Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

KERACUNAN PESTISIDA KRONIK


PENYEGAR PADA PETANI
Vonisya Mutia,1Rasmi Zakiah Oktarlina,2
1Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung, Bandarlampung, Indonesia
2Departemen Ilmu Farmasi Kedokteran, Fakultas

Kedokteran, Universitas Lampung, Bandarlampung,


Indonesia

Abstrak
Penggunaan pestisida dalam pertanian, rumah tangga, dan pekerjaan yang ekstensif dan
tidak bijaksana telah meningkatkan risiko pajanan manusia terhadap pestisida dan dampak
kesehatan yang terkait. Pestisida adalah bahan yang sering digunakan di seluruh dunia,
bahkan ketika penggunaan yang sering dilarang karena memiliki efek buruk yang diketahui
miliki risiko terhadap kesehatan tidak hanya orang-orang yang menggunakan pestisida,
tetapi juga mereka yang mengkonsumsi produk yang terkontaminasi. Keracunan pestisida
telah menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di beberapa negara berkembang,
terutama karena konsumsi yang disengaja atau tidak disengaja dan penggunaan produk
pestisida yang tidak aman selama kegiatan pekerjaan. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk
mengetahui masalah kesehatan pekerja pertanian yang secara kronis terpapar pestisida,
untuk mengevaluasi kemungkinan kerusakan pada tingkat genetik, serta untuk
mengeksplorasi beberapa perubahan hati, ginjal, dan hematologi.

Abstract
The extensive and imprudent use of pesticides in agriculture, household, veterinary
practices, and occupational settings have increased the risk of human exposure and
associated health effects. Pesticides are frequently used materials worldwide, even when
the use of some of them is prohibited due to the recognized adverse effect they have on
the health of not only the people who apply the pesticides, but also of those that consume
the contaminated products. Pesticide poisoning has become a main public health problem
in some developing countries, mainly due to the accidental or intentional ingestion and the
unsafe use of pesticide products during occupational activities. The objectives of this study
were to know the health issues of farm workers chronically exposed to pesticides, to
evaluate possible damage at genetic level, as well as to explore some hepatic, renal, and
hematological alterations.

1. PENDAHULUAN sektor pertanian di seluruh dunia.[2,3]


Indonesia merupakan negara Penggunaan pestisida di Afrika hanya
agraris artinya sektor pertanian mencapai 4% dari pasar pestisida global,
memegang peran penting dalam dengan perkiraan kasar 75.000 hingga
perekonomian di Indonesia, 100.000 ton bahan aktif pestisida yang
menyebabkan penduduk Indonesia digunakan dibandingkan dengan sekitar
mayoritas pekerjaannya adalah petani. 350.000 ton di Eropa.[4] Namun,
Pestisida didefinisikan sebagai zat atau peningkatan morbiditas dan mortalitas
bahan kimia yang digunakan terutama di akibat keracunan pestisida merupakan
bidang pertanian, kehutanan, hortikultura masalah besar terutama dengan
dan di lahan publik untuk meningkatkan pendataan yang tidak baik dari otoritas
hasil panen, sehingga penggunaan kesehatan.[5]
pestisida hampir selalu digunakan pada Petani harus memahami bahaya
setiap petani.[1] dan risiko terkait penggunaan pestisida.
Selama 10 tahun terakhir terjadi Bahaya dan risiko bervariasi tergantung
peningkatan penggunaan pestisida untuk toksisitas pestisida. Toksisitas pestisida
didefinisikan sebagai kualitas racun atau

JIMKI Volume 7 No.2 | Mei – Oktober 2019 130


berbahaya bagi hewan maupun negara berkembang. Diperkirakan oleh
tumbuhan yang dipengaruhi oleh sifat World Health Organization (WHO)
kimia dan fisik suatu zat. Pestisida bahwa sekitar 18,2 per 100.000 pekerja
memiliki mekanisme kerja yang berbeda, pertanian mengalami keracunan
tetapi secara umum menyebabkan pestisida terkait pekerjaan di seluruh
perubahan biokimia yang mengganggu dunia.[16]Selain itu, lebih dari 168.000
fungsi sel normal.[6] orang meninggal akibat keracunan
Toksisitas suatu senyawa pestisida setiap tahun, dengan sebagian
dipengaruhi oleh dosis dan frekuensi besar berasal dari negara berkembang.[4]
paparan. Zat yang sangat beracun Keracunan kronis mengacu pada
menyebabkan gejala keracunan yang efek jangka panjang atau paparan yang
parah dengan dosis kecil.[7] Sedangkan lebih rendah terhadap zat beracun,
suatu zat dengan toksisitas rendah seperti ketika aplikator pestisida sering
umumnya membutuhkan dosis besar dibasahi dengan semprotan selama
untuk menghasilkan gejala ringan. praktik penyemprotan yang tidak
Bahkan zat-zat umum seperti kopi atau aman.[17] Efek dari paparan kronis tidak
garam menjadi racun jika dikonsumsi segera muncul setelah paparan pertama
dalam jumlah besar.[8] Toksisitas namun membutuhkan waktu bertahun-
pestisida dapat terjadi secara akut atau tahun untuk menghasilkan gejala.
kronis. Toksisitas akut adalah Pestisida akan terus terakumulasi dalam
kemampuan suatu zat untuk tubuh, dan perlahan merusak jaringan
menimbulkan efek berbahaya yang tubuh.[18] Seseorang yang sering
berkembang dengan cepat setelah terpapar dengan dosis rendah pestisida
terpapar, yaitu beberapa jam atau sehari semacam itu dapat mengalami gejala
sedangkan toksisitas kronis adalah keracunan lama setelah paparan
kemampuan suatu zat untuk pertama. Paparan kronis termasuk
menyebabkan efek kesehatan yang keracunan inhalasi oral kronis dan
merugikan yang dihasilkan dari paparan kontak kulit kronis.[19] Berdasarkan latar
jangka panjang.[9] belakang diatas, tujuan dari jurnal ini
Menurut Sánchez-Santed tahun yaitu melihat gambaran keracunan
2016 menunjukkan bahwa paparan pestisida yang terjadi secara kronik pada
pestisida sering menginduksi toksisitas petani.
neurologis akut dan kronis,[9–12] disfungsi
metabolisme lipid, protein dan 2. PEMBAHASAN
karbohidrat.[13] Namun, sebagian besar Pestisida adalah zat yang
survei menggunakan pengukuran digunakan untuk membunuh atau
subjektif atau kualitatif, seperti gejala, mengendalikan hama. Beberapa jenis
skala psikologis, atau tanda-tanda klinis, hama yang paling sering ditemukan
untuk mengevaluasi efek kesehatan dari adalah serangga dan beberapa di
penggunaan pestisida.[14] Sebagai antaranya merupakan vektor penyakit.[20]
contoh, satu studi menemukan bahwa Penyakit-penyakit yang penularannya
petani yang menggunakan pestisida melalui vektor antara lain malaria,
dalam jumlah besar lebih mungkin onkosersiasis. filariasis, demam kuning,
menderita sakit kepala, mual, dan riketsia, meningitis, tifus dan pes.
masalah kulit.[12] Insektisida membantu mengendalikan
Pestisida merupakan kelompok penularan penyakit-penyakit ini.[21]
zat kimia yang sangat heterogen yang Dalam hal keamanan penggunaan
dirancang untuk menghancurkan pestisida, terdapat perbedaan makna
tanaman yang tidak diinginkan, antara toksisitas dan risiko. Toksisitas
serangga, dan hewan pengerat, mengacu pada kemampuan racun yang
termasuk pembunuh gulma, fungisida, melekat pada suatu material.[22,23]
insektisida, acaricides, nematicides, dan Toksisitas bahan dievaluasi di
rodentisida. Produk phytosanitary semua laboratorium toksikologi dan dinyatakan
memiliki tingkat toksisitas tertentu untuk dalam istilah kuantitatif, seperti LD50
manusia, dengan intensitas variabel.[15] atau LC50.[24] Risiko (atau bahaya) tidak
Keracunan pestisida merupakan hanya bergantung pada toksisitas suatu
salah satu masalah kesehatan material, tetapi juga pada kemungkinan
masyarakat yang banyak terjadi di terpapar saat penggunaan. Dalam istilah

JIMKI Volume 7 No.2 | Mei – Oktober 2019 131


sederhana, toksisitas adalah kapasitas pestisida tertentu tergantung pada
zat untuk menghasilkan penyakit atau toksisitas produk yang digunakan, dan
bahkan kematian, sedangkan risiko jumlah dan bentuk paparan yang
adalah kombinasi toksisitas dan paparan didapatkan.[25]
(Gambar 1). Oleh karena itu, risiko dari

Gambar 1. Risiko adalah kombinasi toksisitas dan paparan[25]

Informasi tentang toksisitas dan yang kuat, pusing, atau mual.[27,28]


paparan diperlukan untuk menentukan Beberapa pestisida, misalnya,
risiko. Biasanya, potensi efek samping organofosfat, dapat menyebabkan gejala
pada manusia dari pestisida yang sangat berat, seperti kejang, koma, dan bahkan
beracun lebih besar daripada pestisida mungkin kematian. Toksisitas pestisida
yang kurang beracun.[23] Namun, faktor pada manusia dapat dikategorikan
lain, seperti konsentrasi pestisida, lama berdasarkan sifat paparan, dimana
paparan pestisida, dan rute masuk ke paparan terjadi/ sistem tubuh yang
tubuh manusia, sangat penting dalam terpengaruh. Beberapa efek beracun
menentukan potensi keracunan.[26] oleh pestisida bersifat sementara,
Terbukti, aplikator pestisida dapat mengingat bahwa mereka cepat
memiliki kontrol terbatas terhadap reversibel sehingga tidak menyebabkan
toksisitas pestisida, tetapi kontrol kerusakan parah atau permanen.
signifikan atas risiko yang terkait dengan Pestisida tertentu dapat menyebabkan
penggunaan pestisida ini dapat kerusakan yang dapat kembali, tetapi
diharapkan. Misalnya, sebuah wadah pemulihan penuh mungkin
pestisida yang sangat beracun yang membutuhkan waktu yang lama.[25]
disegel hanya memberikan sedikit risiko Pestisida diklasifikasi berdasarkan
sebelum segelnya rusak. Bahkan dalam jenis, paparan dan rute masuk.
kasus ketika wadah dibuka, risikonya Penggolongan Pestisida berdasasarkan
tetap kecil, kecuali pengguna akhir tidak jenis (1) Insektisida. Pestisida khususnya
mengenakan alat pelindung. Namun, jika insektisida merupakan kelompok
wadah itu retak atau bocor, atau jika alat pestisida yang terbesar dan terdiri atas
pelindung yang tepat tidak digunakan, beberapa sub kelompok kimia yang
risikonya bisa serius.[2,25] berbeda, yaitu Organoklorin,
Pestisida dapat membahayakan Organofosfat, Karbamat, Piretroid.[29] (2)
manusia melalui keracunan atau Herbisida. Ada beberapa jenis herbisida
kecelakaan. Keracunan disebabkan oleh yang toksisitasnya pada hewan belum
pestisida yang mempengaruhi organ diketahuidengan pasti. (a) Senyawa
atau sistem di dalam tubuh, sedangkan klorofenoksi, (b) Herbisida biperidil, (c)
cidera biasanya disebabkan oleh Herbisida lainnya seperti dinitro-o-
pestisida yang merupakan iritasi kresol(DNOC), amitrol (aminotriazol),
eksternal. Beberapa pestisida sangat karbamatprofam dan kloroprofam dan
beracun bagi manusia. Efek toksik oleh lain-lain.[30] (3) Fungisida, seperti
paparan pestisida dapat berkisar dari senyawa merkuri, senyawa
gejala ringan, seperti iritasi kulit ringan dikarboksimida, derivat ftalimida,
atau gejala alergi lainnya, hingga gejala senyawa aromatic, fungisida lain adalah
yang lebih parah, seperti sakit kepala senyawa Nheterosiklik tertentu.[31] (4)

JIMKI Volume 7 No.2 | Mei – Oktober 2019 132


Rodentisida, antara lain Warfarin, hewan pengerat dan nematoda tanah.
Tiourea, Natrium fluoroasetat dan Banyak fumigant misalnya akrilomtril,
fluoroasetamida, Rodentisida lainnya kloropikrm dan etilen bromida adalah zat
mencakup produk tumbuhan misalnya kimia reaktif dan dipergunakan secara
alkaloid striknin. perangsang susunan luas dalam industri kimia. Beberapa
syaraf pusat kuat, squill merah, yang fumigan bersifat karsinogenik seperti
mengandung glikosida skilaren A dan etilen bromida, 1,3-dikloropropen.[33]
B.[32] (5) Fumigan. Sesuai namanya, Penggolongan pestisida
kelompok pestisida ini mencakup berdasasarkan paparannya, yaitu akut,
beberapa gas, cairan yang mudah sub-kronis, dan kronis (tabel 1).
menguap dan zat padat yang Toksisitas oleh pestisida dapat dibagi
melepaskan berbagai gas lewat reaksi menjadi tiga jenis utama, berdasarkan
kimia. Dalam bentuk gas, zat-zat ini waktu paparan pestisida dan seberapa
dapat menembus tanah untuk cepat gejala toksik berkembang.[34]
mengendalikan serangga-serangga,

Tabel 1. Jenis toksisitas berdasarkan sejauh mana paparan pestisida. [35]


Tipe Definisi
Toksisitas Akut Terjadi dari satu insiden paparan (paparan
jangka pendek tunggal).
Toksisitas Subkronis Terjadi dari insiden berulang paparan
selama beberapa minggu atau bulan
(paparan antara, biasanya kurang dari
masa hidup organisme yang terkena).
Toksisitas Kronis Terjadi dari insiden paparan berulang
selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun (paparan jangka panjang berulang,
kadang-kadang berlangsung untuk
seluruh kehidupan organisme yang
terekspos)

Toksisitas kronis adalah Ini diukur dalam kondisi eksperimental


kemampuan pestisida untuk biasanya setelah jangka waktu tiga bulan
menyebabkan efek kesehatan yang baik paparan terus menerus atau
merugikan selama periode yang sesekali.[8,36]
panjang, biasanya setelah paparan Bedasarkan rute masuknya
berulang atau terus menerus, yang dapat pestisida dapat masuk ke tubuh manusia
berlangsung untuk kegiatan orang yang dengan tiga cara umum: melalui kulit
terkena. Jenis toksisitas pestisida ini (kontak), mulut (menelan), dan paru-paru
bukan hanya untuk masyarakat luas, (inhalasi) (Gambar 2). Keadaan zat
tetapi juga bagi mereka yang bekerja kimia, padat, cair, atau gas,
langsung dengan pestisida, mengingat mempengaruhi kemungkinan penetrasi
potensi paparan pestisida yang pestisida ke dalam tubuh.[37]
ditemukan di komoditas, air, dan udara.

Gambar 2. Rute utama entri pestisida dalam organisme manusia.[25]

Toksisitas kronis terjadi karena jangka waktu yang lama. Jenis toksisitas
paparan zat toksik dosis rendah dalam ini tidak menyebabkan keracunan dalam

JIMKI Volume 7 No.2 | Mei – Oktober 2019 133


pengertian tradisional. Tiga penyebab pembuatan, pencampuran, atau
utama toksisitas kronis adalah racun pengaplikasikan pestisida ini. Impuls-
mutagenik, racun onkogenik, dan racun impuls saraf (atau elektrik) yang tidak
teratogenik. Mutagen menyebabkan terkendali, menyebabkan sentakan yang
perubahan pada material genetic DNA. tidak terkendali, cepat dari beberapa
Onkogen menyebabkan pembentukan otot, pernafasan yang melumpuhkan,
tumor; karsinogen menyebabkan kejang-kejang, dan, dalam kasus-kasus
pembentukan tumor ganas (kanker). ekstrim, kematian.[40,41]
Teratogen menyebabkan cacat lahir. Diagnosis keracunan pestisida
Toksisitas kronis juga dapat didasarkan pada riwayat paparan, tanda
mempengaruhi sistem reproduksi, sistem dan gejala paparan (gambar 3) dan
saraf, hati, dan ginjal.[38,39] pengukuran laboratorium. Diagnosis juga
Salah satu jenis toksisitas kronis membutuhkan indeks kecurigaan yang
yang paling banyak terjadi adalah tinggi. Bahkan setelah paparan akut,
penghambatan kolinesterase. keracunan pestisida dapat salah
Kolinesterase adalah enzim yang didiagnosis sebagai penyakit virus
diproduksi oleh tubuh yang mengontrol (misalnya diare infeksius daripada
transmisi impuls saraf. Jika kolinesterase keracunan organofosfat) yang
tidak ada, impuls dari satu saraf ke saraf mengakibatkan pengobatan yang tidak
berikutnya akan mengalir terus menerus. memadai dan berpotensi menyebabkan
Banyak pestisida berfungsi melawan, kekambuhan pada anak-anak. Pestisida
atau menghambat, kolinesterase pada atau metabolitnya dapat diukur dengan
serangga hama. Namun, bahan kimia ini sampel darah, urin, air susu ibu, cairan
juga bisa beracun, bagi manusia dalam ketuban atau mekonium. Ini dapat
beberapa situasi. Paparan mengkonfirmasi diagnosis. Uji
berkepanjangan terhadap bahan kimia laboratorium tersedia untuk menilai
penghambat kolinesterase, seperti paparan organofosfat, organoklorin,
organofosfat dan karbamat. fungisida dikarboksida, karbamat,
Hal ini dapat terjadi akibat terhirup, herbisida dipyridyl (misalnya paraquat)
tertelan atau kontak dengan kulit selama dan piretroid.[42]

Tabel 2. Gambaran gejala yang disebabkan dari pestisida tertentu[43]


Pestisida Gejala Akut Diagnosis Tatalaksana
Organophosphat Inhibisi Tingkat -Perawatan intensif
kolinesterae kolinesterase -Atropin IV
“irreversible” rendah dalam sel -Oximes
Krisis Kolinergik: darah merah -Dekontaminasi
-Mual, muntah
-Hipersekresi
-Miosis
-Fascikulasi
-Koma
Karbamat Inhibisi Tingkat -Perawatan Intensif
kolinesterase kolinesterase -Atropin IV
“reversible” rendah dalam sel -Dekontaminasi
darah merah

Menurut beberapa penelitian, terhadap petani, dan dengan


kegiatan pencegahan dapat diintervensi mengendalikan atau mengubah faktor
sebelum, selama, atau setelah peristiwa lingkungan yang tidak mendukung.
"keracunan". Kegiatan pencegahan Strategi pencegahan primer dapat
keracunan primer diintervensi sebelum dilakukan secara aktif atau pasif.[44]
terjadinya keracunan, yang bertujuan  Strategi aktif berusaha mengubah
untuk mencegahnya terjadi, baik sikap, gaya hidup dan perilaku
dengan cara mengendalikan jalur dan individu dan kelompok, misalnya,
racun pestisida terhadap petani, dengan mengedukasi
mengendalikan racun pestisida masyarakat dan individu tentang

JIMKI Volume 7 No.2 | Mei – Oktober 2019 134


kesadaran dan praktik keamanan bergantung pada pestisida. Ini dapat
racun, atau sosialisasi tentang diwujudkan dengan lebih memfokuskan
inisiatif seperti pengemasan, pada pendekatan ekologi perlindungan
pelabelan, dan penyimpanan tanaman berdasarkan pengetahuan
produk kimia (pestisida) yang ekologi yang tersedia. Penggunaan
lebih aman.[45,46] pengetahuan ekologi canggih oleh para
 Strategi pasif yaitu melindungi ahli agronomi cukup baru. Tujuan dari
orang, dengan meningkatkan pendekatan ini adalah meningkatkan
keamanan produk dan lingkungan kemampuan sistem pertanian untuk
di mana mereka menggunakan menginduksi proses alami dari regulasi
pestisida. Contoh terbaik hama dan untuk berkontribusi pada
diberikan oleh kemasan farmasi peningkatan produksi pertanian. Sistem
yang aman terhadap anak, yang pengendalian hama, penyakit, dan
telah mengurangi keracunan gulma yang berkelanjutan harus
pada anak-anak.[47] Penambahan mencakup tiga elemen dasar:
agen penetral ke pestisida, pencegahan, pengambilan keputusan,
seperti etilena glikol, adalah dan kontrol.[25] Pencegahan dapat
strategi pasif lain untuk dioptimalkan dengan memaksimalkan
mencegah keracunan.[48,49] penggunaan proses alami dalam sistem
Pencegahan keracunan sekunder tanam, menekan organisme berbahaya
adalah tindakan yang diambil setelah dengan pengembangan antagonis
paparan telah terjadi, untuk mencegah hama, mengoptimalkan keragaman
komplikasi keracunan, irreversibel atau sistem, dan menstimulasi daur ulang
kronis dan mengembalikan korban ke sumber daya internal.[53] Instrumen
kondisi kesehatan sebelumnya. Ini untuk mencapai yang mungkin
termasuk langkah-langkah awal untuk termasuk: (i) kebersihan pertanian
meminimalkan efek dari agen beracun, dengan elemen penting dari
diagnosis, dekontaminasi dan penggunaan benih bersih atau bahan
perawatan pertolongan pertama.[50] Hal tanam dan mempertahankan
ini dapat termasuk mengedukasi pemisahan temporal dan spasial antara
masyarakat dan profesional tentang tanaman dari spesies yang sama (mis.,
bagaimana mengenali dan mengelola Pengendalian sukarelawan), (ii) sinergis
keracunan. Tindakan yang dilakukan dan efek antagonis yang terjadi dalam
setelah paparan pestisida misalnya, sistem tanam, misalnya, penindasan
mencuci kulit dan mata segera setelah penyakit dan hama oleh sistem yang
kontaminasi oleh pestisida.[44,51] dirancang dari metode pencegahan
Pencegahan keracunan tersier non-kimia, termasuk budidaya tanaman
berhubungan dengan diagnosis dan menangkap dan penggunaan
pengobatan korban keracunan yang amandemen tanah untuk meningkatkan
tidak dapat ditangani sampai pemulihan populasi antagonis, (iii) praktik budaya
penuh, untuk mencegah kematian atau yang mendukung proses ekologi, seperti
cacat permanen. Hal ini juga berkaitan penanaman tertunda untuk mengurangi
dengan korban dan keluarga tentang pertumbuhan gulma atau bahkan
bagaimana memanfaatkan potensi yang mencegah set benih, menghilangkan
tersisa untuk hidup sehat, termasuk residu tanaman atau sisa tanaman,
menghindari kesulitan yang tidak perlu, pengelolaan bahan organik tanah, dan
pembatasan dan komplikasi, yaitu, strategi persiapan lahan, (iv)
rehabilitasi dan fisioterapi dalam kasus optimalisasi input lain seperti tanaman
polineuropati akibat beracun.[44,46,52] yang dapat tumbuh dalam kondisi sehat
Langkah pencegahan lain agar yang akan membantu dalam menahan
terhindar keracunan kronis akibat serangan patogen atau yang akan
pestisida yaitu pertama meningkatkan ambang kerusakan, (v)
mengaplikasikan sistem tanam alternatif pemuliaan untuk toleransi, misalnya,
yang kurang bergantung pada pestisida, dengan memilih untuk jenis tanaman
untuk mencapai tujuan yang diinginkan tertentu yang lebih kompetitif terhadap
dari paparan minimum terhadap gulma atau tahan terhadap penyakit,
pestisida, penting untuk beralih ke misalnya, terhadap blight.
sistem tanam alternatif yang kurang Langkah pencegahan kedua,

JIMKI Volume 7 No.2 | Mei – Oktober 2019 135


penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). penyemprotan langsung.[25]
Berbagai jenis APD dapat digunakan Mengingat toksisitas dan bahaya
dalam penanganan pestisida untuk pestisida dan efek buruknya pada
membatasi paparan kulit.[54] Sarung kesehatan petani, tindakan yang efektif
tangan, sepatu bot, topi, kaos lengan harus diadopsi untuk mengurangi
panjang, dan baju tahan kimia adalah jumlah pestisida yang digunakan.
salah satu jenis APD yang paling umum. Melakukan program pelatihan-pelatihan
Toksisitas pestisida yang digunakan, yang bersifat mengedukasi terhadap
keadaan keterpaparan, dan preferensi paparan pestisida untuk petani dapat
pribadi pekerja pada akhirnya membantu mengurangi risiko paparan
mempengaruhi jenis APD yang pestisida.
digunakan di kalangan petani.
Penggunaan sarung tangan dan sepatu 3. Kesimpulan
bot adalah APD minimum untuk Pestisida adalah zat yang
sebagian besar produk pestisida. digunakan untuk membunuh atau
Sebagai aturan umum, pestisida yang mengendalikan hama. Dalam hal
sangat beracun membutuhkan keamanan penggunaan pestisida,
penggunaan berbagai jenis APD untuk terdapat perbedaan makna antara
mengurangi paparan.[55] Berbagai jenis toksisitas dan risiko. Toksisitas kronis
APD memberikan tingkat pelengkap adalah kemampuan pestisida untuk
perlindungan pribadi terhadap paparan menyebabkan efek kesehatan yang
kulit. Mengenakan sarung tangan merugikan selama periode yang
merupakan metode perlindungan yang panjang, biasanya setelah paparan
paling efektif terhadap paparan berulang atau terus menerus, yang
pestisida yang terjadi.[25] dapat berlangsung untuk kegiatan orang
Alat pelindung diri memberikan yang terkena. Diagnosis keracunan
perlindungan yang dapat bervariasi pestisida didasarkan pada riwayat
sesuai dengan fitur pelindung dari paparan, tanda dan gejala paparan dan
masing-masing jenis APD itu sendiri, pengukuran laboratorium. Kegiatan
cara penggunaan pestisida, dan tingkat pencegahan keracunan primer
pemasangan dan pemeliharaan yang diintervensi sebelum terjadinya
benar oleh para petani. Pakaian keracunan, yang bertujuan untuk
pelindung umum memberikan mencegahnya terjadi, baik dengan cara
perlindungan terhadap paparan menurut mengendalikan jalur dan racun pestisida
jenis kain, termasuk ketebalan dan terhadap petani.
berat. Namun, perlindungan yang lebih
besar ditemukan oleh kain Daftar Pustaka
polypropylene lebih tahan air 1. Juariyah B dan S. Indonesia Negara
dibandingkan dengan pakaian Agraris. J Ekon Pendidikan, Vol 7
katun.[25]Penetrasi melalui pakaian Nomor 1, April 2010. 2010;
katun berkisar antara 11,2% hingga 2. Damalas CA, Eleftherohorinos IG.
26,8%, sedangkan untuk bahan sintetis, Pesticide exposure, safety issues,
kurang dari 2,4%.[56] Namun, sedikit and risk assessment indicators.
perbedaan ditemukan antara kain International Journal of
sintetis dan tenunan dalam studi petani Environmental Research and Public
jeruk AS. Efektivitas APD dalam hal Health. 2011.
penetrasi pestisida melalui pakaian 3. PAN Germany. Pesticide and Health
telah dilaporkan memiliki pengaruh Hazards: Facts and Figures.
positif.[25]Namun, hasil terkait masalah Hamburg: PAN Germany—Pestizid
ini tidak konsisten. Misalnya, Aktions-Netzwerk e.V; 2012. 87 p.
penyemprotan dengan ransel tekanan 4. Ssemugabo C, Halage AA, Neebye
rendah dikaitkan dengan penetrasi RM, Nabankema V, Kasule MM,
pestisida yang lebih besar melalui Ssekimpi D, et al. Prevalence,
pakaian daripada penyemprotan Circumstances, and Management of
tekanan tinggi,[57]menurut penelitian Acute Pesticide Poisoning in
lain, aplikasi ransel tekanan rendah Hospitals in Kampala City, Uganda.
menghasilkan penetrasi yang lebih Environ Health Insights. 2017;11:1–
rendah daripada tangan tekanan tinggi. 8.

JIMKI Volume 7 No.2 | Mei – Oktober 2019 136


5. Balme KH, Roberts JC, Glasstone M, Windy M, Soulaymani A, Mokhtari A,
Curling L, Rother HA, London L, et al. et al. Epidemiology and risk factors of
Pesticide poisonings at a tertiary voluntary poisoning by pesticides in
children’s hospital in South Africa: An 2008-2014, Morocco. Epidemiol
increasing problem. Clin Toxicol. Health [Internet]. 2017;e2017040.
2010;5(2):76–8. 16. Thundiyil JG, Stober J, Besbelli
6. Moebus S, Bödeker W. Mortality of N, Pronczuk J. Acute pesticide
intentional and unintentional poisoning: A proposed classification
pesticide poisonings in Germany tool. Bull World Health Organ.
from 1980 to 2010. J Public Health 2008;1(2):12–8.
Policy. 2015;1(1):23–9. 17. Beard JD, Umbach DM, Hoppin
7. Nowell LH, Norman JE, Moran PW, JA, Richards M, Alavanja MCR, Blair
Martin JD, Stone WW. Pesticide A, et al. Pesticide exposure and
toxicity index-a tool for assessing depression among male private
potential toxicity of pesticide mixtures pesticide applicators in the
to freshwater aquatic organisms. Sci agricultural health study. Environ
Total Environ. 2014;3(2):5–9. Health Perspect. 2014;7(4):66–71.
8. Jaishankar M, Tseten T, Anbalagan 18. Abou-Donia MB. Pesticides. In:
N, Mathew BB, Beeregowda KN. Mammalian Toxicology. 2015. p. 32–
Toxicity, mechanism and health 54.
effects of some heavy metals. 19. Lukaszewicz-Hussain A. Role of
Interdisciplinary Toxicology. 2014. oxidative stress in organophosphate
9. Sánchez-Santed F, Colomina MT, insecticide toxicity - Short review.
Herrero Hernández E. Pestic Biochem Physiol.
Organophosphate pesticide 2010;22(10):12–8.
exposure and neurodegeneration. 20. Corsini E, Sokooti M, Galli CL,
Cortex. 2016. Moretto A, Colosio C. Pesticide
10. Steenland K, Dick RB, Howell induced immunotoxicity in humans: A
RJ, Chrislip DW, Hines CJ, Reid TM, comprehensive review of the existing
et al. Neurologic function among evidence. Toxicology.
termiticide applicators exposed to 2013;14(2):88–94.
chlorpyrifos. Environ Health 21. Rivero A, Vézilier J, Weill M,
Perspect. 2000;3(1):32–42. Read AF, Gandon S. Insecticide
11. Jayasinghe SS, Pathirana KD, control of vector-borne diseases:
Buckley NA. Effects of Acute When is insecticide resistance a
Organophosphorus Poisoning on problem? PLoS Pathog.
Function of Peripheral Nerves: A 2010;21(4):34–41.
Cohort Study. PLoS One. 22. Carreck NL, Ratnieks FLW. The
2012;2(2):22–33. dose makes the poison: have “field
12. Qiao F, Huang J, Zhang L, realistic” rates of exposure of bees to
Rozelle S. Pesticide use and farmers’ neonicotinoid insecticides been
health in China’s rice production. overestimated in laboratory studies?
China Agric Econ Rev. J Apic Res. 2014;10(5):61–72.
2012;12(2):43–8. 23. Frank P, Ottoboni M. The Dose
13. Karami-Mohajeri S, Abdollahi Makes the Poison: A Plain-Language
M. Toxic influence of Guide to Toxicology. 3rd ed.
organophosphate, carbamate, and Hoboken, USA: John Wiley and Sons
organochlorine pesticides on cellular Inc; 2011. 284 p.
metabolism of lipids, proteins, and 24. Dawson AH, Eddleston M,
carbohydrates: A systematic review. Senarathna L, Mohamed F,
Human and Experimental Gawarammana I, Bowe SJ, et al.
Toxicology. 2011. p. 36–51. Acute human lethal toxicity of
14. Hu R, Huang X, Huang J, Li Y, agricultural pesticides: A prospective
Zhang C, Yin Y, et al. Long- and cohort study. PLoS Med.
short-term health effects of pesticide 2010;3(2):22–31.
exposure: A cohort study from China. 25. Damalas C, Koutroubas S.
PLoS One. 2015;10(6):1–13. Farmers’ Exposure to Pesticides:
15. Nabih Z, Amiar L, Abidli Z, Toxicity Types and Ways of

JIMKI Volume 7 No.2 | Mei – Oktober 2019 137


Prevention. Toxics [Internet]. Agricultural Sciences (IFAS)
2016;4(1):1. Available from: Extension; 2014. 6 p.
http://www.mdpi.com/2305- 36. Mostafalou S, Abdollahi M.
6304/4/1/1 Pesticides: an update of human
26. Sarwar M. The Dangers of exposure and toxicity. Archives of
Pesticides Associated with Public Toxicology. 2017. p. 132.
Health and Preventing of the Risks. 37. Berthet A, Hopf NB, Miles A,
Int J Bioinforma Biomed Eng. Spring P, Charrière N, Garrigou A, et
2015;1:130–6. al. Human skin in vitro permeation of
27. Kasambala Donga T, Eklo OM. bentazon and isoproturon
Environmental load of pesticides formulations with or without
used in conventional sugarcane protective clothing suit. Arch Toxicol.
production in Malawi. Crop Prot. 2014;88:77–88.
2018;1(1):108–11. 38. Zare S, Behzadi M, Tarzanan M,
28. Sugeng AJ, Beamer PI, Lutz Mohamadi MB, Omidi L,
EA, Rosales CB. Hazard-ranking of Heydarabadi AB, et al. The impacts
agricultural pesticides for chronic of pesticides on the health of farmers
health effects in Yuma County, in Fasa, Iran. Electron Physician.
Arizona. Sci Total Environ. 2015;7(4):1168–73.
2013;2(2):73–89. 39. Smith DW. Pesticide Toxicity.
29. Stehle S, Schulz R. Agricultural Texas Coop Ext. 2016;50(2):1–3.
insecticides threaten surface waters 40. Southam AD, Lange A, Hines A,
at the global scale. Proc Natl Acad Hill EM, Katsu Y, Iguchi T, et al.
Sci. 2015;2(3):21–9. Metabolomics reveals target and off-
30. Heap I. Herbicide resistant target toxicities of a model
weeds. In: Integrated Pest organophosphate pesticide to roach
Management: Pesticide Problems, (Rutilus rutilus): Implications for
Vol3. 2014. p. 39–62. biomonitoring. Environ Sci Technol.
31. Lupwayi NZ, Harker KN, 2011;1:24.
Dosdall LM, Turkington TK, 41. Suarez-Lopez JR, Checkoway
Blackshaw RE, O’Donovan JT, et al. H, Jacobs DR, Al-Delaimy WK,
Changes in functional structure of Gahagan S. Potential short-term
soil bacterial communities due to neurobehavioral alterations in
fungicide and insecticide applications children associated with a peak
in canola. Agric Ecosyst Environ. pesticide spray season: The
2009;3(1):14–32. Mother’s Day flower harvest in
32. Krishnan P. Federal Insecticide, Ecuador. Neurotoxicology.
Fungicide, and Rodenticide Act, US. 2017;8(2):23–9.
In: Encyclopedia of Toxicology: Third 42. Vallersnes OM, Jacobsen D,
Edition. 2014. p. 104–73. Ekeberg Ø, Brekke M. Patients
33. Seo SM, Kim J, Kang J, Koh SH, presenting with acute poisoning to an
Ahn YJ, Kang KS, et al. Fumigant outpatient emergency clinic: A one-
toxicity and acetylcholinesterase year observational study in Oslo,
inhibitory activity of 4 Asteraceae Norway. BMC Emerg Med.
plant essential oils and their 2015;4(2):35.
constituents against Japanese 43. World Health Organization.
termite (Reticulitermes speratus Pesticides [Internet]. Geneva; 2008.
Kolbe). Pestic Biochem Physiol. 44. World Health Organization.
2014;4(2):19–21. International Programme On
34. Klaassen CD. The Basic Chemical Safety: Guidelines on the
Science of Poisons.. 8th ed. Casarett Prevention of Toxic Exposures. Int
and Doull’s Toxicology. Colombus: Program Chem Saf. 2014;1–116.
McGraw-Hill Education; 2013. 1454 45. Arshad M, Siddiqa M, Rashid S,
p. Hashmi I, Awan MA, Ali MA.
35. Nesheim O, Fishel F, Mossler Biomonitoring of Toxic Effects of
M. Toxicity of Pesticides. Gainesville, Pesticides in Occupationally
FL, USA: University of of Florida Exposed Individuals. Saf Health
(UF), Institute of Food and Work. 2016;7(2):156–60.

JIMKI Volume 7 No.2 | Mei – Oktober 2019 138


46. Oesterlund AH, Thomsen JF, Atuhaire A, Jors E. Effect of
Sekimpi DK, Maziina J, Racheal A, Integrated Pest Management
Jørs E. Pesticide knowledge, Training on Ugandan Small-Scale
practice and attitude and how it Farmers. Environ Health Insights.
affects the health of small-scale 2017;11:129–32.
farmers in Uganda: A cross-sectional 53. Ratnadass A, Fernandes P,
study. Afr Health Sci. Avelino J, Habib R. Plant species
2014;14(2):420–33. diversity for sustainable
47. Roberts JR, Karr CJ. Pesticide management of crop pests and
Exposure in Children. Pediatrics. diseases in agroecosystems: A
2012;130(6):1765–88. review. Agronomy for Sustainable
48. Eddleston M, Buckley NA, Development. 2012. p. 23.
Gunnell D, Dawson AH, Konradsen 54. Macfarlane E, Carey R, Keegel
F. Identification of strategies to T, El-Zaemay S, Fritschi L. Dermal
prevent death after pesticide self- exposure associated with
poisoning using a Haddon matrix. Inj occupational end use of pesticides
Prev. 2006;12(5):333–7. and the role of protective measures.
49. Mohanty MK, Behera BK, Jena Safety and Health at Work. 2013. p.
SK, Srikanth S, Mogane C, Samal S, 74.
et al. Knowledge attitude and 55. Okoffo ED, Mensah M, Fosu-
practice of pesticide use among Mensah BY. Pesticides exposure and
agricultural workers in Puducherry, the use of personal protective
South India. J Forensic Leg Med. equipment by cocoa farmers in Ghana.
2013;20(8):1028–31. Environ Syst Res. 2016;3(5):35.
50. Yuantari MG, Van Gestel CA, 56. Vitali M, Protano C, Del Monte
Van Straalen NM, Widianarko B, A, Ensabella F, Guidotti M. Operative
Sunoko HR, Shobib MN. Knowledge, modalities and exposure to
attitude, and practice of Indonesian pesticides during open field
farmers regarding the use of treatments among a group of
personal protective equipment agricultural subcontractors. Arch
against pesticide exposure. Environ Environ Contam Toxicol.
Monit Assess. 2015;187:142. 2009;57:193–202.
51. Eddleston M, Dawson A, 57. Ekström G, Ekbom B. Pest
Buckley N. Management of acute control in agro-ecosystems: An
organophosphorus pesticide ecological approach. CRC Crit Rev
poisoning. Lancet. Plant Sci. 2011;30:74–94.
2008;371(9612):597–607.
52. Clausen A, Thomsen J,

JIMKI Volume 7 No.2 | Mei – Oktober 2019 139

Anda mungkin juga menyukai