Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Keperawatan Gawat

Darurat Trauma Tusuk Abdomen


Kelompok 7
Pengertian Luka Tusuk Abdomen
Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam
yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan
tubuh dengan luka sayatan yang sering sangat
kecil pada kulit, misalnya luka tusuk pisau. Berat
ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor
yaitu :
Lokasi anatomi injury
Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan
panjangnya benda yang digunakan untuk
menusuk dan arah tusukan.

Etiologi dan Klasifikasi
Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun
terpotong.
Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer
energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan
adanya efek tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah
menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya. Luka
tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma
(20%), dan colon (15%). Luka tembak menyebabkan kerusakan yang
lebih besar, yang ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru, dan
berapa besar energy kinetiknya maupun kemungkinan pantulan
peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Luka
tembak paling sering mengenai usus halus (50%), colon (40%),
hepar (30%) dan pembuluh darah abdominal (25%).
(American College of Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 145)

Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh
dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi
antara faktor faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh.
Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis
(yang ditubruk) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari
jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada
keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung
pada kedua keadaan tersebut..
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang
ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif
terhadap permukaan benturan.

Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal
yang disebabkan beberapa mekanisme :
Meningkatnya tekanan intra abdominal yang
mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti
benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya
tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur
dari organ padat maupun organ berongga.
Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding
abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang
dinding thoraks.
Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak
dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan
pedikel vaskuler.
Tanda Dan Gejala
Laserasi, memar,ekimosis
Hipotensi
Tidak adanya bising usus
Hemoperitoneum
Mual dan muntah
Adanya tanda Bruit (bunyi abnormal pd auskultasi
pembuluh darah, biasanya pd arteri karotis),
Nyeri
Pendarahan
Penurunan kesadaran
Sesak

Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang
disebabkan oleh perdarahan limfa.Tanda ini ada saat
pasien dalam posisi recumbent.
Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada
perdarahan peritoneal
Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh (
pinggang ) pada perdarahan retroperitoneal .
Tanda coopernail adalah ekimosis pada
perineum,skrotum atau labia pada fraktur pelvis
Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang
menetap pada kuadran kiri atas ketika dilakukan
perkusi pada hematoma limfe

Tanda Dan Gejala
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Urethrografi
Sistografi
CT Scan/IVP
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada
usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam
lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi
pada saluran kencing.
Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap
trauma saluran kencing.
Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul
perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau
trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang
berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20
yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah
atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli
terlebih dahulu.
Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan
memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang
dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995).

Pemeriksaan Laboratorium
Radiograf
dada mengindikasikan
peningkatan
diafragma,kemungkinan
pneumothorax atau
fraktur tulang rusuk VIII-X.
Scan limfa
Ultrasonogram
Peningkatan serum atau
amylase urine
Peningkatan glucose serum
Peningkatan lipase serum
DPL (+) untuk amylase
Penigkatan WBC
Peningkatan amylase serum
Elektrolit serum
AGD

Pemeriksaan darah
lengkap untuk mencari
kelainan pada darah itu
sendiri
Penurunan
hematokrit/hemoglobin
Peningkatan Enzim hati:
Alkaline fosfat,SGPT,SGOT,
Koagulasi : PT,PTT
MRI
Angiografi untuk
kemungkinan kerusakan
vena hepatik
CT Scan


Komplikasi
1. Segera : hemoragic, syok, dan cedera.
Trombosis Vena
Emboli Pulmonar
Stress Ulserasi dan perdarahan
Pneumonia
Tekanan ulserasi
Atelektasis
Sepsis
2. Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).
Pankreas: Pankreatitis, Pseudocyta formasi, fistula pancreas-
duodenal, dan perdarahan.
Limfa: perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin,
diaphoresis, dan syok.
Usus: obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok.
Ginjal: Gagal ginjal akut (GGA)



Penatalaksanaan
Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung
dan mencegah aspirasi.
Menilai urin yang keluar (perdarahan).
Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus
dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan
peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ;
prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam
lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas
intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan
bebas dalam rongga perut) (FKUI, 1995).

Penanganan Luka Tusuk Di Lapangan
Bila tusukan mengenai organ vital, seperti; paru, jantung,
pembuluh darah besar, usus, ginjal:
Benda tajam jangan dicabut.
Beda antiseptik di sekitar luka lalu tutup dengan kasa,
selanjutnya fiksasi dengan plester supaya tidak
bergerak/ tetap pada posisinya.
Bawa ke UGD rumah sakit yang baik dan terdekat
untuk perawatan/pengobatan lebih lanjut.
Bawa dengan hati-hati dan tidak menambah beban
penderitaan korban.
Pastikan denyut jantung korban baik. Pertahankan
jangan sampai pingsan

Bila tusukan benda tajam pada tungkai
oleh paku atau benda tajam lainya :
Paku/benda tajam bisa dicabut
Usahakan darah dari luka dikeluarkan dengan cara memijat
Bersihkan luka dengan air dan antiseptic
Biarkan luka terbuka (tidak ditutup plester), tetapi hindari
luka dari terkena Kotoran yang dapat menyebabkan infeksi
Perhatikan Apakah:
paku/benda penusuk (benda baru, benda lama, berkarat
Kedalaman tusukan (dalam mm/cm )
Bila benda penusuk dicurigai kotor/berkarat, bawa ke
UGD rumah sakit yang terdekat untuk perawatan luka
lebih lanjut. NIKATA 2008 )

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Data subyektif
Riwayat penyakit sekarang :
a) Nyeri di RUQ ,hipokondria atau region epigastrik (
cedera pada hati)
b) Nyeri pada kuadran kiri atas (LUQ ), tanda Kehr (nyeri pada
kuadran kiri atas yang menjalar ke bahu kiri) pada cedera
limfa
c) Nyeri pada area epigastrik atau bagian belakang, mungkin
asimptomatik kecuali terdapat peritonitis, tanda mungkin
tidak ditemukan sampai 12 jam setelah cedera pada cedera
pancreas
d) Nyeri pada abdomen ,mual dan muntah pada cedera usus
e) Mekanisme cedera trauma tumpul atau tajam

2. Data objektif
a. Data Primer
A : Airway : Tidak ada obstruksi jalan nafas
B : Breathing (pernapasan) : Ada dispneu, penggunaan otot bantu
napas dan napas cuping hidung.
C : Circulation (sirkulasi) : Hipotensi, perdarahan , adanya tanda
Bruit (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya pd
arteri karotis), tanda Cullen, tanda Grey-Turner, tanda Coopernail,
tanda balance.,takikardi,diaforesis
D : Disability (ketidakmampuan ) : Nyeri, penurunan kesadaran,
tanda Kehr

b. Data sekunder
E : Exposure : Terdapat jejas ( trauma tumpul atu trauma tajam)
pada daerah abdomen tergantung dari tempat trauma
F : Five intervension / vital sign : Tanda vital : hipotensi, takikardi,
pasang monitor jantung, pulse oksimetri, catat hasil lab abnormal

G : Give comfort (PQRST) :
a) Nyeri di RUQ ,hipokondria atau region epigastrik(
cedera pada hati),
b) Nyeri pada kuadran kiri atas (LUQ ) ,Tanda Kehr (nyeri
pada kuadran kiri atas yang menjalar ke bahu kiri)
pada cedera limfa
c) Nyeri pada area epigastrik atau bagian belakang,
mungkin asimptomatik kecuali terdapat
peritonitis,tanda mungkin tidak ditemukan sampai 12
jam setelah cedera pada cedera pancreas
d) Nyeri pada abdomen
Nyeri yang dirasakan sifatnya akut dan terjadi secara
mendadak bisa diakibatkan oleh trauma tumpul atau
trauma tajam.

H : Head to toe :
Inspeksi :
- Adanya ekimosis
- Adanya hematom
Auskultasi :
- Menurun/tidak adanya suara bising usus
Palpasi :
- Pembengkakan pada abdomen
- Adanya spasme pada abdomen
- Adanya masa pada abdomen
- Nyeri tekan
Perkusi :
- Suara dullness
I : Inspeksi posterior surface : Dikaji jika ada yang
mengalami cedera pada bagian punggung (spinal)


DIAGNOSA
1. Defisit volume cairan dan elektrolit b/d
perdarahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan
trauma/diskontinuitas jaringan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan perifer, perubahan
sirkulasi,kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit
INTERVENSI

Anda mungkin juga menyukai