TINJAUAN PUSTAKA
1. Anoreksia Geriatri
A. Definisi
Geriatri adalah orang yang berusia tua (secara biologis) yang beresiko akut
mental, dan sosial. Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia adalah
Kesehatan RI (Kemenkes RI) lanjut usia adalah seseorang berusia 60-69 tahun.
Lanjut usia (lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang mungkin akan
efek sinergis dari berbagai faktor risiko. Situasi ini disebut sindrom untuk
jatuh, masalah tidur, malnutrisi, nyeri, pengabaian diri bersifat multifaktorial, dan
terkait dengan morbiditas substansial dan hasil yang buruk dalam praktik klinis.4
pada lansia didefinisikan sebagai hilangnya nafsu makan dan / atau penurunan
asupan makanan di usia lanjut. Patogenesis anoreksia ini adalah proses yang
kompleks. Hal ini tergantung pada jalur makan sentral yang dibatasi oleh sinyal
kenyang perifer. Anoreksia menyebabkan malnutrisi pada lansia, yang merupakan
Kekurangan gizi pada lansia dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas dan
B. Epidemiologi
Hilangnya nafsu makan yang dialami oleh lansia sebagian besar dikaitkan
dengan proses penuaan dan sering disebut sebagai anoreksia akibat penuaan/
hingga 25% pada penghuni rumah, 62% di populasi rumah sakit dan 85% di
penyebab, terutama karena asupan oral yang buruk dan kurangnya asupan nutrisi
anoreksia pada geriatri jika tidak tertangani dapat menimbulkan kekurangan gizi,
lebih lanjut). Konsekuensi ini pada akhirnya menyebabkan tingkat morbiditas dan
pensinyalan hormon perifer, motilitas usus, dan persepsi sensorik akibat penuaan
C. Faktor Risiko
Ada banyak faktor risiko yang terkait dengan anoreksi geriatri. Faktor-
faktor itu terdiri dari gangguan fungsi fisik, kondisi sosial dan lingkungan,
penyakit akut dan kronis, dan pengobatan. Adapun faktor risiko tersebut sebagai
berikut:9
seperti gigi yang rusak dan gigi palsu yang tidak pas, dapat membatasi jenis
dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Kondisi ini berkorelasi dengan masalah
b. Faktor medis meliputi kondisi medis khusus pada orang tua, seperti penyakit
Selain itu, orang dewasa yang lebih tua sering kali menderita penyakit yang
psikologis yang paling umum di antara orang tua dan sering dikaitkan dengan
hilangnya nafsu makan. Depresi yang terjadi pada orang tua dapat
mengakibatkan penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan yang lebih
parah jika dibandingkan pada orang yang lebih muda. Orang lanjut usia yang
depresi memiliki banyak gejala dan tanda yang dapat menyebabkan anoreksia
dan penurunan berat badan, seperti kelemahan, sakit perut, mual, dan diare.
diamati pada orang dewasa yang lebih tua dengan gangguan kognitif, terutama
pada tahap selanjutnya dari kondisi tersebut. Orang tua biasanya mendapat
c. Faktor sosial utama yang berkontribusi terhadap penurunan nafsu makan dan
asupan makanan pada hari tua adalah ketimpangan sosial ekonomi. Isolasi
sosial tentunya juga merupakan salah satu faktor penting yang berkontribusi
nafsu makan dan asupan energi. Lansia yang ditempatkan pada suatu lembaga
(panti jompo) dapat mengalami anoreksia dan penurunan berat badan yang
tidak terduga akibat kegiatan yang monoton dan pengulangan menu makanan
sehari-hari.9
D. Patofisiologi
Mekanisme yang berperan pada anoreksia yang terjadi pada lansia meliputi
penjelasannya:
a. Bau dan rasa memainkan peran penting dalam membuat makan dan minum
di usia tua dan juga berdampak negatif pada jenis makanan yang dicerna,
monoton. Jumlah pengecap juga menurun selama proses penuaan dan papil
dan fungsi pengecap. Orang yang lebih tua sering kali kehilangan rasa asin dan
manis, oleh karena itu mereka lebih memilih makaan yang enak walaupun
tidak sehat guna memuaskan nafsu makan. Penurunan sekresi air liur juga
lidah.9
b. Ghrelin (hormon yang memicu rasa lapar) adalah satu-satunya hormon perifer
yang diidentifikasi untuk merangsang rasa lapar. Hormon ini dilepaskan secara
ghlerin bersamaan dengan peningkatan leptin dan insulin dalam sirkulasi yang
yang lebih tua. CCK adalah prototipe hormon kenyang dan dilepaskan oleh
serum peptida YY (PYY) pada fase postprandial akhir pada orang tua
puasa lebih lama. Akibatnya, aksi gabungan CCK dan PYY menyampaikan
stimulus ghrelin.9
dan pengisian antral yang lebih cepat. Pengosongan lambung yang tertunda
yang lebih lambat pada orang tua dikaitkan dengan penurunan kemampuan
respons area otak target terhadap rangsangan perifer. Kadar interleukin (IL) 1,
IL6 dan tumor necrosis factor alpha (TNF-α) yang bersirkulasi biasanya lebih
tinggi pada orang tua terlepas dari penyakit tertentu atau multimorbiditas.
Sitokin ini secara langsung merangsang ekspresi mRNA leptin dan juga
E. Skrining gizi
Penyebab kurangnya gizi pada lansia terdiri atas penyebab primer dan
sekunder. Penyebab primer terdiri dari isolasi sosial (hidup sendiri, kehilangan
gairah hidup, kehilangan pasangan hidup, tidak ada keinginan untuk memasak),
ketidaktahuan (dapat terjadi sejak kecil atau karena pengetahuan yang rendah),
Proses perawatan gizi untuk orang tua terdiri dari beberapa langkah yang
didasarkan pada skrining sitematis untuk menilai kekurangan gizi. Jika didapatkan
indikator risiko gizi, rinci penilaian harus mengikuti dan memperkuat diagnosis
jenis dan keparahan gizi buruk dan penyebab mendasarnya serta pada preferensi
individu (mengenai makanan dan minuman serta enteral dan PN) dan sumber
beberapa hari untuk memperkirakan jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi
makanan dan berat badan/ BMI harus diidentifikasi, dan perawatan gizi individu
ilmu kedokteran. Semua aspek seperti aspek fisik, mental / psikis, sosial, klinis
dan etika harus dipertimbangkan, dan pilihan harus mencakup asupan makanan
yang memadai. Diet, keperawatan dan tindakan medis harus dilaksanakan secara
F. Tatalaksana
Pada prinsipnya kebutuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi
seimbang. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut
usia untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan
Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan
daripada proses regenerasi sel. Akibat yang timbul adalah hilangnya sel – sel yang
kebutuhan individu sangat bervariasi tergantung pada tingkat aktivitas dan status
gizi mereka. Diet sehari penuh memerlukan 1800 kalori tetapi sekali lagi
tergantung pada status kesehatan. Kebutuhan protein orang dewasa tua yang sehat
sama dengan orang dewasa lainnya. Kebutuhan dasar adalah 0,8-1,0 g protein / kg
berat badan. Sayuran berdaun hijau, sayuran lain dan buah-buahan segar kaya
akan mineral dan vitamin sehingga dapat melindungi dari penyakit. Penggunaan
berlebihan lemak nabati dan hewan dapat meningkatkan lemak darah sehingga
berikut:9
badan. Obat yang paling sering diresepkan yang dapat menghambat nafsu
penurunan berat badan perlu dievaluasi dan ditangani secara khusus. Ini
terdiri dari gangguan menelan (misalnya, mulut kering, gigi tanggal, lesi
atau luka di mulut), dispepsia (gastritis dan ulkus), sindrom malabsorpi
(CHF).
e) Saat ini, tidak ada agen terapeutik spesifik yang terbukti efektif dalam
Obat-obatan telah diuji untuk meningkatkan nafsu makan pada orang tua,
tetapi tidak satupun dari obat-obat itu direkomendasikan dalam praktek klinis
penambahan berat badan pada lansia yang kekurangan gizi, tetapi tidak
meningkatkan hasil fisik dan fungsional apa pun. Steroid anabolik (misalnya,
testosteron dan oksandrolon) telah diuji pada orang tua dengan beberapa hasil
positif, tetapi memiliki banyak efek samping, seperti kejadian kardiovaskular dan
dengan rasa kenyang yang cepat, namun penggunaan jangka panjangnya dikaitkan
dikaitkan dengan banyak efek samping, termasuk delirium dan gejala perut.9
F. Komplikasi
malnutrisi keseluruhan atau selektif, sarcopenia, dan kelemahan fisik pada lansia.
lebih tinggi (malnutrisi energi protein) karena asupan nutrisi keseluruhan yang
karena asupan nutrisi tunggal yang kurang optimal, seperti protein dan vitamin.
aktivitas fisik, penurunan massa dan kekuatan otot. Studi yang dilakukan pada
komunitas yang lebih tua telah menunjukkan bahwa anoreksia dikaitkan dengan
gangguan kinerja fisik dan secara signifikan meningkatkan risiko kecacatan.
Konsumsi leusin dan / atau vitamin D yang tidak mencukupi pada pasien
Suplementasi dengan asam amino esensial dapat melawan defisiensi nutrisi, asam
amino esensial telah terbukti meningkatkan massa otot di usia tua. Panduan diet
yang direkomendasikan (RDA) untuk protein saat ini adalah 0,8 g/kg/hari.
Namun, ada kesepakatan bahwa asupan protein pada orang tua harus ditingkatkan
menjadi 1,0–1,3 g / kg/hari, namun protein harus dikonsumsi dalam pola yang
tersebar sepanjang hari (sekitar 30 g pada setiap makan untuk pasien dengan berat
D (800 UI / hari) dapat meningkatkan jumlah dan luas penampang serat otot tipe
II (yang biasanya hilang pada orang sarcopeni). Adaptasi ini telah dibuktikan
dapat meningkatkan massa dan kekuatan otot sekaligus mengurangi risiko terjatuh
dan cedera.7,9
masalah yang penting dan kompleks. Studi yang dilakukan pada sampel orang
berusia lebih dari 65 tahun mengungkapkan bahwa anoreksia dan penurunan berat
badan yang tidak terduga merupakan faktor risiko yang kuat dari kematian, tidak
tergantung pada usia, jenis kelamin dan faktor potensial lainnya. Subjek dengan
anoreksia memiliki risiko kematian hampir dua kali lipat lebih tinggi
hematokrit dan jumlah sel darah merah. World Health Organization (WHO)
sistematis dari 34 studi menggunakan kriteria WHO dengan total 85.409 peserta,
komunitas, 47% (31-50%) dalam perawatan/ penduduk rumah, dan 40% (40-72%)
pada lansia yang dirawat di rumah sakit. Penelitian juga dilakukan pada subjek
berusia >80 tahun dan didapatkan hasil bahwa prevalensi anemia meningkat
menjadi lebih dari 25% dalam kehidupan masyarakat yang berusia >80 tahun.
Eropa mungkin menderita anemia. Anemia merupakan suatu penyakit yang paling
sering dialami oleh lansia. Kemenkes RI pada tahun 2013 menemukan prevalensi
penyakit tidak menular pada usia lanjut di Indonesia antara lain anemia (46,3%),
penyakit hipertensi (42,9%), penyakit sendi (39,6%), serta penyakit jantung dan
pembuluh darah (10,7%). Lansia usia 65–74 tahun di Indonesia yang mengalami
anemia sebesar 34,2% dan lansia usia >75 tahun sebesar 46%.5,19
Anemia pada lansia disebabkan karena kurangnya tingkat konsumsi zat gizi
seperti protein, zat besi, vitamin B12, asam folat, dan vitamin C. Kekurangan zat
gizi dapat dipengaruhi oleh perubahan karakteristik lansia antara lain fisiologi,
ekonomi, sosial dan penyakit penyerta pada lansia seperti penyakit degeneratif,
kronik, dan infeksi yang akan berpengaruh terhadap pola makannya. Selanjutnya
berpengaruh pula terhadap rendahnya konsumsi zat gizi yang menyebab lansia
yang sering ditemukan dalam paraktik kedokteran. Gejala dan tanda anemia
biasanya tidak berbahaya dan banyak pasien lanjut usia tidak memiliki keluhan
karena tubuh mereka melakukan adaptasi fisiologis untuk kondisi tersebut. Gejala
khas anemia, seperti kelelahan, kelemahan dan dispnea, tidak spesifik dan pada
pasien lanjut usia cenderung dikaitkan dengan usia lanjut. Pucat bisa menjadi
petunjuk diagnostik yang membantu proses diagnosis, tetapi pucat sulit dideteksi
pada orang tua. Konjungtiva anemis adalah tanda patognomonis dan kehadirannya
Anemia pada orang tua dievaluasi dengan cara yang mirip dengan orang
penyakit ginjal atau hati, dan penyakit kronis lainnya. Pasien tanpa bukti penyakit
lengkap, indeks sel darah merah, hitung retikulosit dan apus darah tepi. Gambar
hasil pemeriksaan darah pada anemia dan algoritma diagnosis anemia dapat
Dallman, anemia defisiensi adalah anemia akibat kekurangan zat besi sehingga
Teh dan kopi mengandung tanin yang dapat mengikat mineral antara lain zat
besi. Pada teh hitam terkandung senyawa polifenol yang apabila teroksidasi akan
mengikat mineral seperti zat besi, zink, dan kalsium. Oleh sebab itu teh hitam
bahwa lansia yang mengonsumsi 1 cangkir teh dapat menurunkan absorbsi besi
sebanyak 49% dan mengonsumsi 2 cangkir sehari dapat menurunkan absorbsi besi
sebesar 67%. Apabila lansia tidak diperhatikan tingkat kecukupan zat gizi serta
lansia masih banyak mengonsumsi teh dan kopi akan menyebabkan lansia lebih
mudah mengalami anemia. Lansia yang mengalami anemia lebih mudah terkena
plasma, dan redistribusi aliran darah. Manifestasi klinis anemia terjadi ketika
hemoglobin di bawah dua pertiga dari normal (kurang dari 9 sampai 10 g/dL)
karena peningkatan curah jantung basal pada pasien anemia dan dimanifestasikan
3. Sindroma Geriatri
efek sinergis dari berbagai faktor risiko. Situasi ini disebut sindrom untuk
menekankan bahwa manifestasi gabungan terkait dengan sejumlah besar faktor.
jatuh, masalah tidur, malnutrisi, nyeri, pengabaian diri bersifat multifaktorial, dan
terkait dengan morbiditas substansial dan hasil yang buruk dalam praktik klinis.4
Masalah yang sering dijumpai pada pasien geriatri adalah sindrom geriatri
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring selama 3 hari atau
lebih, diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologis. Imobilisasi menyebabkan komplikasi lain yang lebih besar pada pasien
usia lanjut bila tidak ditangani dengan baik. Gangguan keseimbangan (instabilitas)
akan memudahkan pasien geriatri terjatuh dan dapat mengalami patah tulang.24
terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan
urin seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya karena malu atau
wajar pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. Prevalensi inkontinensia
urin di Indonesia pada pasien geriatri yang dirawat mencapai 28,3%. Biaya yang
per tahun per pasien. Masalah inkontinensia urin umumnya dapat diatasi dengan
geriatri. Umumnya mereka mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan dan sulit
mengalami insomnia kronis, 30% pasien usia lanjut mengeluh tetap terjaga
sepanjang malam, 19% mengeluh bangun terlalu pagi, dan 19% mengalami
kasus tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai
bagian dari proses menua. Prevalensi depresi pada pasien geriatri yang dirawat
mencapai 17,5%. Deteksi dini depresi dan penanganan segera sangat penting
untuk mencegah disabilitas yang dapat menyebabkan komplikasi lain yang lebih
berat.24
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada
usia lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia,
sepsis, dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor
yang biasa akibat proses menua. Prevalensi gangguan penglihatan pada pasien
muncul sering tumpang tindih dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga
tampilan gejala menjadi tidak jelas. Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai
berbagai jenis obat dalam jumlah banyak. Terapi non-farmakologi dapat menjadi
pilihan untuk mengatasi masalah pada pasien usia lanjut, namun obat tetap
penggunaan obat yang benar dan tepat pada usia lanjut harus menjadi kajian
kelemahan, berkurangnya kecepatan jalan, rasa cepat lelah, aktivitas fisik yang
rendah, dan hilangnya berat badan. Diagnosis didasarkan atas tanda dan gejala
lebih dari lima kriteria yaitu kelemahan, berkurangnya kecepatan jalan, keluhan
cepat lelah, menurunnya aktivitas, dan berkurangnya berat badan. Adapun kriteria
klinis sindroma frailty menurut Fried dapat dilihat pada gambar berikut.25
Gambar 2.7 Kriteria klinis sindroma frailty menurut Fried
Malnutrisi tersebar luas pada orang tua dan merupakan sindrom geriatri
terjadi dan sering dikaitkan dengan penyakit akut maupun kronis sehingga
dengan hilangnya kemampuan indera perasa dan bau. Hal ini menyebabkan
anoreksia dan disebut "anoreksia akibat penuaan". Selain itu juga dapat
disebabkan oleh kesehatan mulut yang buruk, kesulitan dalam mengunyah dan
isolasi sosial, kesepian atau depresi. Banyak kondisi akut (misalnya infeksi,
kebutuhan energi serta mencetuskan malnutrisi pada penderita lansia. Selain aspek
individu tersebut, faktor eksternal seperti kualitas makanan, suasana makan, dan
Kualitas perawatan (medis dan gizi) dapat mempengaruhi asupan makanan dan
atau peningkatan kebutuhan pada penyakit merupakan salah satu ciri malnutrisi
yang diikuti dengan gangguan status imun dan hilangnya massa otot, yang
kekuatan dan massa otot disebut sarcopenia yang menyebabkan status fisik
yang mendasari;
dalam pedoman ESPEN tentang nutrisi klinis dan hidrasi di geriatri. Rekomendasi
utama dari pedoman ESPEN untuk pengelolaan malnutrisi dan bukti yang sesuai
(GPP)
malnutrisi (GPP)
perawatan di rumah)
(B)
(B)
(GPP)
Modifikasi Fortifikasi makanan (B)
(GPP)
visual) *
berkualitas tinggi), B = berdasarkan bukti sedang (studi kasus atau studi kohort
berkualitas tinggi); GPP = good practice point / konsensus pakar:
2019.
lansia adalah bentuk singkat dari Mini Nutritional Assessment (MNA), yang dapat
diterapkan di semua kondisi lansia. Namun, ada banyak alat lain yang tersedia.
Terdapat 48 alat yang digunakan untuk menyaring risiko malnutrisi pada lansia,
dan baru-baru ini dinilai sehubungan dengan validasi, parameter dan kepraktisan.
komunitas); ii) Nutritional Form for the Elderly (NUFFE) untuk pengaturan
Tool (MST) dan Mini Nutritional Assessment Short Form Version 1 (MNA-SF-
sumber daya dan harapan, evaluasi keparahan defisit nutrisi, dan tinjauan kritis
terhadap resep makanan yang ada. Periksa apakah tujuan intervensi telah tercapai,
mungkin merupakan hal mendasar, meskipun bukti ilmiah untuk rekomendasi ini
masih kurang. Pada pasien lansia, perawatan medis yang memadai tentunya
berpotensi berbahaya pada nafsu makan, persepsi rasa dan bau, produksi air liur
atau kognisi.26
lansia berbagi waktu makan mereka dengan orang lain, karena makan bersama
diketahui dapat merangsang asupan makanan dan mungkin juga merupakan aspek
penting dalam kaitannya dengan kualitas hidup. Selain itu, kemampuan untuk
(misalnya, dalam paket yang sulit dibuka) mungkin relevan. Makanan harus
mudah diakses dan dalam kasus tertentu, mungkin masuk akal untuk menyediakan
alat makan yang disesuaikan secara khusus atau cangkir dengan bentuk khusus.26
mengembangkan pemahaman yang baik tentang topik gizi dan untuk mendukung
dianggap sebagai lini pertama dari terapi gizi. Pedoman saat ini
diberikan konseling nutrisi secara individual oleh ahli gizi yang berkualifikasi
pentingnya nutrisi dan mendukung kebiasaan makan yang sehat. Sesi individu
dapat digabungkan dengan sesi kelompok, kontak telepon dan nasihat tertulis.26
Modifikasi makanan termasuk penyesuaian kandungan makro dan / atau
atau rasa, rasa dan / atau tampilan visual (peningkatan organoleptik). Nutrisi atau
dan / atau kepadatan nutrisi (makanan yang diperkaya) atau untuk menghasilkan
tersedia dalam berbagai kualitas (misalnya, cairan / bubur tipis, bubur kental /
lembut dan halus, cincang halus) dan bertujuan untuk mengatasi masalah
mengunyah dan menelan, yang tersebar luas pada lansia dan terkait dengan orang
lansia membahas apakah lansia dengan malnutrisi atau berisiko malnutrisi harus
siap minum, atau sebagai semi padat atau bubuk yang dapat disiapkan sebagai
menyediakan setidaknya 400 kkal dan minimal 30 g protein per hari. Suplemen
harus diberikan kepada semua lansia dengan (risiko) malnutrisi ketika tujuan gizi
makanan, asupan makanan, berat badan, menurunkan risiko komplikasi dan rawat
inap, dan menurunkan risiko penurunan fungsi pasca rawat inap. ONS harus
lansia.26
gastrostomi endoskopi perkutan (PEG) dan nutrisi parenteral (PN) melalui vena
sentral atau perifer juga merupakan pilihan penting untuk pasien lansia. Namun
tindakan invasif ini harus disediakan untuk mereka yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya dengan rute oral atau enteral, tetapi memiliki prospek
pemulihan umum yang wajar. Dua belas rekomendasi dalam pedoman ESPEN
mengacu pada topik ini, semuanya berdasarkan studi deskriptif yang tersedia dan
konsensus ahli, karena uji coba secara acak akan menjadi tidak etis di bidang ini.
Risiko RFS diduga tinggi terutama di antara pasien lansia malnutrisi, dan
tidak terbatas pada pemberian nutrisi enteral atau parenteral. Namun, karena
gejala awal yang tidak spesifik tetapi juga karena kurangnya pengetahuan di
antara banyak dokter, RFS sering tidak didiagnosis dan akibatnya tidak diobati
menunjukkan bahwa hampir tiga perempat dari 342 pasien lansia yang dirawat di
rumah sakit yang berisiko malnutrisi menunjukkan risiko RFS yang signifikan.
Seperti malnutrisi, RFS tetap menjadi kondisi yang tidak diketahui dan tidak
tiga hari pertama terapi EN dan PN pada individu malnutrisi terhadap kadar serum
fosfat, magnesium kalium dan tiamin, yang menurunkan RFS dan harus ditambah
jika sesuai. Oleh karena itu, sebuah tinjauan baru-baru ini juga merekomendasikan
pemantauan ketat dari parameter vital, cairan, elektrolit serum dan tiamin pada
pasien lansia dengan risiko RFS, sedangkan penggantian nutrisi harus dimulai
secara perlahan dan ditingkatkan dengan hati-hati untuk mencapai tujuan nutrisi
disertai gejala sebagai tanda adanya infeksi. Istilah bakteriuria sering pula
digunakan karena diketahui bahwa sebagian besar (95%) penyebab ISK adalah
ISK. Di satu sisi pada penderita geriatri sering terjadi gejala yang mengarah
kepada ISK namun pemeriksaan bakteriologik urin tidak menunjang. Di sisi lain
pada pemeriksaan urin sering ditemukan lekosituria yang banyak tanpa gejala ISK
yang khas. Karena hal tersebut, para ahli menetapkan kriteria mikrobiologik untuk
Menurunnya nafsu makan hampir selalu menjadi gejala awal berbagai jenis
infeksi pada penderita geriatri termasuk ISK. Penurunan nafsu makan tersebut
sayangnya sering dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa pada warga usia lanjut
perubahan nafsu makan tidak saja berperan sebagai tanda awal adanya penyakit
yang serius, namun juga merupakan kondisi yang menurunkan status gizi dan
kekebalan seseorang, apalagi pada warga usia lanjut. Jika keadaan dibiarkan maka
keadaan umum penderita akan semakin lemah dan penderita cenderung lebih
mempunyai berbagai dampak yang sangat luas. Penurunan status fungsional yang
berujung pada tirah baring lama sering mengakibatkan inkontinensia urin. Jika
penderita menggunakan popok dan tidak kerap diganti dengan yang bersih dan
kering, maka daerah genitalia akan terus menerus menjadi area yang sangat baik
sering merupakan gejala ISK pada penderita geriatri. Kondisi lebih jauh adalah
kepribadian atau stroke. Sindrom delirium yang sesungguhnya sedang terjadi itu
juga merupakan salah satu bentuk gejala yang muncul pada ISK. Penderita boleh
jadi menjadi hipoaktif, hiperaktif, pola tidurnya berubah, atau faal kognitifnya
menurun. ISK sering muncul dalam bentuk kegawatdaruratan akibat jatuh yang
membawa penderita ke unit gawat darurat. Penderita mungkin masih mampu aktif
dan kesadarannya kompos mentis namun tiba-tiba tanpa alasan yang jelas
dengan penderita berusia lanjut. Gejala klinis yang muncul seperti disuri dan
polakisuri jarang ditemukan, walaupun bisa saja terjadi. Hal itu disebabkan
Seperti telah dikemukakan, gangguan faal kognitif dan emosi sering mewarnai
nyeri tekan daerah suprapubik maupun sakit pinggang jarang sekali ditemukan.
Kurva suhu basal harian (jika ada) yang dibandingkan dengan suhu tubuh saat
diagnosis.27
Penatalaksanaan selalu terdiri atas dua ranah modalitas yakni yang
cermat dan dikelola sesuai penyebabnya. Program nutrisi yang adekuat juga
merupakan bagian dari terapi yang tidak terpisahkan. Tahap demi tahap asupan
makanan dan cairan yang menuju optimal harus dikerjakan sesuai kemampuan
penderita. Jika penderita dirawat inap maka program aktivitas harus dirancang
yang dianjurkan secara empiris disesuaikan dengan pola kuman yang ada di setiap
Golongan beta-laktam dan sefalosporin juga masih cukup efektif, namun akhir-
akhir ini sudah mulai terdapat kecenderungan resistensi. Saat ini golongan
kuinolon merupakan terapi pilihan secara empiris yang bisa diberikan kepada
penderita baik yang berobat jalan maupun rawat inap. Lama pengobatan minimal
tujuh hari. Pada keadaan yang lebih berat atau dengan penyulit sebaiknya
diberikan selama 14 hari. Penderita geriatri laki-laki secara umum mendapat terapi
penderita geriatri mengacu kepada prinsip pemberian obat pada usia lanjut
status nutrisi (kadar albumin), dan efek samping obat (mual, gangguan faal
ginjal). Pada penderita rawat inap atau disertai penyulit, infeksi pada saluran
kemih bagian atas, infeksi berulang, atau penderita dalam penggunaan kateter,
Kata disfagia, yang berasal dari kata Yunani dys (kesulitan) dan fagia
(makan), mengacu pada sensasi makanan yang tertunda atau terhalang dalam
akibat obstruksi mekanis atau perubahan fungsi motorik di sepanjang area jalur
makanan.28
rentan ini dengan lebih baik, penyedia layanan kesehatan harus menanyakan
Ulasan ini membahas beberapa pertanyaan yang sering ditemui tentang merawat
orang lanjut usia dengan disfagia, termasuk diskusi tentang mekanisme penting
untuk menelan normal dan bagaimana mereka dapat dipengaruhi oleh proses
penuaan.28
A. Fisiologis Menelan
Menelan merupakan fungsi yang melibatkan lebih dari 30 saraf dan otot.
dari 1 detik untuk bolus mencapai esofagus dan tambahan 10 hingga 15 detik
menelan setiap hari dengan mudah. Pusat menelan secara bilateral diwakili dalam
sistem saraf pusat, dan tingkat representasi belahan otak tampaknya sangat
faring, dan esofagus. Fase oral adalah komponen volunter dari aktivitas menelan,
penggunaan saraf kranial V (trigeminal), VII (fasialis), dan XII (hipoglosus). Fase
dan penurunan massa otot yang bergantung pada wilayah, yang dapat
mempengaruhi fungsi menelan. Lebih lanjut, efek usia pada evolusi temporal dari
Disfagia orofaring pada lansia paling sering disebabkan oleh stroke, terjadi pada
sepertiga dari semua pasien stroke. Disfagia esofagus dapat disebabkan oleh
sejumlah penyebab motorik atau mekanis (Tabel 2 dan Gambar 2). Pada beberapa
pasien, tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi, dan kasus seperti itu telah
disebabkan oleh motilitas yang tidak teratur atau gangguan dari dalam atau luar
perbedaan antara motorik dan mekanis atau disfagia orofaring dan esofagus tidak
hanya penting dalam kaitannya dengan etiologi tetapi juga merupakan kunci
dalam penatalaksanaan.28
C. Diagnosis
kemampuan dan gangguan pasien dan sejauh mana gangguan tersebut dapat
ditingkatkan.28
Riwayat yang cermat tetap menjadi landasan evaluasi disfagia dan tinjauan
dan waktunya, gejala yang terkait, dan karakterisasi lainnya (Tabel 3) dapat secara
khusus menunjukkan tingkat anatomi disfagia. Meskipun gejala sakit maag
kronis, hematemesis, coffee ground emesis, dan anemia pada pasien dengan
esofagus, baik ada maupun tidak adanya. Gejala mulas memiliki nilai diagnostik
dan sekitar seperempat pasien dengan striktur peptik telah terbukti tidak
mengalami mulas sebelum diagnosis. Di sisi lain, lebih dari 40% pasien dengan
kontroversial.28
obat yang umum digunakan, melalui efek farmakologis pada sistem saraf pusat,
polos dan lurik, menghambat aktivitas menelan dan transit bolus, dan mengurangi
meningkatkan insidensi dan keparahan GERD dan striktur peptikum. Selain itu,
striktur. Obat yang mengandung Sulfa juga telah dikaitkan dengan komplikasi
alergi sistemik seperti sindrom Stevens-Johnson dan mungkin melibatkan pipa
makanan.28
Cedera esofagus yang diinduksi obat biasanya disebabkan oleh iritasi lokal
pada mukosa esofagus dan disebut sebagai esofagitis pil dapat menyebabkan
alendronat, dan kuinidin. Lokasi paling sering esofagitis terkait pil adalah di dekat
lengkung aorta, dan daerah yang ditandai dengan kompresi dari lengkungan,
transisi otot rangka ke otot polos. Risiko esofagitis meningkat jika obat
dikonsumsi dalam posisi terlentang dan sebelum tidur karena frekuensi menelan
selama tidur. Faktor lain termasuk asupan obat tanpa air / cairan yang cukup,
Orofaringeal Esofageal
Bagaimana Pasien tidak dapat menelan, Setelah tertelan, makanan
atau makanan terasa seperti menempel di belakang tulang
rasanya? tergantung di leher. dada atau di epigastrium atau,
lebih jarang, di leher.
Kapan itu Dalam 1 detik setelah Beberapa detik setelah
percobaan menelan menelan
terjadi?
Adakah Ketidakmampuan untuk Sakit dada
mengunyah atau Regurgitasi nokturnal
gejala atau mendorong bolus atau terlambat dari
kondisi Sialorrhea, air liur, atau makanan yang tidak
tumpahan makanan tercerna
terkait? Batuk, tersedak, atau Mulas kronis,
regurgitasi hidung hematemesis, emesis
Perlu menelan berulang bubuk kopi, dan anemia
kali untuk membersihkan dapat mengarah ke
makanan dari faring komplikasi GERD;
Suara serak, bicara cadel Namun, ada atau tidak
atau sengau, disartria, atau adanya mulas tidak
disfonia spesifik.
Otalgia yang dirujuk Disfagia pada padatan
dapat mengindikasikan dan cairan sejak awal
kanker hipofaring, laring, mengindikasikan
faring, atau pangkal lidah. gangguan motilitas.
Intubasi berkepanjangan Disfagia progresif dari
Operasi atau radiasi padatan ke cairan
kepala dan leher menunjukkan lesi
Menelan dengan suara struktural (striktur,
gemericik, sensasi cincin, jaring, atau
kenyang di leher, tumor).
halitosis, dan regurgitasi Disfagia intermiten pada
terlambat dari makanan padatan tanpa penurunan
yang tidak tercerna dapat berat badan yang
menunjukkan signifikan sering
divertikulum Zenker. dikaitkan dengan cincin
esofagus.
Odynophagia sering
menunjukkan
peradangan esofagus
(erosif, diinduksi pil,
atau menular), esofagitis,
atau konsumsi kaustik.
Bagaimana Menelan berulang kali, Regurgitasi atau muntah
mengangkat lengan,
lega dicapai melempar bahu ke
belakang, atau melakukan
setelah
manuver Valsava
impaksi Kemampuan untuk
mengeluarkan bolus yang
bolus? menyinggung
Apakah Stroke, penyakit Parkinson, Penyakit pembuluh darah
miastenia, multiple atau kolagen seperti skleroderma,
Anda amyotrophic lateral sclerosis, sindrom CREST, rheumatoid
mengidap tirotoksikosis, dan kondisi arthritis, lupus eritematosus
terkait lainnya sistemik, dan sindrom Sjögren
penyakit
sistemik?
D. Pemeriksaan Fisik
awal dari semua pasien disfagia. Informasi mengenai kemampuan bicara dan
kognitif pasien, disfungsi perilaku, kekuatan, dan rentang pergerakan otot yang
tentang kesesuaian pasien untuk terapi menelan dan jenis terapi yang dipilih.28
trakeostomi, dan radioterapi. Erosi gigi yang menyebar mungkin mengarah pada
memeriksa pendakian laring dengan menempatkan jari telunjuk dan jari tengah
secara ringan masing-masing pada tulang rawan hyoid dan laring, dan meminta
pasien untuk menelan. Penurunan laring sering terlihat pada disfagia neurologis.
tidak diketahui penyebabnya dan harus mencakup pengujian semua saraf kranial,
terutama saraf sensorik (saraf kranial V, IX, dan X) dan motorik (saraf kranial V,
VII, X, XI, dan XII) komponen yang terlibat dalam menelan. Adanya tremor,
motorik dan sensorik, terutama dalam pengaturan durasi penyakit yang lebih lama
kelemahan wajah dan faring, dan disfagia terlihat pada sekitar 30% myasthenia.28
E. Pemeriksaan Penunjang
gravis. Namun, antibodi AChR tidak ada pada sekitar setengah dari myasthenics
tanpa temuan okular yang khas. Dalam kasus seperti itu, uji stimulasi tensilon
harus selalu dipertimbangkan dalam diagnosis banding, terutama pada pasien usia
lanjut di mana tanda-tanda tirotoksikosis yang lebih klasik biasanya tidak ada.28
Lima tes utama saat ini digunakan untuk memperkirakan dan mengukur
jangkauan, dan kekuatan, dari pergerakan peralatan menelan, aliran bolus, dan
jarak bebas; sensasi; dan proteksi jalan nafas bersama dengan resiko atau adanya
aspirasi.28
untuk mengevaluasi disfagia orofaring. Pemeriksaan ini sangat sensitif dan dapat
aspirasi menelan, regurgitasi nasofaring, dan residu menelan dalam rongga faring
setelah menelan.28
sebagai teknik pemeriksaan bedside yang cepat, valid, aman, berbiaya rendah, dan
tepat untuk mengevaluasi disfagia di semua kelompok umur, termasuk panti
jompo dan fasilitas perawatan jangka panjang. Pada temuan endoskopi fiberoptik
pada pasien stroke akut, skala keparahan disfagia yang berbeda telah
Setiap kali ada kecurigaan klinis disfagia orofaringeal mekanik, VFSS harus
diagnostik awal. Dalam kasus di mana skenario klinis menunjukkan lesi esofagus
untuk mendeteksi lesi struktural dan fungsional dapat lebih ditingkatkan melalui
F. Tatalaksana
ini. Dilatasi esofagus biasanya aman dan efektif pada 75% kasus striktur jinak
atau jaring. Dilatasi atau miotomi krikofaringeal (terbuka atau endoskopi dengan
skeletal, dan divertikula faring lateral juga dapat secara umum diidentifikasi
kelompok ini, tingkat keparahan disfungsi menelan tidak terkait dengan tingkat
keparahan penyakit yang mendasari, juga tidak ada terapi obat khusus yang dapat
G. Rehabilitasi
terapi menelan. Selama pelatihan menelan, pasien diminta 1.) makan beberapa
dan 2.) latihan untuk membangun kekuatan dan koordinasi untuk mendapatkan
Lima teknik postur tubuh (dagu ke bawah, dagu ke atas, kepala menoleh,
kepala dimiringkan, dan berbaring) dan beberapa kombinasi postur tubuh saat ini
Misalnya, postur dagu ke bawah sangat cocok pada pasien dengan gangguan dasar
lidah, dan postur berbaring berguna pada pasien dengan kerusakan faring bilateral
atau penurunan ketinggian laring. Stimulasi kimiawi, termal, dan taktil melalui
perubahan rasa, volume, suhu, dan karbonasi makanan (bolus) dan bahkan
tekanan tambahan pada lidah dengan sendok saat makanan disajikan telah
digunakan secara efektif untuk mengatur perilaku menelan manusia. Baru-baru ini
, rangsangan rasa, stimulasi oral termal taktil, dan stimulasi listrik faring telah
Mendelsohn telah digunakan oleh subjek normal dan pasien dysphagic untuk
Semua manuver ini menghasilkan perubahan spesifik pada menelan faring, tetapi
jenis pasien disfagik dalam hal frekuensi dan durasi pengobatan. Perubahan pola
makan, terutama diet cairan kental, biasanya digunakan untuk mencegah aspirasi
cairan pada pasien dengan disfagia oropharyngeal. Namun, hasil dari uji klinis