KELOMPOK 3 :
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan
mengaplikasikannya Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada
klien dengan syok.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
kegawatdaruratan syok.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
c. Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan kegawatdaruratan syok.
d. Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan kegawatdaruratan syok.
e. Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
1.3 MANFAAT
Dengan makalah ini diharapkan agar mahasiswa dapat memahami konsep
dasar syok dan mengaplikasikanya dalam Asuhan keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang
mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk
menyelamatkan jiwa klien (BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan
disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah,
pucat, kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang
tak tampak, tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran
menurun. Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau
menurun dari 50 mmHg dibawah tekanan darah semula. Masalah utama
adalah penurunan perfusi (aliran darah) yang efektif dan gangguan
penyampaian oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan bahwa
mekanisme hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan menjadi
rusak karena tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism aerobic.
Jika sel melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat
yang merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko mati.
Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard
sehingga menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi
gagal fungsi ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat
seiring dengan jumlah organ yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple
Organ Failure). Kematian pada gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ
mencapai > 90%.
Kondisi syok dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti perubahan
dalam fungsi jantung (syok kardiogenik), penurunan volume darah (syok
hipovelemik), vasodilatasi pembuluh darah yang berlebihan dengan distribusi
aliran darah yang menurun (syok distributif), dan terdapat obstruksi aliran
darah yang melalui sistem sirkulasi (syok obstruktif) (Poth dan Matfin, 2009).
Syok terbagi menjadi beberapa klasifikasi, berikut klasifikasi syok :
B. Syok Hemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang
beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh
seseorang. Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang
terjadi, maka makin besar risiko untuk meninggal. Perdarahan yang
banyak mengakibatkan syok. Makin berat syok yang terjadi dan makin
lama syok berlangsung, makin besar risiko mati. Satu jam pertama
masa syok sering disebut “The Golden Hour”. Dalam periode ini time
Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat diberikan, yakni
menghentikan sumber perdarahan dan mengganti kehilangan voleume
darah. Hipoksia sampai dengan anoksia di jaringan akibat syok
menyebabkan kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah
kritis (Critical Mass Of Cell), maka akan terjadi gagal organ dan
kematian.
1. Perdarahan Menyebabkan :
a. Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi
darah dan jumlah oksigen jaringan menurun
b. Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas
transport oksigen per unit volume darah menurun Tubuh
memiliki Estimated Blood Volume (jumlah darah yang
beredar) 65-75 ml/kg, untuk mempermudah dibuat rata-rata
EBV ; 70 ml/kg. jika kehilangan darah 15 ml/kg (20% EBV),
terjadilah perubahan hemodinamik :
1) Nadi meningkat
2) Kekuatan kontraksi miokard meningkat
3) Vasokontriksi didaerah arterial dan vena
4) Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan
nadi turun
2. Prinsip Penanganan:
Pergatian volume yang hilang untuk mempertahankan kecukupan
oksigenasi jaringan, akibat cukup volume maka hemodinamik
terjaga. Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan infus
kristaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber
perdarahan dan dapat diberikan cairan golongan plasma substitute
(cairan koloid).
3. Trauma Status (Advanced Trauma Life support)
Dipergunakan untuk memperhitungkan beberapa banyak jumlah
perdarahan (EBL) dengan melihat gejala klinis yang ada.
Klasifikasi Klinis Pengelolaan
Kelas II : - Takikardia
kehilangan volume (100-120 Penggantian volume darah
darah 15-30% x/menit) yang hilang dengan cairan
- Penurunan kristaloid sejumlah 2-4
pulse pressure kali volume darah yang
- Penurunan hilang.
produksi urine
(20-30 cc/jam)
C. Syok Anafilaktik
1. Definisi
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang
disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi
Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa
melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala
dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis
2. Penyebab
Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti
gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik
3. Diagnosa
Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan
tekanan darah yang tiba - tiba) dengan riwayat adanya alergi
(makanan atau hal – hal lain) atau riwayat setelah pemberian obat-
obatan.
4. Tindakan
a. C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus
kristaloid (RL). Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan
atau intra muscular dengan dosis sesuai dengan gejala klinis
yang tampak (0.25 mg, 0.5 mg atau 1 mg = 1 ampul bila
ternyata jantung tidak berdenyut).
b. Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
c. Breathing. Beri oksigen bila ada, kalau perlu nafas dibantu.
D. Syok Septik
1. Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan
disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik
dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi,
melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka
ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan
peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.
2. Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif.
Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan
menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan
aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek
yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, pada
perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek
tersebut.
3. Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat
bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan
penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40%
pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan
60% disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang
dewasa infeksi saluran kencing merupakan sumber utama
terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi
adalah luka dan kateter atau kateter intravena. Organisme yang
paling sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus
dan pseudomonas. Pasien dengan sepsis dan shock sepsis
merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat
diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum
adalah:
a. Demam
b. Berkeringat
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
4. Diagnosis
a. Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi.
b. Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.
5. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial
Pressure 60 mmHg)
a. Tindakan awal
Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang
sumber infeksi (pembedahan)
b. Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan
vasopressor (Dopamine atau dikomnbinasi dengan
Noradrenaline).
E. Syock Kardiogenik
1. Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa
jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau
berhenti sama sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi jantung
yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi
mekanik jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi,
kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
(Kamus Kedokteran Dorland, 2010)
2. Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan –
keadaan antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan
Tension pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis syok, ada
yang membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan
yang disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard.
Missal : decomp cordis, trauma langsung pada jantung,
kontusio jantung. Tamponad jantung dan tension
pneumothoraks dikelompokkan dalam syok obstructive
(syok karena obstruksi mekanik)
3. Diagnose
a. Hipotensi disertai gangguan irama jantung.
b. Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP).
c. Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade
jantung (bunyi jantung menjauh atau redup), pada tension
pneumothoraks (hipersonor dan pergeseran letak trakea).
4. Tindakan
a. Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
b. Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat inotropic.
c. Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan
monitoring EKG.
d. Pemasangan jarum torakostomi pada Tension
Pneumothoraks di ICS II- mid clavicular line untuk
mengurangi udara dalam rongga pleura (dekompresi).
2.2 ETIOLOGI
Syok dapat disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa darah
(serangan jantung ataugagal jantung), pelebaran pembuluh darah yang
abnormal (reaksi alergi, infeksi), dan kehilangan volume darah dalam jumlah
besar (perdarahan hebat).Syok bisa disebabkan oleh :
a. Perdarahan (syok hipovolemik)
b. Dehidrasi (syok hipovolemik)
c. Serangan jantung (syok kardiogenik)
d. Gagal jantung (syok kardiogenik)
e. Trauma atau cedera berat
f. Infeksi (syok septik)
g. Reaksi alergi (syok anafilaktik)
h. Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
i. Sindroma syok toksik
2.4 PATOFISIOLOGI
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik,
2000):
a. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa
sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk
menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan
melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan
otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor
humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan
volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase
kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung
untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun,
tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah
menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
b. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi
kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah
jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh
tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun,
hipoksia jaringan, metabolisme terganggu, produk metabolisme
menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah
melemah dan tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena,
vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti
dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung.
Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat
terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular
Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan
pusat vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia
jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan
lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek
syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia
usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin
dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi
detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas
sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak.
Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik
menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi
peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di
jaringan.
c. Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas
syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa
darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya
respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
2.5 PENATALAKSANAAN
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan
untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab
syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan
kausal.
a. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SYOK
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Pengkjian Primer
a. Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama,
untuk mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen
diberikan bila perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100
mmHg.
b. Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan
paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan
seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena
yang cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka
eksternal biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan
pada daerah luka, seperti di kepala, leher dan ekstremitas.
Perdarahan internal dalam rongga toraks dan abdomen pada fase
pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan. PSAG
(gurita) dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas
inferior, tetapi alat ini tidak boleh mengganggu pemasangan
infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat membantu mengurangi
perdarahan pada tulang panjang.
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah
menentukan tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi
pupil, fungsi motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk
menilai perfusi otak
3.3 INTERVENSI
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/Masalah
Tujuan dan Kriteria intervensi
Kolaborasi
Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d gangguan
- Cardiac Pump - Evaluasi adanya nyeri
irama jantung, stroke effectiveness dada
volume, pre load - Circulation - Catat adanya disritmia
Status jantung
dan afterload, - Vital Sign - Catat adanya tanda dan
kontraktilitas jantung. Status gejala penurunan
- Tissue cardiac putput
perfusion: - Monitor status
DO/DS: perifer pernafasan
- Monitor balance cairan
- Aritmia, - Monitor respon pasien
takikardia, Setelah dilakukan terhadap efek
bradikardia asuhan pengobatan
- Palpitasi, Selama......penurunan antiaritmia
oedem kardiak - Atur periode latihan
- Kelelahan dan istirahat untuk
- Peningkatan/pen output klien teratasi menghindari
urunan JVP dengan kriteria hasil: Kelelahan
- Distensi vena - Monitor adanya
jugularis - Tanda Vital dyspneu, fatigue,
- Kulit dingin dan dalam rentang tekipneu dan ortopneu
lembab normal - Monitor TD, nadi,
- Penurunan (Tekanan darah, suhu, dan RR
denyut nadi Nadi,respirasi) - Monitor VS saat
perifer - Dapat pasien berbaring,
- Oliguria, kaplari mentoleransi duduk, atau berdiri
refill lambat aktivitas, tidak - Monitor TD, nadi, RR,
- Nafas pendek/ ada kelelahan sebelum, selama, dan
sesak nafas - Tidak ada setelah aktivitas
- Perubahan edema paru, - Monitor jumlah, bunyi
warna kulit perifer, dan dan irama jantung
- Batuk, bunyi tidak ada asites - Monitor frekuensi dan
jantung S3/S4 - Tidak ada irama pernapasan
- Kecemasan penurunan - Monitor suhu, warna,
kesadaran dan kelembaban kulit
- AGD dalam - Monitor sianosis
batas normal - Monitor adanya
- Tidak ada tekanan nadi yang
distensi vena melebar, bradikardi,
leher peningkatan sistolik
- Warna kulit
normal
3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan
sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini
diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan,
tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan keperawatan yang diberikan
mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga dapat menjadi
mandiri.
3.5 EVALUASI
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi
b. Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal
c. Tercapainya volume cairan secara adequat
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
https://www.academia.edu/9746397/Syok.syifana.aqullia.2010.laporanpendahulu
an syok.
http://www.riyawan.com/p/bab-ii-tinjauan-teori syok-a.html