Anda di halaman 1dari 89

PERBEDAAN JUMLAH TROMBOSIT ANTARA

PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE


DENGAN PERDARAHAN DAN TANPA
PERDARAHAN

Penelitian di RSUD Ulin Banjarmasin Periode


Januari-Desember 2016

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan guna memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh
Norjihan Aidilla Rahmania
I1A014025

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
BANJARMASIN
Desember, 2017
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
ABSTRAK

PERBEDAAN JUMLAH TROMBOSIT ANTARA PASIEN


ANAK DBD DENGAN PERDARAHAN DAN TANPA
PERDARAHAN
Penelitian di RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-Desember 2016

Norjihan Aidilla Rahmania

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus dengue


yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, ditandai dengan
manifestasi demam akut hingga sindrom renjatan yang dapat menyebabkan syok
hingga kematian. Infeksi virus dengue dapat menyebabkan trombositopenia dan
menimbulkan perdarahan. Pasien DBD dengan perdarahan memiliki rasio
mortalitas 3-4 kali lebih besar dibandingkan pasien tanpa perdarahan. Penelitian
ini bertujuan mengetahui pengaruh jumlah trombosit dengan kejadian perdarahan
pada pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin
Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang
bersifat cross sectional dengan pendekatan retrospektif. Sampel diambil dengan
teknik purposive sampling selama Januari-Desember 2016. Analisis data
menggunakan uji t tidak berpasangan karena data terdistribusi normal. Subjek
dalam penelitian ini terdiri dari 70 pasien anak DBD dengan perdarahan dan 71
tanpa perdarahan. Hasil penelitian didapatkan median jumlah trombosit pada
kelompok perdarahan sebesar 42.500/µL dan kelompok tanpa perdarahan sebesar
38.000/µL. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p = 0,068) jumlah trombosit
antara pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin
Banjarmasin.

Kata-kata kunci : demam berdarah dengue, trombositopenia, perdarahan.

iv

Universitas Lambung Mangkurat


ABSTRACT

DIFFERENCES IN PLATELETS COUNT BETWEEN DENGUE


HEMORRHAGIC FEVER IN CHILDREN WITH AND WITHOUT
BLEEDING MANIFESTATIONS
Research in RSUD Ulin Banjarmasin Period of January-December 2016

Norjihan Aidilla Rahmania

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is disease caused by dengue virus that is


transmitted through Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes,
characterized by acute febrile manifestations until shock syndrome that can cause
shock to death. Dengue virus infection cause thrombocytopenia and bleeding
manifestations. Patients with bleeding manifestations have mortality ratio 3-4
times greater than patients without bleeding manifestations. This study aims to
determine effect of platelets counts with occurrence of bleeding manifestations in
children DHF patients with and without bleeding manifestations at Ulin Hospital
Banjarmasin.This study is analytic observational with cross sectional through
retrospective approach. Samples were taken by purposive sampling during
January-December 2016. Data were analyzed using unpaired T-test. Subjects in
this study consisted of 70 patients with bleeding manifestations and 71 without
bleeding manifestations. The results showed that average platelets count in
bleeding manifestations group was 49.057/μL and group without bleeding
manifestations was 44,535/μL. There was no significant differences (p
value=0,068) in platelets count between DHF in children with and without
bleeding manifestations at RSUD Ulin Banjarmasin because was obtained.

Keywords : DHF, thrombocytopenia, bleeding manifestations

Universitas Lambung Mangkurat


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

“PERBEDAAN JUMLAH TROMBOSIT ANTARA PASIEN ANAK

DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN PERDARAHAN DAN TANPA

PERDARAHAN”, tepat pada waktunya. Salawat dan salam tak lupa pula penulis

panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, kerabat, dan

pengikut Beliau hingga akhir zaman.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna

memperoleh derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat Banjarmasin. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr. Zairin Noor, dr. Sp.OT(K).MM, yang

telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

2. Ketua program studi pendidikan dokter dr. Lena Rosida,M.Kes yang telah

memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

3. Kedua pembimbing, Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A(K) dan dr. FX. Hedriyono,

Sp.PK yang berkenan memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian

karya tulis ilmiah ini.

4. Kedua dosen penguji, Prof. Dr. dr. H. Ari Yunanto, Sp.A(K), IBCLC, SH

dan dr. Azma Rosida, Sp.PK yang memberi kritik dan saran sehingga karya

tulis ilmiah ini menjadi semakin baik.

vi

Universitas Lambung Mangkurat


5. Orang tua serta keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa

sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

6. Rekan penelitian, orang terdekat, sahabat, teman, dan semua pihak atas

segala dukungan, bantuan, saran, dan semangat yang diberikan selama

penyusunan hasil penelitian. Tanpa kalian penelitian ini tidak akan selesai

pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi dunia

ilmu pengetahuan.

Banjarmasin, 9 Desember 2017

Penulis

vii

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. iii

ABSTRAK............................................................................................ iv

ABSTRACT........................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 4

C. Tujuan Penelitian................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian............................................................... 5

E. Keaslian Penelitian .............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue .................................................... 8

B. Trombosit ............................................................................ 29

C. Perdarahan .......................................................................... 31

viii

Universitas Lambung Mangkurat


BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori……………………………………………… 37

B. Hipotesis…………………………………………………….. 42

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian .......................................................... 43

B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 43

C. Instrumen Penelitian ............................................................ 44

D. Variabel Penelitian .............................................................. 45

E. Definisi Operasional ............................................................ 45

F. Prosedur Penelitian .............................................................. 46

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................... 47

H. Cara Analisis Data ............................................................... 48

I. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 51

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 59

B. Saran .................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 61

LAMPIRAN………………………………………………………….... 65

ix

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Keaslian Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit antara


Pasien Anak Demam Berdarah Dengue dengan Perdarahan
dan Tanpa Perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin Periode
Januari-Desember 2016…………..………… ........................... 6

2.1 Klasifikasi Infeksi Dengue dan Keparahan DBD oleh WHO


Tahun 2011…………………………………………………… . ........ 12

2.2 Kebutuhan Cairan Berdasarkan Berat Badan Ideal…………… ......... 24

2.3 Kecepatan Pemberian Cairan…………………………………. .......... 24

2.4 Klasifikasi Perdarahan oleh WHO Tahun 2011……………… 33

5.1 Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Trombosit antara Pasien


Anak Demam Berdarah Dengue dengan Perdarahan dan
Tanpa Perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin ......................... 52

5.2 Hasil Uji T Tidak Berpasangan pada Pasien Anak Demam


Berdarah Dengue dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan
di RSUD Ulin Banjarmasin ...................................................... 53

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Klasifikasi Diagnosis Infeksi Dengue oleh WHO 2011 ........... 11

2.2 Teori Secondary Heterolous Infection………..…...……...... ... 14

2.3 Teori Antibody Dependent Enhancement (ADE) ..................... 15

2.4 Teori Mediator......................................................................... . 17

2.5 Teori Aktivasi Limfosit T ………….….…….......................... 18

2.6 Jalur Triase Kasus Tersangka Infeksi Dengue ......................... 23

2.7 Alur Tata Laksana DBD dengan Tanda Syok……………….. 25

3.1 Kerangka Teori Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit


antara Pasien Anak Demam Berdarah Dengue dengan
Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di RSUD Ulin
Banjarmasin………………………………………………… 40

3.2 Kerangka Konsep Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit


antara Pasien Anak Demam Berdarah Dengue dengan
Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di RSUD Ulin
Banjarmasin………………………………………………… 41

4.1 . Skema Prosedur Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit


antara Pasien Anak DBD dengan Perdarahan dan Tanpa
Perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-
Desember 2016…………………………………………….. 45

4.2 Skema Analisis Data Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit


antara Pasien Anak DBD dengan Perdarahan dan Tanpa
Perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-
Desember 2016…………………………………………….. ... 47

5.1 Distribusi data kejadian perdarahan pada pasien anak DBD


di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Desember 2016 .. 51

xi

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 66

2. Surat Ethical Clearance ................................................................ 67

3. Tabulasi Data Perbedaan Jumlah Trombosit antara Pasien Anak


Demam Berdarah Dengue dengan Perdarahan dan tanpa
Perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin Periode
Januari-Desember 2016 ................................................................. 68

4. Uji Analisis Data ........................................................................... 72

5. Dokumentasi Penelitian................................................................. 76

xii

Universitas Lambung Mangkurat


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit akibat infeksi virus

dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,

ditandai dengan manifestasi demam akut hingga sindrom renjatan yang dapat

menyebabkan syok hingga kematian.1,2 Sekitar 2,5 miliar populasi dunia di negara

tropis dan subtropis berisiko terinfeksi virus dengue. Diperkirakan 500 ribu orang

menderita DBD dan hampir 90% pasien didominasi oleh anak berusia kurang dari

5 tahun dengan angka kematian 2,5%.3 Terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009,

World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia sebagai negara dengan

kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.4 Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia periode Januari-Februari

2016 sebanyak 8.487 orang dengan jumlah kematian 108 orang dan golongan

terbanyak yang mengalami DBD yaitu usia 5-14 tahun sebesar 43,44%.5 Dinas

Kesehatan Kota Banjarmasin periode Januari-Oktober 2016 mencatat jumlah

pasien DBD di Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 3991 orang dengan jumlah

kematian sebanyak 28 orang.6 Berdasarkan data rekam medis pasien anak di

RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari 2013-Oktober 2016, didapatkan kejadian

DBD sebesar 52,7% dengan angka kematian 2,7% dari total pasien anak yang

terinfeksi virus dengue dan dirawat inap.

Universitas Lambung Mangkurat


2

Gangguan hemostasis yang merupakan inti patogenesis dan patofisiologi

DBD meliputi gangguan vaskular, koagulopati dan gangguan trombosit.7 Infeksi

virus dengue mengakibatkan tubuh membentuk kompleks antigen-antibodi yang

dapat mengaktivasi sistem koagulasi, agregasi trombosit dan sistem komplemen.

Aktivasi sistem koagulasi menyebabkan koagulopati konsumtif sehingga terjadi

penurunan faktor koagulasi dan trombositopenia, agregasi trombosit

menyebabkan penghancuran trombosit oleh reticulo endothelial system (RES)

sehingga terjadi trombositopenia. Aktivasi sistem komplemen menyebabkan

peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan kebocoran plasma. 8

Infeksi virus dengue pada sel endotel mengakibatkan kerusakan sel, sehingga

terjadi pelepasan sitokin proinflamasi yang dapat mengaktivasi sistem

komplemen. Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan kerusakan

sel endotel mengakibatkan pemakaian trombosit berlebihan sehingga terjadi

trombositopenia dan meningkatkan risiko perdarahan.9

Trombosit adalah fragmentasi megakariosit yang dapat melekat pada

kolagen dan membentuk sumbat hemostatik di pembuluh darah yang rusak.10

Trombositopenia merupakan penurunan jumlah trombosit dibawah normal,

jumlah normal trombosit 150.000-400.000/µL.11 Salah satu kriteria diagnosis

DBD menurut WHO yaitu trombositopenia dengan jumlah trombosit kurang dari

100.000/µL.3 Trombositopenia pada DBD terjadi karena penekanan sumsum

tulang oleh virus dengue, terbentuknya antibodi pada trombosit, agregasi

trombosit dan pemakaian trombosit berlebihan akibat kerusakan vaskular yang

terjadi.12 Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah. Perdarahan

Universitas Lambung Mangkurat


3

spontan yang umum ditemukan pada pasien DBD berupa petekie, purpura,

ekimosis, perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis dan melena.12

Pada penelitian yang dilakukan oleh Bashir AB et al. di Port Sudan terhadap

kelainan akibat infeksi virus dengue, didapatkan hubungan antara trombositopenia

dengan kejadian perdarahan.13 Berdasarkan penelitian Syumarta Y dkk di Padang

terhadap hubungan jumlah trombosit dengan derajat klinik DBD, didapatkan

semakin rendah jumlah trombosit maka semakin berat derajat klinik DBD. 14

Berdasarkan hasil penelitian Yuwono F dkk di Semarang terhadap faktor risiko

perdarahan pada pasien DBD, dikatakan bahwa trombositopenia disebabkan

karena penurunan produksi, peningkatan destruksi dan pemakaian jumlah

trombosit berlebih.15

Trombositopenia merupakan salah satu penyebab perdarahan pada pasien

DBD. Pasien DBD yang mengalami perdarahan memiliki rasio mortalitas 3-4 kali

lebih besar dibandingkan pasien tanpa perdarahan.9 Jika jumlah trombosit dapat

mengetahui kejadian perdarahan, maka jumlah trombosit dapat menentukan

tingkat mortalitas penyakit DBD. Berdasarkan data rekam medis pasien anak di

RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari 2013-Oktober 2016, didapatkan kasus

trombositopenia tergolong tinggi yaitu sebesar 76,8% dari total pasien anak DBD

yang dirawat inap. Penelitian mengenai perbedaan jumlah trombosit antara pasien

anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin

belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, calon peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak DBD dengan

perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin dan diharapkan

Universitas Lambung Mangkurat


4

dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien anak DBD melalui

kesadaran akan kejadian perdarahan berdasarkan hasil pemeriksaan jumlah

trombosit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah terdapat perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak DBD

dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin periode

Januari-Desember 2016?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jumlah trombosit

dengan kejadian perdarahan pada pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa

perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Desember 2016.

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jumlah trombosit pada pasien anak DBD yang mengalami

perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Desember 2016.

2. Mengetahui jumlah trombosit pada pasien anak DBD yang tidak mengalami

perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Desember 2016.

3. Mengetahui pengaruh jumlah trombosit pada pasien anak DBD dengan

perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-

Desember 2016.

Universitas Lambung Mangkurat


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk

mengetahui perbedaan antara jumlah trombosit pada pasien anak DBD dengan

perdarahan dan tanpa perdarahan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi landasan teori untuk pengembangan penelitian berikutnya yang berkaitan

dengan jumlah trombosit dan kejadian perdarahan pada pasien anak DBD.

2. Manfaat praktis

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan

mengenai kejadian perdarahan pada pasien anak DBD. Berdasarkan jumlah

trombosit pasien anak DBD, diharapkan ke depannya tenaga kesehatan dapat

lebih mudah menentukan mortalitas penyakit, sehingga dapat berhati-hati dalam

penanganan pasien anak DBD dan dapat menurunkan angka morbiditas dan

mortalitas penyakit DBD. Bagi institusi, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi sumber pustaka mengenai kejadian perdarahan pada pasien anak DBD di

RSUD Ulin Banjarmasin.

Universitas Lambung Mangkurat


6

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit antara Pasien Anak
Demam Berdarah Dengue dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di
RSUD Ulin Banjarmasin

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan


(Tahun)
(a) (b) (c) (d) (e)
1. Bashir AB et Trombocytopenia •Variabel bebas • Variabel
al. (2015)13 and bleeding adalah jumlah terikat adalah
manifestations trombosit pasien anak
among patients •Instrumen
DBD dengan
with dengue virus penelitian
infection in Port menggunakan data perdarahan dan
Sudan, Red Sea sekunder tanpa
State of Sudan •Desain penelitian perdarahan
cross sectional •Penelitian
retrospektif dilakukan di
RSUD Ulin
Banjarmasin

2. Syumarta Y Hubungan jumlah •Variabel bebas • Variabel


dkk (2014)14 trombosit, adalah jumlah terikat adalah
hematokrit dan trombosit pasien anak
hemoglobin dengan
•Instrumen DBD dengan
derajat klinik
demam berdarah penelitian perdarahan dan
dengue pada pasien menggunakan data tanpa
dewasa di RSUP. sekunder perdarahan
M.Djamil Padang •Desain penelitian •Penelitian
retrospektif dilakukan
di RSUD Ulin
Banjarmasin

3. Yuwono F dkk Penurunan jumlah • Variabel bebas • Variabel


(2007)15 trombosit sebagai adalah jumlah terikat adalah
faktor risiko trombosit pasien anak
terjadinya DBD dengan
•Instrumen
perdarahan pada perdarahan dan
pasien demam penelitian tanpa
derdarah dengue menggunakan data perdarahan
dewasa di RSUP sekunder •Penelitian
Dr. Kariadi •Desain penelitian dilakukan di
Semarang retrospektif RSUD Ulin
Banjarmasin

Universitas Lambung Mangkurat


7

Penelitian ini bertempat di RSUD Ulin Banjarmasin dengan waktu

penelitian tahun 2017 dan merupakan penelitian pertama yang dilakukan untuk

mengetahui perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak DBD dengan

perdarahan dan tanpa perdarahan. Rancangan penelitian yang dipergunakan

adalah metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.

Instrumen penelitian yang dipergunakan adalah alat tulis, tabulasi penelitian, dan

buku registrasi rekam medis pasien anak DBD yang dirawat inap di RSUD Ulin

Banjarmasin. Teknik sampling yang dipergunakan adalah teknik purposive

sampling dengan kriteria inklusi semua pasien anak berusia 0-18 tahun yang

didiagnosis DBD secara klinis dan telah melakukan pemeriksaan hitung jumlah

trombosit di RSUD Ulin Banjarmasin. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi untuk mengetahui perbedaan antara jumlah trombosit pada

pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan. Selain itu, hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan teori untuk pengembangan

penelitian berikutnya yang berkaitan dengan jumlah trombosit dan kejadian

perdarahan pada pasien anak DBD.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

1. Definisi

Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi arbovirus (arthropod-

borne virus) akut yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus.16 Gejala klinis utama DBD yaitu demam tinggi, perdarahan,

hepatomegali dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya sindrom

renjatan yang merupakan akibat dari kebocoran plasma.17

2. Epidemiologi

Sekitar 2,5 miliar populasi dunia di negara tropis dan subtropis berisiko

terinfeksi virus dengue. Diperkirakan 500 ribu orang menderita DBD dan hampir

90% pasien didominasi oleh anak berusia kurang dari 5 tahun dengan angka

kematian 2,5%.3 Data surveilans nasional dari negara-negara Asia memperlihatkan

bahwa bayi di bawah usia 1 tahun dan anak usia 4-9 tahun berisiko tinggi

mengalami DBD yang parah.18,19 Lebih dari 70% penduduk dunia yang berisiko

menderita DBD tinggal di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Kasus DBD di Asia

Tenggara didominasi oleh pasien anak, dan pada orang dewasa kejadian rawat

inap akibat DBD tinggi.20 Berdasarkan data epidemiologi, negara yang berada di

zona hujan tropis dan khatulistiwa seperti Indonesia, Myanmar, Sri Langka,

Thailand dan Timor Leste memiliki masalah kesehatan utama yaitu DBD.21

Terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat Indonesia sebagai

Universitas Lambung Mangkurat


9

negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan pada tahun 2010

Indonesia menempati peringkat pertama di negara ASEAN sebagai pemegang

kasus DBD tertinggi.4,22

Pada tahun 2015, tercatat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi

di Indonesia, dan 1.229 orang di antaranya meninggal dunia. Lima provinsi

dengan incidence rate (IR) DBD per 100.000 penduduk tertinggi di Indonesia

pada tahun 2015 yaitu Bali dengan IR 208,70, Kalimantan Timur dengan IR

186,12, Kalimantan Utara dengan IR 120,08, DIY dengan 92,96, dan Kalimantan

Selatan dengan IR 91,93. Sedangkan angka kematian (case fatality rate/CFR)

DBD tahun 2015 di Indonesia sebesar 0,97%.23 Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia pada bulan Januari-

Februari 2016 sebanyak 8.487 orang dengan jumlah kematian 108 orang.

Golongan terbanyak yang menderita DBD di Indonesia adalah usia 5-14 tahun

dengan persentase sebesar 43,44%, sedangkan usia 15-44 tahun sebesar 33,25%.5

Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin pada periode Januari-Oktober 2016

mencatat jumlah pasien DBD di Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 3991

orang dengan jumlah kematian sebanyak 28 orang (IR=103,76 per 100.000

penduduk dan CFR=0,70%).5

3. Etiologi

Demam berdarah dengue merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue

yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus (Arbovirus grup B) dan famili

Flaviviridae. Virus dengue memiliki empat serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-

Universitas Lambung Mangkurat


10

3 dan DEN-4. Virus DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang dominan,

namun virus DEN-3 yang berkaitan dengan kasus DBD berat. Virus dengue

memiliki ukuran panjang 17-25 milimikron dan termasuk virus icosahedral yang

mempunyai pembungkus luar (envelope icosahedral virus) dari grup virus RNA.24

4. Faktor risiko

Faktor yang dianggap berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus

dengue berupa faktor vektor, pejamu, agen dan lingkungan. Faktor vektor

meliputi perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di

lingkungan dan transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan

untuk faktor pejamu meliputi mobilisasi, paparan terhadap nyamuk, usia dan

sistem imun.25 Kelompok umur yang paling rentan terkena DBD adalah anak-

anak karena berhubungan dengan daya tahan tubuh yang masih rendah, mobilitas

yang tinggi dan aktivitas harian yang rata-rata sering dilakukan di dalam ruangan.

Virus dengue merupakan agen penyakit yang dapat meyebabkan penyakit DBD. 26

Selain faktor yang sudah disebutkan, faktor lingkungan juga memiliki peran yang

penting dalam penyakit DBD seperti curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan

penduduk.27 Perubahan iklim yang ada di lingkungan dapat mempengaruhi

perubahan curah hujan dan kelembaban suhu. Hal itulah yang juga berpengaruh

terhadap kesehatan terutama terhadap perkembangan vektor penyakit seperti

nyamuk.27

5. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi diagnosis WHO 2011, infeksi virus dengue dibagi

dalam dua kelompok yaitu infeksi virus dengue asimtomatik (tanpa gejala klinis)

Universitas Lambung Mangkurat


11

dan simtomatik (disertai gejala klinis). Kemudian infeksi virus dengue simtomatis

dibagi dalam empat spektrum klinis yaitu undifferentiated febrile illness (sindrom

infeksi virus), demam dengue (DD), DBD dan expanded dengue syndrome.28

Bagan klasifikasi diagnosis dengue menurut WHO 2011 dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Klasifikasi Diagnosis Dengue oleh WHO 201129

Undifferentiated fever atau sindrom infeksi dengue terjadi pada infeksi

primer virus dengue, ditandai dengan manifestasi demam sederhana yang tidak

dapat dibedakan dengan infeksi virus lain. Pada pasien DD dapat disertai maupun

tanpa disertai perdarahan. Perbedaan antara DD dan DBD adalah terjadinya

kebocoran plasma, pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma sedangkan

pada DD tidak ditemukan. Selanjutnya, DBD diklasifikasikan dalam empat

derajat penyakit yaitu derajat I dan II untuk DBD tanpa syok, sedangkan derajat

III dan IV untuk sindrom syok dengue. Expanded dengue syndrome ditandai

Universitas Lambung Mangkurat


12

dengan manifestasi yang tidak biasa yaitu adanya kerusakan organ seperti hati,

ginjal, otak atau jantung yang terjadi pada pasien DBD dan pasien DD.29 Adapun

klasifikasi infeksi dengue berdasarkan manifestasi klinis dan hasil laboratorium

menurut WHO pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi Infeksi Dengue dan Keparahan DBD oleh WHO 20113

DD/DBD Derajat Tanda dan Gejala Laboratorium

DD Demam ditambah dua atau -Leukopenia


lebih gejala : ( ≤ 5.000/µL)
- Sakit kepala -Trombositopenia
- Nyeri retro-orbital (< 150.000/µL)
- Nyeri otot -Peningkatan hematokrit
- Nyeri tulang (5-10%)
- Ruam -Tidak ada kehilangan plasma
- Perdarahan
- Tidak ada tanda
kebocoran plasma

DBD I Demam dengan manifestasi Trombositopenia


perdarahan (uji tourniquet <100.000/µL dan peningkatan
positif) dan adanya kebocoran hematokrit ≥ 20%
plasma

DBD II Sama seperti DBD derajat I Trombositopenia


ditambah perdarahan spontan <100.000/µL dan peningkatan
hematokrit ≥ 20%

DBD III Sama seperti DBD derajat I Trombositopenia


dan II ditambah tanda-tanda <100.000/µL dan peningkatan
kegagalan sirkulasi seperti hematokrit ≥ 20%
nadi lemah, penurunan tekanan
nadi (≤20mmHg), hipotensi
dan gelisah

DBD IV Sama seperti DBD derajat III Trombositopenia


ditambah syok berat dengan <100.000/µL dan peningkatan
tekanan darah dan nadi yang hematokrit ≥ 20%
tidak terdeteksi

Universitas Lambung Mangkurat


13

6. Patogenesis

Patogenesis DBD sampai saat ini belum diketahui secara jelas, terdapat dua

teori yang paling sering dianut yaitu teori virulensi virus dan secondary

heterologous infection. Adapun teori lain seperti teori antibody dependent

enhancement (ADE), antigen antibodi, mediator dan aktivasi limfosit T.30

a. Teori virulensi virus

Virus dengue merupakan famili dari flaviviridae dengan empat serotipe

yaitu DEN1, DEN2, DEN3 dan DEN4. Virus dengue terdiri dari genom sRNA

yang dikelilingi nukloekapsid, bereplikasi menggunakan asam nukleat sehingga

dapat mengganggu sintesis protein sel pejamu. Kapasitas virus dalam

menyebabkan penyakit pada pejamu disebut virulensi. Virulensi virus berperan

dalam kemampuan virus untuk menginfeksi lebih banyak sel, membentuk virus

progenik, menyebabkan reaksi inflamasi hebat dan menghindari respon imun

mekanisme efektor. Berdasarkan teori ini, orang yang terinfeksi virus dengue akan

sakit bila jumlah virulensi cukup kuat untuk mengalahkan sistem pertahanan

tubuh pejamu.31

b. Teori secondary heterologous infection

Akibat dari infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda pada

seorang pasien, respon antibodi anamnesik yang terjadi dalam waktu beberapa

hari setelah infeksi sekunder mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit

dengan menghasilkan titer antibodi IgG anti dengue yang tinggi. Disamping itu,

replikasi virus dengue juga terjadi dalam limfosit yang bertransformasi akibat

virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya kompleks

Universitas Lambung Mangkurat


14

virus antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan

aktivasi sistem komplemen, aktivasi koagulasi dan agregasi trombosit.8

Patogenesis DBD berdasarkan teori secondary heterologous infection dapat dilihat

pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Teori Secondary Heterologous Infection8

Kompleks antigen antibodi akan mengaktivasi sistem kompleman (C3 dan

C5) yang menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a. Komplemen C3a dan C5a

dapat menstimulasi sel mast untuk menghasilkan histamin yang merupakan

mediator kuat untuk menimbulkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh

darah sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ruang

ekstravaskuler. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang

Universitas Lambung Mangkurat


15

sampai >30% yang berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini

terbukti dengan adanya peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium

dan terdapatnya cairan di jaringan ikat longgar khususnya di dalam rongga serosa

seperti efusi pleura dan asites. Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan

menyebabkan asidosis dan anoksia yang dapat berakhir dengan kematian. 8

c. Teori antibody dependent enhancement (ADE)

Antibody dependent enhancement (ADE) yaitu suatu proses yang akan

meningkatkan infeksi sekunder pada replikasi virus dengue di dalam sel

mononuklear yaitu dengan membentuk kompleks imun dengan virus. Dikenal 2

tipe antibodi yaitu kelompok monoklonal reaktif yang tidak mempunyai sifat

menetralisasi tetapi dapat memacu replikasi virus dan antibodi yang dapat

menetralisasi secara spesifik tanpa kemampuan memacu replikasi virus. Antibodi

non-netralisasi yang dibentuk pada infeksi primer akan menyebabkan

terbentuknya kompleks imun pada infeksi sekunder sehingga dapat memacu

replikasi virus.30 Patogenesis DBD berdasarkan teori antibody dependent

enhancement (ADE) dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Teori Antibody Dependent Enhancement (ADE)32

Universitas Lambung Mangkurat


16

Dasar utama teori ini adalah reaksi imunologis, seperti sel fagosit

mononuklear yang menjadi tempat utama terjadinya infeksi primer virus dengue.

Sedangkan antibodi non-netralisasi yang bersirkulasi maupun yang melekat pada

sel akan bertindak sebagai reseptor spesifik untuk tempat melekatnya virus

dengue pada permukaan sel fagosit mononuklear, setelah itu terjadi replikasi virus

di dalam sel fagosit mononuklear yang telah terinfeksi. Kemudian sel monosit

yang mengandung kompleks imun akan menyebar ke usus, hati, limfa dan

sumsum tulang. Sel monosit yang telah teraktivasi akan mengadakan interaksi

dengan sistem humoral dan sistem komplemen sehingga terjadi pelepasan

mediator yang dapat mempengaruhi permeabilitas kapiler dan mengaktivasi

sistem koagulasi.12

d. Teori antigen antibodi

Pada DBD/DSS terjadi penurunan kadar komplemen sesuai dengan berat

dan ringannya penyakit. Semakin berat penyakit demam berdarah dengue maka

kadar komplemen akan semakin turun. Komplemen yang turun adalah C3, C3

proaktivator, C4 dan C5. Kadar anafilatoksin meninggi lalu menurun pada masa

penyembuhan, selain itu juga didapatkan histamin pada urin dan permeabilitas

kapiler yang meningkat. Akibat kejadian tersebut terjadi beberapa peristiwa

seperti virus dengue akan bereaksi dengan antibodi, kemudian mengaktivasi

komplemen kemudian terjadi aktivasi anafilaktoksin C3a dan C5a yang

merupakan mediator kuat untuk meningkatan permeabilitas kapiler, sehingga

terjadi kebocoran plasma.30

Universitas Lambung Mangkurat


17

e. Teori mediator

Makrofag yang terinfeksi oleh virus dengue akan mengeluarkan mediator

atau sitokin/monokin. Sitokin ini diproduksi oleh banyak sel terutama makrofag

mononuklear seperti interferon, interleukin 1, interleukin 6, interleukin 12, tumor

necroting factor (TNF), leukimia inhibiting faktor (LIF) dan lain-lain. Mediator

tersebut bertanggung jawab atas terjadinya demam, syok dan peningkatan

permeabilitas kapiler. Fungsi dan mekanisme kerja sitokin adalah sebagai

mediator pada imunitas alami yang disebabkan oleh rangsangan zat yang

infeksius, sebagai regulator yang mengatur aktivasi, proliferasi dan diferensiasi

limfosit sebagai aktivator sel inflamasi non spesifik dan sebagai stimulator

pertumbuhan dan diferensiasi leukosit matur.30 Patogenesis DBD berdasarkan

teori mediator dapat dilihat pada Gambar 2.4.

IL-6 Endotoksemia

Aktivasi makrofag
Kompleks virus Produksi sitokin
antibodi Aktivasi endotel TNF-α

Peningkatan permeabilitas Syok


kapiler hipovolemik

: Aktivasi jalur yang sudah ada Demam berdarah


: Jalur akselerasi dengue
: Mekanisme feedback

Gambar 2.4 Teori Mediator31

Universitas Lambung Mangkurat


18

f. Teori aktivasi limfosit T

Akibat adanya monosit yang terinfeksi virus dengue atau antigen virus

dengue, limfosit mengeluarkan interferon (IFN-𝛼 dan 𝛾). Pada infeksi sekunder

virus dengue, limfosit T CD4+ berproliferasi dan menghasilkan IFN-𝛼 yang akan

merangsang sel yang terinfeksi dan mengakibatkan monosit memproduksi

mediator. Akibat adanya limfosit T CD4+dan CD8+ spesifik virus dengue, monosit

akan lisis dan mengeluarkan mediator yang menyebabkan kebocoran plasma dan

perdarahan. Teori ini memiliki konsep dasar bahwa semua serotipe virus dengue

mempunyai potensi yang sama terhadap berat ringannya gejala yang ditimbulkan,

tergantung dari serotipe yang paling virulen. 12 Patogenesis DBD berdasarkan teori

aktivasi lomfosit T dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Teori Aktivasi Limfosit T11

7. Manifestasi klinis

Patofisiologi utama yang membedakan DBD dari DD ialah peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma,

trombositopenia dan diatesis hemoragik.31 Manifestasi klinis DBD yaitu demam

Universitas Lambung Mangkurat


19

tinggi, perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali dan kegagalan

sirkulasi.13

Demam merupakan gejala utama yang terdapat pada semua kasus DBD,

demam bersifat tinggi dan mendadak disertai gejala klinik yang tidak spesifik

seperti anoreksia, lemah, nyeri punggung, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri

kepala.10 Selain itu, pada pasien anak terjadi gejala facial flush, radang faring serta

pilek.1 Manifestasi perdarahan yang sering ditemukan pada kasus DBD ialah uji

tourniquet positif, memar dan perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. 13

Uji tourniquet merupakan manifestasi perdarahan kulit ringan yang sering

ditemukan pada kasus DBD. Berdasarkan ketentuan WHO, uji tourniquet

dinyatakan positif apabila pada satu inci persegi (2,8x2,8 cm) permukaan didapat

lebih dari 20 petekie.10 Epistaksis, perdarahan gusi dan perdarahan saluran cerna

hebat jarang ditemukan dan biasanya perdarahan hebat timbul setelah renjatan

yang tidak dapat diatasi. Perdarahan lain yang kadang-kadang ditemukan adalah

perdarahan subkonjungtival. Pembesaran hati pada pasien DBD umumnya dapat

diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak berhubungan

dengan derajat penyakit. Pembesaran hati pada kasus DBD perlu diwaspadai

karena merupakan tanda terjadinya syok.12

Pada pemeriksaan laboratorium pasien DBD ditemukan jumlah trombosit

turun hingga <100.000/µL dan peningkatan hematokrit sebesar ≥20% yang

menandakan adanya kebocoran plasma. Hasil laboratorium lain yang sering

ditemukan adalah hipoalbuminenia, hiponatremia dan peningkatan kadar aspartat

aminotransferase serum dengan rasio AST:ALT>2.32

Universitas Lambung Mangkurat


20

8. Diagnosis

Diagnosis DBD dapat ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan hasil

laboratorium.3

a. Manifestasi klinis yang dapat terjadi 3

1) Demam tinggi yang bersifat akut dan terus-menerus berlangsung 2-7 hari pada

banyak kasus;

2) Manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif, petekie, purpura,

ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi dan hematemesis/ melena;

3) Pembesaran hati / hepatomegali;

4) Ditemukan tanda-tanda syok seperti takikardi, perfusi jaringan yang buruk,

denyut nadi lemah, tekanan nadi yang mengecil (≤20mmHg), hipotensi, akral

dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah;

Hasil laboratorium yang dapat ditemukan pada pasien DBD berupa

trombositopenia (<100.000/µL) dan peningkatan hematokrit ≥20%. Apabila

ditemukan dua atau lebih manifestasi klinis diatas ditambah dengan

trombositopenia dan peningkatan hematokrit, diagnosis DBD sudah dapat

ditegakkan.3

b. Hasil laboratorium lain yang dapat ditemukan pada pasien DBD 3

1) Awal fase demam hitung leukosit mungkin normal dengan jumlah neutrofil

yang dominan. Sedangkan pada akhir fase demam terjadi penurunan jumlah

leukosit dan neutrofil sampai titik terendah. Periode kritis kebocoran plasma

dapat dideteksi pada saat terjadinya perubahan jumlah total leukosit (<5000

/µL) dan rasio neutrofil-limfosit yaitu neutrofil<limfosit. Hal ini akan

Universitas Lambung Mangkurat


21

menandai terjadinya trombositopenia dan peningkatan hematokrit. Selain itu,

pada akhir fase demam dan dalam masa pemulihan juga terjadi peningkatan

limfosit atipikal yang menandakan terjadinya limfositosis relatif;

2) Umumnya hitung jumlah trombosit normal pada awal fase demam, setelah itu

terjadi penurunan ringan. Kemudian terjadi penurunan jumlah trombosit

mendadak sampai <100.000/µL yang terjadi pada akhir fase demam sebelum

timbulnya syok atau penurunan suhu tubuh. Perubahan ini berlangsung singkat

dan jumlah trombosit kembali normal selama masa pemulihan;

3) Hematokrit umumnya normal pada fase awal demam, mungkin terjadi sedikit

peningkatan pada saat terjadi demam dengan suhu tinggi, anoreksia dan

muntah. Kenaikan hematokrit secara tiba-tiba diamati bersamaan atau segera

setelah terjadinya penurunan jumlah trombosit. Hemokonsentrasi atau

peningkatan hematokrit berkisar 35% sampai ≥42% merupakan bukti obyektif

dari kebocoran plasma;

4) Trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan temuan konstan dalam

DBD. Penurunan trombosit di bawah 100.000/µL biasanya ditemukan antara 3

dan 10 hari sakit. Kenaikan hematokrit terjadi pada semua kasus DBD,

terutama dalam kasus-kasus syok. Peningkatan hematokrit ≥20% adalah bukti

obyektif kebocoran plasma. Perlu dicatat bahwa peningkatan hematokrit dapat

dipengaruhi oleh penggantian volume dan pendarahan;

5) Hipoproteinemia/ albuminemia (sebagai tanda dari kebocoran plasma),

hiponatremia dan peningkatan serum aspartat aminotransferase (≤200U / L)

dengan rasio AST: ALT> 2;

Universitas Lambung Mangkurat


22

6) Albuminuria ringan mungkin juga ditemukan;

7) Darah sering ditemukan dalam tinja;

8) Dalam kebanyakan kasus, tes koagulasi dan faktor fibrinolitik menunjukkan

penurunan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII dan antitrombin III.

Penurunan antiplasmin (plasmin inhibitor) kadang terjadi dalam beberapa

kasus. Pada kasus yang parah dengan disfungsi hati ditandai dengan penurunan

faktor V,VII,IX dan X;

9) Waktu tromboplastin parsial dan waktu protrombin memanjang pada setengah

sampai sepertiga dari kasus DBD. Waktu thrombin juga dapat memanjang pada

kasus yang berat;

10) Hiponatremia ditemukan pada pasien syok;

11) Hipokalsemia ditemukan pada semua kasus DBD, namun jumlah yang paling

rendah ditemukan pada derajat 3 dan 4;

12) Asidosis metabolik sering ditemukan pada kasus syok berkepanjangan yang

ditandai dengan peningkatan kadar nitrogen urea dalam darah.3

9. Tata laksana

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu dengan memantau

jumlah cairan plasma yang hilang sebagai akibat peningkatan permeabilitas

kapiler dan perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD

dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DBD berat diperlukan

perawatan intensif.10 Adapun jalur triase kasus tersangka infeksi dengue oleh

WHO pada tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Universitas Lambung Mangkurat


23

Gambar 2.6. Jalur Triase Kasus Tersangka Infeksi Dengue3

Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase perjalanan penyakit infeksi

dengue, seperti : tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama

masa transisi ke fase bebas demam, muntah yg menetap, tidak mau minum, nyeri

perut hebat, letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak,

epistaksis, melena, hematemesis, menstruasi yang hebat, hematuria,

pusing/perasaan ingin terjatuh, pucat, diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam dan

akral dingin/lembab 29

Cairan intravena diberikan apabila pasien tidak dapat asupan yang adekuat

untuk cairan peroral atau muntah persisten, hematokrit meningkat 10-20%

meskipun dengan rehidrasi oral, ancaman syok atau sedang dalam keadaan syok. 29

Universitas Lambung Mangkurat


24

Adapun kebutuhan cairan berdasarkan berat badan ideal dan kecepatan pemberian

cairan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kebutuhan Cairan Berdasarkan Berat Badan Ideal3

Berat badan Rumatan Berat badan Rumatan


Rumatan Rumatan
ideal +5% defisit ideal +defisit 5%
5 500 750 35 1800 3550
10 1000 1500 40 1900 3900
15 1250 2000 45 2000 4250
20 1500 2500 50 2100 4600
25 1600 2850 55 2200 4950
39 1700 3200 60 2300 5300

Tabel 2.3 Kecepatan Pemberian Cairan3

Kecepatan pemberian pada Kecepatan pemberian pada


Catatan
anak (ml/kgBB/jam) dewasa (ml/jam)
Setengah dari rumatan 1,5 40-50
Rumatan 3 80-100
Rumatan + defisit 5% 5 100-120
Rumatan + defisit 7% 7 120-150
Rumatan + defisit 10% 10 300-500

a. Tata laksana infeksi dengue berdasarkan fase perjalanan penyakit

1) Fase demam

Terapi untuk fase demam terdiri atas terapi medikamentosa dan suportif.

Terapi medikamentosa untuk pasien DBD yang disarankan berupa: antipiretik

parasetamol dosis 10-15mg/kg/BB, tidak memberikan obat-obat yang tidak

diperlukan, pemberian kortikosteroid dan antibiotik jika terjadi DBD ensefalopati,

jika ada perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan. Sedangkan untuk

terapi suportif pada DBD fase demam dapat berupa : cairan peroral ditambah

Universitas Lambung Mangkurat


25

cairan intravena rumatan per hari + 5% defisit diberikan untuk 48 jam atau lebih

dengan kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan plasma,

keadaan klinis, tanda vital, diuresis dan hematokrit.3

Gambar. 2.7 Alur Tata Laksana DBD dengan Tanda Syok3

2) Fase kritis

Fase kritis adalah waktu transisi saat suhu turun yang umumnya terjadi pada

hari ke 3-5 fase demam. Pasien harus diawasi ketat terhadap kemungkinan

terjadinya syok dan pemeriksaan kadar hematokrit berkala untuk pengawasan

keberhasilan pemberian cairan karena hematokrit dapat menggambarkan derajat

kebocoran plasma dan kebutuhan cairan intravena.29 Adapun jalur tatalaksana

DBD dengan syok dapat dilihat diatas pada Gambar 2.7.

Universitas Lambung Mangkurat


26

3) Fase penyembuhan

Terapi pada fase penyembuhan berupa pemberian cairan rumatan atau

cairan oral, serta pemantauan tiap 12-24 jam. Adapun kriteria untuk memulangkan

pasien yaitu : pasien bebas demam minimal 24 jam tanpa menggunakan

antipiretik, nafsu makan kembali normal, terjadi perbaikan klinis, tidak ada

demam, tidak ada distres pernafasan, nadi teratur, diuresis baik, minimum 2-3 hari

setelah sembuh dari syok, tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak

ada asites dan trombosit >50.000/µL.29

b. Tata laksana demam berdarah dengue dengan syok berkepanjangan

Penatalaksanaan DBD dengan syok yang berkepanjangan dapat diberikan

terapi sebagai berikut:3

1) Cairan: 20 ml/kg cairan bolus dalam 10-15 menit, bila tekanan darah sudah

didapat, pemberian cairan selanjutnya disesuaikan dengan algoritma

penanganan DBD derajat III.

2) Bila syok belum teratasi setelah resusitasi 10ml/kg pertama dapat diulang

dengan 10 ml/kg lagi, akan tetapi dapat juga diberikan bersama koloid 10-

30ml/kgBB dalam 1 jam dan selalu koreksi hasil laboratorium.

3) Transfusi darah segera dipertimbangkan sebagai langkah selanjutnya.

4) Monitor ketat berupa pemasangan kateterisasi urin, kateterisasi pembuluh

darah vena pusat / jalur arteri.

5) Inotropik dapat digunakan untuk pengobatan tekanan darah. 3

Apabila jalur intravena tidak dapat diberikan segera, coba berikan cairan

elektrolit per oral bila pasien sadar dan dapat minum. Jalur intraosseus dilakukan

Universitas Lambung Mangkurat


27

dalam keadaan darurat atau setelah dua kali kegagalan mendapatkan jalur vena

perifer atau setelah gagal pemberian cairan melalui oral. Pemberian cairan

intraosseus harus dikerjakan secara cepat yaitu dalam 2-5 menit.3

c. Tata laksana demam berdarah dengue dengan perdarahan hebat

Jika pada pasien DBD terjadi perdarahan hebat bisa dilakukan

penatalaksaan seperti berikut:3

1) Apabila sumber perdarahan dapat diidentifikasi, segera hentikan. Transfusi

darah darurat tidak dapat ditunda sampai hematokrit turun terlalu rendah. Bila

darah yang hilang dapat dihitung, harus diganti sesuai volume darah yang

hilang. Apabila tidak dapat diukur, berikan 10 ml/kg darah segar atau 5 ml/kg

PRC dan selalu evaluasi;

2) Pada perdarahan saluran cerna, H2 antagonis dan penghambat pompa proton

dapat digunakan;

3) Tidak ada bukti yang mendukung penggunaan komponen darah seperti

suspensi trombosit, plasma darah segar/cryoprecipitate. Penggunaan larutan

tersebut ini dapat menyebabkan kelebihan cairan.3

10. Komplikasi

Pasien yang mengalami syok berkepanjangan atau tidak mendapat terapi

yang adekuat dapat terjadi komplikasi berupa asidosis metabolik,

ketidakseimbangan elektrolit, kegagalan multi organ dan perdarahan hebat dari

beberapa organ.29 Pada anak-anak komplikasi yang terlihat berupa

hepatospelomegali, efusi pleura dan asites. 33 Selain itu DBD juga dapat

menimbulkan komplikasi neurologi yang dapat dikategorikan menjadi tiga

Universitas Lambung Mangkurat


28

kelompok, yaitu (1) efek neurotropik pada virus dengue menimbulkan

rhabdomiolisis, myositis, mielitis, meningitis dan ensefalitis akut; (2) DBD

sistemik menimbulkan kelumpuhan akibat hipokalemi, edema papil, ensefalopati

dan stroke (hemoragik dan iskemik); (3) pasca infeksi DBD dapat menimbulkan

sindrom kelelahan, acute disseminated encephalitis (ADEM), ensefalo-mielitis,

mielitis, neuromielitis optic, sindrom Guillain-Bare, neuropati frenikus, neuropati

toraks, gangguan saraf okulomotorius dan makulopati.34

11. Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DBD ialah (1) langsung melakukan

pemberantasan vektor pada saat ditemukan kasus DBD/DSS; (2) memutuskan

lingkaran penularan dengan menekan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah

untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan; (3)

mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran, yaitu di sekolah

dan rumah sakit termasuk pula daerah penyangga di sekitarnya.; (4)

mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan

tinggi.16

12. Prognosis

Pasien DBD/SSD yang tidak mendapat terapi dapat meninggal dalam waktu

12-24 jam dan pasien yang mengalami syok berkepanjangan atau syok yang tidak

terkoreksi memiliki prognosis buruk dengan angka kematian tinggi.3 Angka

kematian mencapai 40-50% pada pasien dengan syok, tetapi pada pasien dengan

terapi yang adekuat angka kematian turun menjadi <1%. Selain itu, pasien DBD

Universitas Lambung Mangkurat


29

dengan manifestasi perdarahan memiliki rasio mortalitas 3-4 kali lebih besar

dibandingkan dengan pasien tanpa perdarahan.37

B. Trombosit

1. Definisi

Trombosit adalah fragmen sel mirip cakram dan tidak berinti, dengan

diameter 2-4µm yang berasal dari fragmentasi megakariosit poliploid raksasa di

sumsum tulang.10 Normalnya terdapat sekitar 150.000 sampai 400.000/µL

trombosit dalam sirkulasi darah.37

2. Asal trombosit

Trombosit diproduksi di sumsum tulang dan berasal dari fragmentasi

sitoplasma megakariosit matang. Megakarioblas berdiameter 15-20µm adalah

sebuah inti berbentuk lonjong atau berbentuk seperti ginjal dengan banyak

nukleus. Megakariosit adalah sel raksasa dengan diameter 35-150µm dan inti

berlobus tidak teratur, kromatin kasar dan tidak memiliki anak inti. Sewaktu

megakariosit matang, banyak invaginasi dari membaran plasma di seluruh

sitoplasma yang membentuk membran demarkasi. Sistem ini membatasi daerah

sitoplasma megakariosit yang akan dilepaskan sebagai trombosit ke dalam

sirkulasi.10

3. Fungsi trombosit

Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang

rusak. Hemostasis melibatkan tiga langkah utama yaitu spasme vaskular,

pembentukan sumbat trombosit dan koagulasi darah. Pembentukan sumbat

trombosit ditandai dengan adanya trombosit yang menggumpal pada dinding

Universitas Lambung Mangkurat


30

pembuluh darah yang cedera atau terpotong. Trombosit dalam keadaan normal

tidak melekat ke permukaan endotel pembuluh darah yang licin, tetapi jika

permukaan ini rusak akibat cedera maka trombosit akan menjadi aktif oleh

kolagen yang terpajan, yaitu protein fibrosa di jaringan ikat di bawah endotel.

Setelah teraktifkan, trombosit akan melekat ke kolagen dan membentuk sumbat

trombosit hemostatik di tempat cedera.35

Ketika menggumpal trombosit-trombosit tersebut mengeluarkan beberapa

bahan kimia penting dari granula simpanannya. Di antara zat-zat tersebut terdapat

adenosine dipshosphat (ADP) yang menyebabkan permukaan trombosit saling

melekat. Trombosit-trombosit yang baru melekat akan melepaskan lebih banyak

ADP yang menyebabkan semakin banyak trombosit menumpuk di tempat cedera,

karena itu di tempat cedera cepat terbentuk sumbat trombosit melalui mekanisme

umpan balik positif.36

4. Gangguan trombosit

Jumlah trombosit yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menganggu

koagulasi darah proses hemostasis. Keadaan yang ditandai dengan trombosit

berlebihan dinamakan trombositosis. Trombositosis umumnya didefinisikan

sebagai peningkatan jumlah trombosit lebih dari 400.000/µL dan dapat bersifat

primer atau sekunder.37

Trombositopenia merupakan penurunan jumlah trombosit dibawah batas

normal.9 Jumlah trombosit yang rendah terjadi akibat berkurangnya produksi atau

meningkatnya penghancuran trombosit.12 Penurunan produksi trombosit dapat

dijumpai pada segala kondisi yang menganggu atau menghambat fungsi sumsum

Universitas Lambung Mangkurat


31

tulang. Kondisi ini meliputi anemia aplastik, mielofibrosis dan karsinoma

metastatik lain yang mengganti unsur-unsur sumsum tulang normal. Pada keadaan

defisiensi seperti defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat mempengaruhi

megakariopoiesis disertai dengan pembentukan megakariosit besar hiperlobulus. 37

Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi antibodi yang diinduksi

oleh obat, seperti yang ditemukan pada quinidin dan emas atau oleh autoantibodi

seperti yang ditemukan pada lupus eritematosus, leukemia limfositik kronis,

limfoma tertentu, dan purpura trombositopenik idiopatik (ITP). Selain itu ada juga

antibodi akibat infeksi seperti pada infeksi virus dengue. Fungsi trombosit juga

dapat terganggu (trombositopati) akibat penggunaan obat-obatan seperti aspirin,

indometasin, fenilbutazon, quinolone.13,37

5. Trombosit pada demam berdarah dengue

Trombositopenia biasa ditemukan pada DD dan selalu ditemukan pada

DBD.10 Jumlah trombosit biasanya mulai menurun pada hari ketiga sampai hari

ketujuh sakit dan kembali normal pada hari kedelapan sampai kesembilan. 39

Mekanisme terjadinya trombositopenia masih belum diketahui dengan jelas,

namun diduga virus dengue dapat menyebabkan terbentuknya kompleks virus-

antibodi dan penekanan pada sumsum tulang sehingga terjadi penurunan sintesis

dari trombosit.8,12

C. Perdarahan

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah atau hilangnya

darah dari sirkulasi akibat kerusakan pada pembuluh darah. Darah terdiri atas dua

konsituen yaitu plasma dan elemen seluler. Plasma dalam darah terdiri atas 90%

Universitas Lambung Mangkurat


32

air, elektrolit, nutrien, zat sisa, gas, hormon dan protein plasma. Sedangkan

elemen seluler terdiri atas eritrosit, leukosit (neutrofil, eosinofil, basofil, monosit

dan limfosit) dan trombosit yang berperan dalam hemostasis. 36

Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue tubuh membentuk

kompleks antigen-antibodi. Kompleks antigen-antibodi akan mengaktivasi sistem

komplemen, sistem koagulasi dan agregasi trombosit. Agregasi trombosit terjadi

akibat perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit sehingga

terjadi pelepasan adenosine diphospat (ADP). Hal inilah yang menyebabkan

agregasi trombosit dan menimbulkan penghancuran trombosit oleh reticulo

endothelial system (RES) sehingga mengakibatkan trombositopenia. Selain itu,

agregasi trombosit juga menyebabkan pengeluaran platelet faktor III yang

mengakibatkan disseminate intravascular coagulation (DIC) yang ditandai

dengan peningkatan fibrinogen degredation product (FDP) sehingga terjadi

penurunan faktor pembekuan darah. Hal tersebut yang dapat mengakibatkan

perdarahan pada pasien DBD. Aktivasi koagulasi mengakibatkan terjadinya

aktivasi faktor Hageman yang kemudian akan menimbulkan koagulasi konsumtif

dan aktivasi sistim kinin. Koagulasi konsumtif menyebabkan penurunan faktor

pembekuan sehingga menimbulkan perdarahan, sedangkan aktivasi sistem kinin

berperan dalam menimbulkan syok pada pasien DBD. Aktivasi sistem komplemen

C3 dan C5 menyebabkan pelepasan C3a dan C5a yang dapat menyebabkan

peningkatan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi plasma dari ruangan

intravaskular ke ekstravaskular sehingga menyebabkan syok. Syok dapat

memperparah terjadinya perdarahan atau sebaliknya.8

Universitas Lambung Mangkurat


33

Infeksi virus dengue dapat mengakibatkan penekanan sumsum tulang baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui mekanisme pelepasan sitokin-

sitokin proinflamasi sehingga mengakibatkan penurunan sintesis trombosit dan

peningkatan penghancuran trombosit oleh RES.12 Penghancuran trombosit juga

dapat terjadi akibat adanya ikatan antibodi spesifik terhadap trombosit yang

akhirnya dapat menyebabkan trombositopenia. Selain itu, virus dengue

mengakibatkan monosit dan makrofag menjadi lebih aktif dalam proses

fagositosis yang menyebabkan produksi tumor necrosis factor-α (TNF-α), IL-1,

platelet activating factor (PAF), IL-6 dan histamin yang berperan dalam

kerusakan sel endotel dan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah. 39

Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan kerusakan sel endotel

meningkatkan rapuhnya dinding pembuluh darah sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya perdarahan pada pasien DBD. Tanda perdarahan pada pasien DBD

tidak selalu didapat secara spontan, bahkan pada sebagian besar pasien DBD

tanda perdarahan ini muncul setelah dilakukan uji kerapuhan kapiler yaitu uji

tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang dapat terjadi pada pasien

DBD dapat berupa perdarahan kecil-kecil dikulit berupa petekie, ekimosis,

melena, hematemesis, epistaksis, perdarahan subkonjungtival, perdarahan otak

dan sebagainya.12 Selain itu untuk klasifikasi perdarahan menurut WHO bisa

dilihat pada Tabel 2.4.

Universitas Lambung Mangkurat


34

Tabel 2.4 Klasifikasi Perdarahan oleh WHO Tahun 201140

Lokasi Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3


(a) (b) (c) (d)
Rongga mulut dan - Perdarahan - Perdarahan orofaring -Perdarahan yang
hidung orofaring – durasi – durasi total dari memerlukan
total dari seluruh seluruh kejadian transfusi darah
kejadian dalam 24 dalam 24 jam merah melebihi
jam sebelumnya sebelumnya >30 kebutuhan
≤30 menit menit transfusi rutin
- Petekie pada - Epistaksis – durasi
mukosa mulut total dari seluruh
- Epistaksis – kejadian dalam 24
durasi total dari jam sebelumnya ≤30
seluruh kejadian menit
dalam 24 jam
sebelumnya ≤30
menit

Kulit, jaringan - Petekie pada kulit - Diameter purpura - Perdarahan


lunak, - Diameter purpura >2,54 cm yang
musculoskeletal ≤2,54 cm - Perdarahan spontan memerlukan
- Satu atau lebih pada jaringan yang transfusi sel
perdarahan lebih dalam darah merah
spontan pada - Perdarahan sendi melebihi
jaringan lunak (dikonfirmasi kebutuhan
atau otot >2,54cm dengan aspirasi, transfusi rutin
studi pencitraan atau
teknik lain yang
diterima)

Gastrointestinal - Tes stool occult - Melena - Perdarahan


blood positif - Hematochezia-darah yang
merah bercampur memerlukan
dengan tinja, tidak transfusi sel
memerlukan darah merah
transfusi melebihi
- Hematemesis – kebutuhan
darah pada transfusi rutin
muntahan atau pada
selang drainase
nasogastrik

Genitourinal - Terdapat Hb - Gross hematuria - Perdarahan


RBCs biokimia tanpa perlu transfusi yang
atau mikroskopik - Perdarahan vagina memerlukan
tanpa adanya urin abnormal dengan transfusi
merah bercak eritrosit
melebihi
transfusi rutin

Universitas Lambung Mangkurat


35

(a) (b) (c) (d)


-Perdarahan vagina
abnormal (diluar
siklus normal atau
terjadi mendadak,
lebih berat dari
normal) dengan
bercak

Pulmonal - Hemoptisis – terlihat - Perdarahan


darah yang
- Darah pada memerlukan
bronchopulmonary transfusi sel
lavage atau sputum darah merah
yang terwarnai darah melebihi
(terkecuali pasien kebutuhan
dengan perdarahan transfusi rutin
rongga hidung dan
orofaring)

Cairan tubuh - Terlihat darah pada - Terlihat jelas


cairan tubuh darah pada
cairan tubuh
dan disfungsi
organ dengan
gejala, dan/atau
perlu ditangani,
dan/atau perlu
ditransfusi

Sistem saraf pusat - Perdarahan retina - Pada pungsi


tanpa pemburukan lumbal terlihat
visual warna merah
- Pungsi lumbal tanpa terdapat
dengan darah gejala dan
(>5sdm/µL di LCS), perlakuan non-
tidak terdapat gejala traumatik
dan warna merah
yang terlihat

Tempat invasif -Perdarahan pada -Perdarahan


tempat invasif dan yang
pengaliran aktif pada memerlukan
tempat tersebut transfusi sel
untuk angka darah merah
kumulatif total >1 melebihi
jam pada 24 jam kebutuhan
sebelumnya transfusi rutin

Universitas Lambung Mangkurat


36

(a) (b) (c) (d)


Instabiliti - Perdarahan yang
hemodinamik berkaitan dengan
instabilitas
hemodinamik
sedang(hipotensi ;
menuurun >30mmHg
atau >30% pada
tekanan darah sistolik
ataupun diastolik) dan
memerlukan transfusi
sel darah merah
melebihi kebutuhan
transfusi rutin

Derajat 4

- Perdarahan yang berkaitan dengan instabilitas hemodinamik sedang (hipotensi;


menurun >50mmHg atau >50% pada tekanan darah sistolik ataupun diastolik,
disertai takikardi (frekuensi jantung meningkat ≥20% dalam 20 menit)) dan
memerlukan transfusi sel darah merah melebihi kebutuhan transfusi rutin
- Perdarahan fatal dari beberapa sumber
- Perdarahan retina dengan pemburukan visual (defisit lapang pandang; pasien
dengan curiga pemburukan visual memerlukan konsultasi oftalmologi)
- Gejala sistem saraf pusat dengan terdapatnya darah pada pungsi lumbal non-
traumatik
- Perdarahan sistem saraf pusat pada pencitraan dengan atau tanpa disfungsi

Universitas Lambung Mangkurat


BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Demam berdarah dengue adalah penyakit akibat infeksi virus dengue akut

yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini

dianggap sebagai infeksi virus oleh antropoda paling penting di dunia karena

sering menimbulkan wabah terutama pada anak-anak.12 Adapun beberapa faktor

yang dianggap berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue yaitu

faktor vektor, pejamu, agen dan lingkungan.25

Infeksi virus dengue dapat mengakibatkan penekanan sumsum tulang baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui mekanisme pelepasan sitokin-

sitokin proinflamasi.31 Penekanan sumsum tulang oleh virus dengue

mengakibatkan penurunan sintesis trombosit dan dalam keadaan tertentu infeksi

langsung virus dengue pada megakariosit dapat menyebabkan peningkatan


13
penghancuran trombosit Selain itu, penghancuran trombosit juga dapat terjadi

akibat adanya ikatan antibodi spesifik terhadap trombosit sehingga terjadi

trombositopenia.41

Pada infeksi primer virus dengue akan terbentuk antibodi non-netralisasi

yang dapat memicu replikasi virus, sehingga jika terjadi infeksi sekunder akan

terbentuk kompleks virus-antibodi.12 Berdasarkan teori secondary heterogous

dengue infection, kompleks virus-antibodi yang terbentuk akibat infeksi sekunder

37
Universitas Lambung Mangkurat
38

virus dengue akan memicu aktivasi koagulasi, agregasi trombosit dan aktivasi

sistem komplemen.8

Kompleks virus-antibodi dapat melekat pada membran trombosit dan

mengakibatkan pengeluaran adenosine dipshosphate (ADP) sehingga terjadi

agregasi trombosit dan menyebabkan trombosit tersebut dihancurkan oleh reticulo

endothelial system (RES) akhirnya terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit

juga menyebabkan fungsi trombosit terganggu, walaupun jumlah trombosit masih

normal namun tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Selain itu, juga

menyebabkan pengeluaran platelet faktor III yang dapat menyebabkan terjadinya

koagulopati konsumtif sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan dan

trombosit. Aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman yang

dapat mengakibatkan koagulopati konsumtif, pelepasan kinin dan memicu sistem

komplemen untuk menghasilkan anafilatoksin yang dapat meningkatkan

permeabilitas dinding pembuluh darah. Aktivasi sistem komplemen C3 dan C5

menyebabkan pelepasan C3a dan C5a yang dapat menyebabkan peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah dan perembesan plasma dari ruangan

intravaskular ke ekstravaskular.8 Selain itu, kerusakan sel endotel yang terjadi

akibat infeksi virus dengue mengakibatkan diproduksinya sitokin proinflamasi

yang dapat mengaktivasi sistem komplemen. 9

Selain mengakibatkan infeksi sel endotel, infeksi virus dengue juga

mengakibatkan monosit dan makrofag menjadi lebih aktif dalam proses

fagositosis yang menyebabkan produksi tumor necrosis factor-α (TNF-α), IL-1,

platelet activating factor (PAF), IL-6 dan histamin yang berperan dalam

Universitas Lambung Mangkurat


39

kerusakan sel endotel dan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah.39

Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang terjadi mengakibatkan

rekrutmen dan peningkatan pemakaian trombosit sehingga menimbulkan

trombositopenia.42 Trombositopenia yang terjadi dapat meningkatkan risiko

rapuhnya pembuluh darah sehingga menimbulkan perdarahan.9 Selain

trombositopenia, gangguan fungsi trombosit, aktivasi koagulasi, dan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah juga dapat menyebabkan perdarahan.8

Universitas Lambung Mangkurat


40

Berdasarkan landasan teori tersebut, dibuat kerangka teori seperti

ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Faktor risiko
1. Faktor vektor 2. Faktor lingkungan
- Perkembangbiakan vektor - Curah hujan
- Kebiasaan menggigit - Suhu
- Kepadatan vektor - Sanitasi
- Transportasi vektor - Kepadatan
3. Faktor pejamu 4. Faktor agen
- Usia -Virus dengue
- Mobititas
- Sistem imun

Infeksi virus dengue

Demam Berdarah Dengue

Penekanan Ikatan Kompleks Infeksi Infeksi


sumsum antibodi virus antibodi sel pada sel
tulang spesifik endotel makrofag
terhadap
trombosit
Secara Agregasi Aktivasi Aktivasi Kerusakan Produksi
langsung dan trombosit koagulasi komplemen sel endotel sitokin
secara tidak proinflamasi
langsung
akibat Peng- Gangguan Koagulopati Peningkatan
produksi hancuran fungsi konsumtif permeabilitas
sitokin trombosit trombosit kapiler
proinflamasi

Rekrutmen trombosit

Peningkatan
risiko rapuhnya
Trombositopenia dinding Perdarahan
pembuluh darah

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit antara


Pasien Anak Demam Berdarah Dengue dengan Perdarahan dan
Tanpa Perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-
Desember 2016

Universitas Lambung Mangkurat


41

Berdasarkan landasan teori tersebut, dibuat kerangka teori seperti

ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Faktor risiko
1. Faktor vektor
2. Faktor lingkungan
3. Faktor pejamu
4. Faktor agen

Demam Berdarah Dengue

Manifestasi perdarahan

Perdarahan Tanpa perdarahan

Jumlah trombosit Jumlah trombosit

:
Komponen yang diteliti

: Komponen yang tidak diteliti

: Komponen yang diteliti perbedannya

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit antara


Pasien Anak Demam Berdarah Dengue dengan Perdarahan dan
Tanpa Perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-
Desember 2016

Universitas Lambung Mangkurat


42

B. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori di atas, hipotesis penelitian ini adalah terdapat

perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak demam berdarah dengue dengan

perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang bersifat

cross sectional dengan pendekatan retrospektif. Variabel penelitian ini diamati

tanpa diintervensi.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi pada

penelitian ini adalah semua pasien anak DBD yang dirawat inap di RSUD Ulin

Banjarmasin periode Januari-Desember 2016.

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling. Sampel penelitian adalah pasien anak DBD yang

dirawat inap di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Desember 2016 yang

memenuhi kriteria inklusi.

1. Kriteria inklusi

a. Pasien anak di RSUD Ulin Banjarmasin yang berusia 0-18 tahun dan

didiagnosis DBD secara klinis.

b. Pasien anak DBD yang telah melakukan pemeriksaan jumlah trombosit.

43

Universitas Lambung Mangkurat


44

2. Kriteria eksklusi

a. Pasien anak DBD dengan penyakit lain yang dapat menyebabkan

trombositopenia, seperti lupus eritematosus, leukemia limfositik kronis,

purpura trombositopenik idiopatik (ITP), penyakit mieloproliferatif.

b. Pasien anak DBD dengan penyakit lain yang dapat menyebabkan perdarahan,

seperti hemofilia, telangiektasis hemoragik herediter, dan sindrom ehlers-

danlos.

c. Pasien anak DBD yang menderita keganasan hematologi dan kanker daerah

lain dengan metastasis ke sumsum tulang.

d. Pasien anak DBD yang mendapat transfusi trombosit.

e. Pasien anak DBD yang sedang mengkonsumsi obat dengan efek samping

trombositopenia dan perdarahan seperti obat golongan quinidin, quinolone,

aspirin, indometasin, fenilbutazon, warfarin dan heparin.

Kriteria ekslusi dapat disingkirkan berdasarkan catatan medis pasien pada

rekam medis RSUD Ulin Banjarmasin jika tidak ditemukan riwayat penyakit /

tindakan medis / penggunaan obat seperti di atas.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah:

1. Alat tulis

2. Tabulasi penelitian perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak DBD

dengan perdarahan dan tanpa perdarahan periode Januari-Desember 2016.

3. Buku registrasi pasien anak RSUD Ulin Banjarmasin.

Universitas Lambung Mangkurat


45

4. Rekam medis pasien anak DBD yang dirawat inap di RSUD Ulin

Banjarmasin.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah jumlah trombosit.

2. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah pasien anak DBD dengan

perdarahan dan tanpa perdarahan.

E. Definisi Operasional

1. Anak adalah pasien yang dirawat inap di RSUD Ulin Banjarmasin yang

berusia 0-18 tahun.

2. Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang diagnosisnya

ditegakkan oleh dokter spesialis Anak berdasarkan kriteria diagnosis WHO

tahun 2011.

3. Jumlah trombosit dinyatakan dalam satuan /µl didapat dari hasil pemeriksaan

hematologi yang dilakukan pada waktu terdekat dengan kejadian perdarahan

atau saat jumlah trombosit terendah jika tidak terjadi perdarahan, diperiksa

oleh laboratorium Patologi Klinik pada rekam medis RSUD Ulin

Banjarmasin. Pengukuran data menggunakan skala ukur numerik berupa

rasio.

4. Perdarahan adalah manifestasi klinis DBD yang dapat terlihat secara klinik

seperti petekie, purpura, ekimosis, perdarahan konjungtiva, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, dan melena, diperiksa oleh tenaga medis yang

Universitas Lambung Mangkurat


46

berkompeten dan didapat dari rekam medis RSUD Ulin Banjarmasin.

Pengukuran data menggunakan skala ukur kategorikal berupa nominal.

5. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, riwayat pengobatan, dan tindakan

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten di RSUD Ulin

Banjarmasin.

6. Instalasi rekam medis adalah tempat pengambilan data yang diperlukan dalam

penelitian ini, bertempat di RSUD Ulin Banjarmasin.

F. Prosedur Penelitian

1. Ethical clearance

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik

Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

2. Perizinan

Surat perizinan dibuat oleh Unit Pengelola Karya Tulis Ilmiah (UP-KTI)

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Kemudian surat tersebut

diserahkan ke bagian Tata Usaha dan Pendidikan dan Penelitian (Diklit) RSUD

Ulin Banjarmasin untuk diproses dan kemudian akan diserahkan kepada Direktur,

Kepala SMF IKA, Kepala bangsal Anak dan Kepala Instalasi Rekam Medis

RSUD Ulin Banjarmasin.

3. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder untuk

mendapatkan perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak DBD dengan

Universitas Lambung Mangkurat


47

perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-

Desember 2016. Tahap pelaksanaan ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Pembuatan surat izin Penyerahan surat izin kepada:


penelitian dan ethical
clearance di UP-KTI 1. Direktur RSUD Ulin Banjarmasin
2. Kepala SMF IKA RSUD Ulin Banjarmasin
3. Kepala bangsal Anak RSUD Ulin
Banjarmasin
Pemrosesan di bagian 4. Kepala Instalasi Rekam Medis RSUD Ulin
Tata Usaha dan Banjarmasin
Pendidikan dan
Penelitian (Diklit) RSUD Pencatatan nomor
Ulin Banjarmasin Studi Penelitian rekam medis di
bangsal Anak dan
Penyerahan nomor rekam SMF IKA RSUD
Penemuan data medis ke Instalasi Rekam Ulin Banjarmasin
penelitian Medis RSUD Ulin
Banjarmasin

Penentuan
sampel Pengumpulan Penyajian data
berdasarkan data penelitian penelitian dalam Analisis
kriteria inklusi bentuk tabel Data

Gambar 4.1 Skema Prosedur Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit antara


Pasien Anak DBD dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di
RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-Desember 2016

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder berupa perhitungan jumlah

trombosit pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan dari rekam

medis RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Desember 2016. Data yang

diperoleh diklasifikasikan, disajikan ke dalam tabel seperti yang terlampir pada

lampiran 1 dan dianalisis.

Universitas Lambung Mangkurat


48

H. Cara Analisis Data

Analisis data menggunakan SPSS. Data jumlah trombosit antara pasien anak

DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin

periode Januari-Desember 2016 dianalisis secara statistik menggunakan uji t tidak

berpasangan jika sebaran data normal dengan nilai p > 0,05. Cara analisis data

ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Jumlah Trombosit

Skala ukur numerik


Hipotesis komparatif

Uji normalitas data:


•Kolmogorov-Smirnov digunakan apabila jumlah sampel >50
•Shapiro-Wilk digunakan apabila jumlah sampel ≤ 50

Sebaran data normal Sebaran data tidak normal


(p>0,05) (p<0,05)

Uji t tidak berpasangan Uji Mann Whitney

Gambar 4.2 Skema Analisis Data Penelitian Perbedaan Jumlah Trombosit antara
Pasien Anak DBD dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di
RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-Desember 2016

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat dan

bivariat. Analisi univariat digunakan untuk mengetahui jumlah trombosit pada

pasien anak DBD yang mengalami perdarahan dan jumlah trombosit pada pasien

anak DBD yang tidak mengalami perdarahan. Data jumlah trombosit pada

masing-masing kelompok akan dilakukan uji normalitas menggunakan uji

Universitas Lambung Mangkurat


49

Kolmogorov-Smirnov jika jumlah subjek lebih dari 50 dan uji Shapiro-Wilk jika

jumlah subjek 50 atau kurang. Apabila distribusi data normal maka dipilih

mean/rerata sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi sebagai ukuran

penyebaran, apabila distribusi data tidak normal akan digunakan median sebagai

ukuran pemusatan dan nilai minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran.

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian.

Analisis bivariat yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan untuk mengetahui

perbedaan jumlah trombosit pada pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa

perdarahan, apabila syarat uji t tidak berpasangan terpenuhi.

Syarat uji t tidak berpasangan adalah sebagai berikut:

1. Sebaran data harus normal (p>0,05)

2. Varians data boleh sama, boleh juga beda

Dalam teknik ini peneliti menggunakan batas kemaknaan α = 0,05

dengan Confidence Interval ( CI = 95%), yaitu :

a. Bila p < α, Ho = ditolak Ha = diterima maka terdapat perbedaan antara

jumlah trombosit antara pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa

perdarahan.

b. Bila P > α, Ho = diterima Ha = ditolak maka tidak terdapat perbedaan antara

jumlah trombosit antara pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa

perdarahan.

Apabila syarat uji t tidak berpasangan tidak terpenuhi, maka peneliti

menggunakan uji alternatf yaitu uji Mann Whitney. Cara analisis data pada

penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Universitas Lambung Mangkurat


50

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD Ulin Banjarmasin dan waktu penelitian

pada bulan Mei-Agustus 2017 dengan periode penelitian Januari-Desember 2016.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak demam

berdarah dengue dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin

Banjarmasin periode Januari-Desember 2016 selama Mei-Agustus 2017 telah

dilaksanakan. Selama periode penelitian didapatkan 141 subjek penelitian yang

memenuhi kriteria. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling. Data yang diambil merupakan data sekunder yaitu rekam medis yang

mencakup kejadian perdarahan dan data hasil laboratorium berupa jumlah

trombosit yang dinyatakan dalam satuan/µL.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien DBD yang mengalami

trombositopenia dengan perdarahan sebanyak 70 orang (49,64%) dan

trombositopenia tanpa perdarahan sebanyak 71 orang (50,36%). Distribusi data

kejadian perdarahan pada pasien anak DBD di RSUD Ulin Banjarmasin periode

Januari-Desember 2016 dapat dilihat pada gambar 5.1

Kejadian Perdarahan pada Pasien Anak DBD di RSUD Ulin


Banjarmasin Periode Januari-Desember 2016

50,36% Perdarahan
49,64%
Tanpa Perdarahan

Gambar 5.1 Distribusi Data Kejadian Perdarahan pada Pasien Anak DBD di
RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-Desember 2016

51

Universitas Lambung Mangkurat


52

Data yang didapat kemudian diuji normalitas menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui sebaran data. Uji Kolmogorov-Smirnov

digunakan karena jumlah subjek lebih dari 50. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov

didapatkan p = 0,002 pada pasien dengan perdarahan dan p = 0,000 pada pasien

tanpa perdarahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebaran data tidak normal

karena p < 0,05.

Setelah didapatkan hasil bahwa sebaran data tidak normal, kemudian

dilakukan tranformasi data. Data hasil transformasi diuji menggunakan uji yang

sama yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui sebaran data. Hasil uji

Kolmogorov-Smirnov didapatkan p = 0,200 pada pasien dengan perdarahan dan p

= 0,052 pada pasien tanpa perdarahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebaran

data hasil transformasi normal karena p > 0,05 seperti yang terlihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Trombosit antara Pasien Anak
Demam Berdarah Dengue dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di
RSUD Ulin Banjarmasin
Jumlah
Nilai p
(n)
Pasien dengan perdarahan 70 0,200
Pasien tanpa perdarahan 71 0,052

Analisis univariat menggunakan median sebagai ukuran pemusatan data

serta nilai terendah dan tertinggi sebagai ukuran penyebaran data. Median jumlah

trombosit pada pasien anak DBD dengan perdarahan sebesar 42.500/µL dengan

nilai terendah sebesar 18.000/µL dan nilai tertinggi sebesar 98.000/µL. Sedangkan

median jumlah trombosit pada pasien anak DBD tanpa perdarahan sebesar

Universitas Lambung Mangkurat


53

38.000/µL dengan nilai terendah sebesar 10.000/µL dan nilai tertinggi sebesar

92.000/µL.

Setelah melakukan uji normalitas dan didapatkan sebaran data mormal maka

selanjutnya melakukan analisis bivariat menggunakan uji parametrik yaitu uji t

tidak berpasangan. Hasil uji t tidak berpasangan didapatkan p = 0,068 (p > 0,05).

Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah trombosit

antara pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan sehingga

hipotesis 0 (H0) pada penelitian ini diterima. Hasil uji t tidak berpasangan dapat

dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil Uji T Tidak Berpasangan pada Pasien Anak Demam Berdarah
Dengue dengan Perdarahan dan Tanpa Perdarahan di RSUD Ulin
Banjarmasin
Jumlah Median Terendah Tertinggi
Nilai p
(n) (µL) (µL) (µL)
Pasien dengan 70 42.500 18.000 98.000
perdarahan
0,068
Pasien tanpa 71 38.000 10.000 92.000
perdarahan

Hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan

bahwa terdapat perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak DBD dengan

perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin. Berdasarkan teori,

trombositopenia merupakan salah satu penyebab perdarahan. Trombositopenia

pada DBD disebabkan karena berbagai macam mekanisme seperti penekanan

sumsum tulang, ikatan antibodi spesifik terhadap trombosit, kompleks virus

antibodi, infeksi sel endotel dan infeksi pada sel makrofag.8,39,41 Penekanan

sumsum tulang baik melalui mekanisme langsung ataupun tidak lansung dapat

Universitas Lambung Mangkurat


54

menimbulkan trombositopenia.13 Ikatan antibodi spesifik terhadap trombosit

mengakibatkan penghancuran berlebihan.41 Infeksi sel dan makrofag berperan

dalam peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga menimbulkan

pemakaian trombosit secara berlebihan. 9,39 Kompleks virus antibodi yang

terbentuk dapat menyebabkan agregasi trombosit, aktivasi koagulasi dan aktivasi

komplemen. Agregasi trombosit yang terjadi menyebabkan penghancuran

trombosit oleh RES, gangguan fungsi trombosit dan aktivasi koagulasi. Aktivasi

koagulasi dapat menyebabkan terjadinya koagulopati konsumtif dan peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah dengan cara memicu sistem komplemen.

Aktivasi komplemen melalui pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah. Hal inilah yang menyebabkan

trombositopenia.9 Trombotisopenia mengakibatkan rapuhnya dinding pembuluh

darah.41 Trombositopenia dan beberapa faktor lain berperan dalam kejadian

perdarahan.9

Berdasarkan penelitian Bashir AB et al. didapatkan hasil bahwa

trombositopenia berhubungan dengan kejadian perdarahan pada pasien DBD

karena p > 0,05. Bashir AB et al. menyebutkan bahwa perdarahan dan

trombositopenia yang disebabkan akibat infeksi virus dengue berhubungan

dengan faktor virulensi dan faktor host/pejamu, faktor virus meliputi proses

infeksi virus dan faktor pejamu meliputi gangguan koagulasi, fibrinolisis, fungsi

sel endotel dan trombosit akibat pelepasan sitokin maupun pembentukan antibodi.

Trombositopenia tidak hanya gambaran hasil laboratorium pada pasien DBD,

namun sebagai penyebab penting terjadinya perdarahan. Pada penelitian ini

Universitas Lambung Mangkurat


55

disebutkan bahwa semakin parah trombositopenia maka semakin berat perdarahan

yang terjadi.13

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Bashir AB et al.

karena tidak didapatkan perbedaan antara jumlah trombosit pada pasien anak

DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan. Perbedaan hasil ini kemungkinan

terjadi karena perbedaan tempat penelitian, yaitu penelitian sebelumnya dilakukan di

Sudan, peneliti mengkategorikan jumlah trombosit, metode penelitian prospektif dan

subjek penelitian cukup banyak. Pada penelitian ini jumlah trombosit tidak

dikategorikan, metode penelitian retrospektif dan jumlah subjek penelitian yang

didapatkan tidak terlalu banyak.

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuwono IF tentang penurunan jumlah trombosit dan risiko terjadinya perdarahan.

Hasil dari penelitian Yuwono IF menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara

rerata jumlah trombosit terhadap pasien tanpa perdarahan, perdarahan ringan,

perdarahan sedang, maupun perdarahan berat karena didapatkan nilai p > 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap

kejadian perdarahan pada pasien DBD. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan

perdarahan pada pasien DBD yaitu trombopati meliputi trombositopenia dan

gangguan fungsi trombosit, koagulopati dan vaskulopati. 15

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Livina A dkk tentang hubungan

trombositopenia dan hematokrit dengan manifestasi perdarahan. Hasil dari

penelitian Livina A dkk menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara trombosit dengan manifestasi perdarahan. Hal ini selaras dengan

Universitas Lambung Mangkurat


56

penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa terdapat faktor lain yang juga

berpengaruh terhadap kejadian perdarahan selain trombositopenia. 43

Faktor lain penyebab perdarahan selain trombositopenia meliputi gangguan

fungsi trombosit, vaskulopati dan koagulopati. Hal ini diakibatkan karena

terbentuknya kompleks virus-antibodi akibat infeksi virus dengue.8

Gangguan fungsi trombosit ditandai dengan jumlah trombosit yang cukup

tetapi fungsinya terganggu. Gangguan fungsi trombosit disebabkan karena

perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit sehingga

mengakibatkan pelepasan ADP dan menimbulkan agregasi trombosit. 8 Trombosit

merupakan elemen yang penting dalam proses hemostasis. Trombosit bersirkulasi

di dalam pembuluh darah dan berfungsi menjaga integritas atau keutuhan dari

pembuluh darah. Apabila dinding pembuluh darah rusak, trombosit langsung

pergi ke lokasi luka untuk membentuk sumbat dan mengurangi perdarahan yang

terjadi tanpa menyebabkan sumbatan pembuluh darah yang dapat menganggu

aliran darah ke organ vital. Dengan demikian, gangguan fungsi trombosit dapat

meningkatkan risiko rapuhnya dinding pembuluh darah yang nantinya dapat

menyebabkan perdarahan.41 Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi trombosit yaitu

pemeriksaan kadar ADP dan metabolit prostasiklin plasma (PGI).42

Koagulopati juga berperan dalam proses perdarahan pada pasien DBD.

Agregasi trombosit dan kompleks virus antibodi dapat mengaktivasi sistem

koagulasi sehingga terjadi koagulopati konsumtif. Koagulopati konsumtif dapat

menyebabkan pemakaian berlebihan faktor koagulasi akibat adanya kerusakan

endotel.8 Selain itu, penurunan faktor koagulasi juga disebabkan karena

penurunan sintesis faktor koagulasi akibat disfungsi hepar. 7 Penelitian Srichaikul

Universitas Lambung Mangkurat


57

et al. menyebutkan bahwa keparahan gangguan koagulasi berhubungan dengan

trombositopenia dan keparahan klinis, terutama dengan derajat syok dan

perdarahan.45 Penelitian Bhancet et al. yang dikutip oleh Pujianti menyebutkan

bahwa gangguan koagulasi berperan dalam kejadian perdarahan pada pasien

DBD, ditandai dengan pemanjangan masa protrombin (protrombine time/PT) dan

masa tromboplastin parsial (activated partial tromboplastin time/APTT) pada

pasien DBD dengan perdarahan.7

Vaskulopati merupakan perubahan keadaan pembuluh darah ditandai

dengan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang terjadi karena

adanya aktivasi sistem komplemen, infeksi sel endotel dan infeksi sel makrofag.

Aktivasi komplemen C3 dan C5 menjadi C3a dan C5a menyebabkan peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah dan kebocoran plasma, ditandai dengan

peningkatan hematokrit, hiponatremi dan masuknya cairan ke dalam rongga

serosa.8 Sedangkan, infeksi sel makrofag menyebabkan pelepasan TNF-α, PAF,

IL-6 dan histamin yang berpengaruh terhadap kerusakan endotel. Infeksi virus

dengue pada sel endotel mengakibatkan diproduksinya sitokin proinflamasi yang

dapat mengaktivasi sistem komplemen sehingga meningkatkan permeabilitas

dinding pembuluh darah.9,39 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Srichaikul et al. perubahan keadaan pembuluh darah yang dapat menyebabkan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah berhubungan dengan kebocoran

plasma yang mungkin terjadi pada venula rongga serosa seperti rongga thoraks

dan abdomen, sedangkan perubahan yang berhubungan dengan perdarahan

disebabkan karena kebocoran eritrosit pada kapiler akibat kerapuhan dinding

pembuluh darah oleh infeksi virus dengue. 44

Universitas Lambung Mangkurat


58

Tanda perdarahan tidak selalu didapat secara spontan pada pasien, seperti

perdarahan yang muncul setelah dilakukan uji tourniquet. Bentuk-bentuk

perdarahan spontan yang terjadi pada penderita DBD dapat berupa perdarahan

kecil-kecil di kulit berupa petekie, ekimosis, melena, hematemesis, epistaksis,

perdarahan subkonjungtival, perdarahan otak dan sebagainya.12 Ong A et al.

menyebutkan bahwa pasien DBD yang mengalami perdarahan memiliki rasio

mortalitas 3-4 kali lebih besar dibandingkan pasien tanpa perdarahan.45 Banyak

faktor yang menyebabkan perdarahan pada DBD seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan lain untuk mengetahui

faktor penyebab perdarahan selain akibat trombositopenia, seperti pemeriksaan

kerusakan endotel, tanda-tanda syok, pemeriksaan faktor koagulasi, pemeriksaan

fungsi trombosit dan indikator koagupati konsumtif. Keterbatasan dalam

penelitian ini adalah peneliti tidak mengkaji vaskulopati, koagulopati dan

gangguan fungsi trombosit sebagai faktor lain penyebab terjadinya perdarahan

pada pasien DBD.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian tentang perbedaan jumlah trombosit antara

pasien anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin

Banjarmasin periode Januari-Desember 2016 adalah sebagai berikut:

1. Median jumlah trombosit pada pasien anak DBD yang mengalami perdarahan

di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Desember 2016 adalah 42.500/µL.

2. Median jumlah trombosit pada pasien anak DBD yang tidak mengalami

perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Desember 2016 adalah

38.000/µL.

3. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p = 0,068) jumlah trombosit antara pasien

anak DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin

Banjarmasin periode Januari-Desember 2016.

B. Saran

Saran dari penelitian tentang perbedaan jumlah trombosit antara pasien anak

DBD dengan perdarahan dan tanpa perdarahan di RSUD Ulin Banjarmasin

periode Januari-Desember 2016 adalah sebagai berikut:

1. Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya menggunakan metode penelitian

prospektif dengan data primer.

2. Perlu dibuat kategori untuk jumlah trombosit agar dapat mengetahui kelompok

jumlah trombosit dengan manifestasi perdarahan terbanyak.

59

Universitas Lambung Mangkurat


60

3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain

penyebab perdarahan pada pasien DBD selain trombositopenia.

4. Sebaiknya peneliti selanjutnya memperhatikan setiap fase klinis pada demam

berdarah dengue.

5. Perlu dibuat kategori untuk demam berdarah dengue berdasarkan derajatnya

agar dapat mengetahui kelompok demam berdarah dengue dengan manifestasi

perdarahan terbanyak.

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR PUSTAKA

1. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Demam berdarah dengue.


Dalam : Suprapto N, Karyanti MR, penyunting. Kapitas selekta kedokteran.
Jilid I. Edisi VI. Jakarta: Media Aesculapius; 2014. h. 68-71.

2. Candra A. Demam berdarah dengue: epidemiologi, patogenesis, dan faktor


risiko penularan. Aspirator. 2010;2(2):110-119.

3. World Health Organization. Comprehensive guidelines for prevention and


control of dengue and dengue haemorrhagic fever. WHO Library Cataloguing
in Publication Data [serial online]. 2011[cited 2016 Oct 27]. Available from:
http://www.searo.who.int/entity/vector_borne_tropical_diseases/documents/S
EAROTPS60/en.

4. Susanti M. Analisis implementasi program pencegahan dan penanggulangan


demam berdarah dengue dalam menurunkan insiden DBD berbasis kelurahan
di Kota Medan tahun 2014 [tesis]. Medan: Program Pendidikan Sarjana
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara; 2015.

5. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Wilayah KLB DBD ada di 11


provinsi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [serial online]. 2016
[dikutip 29 Oktober 2016]. Diakses melalui : www.depkes.go.id.

6. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Profil kesehatan Kota Banjarmasin.


Banjarmasin: Data Kesehatan Kota Banjarmasin; 2016.

7. Pudjianti. Kinetika gangguan koagulasi pada penderita demam berdarah


dengue [tesis]. Semarang: Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2005.

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direkrorat Jendreral


Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Tatalaksana
demam berdarah di Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan;
2004.

9. Tjahjono G, Widiyanti P, Nasronudin. Clinical manifestation approach of


dengue viral infection. Indonesian Journal of Tropical Infectious Disease.
2016;6(2):39-45.

10. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar : Teks dan atlas. Edisi X.
Diterjemahkan oleh : Tambayong J, Dany F. Jakarta: EGC; 2007.

61
Universitas Lambung Mangkurat
62

11. Sundaryono A. Penggunaan batang tanaman betadin (Jatropha mulitifida


Linn) untuk meningkatkan jumlah trombosit pada Mus musculus. M Med
Indones. 2011; 45(2):90-94.

12. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar nfeksi &
pediatri tropis edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2015.

13. Bashir AB, Mohammed BA, Saeed OK, Ageep AK. Trombocytopenia and
bleeding manifestations among patients with dengue virus infection in Port
Sudan, Red Sea State of Sudan. J Infect Dis Immun. 2015;7(2):1-7.

14. Syumarta Y, Hanif AM, Rustam E. Hubungan jumlah trombost, hematokrit


dan hemoglobin dengan derajat klinik demam berdarah dengue pada pasien
dewasa di RSUP. M. Djamil Padang. 2014;3(3):492-498.

15. Yuwono F, Sofro MAU, Farida H. Penurunan jumlah trombosit sebagai


faktor risiko terjadinya perdarahan pada pasien demam berdarah dengue
dewasa di RSUP Dr. Kariadi Semarang [karya tulis ilmiah]. Semarang:
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2007.

16. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas FKUI. Buku kuliah ilmu
kesehatan anak Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Infomedika; 2012.

17. Hartanto F. Hubungan golongan darah O dengan kejadian syok pada


penderita demam berdarah [tesis]. Semarang: Program Pendidikan Dokter
Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2005.

18. Murray NEA, Quam MB, Wilder Smith A. Epidemiology of dengue: past,
present and future prospects. Clin Epidemiol. 2013;5:299-309.

19. Verhagen LM, Groot R. Dengue in children. J Infect. 2014;1:1-10.

20. Wong JGX, Tun LT, Yee Sin Leo, Junxiong P, David LC. Identifying adult
dengue patients at low risk for clinically significant bleeding. Plos One.
2016;1:1-12.

21. World Health Organization. Guidelines for diagnosis, treatment, prevention


and control. WHO Library Cataloguing in Publication Data [serial online].
2009[cited 2016 Dec 19]. Available from: http://www.who.int/rpc/guidelines/
9789241547871/en/.

22. Ansori ANM, Sucipto T, Deka P, et al. Differences of universal and multiplex
primer for detection of dengue virus from patients suspected dengue
hemorrhagic fever (DHF) in Surabaya. Indonesian Journal of Tropical and
Infectious Disease. 2015:5:6:147-151.

Universitas Lambung Mangkurat


63

23. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Kesehatan RI. 2016;1:1-12.

24. Mayetti. Hubungan gambaran klinis dan laboratorium sebagai faktor risiko
syok pada demam berdarah dengue. Sari Pediatri. 2010;11(5):367-373.

25. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue.


Dalam: Setiati, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF,
penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
Internal Publishing; 2014. h. 539-548.

26. Djati AP, Rahayujati, Raharto S. Faktor risiko demam berdarah dengue di
Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY tahun 2010.
Jurnal Kesehatan Masyarakat FKIK UNSOED. 2012;1-16.

27. Iriani Y. Hubungan antara curah hujan dan peningkatan kasus demam
berdarah dengue anak di kota Palembang. Sari Pediatri. 2012;13(6):378-383.

28. World Health Organization. Handbook for clinical management of dengue.


WHO Library Cataloguing in Publication Data [serial online]. 2012[cited
2016 Dec 27]. Available from: http://www.wpro.who.int/mvp/documents/
handbook_for_clinical_management_of_dengue.

29. Ambarsari CG, Hadinegoro SRS, Kadim M, Devaera Y, Idris NS. New
Dengue Case Classification. Dalam: Hadinegoro SRS, penyunting. Update
management of infectious disease and gastrointestinal disorders. Edisi1.
Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2012:h. 16-26.

30. Nelli S. Hubungan status gizi dengan kejadian renjatan pada penderita anak
demam berdarah dengue periode Januari-Juni 2006 di RSUP. M. Djamil
Padang [tesis]. Padang: Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana
Universitas Andalas; 2007.

31. Rena NMRA, Utama S, Parwati TM. Kelainan hematologi pada demam
berdarah dengue. J Peny Dalam. 2009;10(3):218-225.

32. World Health Organization. National guidelines for clinical management for
dengue fever [serial online]. 2015[cited 2016 Oct 11]. Available from:http://
www.searo.who.int/india/publications/national_guidelines_clinical_managem
ent _dengue1.

33. Dhobale RV, Gore AD, Waghachavare VB, Kumbhar SG, Kadam YR,
Dhumale GB. Clinical and laboratory characteristic of pediatric dengue
patients in a tertiary care hospital. Natl J Community Med. 2016;7(1):21-24.

34. Jitendra S, Anju D, Virendra A, et al. Intracranial hemorrhage in dengue


fever: a case series. J Med Sci Clin Res. 2015;3(2):4447-4452.

Universitas Lambung Mangkurat


64

35. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Dengue fever and
dengue hemorrhagic fever. In : Halstead SB, editor. Nelson textbook of
pediatrics 18th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier Inc; 2007. p. 1147-
1150.

36. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi VI.
Diterjemahkan oleh : Pendit BU, Yesdelita N. Jakarta: EGC; 2012.

37. Baldy CM. Gangguan Koagulasi. Dalam: Price SA, Wilson LM, penyunting.
Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jilid II. Edisi VI. Jakarta:
EGC; 2014. h. 298-300.

38. Matondang AV, Widodo D, Zulkarnain I, et al. The correlation between


thrombopoietin and platelet count in adult dengue viral infection patient. Acta
Med Indones-Indones J Intern Med. 2004;36(2):62-69.

39. Hadinegoro SR, Satari HI. Demam berdarah dengue. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 1999.

40. World Health Organization. Bleeding scale. Journal Blood [serial


online].2011.[cited 2017 Jan 29]. Available from: http://www.bloodjournal.
org/content/suppl/2012/04/26/blood-2011-11-3 8956 9.DC1/blood-2011-11-
389569-1.pdf?sso-checked=true.

41. Noisakran S, Perng GC. Alternate hypothesis on the pathogenesis of dengue


hemorrhagic fever (DHF) / dengue shock syndrome (DSS) in dengue virus
infection. Soc Exp Biol Med. 2008:23:401-408.

42. Yasa IWPS, Putra GAET, Rahmawati A. Trombositopenia pada demam


berdarah dengue. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 2012;43:114-121.

43. Livina A, Rotty LWA, Panda L. Hubungan trombositopenia dan hematokrit


dengan manifestasi perdarahan pada penderita demam dengue dan demam
berdarah dengue. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 2013;-:1-8.

44. Srichaikul T, Nimmannitya S. Haematology in dengue and dengue


haemorrhagic fever. Bailliere’s Clin Haematol. 2000;13(2):261-276.

45. Ong A, Sandar M, Chen MI, Sin LY. Fatal dengue hemorrhagic fever in
adults during a dengue epidemic in Singapore. Int J Infect Dis. 2007;11:263-
267.

Universitas Lambung Mangkurat


LAMPIRAN

65

Universitas Lambung Mangkurat


66

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Universitas Lambung Mangkurat


67

Lampiran 2. Surat Ethical Clearance

Universitas Lambung Mangkurat


68

Lampiran 3. Tabulasi Data Perbedaan Jumlah Trombosit antara Pasien Anak


Demam Berdarah Dengue dengan Perdarahan dan tanpa Perdarahan
di RSUD Ulin Banjarmasin Periode Januari-Desember 2016

Tabel 1. Tabel Tabulasi Jumlah Trombosit pada Pasien Anak Demam


Berdarah Dengue dengan Perdarahan RSUD Ulin Banjarmasin
Periode Januari-Desember 2016

Jumlah Trombosit Manifestasi


No. Inisial Pasien No. Rekam Medik
(satuan/µL) perdarahan
1. JE 1201827 29.000 Epistaksis
2. NNA 1202525 42.000 Petekie, Melena
3. RFR 1200989 60.000 Hematemesis,
petekie
4. HRR 1201219 73.000 Petekie
5. MY 1199805 69.000 Petekie
6. ATH 1200269 59.000 Gusi berdarah
7. FA 1197871 21.000 Gusi berdarah
8. MM 979876 98.000 Epistaksis
9. RNI 1203390 65.000 Petekie
10. DFAI 1197607 45.000 Petekie
11. MS 1198018 92.000 Petekie
12. W 1196666 25.000 Gusi berdarah
13. S 1199388 43.000 Petekie
14. NS 1198146 40.000 Melena
15. NA 1217988 37.000 Hematemesis,
Melena
16. MRA 1226684 22.000 Melena
17. SP 1207532 41.000 Petekie
18. IUR 1182042 34.000 Petekie, gusi
berdarah
19. BKSD 1205988 31.000 Melena
20. AR 1210189 47.000 Melena
21. HS 1219337 34.000 Petekie
22. AN 1203644 37.000 Epistaksis, petekie
23. MS 1204475 31.000 Petekie
24. SA 1206172 42.000 Gusi berdarah,
melena
25. FH 1207375 26.000 Petekie
26. MW 1226617 51.000 Petekie, keluar
darah dari telinga
27. SH 1217216 57.000 Melena
28. RJ 1196171 72.000 Petekie
29. RR 1204410 61.000 Epistaksis, gusi
berdarah
30. NS 1181016 84.000 Petekie
31. YA 1209515 75.000 Petekie
32. MA 1195052 39.000 Petekie
33. MHM 1195392 56.000 Petekie, epistaksis
34. HA 1196445 47.000 Epistaksis

Universitas Lambung Mangkurat


69

35. EA 1196158 32.000 Petekie


36. RM 1196316 90.000 Petekie
37. APL 1196015 57.000 Petekie
38. SN 1195212 36.000 Petekie
39. DY 1195404 59.000 Petekie
40. NDP 1195705 42.000 Petekie
41. AS 1196029 47.000 Petekie
42. ZN 1204906 40.000 Petekie
43. LSU 1206701 39.000 Melena
44. R 1213701 18.000 Gusi berdarah,
epistaksis
45. AM 1195824 30.000 Petekie
46. CHY 1196669 79.000 Petekie
47. NAK 1198993 96.000 Petekie,
epistaksis, melena
48. MH 1196737 37.000 Epistaksis
49. BR 1197454 50.000 Petekie
50. DN 1227179 61.000 Hematemesis
51. MAR 1233978 48.000 Petekie
52. MR 1230475 71.000 Epistaksis
53. YE 1200387 62.000 Epistaksis
54. S 1202370 39.000 Hematemesis,
melena
55. NS 1230761 39.000 Petekie
56. N 1201729 39.000 Hematemesis,
melena
57. NS 1201712 45.000 Hematemesis,
melena
58. HR 1201101 36.000 Hematemesis
59. YE 1200387 28.000 Epistaksis
60. M 1201385 68.000 Petekie
61. SQ 1202146 86.000 Gusi berdarah
62. MA 1201568 38.000 Epistaksis,gusi
berdarah
63. NY 1203170 61.000 Gusi berdarah
64. MZI 1202786 22.000 Epistaksis
65. ANG 1202657 30.000 Epistaksis
66. MFR 1201352 29.000 Epistaksis
67. YLT 1202951 34.000 Gusi berdarah
68. NS 1198724 34.000 Petekie
69. RF 1198552 52.000 Epistaksis
70. IR 1199612 75.000 Petekie

Universitas Lambung Mangkurat


70

Tabel 2. Rancangan Tabel Tabulasi Jumlah Trombosit pada Pasien Anak


Demam Berdarah Dengue tanpa Perdarahan RSUD Ulin
Banjarmasin Periode Januari-Desember 2016

Jumlah Trombosit
No. Inisial Pasien No. Rekam Medik
(satuan/µL)
1. KII 1202504 37.000
2. MY 1201214 43.000
3. MRS 1201830 92.000
4. NA 1199763 14.000
5. R 1200867 62.000
6. DA 700291 42.000
7. H 1202351 10.000
8. NS 1197848 39.000
9. SK 1198003 79.000
10. SM 1196918 23.000
11. NRA 1198775 71.000
12. HN 835179 50.000
13. AA 1198007 69.000
14. NH 1227269 37.000
15. MAA 1198310 92.000
16. NH 1198513 75.000
17. KNA 1199349 67.000
18. MDP 1203545 41.000
19. DNS 1208145 26.000
20. FY 1208344 31.000
21. SK 1204241 48.000
22. MS 1211779 63.000
23. SY 1207675 92.000
24. NSI 1208790 28.000
25. MDF 1227020 40.000
26. RS 1216155 23.000
27. AML 1196541 22.000
28. RA 1196180 73.000
29. GB 1196545 35.000
30. CAS 1194764 81.000
31. JR 1196743 32.000
32. MFA 1195847 28.000
33. YP 1194640 65.000
34. KA 1197359 62.000
35. DA 1196781 13.000
36. RMS 1196006 28.000
37. RA 1195514 90.000
38. ZH 1194932 28.000
39. MNH 1194921 63.000
40. AA 1204901 23.000
41. GLS 1196555 33.000
42. LRD 1197683 68.000
43. PWT 1198946 53.000
44. AZ 1198940 39.000

Universitas Lambung Mangkurat


71

45. LA 1227696 36.000


46. RSK 1234371 30.000
47. NH 1227269 34.000
48. MR 1230400 64.000
49. AR 1232629 38.000
50. IQM 1230432 36.000
51. APD 1201401 28.000
52. NP 1200021 12.000
53. NF 1200288 65.000
54. RHN 1201133 80.000
55. NTS 1197606 37.000
56. NA 1199807 30.000
57. WLN 1202164 27.000
58. SLV 1202370 31.000
59. EM 1197886 42.000
60. PN 1203389 21.000
61. NA 1200498 38.000
62. NH 1049875 32.000
63. MF 1198006 30.000
64. GTDZ 1198926 25.000
65. NH 1198294 71.000
66. AA 1198316 13.000
67. MSA 1228469 25.000
68. FF 1198470 33.000
69. MFH 1199351 56.000
70. ARF 1198701 50.000
71. YSF 1199546 48.000

Universitas Lambung Mangkurat


72

Lampiran 4. Uji Analisis Data

1. Analisis Univariat dan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov


Descriptives

Perdarahan Statistic Std. Error

Jumlah_Trombosit YA Mean 49057.14 2349.299

95% Confidence Interval for Lower 44370.42


Mean Bound

Upper 53743.87
Bound

5% Trimmed Mean 48111.11

Median 42500.00

Variance 3.863E8

Std. Deviation 19655.648

Minimum 18000

Maximum 98000

Range 80000

Interquartile Range 27000

Skewness .753 .287

Kurtosis -.177 .566

TIDAK Mean 44535.21 2572.477

95% Confidence Interval for Lower 39404.57


Mean Bound

Upper 49665.85
Bound

5% Trimmed Mean 43730.05

Median 38000.00

Variance 4.699E8

Std. Deviation 21676.077

Minimum 10000

Maximum 92000

Range 82000

Universitas Lambung Mangkurat


73

Interquartile Range 35000

Skewness .619 .285

Kurtosis -.565 .563

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Perdarahan Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlah_Trombosit YA .140 70 .002 .938 70 .002

TIDAK .152 71 .000 .932 71 .001

a. Lilliefors Significance Correction

2. Hasil Transformasi Data


Descriptives

Perdarahan Statistic Std. Error

Tranform_Jumlah_ YA Mean 4.6571 .02066


Trombosit
95% Confidence Interval for Mean Lower 4.6159
Bound

Upper 4.6983
Bound

5% Trimmed Mean 4.6586

Median 4.6284

Variance .030

Std. Deviation .17285

Minimum 4.26

Maximum 4.99

Range .74

Interquartile Range .25

Skewness -.004 .287

Kurtosis -.561 .566

TIDAK Mean 4.5946 .02687

Universitas Lambung Mangkurat


74

95% Confidence Interval for Mean Lower 4.5410


Bound

Upper 4.6481
Bound

5% Trimmed Mean 4.6031

Median 4.5798

Variance .051

Std. Deviation .22644

Minimum 4.00

Maximum 4.96

Range .96

Interquartile Range .35

Skewness -.393 .285

Kurtosis -.097 .563

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Perdarahan Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Tranform_Jumla YA .078 70 .200* .984 70 .503


h_Trombosit
TIDAK .105 71 .052 .962 71 .032

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

3. Analisis Bivariat Menggunakan Uji T Tidak Berpasangan


Group Statistics

Perdarah Std. Error


an N Mean Std. Deviation Mean

Tranform_Jumlah_Trombosit YA 70 4.6571 .17285 .02066

TIDAK 71 4.5946 .22644 .02687

Universitas Lambung Mangkurat


75

Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Interval of the
Difference

Std.
Sig. Error
(2- Mean Differen
F Sig. t df tailed) Difference ce Lower Upper

Tranform Equal 3.766 .054 1.842 139 .068 .06254 .03396 -.00460 .12969
_Jumlah variances
_Trombo assumed
sit
Equal 1.845 130.830 .067 .06254 .03390 -.00451 .12960
variances
not
assumed

Universitas Lambung Mangkurat


76

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Universitas Lambung Mangkurat


77

Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai