Anda di halaman 1dari 5

EUTHANASIA

A. Pengertian Euthanasia

Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata eu

berarti baik, tanpa penderitaan dan thanatos berarti mati, maka dari itu dalam

mengadakan euthanasia arti sebenarnya bukan untuk menyebabkan kematian, akan

tetapi untuk mengurangi atau meringankan penderitaan orang yang sedang

menghadapi kematiannya. Dalam arti yang demikian itu euthanasia tidaklah

bertentangan dengan panggilan manusia untuk mempertahankan dan

memperkembangkan hidupnya, sehingga tidak menjadi persoalan dari segi

kesusilaan. Artinya, dari segi kesusilaan dapat dipertanggungjawabkan bila orang

yang bersangkutan menghendakinya.1

Secara umum, kematian adalah suatu hal yang ditakuti oleh masyarakat

luas. Namun, tidak demikian dalam kalangan medis dan kesehatan. Dalam konteks

kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara

tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan dapat

ditentukan tanggal kejadiannya. Tindakan membunuh bisa dilakukan secara legal

dan dapat diprediksi waktu dan tempatnya itulah yang selama ini disebut dengan

euthanasia, pembunuhan yang sampai saat ini masih menjadi kontroversi dan belum

bisa diatasi dengan baik atau dicapainya kesepakatan yang diterima oleh berbagai

pihak. Di satu pihak, tindakan euthanasia pada berbagai kasus dan keadaan memang

diperlukan. Sementara di lain pihak, tindakan ini tidak diterima karena bertentangan

dengan hukum, moral, dan agama.1

16
17

B. Bentuk Euthanasia1

a. Euthanasia sukarela (Voluntary euthanasia): Pasien meminta, memberi ijin

untuk menghentikan perawatan yang memperpanjang hidup.

b. Euthanasia terpaksa (Invulunturv eulfzunusiu): Membiarkan pasien mati tanpa

sepengetahuan si pasien sebelumnya dengan cara menghentikan atau

meniadakan perawatan yang memperpanjang hidup.

c. Mercy Killing sukarela (Volunturi Mercy Killing)

d. Mercy Killing terpaksa (Involunlari A1ercv Killing)

C. Euthanasia dalam Ilmu Kedokteran

Sejak permulaan sejarah kedokteran, seluruh umat manusia serta mengakui

akan adanya beberapa sifat fundamental yang melekat secara mutlak pada diri

seseorang yang baik dan bijaksana, yaitu kemurnian niat, kesungguhan dalam

bekerja, kerendahan hati serta integritas ilmiah dan sosial yang tidak diragukan.

Secara universal, kewajiban dokter tersebut telah tercantum di dalam Declaration

of Genewa pada bulan September 1948. Dan juga kewajiban dokter tersebut

tercantum pula dalam Bab II Pasal 10 dari Kode Etik Kedokteran Indonesia, yang

menyatakan seorang dokter harus senantiasa ingat kewajiban melindungi hidup

makhluk insan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

434/Men.Kes/SK/X/1983, 1988:8.2

Karena naluri terkuat dari manusia itu adalah mempertahankan hidupnya,

dan ini juga termasuk salah satu tugas dari seorang dokter, maka menurut etik

kedokteran, dokter itu tidaklah diperbolehkan: menggugurkan kandungan (abortus

provocatus); mengakhiri hidup seseorang pasien, yang menurut ilmu dan


18

pengalaman tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia). Di dalam ranah ilmu

kedokteran, kata euthanasia dipergunakan di dalam tiga arti, yaitu: Pertama,

berpindah ke alam baka dengan tenang dan aman, tanpa penderitaan, buat yang

beriman dengan nama Allah SWT di bibir; Kedua, pada waktu hidup akan berakhir,

diringankan penderitaan si sakit dengan memberikan obat penenang; Ketiga, yaitu

mengakhiri penderitaan hidup seseorang dengan sengaja atas permintaan pasien

dan/atau permintaan dari pihak keluarganya.2

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) mengenai Euthanasia dalam 3

pengertian yakni:

1. Berpindah ke alam baka dengan tenang dan aman, tanpa penderitaan, untuk yang

beriman dengan nama Allah di bibir.

2. Ketika Hidup berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan memberikan obat

penenang.

3. Mengakhiri derita dan hidup seseorang yang sakit dengan sengaja atas

permintaan pasien sendiri dan keluarganya.

Kode Etik Kedokteran tentang proses dan Eksistensi Kematian pasien dengan

Euthanasia. secara garis besar, Euthanasia dikelompokkan dalam dua kelompok,

yaitu Euthanasia aktif dan Euthanasia pasif. Pandangan yang mengelompokan

Euthanasia sebagai aktif dan pasif mendasarkan pada cara Euthanasia itu

dilakukan.

Euthanasia aktif adalah suatu tindakan mempercepat proses kematian, baik

dengan memberikan suntikan maupun melepaskan alat-alat pembantu medika,

seperti saluran asam, melepas pemacu jantung dan sebagainya. Sedangkan


19

Euthansaia pasif, baik atas permintaan ataupun tidak atas permintan pasien, yaitu,

ketika dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak (lagi) memberikan

bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup kepada pasien (catatan bahwa

perawatan rutin yang optimal untuk mendampingi/membantu pasien dalam fase

terakhirnya diberikan).3

Jadi, jelas bahwa Kode etik kedokteran Indonesia melarang tindakan

euthanasia aktif. Dengan kata lain, dokter tidak boleh bertindak sebagai Tuhan

(don’t play god). Medical ethics must be pro life, not pro death. Dokter adalah orang

yang menyelamatkan atau memelihara kehidupan, bukan orang yang menentukan

kehidupan itu sendiri (life savers, not life judgers). Euthanasia aktif langsung dapat

dimasukkan dalam golongan malpraktek medis yang disengaja atau malpraktek

medis kriminal. Disebut atau dinyatakan malpraktek kriminal (criminal

malpractice) jika perbuatan tersebut memenuhi unsur aduan pidana (batin, alasan

pemaaf hubungan batin dengan perbuatan). Dalam kriminal malpraktek dapat

berupa kesengajaan (intentional), kecerobohan (recklessness) atau kelapaan

(negligence) contoh malpraktek criminal yang bersifat kesengajaan dintaranya:

1. Melakukan Euthanasia (aktif, pasif, volunter, maupun involunter).

2. Melakukan Arbortus Provocatus tanpa memenuhi unsur hukum.

3. Menerbitkan surat-surat pada pasien yang tidak benar.

4. Membuka rahasia pasien tanapa alasan yang memenuhi unsur hukum.3,4

Euthanasia ataupun pengakhiran kehidupan dengan suatu permintaan di

Indonesia ini tetap dilarang. Larangan ini terdapat Kitab Undang-undang Hukum
20

Pidana (KUHP) yang mengatur tentang tindak pidana terhadap nyawa yang

diklasifikasikan dalam beberapa pasal berikut:

1) Pembunuhan atas permintaan (344 KUHP) merupakan asas Lex Specialis

Derogat Legi Generalis dari:

2) Pembunuhan biasa (338 KUHP) yang sampai sekarang masih berlaku.

Berdasarkan dari beberapa bunyi pasal tersebut yang paling mendekati dengan

tindakan Euthanasia adalah Pasal 344 KUHP dengan penggolongan tindakan

Euthanasia yang secara aktif dilakukan yang atas permintaan sendiri dengan

kesungguhan hati, sehingga 344 KUHP ini sulit diterapakan dalam hal

pembuktiannya Oleh karena itulah, maka sebaiknya bunyi pasal 344 KUHP tersebut

dapatlah kiranya untuk dirumuskan kembali, berdasarkan kenyataan-kenyataan

yang terjadi sekarang, yang telah disesuaikan dengan perkembangan di bidang

medis.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Tjandra Sridjaja Pradjonggo. Suntik Mati (Euthanasia) Ditinjau Dari Aspek


Hukum Pidana Dan Hak Asasi Manusia Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan, Th. 1, Nomor 1, Juni 2016.
2. Arifin Rada. Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Islam. Perspektif Volume
Xviii No. 2 Tahun 2013 Edisi Mei
3. Marusaha Simatupang. Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan
Euthanasia Ditinjau Dari Aspek Medis Dan Hukum Pidana. Departemen Hukum
Pidana. Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan. 2017.
4. Sutarno, Hukum Kesehatan, Euthanasia, Keadilan Dan Hukum Positif Di
Indonesia. Penerbit: Setara Press, Malang 2014.

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB II Revisi Fix
    BAB II Revisi Fix
    Dokumen50 halaman
    BAB II Revisi Fix
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • FILE KTI Lengkap Dilla PDF
    FILE KTI Lengkap Dilla PDF
    Dokumen89 halaman
    FILE KTI Lengkap Dilla PDF
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Revisi
    BAB II Revisi
    Dokumen52 halaman
    BAB II Revisi
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bahan Tutor 1 PDF
    Bahan Tutor 1 PDF
    Dokumen10 halaman
    Bahan Tutor 1 PDF
    Prayana Banjarnahor
    Belum ada peringkat
  • Slide
    Slide
    Dokumen18 halaman
    Slide
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lembar Visite Coass
    Lembar Visite Coass
    Dokumen3 halaman
    Lembar Visite Coass
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Fix
    BAB II Fix
    Dokumen19 halaman
    BAB II Fix
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Anastes
    Laporan Kasus Anastes
    Dokumen9 halaman
    Laporan Kasus Anastes
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading Zaini
    Jurnal Reading Zaini
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Reading Zaini
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lembar Visite Coass
    Lembar Visite Coass
    Dokumen3 halaman
    Lembar Visite Coass
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading Zaini
    Jurnal Reading Zaini
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Reading Zaini
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 10 Foto
    Lampiran 10 Foto
    Dokumen4 halaman
    Lampiran 10 Foto
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Asessment Urologi
    Asessment Urologi
    Dokumen21 halaman
    Asessment Urologi
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab II Anfis
    Bab II Anfis
    Dokumen16 halaman
    Bab II Anfis
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Keni
    BAB II Keni
    Dokumen24 halaman
    BAB II Keni
    putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen31 halaman
    Bab Ii
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • BAB II Keni
    BAB II Keni
    Dokumen24 halaman
    BAB II Keni
    putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Gabungan Referat
    Gabungan Referat
    Dokumen21 halaman
    Gabungan Referat
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    Dokumen8 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan
    I Putu Sakamekya Sujaya
    Belum ada peringkat
  • Anfis TLG
    Anfis TLG
    Dokumen16 halaman
    Anfis TLG
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Aborsi
    Aborsi
    Dokumen7 halaman
    Aborsi
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • SLIDE Insyaallah
    SLIDE Insyaallah
    Dokumen30 halaman
    SLIDE Insyaallah
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • SLIDE Insyaallah
    SLIDE Insyaallah
    Dokumen30 halaman
    SLIDE Insyaallah
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover
    1 Cover
    Dokumen1 halaman
    1 Cover
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Sungsang + KPD
    Lapsus Sungsang + KPD
    Dokumen43 halaman
    Lapsus Sungsang + KPD
    jhnaidilla
    Belum ada peringkat