Anoreksia adalah penyebab paling umum malnutrisi pada pasien lansiasedangkan kaheksia
adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya nafsumakan, penurunan berat badan,
kehilangan otot, dan kelemahan umum. Hal ini juga umum pada pasien dengan tumor paru-
paru, pankreas, dan saluran pencernaan bagian atas. Kaheksia pada pasien kanker ditandai de
ngan adanyainflamasi sistemik dengan balans negatif dari protein dan energi, serta
adanyakehilangan massa tubuh yang tidak disadari atau disengaja. Sindroma
ini berdampak dramatis bukan hanya pada kualitas hidup pasien namun juga buruknya
respon kemoterapi dan penurunan angka bertahan hidup pada pasien.
Pada pasien lansia, proses ini dikarenakan 3 faktor utama antara lain :hilangnya rasa lapar
dan terganggunya mekanisme pengontrol rasa kenyang, terganggunya motilitas
gastrointestinal yang berhubungan dengan usia, danfaktor-faktor lain seperti depresi, masalah
keuangan, dan masalah lainnya.
2.Hormon
Ghrelin atau “hormon rasa lapar” adalah satu
-satunya hormon perifer yangdiidentifikasi untuk merangsang rasa lapar. Hormon ini
dilepaskan secara pulsatiloleh sel ghrelin yang terdapat pada mukosa saluran pencernaan
terutama dilambung. Namun, hanya ada sedikit bukti yang tersedia mengenai
bagaimanadinamika ghrelin berubah selama proses penuaan. Kemungkinan berkaitan
denganmeningkatnya leptin dan insulin yang beredar sehingga sensitivitas dari ghrelinyang
semakin rendah. Serupa dengan ghrelin, terdapat perubahan dalam hormonCCK
(cholecystokinin) yang diamati pada individu lansia. CCK adalah prototipehormon kenyang
yang diepaskan oleh proksimal usus kecil sebagai respon
dari pengiriman nutrisi, terutama protein dan lipid dari antrum. Perubahan ini juga berperan
dalam anoreksia akibat penuaan. Akibat dari penuaan ditemukan juga peningkatan dari
konsentrasi peptidaYY (tyrosine tyrosine) pada serum. Konsentrasi PYY menyebabkan fase
puasayang lebih panjang sehingga pasien mengalami rasa kenyang lebih lama. CCKdan PYY
akan bekerja sama untuk mengirimkan signal kepada hipotalamussehingga individu tersebut
mengalami fase puasa yang lebih panjang.
3.Fungsi gastrointestinal
Abnormalitas pada motilitas lambung dapat menyebabkan rasa kenyang yanglebih dini dari
seharusnya. Pada individu lansia ditemukan bahwa
terjadi penurunan sekresi oksida nitrat yang menyebabkan menurunnya komplians lambung
sehingga relaksasi fundus berkurang dan pengisian antral lebih cepat terjadi. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa penurunan kemampuan pengosonganlambung dapat berujung pada rasa
kenyang postprandial yang berkepanjangan.Pengosongan lambung yang lebih lambat pada
orang lansia mungkin dikaitkandengan penurunan kemampuan pencernaan di lambung.
Gambar 2.2 Hubungan nitric oxide, adaptive relaxation, dan selera makan Gastritis kronis
dan beberapa obat seperti Proton Pump Inhibitor (PPI)yang dapat menyebabkan
hypochlorhydria sehingga lebih lanjut dapatmemperlama pengosongan lambung.
Hypochlorhydria merupakan kondisi yangdapat mengganggu kesehatan karena kondisi ini
HCL dalam lambung menurunakibat gastritis kronis yang terjadi pada lansia dengan
pemakaian PPI
jangka panjang. HCL banyak berperan pada banyak proses fisiologis termasuk penyerapan mi
nera seperti kalsium, magnesium, potassium, zink, dan zat besi.Sehingga kekurangan HCL
akan berujung pada kesulitan penyerapan zat-zatmikronutrien untuk tubuh. Lansia menjadi
semakin rentan untuk menderitaosteoporosis, patah tulang, dan kekurangan vitamin B12 dan
magnesium. HCL juga bertanggung jawab untuk memecah protein makanan yang
membantu dalam pencegahan alergi makanan yang terkait dengan pencernaan protein yang ti
dak lengkap. Obat penghambat asam tersedia secara luas namun faktanya obat tersebutsering
digunakan dalam jangka waktu lama bahkan bertahun-tahun. Pengosonganlambung yang
lebih lambat dapat mengurangi nafsu makan dan asupan makanan pada individu lanjut usia.
4. Inflamasi
Inflamasi kronik yang menjadi penanda dalam proses penuaan menghasilkanIL-1 dan Tumor
Necrosis Alfa (TNF-a), sehingga kadarnya lebih tinggi padaindividu lansia. . Interleukin 1
yang diproduksi oleh limfosit dan makrofagmerupakan sitokin yang sangat potensial dalam
menyebabkan anoreksia.Interleukin 1 dapat mengurangi porsi, durasi, dan frekuensi makanan
yangdikonsumsi. Sitokin ini berefek sangat besar ketika disuntikkan ke
hipotalamusventromedial dengan cara langsung menembus sawar darah otak atau
denganmengaktivasi melalui syaraf vagal. Selain itu, IL-1 juga menguatkan aktivasiserotonin
dan meningkatkan produksi CRF sehingga dapat berujung padaanoreksia. Efek anoreksik dari
IL-1 dapat di halangi sebagian dengan antibodi.Sebagian besar efek dari Interleukin 1
dimediasi oleh IL-1 alfa untuk organ perifersedangkan untuk otak dimediasi oleh IL-1 beta.
TNF-a meningkat pada mencit yang menderita kaheksia baik secara perifermaupun sentral.
TNF-a juga dapat menembus sawar darah otak dan menimbulkan efeknya dengan
menstimulasi syaraf vagal. Pada penelitian dengan mencit,inhibitor TNF-a dapat
meningkatkan selera makan.