Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
1
SOAL
http://www.learningradiology.com
Klasifikasi fraktur galeazzi berdasarkan posisi distal radius:
• Tipe 1: dorsal displacement
• Tipe 2: volar displacement
2
SOAL
Hematothorax
hemapneumothorax pertama needle
thoracosintesis, kalo gabisa langsung wsd
IGA 5-6
MUNTAH HIJAU
DISTENSI ABDOMEN
DIAGNOSA
GAMBARAN KLINIS
COLOK DUBUR
PEM.PENUNJANG :
ILEUS OBSTRUKTIF,
hirscprung jg obstruksi
Hypospadia
• OUE berada pada ventral penis
• Three anatomical
characteristics
• An ectopic urethral
meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral
shortening and curvature
operasi!!!!
5
SOAL
Fraktur Femur
Resusitasi Cairan
6
SOAL
D. Ulkus venosum
E. Ulkus arteriosum
Ulkus Dekubitus
• Ulkus dekubitus
– area setempat jaringan dan nekrosis yang terjadi ketika
jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dan
permukaan eksternal dalam waktu lama.
• Ulkus ekubitus menyebabkan risiko serius,
memperlambat mobilitas dan mempengaruhi
rehabilitas pasien.
Etiologi
• Faktor Ekstrinsik
a) Tekanan
b) Pergesekan atau Pergeseran
c) Kelembaban
• Faktor Intrinsik
a) Usia
lembab, kurang nutrisi, usia tua
b) Termperatur
c) Nutrisi
alur patofisiologi luka dekubitus
Tekanan yang terlokalisir
Iskemik
Nekrosis
Manifestasi Klinis
• Tingkat/stadium I
– Adanya eritema atau kemerahan pada kulit setempat yang
menetap
– atau bila ditekan dengan jari, tanda eritma atau
kemerahan tidak kembali.
• Tingkat/stadium II
– Adanya kerusakan pada epitel kulit yaitu lapisan epidermis
dan, atau dermis
– Kemudian dapat ditandai dengan adanya luka lecet, atau
melepuh.
Tahap-tahap perkembangan dekubitus
• Tingkat/stadium III
– Kerusakan pada semua lapisan kulit atau sampai
jaringan subkutan, dan mengalami nekrosis
dengan tanpa kapisitas yang dalam.
• Tingkat/stadium IV
– Adanya kerusakan pada ketebalan kulit dan
nekrosis hingga sampai ke jaringan otot bahkan
tulang atau tendon dengan kapasitas yang dalam.
Ulkus Dekubitus
9
SOAL
D. Valsava test
E. Lassegue test
TEST KETERANGAN
Finger test Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat
teraba isi dari kantong hernia, misalnya usus atau omentum (seperti karet). Dari
skrotum maka jari telunjuk ke arah lateral dari tuberkulum pubicum, mengikuti
fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus. Dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui anulus
eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau
tidak. Pada keadaan normal jari tidak bisa masuk. Dalam hal hernia dapat
direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Bila hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis,
dan bila hernia menyentuh samping ujung jari berarti hernia inguinalis medialis.
Siemen test Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS dengan tuberculum
pubicum dan palpasi dilakukan di garis tengah, sedang untuk bagian medialis
dilakukan dengan jari telunjuk melalui skrotum. Kemudian pasien diminta
mengejan dan dilihat benjolan timbal di annulus inguinalis lateralis atau annulus
inguinalis medialis dan annulus inguinalis femoralis.
Thumb test Sama seperti siemen test, hanya saja yang diletakkan di annulus inguinalis
lateralis, annulus inguinalis medialis, dan annulus inguinalis femoralis adalah ibu
jari.
Valsava test Pasien dapat diperiksa dalam posisi berdiri. Pada saat itu benjolan bisa saja
sudah ada, atau dapat dicetuskan dengan meminta pasien batuk atau
melakukan manuver valsava.
Valsalva Maneuver
• Increases intrathecal
pressure.
• Aggravates pain caused
by pressure on cord or
roots.
10
SOAL
Adult Infant
• Bayi berusia sampai satu tahun
– Luas permukaan kepala dan leher berkisar 18%
– Luas permukaan tubuh dan tungkai berkisar 14%.
• Dalam masa pertumbuhannya, setiap tahun di
atas usia satu tahun, maka ukuran kepala
berkurang sekitar 1% dan ukuran tungkai
bertambah 0. 5%
• Proporsi dewasa tercapai saat seorang anak
mencapai usia sepuluh tahun
• Usia 10 thn penambahan ukuran tungkai dipindahkan ke
genitalia dan perineum 1%
Emergency Management of Severe Burns (EMSB) COURSE MANUAL 17th edition Feb 2013
Australia and New Zealand Burn Association Ltd 1996
Contoh
• Anak usia 6 tahun datang dengan luka bakar di
wajah dan seluruh bagian depan kaki kanan
• Luas permukaan yang terbakar adalah?
– Wajah (18-(6-1))/2= 6,5%
– Bagian depan 1 kaki (14+(0,5x(6-1))/2= 8,25%
– Total 13,75%
15
SOAL
Kemungkinan diagnosis?
A. Fraktur 1/3 distal clavicula
B. Fraktur mid clavicula
C. Dislokasi glenohumeral
D. Rotator cuff injury
E. Dislokasi acromioclavicular
Fraktur Klavikula
Tipe I: Fraktur mid klavikula (Fraktur 1/3
tengah klavikula)
• Fraktur pada bagian tengah clavicula
• Lokasi yang paling sering terjadi
fraktur, paling banyak ditemui
https://www.asha.org/Practice-Portal/Clinical-Topics/Cleft-Lip-and-Palate/
Epidemiologi
• Sumbing bibir disertai atau tidak disertai
sumbing pada palatum , merupakan kelainan
maksilofasial kongenital yang sering pada
neonatus (80%).
• Terjadi pada 1 dari 700-1000 kelahiran.
• Sebesar 30-50% disertai kelainan kongenital
yang lain.
Labiopalatoskizis
• Labioskizis: celah pada
bibir
• Palatoskizis: celah pada
palatum
• Labiopalatoskizis: celah
bibir+palatum
http://emedicine.medscape.com/
Klasifikasi
Suatu klasifikasi membagi struktur- Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi,
struktur yang terkena menjadi beberapa mulai dari yang ringan hingga hingga
bagian berikut: yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing
• Palatum primer meliputi bibir, dasar yang diketahui :
hidung, alveolus, dan palatum durum 1. Unilateral Incomplete. Jika celah
di belahan foramen insisivum. sumbing terjadi hanya disalah satu
• Palatum sekunder meliputi palatum sisi bibir dan memanjang hingga ke
durum dan palatum molle posterior hidung.
terhadap foramen. 2. Unilateral Complete. Jika celah
• Suatu belahan dapat mengenai salah sumbing yang terjadi hanya disalah
satu atau keduanya, palatum primer satu sisi sisi bibir dan memanjang
dan palatum sekunder dan juga bisa hingga ke hidung.
berupa unilateral atau bilateral. 3. Bilateral Complete. Jika celah
• Terkadang terlihat suatu belahan sumbing terjadi di kedua sisi bibir
submukosa. Dalam kasus ini dan memnajang hingga ke hidung.
mukosanya utuh dengan belahan
mengenai tulang dan jaringan otot komplit sampe ke cavum nasi
palatum.
Klasifikasi
Purnomo, Basuki B. Dasar-Dasar Urologi. Edisi ketiga. Malang :Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya. 2011 : 14, 236-237
20
SOAL
151
Patologi dan sitogenetik
• Satu dari sekian banyak tumor
‘small round blue cell’ tumors
yang terlihat pada anak-anak.
• Tidak berdiferensiasi dengan
baik
• Tidak diketahui asalnya,
kemungkinan dari sel
progenitor neural crest
• Abnormalitas sitogenetik
t(11;22) (q24;q12) tampak pada
90-95% kasus
Gejala Klinis
• Nyeri dan Bengkak pada area yang
terkena
• Fraktur patologis
Skull(3.8%)
Ekstrimitas (53%)
gold standart
Diagnostic Work-Up
Primary Staging
History & Physical Examination
Histo-pathology -Biopsy -Bone Marrow
-Genetics
-IHC
Imaging -X-ray -CT Thorax
-CT scan -Bone scan
-MRI -PET scan
Lab Test - Renal – RFT
- Cardiac – 2D-ECHO
Imaging
• X-RAY
– Moth eaten lesion
– Lytic or mixed lytic-sclerotic areas
present
– Multi-Layered subperiosteal reaction
(onion skinning)
– Lifting of perioteum (codman’s triangle)
CSMMU, Lucknow
Tatalaksana Umum
Bayi umur 7 hari datang dengan keluhan belum BAB sejak lahir.
Muntah, perut kembung, rewel. Dari pemeriksaan fisis didapatkan
pasien tidak memiliki anus. Pemeriksaan berikutnya yang penting
untuk dilakukan adalah?
A. Foto abdomen 3 posisi
B. Invertogram Dx :Atresia ani
C. USG
D. CT scan dengan kontras
E. Fistulografi
Malformasi Kongenital
invertogram Intussusception Hirschprung
Classifcation:
• A low lesion
– colon remains close to the skin
– stenosis (narrowing) of the anus
– anus may be missing altogether,
with the rectum ending in a blind
pouch invertorgram : untuk mengukur jarak anus dengan anal
• A high lesiondimple, untuk melihat apakah letak tinggi atau letak rendah
– the colon is higher up in the pelvis
– fistula connecting the rectum and
the bladder, urethra or the vagina
• A persistent cloaca
– rectum, vagina and urinary tract
are joined into a singleLearningradiology.om
http://emedicine.medscape.com/ channel Duodenal atresia
Classification
Males Females
1. Cutaneous (perineal fistula) 1. Cutaneous (perineal fistula)
6. Complex malformations
Classification
• Menurut Stephen, membagi
• Menurut Berdon, atresia ani berdasarkan pada
membagi atresia ani garis pubococcygeal.
berdasarkan tinggi • Atresia ani letak tinggi
rendahnya kelainan, • bagian distal rectum terletak
di atas garis pubococcygeal.
yakni : • Atresia ani letak rendah
– Atresia ani letak tinggi • bila bagian distal rectum
• bagian distal rectum terletak di bawah garis
berakhir di atas pubococcygeal.
muskulus levator ani
(> 1,5cm dengan kulit
luar)
– Atresia ani letak rendah
• distal rectum
melewati musculus
levator ani ( jarak
<1,5cm dari kulit luar)
Management
Newborn Anorectal Malformation
1. Fraktur terbuka
3. Dislokasi sendi
Pertolongan Pertama (First Aid)
Life Saving ABCD
Obstructed Airway
Shock : Perdarahan Interna /External
Balut tekan, IV fluid
Limb Saving
Reliave pain Splint & analgetic
Pergerakan fragmen fr
Spasme otot
Udema yang progresif.
Transportasi penderita Dont do harm
Pengelolaan Fraktur di RS
Prinsip : 4 R
R 1 = Recognizing = Diagnosa
Anamnesa, PE, Penunjang
R 2 = Reduction = Reposisi
Mengembalikan posisi fraktur keposisi sebelum fraktur
R 3 = Retaining = Fiksasi /imobilisasi
Mempertahankan hasil fragmen yg direposisi
R 4 = Rehabilitation
Mengembalikan fungsi kesemula
Retaining (Imobilisasi)
Mempertahankan hasil reposisi sampai tulang menyambung
Menghilangkan nyeri
Cara Retaining (Imobilisasi)
Isitrahat
Casting / Gips
Splint/ Pembidaian
Cara Imobilisasi
Casting / Gips
Hemispica gip
Umbrical slab
Retaining (Imobilisasi)
Traksi
terus menerus.
1. Kulit
2. Tulang
Retaining (Imobilisasi)
Fiksasi pakai inplant
■ Internal fikasasi
■ Plate/ skrew
■ Ekternal fiksasi
23
SOAL
Anak usia 2 hari, sering tersedak saat minum ASI, air liur banyak.
Saat dicoba pasang NGT tidak bisa masuk. Dari hasil X ray:
Kemungkinan diagnosis?
A. Atresia esofagus
B. Achalasia
C. Stenosis esofagus
D. GERD
E. Pyloric Stenosis
Atresia Esofagus
Definisi Etiologi
• Kelainan kongenital dari • Belum diketahui
esofagus yg mengalami
diskontinuitas obstruksi • Terkait dgn abnormalitas lain
esofagus proksimal. VACTERL syndrome
(vertebral anomalies, anal
atresia, cardiac,
Epidemiologi
tracheoesophageal, renal, limb)
• 1 : 4000 neonatus
• >90% terkait dengan
• Slight male predominance
trachoesophageal fistula (TEF)
Faktor risiko
• Advanced maternal age, European ethnicity, obesity, tobacco
smoking, infants weighing < 1.500 g at birth
Sumber : Townsend C, Beauchamp D, Evers M. Sabiston Textbook of Surgery. 20th edition. Philadelphia: Elsevier; 2017
Atresia Esofagus
Klasifikasi menurut Gross
• Type A - Esophageal atresia without fistula or so-called pure esophageal atresia
(7%)
• Type B - Esophageal atresia with proximal TEF (2%)
• Type C - Esophageal atresia with distal TEF (86%)
• Type D - Esophageal atresia with proximal and distal TEFs (<1%)
• Type E - TEF without esophageal atresia or so-called H-type fistula (4%)
Sumber : Townsend C, Beauchamp D, Evers M. Sabiston Textbook of Surgery. 20th edition. Philadelphia: Elsevier; 2017
Atresia Esofagus
Presentation
• Prenatal – polyhydramnios, absent Management
stomach bubble, associated • Decompression of the proximal
abnormalities. esophageal pouch
• Birth onwards – frothing of oral • Upright prone position
secretions, drooling, choking or and minimize GER and prevent
sianosis. aspiration
• Thoracotomy repair
Investigations
• Unable to pass wide - bore
orogastric tube; confirmed on chest
• X - ray, shows tube in esophageal
pouch. Air in the stomach indicates
a fistula is present.
Sumber : Townsend C, Beauchamp D, Evers M. Sabiston Textbook of Surgery. 20th edition. Philadelphia: Elsevier; 2017
MANIFESTASI KLINIS
Foto thorax
• Extra oral :
– Pembengkakan pada muka disertai vulnus laceratum.
– Deformitas pada muka, muka terlihat asimetris.
– Hematoma atau echymosis pada daerah yang terkena fraktur,
kadang-kadang terdapat infraorbital echymosis dan
subconjunctival echymosis.
– Penderita tidak dapat menutup mulut karena gigi posterior
rahang atas dan rahang bawah telah kontak lebih dulu.
• Intra oral :
– Echymosis pacta mucobucal rahang atas.
– Vulnus laceratum, pembengkakan gingiva, kadang-kadang
disertai goyangnya gigi dan lepasnya gigi.
– Perdarahan yang berasal dari gingiva yang luka atau gigi yang
luka, gigi fraktur atau lepas.
– Open bite maloklusi sehingga penderita sukar mengunyah.
Fraktur Le fort II
(pyramidal)
• Extra oral :
– Pembengkakan hebat pada muka dan hidung, pada daerah tersebut
terasa sakit.
– Dari samping muka terlihat rata karena adanya deformitas hidung.
– Bilateral circum echymosis, subconjunctival echymosis.
– Perdarahan dari hidung yang disertai cairan cerebrospinal.
• Intra oral :
– Mulut sukar dibuka dan rahang bawah sulit digerakkan ke depan
– Adanya maloklusi open bite sehingga penderita sukar mengunyah.
– Palatum mole sering jatuh ke belakang sehingga dorsum lidah tertekan
sehingga timbul kesukaran bernafas.
– Terdapatnya kelainan gigi berupa fraktur, avultio, luxatio.
– Pada palpasi, seluruh bagian rahang atas dapat digerakkan, pada
bagian hidung terasa adanya step atau bagian yang tajam dan terasa
sakit.
Fraktur Le Fort
III (craniofacial
dysjunction)
• Extra oral :
– Pembengkakan hebat pada muka dan hidung.
– Perdarahan pada palatum, pharinx, sinus maxillaris, hidung dan telinga.
– Terdapat bilateral circum echymosis dan subconjunctival echymosis.
– Pergerakan bola mata terbatas dan terdapat kelainan N.opticus dan
saraf motoris dari mata yang menyebabkan diplopia, kebutaan dan
paralisis bola mata yang temporer.
– Deformitas hidung sehingga mata terlihat rata.
– Adanya cerebrospinal rhinorrhoea dan umumnya bercampur darah.
– Paralisis N.Fasialis yang sifatnya temporer atau permanen yang
menyebabkan Bell’s Palsy.
• Intra oral :
– Mulut terbuka lebih lebar karena keadaan open bite yang berat.
– Rahang atas dapat lebih mudah digerakkan.
– Perdarahan pada palatum dan pharynx.
– Pernafasan tersumbat karena tertekan oleh dorsum lidah.
26
SOAL
• Gambaran radiologis:
– Infiltrat sampai konsolidasi dengan “air bronchogram”, penyebaran
bronkogenik & interstisial serta gambaran kaviti.
– Air bronchogram: gambaran lusen pada bronkiolus yang tampak
karena alveoli di sekitarnya menjadi opak akibat inflamasi.
Pneumonia komuniti, pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indoneisa. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.
Pneumonia
Pneumonia
• Cough, particularly cough productive of sputum, is the
most consistent presenting symptom of bacterial
pneumonia and may suggest a particular pathogen, as
follows:
– Streptococcus pneumoniae: Rust-colored sputum
– Pseudomonas, Haemophilus, and pneumococcal species:
May produce green sputum
– Klebsiella species pneumonia: Red currant-jelly sputum
– Anaerobic infections: Often produce foul-smelling or bad-
tasting sputum
Pneumonia
• Community acquired pneumonia:
– Pneumonia yang didapat di masyarakat
https://pulmccm.org/infectious-disease-sepsis-review/idsa-guidelines-2016-hap-vap-end-hcap-know-feel-fine/
27
SOAL
D. MDPI
E. Jet nebulizer + DPI
Aerosol Generator
Terdapat 3 jenis aerosol generator
• Small volume nebulizer
– converts liquid drug solutions or suspensions into
aerosol and is powered by compressed air, oxygen, a
compressor, or an electrically powered device.
• Pressurized metered-dose inhaler (pMDI)
– small, portable self-contained drug device
combination that dispenses multiple doses by a
metered value
• Dry-powder inhlaer (DPI)
– an aerosol device that delivers drug in a powdered
form, typically with a breath-actuated dosing system.
Nebulizer
• The fundamental concept of nebulizer
performance is the conversion of the medication
solution into droplets in the respirable range of
1-5 micrometers
Jet Nebulizer
• Jet nebulizers are operated by compressed air
or oxygen in order to aerosolize liquid
medications. They are commonly used
because they are the least expensive kind of
nebulizer.
Is it asthma?
ASSESS the PATIENT Risk factors for asthma-related death?
Severity of exacerbation?
START TREATMENT
TRANSFER TO ACUTE
SABA 4–10 puffs by pMDI + spacer,
repeat every 20 minutes for 1 hour CARE FACILITY
WORSENING While waiting: give inhaled SABA
Prednisolone: adults 1 mg/kg, max.
50 mg, children 1–2 mg/kg, max. 40 mg and ipratropium bromide, O2,
Controlled oxygen (if available): target systemic corticosteroid
saturation 93–95% (children: 94-98%)
IMPROVING
FOLLOW UP
Reliever: reduce to as-needed
Controller: continue higher dose for short term (1–2 weeks) or long term (3 months), depending
on background to exacerbation
Risk factors: check and correct modifiable risk factors that may have contributed to exacerbation,
including inhaler technique and adherence
Action plan: Is it understood? Was it used appropriately? Does it need modification?
NO
YES
Further TRIAGE BY CLINICAL STATUS Consult ICU, start SABA and O2,
according to worst feature and prepare patient for intubation
intravena corticosteorid
https://emedicine.medscape.com/article/299425-medication#2
Tatalaksana
• Standard treatment of an anaerobic lung infection is
clindamycin (600 mg IV q8h followed by 150-300 mg PO
qid).
• When methicillin-resistant S aureus (MRSA) is the source of
lung abscesses
– vancomycin and linezolid should be considered
• Vancomycin 15 mg/kg IV every 12 hours, with a goal trough of 15-20
mcg/mL, is adjusted renally
• Linezolid therapy should be started at a dose of 600 mg IV every 12
hours.
• Ampicillin plus sulbactam is well tolerated and as effective
as clindamycin with or without a cephalosporin in the
treatment of aspiration pneumonia and lung abscess.
• Moxifloxacin is clinically effective and as safe as ampicillin
plus sulbactam in the treatment of aspiration pneumonia
and lung abscess.
Abses Paru
Diagnosis Karakteristik
Bulla pulmoner Bulla adalah dilatasi fokal ruang udara yang disebabkan oleh
gabungan dari area-area emfisema.
Pasien laki-laki, 47 tahun, datang dengan sesak sejak 1 hari yang lalu
yang disertai batuk dan demam. Pada pemeriksaan fisik pasien
tampak sakit sedang, RR 24x/menit, TD 120/80 mmHg, T 38 C. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan perkusi redup (+). Pada pemeriksaan
foto thorax didapatkan konsolidasi di paru kanan. Apa agen
penyebab tersering pada penyakit tersebut?
ras
A. Streptococcus pneumonia
dx : pneumonia
B. Staphlylococcus aureus
C. Mycobacterium tuberculosis
D. Haemophilus influenza
E. Respiratory syncytial virus
Pneumonia
• Cough, particularly cough productive of sputum, is the
most consistent presenting symptom of bacterial
pneumonia and may suggest a particular pathogen, as
follows:
– Streptococcus pneumoniae: Rust-colored sputum
– Pseudomonas, Haemophilus, and pneumococcal species:
May produce green sputum
– Klebsiella species pneumonia: Red currant-jelly sputum
– Anaerobic infections: Often produce foul-smelling or bad-
tasting sputum
34
SOAL
Tn. Winters Socalo, 78 tahun, diantar keluarga masuk ke IGD karena tidak
bicara sejak 1 hari yang lalu. Kontak mata kurang dan terkesan mengantuk.
Sebelumnya juga disertai batuk selama 4 hari belakangan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen, TD 100/60 mmHg, nadi
70 x/menit, RR 30 x/menit, suhu 38,7°C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya crackles (+) di hemithorax kanan. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 10,8 g/dL, eritrosit 3,9 juta/u L, leukosit
15.000/uL, trombosit 280.000/uL. Pada pemeriksaan rontgen didapatkan
gambaran buram berwarna putih di bagian kanan atas paru. Terapi yang
tepat pada pasien tersebut adalah… infiltrat
A. Kloramfenikol 3 x 1000 mg IV
B. Ciprofloksasin 2 x 200 mg IV dx : penumonia
C. Levofloksasin 1 x 750 mg IV floroquinolon
D. Azithromicin 1 x 500 mg IV
E. Ceftriaxon 1 x 2 gram IV
CURB-65
CURB-65 ini merupakan model skor yang direkomendasikan oleh
British Thoracic Society (BTS) berdasar pada lima gambaran
klinik utama yang sangat praktis, mudah diingat dan dinilai.
Faktor Komorbid Pneumonia
Faktor modifikasi pada terapi pneumonia:
• Pneumokokus resisten terhadap penisilin
– Umur lebih dari 65 tahun
– Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan terakhir
– Pecandu alkohol
– Penyakit gangguan kekebalan
– Penyakit penyerta yang multipel
• Bakteri enterik Gram negatif
– Penghuni rumah jompo
– Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
– Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
– Riwayat pengobatan antibiotik
• Pseudomonas aeruginosa
– Bronkiektasis
– Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
– Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
– Gizi kurang
Pasien Keterangan
Rawat Jalan Pasien yg sebelumnya sehat atau tanpa riwayat pemakaian antibiotik 3 bulan sebelumnya :
• Golongan β laktam atau β laktam ditambah anti β laktamase
ATAU
• Makrolid baru (Klaritromisin, azitromisin)
Pasien dgn komorbid atau mempunyai riwayat pemakaian antibiotik 3 bulan sebelumnya.
• Florokuinolon respirasi (levofloksasin 750 mg, moksifloksasin)
ATAU
• Golongan β laktam ditambah anti β laktamase
ATAU
• β laktam ditambah makrolid
Rawat Inap non ICU Floroquinolon respirasi : levofloksasin 750 mg, moksifloksasin
ATAU
β laktam ditambah makrolid
Ruang Rawat Intensif Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas:
• β laktam (sefotaksim, seftriakson atau ampisilin sulbaktam) ditambah makrolid baru atau
floroquinolon respirasi IV
Pertimbangan Khusus Bila ada faktor risiko pseudomonas:
• Antipneumokokal, antipseudomonas β laktam (piperacilin-tazobaktam, sefepime,
imipenem atau meropenem) ditambah levofloksasin 750 mg
ATAU
• β laktam seperti disebut diatas ditambah aminoglikosida dan azitromisin
ATAU
• β laktam seperti disebut diatas ditambah aminoglikosida dan antipneumokokal
fluorokuinolon (untuk pasien yang alergi penisilin, β laktam diganti dengan aztreonam)
Bila curiga disertai infeksi MRSA
• Tambahkan vankomisin atau linezolid
35
SOAL
Fungsi: meminimalkan
gesekan antar-pleura
1.Strasinger SK, Di Lorenzo MS. Serous fluid. Urinalysis and body fluids. 5th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2008. p.221-32.
2.Light RW. Physiology of the pleural space. In: Light RW, ed. Pleural diseases. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013:8-17.
3.Mundt LA, Shanahan K. Serous body fluid. Graff’s Text book of urinalysis and body fluids. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Willams & Wilkins; 2011. p.241-52.
Efusi Pleura
Tekanan hidrostatik kapiler
mendorong cairan ke
ekstravaskular
Permeabilitas kapiler
Contoh: inflamasi/infeksi
Aliran Limfatik
Contoh: obstruksi (keganasan),
destruksi (radioterapi)
Tekanan onkotik
Contoh: hipoalbuminemia
1.Strasinger SK, Di Lorenzo MS. Serous fluid. Urinalysis and body fluids. 5th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2008. p.221-32.
2.Light RW. Physiology of the pleural space. In: Light RW, ed. Pleural diseases. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013:8-17..
Efusi Pleura
• Adanya cairan pada rongga pleura
• Etiologi:
– Peningkatan permeabilitas pleura (inflamasi, keganasan)
– Penurunan tekanan onkotik (hipoalbuminemia)
– Peningkatan permeabilitas kapiler/disrupsi vaskular (trauma, keganasan,
inflamasi, dll)
– Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler (CHF, SVKS)
– Penurunan tekanan pleura (atelektasis luas)
– Penurunan drainase limfe (keganasan, trauma)
– Peningkatan cairan peritoneal dengan ekstravasasi via diafragma (hepatic
hydrothorax, cirrhosis, peritoneal dialysis)
– Perpindahan cairan dari edema paru ke pleura viseral
– Peningkatan tekanan onkotik dari cairan efusi yang sudah ada memperparah
efusi
Efusi Pleura
Gejala: Pemeriksaan fisis:
• Sesak, batuk, nyeri dada • Perkusi redup
• Gejala ekstrapulmonal • Fremitus taktil berkurang
(menunjukkan underlying • Pengembangan dada
disease) edema, asimetris sisi dengan
orthopnea menunjukkan efusi akan tertinggal
CHF; keringat malam, • Pergeseran mediastinum
hemoptisis, penurunan (pada efusi lebih dari 1 L)
berat badan
menunjukkan TB • Penurunan suara nafas
• Egofoni
• Pleural friction rub
MENISCUS SIGN
Pemeriksaan Penunjang
• Torakosentesis
– Perlu dilakukan pada efusi pleura baru
dan tidak diketahui penyebabnya ketika
jumlah cairan cukup untuk dilakukan
tindakan.
• Membedakan eksudat dan transudat
– Perbandingan kadar protein dan LDH
cairan pleura dan serum (Light’s criteria)
• Pemeriksaan kultur cairan pleura dan
sitologi Large right-sided pleural effusion
GINA 2016
Kriteria Diagnosis Asma (GINA 2017-2019)
Karakteristik Kriteria
Riwayat gejala respirasi variatif • Umumnya terdapat > 1 gejala respirasi
Wheezing, napas pendek, dada • Gejala bervariasi dari segi waktu dan intensitas
terasa sesak dan batuk • Gejala lebih berat saat malam hari/bangun tidur
• Dicetuskan oleh aktivitas fisik, tertawa, alergen, udara
dingin
• Timbul/semakin parah dengan infeksi virus
Confirmed variable expratory airflow limitation:
Obstruksi saluran napas yang variatif • FEV1 < 80%, dan minimal pada satu kali pengukuran
dimana FEV1 <80%, didapatkan FEV1/FVC <75%
(dewasa) / <90% (anak)
• Semakin variatif, diagnosis asma semakin kuat.
Positive bronchodilator reversibility Dewasa: peningkatan FEV1>12% dan >200 mL baseline
test (lebih mungkin positif jika dalam 10-15 menit pemberian albuterol 200-400
sebelumnya terapi dihentikan: SABA mcg/ekuivalennya
stop ≥ 4 jam, LABA ≥ 15 jam) Anak: peningkatan FEV1 >12% nilai prediksi
Variabilitas eksesif dalam Dewasa: rerata variabilitas diurnal PEF > 10%
pengukuran peak expiratory flow 2x Anak: rerata variabilitas diurnal PEF > 13%
sehari selama 2 minggu
GINA 2017
Kriteria Diagnosis Asma (GINA 2017/19) (cont)
Karakteristik Kriteria
Confirmed variable expratory airflow limitation:
Positive exercise challenge test • Dewasa: FEV1 turun >10% dan >200 mL baseline
• Anak: FEEV1 turun >12% prediksi atau PEF >15%
Positive bronchial challenge test Penurunan FEV1 ≥ 20% dengan pemberian dosis standar
(umumnya pada dewasa) metacholine atau histamin, atau FEV1 turun ≥ 15%
dengan hiperventilasi standar, uji salin hipertonik atau
manitol
Variabilitas eksesif antar kunjungan Dewasa: variasi FEV1 >12% dan >200 mL pada setiap
rawat jalan (less reliable) kunjungan, di luar kasus infeksi respirasi
Anak: variasi FEV1 >12% atau PEF >15% (dapat termasuk
kasus infeksi respirasi)
GINA 2017
Diagnosis Patient with
respiratory symptoms
NO
(GINA, YES
Detailed history/examination
2017) for asthma
History/examination supports
asthma diagnosis?
Further history and tests for
NO alternative diagnoses
Clinical urgency, and
YES Alternative diagnosis confirmed?
other diagnoses unlikely
Perform spirometry/PEF
with reversibility test
Results support asthma diagnosis?
Repeat on another
NO
occasion or arrange
NO
YES other tests
Confirms asthma diagnosis?
Asbestos-Related Pleural Disease. Again, there are innumerable pleural plaques (calsification), seen both en face (white
arrows) and in profile (black arrows).
Asbestosis
Asbestosis. High-resolution CT scan through the lower lung zone nicely demonstrates thickened septal lines (white arrows) and
small, rounded, subpleural, intralobular opacities (black arrow). Also note the calcified diaphragmatic pleural plaque on the left.
Asbestosis
Sebagai catatan, rifampisin adalah inducer enzim CYP P450 di hepar. Enzim ini
digunakan hepat untuk memetabolisme zat dan obat menjadi bentuk yang tidak aktif.
Oleh karena itu obat-obatan yang dimetabolisme dengan CYP P450, seperti estrogen,
beta bloker, levotiroksin, sulfonilurea, warfarin; akan mengalami penurunan efektivitas
obat, akibat metabolisme obat-obatan tersebut yang meningkat oleh hepar.
40
SOAL
Laki laki usia 34 tahun datang dengan keluhan sesak dan demam
sejak 2 hari smrs. Os diketahui HIV (+), hitung CD4 210/mm3, sejak 1
tahun lalu mendapat pengobatan ARV. Os diketahui TB paru BTA +,
mendapat pengobatan TB sejak 2 minggu lalu. Dari roentgen thoraks
didapatkan gambaran perluasan lesi. Apakah diagnosis yang
mungkin pada pasien ini?
A. Hepatitis imbas obat
B. Hepatitis fulminan
C. Immune Reconstitution Inflamatory Syndrome
D. Gejala putus obat
E. TB milier
Immune Reconstitution Inflammatory
Syndrome (IRIS)
• IRIS inflammatory disorders associated with
paradoxical worsening of preexisting infectious
processes following the initiation of highly active
antiretroviral therapy (HAART) in HIV-infected
individuals.
• Interrelates factor
– the extent of CD4+ T cell immune suppression prior to
the initiation of highly active antiretroviral therapy
(HAART).
– the degree of viral suppression and immune recovery
following the initiation of HAART.
1. Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome
IRIS
• Diagnostic criteria of IRIS
– AIDS with a low pretreatment CD4 count (often less than
100 cells/microL), however IRIS secondary to preexisting M.
tuberculosis infection may occur in individuals with CD4
counts >200.
– Positive virologic and immunological response to ART
– Absence of evidence of drug-resistant infection, bacterial
superinfection, drug allergy or other adverse drug reactions,
patient noncompliance, or reduced drug levels due to drug-
drug interactions or malabsorption after appropriate
evaluation for the clinical presentation.
– Presence of clinical manifestations consistent with an
inflammatory condition
– Temporal association between HAART initiation and the
onset of clinical features of illness
44
SOAL
Symptoms
Exacerbations
Side-effects
Lung function
Patient satisfaction
Low dose ICS Leukotriene receptor antagonist (LTRA), or Medium dose High dose Add low dose
Other
controller options taken whenever low dose ICS taken whenever SABA taken † ICS, or low dose ICS, add-on OCS, but
SABA is taken † ICS+LTRA # tiotropium, or consider
add-on LTRA # side-effects
* Off-label; data only with budesonide-formoterol (bud-form) ‡ Low-dose ICS-form is the reliever for patients prescribed
† Off-label; separate or combination ICS and SABA inhalers bud-form or BDP-form maintenance and reliever therapy
# Consider adding HDM SLIT for sensitized patients with
allergic rhinitis and FEV >70% predicted
© Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org 1
Low, medium and high dose inhaled
corticosteroids
Adults and adolescents
Inhaled corticosteroid
(≥12 years)
Total daily dose (mcg)
Low Medium High
• Bronchiectasis:
– Major causes: obstruction & infection
Robbins & Cotran pathologic basis of disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders; 2010.
Bronkiektasis
• Dilatasi airway ireversibel pada
paru baik lokal maupun difus.
– Fokal: umumnya disebabkan oleh
obstruksi jalan napas
keganasan, benda asing
– Difus: umumnya disebabkan oleh
infeksi paru (pneumonia, TB paru)
atau penyakit sistemik lainnya
(tersering: cystic fibrosis).
• Klasifikasi:
– Kongenital (immotile cilia syndrome, defisiensi enzi
afa-antitripsin, sindrom kartagener.
– Akuisita (infeksi saluran nafas bawah berulang)
Saccular Honeycomb
Cylindrical
Varicose
Bronkiektasis
Sputum 3 lapis
pada
bronkiektasis
• Busa
• Saliva/cairan
jenih
• Pus/ endapan
Pemeriksaan Penunjang
• Pada pemeriksaan rontgen akan dijumpai
berbagai variasi foto rontgen, seperti
penebalan dinding saluran pernafasan, sekresi
yang banyak juga dapat menyebabkan
gambaran opaq pada tubular.
• Pada bronkiektasis sakular akan
memeperlihatkan ruangan cystic dengan atau
tanpa air fluid level (honeycomb appearance)
Lung Disease
• Bronchiectasis
– Treatment of infectious bronchiectasis is directed at the control
of active infection and improvements in secretion clearance and
bronchial hygiene so as to decrease the microbial load within
the airways and minimize the risk of repeated infections.
– Antibiotic Treatment
• Antibiotics targeting the causative or presumptive pathogen (with
Haemophilus influenzae and P. aeruginosa isolated commonly) should be
administered in acute exacerbations, usually for a minimum of 7–10
days.
– Bronchial Hygiene
• The numerous approaches employed to enhance secretion clearance in
bronchiectasis include hydration and mucolytic administration,
aerosolization of bronchodilators and hyperosmolar agents (e.g.,
hypertonic saline), and chest physiotherapy.
Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed. McGraw-Hill; 2011.
46
SOAL
Telinga
• Bertambahnya ketinggian akan menyebabkan tekanan
dalam telinga tengah menjadi lebih besar dari tekanan
di luar tubuh rasa sakit pada telinga tengah karena
teregangnya selaput gendang,
Sinus Paranasal
• Muara sinus paranasalis ke rongga hidung
pada umumnya sempit.
– Sehingga bila kecepatan naik atau turun sangat
besar, maka untuk penyesuaian tekanan antara
rongga sinus dan udara luar tidak cukup waktu,
sehingga akan timbul rasa sakit di sinus yang
disebut aerosinusitis.
Pengaruh Penguapan Gas
yang Larut dalam Tubuh
• Bends
– rasa nyeri yang dalam dan terdapat di sendi serta
dirasakan terus-menerus, dan umumnya makin
lama makin bertambah berat.
• Chokes
– rasa sakit di bawah tulang dada yang disertai
dengan batuk kering yang terjadi pada
penerbangan tinggi
• akibat penguapan gas nitrogen yang membentuk
gelembung di daerah paru-paru.
Pengaruh Penguapan Gas
yang Larut dalam Tubuh
• Gejala-gejala pada kulit
– perasaan seperti ditusuk-tusuk dengan jarum,
– gatal-gatal
– rasa panas dan dingin
– timbul bercak kemerah-merahan dan gelembung-
gelembung pada kulit.
• Kelainan pada sistem syaraf
– kelainan penglihatan dan sakit kepala yang tidak
jelas lokasinya.
51
SOAL
D. Metformin
E. Nifedipin
Profilaksis Malaria
NON FARMAKOLOGIS
• Tidur menggunakan kelambu yang sudah
dicelup pestisida
• Menggunakan obat pembunuh nyamuk
(mosquito repellant)
• Proteksi diri saat keluar dari rumah (baju
berlengan panjang, kus/stocking)
• Proteksi kamar atau ruangan menggunakan
kawat anti nyamuk
Profilaksis Malaria
Medications are available for the prophylaxis of malaria and will vary
depending on level of chloroquine resistance in a given area.
Areas free of chloroquine-resistant Falciparum malaria
• Chloroquine 300 mg base (500 mg chloroquine phosphate)
PO/wk. Start 1 wk prior to arrival in malaria area, then weekly
while there and for 4 wk on leaving malaria area.
• Pediatric dose: 8.3 mg/kg (5 mg/kg base).
• Alternatives for adults include atovaquone-proguanil (Malarone):
1 adult tablet per day starting 1 to 2 days prior to arriving in
malaria area, then daily while there and then for 7 days daily on
leaving malaria area.
• For children, atovaquone-proguanil pediatric tablets based on weight:
– 11 to 20 kg 1 pediatric tablet
– 21 to 30 kg 2 pediatric tablets
– 31 to 40 kg 3 pediatric tablets
– >40 kg 1 adult tablet
Profilaksis Malaria
Areas with chloroquine-resistant Falciparum malaria
• Atovaquone-proguanil (Malarone): dosing as previously
• Mefloquine 250 mg (228 mg base) PO/wk, starting 1 wk before
arriving in malaria area, weekly while there and then weekly for 4
wk on return.
– In children, mefloquine dose is based on weight:
• <15 kg 5 mg/kg
• to 19 kg ¼ adult dose
• to 30 kg ½ adult dose
• to 45 kg ¾ adult dose
• >45 kg adult dose
• Doxycycline 100 mg PO/day for adults and children aged >8. Start
1 to 2 days before travel, daily while in malaria area, and then
daily for 4 wk on return.
54
SOAL
Reactive Lymphocyte
Blue cytoplasm-
Lymphocyte
402
56
SOAL
Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa Kementerian. Kemenkes 2011.
Guidelines
WHO 2015
• Semua CD4
diberikan
terapi pada
pedoman
terbaru
• Indonesia
masih belum
feasible
untuk
menerapkan
pedoman ini
Perbandingan Pedoman Terapi HIV
Konsensus HIV WHO 2013 WHO 2015
2011
Stadium klinis 1 Jika CD 4 <350 Jika CD4 < 500, Semua CD4,
dan 2 prioritas < 350 prioritas < 350
Stadium klinis 3 Semua CD4 Semua CD4 Semua CD4 dan
dan 4 prioritas
TB Semua CD4 Semua CD4 Semua CD4
Hepatitis B Semua CD4 Jika CD4<500 Semua CD4 pada
kecuali terdapat penyakit hati berat
penyakit hati
kronik berat
HIV/AIDS
aJangan memulai dengan TDF jika CCT hitung < 50 ml/menit, atau pada kasus
diabetes lama, hipertensi tak terkontrol dan gagal ginjal
bJangan memulai dengan AZT jika Hb < 7 g/dl sebelum terapi
cKombinasi dosis terpadu (KDT) yang tersedia: TDF + 3TC + EFV
• Imaging
– Chest x-ray
– Other radiographic and radioisotope procedures according to
suspected site of primary
infection.
Prokalsitonin
• Procalcitonin (PCT)
– precursor of calcitonin calcium homeostasis.
– also produced by the neuroendocrine cells of the
lung and intestine and is released as an acute-
phase reactant in response to inflammatory
stimuli, especially those of bacterial origin.
• This raised procalcitonin level during
inflammation is associated with bacterial
endotoxin and inflammatory cytokines.
Indikasi Px Procalcitonin
• To aid in the diagnosis and risk stratification of bacterial
sepsis
• To aid in the diagnosis of renal involvement in children with
urinary tract infection
• To aid in distinguishing bacterial from viral infections,
including meningitis
• To monitor therapeutic response to antibacterial therapy
and reduce antibiotic exposure
• To aid in the diagnosis of systemic secondary infection after
surgery and in severe trauma, burns, and multiorgan
failure
• To aid diagnosis of infected necrosis and associated
systemic complications in acute pancreatitis
59
SOAL
Tn. Toro usia 40 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan tidak
sadarkan diri sejak 3 jam yang lalu. Pasien mengalami demam terus-
menerus selama 5 hari sebelumnya, nyeri pada otot betis dan terlihat
kuning. Pasien belum BAK sejak 12 jam lalu. Rumah pasien seminggu
sebelum pasien sakit mengalami kebanjiran. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan, kesadaran somnolen, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88
kali/menit, frekuensi napas 18 kali/menit, suhu aksila 390C, dan sklera
ikterik. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis,
bilirubin total meningkat, kreatinin serum dan ureum meningkat. Apa
diagnosis pasien tersebut?
A. Leptospirosis nyeri gastroc
B. Demam dengue
C. Demam tifoid
D. Malaria
E. Weil disease lepto beratv / ikterik lepto
Leptospirosis
Infection through the
mucosa or wounded skin
Proliferate in the
bloodstream or
extracellularly within organ
Disseminate
hematogenously to all
organs
Kompendium Diagnostik Dan Pengobatan Covid-19 (Interim) Perhimpunan Respirologi Indonesia (Perpari). Suplemen Indonesia Journal Chest
Vol.7 No.1 Jan-Juni. 2020.
69
SOAL
• AIDS:
– HIV infection & a CD4+ T cell count
<200/L or
– HIV infection who develops one of
the HIV-associated diseases
considered to be indicative of a
severe defect in cell-mediated
immunity (category C)
Tubex TF
• Deteksi IgM anti lipopolisakarida O9 dari Salmonella serogroup D (salah satunya
S. typhi).
• Positif setelah hari ke 3-4.
A Comparative Study of Typhidot and Widal Test in Patients of Typhoid Fever. JIACM 2004; 5(3): 244-6.
73
SOAL
• Etiologi
– mumps virus, a singlestranded RNA paramyxovirus,
of which humans are the only natural host
Manifestasi Klinis
• Prodromal period: includes low-grade fever, malaise, anorexia, and
headache
• Parotid swelling and tenderness; often the first signs of infection:
– Progresses over 2 to 3 days, then opposite side may become involved
– Unilateral parotitis in 25% of cases
– Considerable pain with parotid swelling, causing trismus and difficulty
with mastication and pronunciation
– Pain exacerbated by eating or drinking citrus and other acidic foods
– Possible fever with parotid swelling, ranging up to 40° C
– Parotid swelling, usually resolving within 1 wk
• CNS Meningitis, encephalitis
• Epipidimoorchitis
• Deafness
• Myocardial involvement
Tatalaksana
• Non farmakologis
– Supportif
– Hidrasi dan nutrisi
• Tatalaksana akut
– Analgetik dan antipiretik
74
SOAL
Terduga TB
Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak erat Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat
Tuberculosis
dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui status HIV nya kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)
Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)
MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Neg
(- -) (+ +) Sensitive Indeterminate Resistance
(+ -)
Tidak bisa
dirujuk
Ulangi Foto Toraks
TB RR
TB Terkonfirmasi pemeriksaan (Mengikuti alur
Bakteriologis TCM yang sama
Foto Terapi
dengan alur
Toraks Antibiotika
pada hasil
Non OAT
Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan pemeriksaan
Pengobatan
mikrokopis BTA
pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan
TB Lini 1 negatif (- -) )
OAT Lini 1 dan Lini 2
Gambaran Tidak Mendukung TB;
Mendukung
TB
Bukan TB; Cari
kemungkinan penyebab
penyakit lain
Ada
Perbaikan
Tidak Ada
Perbaikan TB RR; TB Pre TB XDR
Algoritma TB
Nasional
Klinis Klinis, ada
TB MDR XDR
faktor risiko
TB TB, dan atas
Terkonfirmasi Bukan TB; Cari pertimbangan
Klinis Lanjutkan Pengobatan
2016
kemungkinan dokter Pengobatan TB RO
TB RO
penyebab dengan Paduan Baru
penyakit lain
Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB
TB
Terkonfirmasi yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis
Klinis
maupun klinis adalah pemeriksaan HIV dan
gula darah. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai
Pengobatan indikasi misalnya fungsi hati, fungsi ginjal, dll)
TB Lini 1
75
SOAL