median jumlah trombosit pada pasien anak DBD yang tidak mengalami
38.000/µL.
B. Saran
Saran dari penelitian tentang perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak
2. Perlu dibuat kategori untuk jumlah trombosit agar dapat mengetahui kelompok
59
berdarah dengue.
perdarahan terbanyak.
10. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar : Teks dan atlas. Edisi X.
Diterjemahkan oleh : Tambayong J, Dany F. Jakarta: EGC; 2007.
61
Universitas Lambung Mangkurat
62
12. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar nfeksi &
pediatri tropis edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2015.
13. Bashir AB, Mohammed BA, Saeed OK, Ageep AK. Trombocytopenia and
bleeding manifestations among patients with dengue virus infection in Port
Sudan, Red Sea State of Sudan. J Infect Dis Immun. 2015;7(2):1-7.
16. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas FKUI. Buku kuliah ilmu
kesehatan anak Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Infomedika; 2012.
18. Murray NEA, Quam MB, Wilder Smith A. Epidemiology of dengue: past,
present and future prospects. Clin Epidemiol. 2013;5:299-309.
20. Wong JGX, Tun LT, Yee Sin Leo, Junxiong P, David LC. Identifying adult
dengue patients at low risk for clinically significant bleeding. Plos One.
2016;1:1-12.
22. Ansori ANM, Sucipto T, Deka P, et al. Differences of universal and multiplex
primer for detection of dengue virus from patients suspected dengue
hemorrhagic fever (DHF) in Surabaya. Indonesian Journal of Tropical and
Infectious Disease. 2015:5:6:147-151.
23. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Kesehatan RI. 2016;1:1-12.
24. Mayetti. Hubungan gambaran klinis dan laboratorium sebagai faktor risiko
syok pada demam berdarah dengue. Sari Pediatri. 2010;11(5):367-373.
26. Djati AP, Rahayujati, Raharto S. Faktor risiko demam berdarah dengue di
Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY tahun 2010.
Jurnal Kesehatan Masyarakat FKIK UNSOED. 2012;1-16.
27. Iriani Y. Hubungan antara curah hujan dan peningkatan kasus demam
berdarah dengue anak di kota Palembang. Sari Pediatri. 2012;13(6):378-383.
29. Ambarsari CG, Hadinegoro SRS, Kadim M, Devaera Y, Idris NS. New
Dengue Case Classification. Dalam: Hadinegoro SRS, penyunting. Update
management of infectious disease and gastrointestinal disorders. Edisi1.
Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2012:h. 16-26.
30. Nelli S. Hubungan status gizi dengan kejadian renjatan pada penderita anak
demam berdarah dengue periode Januari-Juni 2006 di RSUP. M. Djamil
Padang [tesis]. Padang: Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana
Universitas Andalas; 2007.
31. Rena NMRA, Utama S, Parwati TM. Kelainan hematologi pada demam
berdarah dengue. J Peny Dalam. 2009;10(3):218-225.
32. World Health Organization. National guidelines for clinical management for
dengue fever [serial online]. 2015[cited 2016 Oct 11]. Available from:http://
www.searo.who.int/india/publications/national_guidelines_clinical_managem
ent _dengue1.
33. Dhobale RV, Gore AD, Waghachavare VB, Kumbhar SG, Kadam YR,
Dhumale GB. Clinical and laboratory characteristic of pediatric dengue
patients in a tertiary care hospital. Natl J Community Med. 2016;7(1):21-24.
35. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Dengue fever and
dengue hemorrhagic fever. In : Halstead SB, editor. Nelson textbook of
pediatrics 18th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier Inc; 2007. p. 1147-
1150.
36. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi VI.
Diterjemahkan oleh : Pendit BU, Yesdelita N. Jakarta: EGC; 2012.
37. Baldy CM. Gangguan Koagulasi. Dalam: Price SA, Wilson LM, penyunting.
Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jilid II. Edisi VI. Jakarta:
EGC; 2014. h. 298-300.
39. Hadinegoro SR, Satari HI. Demam berdarah dengue. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 1999.
45. Ong A, Sandar M, Chen MI, Sin LY. Fatal dengue hemorrhagic fever in
adults during a dengue epidemic in Singapore. Int J Infect Dis. 2007;11:263-
267.
65
Jumlah Trombosit
No. Inisial Pasien No. Rekam Medik
(satuan/µL)
1. KII 1202504 37.000
2. MY 1201214 43.000
3. MRS 1201830 92.000
4. NA 1199763 14.000
5. R 1200867 62.000
6. DA 700291 42.000
7. H 1202351 10.000
8. NS 1197848 39.000
9. SK 1198003 79.000
10. SM 1196918 23.000
11. NRA 1198775 71.000
12. HN 835179 50.000
13. AA 1198007 69.000
14. NH 1227269 37.000
15. MAA 1198310 92.000
16. NH 1198513 75.000
17. KNA 1199349 67.000
18. MDP 1203545 41.000
19. DNS 1208145 26.000
20. FY 1208344 31.000
21. SK 1204241 48.000
22. MS 1211779 63.000
23. SY 1207675 92.000
24. NSI 1208790 28.000
25. MDF 1227020 40.000
26. RS 1216155 23.000
27. AML 1196541 22.000
28. RA 1196180 73.000
29. GB 1196545 35.000
30. CAS 1194764 81.000
31. JR 1196743 32.000
32. MFA 1195847 28.000
33. YP 1194640 65.000
34. KA 1197359 62.000
35. DA 1196781 13.000
36. RMS 1196006 28.000
37. RA 1195514 90.000
38. ZH 1194932 28.000
39. MNH 1194921 63.000
40. AA 1204901 23.000
41. GLS 1196555 33.000
42. LRD 1197683 68.000
43. PWT 1198946 53.000
44. AZ 1198940 39.000
Upper 53743.87
Bound
Median 42500.00
Variance 3.863E8
Minimum 18000
Maximum 98000
Range 80000
Upper 49665.85
Bound
Median 38000.00
Variance 4.699E8
Minimum 10000
Maximum 92000
Range 82000
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Upper 4.6983
Bound
Median 4.6284
Variance .030
Minimum 4.26
Maximum 4.99
Range .74
Upper 4.6481
Bound
Median 4.5798
Variance .051
Minimum 4.00
Maximum 4.96
Range .96
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Sig. Error
(2- Mean Differen
F Sig. t df tailed) Difference ce Lower Upper
Tranform Equal 3.766 .054 1.842 139 .068 .06254 .03396 -.00460 .12969
_Jumlah variances
_Trombo assumed
sit
Equal 1.845 130.830 .067 .06254 .03390 -.00451 .12960
variances
not
assumed