Capaian Pembelajaran :
1. Menganalisis berbagai macam mekanisme terjadinya hematuria (C4-C5)
2. Merumuskan diagnosis trauma sistem urogenitalia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang (C5-C6)
3. Menganalisis tanda dan gejala pada kasus sesuai dengan patofisiologi dan ilmu kedokteran
dasar terkait biomekanisme trauma, histologi membrana basalis dan fisiologi pembentukan
urine yang mendasari mekanisme patologis kasus (C5-C6)
4. Merencanakan penatalaksanaan komprehensif pada kasus sesuai dengan konsep patofisiologi
penyakit serta kompetensi dokter umum. (C4-C5)
5. Mengidentifikasi kemungkinan komplikasi yang terjadi pada kasus trauma urogenital serta
pencegahannya. (C3-C4)
6. Mengaplikasikan konsep dasar profesionalisme komunikasi efektif serta etika profesi. (C3-
C4)
Skenario
Seorang laki-laki, 28 tahun, dibawa ke UGD RSUD tempat saudara bekerja, setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas, mengalami tabrakan dengan pengendara sepeda motor lainnya 45
menit yang lalu. Stang sepeda motor lawan mengenai perut bagian bawah, dari keterangan pasien os
tidak berkemih sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Saat ini pasien mengeluh nyeri pada daerah
perut bagian bawah.
Pemeriksaan fisik
Airway; baik, Breathing; 30x/menit, Sirkulasi; TD 90/50 mm Hg; Nadi 108x/m;
Suhu; afebris, GCS E4V5M5
Laboratorium:
HB=12,3 g/dL Leukosit = 11.800/mm3
TUGAS
1. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, susunlah suatu
case overview! Buatlah analisis mengenai mekanisme apa saja yang dapat menyebabkan
keluhan utama tersebut dan susunlah alasan yang mendasari diagnosis kerja yang Anda buat !
Skenario Intepretasi
Seorang laki-laki, 28 tahun Identitas pasien
Insidensi (laki-laki > perempuan)
K.U : Mengeluh nyeri pada daerah perut DD :/
bagian bawah - trauma uretra anterior
- trauma uretra posterior
- trauma buli-buli
- trauma kapitis
- fraktur pelvis
ROM: normal
Menyingkirkan kemungkinan Trauma uretra
Status urologikus : meatal bleeding (-)
Laboratorium:
HB=12,3 g/dL Normal
Leukosit = 11.800/mm3 Meningkat
Urine Eritrosit penuh Miksi bercampur darah perdarahan pada jalur
miksi / di kandung kemih GK Trauma Buli-
Buli
DD:/
DK:/ Trauma Buli-buli
TRAUMA BULI-BULI
- Kasus gadar yang harus segera mendapatkan tatalaksana karena dapat mengakibatkan
peritonitis dan sepsis
- Etiologi : kecelakaan lalu lintas/kerja yang menyebabkan fraktur os. Pelvis sehingga dapat
terjadi :
Kontusio buli-buli : hematom pada dinding buli-buli + hematuria tanpa ekstravasasi urin
Rupture buli-buli, bisa intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Pada yang ekstraperitoneal
dapat terjadi ekstravasasi urin di rongga perivesikal.
- Gambaran klinis :
Perdarahan hebat sehingga pasien datang dengan anemia bahkan syok
Tampak jejas pada abdomen bagian bawah
Nyeri tekan (+) di daerah suprapubic di tempat hematom
Rupture buli intraperitoneal : urin masuk ke rongga peritoneum shg terdapat tanda cairan
intraabdomen dan rangsang peritoneum
Lesi ekstraperitoneal : infiltrate urin (+) di rongga peritoneal shg sering septisemia.
Tidak bisa BAK, kadang keluar darah dari uretra
Ruptur Buli (Trauma Buli-buli) Ruptur buli disebut juga trauma buli-buli atau trauma
vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan
segera, bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di dalam rongga
pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera. Rudapaksa
kandung kemih terbanyak karena kecelakan lalu lintas atau kecelakaan kerja yang
menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli. Fraktur tulang panggul
dapat menimbulkan ruptur kandung kemih (Sjamsuhidajat, 1998).
Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal dan ekstraperitoneal. Ruptur buli
ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada dinding
depan kandung kemih yang penuh. Cedera pada abdomen bawah sewaktu kandung kemih
penuh menyebabkan ruptur buli intraperitoneal (Sjamsuhidajat, 1998).
2. Bagaimana klasifikasi trauma dan anatomi organ yang mengalami trauma pada kasus ini ?
Klasifikasi
a. Klasifikasi Trauma berdasarkan etiologi
1) Trauma non iatrogenik
Tumpul
o Kecelakaan lalu lintas
o Jatuh
o Trauma industri
o Pukulan ke perut bagian bawah
Tajam
o kandung kemih mengalami perforasi langsung oleh fragmen
tulang yang tajam akibat distorsi sendi panggul
2) Trauma Iatrogenik
Eksternal
o Obstetri Operasi caesar
o Ginekologi sterilisasi laparoskopi dan laparoskopi diagnostik
Internal
Benda asing
o Bagian peralatan endourologi yang tertinggal seperti
resectoscopes, stent ureterm atau kateter kandung kemih
o Potongan kasa bedah yang tertinggal, jahitan, atau staples yang
digunakan dalam prosedur pelvik
Cedera vesika urinaria diklasifikasikan menurut American Association for the Surgery of
Trauma (AAST) - Organ Injury Scale (OIS) menjadi 5 grade, yaitu:
Di daerah yang jauh dari pusat rujukan dan tidak ada sarana untuk melakukan
sistografi dapat dicoba uji pembilasan buli-buli, yaitu dengan memasukkan cairan
garam fisiologis steril ke dalam buli-buli sebanyak ± 300 ml kemudian cairan
dikeluarkan lagi. Jika cairan tidak keluar atau keluar tetapi kurang dari volume yang
dimasukkan, kemungkinan besar ada robekan pada buli-buli. Cara ini sekarang tidak
dianjurkan karena dapat menimbulkan infeksi
atau menyebabkan robekan yang lebih luas.
Untuk memastikan bahwa buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra
atau kateter sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan sistografi guna melihat
kemungkinan masih adanya ekstravasasi urine. Sistografi dibuat pada hari ke-10-14
pasca trauma. Jika masih ada ekstravasasi kateter sistostomi dipertahankan sampai 3
minggu.
Standar kompetensi 3B :
Yang dilakukan dokter umum :
- memasang infus jaga, dan tatalaksana awal lainnya (Stabilisasi)
- Men- cek tanda-tanda Fraktur yang di alami pasien akibat kecelakaan
- pemberikan antibiotic dan analgetik secara intravena,
- lakukan rujuk untuk tatalaksana selanjutnya.
kemudian merujuk ke Sp.BU (Bedah Urologi).
Repair diserahkan kepada Sp.BU.
Nonfarmakologi
Primary Survey
o Airway bebaskan jalan nafas
o Breathing menilai pernafasan, , minta pasien untuk tenang dampingi
untuk pengambilan nafas, jika tidak bisa berikan oksigen 10L/menit
o Circulation hentikan perdarahan dengan balut tekan, resusitasi cairan
(NaCl 0,9%)
Farmakologi
Antibiotik untuk mengatasi kemungkinan adanya infeksi yang terjadi pada
salauran kemih yang di akibatkan oleh adannya trauma
a. Ceftriaxone
Golongan : Sefalosporin
MK : Membunuh bakteri yang menginhibisi sintesis dinding sel bakteri
ES : Diare, Mual, Muntah
b. Levofloxacine
Golongan : kuinolon
MK : menghambat replikasi DNA bakteri sehingga pertumbuhan bakteri
terhambat
ES : mual, diare, konstipasi
Dosis : 250-750mg 1x sehari, selama 7-10 hari
Analgetik Untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien Trauma, karena Tramadol
sudah tidak mempan pada pasien Trauma.
a. Ketorolac
MK : menghambat kerja dari enzim siklooksigenasi (COX) yang berperan
dalam pembentukan prostaglandin maka produksi prostaglandin akan
menurun dan mengurangi rasa sakit.
ES : sakit perut, mual, muntah
Dosis ketorolak injeksi : 10-30 mg setiap 4-6 jam, dosis maksimal 90mg/hari
Dihindarkan ketorolac soalnya bisa buat perdarahan setelah melewat
maximal dose max:180mg
b. Dexketoprofen
MK : menghambat produksi prostaglandin sehingga mengurangi rasa sakit dan
peradangan
ES : mual, muntah, sakit perut, mulut kering
Dosis dexketoprofen injeksi : 50mg, setiap 8-12 jam. Dosis maksimal dalam
sehari tidak boleh melebihi 150mg
dr. Aytaf
SIP. 81004
Bandung
Figure 3 - Two-layer surgical closure with absorbable suture. Note that the suprapubic tube is secured with a purse-string suture.
dicat io ns to su ch con serva tive m anag ement : bone Repair at Open Pelvic Fracture Redu ctio n
fra gm e n t p ro j ec t i n g i n t o t h e ru p t u re (w h i ch is In some cases, the patient’s pelvic fractures
unl ikel y t o hea l), op en pelvi c fra cture, and rect al will require open reduction and plating. If open plating
perforati on. Su ch cases of bon e fragm ents are rare of the symphysis pubis is planned, the urology team
(1 4). Op en pelvic fracture an d rectal perforat io n a re should be alerted and the bladder repaired at the same
assoc iated with a hig h risk of serio us i nfectio n i f
managed conservativ ely (15). Others have suggested
that , if clo ts ob stru ct t he u rin ary cath eter wi th in 48
hou rs of inj ury, o pen rep air shou ld b e un dertaken
and a sup rapu bic tube place d (16 ). These au tho rs
cit e t heir c oncern for pelv ic i nfectio n a s reason fo r
aban doni ng c onserv ativ e t herapy i n these pat ien ts.
An o t her rel at i ve i n d ic at io n for rep ai r o f
e x t ra p e r i t o n e a l r u pt ur es is fo u n d in p a ti e nt s
un d erg o in g l a p a ro to m y fo r ot h e r r e a so n s ( su c h a s
o p en e x p l o rat i o n b y g e n era l su rg ery f or i n t ra -
ab d om i na l i n ju ri es). K o tk i n & Ko ch (1 6 ) rep ort
tw o c ase s o f u ret h ro c ut a ne ou s fi st u la i n p at i en t s
w it h e x tr ap e ri t o n ea l ru p tu r e wh o ne e d ed l ap a -
ro t o m y y et did no t h a v e re p ai r of the bla dde r
i n ju ry. Ca re fu l i nsp e ct i o n fo r as so ci a t ed l o w er
u ri n ary t rac t i n j uri e s is m a nd at o ry at o p en rep ai r
so as n o t t o mi s s u ret h ral d is ru p t i on , p ro st at e or
bl ad de r n eck i n ju ry, o r un ex pe cted i nt rape ri t on eal
in j u rie s (F i g u re-4 ). Th e b la dd er i s o p en ed a t t he
d om e ; i f d es ir ed , t h e b l ad es of a s el f-ret a in i n g
ret rac to r can b e u sed to k e ep i t op en (F i g ure -5). Figure 4 - Main potential sites of lower urinary tract injury:
Ext ra p eri to n eal l ac era ti o ns a re th en c lo se d w it h urethra, prostate, bladder nec k, and bladder (intraperitoneal
ab so rb ab l e su tu re i n on e l a ye r. and extraperit oneal).
412
BLADDER INJURIES
Follow-up Cystography
time, through the same Pfannenstiel incision used by In one large series, complications were
the orthopedic surgeon. Several reasons support this: significantly lower in patients managed with open
A)- The patient is already undergoing open operation. repair than in those with catheter drainage: viz., an
B)- Formal repair is thought to decrease complications acute complication rate of 5 vs. 12% (15). Acute
by approximately 50% (15). complications after repair consisted of clot retention
C)- Bladder exploration facilitates placement of a and local infection (15); late complications (occurring
large-caliber suprapubic tube, if not already present. in 5%) were urethral stricture and frequency/dysuria.
D)- Repair will stop urinary leakage from the injured In patients mana ge d with catheter drainage, late
bladder onto the orthopedic fixative hardware, thus complications also were more frequent (21%) and
decreasing the risk of hardware infection. c on sist ed of ur e t hra l st r ict ur e a n d b la d de r
E)- Most orthopedic surgeons place large suction hyperreflexia (15). Although urinary frequency is
drains after plating the symphysis, and these will draw commonly seen after bladder injury, this improves in
urine through the bladder injuries indefinitely if the most patients by 2 months. Persistent frequency is
bladder is not repaired adequately. rare (2%) (1).
Most authors advocate nonoperative mana-
Prophylactic Antimicrobial Agents gement of extraperitoneal bladder rupture, and report
few complications with this approach. A notable dif-
In extraperitoneal rupture, antim icrobial ference was found in the Vanderbilt University experi-
agents are instituted on the day of injury and continued ence, published in 1995 (16). This group reported sig-
until 3 days after the urinary catheter is removed. nificant (26%) complications in this population, includ-
Some authors ha ve suggested that this decreases ing urethrocutaneous fistula (3%), failure to heal (15%),
co mplica tions (1 6) , pe rhaps b y prote cting the and sepsis in one case leading to death (16). Poor out-
associa ted pelvic hematom a f rom infection. In come was most common in patients with severe pelvic
int r a pe r it on ea l r upt ur e , a n tim i cr obi a ls a r e fracture. Perhaps our policy of repairing extraperitoneal
administered for 3 days, in the perioperative period bladder ruptures in patients undergoing open repair of
only. After urinary catheters are removed, it is our anterior fractures decreases these injuries, as we have
policy to resume oral antimicrobial therapy for 3 days, not seen such poor results.
413
1. Apakah masalah medis pasien? Apakah masalah Pasien diduga mengalami trauma
tersebut akut? Kronik? Kritis? Reversibel? Gawat vesika urinaria, akut, gawat
darurat? Kondisi Penyakit yang Terminal? darurat, bukan penyakit terminal
b. Quality of life:
Nonmaleficence Mencegah komplikasi, mencegah perburukan: pada kasus ini
kompetensi 2 dan merupakan kasus yg akut dan gawat darurat jadi harus segera
melakukan tindakan dengan tepat
1. Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan Jika tidak dilakukan pengobatan akan
untuk kembali ke kehidupan normal, dan apakah terjadi komplikasi yang mungkin
ada gangguan dari fisik, mental ,dan social bila berpengaruh ke kehidupan sehari-hari
pengobatan berhasil? pasien.
2. Apakah ada bias dalam penilaian dokter mengenai -
kualitas hidup pasien?
4. Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa Kelainan jangka panjang apabila tidak
depan, apakah kehidupan pasien selanjutnya dapat dilakukan penanganan yang tepat
dinilai seperti yang diharapkan? pasien dapat mengalami infeksi, abses
pelvis, dan peritonitis
1. Apakah pasien telah diinformasikan mengenai keuntungan dan Tidak dijelaskan dalam
risikonya, mengerti atau tidak terhadap informasi yang skenario
diberikan dan memberikan persetujuan?
2. Apakah pasien secara mental mampu dan kompeten secara Pasien secara mental
legal ? apakah ada keadaan yang menimbulkan kompeten untuk
ketidakmampuan ? menentukan keputusan
3. Bila berkompeten, apa yang pasien katakan mengenai pilihan Tidak dijelaskan dalam
pengobatannya ? skenario
4. Bila tidak kompeten apakah ada ungkapan pilihan pasien Tidak dijelaskan dalam
sebelumnya? skenario
5. Bila tidak berkompeten, siapa yang dapat menggantikanya Tidak dijelaskan dalam
apakah orang yang berkompeten tersebut menggunakan standar skenario
yang sesuai dalam pengambilan keputusan ?
6. Apakah pasien tersebut telah menunjukkan sesuatu yang lebih Tidak dijelaskan dalam
disukainya ? skenario
7. Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak mampu untuk bekerja Tidak dijelaskan dalam
sama dengan pengobatan yang diberikan ? bila iya, mengapa ? skenario
8. Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk memilih untuk Tidak dijelaskan dalam
dihormati tanpa memandang etnis dan agama? skenario
d. Contextual features: Justice dokter dapat memahami adanya faktor kepercayaan, sosial, dan
budaya yang mempengaruhi keputusan pasien
No. Pertanyaan Etik Analisa
2. Apakah ada masalah keluarga yang mungkin pengambilan keputusan Tidak dijelaskan
pengobatan? dalam skenario
3. Apakah ada masalah dari dokter yang mungkin mempengaruhi Tidak dijelaskan
pengambilan keputusan pengobatan? dalam skenario
Tidak dijelaskan
5. Apakah ada factor religi dan budaya? dalam skenario
Tidak dijelaskan
6. Apakah ada batasan kepercayaan? dalam skenario
Tidak dijelaskan
7. Apakah ada masalah alokasi sumber daya? dalam skenario
Tidak dijelaskan
Apakah konflik kepentingan di dalam bagian pengambilan keputusan dalam skenario
10. didalam suatu institusi?
Primafacie: Nonmaleficence
DAFTAR PUSTAKA
1. Pietzman AB, Rhodes M, Schwab . The trauma manual: Trauma and acute care
surgery. Philadelphia, Lippincott-Raven Publishers, 1998
2. Purnama,BB. Dasar-dasar urologi. Jakarta : Sagung Seto, 2003
3. Brunicardi, F Charles; Andersen, Dana K; Billiar, Timothy R; Dunn, David L; Hunter, John
G. Schwartz. Principles of surgery. New York : McGraw-Hill Education. 2014
4. Moore KL, Dalleyl AF, Agur AMR, Clinically Oriented Anatomy, 7th Ed.
Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins, 2014
5. Mescher AL, Junqueira’s Basic Histology, 14th ed, New York: Lange – Mc GrawHill,
2015