Anda di halaman 1dari 16

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Anatomi Telinga

Telinga merupakan organ yang berfungsi sebagai indera pendengaran dan

fungsi keseimbangan tubuh. Telinga sebagai indera pendengaran terdiri dari tiga

bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Struktur anatomi telinga

seperti diperlihatkan pada gambar 2.15

Gambar 2.1 Struktur anatomi telinga

2.1.1 Telinga bagian luar

Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari membran

timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus (MAE) dan membran

timpani (MT).2

Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi kulit,

berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal

melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus,


4

antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah

lobulus.3

Gambar 2.2 Anatomi aurikula

Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis

superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena

aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus

cranial V, VII, IX dan X.6

Gambar 2.3 Vaskularisasi aurikula


5

MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula

sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter

lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage dan pars

osseus. Pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada

di dua pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah posterior superior, merupakan

perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang

temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga, kulit

tersebut mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea.

Kelenjar serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan

pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau

kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior dan menyempit di

bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini sangat tipis dan melekat erat

bersama dengan lapisan subkutan pada tulang. Didapatkan glandula sebasea dan

glandula seruminosa, tidak didapatkan folikel rambut.1,7

Gambar 2.4 Kelenjar pada telinga

MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior

serta arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris, jugularis
6

eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn. aurikularis

anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari nervus vagus

dan cabang aurikulotemporalis dari nervus mandibularis.6

MT berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo, dasar MT tampak

sebagai bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa dan pars flaksid. Pars

tensa memiliki tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan

fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan radial yang membentuk dan

mempengaruhi konsistensi MT. Pars flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu

lapisan skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat arsitektur MT ini dapat menyebarkan

energi vibrasi yang ideal. MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis

posterior, lateral oleh ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran

vena menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid.

Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang timpanikus nervus

glosofaringeus of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus

mandibularis.8

Gambar 2.5 Anatomi membran timpani


7

2.1.2 Telinga bagian tengah

Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau tympanic cavity.

Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial dibatasi oleh

promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara tuba Eustachius, posterior oleh

aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh tegmen timpani fossa kranii, inferior

oleh bulbus vena jugularis. Batas superior dan inferior MT membagi KT menjadi

epitimpanium atau atik, mesotimpanum dan hipotimpanum. Telinga tengah

terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke dalam yaitu maleus, incus,

dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan membentuk artikulasi. Prosesus

longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan

inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong atau foramen ovale yang

berhubungan dengan koklea.3

Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu muskulus tensor timpani dan

muskulus stapedius. Muskulus tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor

timpani dan berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf

trigeminus. Otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam

sehingga menjadi lebih tegang dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem

penghantar suara dan melemahkan suara dengan frekuensi rendah. Muskulus

stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior

kolumna stapes, hal ini menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara

dan meningkatkan resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi

mempertahankan, memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras

sehingga dapat mencegah kerusakan organ koklea.3


8

Gambar 2.6 Tulang pendengaran dan otot

Telinga tengah berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustahcius.

Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri stylomastoid,

arteri petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena bersama dengan

aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus

pterygoideus.1,6

2.1.3 Telinga bagian dalam

Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di

dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur TD yaitu labirin,

merupakan suatu rangkaian berkesinambungan antara tuba dan rongga TD yang

dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi endolim yang merupakan

satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah

natrium. Labirin membran di kelilingi oleh labirin tulang, di antara labirin tulang

dan membran terisi cairan perilim dengan komposisi elektrolit tinggi natrium

rendah kalium. Labirin terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior, pars inferior, dan

pars intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran semisirkularis, pars
9

inferior terdiri dari sakulus dan koklea sedangkan pars intermedia terdiri dari duktus

dan sakus endolimpaticus.1,3,4

Gambar 2.7 Skema labirin

Fungsi TD ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ auditus atau

indera pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat keseimbangan. Kedua

organ tersebut saling berhubungan sehingga apabila salah satu organ tersebut

mengalami gangguan maka yang lain akan terganggu. TD disuplai oleh arteri

auditorius interna cabang dari arteri cerebelaris inferior. Aliran darah vena bersama

dengan aliran arteri.3,4

Gambar 2.8 Vaskularisasi telinga dalam


10

a. Koklea

Koklea adalah organ pendengaran berbentuk menyerupai rumah siput dengan

dua dan satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang lebih kurang 3,5

sentimeter. Sentral aksis disebut sebagai modiolus dengan tinggi lebih kurang 5

milimeter, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri vertebralis. Struktur duktus

koklea dan ruang periotik sangat kompleks membentuk suatu sistem dengan tiga

ruangan yaitu skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala vestibuli dan

skala tympani berisi cairan perilim sedangkan skala media berisi endolimfe. Skala

vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran reissner, skala media dan skala

timpani dipisahkan oleh membran basilar.4,9

Gambar 2.9 Skema labirin

b. Organon corti

Organon corti (OC) terletak di atas membran basilaris dari basis ke apeks,

yang mengandung organel penting untuk mekanisme saraf pendengaran perifer.

Terdiri bagi tiga bagian sel utama yaitu sel penunjang, selaput gelatin penghubung,
11

dan sel-sel rambut yang dapat membangkitkan impuls saraf sebagai respon terhadap

getaran suara.3,10

Gambar 2.10 Anatomi organon corti

OC terdiri satu baris sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3.000 dan tiga

baris sel rambut luar yang berjumlah sekitar 12.000. Rambut halus atau silia

menonjol ke atas dari sel-sel rambut menyentuh atau tertanam pada permukaan

lapisan gel dari membran tektorial. Ujung atas sel-sel rambut terfiksasi secara erat

dalam struktur sangat kaku pada lamina retikularis. Serat kaku dan pendek dekat

basis koklea mempunyai kecenderungan untuk bergetar pada frekuensi tinggi

sedangkan serat panjang dan lentur dekat helikotrema mempunyai kecenderungan

untuk bergetar pada frekuensi rendah. Sel-sel rambut di dalam OC diinervasi oleh

serabut aferen dan eferen dari saraf koklearis cabang dari nervus VIII, 88 % Serabut

aferen menuju ke sel rambut bagian dalam dan 12 % sisanya menuju ke sel rabut
12

luar. Serabut aferen dan eferen ini akan membentuk ganglion spiralis yang

selanjutnya menuju ke nuleus koklearis yang merupakan neuron primer, dari

nucleus koklearis neuron sekunder berjalan kontral lateral menuju lemnikus

lateralis dan ke kolikulus posterior dan korpus genikulatum medialis sebagai neuron

tersier, selanjutnya menuju ke pusat pendengaran di lobus temporalis tepatnya di

girus transversus.11,12

2.2. Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke

koklea. Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap pemindahan energi fisik

berupa stimulus bunyi ke organ pendengaran, tahap konversi atau tranduksi yaitu

pengubahan energi fisik stimulasi tersebut ke organ penerima, dan tahap

penghantaran impuls saraf ke kortek pendengaran.13

Gambar 2.11 Skema pendengaran

2.2.2 Mekanisme pendengaran telinga luar dan tengah

Aurikula berfungsi untuk mengetahui arah dan lokasi suara dan membedakan

tinggi rendah suara. Aurikula bersama MAE dapat menaikkan tekanan akustik pada

MT pada frekuensi 1,5 – 5 kHz yaitu daerah frekuensi yang penting untuk presepsi
13

bicara, selanjutnya gelombang bunyi ini diarahkan ke MAE menyebabkan naiknya

tekanan akustik sebesar 10-15 dB pada MT.3

MAE adalah tabung yang terbuka pada satu sisi tertutup pada sisi yang lain.

MAE meresonansi ¼ gelombang. Frekuensi resonansi ditentukan dari panjang

tabung, lengkungan tabung tidak berpengaruh. Tabung 2,5 cm, frekuensi resonansi

kira-kira 3,5 kHz.3

Fo (frekuensi resonansi) = kecepatan suara (4 x panjang tabung). Dimana :

Kecepatan suara = 350 m/detik. Misal panjang tabung = 2,5 cm, maka : Fo = 350

(4x2,5) = 3500 Hz = 3,5 kHz.

Gelombang suara kemudian diteruskan ke MT dimana pars tensa MT

merupakan medium yang ideal untuk transmisi gelombang suara ke rantai osikular.

Hubungan MT dan sistem osikuler menghantarkan suara sepanjang telinga tengah

ke koklea. Tangkai maleus terikat erat pada pusat membran timpani, maleus

berikatan dengan inkus, inkus berikatan dengan stapes dan basis stapes berada pada

foramen ovale. Sistem tersebut sebenarnya mengurangi jarak tetapi meningkatkan

tenaga pergerakan 1,3 kali, selain itu luas daerah permukaan MT 55 milimeter

persegi sedangkan daerah permukaan stapes rata-rata 3,2 milimeter persegi. Rasio

perbedaan 17 kali lipat ini dibandingkan 1,3 kali dari dari sistem pengungkit,

menyebabkan penekanan sekitar 22 kali pada cairan koklea. Hal ini diperlukan

karena cairan memiliki inersia yang jauh lebih besar dibandingkan udara, sehingga

dibutuhkan tekanan besar untuk menggetarkan cairan, selain itu didapatkan

mekanisme reflek penguatan, yaitu sebuah reflek yang timbul apabila ada suara

yang keras yang ditransmisikan melalui sistem osikuler ke dalam sistem saraf pusat,
14

reflek ini menyebabkan konstraksi pada otot stapedius dan otot tensor timpani. Otot

tensor timpani menarik tangkai maleus ke arah dalam sedangkan otot stapedius

menarik stapes ke arah luar. Kondisi yang berlawanan ini mengurangi konduksi

osikular dari suara berfrekuensi rendah dibawah 1.000 Hz. Fungsi dari mekanisme

ini adalah untuk melindungi koklea dari getaran merusak disebabkan oleh suara

yang sangat keras, menutupi suara berfrekuensi rendah pada lingkungan suara keras

dan menurunkan sensivitas pendengaran pada suara orang itu sendiri.11,14

2.2.2 Mekanisme pendengaran telinga dalam

Koklea mempunyai dua fungsi yaitu menerjemahkan energi suara ke suatu

bentuk yang sesuai untuk merangsang ujung saraf auditorius yang dapat

memberikan kode parameter akustik sehingga otak dapat memproses informasi

dalam stimulus suara.3

Koklea di dalamnya terdapat proses transmisi hidrodinamik yaitu

perpindahan energi bunyi dari foramen ovale ke sel-sel bersilia dan proses

transduksi yaitu pengubahan pola energi bunyi pada OC menjadi potensial aksi

dalam nervus auditorius. Mekanisme transmisi terjadi karena stimuli bunyi

menggetarkan perilim dalam skala vestibuli dan endolim dalam skala media

sehingga menggetarkan membrana basilaris. Membrana basilaris merupakan suatu

kesatuan yang berbentuk lempeng-lempeng getar sehinga bila mendapat stimuli

bunyi akan bergetar seperti gelombang disebut traveling wave. Proses transduksi

terjadi karena perubahan bentuk membran basilaris. Perubahan tersebut karena

bergesernya membrana retikularis dan membrana tektorial akibat stimulis bunyi.

Amplitudo maksimum pergeseran tersebut akan mempengaruhi sel rambut dalam


15

dan sel rambut luar sehinga terjadi loncatan potensial listrik. Potensial listrik ini

akan diteruskan oleh serabut saraf aferen yang berhubungan dengan sel rambut

sebagai impuls saraf ke otak untuk disadari sebagai sensasi mendengar.3

Koklea di dalamnya terdapat 4 jenis proses bioelektrik, yaitu : potensial

endokoklea (endocochlear potential), mikrofoni koklea (cochlear microphonic),

potensial sumasi (summating potensial), dan potensial seluruh saraf (whole nerve

potensial). Potensial endokoklea selalu ada pada saat istirahat, sedangkan potensial

lainnya hanya muncul apabila ada suara yang merangsang. Potensial endokoklea

terdapat pada skala media bersifat konstan atau direct current (DC) dengan

potensial positif sebesar 80 – 100 mV. Stria vaskularis merupakan sumber potensial

endokoklea yang sangat sensitif terhadap anoksia dan zat kimia yang berpengaruh

terhadap metabolisme oksidasi. Mikrofoni koklea adalah alternating current (AC)

berada di koklea atau juga di dekat foramen rotundum, dihasilkan area sel indera

bersilia dan membrana tektoria oleh pengaruh listrik akibat vibrasi suara pada silia

atau sel inderanya. Potensial sumasi termasuk DC tidak mengikuti rangsang suara

dengan spontan, tetapi sebanding dengan akar pangkat dua tekanan suara. Potensial

sumasi dihasilkan sel-sel indera bersilia dalam yang efektif pada intensitas suara

tinggi. Sedangkan mikrofoni koklea dihasilkan lebih banyak pada outer hair cell.

Bila terdapat rangsangan diatas nilai ambang, serabut saraf akan bereaksi

menghasilkan potensial aksi. Serabut saraf mempunyai penerimaan terhadap

frekuensi optimum rangsang suara pada nilai ambangnya, dan tidak bereaksi

terhadap setiap intensitas. Potensial seluruh saraf adalah potensial listrik yang

dibangkitkan oleh serabut saraf auditori. Terekam dengan elektroda di daerah


16

foramen rotundum atau di daerah saraf auditori, memiliki frekuensi tinggi dan onset

yang cepat.3

Rangsangan suara dari koklea diteruskan oleh nervus kranialis VIII ke korteks

melalui nukleus koklearis ventralis dan dorsalis. Jaras tersebut merupakan sistem

pendengaran sentral.12

Gambar 2.12 Jaras pendengaran

Penentuan keras bunyi di tentukan oleh amplitudo suatu getaran suatu

membran basilaris dan sel-sel rambut. Peningkatan amplitudo getaran merangsang

ujung saraf lebih cepat dan dapat menyebabkan sel-sel rambut pada mambrana

basiler yang bergetar mulai terangsang akibatnya menyebabkan sumasi ruang bagi
17

implus. Pada tiap telinga memiliki keseragaman sensitivitas keseragaman pada

rentan pendengaran yang berbeda-beda. Sensitivitas terbaiknya berfrekuensi 2

sampai 5 kHz. Pada telinga yang baik membutuhkan intesitas lebih dari 0 dB unuk

mendeteksi bunyi berfrekuensi 100 dari pada bunyi berfrekuensi 1000 siklus per

detik (Hertz /Hz). Lokalisasi bunyi membutuhkan kerjasama kedua telinga.

Seseorang dapat menentukan bunyi pada arah horizontal melalui perbedaan waktu

antara masuknya bunyi ke dalam suatu telinga dengan frekuensi di bawah 2000 Hz

dan masuk ke dalam telinga yang lain.11,15

Perbedaan antara intensitas bunyi dalam pada kedua telinga bekerja paling

baik bila frekuensi bunyi yang lebih tinggi, karena kepala bertindak sebagai sawar

bunyi yang lebih baik terhadap frekuensi lainnya. Mekanisme perbedaan waktu

dalam membedakan arah jauh lebih baik dari pada mekanisme intesitas, karena

mekanisme ini tidak bergantung pada faktor-faktor luar, melainkan bergantung

pada interval waktu yang tepat antara dua sinyal akustik. Perbedaan waktu

datangnya gelombang bunyi pada telinga kanan telinga kiri digunakan untuk

mendeteksi sumber bunyi pada bidang datar. Pada bunyi dengan frekuensi kurang

dari 2000 Hz struktur bunyi dapat diketahui dengan proses Interaural Time

Differences (ITD). Pada frekuensi yang lebih besar dari 2000 Hz, efek dari

“bayangan kepala” meningkatkan perbedaan intensitas bunyi antara telinga kanan

dan telinga kiri. Perbedaan ini digunakan untuk melokalisasi sumber bunyi.11,15

Bayangan kepala atau bayangan akustik adalah area di mana terjadi

perlemahan amplitudo bunyi akibat terhalang oleh kepala. Bunyi berjalan

menembus dan mengelilingi kepala untuk mencapai telinga. Adanya halangan oleh
18

kepala menyebabkan terjadinya perlemahan amplitudo yang merupakan filter bunyi

yang menuju ke telinga. Efek filter ini sangat penting dalam menentukan lokasi

sumber bunyi. Telinga yang tertutup bayangan kepala menerima bunyi 0,7 mili

detik lebih lambat dibanding telinga yang tidak tertutup bayangan kepala.15

Gambar 2.13 Jaras lokalisasi bunyi

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB II Revisi Fix
    BAB II Revisi Fix
    Dokumen50 halaman
    BAB II Revisi Fix
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • FILE KTI Lengkap Dilla PDF
    FILE KTI Lengkap Dilla PDF
    Dokumen89 halaman
    FILE KTI Lengkap Dilla PDF
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Revisi
    BAB II Revisi
    Dokumen52 halaman
    BAB II Revisi
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bahan Tutor 1 PDF
    Bahan Tutor 1 PDF
    Dokumen10 halaman
    Bahan Tutor 1 PDF
    Prayana Banjarnahor
    Belum ada peringkat
  • Slide
    Slide
    Dokumen18 halaman
    Slide
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lembar Visite Coass
    Lembar Visite Coass
    Dokumen3 halaman
    Lembar Visite Coass
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Fix
    BAB II Fix
    Dokumen19 halaman
    BAB II Fix
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Anastes
    Laporan Kasus Anastes
    Dokumen9 halaman
    Laporan Kasus Anastes
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading Zaini
    Jurnal Reading Zaini
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Reading Zaini
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lembar Visite Coass
    Lembar Visite Coass
    Dokumen3 halaman
    Lembar Visite Coass
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading Zaini
    Jurnal Reading Zaini
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Reading Zaini
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 10 Foto
    Lampiran 10 Foto
    Dokumen4 halaman
    Lampiran 10 Foto
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Asessment Urologi
    Asessment Urologi
    Dokumen21 halaman
    Asessment Urologi
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Anfis TLG
    Anfis TLG
    Dokumen16 halaman
    Anfis TLG
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Keni
    BAB II Keni
    Dokumen24 halaman
    BAB II Keni
    putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen31 halaman
    Bab Ii
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Keni
    BAB II Keni
    Dokumen24 halaman
    BAB II Keni
    putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Gabungan Referat
    Gabungan Referat
    Dokumen21 halaman
    Gabungan Referat
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Euthanasia
    Euthanasia
    Dokumen5 halaman
    Euthanasia
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Aborsi
    Aborsi
    Dokumen7 halaman
    Aborsi
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • SLIDE Insyaallah
    SLIDE Insyaallah
    Dokumen30 halaman
    SLIDE Insyaallah
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen8 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    I Putu Sakamekya Sujaya
    Belum ada peringkat
  • SLIDE Insyaallah
    SLIDE Insyaallah
    Dokumen30 halaman
    SLIDE Insyaallah
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover
    1 Cover
    Dokumen1 halaman
    1 Cover
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Sungsang + KPD
    Lapsus Sungsang + KPD
    Dokumen43 halaman
    Lapsus Sungsang + KPD
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat