Anda di halaman 1dari 19

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Nutrisi pada geriatri

2.1.1 Definisi

Geriatri adalah orang yang berusia tua (secara biologis) yang beresiko akut

kehilangan kemandirian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit akut/kronis

(multipel patologi) yang berhubungan dengan keterbatasan fisik, psikologis,

mental, dan sosial.1

Menurut World Health Organization (WHO) lansia dikelompokkan menjadi

4 kelompok, yaitu:2

- Usia pertengahan (45-49 tahun)

- Lanjut usia (60-74 tahun)

- Lansia tua (75-90 tahun)

- Usai sangat tua (>90 tahun)

Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI), lanjut usia

dikelompokkan menjadi:2

- Pra lanjut usia (45-59 tahun)

- Lanjut usai (60-69 tahun)

- Lanjut usia risiko tinggi (≥ 70 tahun atau usia ≥ 60 tahun dengan masalah

kesehatan)

Nutrisi merupakan penentu yang sangat penting terhadap kesehatan, fungsi

fisis, dan kognitif, vitalitas, kualitas hidup keseluruhan, dan panjangnya usia. Status
4

nutrisi memiliki dampak utama pada timbulnya penyakit dan hendaya pada usia

lanjut. Nutrisi adalah modulator penting kesehatan dan kesejahteraan pada orang

tua. Nutrisi yang tidak memadai berkontribusi terhadap perkembangan berbagai

penyakit dan dianggap sebagai salah satu faktor risiko kejadian sarcopenia dan

kelemahan. Selain itu kondisi nutrisi yang baik juga penting karena dapat mencegah

penyakit jantung, osteoporosis, diabetes, dan kanker.4,5,8

2.1.2 Proses menua7

Proses pertumbuan dan perkembangan manusia berlangsung sepanjang masa,

sejak dari janin, bayi, balita, remaja, dewasa hingga masa tua. Proses menua

berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan. Pada akhirnya

akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan tubuh

sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan .

Proses menua sangat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap

individu, karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal

yang mempengaruhi proses menua adalah asupan makanan, pendidikan, sosial

budaya, penyakit infeksi/degeneratif, hygiene, sanitasi lingkungan, ekonomi dan

dukungan keluarga. Faktor eksternal lain yaitu kemunduran psikologis seperti

sindroma lepas jabatan, perasaan sedih dan sendiri, perubahan status sosial sangat

mempengaruhi proses menua pada seseorang. Asupan makanan angat

mempengaruhi proses menua karena seluruh aktivitas sel atau metabolisme dalam

tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sementara itu perubahan biologis pada

lanjut usia merupakan faktor internal yang pada akhirnya dapat mempengaruhi

status gizi.
5

Proses perubahan biologis pada lanjut usia ditandai dengan:

- Pengurangan massa otot dan bertambahnya masa lemak, dapat menurunkan

jumlah cairan tubuh sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah

berkeriput dengan garis-garis yang menetap. Lanjut usia terlihat kurus.

- Gangguan indera perasa, penciuman, pendengaran, penglihatan dan perabaan

menurun. Menurunnya fungsi indera perasa berkaitan dengan kekurangan kadar

zink menyebabkan berkurangnya nafsu makan pada lanjut usia. Sensitifitas

terhadap rasa manis dan asin biasanya berkurang, ini menyebabkan lanjut usia

senang makan yang manis dan asin.

- Katarak pada lanjut usia sering dihubungkan dengan kekurangan Vitamin A, C

dan asam folat.

- Gigi-geligi yang tanggal, menyebabkan gangguan fungsi mengunyah yang

mengakibatkan kurangnya asupan makanan pada lanjut usia.

- Cairan saluran cerna dan enzim-enzim yang membantu pencernaan berkurang

pada proses menua. Nafsu makan dan kemampuan penyerapa zat- zat gizi juga

menurun terutama lemak dan kalsium. Menurunnya sekresi air ludah

mengurangi kemampuan mengunyah dan menelan makanan. Pada lambung,

faktor yang berpengaruh terhadap penyerapan vitamin B12 berkurang, sehingga

dapat menyebabkan anemia.

- Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan

seperti perut kembung, nyeri perut, dan susah buang air besar. Hal ini dapat

menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya wasir.


6

- Penurunan kemampuan motorik menyebabkan lanjut usia kesulitan untuk

makan.

- Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat

jangka pendek, melambatnya proses informasi, mengatur dan mengurutkan

sesuatu yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-

hari disebut dengan demensia/pikun.

- Kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang,

sehingga dapat terjadi pengenceran natrium. Selain itu pengeluaran urin diluar

kesadaran (inkontinensia urin) menyebabkan lanjut usia sering mengurangi

minum, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.

Gambar 2.1 Faktor yang berperan dalam proses penuaan7


7

2.2.3 Faktor dalam kebutuhan Nutrisi7

Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadinya perubahan proses

fisiologi dan psikososial sebagai akibat proses menua. Kebutuhan gizi lanjut usia

sangat dipengaruhi oleh faktor :

 Umur

Pada lanjut usia kebutuhan energi dan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun,

kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan protein,

vitamin dan mineral tetap yang berfungsi sebagai regenerasi sel dan antioksidan

untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel.

 Jenis kelamin

Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama energi,

protein dan lemak) dibandingkan pada wanita, karena postur, otot dan luas

permukaan tubuh laki-laki lebih luas dari wanita. Namun kebutuhan zat besi (Fe)

pada wanita cenderung lebih tinggi, karena wanita mengalami menstruasi. Pada

wanita yang sudah menopause kebutuhan zat besi (Fe) turun kembali.

 Aktivitas fisik dan pekerjaan

Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada

berurangnya aktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang.

Kecukupan zat gizi seseorang juga sangat tergantung dari pekerjaan seharihari:

ringan, sedang, dan berat. Makin berat pekerjaaan seseorang makin besar zat gizi

yang dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat memerlukan zat

gizi yang lebih banyak.


8

 Postur tubuh

Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan

postur tubuh yang lebih kecil.

 Iklim/suhu udara

Orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat

gizi lebih untuk mempertahankan suhu tubuhnya.

 Kondisi kesehatan (stress fisik dan psikososial)

Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai

dengan kondisi kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor

psikososial yang kerap terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gizi.

Pada lanjut usia masa rehabilitasi sesudah sakit memerlukan penyesuaian

kebutuhan gizi.

 Lingkungan.

Lanjut usia yang sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik,

industri, dll) perlu mendapat suplemen tambahan yang mengandung protein,

vitamin dan mineral untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek radiasi.

2.2.4 Kebutuhan gizi dalam proses penuaan

Pada prinsipnya kebutuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi

seimbang. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut

usia untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan

gizi. Kebutuhan gizi lanjut usia dihitung secara individu.6

Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan

berakhir saat kematian. Selama periode pertumbuhan, proses anabolisme


9

melampaui proses katabolisme. Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat

kematangan fisiologik, kecepatan katabolisme atau proses degenerasi lebih besar

daripada proses regenerasi sel. Akibat yang timbul adalah hilangnya sel – sel yang

berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi organ.6

Kebutuhan kalori berkurang dengan bertambahnya usia, meskipun kebutuhan

individu sangat bervariasi tergantung pada tingkat aktivitas dan status gizi mereka.

Diet sehari penuh memerlukan 1800 kalori tetapi sekali lagi tergantung pada status

kesehatan. Kebutuhan protein orang dewasa tua yang sehat sama dengan orang

dewasa lainnya. Kebutuhan dasar adalah 0,8-1,0 g protein / kg berat badan. Sayuran

berdaun hijau, sayuran lain dan buah-buahan segar kaya akan mineral dan vitamin

sehingga dapat melindungi dari penyakit. Penggunaan berlebihan lemak nabati dan

hewan dapat meningkatkan lemak darah sehingga meningkatkan risiko penyakit

jantung dan penyakit lainnya.9,10

Konsumsi makanan yang kaya akan asam alfa-linolenat (ALA) seperti

kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, fenugreek dan biji mustard. Asupan

natrium yang lebih tinggi menyebabkan ekskresi kalsium yang lebih besar yang

dapat menyebabkan pengurangan kepadatan tulang. Bukti yang ada

mengungkapkan dampak buruk dari asupan garam yang tinggi pada pembuluh

darah, tekanan darah, tulang dan saluran pencernaan. Asupan garam dalam populasi

kita umumnya melebihi kebutuhan. Seharusnya tidak lebih dari 6 g per hari. Garam

digunakan sebagai kendaraan untuk fortifikasi makanan karena biasanya digunakan

dalam persiapan makanan. Vitamin antioksidan, vitamin E, karotenoid dan vitamin

C, perlu ditingkatkan karena potensinya untuk meningkatkan fungsi kekebalan


10

tubuh. Kebutuhan akan vitamin A berkurang dan kebutuhan riboflavin, vitamin B6

dan B12 dan seng meningkat. Adapun sumber nutrisi dan efeknya terhadapt tubuh

dapat dilihat pada table 2.19,11

Tabel 2.1 Sumber nutrisi dan akibatnya jika terjadi defisiensi11

Kebutuhan Sumber Defisiensi


nutrisi
Vitamin C Citrus, jambu biji, tomat, Perdarahan pada gusi, nyeri
sayuran hijau, kentang sendi, penyembuhan luka
terajdi lambat, perdarahan, dan
menurunkan sistem imun
Vitamin B6 Daging, susu, ikan, kuning Menurunkan system imun,
telur, jagung, gandung irritable, mudah gugup,
kebingungan, dan anemia
Vitamin Hati, telur, ikan, daging babi, Anemia megaloblastic,
B12 daging ayam, susu gangguan fungsi kognitif,
demensia gangguan
neuropsikiatri, lelah dan lesu,
glossitis, dan hiperpigmentasi
pada kulit
Asam folat Sayuran, dedaunan hijau, biji- Anemia megaloblastic,
bijian, telur, sereal, hati glossitis, dan hiperpigmentasi
pada kulit
Vitamin D Lemak ikan, minyak hati ikan, Diperlukan dalam
kuning telur, sus pemeliharaan tulang dan
penyerapan kalsium, jika terjadi
defisiensi dapat mengakibatkan
pengeroposan tulang
Vitamin A Hati, kuning telur, susu, keju, Bitot’s spots pada mata, xerosis
butter, minyak hati ikan konjungtiva dan kornea, xerosis
11

pada kulit, dan hyperkeratosis


folikuler
Protein Ikan, daging ayam, keju, tofu, Edema, rambut kusam, kering,
kacang-kacangan, telur, yogurt, jarang dan mudah dicabut.
kedelai, Pembesaran kelenjar parotis
dan kehilangan otot
Zat besi Sayur berdaun, kacang- Pucat, atropi papil lidah, spoon
kacangan, sereal, ikan, apel, nails, konjungtiva pucat
buah kering
Niacin Kacang-kacangan, biji-bijian, Nasolabial seborrhea, fisura
hati, ragi, susu, ikan, telur, dan dan kemerahan pada sudut
sayuran kelopak mata dan mulut,
dermatitis pellagrous, mudah
kebingungan
Riboflavin/ Susu dan produk dari susu, Nasolabial seborrhea, fisura
Vitamin B2 sereal buah-buahan, sayur- dan kemerahan pada sudut
sayuram, dan ikan kelopak mata dan mulut, lidah
berwarna magenta, genital
dermatosis
Tiamin/ Sereal, kacang-kacangan, Mudah kebingungan, irritable,
Vitamin B1 minyak biji, ragi, daging babi, nyeri pada otot kaki, kehilangan
hati, susu sensorik tubuh, dan pembesaran
otot jantung
Air putih Dehidrasi, peningkatan suhu
tubuh, mukosa kekeringan,
penurunan produsi urin, dan
kebingungan.
Serat Roti, sereal Gangguan sistem pencenaan,
peningkatan risiko infark
miokard
12

Zinc Produk hewani, biji-bijian, Penurunan daya pegecapan,


kacang kering penyembuhan luka lambat,
kebingungan

Diet yang terdiri dari kelompok makanan yang menyediakan semua nutrisi

dibutuhkan dalam jumlah yang tepat membantu dalam pencegahan malnutrisi

mikronutrien dan penyakit kronis tertentu seperti penyakit kardiovaskular, katarak

dan kanker. Buah-buahan segar bergizi lebih baik dari jus buah. Individu yang

kelebihan berat badan dan obesitas berada pada peningkatan risiko komorbiditas

termasuk diabetes tipe 2, penyakit hati berlemak, batu empedu, kolesterol darah

tinggi dan trigliserida, gangguan ortopedi (Osteoartritis), hipertensi dan penyakit

kardiovaskular lainnya, kanker tertentu dan masalah psiko-sosial. Makanlah

beragam makanan untuk memastikan diet seimbang. Makanan olahan yang kaya

akan lemak, garam, gula dan pengawet dapat menimbulkan risiko kesehatan jika

dikonsumsi secara teratur. Air adalah nutrisi paling penting dari semua dan

membantu dalam pemeliharaan kesehatan kita. Pedoman asupan air yang memadai

adalah 1,0 ml air / energi kkal yang dikonsumsi (misalnya, 1,8 L untuk asupan 1.800

kalori), atau 25-30 ml / kg berat badan bagi kebanyakan orang. Konsep makanan

sehat dan baik dalam proses memasak adalah dasar untuk menjaga kesehatan.

Individu lanjut usia membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral agar tetap

sehat dan aktif. Lansia harus mencoba mengkonsumsi berbagai makanan kaya

nutrisi. Mereka harus menjaga keseimbangan asupan makanan dengan aktivitas

fisik. Makan makanan banyak dibagi porsi dalam sehari. Makanan dengan lebih

banyak minyak dan rempah harus dihindari. 9


13

Gerakan tubuh sangat penting pada orang tua dalam bentuk latihan teratur

seperti berjalan, yoga dan lain-lain. Hal ini dapat mengontrol berat badan dan

komposisinya, mengurangi risiko penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2, tekanan

darah tinggi, penyakit jantung, osteoporosis, radang sendi dan jenis kanker tertentu.

Ini juga membantu dalam membangun otot yang kuat, tulang dan sendi

meningkatkan fleksibilitas, mencegahl depresi, meningkatkan suasana hati, rasa

kesejahteraan dan harga diri. Pria di atas 40 dan wanita di atas 50 juga harus

berkonsultasi dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan sebelum memulai

program aktivitas fisik yang kuat.9

2.2.5 Perawatan gizi

Penyebab kurangnya gizi pada lansia terdiri atas penyebab primer dan

sekunder. Penyebab primer terdiri dari isolasi sosial (hidup sendiri, kehilangan

gairah hidup, kehilangan pasangan hidup, tidak ada keinginan untuk memasak),

ketidaktahuan (dapat terjadi sejak kecil atau karena pengetahuan yang rendah),

gangguan fisik (gangguan indra, hemiplegic/hemiparese, artritis), gangguan mental

(depresi, demensia), kemiskinan, dan iatrogenic. Sedangkan penyebab sekunder

terdiri dari gangguan nafsu makan, gangguan mengunyah, malabsorbsi,

penggunaan obat-obatan, peningkatan kebutuhan gizi, alkoholisme.12,13

Proses perawatan gizi untuk orang tua terdiri dari beberapa langkah yang

didasarkan pada skrining sitematis untuk menilai kekurangan gizi. Jika didapatkan

indikator risiko gizi, rinci penilaian harus mengikuti dan memperkuat diagnosis

malnutrisi dan dijadikan dasar untuk perawatan gizi yang komprehensif.5


14

Gambar 2.2 Perawatan nutrisi pada geriatri5

Berdasarkan gambar diatas, dalam melakukan skrining gizi perlau dilakukan

penilaian, intervensi, dan pemantauan. Penilaian diawali dari individu yang

diidentifikasi mengalami malnutrisi atau berisiko kekurangan gizi dari skrining,

penilaian nutrisi yang komprehensif harus diikuti, pemberikan informasi tentang

jenis dan keparahan gizi buruk dan penyebab mendasarnya serta pada preferensi

individu (mengenai makanan dan minuman serta enteral dan PN) dan sumber daya

(kemampuan mengunyah, menelan, ketergantungan makan, fungsi pencernaan,

tingkat keparahan penyakit, dan prognosis umum) untuk terapi nutrisi. Pemantauan

asupan makanan direkomendasikan dilakukan selama beberapa hari untuk

memperkirakan jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi dan menilai

kesesuaian asupan makanan dengan kebutuhan individu.14


15

Berdasarkan hasil skrining dan penilaian, capaian mengenai asupan makanan

dan berat badan/ BMI harus diidentifikasi, dan perawatan gizi individu harus

dikembangkan dan diimplementasikan dengan pendekatan multidisiplin ilmu

kedokteran. Semua aspek seerti aspek fisik, mental / psikis, sosial, klinis dan etika

harus dipertimbangkan, dan pilihan harus mencakup asupan makanan yang

memadai. Diet, keperawatan dan tindakan medis harus dilaksanakan secara

terkoordinasi. Proses intervensi perlu dipantau, dan penilaian ulang harus dilakukan

secara berkala, misalnya beberapa hari setelahnya untuk memeriksa apakah tujuan

tercapai.5,15

2.2.6 Masalah gizi7

Masalah gizi pada lanjut usia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak

usia muda yang manifestasinya terjadi pada lanjut usia. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa masalah gizi pada lanjut usia sebagian besar merupakan

masalah gizi lebih yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif

seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, gout rematik, ginjal,

perlemakan hati, dan lain-lain. Namun demikian masalah kurang gizi juga banyak

terjadi pada lanjut usia seperti Kurang Energi Kronik (KEK), anemia dan

kekurangan zat gizi mikro lain.

- Kegemukan atau obesitas

Keadaan ini iasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang berlebihan, banyak

mengandung lemak dan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan. Proses

metabolisme yang menurun pada lanjut usia, bila tidak diimbangi dengan

peningkatan aktifitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga jumlah kalori
16

yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang dapat mengakibatkan kegemukan.

Selain kegemukan secara keseluruhan, kegemukan pada bagian perut lebih

berbahaya karena kelebihan lemak di perut dihubungkan dengan meningkatnya

risiko penyakit jantung koroner pada bagian Iemak lain.

- Kurang energi kronik

Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia, dapat

menyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan jaringan ikat mulai

keriput, sehingga makin kelihatan kurus. Disamping kekurangan zat gizi makro,

sering juga disertai kekurangan zat gizi mikro. Beberapa penyebab KEK pada lanjut

usia yaitu makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuma,

gigi-geligi yang tanggal sehingga menggangu proses mengunyah makanan, dan

faktor psikososial

- Kurang zat gizi mikro lainnya

Biasanya menyertai lanjut usia dengan KEK, namun kekurangan zat gizi mikro

dapat juga terjadi pada lanjut usia dengan status gizi baik. Kurang zat besi, Vitamin

A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Magnesium, kalsium, seng dan

kurang serat sering terjadi pada lanjut usia.

2.2.7 Penyakit kronik degeneratif7

Beberapa penyakit kronik degeneratif pada lansia dapat berhubungan

dengan status gizi, adapun beberapa penyakit yaitu:

- Penyakit jantung koroner

Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko

penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh
17

penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh

koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti

penimbunan jaringan ikat, pengapuran, pembekuan darah, dan lain-lain, yang

semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.

- Hipertensi

Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa

darah ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung menjadi lebih tinggi.

Selain itu pembuluh darah pada lanjut usia sering mengalami aterosklerosis (lebih

tebal dan kaku), sehingga tekanan darah akan meningkat. Bila terjadi sumbatan di

pembuluh darah otak akan memacu timbulnya stroke. Bila sumbatan terjadi di

jantung dapat menyebabkan serangan jantung berupa nyeri dada atau kematian otot

jantung (angina pektoris atau infark miokard) yang dapat menyebabkan kematian.

- Diabetes mellitus

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa

darah yang melebihi nilai normal (gula darah puasa ≥ 126 gr/dl dan atau gula darah

sewaktu diatas 200 gr/dl). Diabetes umumnya disebabkan oleh kerusakan sel beta

di pankreas yang menghasilkan fungsi insulin, sehingga kekurangan insulin atau

dapat juga terjadi karena gangguan fungsi insulin dalam glukosa ke dalam sel. Pada

orang dengan berat badan lebih, hiperglikemia terjadi karena insulin yang

dihasilkan oleh pankreas tidak mencukupi kebutuhan.

- Osteoarthritis (pengapuran sendi)

Massa tulang mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun untuk wanita dan 45

tahun untuk pria. Bila konsumsi kalsium kurang dalam jangka waktu lama akan
18

timbul keropos tulang (osteoporosis), dan pada wanit menopause akan lebih rentan

karena pengaruh penurunan hormon estrogen. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan

mudah patah apabila terjatuh atau terkena trauma.

- Arthritis gout

Kelainan metabolisme protein menyebabkan kadar asam urat dalam darah

meningkat. Kristal asam urat akan menumpuk di persendian yang menyebabkan

rasa nyeri dan bengkak sendi. Pada penderita gout perlu pembatasas konsumsi

lemak, protein, purin, untuk menurunkan kadar asam urat. Selain itu juga

disarankan banyak minum air putih minimal 8 gelas sehari.

Adapun diet makanan yang sesuai dengan penyakit penyerta dapat dilihat

pada tabel 2.2, sedangkan contoh menu pilihan untuk jadwal makan sehari-hari

dapat dilihat pada tabel 2.3. Di Indonesia sendiri Kemenkes RI menerbitkan brosur

yang berjudul makanan sehat untuk lansia guna mengedukasi dan meningkatkan

status gizi lansia di Indonesia, brosur dapat dilihat pada gambar 2.2

Tabel 2.2 Diet makanan untuk pasien dengan penyakit tertentu16

Diabetes mellitus Pilihlah makanan rendah asam lemak


dan konsumsi susu rendah lemak,
gandum, dan margarin cair/ lunak
Hipertensi Konsumsi sedikit garam, pilih daging
dan sayuran segar/ beku, konsumsi
makanan kaleng maupun olahan tanpa
tambahan garam. Gunakan herbal,
rempah-rempah, sari lemon, dan cuka
untuk memberikan rasa pada makanan
19

Osteoporosis Konsumsi makanan yang kaya akan


kalsium dan vitamin D dan hindari
mengkonsumsi minyak hati ikan
dengan takaran yang berlebihan
Demensia Konsumsi makanan kecil dan cemilan
diantara waktu makan, konsumsi
makanan tinggi kalori karena dapat
mengurangi gangguan
Penyakit jantung koroner Konsumsi daging tanpa lemak, kacang
kering, ikan, buah-buahan, sayur-
sayuran, dan margarin cair/ lunak

Tabel 2.3 Contoh pemilihan menu diet pada lansia di Asia Selatan16
Sarapan Konsumsi roti dan sereal kaya serat,
buah-buahan berwarna, cukupi
kebutuhan protein. Selain itu juga
dapat mengkonsumsi yogurt dengan
beri, telur dadar, dan selai kacang
Makan siang Konsumsi makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan energi sampai
malam hari seperti lentil merah, bayam,
kacang polong, kari ayam, yougurt,
salad, nasi, pisang
Cemilan Konsumsi kacang almond, kismis, dan
buah-buahan. Selain itu juga produk
susu, apel, dan sayuran
Makan malam Salad sayuran, roti kering coklat/ keju,
salmon panggang
20

Gambar 2.2 Brosur makanan sehat untuk lanjut usia17


21

Gambar 2.2 Brosur makanan sehat untuk lanjut usia17

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB II Revisi Fix
    BAB II Revisi Fix
    Dokumen50 halaman
    BAB II Revisi Fix
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • FILE KTI Lengkap Dilla PDF
    FILE KTI Lengkap Dilla PDF
    Dokumen89 halaman
    FILE KTI Lengkap Dilla PDF
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Revisi
    BAB II Revisi
    Dokumen52 halaman
    BAB II Revisi
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bahan Tutor 1 PDF
    Bahan Tutor 1 PDF
    Dokumen10 halaman
    Bahan Tutor 1 PDF
    Prayana Banjarnahor
    Belum ada peringkat
  • Slide
    Slide
    Dokumen18 halaman
    Slide
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lembar Visite Coass
    Lembar Visite Coass
    Dokumen3 halaman
    Lembar Visite Coass
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Anastes
    Laporan Kasus Anastes
    Dokumen9 halaman
    Laporan Kasus Anastes
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading Zaini
    Jurnal Reading Zaini
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Reading Zaini
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lembar Visite Coass
    Lembar Visite Coass
    Dokumen3 halaman
    Lembar Visite Coass
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 10 Foto
    Lampiran 10 Foto
    Dokumen4 halaman
    Lampiran 10 Foto
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading Zaini
    Jurnal Reading Zaini
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Reading Zaini
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Asessment Urologi
    Asessment Urologi
    Dokumen21 halaman
    Asessment Urologi
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Keni
    BAB II Keni
    Dokumen24 halaman
    BAB II Keni
    putri
    Belum ada peringkat
  • Anfis TLG
    Anfis TLG
    Dokumen16 halaman
    Anfis TLG
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Gabungan Referat
    Gabungan Referat
    Dokumen21 halaman
    Gabungan Referat
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Keni
    BAB II Keni
    Dokumen24 halaman
    BAB II Keni
    putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen31 halaman
    Bab Ii
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab II Anfis
    Bab II Anfis
    Dokumen16 halaman
    Bab II Anfis
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Euthanasia
    Euthanasia
    Dokumen5 halaman
    Euthanasia
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Aborsi
    Aborsi
    Dokumen7 halaman
    Aborsi
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • SLIDE Insyaallah
    SLIDE Insyaallah
    Dokumen30 halaman
    SLIDE Insyaallah
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen8 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    I Putu Sakamekya Sujaya
    Belum ada peringkat
  • SLIDE Insyaallah
    SLIDE Insyaallah
    Dokumen30 halaman
    SLIDE Insyaallah
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover
    1 Cover
    Dokumen1 halaman
    1 Cover
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Sungsang + KPD
    Lapsus Sungsang + KPD
    Dokumen43 halaman
    Lapsus Sungsang + KPD
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat