Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGUKURAN CVP DAN MONOTORING HAEMODINAMIK

DISUSUN OLEH:
ADE IRAWAN
1834001

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKes RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................4
2.1 Pengertian Hemodinamika.......................................................................................................4
2.2 Tujuan Pemantauan Hemodinamik.........................................................................................4
2.3 Parameter Hemodimanik..........................................................................................................4
2.4 Tekanan Vena Sentral (CVP)...................................................................................................5
2.5 Metode pengukuran CVP.........................................................................................................5
2.6 Pemantauan CVP......................................................................................................................5
2.6.1 Pemantauan Menggunakan Manometer...........................................................................5
2.6.2 Pemantauan Menggunakan Transdesur...........................................................................7
2.6.3 Bentuk Gelombang CVP....................................................................................................7
2.6.4 Nilai Normal CVP...............................................................................................................8
BAB III PENUTUP............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

Hemodinamik menggambarkan aliran darah dalam system peredaran


dalam tubuh, baik sirkulasi besar maupun sirkulasi dalam paru – paru. Keadaan
hemodinamik sangat mempengaruhi fungsi penghantaran oksigen dalam tubuh
dan melibatkan fungsi jantung. Pada kondisi gangguan hemodinamik, diperlukan
pemantauan dan penanganan yang tepat sesuai kondisi pasien. Tujuan pemantauan
hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kelainan fisiologis
secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan. Pemantauan memberikan
informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan
kemampuan jantung untuk memompakan darah.

Dalam pemantauan hemodinamik, terdapat beberapa parameter yang


diperhatikan, salah satunya adalah tekanan vena sentral atau Central Vein Pressure
(CVP). CVP adalah nilai yang menunjukan tekanan darah pada vena cava dekat
atrium kanan jantung. CVP merefleksikan jumlah darah yang Kembali ke jantung
dan kemampuan jantung memompa darah. CVP dapat digunakan untuk
memperkirakaan tekanan pada atrium kanan, yang mana secara tidak langsung
menggambarkan beban awal (preload) jantung kanan dan tekanan ventrikel kanan
pada akhir diastole.

Caca pengukuran CVP dikelompokan menjadi metode noninvasif dan


invasif. Pengukuran secara noninvasif dapaat dilakukan dengan mengukur tekanan
vena jugularis. Sedangkan pengukuran secara invasive dilakukan dengan
memasukkan kateter kedalam vena subclavia atau vena jugularis internal yang
kemudian akan dimonitor menggunakan menometer ataupun transduser.

Pada tinjauan pustakan ini akan dijelaskan secara singkat mengenai


pemantauan parameter hemodinamik, khususnya mengenai pemantauan tekanan
vena sentral (CVP), meliputi tujuan, cara pengukuran dengan metode invasive dan
noninvasif, serta manfaatnya untuk mengidentifikasi kelainan fisiologis pada
system kardiovaskuler.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hemodinamika


Hemodinamika menggambarkan tekanan dan aliran darah Ketika jantung
berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh melalui system vaskuler.
Jantung, darah, dan tonus vaskuler merupakan tiga elemen yang yang
Menyusun system tersebut. Pengukuran hemodinamik dilakukan untuk
memonitor status dari elemen-elemen tersebut. Pengukuran hemodinamika
dapat dikelompokkan menjadi invasive dan noninvasif. Pengukuran
hemodinamik penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menetukan
terapi yang sesuai, dan memantau respons terhadap terapi yang diberikan.
Selain itu, pengukuran hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk
mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan Tindakan yang
tepat terhadap bantuan sirkulasi.

2.2 Tujuan Pemantauan Hemodinamik


Pemantauan hemodinamik bertujuan untuk menilai status cairan tubuh
pasien dan menilai status fungsi jantung pasien. Pemantauan hemodinamik
bukan Tindakan terapeutik tetapi hanya meberikan informasi pada kliinis
pasien agar dapat memberikan penanganan yang optimal. Dasar dari
pemantauan hemodinamik adalah menjaga perfusi jaringan yang adekuat,
seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan,
mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiawi
sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamika berupa gangguan
fungsi organ tubuh sehingga gagal fungsi organ multiple bisa ditangani
dengan cepat.

2.3 Parameter Hemodimanik


Pemantauan hemodinamik adalah pengkajian status sirkulasi pasien,
meliputi pengukuran denyut nadi, tekanan intra-arteri, tekanan arteri pulmonal
dan tekana distal kapiler pulmonal, tekanan vena sentral, curah jantung serta
volume darah.
2.4 Tekanan Vena Sentral (CVP)
Tekanan vena sentral (CVP) adalah nilai yang menunjukan tekanan daraah
pada vena cava dekat atrium kanan jantung. CVP merefleksikan jumlah darah
yang Kembali ke jantung dan kemampuan jantung memompa darah. CVP
dapat digunakan untuk memperkirakan tekanan pada atrium kanan, yang
mana secara tidak langsung menggambarkan beban awal (preload) jantung
kanan dekat tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole. Pengukuran tekanan
darah vena setral memberikan informasi paling penting mengenai keadaan
fungsi system kardiovaskuler pasien, kecukupan volume vaskuler, dan juga
keberhasilan terapi yang diberikan.

Dikarenakan vena sentral yang berada didalam thoraks, maka pengukuran


CVP dipengaruhi oleh perubahan tekanan intrathoraks. Akibatnya, hasil CVP
berfluktuatif sesuai pernafasan, CVP berkurang pada saat inspirasi spontan
dan meningkat saat tekanan respirasi possitif. Untuk itu, pengukuran CVP
harus dilakukan pada akhir ekshalasi Ketika otot repirasi dan tekanan
intrathoraks stabil pada saat istirahat.

2.5 Metode pengukuran CVP


Cara pengukuran CVP dikelompokan menjadi metode noninvasif dan
invasive. Pengukuran secara noninvasif dapat dilakukan dengan mengukur
tekanan vena jugulari. Sedangkan pengukuran secara invasive dilakukan
dengan memassukkan kateter kedalam vena subklavia ataau vena jugularis
internal.

2.6 Pemantauan CVP


Setelah memasang kateter vena setral, CVP kemudian dapat dipantau dan
diukur menggunakan manometer ataupun transduser.

2.6.1 Pemantauan Menggunakan Manometer


Penggunaan system menometer memungkinkan pembacaan intermiten
dan kurang akurat dibandingkan system transduser, hal ini disebabkan
karena adanya efek meniscus air pada tabung kaca. Adapun Langkah-
langkah pemasangan menometer adalah sebagi berikut:
1. Persiapan alat. Alat yang biasanya digunakan untuk melakukan
pengukuran CVP diantaranya menometer, cairan, water pass,
extension tube, threeway, bengkok, pllester.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur pengukuran CVP kepada pasien.
3. Posisikan pasien dalam kondisi yang nyaman. Pasien bisa
diposisikan semi fowler
4. Menentukan letak zero point pada pasien. Zero point merupakan satu
titik yang nantinya dijadikan acuan dalam pengukuran CVP. Zero
point ditentukan dari ICS (intercostal space) ke 4 pada linea
midclavicula karena ICS ke 4 tersebut merupakan sejajar dengan
letak atrium kanan. Dari midclavicula ditarik ke internal (samping)
sampai mid axilla. Di titik mid axilla itulah kita berikan tanda.
5. Dari tanda tersebut kitra sejajarkan dengan titik nol pada manometer
yang ditempelkan pada tiang infus. Caranya adalah dengan
mensejajari titik tersebut dengan angka 0 dengan menggunakan
waterpass. Setalah angka 0 pada manometer sejajar dengan titik ICS
ke 4 mid axilla, maka kita plester manometer pada tiang infus.
6. Setelah berhasil menentukan zero point, kita aktifkan sisteem 1
(satu). Caranya adalah dengan mengalirkan cairan dari sumber cairan
infus kearah pasien. Jalur threeway dari sumber cairan dan kearah
pasien kita buka, sementara jalur yang kearah manometer kita tutup.
7. Setelah aliran cairan dari sumber cairan kepasien lancar, lanjutkan
dengan mengaktifkan system 2 (dua). Caranya adalah dengan
mengalirkan cairan dari sumber cairan kea rah manometer. Jalur
threeway dari sumber cairan dan kea rah manometer dibuka,
sementara yang kea rah pasien kita tutup. Cairan yang masuk ke
manometer dipastikan harus sudah melewati angka maksimal pada
manometer tersebut.
8. Selain itu, aktifkan system 3 (tiga). Caranya adalah dengan cara
mengalirkan cairan dari manometer ketubuh pasien. Jalur threeway
dari manometer dan kearah pasien dibuka, semetra jalur yang dari
sumber cairan ditutup.
9. Amati penurunan cairan pada manometer sampai posisi cairan stabil
pada angka/titik tertentu. Lihat dan catat undulasinya. Undulasi
merupakan naik turunnya cairan pada manometer mengikuti dengan
proses inspirasi dan ekspirasi pasien. Saat inspirasi, permukaan
cairan pada manometer akan naik, sementara saat pasien ekspirasi
kondisi permukaan cairan akan turun. Posisi cairan yang akan itu
(undulasi saat klien ekspirasi) itu yang dicatat dan disebut sebagai
nilai CVP.

2.6.2 Pemantauan Menggunakan Transdesur


Pemantauan menggunakan transdesur memungkinkan pembacaan
secara kontinu yang ditampilkan dimonitor. Adapun Langkah-langkah
pemasangan transdesur adalah sebagi berikut:

1. Persiapan alat. Alat yang biasanya digunakan untuk melakukan


pemasangan transduser meliputi heparin, infus set, monitor,
transduser, threeway, kantong tekanan.
2. Tempatkan pasien pada posisi supinasi, pastikan posisi ini tidak
diubah, untuk mendapatkan hasil yang akurat.
3. Sambungkan infus yang berisi larutan saline ke IV line, kemudian
hubungkan ke transdesur.
4. Hubungkan transdesur ke kateter vena sentral menggunakan
threeway, pastikan tidak ada udara didalam selangkangan.
5. Posisikan transduser sejajar dengan kateter vena sentral
6. Kemudian hubungkan transduser kemonitor

2.6.3 Bentuk Gelombang CVP


Bentuk gelombang CVP mencerminkan perubahan-perubahan pada
tekanan atrium kanan selama siklus jantung.

 Gelombang a: peeningkatan tekanan atrium kanan selama kontraksi


atrium kanan. Jika gelombang A naik, maka pasien mungkin
mengalami kegagalan ventrikel kanan dan stenosis tricuspid.
 Gelombang c: peningkatan tekanan atrium kanan yang disebabkan
oleh penutupan katup triskuspid.
 Gelombang x: penurunan tekanan atrium kanan selama fase
ventrikuler ejection.
 Geelombang v: peningkatan tekanan atrium kanan selama fase rapid
atrial filling Ketika katup trikuspud tertutup.
 Gelombang y: penurunan selama atrium kanan setelah katup
tricuspid terbuka.

2.6.4 Nilai Normal CVP


Menurut kelli, nilai normal CVP adalah 3-8 cmH2O atau 2-
6mmHg. Sementara itu menurut Izkovic, nilai normal CVP adalah 5-10
cmH2O. nilai CVP yang rendah biasanya terjadi pada kasus
hipovelimia, deep inhalation, syok septic, sedangkan nilai CVP yang
tinggi dapat terjadi akibat peningkatan volume darah vena, forced
exhalation, gagal jantung, menggunaakan ventilator, dan embolisme
paru. Pada pasien dengan asma atau COPD, CPV dapat meningkat
selama ekshalasi karena hambatan jalan nafas, sehingga harus
dievaluasi pada fase inhalasi untuk menghindari pembacaan yang salah.
BAB III

PENUTUP

Monitoring hemodinamik merupakan hal yang esensial dalam perawatan


pasien-pasien kritis. Monitoring hemodinamik dibagi menjadi monitoring secara
invasif dan non invasif. Variabel yang selalu dievaluasi dalam pemantauan
tekanan darah secara invasif meliputi tekanan darah arteri, tekanan vena sentral,
dan tekanan arteri pulmoner. Prinsip pengukuran yang digunakan secara umum
hampir sama yaitu dengan memasukkan kateter ke lumen pembuluh darah dan
disambungkan ke system tranduser. Tekanan darah akan melaluli kateter dan akan
dikonversi menjadi sinyal elektrik oleh tranduser yang kemudian akan diteruskan
ke osciloskope dan diubah menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera pada
layar monitor.

Tujuan dari monitoring hemodinamik adalah untuk mengidentifikasi


perubahan status hemodinamik secara dini sehingga dapat dilakukan intervensi
segera, untuk evaluasi segera respon pasien terhadap suatu intervensi seperti
obatobatan dan dukungan mekanik, dan evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler
seperti cardiac output dan index.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ramsingh et al. Does it matter which hemodynamic monitoring system


is used?. Critical Care 2013, 17:208

2. Vincent et al. Update on hemodynamic monitoring - a consensus of 16.


Critical Care 2011, 15:229

3. Boldt J. Hemodynamic monitoring in the intensive care unit. Critical


Care 2002, 6: 6:52-59

4. Scheer et al. Complications and risk factors of peripheral arterial


catheters used for haemodynamic monitoring in anaesthesia and
intensive care medicine. Critical Care 2010, 6:198-204

5. Maqder S. Invasive hemodynamic monitoring. Crit Care Clin 2015


Jan;31(1):67-87

Anda mungkin juga menyukai