Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat
terdiagnosa karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-
jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan ini
dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan
hebat dan peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan
trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak
ada.
Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ
saja, sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu
ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwa
keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu
diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke pengobatan
yang lebih spesifik.
DEFENISI
 Trauma pada saluran perkemihan merupakan
adanya benturan pada saluran perkemihan (ginjal,
ureter, vesika urinaria, uretra). Pada laki-laki dapat
pula mengenai scrotum, testis dan prostat.
 Kejadian dimana saluran kemih mengalami
gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh
tetapi adanya gangguan dari luar.
.Gejala yang paling banyak ditemukan adalah :
 Terdapatnya darah di urin (hematuria)
 Berkurangnya proses berkemih
 Nyeri
Beberapa trauma dapat menyebabkan :
 Nyeri tumpul
 Pembengkakan
 Memar
 jika cukup berat dapat menurunkan tekanan darah (syok).
KLASIFIKASI TRAUMA URINARIA
TRAUMA GINJAL
Menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya.
Sekitar 85-90% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya
diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Etiologi trauma ginjal :
a. Trauma tumpul ( tersering ).
b. Trauma tembus
c. Akselerasi / Deselerasi (Kecelakaan lalin yang mengenai pedical ginjal)
d. Tatrogenik (Biopsi ginjal, koliktomi)
e. Ginjal patologis :lebih mudah terjadi trauma sehubungan dengan lemahnya
pertahanan ginjal ( seperti : Ginjal polikistik, hidronefrosis, ginjal ektopik).
f. Trauma yang akibat ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy)
suatu prosedur rutin untuk menghancurkan batu ginjal) bisa
menyebabkan ditemukannya darah dalam air kemih yang sifatnya
sementara, tidak terlalu jelas dan akan membaik dengan sendirinya, tanpa
pengobatan khusus.
MANIFESTASI KLINIS

Rasa sakit / nyeri daerah trauma ginjal


bahkan sampai syok.
Hematuri.
Hematom pada pinggang.
Teraba masa pada pinggang.
Nyeri tekan pada daerah trauma.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Hematokrit menurun ( karena perdarahan ).
 HB menurun.
 Pemeriksaan IVP : Memperlihatkan suatu daerah
berwarna abu-abu didaerah trauma karena hematom
dan ekstravasi urine.
 Urogram ekskresi : Memperlihatkan gangguan fungsi /
ekstravasi urine pada sisi yang terkena.
 CT Scan : Untuk mendeteksi hematom retroperineal
dan konfigurasi ginjal.
PENATALAKSANAAN

• Konservatif
1.Istirahat total.
2.Transfusi.
3.Obat-obat konservatif.
• Operatif
1.Operasi untuk penjahitan suatu laserasi bila fungsi ginjal masih baik.
2.Nefrotomi.

Komplikasi
• Awal : Infeksi, perdarahan.
• Lanjut : Stenosis upture dari arteri ginjal, hipertensi, hidronefrosis.
TRAUMA URETER
 Terjadi selama pembedahan organ panggul atau
perut, seperti histerektomi, reseksi kolon atau
uteroskopi. Seringkali
 Terjadi kebocoran air kemih dari luka yang
terbentuk atau berkurangnya produksi air kemih.
 Trauma ureter jarang sekali terjadi karena
struktunya fleksibel dan terlindung oleh tulang dan
otot.
Etiologi
• Operasi daerah punggung dan abdomen, dimana ureter terpotong.
• Tindakan kateterisasi : ujung kateter menembus dinding ureter.
• Pemasukan zat alkali terlalu kuat.

Manifestasi Klinis
• Anuria / oliguria berat setelah pembedahan didaerah pelvis dan abdomen.
• Nyeri daerah panggul.
• Ekstravasase urine.
• Drainase urine melalui luka operasi.
• Ileus terus menerus.
Pemeriksaan Diagnostik
• Tes fungsi ginjal : abnormal bila traumanya bilateral.
• Urografi ekskresi : ekstravasase urine.
• Urografi retrogad : menentukan sifat dan tempat trauma.
Komplikasi
• Fistula ureter.
• Infeksi retroperitoneal.
• Pyelonefritis.
• Obstruksi ureter karena stenosis.
Penatalaksanaan
• Terapi terbaik adalah pencegahan dimana perlunya pemasangan
kateter sebelum dilakukan operasi pada daerah ginjal dan
abdomen untuk identifikasi.
• Diusahakan untuk mempertahankan aliran urine dengan cara :
1. Uretro Neosistomi bila ureter masih cukup panjang, Ureter dapat
ditanamkan ke buli-buli.
2. Uretro cutanostomi yaitu muara ureter dipindahkan ke kulit.
3. Uretro ileo sistostomi bila ureter pendek diganti dengan Ileal Lopp.
• Terapi konservatif berupa analgetik
TRAUMA VESIKA URINARIA
Merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan pelaksanaan
segera. Bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan
komplikasi seperti peritoritis dan sepsis.
Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.
Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung
kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk
menjadi luka daripada saat kosong
Etiologi
• Trauma tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli.
• Trauma tembus.
• Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan operasi Trans
uretral Resection (TUR)
Manifestasi Klinis Pemeriksaan Diagnostik
• Nyeri supra pubik baik verbal • Hematokrit menurun.
maupun saat palpasi. • Cystografi : menunjukkan
• Hematuria. ekstravasase urine, vesika
urinaria dapat pinddah atau
• Ketidakmampuan untuk buang air tertekan yaitu suatu prosedur di
kecil. mana pewarna radioaktif
• Regiditas otot. (senyawa kontras) yang dapat
• Ekstravasase urine. dilihat dengan X-ray, disuntikkan
ke dalam kandung kemih.
• Suhu tubuh meningkat. • Prosedur selanjutnya adalah
• Syok. dengan melakukan CT scan atau
• Tanda-tanda peritonitis. X-ray untuk melihat kebocoran.
Komplikasi

• Urosepsis.
• Klien lemah akibat anemia.

Penatalaksanaan
a. Atasi syok dan perdarahan.
b. Istirahat baring sampai rupture hilang.
c. Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur
vesica urinaria intra peritoneal dilakukan operasi
upture alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
d. Robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan kateter
ke dalam uretra untuk mengeluarkan air kemih selama 7-10 hari
dan kandung kemih akan membaik dengan sendirinya.
e. Untuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan pembedahan
untuk menentukan luasnya cedera dan untuk memperbaiki setiap
robekan. Selanjutnya air kemih dibuang dari kandung kemih
dengan menggunakan 2 kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter
trans-uretra) dan yang lainnya terpasang langsung ke dalam
kandung kemih melalui perut bagian bawah (kateter
suprapubik).Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari atau
diangkat setelah kandung kemih mengalami penyembuhan yang
sempurna.
TRAUMA URETRA
Definisi
Ruptur uretra bisa sebagian atau total, biasanya rupture terjadi pada pars
membranesea. Dapat juga uretra pars pandibulum, trauma lebih sering dialami
pria.
Etiologi
Umumnya disebabkan trauma langsung didaerah rupture dan pelvis.
Manifestasi Klinis
• Perdarahan dari uretra.
• Hematom perineal, mungkin disebabkan trauma bulbus cavernosus.
• Retensio urine akibat spasme M. Spinkter uretra eksternum.
• Bila buli-buli penuh terjadi ekstravasase sehingga terjadi nyeri berat dan
keadaan umum memburuk.
KLASIFIKASI
• Trauma Grade I ( ringan )
Yang mengalami kerusakan adalah dinding uretra, adanya perdarahan
per uretra ( darah langsung keluar dari uretra.
• Trauma Grade II ( sedang )
Yang mengalami kerusakan adalah dinding uretra, bulbus cavernosus
dan kemungkinan ada hematom tetapi tidak progresif.
• Trauma Grade III ( berat ).
Pada tingkat ini uretra mengalami rupture, bulbus cavernosus hancur
dan vesika buck robek darah mengalir keluar, menjalar kebawah
kulit, perdarahan mula-mula pada daerah peritoneum terus ke
scrotum selanjutnya ke daerah unguinal suprapubik.
Pemeriksaan Diagnostic
• Rectal Toucher
Bila upture terjadi di pars membranosa, maka prostat tidak akan teraba, sebaliknya akan
teraba rupture berupa masa lunak dan kenyal.
• Uretrogram
Untuk mengetahui lokasi rupture.
Komplikasi
Penyembuhan luka dapat menyebabkan rupture ureter.
Penatalaksanaan
• Konservatif berupa pemasangan DC beberapa hari disertai pemberian antibiotika.
• Jika kateter gagal dipasang, lakukan pembedahan ( operasi perineostomi ) untuk
mengeluarkan bekuan darah, kemudian dipasang DC.
• Kontrol uretra dengan menggunakan Bougie untuk mengetahui ada tidaknya striktura.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
 Identitas Klien
 Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Data Subyektife
a. Klien mengeluh pada nyeri pada perutbagian bawah (bledeer) yang terkena
b. Klien mengatakan kencingnya bercampur darah
c. Klien mengatakan ada memar pada abdomen bawah setelah dia terjatuh
Data obyektif
a. Nyeri pada daerah trauma
b. Hematuri
c. HT menurun
d. HB menurun
e. Pada pemeriksaan BNO :Memperlihatkan suatu daerah yang berwarna abu-abu di daerah trauma
dan memperlihatkan ekstravasase urine
f. Urogram ekskresi : Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasasi urine pada sisi yang terkena.
g. CT Scan : Memperlihatkan adanya hematom retropenial dan konfigurasi ginjal.
PENGKAJIAN PRIMER/PEMERIKSAAN FISIK

a. Airway (Jalan Nafas) c. Sirculation


1. Vital sign
Tidak ada obstruksi jalan nafas. 2. Capilary refil
b. Breathing 3. Akral
1. Inspeksi
d. Disability
Bentuk dada simetris, ekspansi paru kanan dan kiri sama, klien tidak 1. GCS
menggunakan alat bantu pernafasan. 2. Pupil ( isokor?) Reflek
cahaya?
2. Palpasi 3. Gangguan motorik
Vokal fremitus kanan dan kiri sama, tidak terdapat krepitasi pergerakan
3. Perkusi ( memegang perut)
4. Gangguan sensorik
Tidak terdapat pembesaran paru, kedua paru sonor. e. Exposure
4. Auskultasi Ada luka? (bengkak perut
bawah)
Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan kateterisasi
2. Cemas berhubungan dengan syok hipovolemik
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma blader.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan
kandung kemih
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan robekan dinding
blader.
6. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan dispneu.
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX NOC NIC
Gangguan eliminasi Pengawasan urin  Kaji keinginan untuk
urine berhubungan dg Kriteria hasil BAK
trauma bladder  Mengatakan  Kaji pola BAK
Setelah dilakukan askep keinginan untuk BAK  Monitor BAK dengan
gangguan eliminasi  Menentukan pola teratur
berkurang / hilang BAK  Kaji waktu yang
 Mengatakan dapat adekuat antara keingian
BAK dengan teratur BAK dan mengeluarkan
 Waktu yang adekuat BAK ke toilet
antara keinginan BAK  Monitor kebocoran
dan mengeluarkan BAK urin sebelum dengan
ke toilet BAK
 Bebas dri kebocoran  Kaji memulai dan
urin sebelum BAK mengakhir aliran BAK
 Kolaborasi
Mengosongkan kandung
kemih secara komplet
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition. China :
LWW.
Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansyoer Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga. Jakarta: Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai