Anda di halaman 1dari 28

ASKEP KEGAWATDARUTAN SYOK

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Pembimbing : Dede Suryana S.Kep M.Kep

KELOMPOK 3 :

Hana Fakhiratuzzahra (1834027)

Muhammad Rizki Yugo Iddaman (1834038)

Nadia Kemala Noer Fadillah (1834039)

Nur Oktaviana Dwi Ardani (1834041)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKes RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah
shock, aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara
cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/
karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah
dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time
> 2 detik). Syok merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD) maupun Intensive
Care Unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan penderita
tersebar diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap
hari. Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak – anak setiap tahun di
seluruh dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan syok (Dhilon and Bittner, 2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke
jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan
pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009;
Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang
dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke
sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan
kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian
penderita.
Mempertahankan perfusi darah yang memadai pada organ-organ vital
merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. Syok
bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klinis
kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi
hemodinamik. Apabila perfusi jaringan tidak terpenuhi, sel-sel akan
kekurangan oksigen dan substrat, produksi energi secara aerobik tidak bisa
dipertahakan, akibatnya sel harus memasuki jalur metabolisme anaerob. Jalur
metabolisme anaerob akan dihasilkan 2 molekul Adenosine Triphosphate
(ATP) per molekul glukosa dan asam laktat.
Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat
dipertahankan, akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan pompa potasium
sodium. Sel membengkak dan permeabilitas membran sel meningkat.
Aktivitas mitokondria menjadi turun dan membran lisosom menjadi rusak, sel
akan rusak dan selanjutnya terjadi kematian sel. Kematian seluler akan
meluas di seluruh tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang memengaruhi
fungsi organ. Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ dan kematian
pada pasien syok. (Barkman dan Pooler, 2009; Guyton dan Hall, 2010;
Schwarz et al., 2014).
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat
sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan
alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini
diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi
kematian atau cacat organ tubuh menetap. Oleh karena itu penulis akan
membahas mengenai Asuhan keperawatan kegawatdaruratan syok.

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan
mengaplikasikannya Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada
klien dengan syok.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
kegawatdaruratan syok.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
c. Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan kegawatdaruratan syok.
d. Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan kegawatdaruratan syok.
e. Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.
1.3 MANFAAT
Dengan makalah ini diharapkan agar mahasiswa dapat memahami konsep
dasar syok dan mengaplikasikanya dalam Asuhan keperawatan pada klien
dengan kegawatdaruratan syok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang
mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk
menyelamatkan jiwa klien (BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan
disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah,
pucat, kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang
tak tampak, tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran
menurun. Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau
menurun dari 50 mmHg dibawah tekanan darah semula. Masalah utama
adalah penurunan perfusi (aliran darah) yang efektif dan gangguan
penyampaian oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan bahwa
mekanisme hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan menjadi
rusak karena tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism aerobic.
Jika sel melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat
yang merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko mati.
Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard
sehingga menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi
gagal fungsi ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat
seiring dengan jumlah organ yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple
Organ Failure). Kematian pada gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ
mencapai > 90%.
Kondisi syok dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti perubahan
dalam fungsi jantung (syok kardiogenik), penurunan volume darah (syok
hipovelemik), vasodilatasi pembuluh darah yang berlebihan dengan distribusi
aliran darah yang menurun (syok distributif), dan terdapat obstruksi aliran
darah yang melalui sistem sirkulasi (syok obstruktif) (Poth dan Matfin, 2009).
Syok terbagi menjadi beberapa klasifikasi, berikut klasifikasi syok :

2.1.1 Jenis - Jenis Syok


Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain:
syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
A. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi
kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ
failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling
sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
1. Penyebab
a. Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang
sering/frekuensi, peritonitis)
b. Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
c. Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma
(perdarahan post partum / HPP massif, KET-kehamilan ekstra-
uterina terganggu)).
2. Diagnosa
a. Perubahan perfusi perifer: Ekstremitas: dingin, basah dan
pucat, Capillary refill time memanjang > 2 detik
b. Tachikardia
c. Pada keadaan lanjut: Takipneu, Penurunan tekanan darah,
Penurunan produksi urine dan Tampak pucat, lemah, apatis,
kesadaran menurun
3. Tindakan
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan berikan infus
cairan kristaloid, pada perdarahan diberikan sejumlah kristaloid
melebihi yang hilang.
Syok Hipovolemik (Dehidrasi, Muntah, Diare, Peritonitis)

Klasifikasi Klinis Pengelolaan


Dehidrasi ingan - Nadi normal atau Penggantian volume cairan
meningkat yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan - Selaput lendir kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 5 % kering Ringer Laktat atau Ringer
BB Asetat

Dehidrasi sedang - Nadi cepat Penggantian volume cairan


- Tekanan darah  yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan - Selaput kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 8 % lendirkering Ringer Laktat atau Ringer
BB - Oliguria Asetat
- Status mental
tampak lesu dan
lemas

Dehidrasi berat - Nadi sangat Penggantian volume cairan


cepat, kecil, sulit yang hilang dengan cairan
Kehilangan cairan diraba kristaloid (NaCL 0,9% atau
tubuh sekitar 10 - -Tekanan darah Ringer Laktat atau Ringer
% BB turun Asetat
- Anuria
- Selaput lendir
pecah-pecah
- Kesadaran
menurun

Tabel 2.1 Syok Hipovolemik

B. Syok Hemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang
beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh
seseorang. Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang
terjadi, maka makin besar risiko untuk meninggal. Perdarahan yang
banyak mengakibatkan syok. Makin berat syok yang terjadi dan makin
lama syok berlangsung, makin besar risiko mati. Satu jam pertama
masa syok sering disebut “The Golden Hour”. Dalam periode ini time
Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat diberikan, yakni
menghentikan sumber perdarahan dan mengganti kehilangan voleume
darah. Hipoksia sampai dengan anoksia di jaringan akibat syok
menyebabkan kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah
kritis (Critical Mass Of Cell), maka akan terjadi gagal organ dan
kematian.
1. Perdarahan Menyebabkan :
a. Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi
darah dan jumlah oksigen jaringan menurun
b. Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas
transport oksigen per unit volume darah menurun Tubuh
memiliki Estimated Blood Volume (jumlah darah yang
beredar) 65-75 ml/kg, untuk mempermudah dibuat rata-rata
EBV ; 70 ml/kg. jika kehilangan darah 15 ml/kg (20% EBV),
terjadilah perubahan hemodinamik :
1) Nadi meningkat
2) Kekuatan kontraksi miokard meningkat
3) Vasokontriksi didaerah arterial dan vena
4) Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan
nadi turun
2. Prinsip Penanganan:
Pergatian volume yang hilang untuk mempertahankan kecukupan
oksigenasi jaringan, akibat cukup volume maka hemodinamik
terjaga. Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan infus
kristaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber
perdarahan dan dapat diberikan cairan golongan plasma substitute
(cairan koloid).
3. Trauma Status (Advanced Trauma Life support)
Dipergunakan untuk memperhitungkan beberapa banyak jumlah
perdarahan (EBL) dengan melihat gejala klinis yang ada.
Klasifikasi Klinis Pengelolaan

Kelas I : - Takikardia Tidak perlu penggantian


kehilangan volume minimal, volume
darah < 15% <100 x/menit

Kelas II : - Takikardia
kehilangan volume (100-120 Penggantian volume darah
darah 15-30% x/menit) yang hilang dengan cairan
- Penurunan kristaloid sejumlah 2-4
pulse pressure kali volume darah yang
- Penurunan hilang.
produksi urine
(20-30 cc/jam)

Kelas III : - Tachypnea Penggantian volume darah


kehilangan volume (30-40 yang hilang dengan cairan
x/menit) kristaloid dan darah.
darah 30-40%
- Penurunan
produksi urine
(5-15 cc/jam)

Kelas IV : - Tachypnea Penggantian volume darah


(>35 x/menit) yang hilang dengan cairan
Kehilangan volume - Takikardia kristaloid dan darah.
darah (>140x/menit)
>40% - Perfusi pucat,
dingin, basah
- Perubahan
mental

Tabel 2.2 Syok Hemoragik

C. Syok Anafilaktik
1. Definisi
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang
disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi
Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa
melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala
dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis
2. Penyebab
Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti
gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik
3. Diagnosa
Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan
tekanan darah yang tiba - tiba) dengan riwayat adanya alergi
(makanan atau hal – hal lain) atau riwayat setelah pemberian obat-
obatan.
4. Tindakan
a. C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus
kristaloid (RL). Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan
atau intra muscular dengan dosis sesuai dengan gejala klinis
yang tampak (0.25 mg, 0.5 mg atau 1 mg = 1 ampul bila
ternyata jantung tidak berdenyut).
b. Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
c. Breathing. Beri oksigen bila ada, kalau perlu nafas dibantu.

D. Syok Septik
1. Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan
disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik
dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi,
melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka
ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan
peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.
2. Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif.
Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan
menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan
aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek
yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, pada
perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek
tersebut.
3. Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat
bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan
penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40%
pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan
60% disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang
dewasa infeksi saluran kencing merupakan sumber utama
terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi
adalah luka dan kateter atau kateter intravena. Organisme yang
paling sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus
dan pseudomonas. Pasien dengan sepsis dan shock sepsis
merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat
diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum
adalah:
a. Demam
b. Berkeringat
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
4. Diagnosis
a. Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi.
b. Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.
5. Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial
Pressure 60 mmHg)
a. Tindakan awal
Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang
sumber infeksi (pembedahan)
b. Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan
vasopressor (Dopamine atau dikomnbinasi dengan
Noradrenaline).

E. Syock Kardiogenik
1. Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa
jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau
berhenti sama sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi jantung
yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi
mekanik jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi,
kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
(Kamus Kedokteran Dorland, 2010)
2. Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan –
keadaan antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan
Tension pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis syok, ada
yang membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan
yang disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard.
Missal : decomp cordis, trauma langsung pada jantung,
kontusio jantung. Tamponad jantung dan tension
pneumothoraks dikelompokkan dalam syok obstructive
(syok karena obstruksi mekanik)
3. Diagnose
a. Hipotensi disertai gangguan irama jantung.
b. Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP).
c. Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade
jantung (bunyi jantung menjauh atau redup), pada tension
pneumothoraks (hipersonor dan pergeseran letak trakea).
4. Tindakan
a. Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
b. Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat inotropic.
c. Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan
monitoring EKG.
d. Pemasangan jarum torakostomi pada Tension
Pneumothoraks di ICS II- mid clavicular line untuk
mengurangi udara dalam rongga pleura (dekompresi).

2.2 ETIOLOGI
Syok dapat disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa darah
(serangan jantung ataugagal jantung), pelebaran pembuluh darah yang
abnormal (reaksi alergi, infeksi), dan kehilangan volume darah dalam jumlah
besar (perdarahan hebat).Syok bisa disebabkan oleh :
a. Perdarahan (syok hipovolemik)
b. Dehidrasi (syok hipovolemik)
c. Serangan jantung (syok kardiogenik)
d. Gagal jantung (syok kardiogenik)
e. Trauma atau cedera berat
f. Infeksi (syok septik)
g. Reaksi alergi (syok anafilaktik)
h. Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
i. Sindroma syok toksik

2.3 MANIFESTASI KLINIS


a. Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik
<100mmHg atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah
diketahui.
b. Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis.
c. Status mental terganggu; kebingungan, agitasi, koma.
d. Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam.
e. Asidosis metabolik.
f. Pemantauan hemodinamik :
1) Tekanan darah arteri
2) Tekanan vena sentral
3) Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk
pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP).
4) Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu
kulit. (Mansjoer, 2000)

2.4 PATOFISIOLOGI
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik,
2000):
a. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa
sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk
menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan
melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan
otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor
humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan
volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase
kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung
untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun,
tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah
menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
b. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi
kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah
jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh
tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun,
hipoksia jaringan, metabolisme terganggu, produk metabolisme
menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah
melemah dan tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena,
vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti
dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung.
Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat
terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular
Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan
pusat vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia
jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan
lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek
syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia
usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin
dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi
detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas
sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak.
Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik
menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi
peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di
jaringan.
c. Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas
syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa
darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya
respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
2.5 PENATALAKSANAAN
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan
untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan
mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab
syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan
kausal.
a. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :

1) Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas


2) Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
3) Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
4) Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan
nafas (Gudel/oropharingeal airway).
5) Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
b. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian Cairan :
1) Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
mual-mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan
mendapat trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya
terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
2) Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan
pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk
mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra
sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
3) Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus
seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah
pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus
diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan
elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
4) Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah
pemberian cairan yang berlebihan.
5) Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian
cairan berlebihan yang akan membebani jantung.
6) Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat,
mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ
majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan
alat canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz" kateter, dan
pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan inetropik untuk
mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa
menambah konsumsi oksigen miocard.
 Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
 Epinoprin meningkat tekanan perfusi myocard.
 Novepheriphin mengkatkan tekanan perfusi miocard.
 Dobtanine meningkatkan cardiak output.
 Amiodarone meningkatkan kontraklitas miocard, luas
jantung, menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.
c. Letakkan pasien dalan “posisi syok” yaitu mengangkat kedua tungkai
lebih tinggi dari jantung
d. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber
perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas
sumber perdarahan (Mansjoer, 2000)

2.5.1 PENATALAKSANAAN PRE HOSPITAL


Menurut Hardisman (2014) penatalaksanaan awal syok dengan etiologi
yang belum jelas sebagai berikut:
Prosedur dasar :
1. Kontrol/hentikan perdarahan (penekanan langsung, penekanan
proksimal, dan lain-lain).
2. Posisikan pasien dalam posisi terlentang dengan kaki dielevasikan,
kecuali korban dengan gangguan pernapasan yang membahayakan.
3. Lakukan Advance Life Support (ALS) bila diperlukan dan peralatan
tersedia.
4. Transfortasikan pasien secepat mungkin dengan atau tanpa ALS
5. Hubungi Rumah Sakit penerima.

2.5.2 PENATALAKSANAAN IN HOSPITAL


Prosedur lanjutan :
1. Lakukan manajemen airway bila terindikasi.
2. Administrasi Normal Salin Intra Vena selama perjalanan ke Rumah
Sakit.
3. Bila tekanan darah turun sampai di bawah 100 mmHg, administrasikan
250 mL normal salin intra vena.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SYOK

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Pengkjian Primer
a. Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama,
untuk mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen
diberikan bila perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100
mmHg.
b. Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan
paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan
seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena
yang cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka
eksternal biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan
pada daerah luka, seperti di kepala, leher dan ekstremitas.
Perdarahan internal dalam rongga toraks dan abdomen pada fase
pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan. PSAG
(gurita) dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas
inferior, tetapi alat ini tidak boleh mengganggu pemasangan
infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat membantu mengurangi
perdarahan pada tulang panjang.
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah
menentukan tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi
pupil, fungsi motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk
menilai perfusi otak

3.1.2 Pengkajian Sekunder


a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara
sehingga riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga,
atau orang yang mengetahui kejadiannya
b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah
dan mual, kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat trauma (banyak perdarahan)
2) Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
3) Riwayat infeksi (suhu tinggi)
4) Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah
memakan obat)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama
seperti klien sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya
bersifat sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi
hipovolemia), Warna pucat (kemerahan pada syok septik,
sianosis pada syok kardiogenik dan syok hemoragi
terminal)dan Basah pada fase lanjut syok (sering kering
pada syok septik).
2) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80
mmHg (lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya
mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal
syok septik)
3) Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
4) Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada
fase kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok
septik, respirasi meningkat jika kondisi menjelek)

5) Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak


ketakutan. Kesadaran dan orientasi menurun, sopor
sampai koma.
6) Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam,
kritis)
7) Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat
di jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis
metabolik, kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi
akibat takipnea
8) Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok
hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik
9) Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan
pCO2 menurun (penurunan pCO2 karena takipnea,
penurunan pO2 karena adanya aliran pintas di paru)
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar
elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah.
2) Analisa gas darah
3) EKG

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain (Santosa,
2005):
a. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre
load dan afterload, kontraktilitas jantung.
b. Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2,
gangguan aliran arteri dan vena
c. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume cairan
secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.

3.3 INTERVENSI
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/Masalah
Tujuan dan Kriteria intervensi
Kolaborasi
Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d gangguan
- Cardiac Pump - Evaluasi adanya nyeri
irama jantung, stroke effectiveness dada
volume, pre load - Circulation - Catat adanya disritmia
Status jantung
dan afterload, - Vital Sign - Catat adanya tanda dan
kontraktilitas jantung. Status gejala penurunan
- Tissue cardiac putput
perfusion: - Monitor status
DO/DS: perifer pernafasan
- Monitor balance cairan
- Aritmia, - Monitor respon pasien
takikardia, Setelah dilakukan terhadap efek
bradikardia asuhan pengobatan
- Palpitasi, Selama......penurunan antiaritmia
oedem kardiak - Atur periode latihan
- Kelelahan dan istirahat untuk
- Peningkatan/pen output klien teratasi menghindari
urunan JVP dengan kriteria hasil: Kelelahan
- Distensi vena - Monitor adanya
jugularis - Tanda Vital dyspneu, fatigue,
- Kulit dingin dan dalam rentang tekipneu dan ortopneu
lembab normal - Monitor TD, nadi,
- Penurunan (Tekanan darah, suhu, dan RR
denyut nadi Nadi,respirasi) - Monitor VS saat
perifer - Dapat pasien berbaring,
- Oliguria, kaplari mentoleransi duduk, atau berdiri
refill lambat aktivitas, tidak - Monitor TD, nadi, RR,
- Nafas pendek/ ada kelelahan sebelum, selama, dan
sesak nafas - Tidak ada setelah aktivitas
- Perubahan edema paru, - Monitor jumlah, bunyi
warna kulit perifer, dan dan irama jantung
- Batuk, bunyi tidak ada asites - Monitor frekuensi dan
jantung S3/S4 - Tidak ada irama pernapasan
- Kecemasan penurunan - Monitor suhu, warna,
kesadaran dan kelembaban kulit
- AGD dalam - Monitor sianosis
batas normal - Monitor adanya
- Tidak ada tekanan nadi yang
distensi vena melebar, bradikardi,
leher peningkatan sistolik
- Warna kulit
normal

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah
Hasil
Kolaborasi
Perfusi jaringan NOC : NIC :
tidak - Cardiac pump - Monitor nyeri dada
efektif b/d gangguan Effectiveness (durasi, intensitas dan
afinitas Hb oksigen, Circulation status faktor-faktor
- Tissue Prefusion : presipitasi)
penurunan cardiac, - Observasi perubahan
konsentrasi Hb, periferal ECG
Hipervolemia, - Vital Sign Statusl - Auskultasi suara
Hipoventilasi, jantung dan paru
Setelah dilakukan asuhan - Monitor irama dan
gangguan transport
selama…ketidakefektifan jumlah denyut jantung
O2,
perfusijaringan - Monitor angka PT, PTT
gangguan aliran kardiopulmonal teratasi dan AT
arteri dan vena dengan kriteria hasil: - Monitor elektrolit
(potassium dan
DS: magnesium)
- Tekanan systole
- Monitor status cairan
- Nyeri dada dan diastole
- Evaluasi oedem perifer
- Sesak nafas dalam rentang
dan denyut nadi
DO yang diharapkan - Monitor peningkatan
- CVP dalam batas kelelahan dan
- AGD
normal kecemasan
abnormal
- Nadi perifer kuat - Jelaskan pembatasan
- Aritmia
dan simetris intake kafein, sodium,
- Bronko
- Tidak ada oedem kolesterol
spasme
perifer dan dan lemak
- Kapilare
asites - Kelola pemberian obat-
refill > 3 dtk
- Denyut jantung, obat: analgesik, anti
- Retraksi dada
AGD, ejeksi koagulan,
- - Penggunaan
- fraksi dalam batas nitrogliserin,
otot-otot normal vasodilator dan
- Bunyi jantung
tambahan diuretik.
abnormal tidak
- Tingkatkan istirahat
ada
(batasi pengunjung)
- Nyeri dada tidak
ada
- Kelelahan yang
ekstrim tidak
ada

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan - Pertahankan
- Fluid balance catatan intake
dengan:Kehilangan
volume cairan secara - Hydration dan output yang
aktif, Kegagalan - Nutritional Status : akurat
mekanisme pengaturan Food and Fluid - Monitor status
Intake hidrasi
- nadi adekuat,
DS : tekanan darah
Setelah dilakukan tindakan ortostatik ), jika
- Haus
keperawatan selama…. diperlukan
defisit volume Monitor hasil
DO:
lab yang sesuai
- Penurunan turgor cairan teratasi dengan dengan retensi
kulit/lidah
kriteria hasil: cairan
- Membran
mukosa/kulit - (BUN , Hmt ,
kering osmolalitas
- Peningkatan - Mempertahankan urin, albumin,
denyut nadi, urine output total protein )
penurunan sesuai dengan usia - Monitor vital
tekanan darah, dan BB, BJ sign setiap
penurunan urine normal, 15menit – 1 jam
- Tekanan darah, nadi, - Kolaborasi
- volume/tekanan
suhu tubuh pemberian
nadi
dalam batas normal cairan IV
- Pengisian vena
- Tidak ada tanda - Monitor status
menurun
tanda dehidrasi, nutrisi
- Perubahan status
- Elastisitas turgor - Berikan cairan
mental
kulit baik, oral
- Konsentrasi urine
- membran mukosa - Berikan
meningkat
lembab, tidak penggantian
- Temperatur tubuh
- ada rasa haus yang nasogatrik
meningkat
berlebihan sesuai output
- Kehilangan berat
- Orientasi terhadap (50 –
badan secara
waktu dan 100cc/jam)
tibatiba
- Penurunan urine tempat baik - Persiapan untuk
output - Jumlah dan irama tranfusi
- HMT meningkat pernapasan - Pasang kateter
- Kelemahan dalam batas normal jika perlu
- Elektrolit, Hb, Hmt - Monitor intake
dalam batas dan urin output
normal setiap 8 jam
- pH urin dalam batas
normal
- Intake oral dan
intravena adekuat

3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan
sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini
diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan,
tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan keperawatan yang diberikan
mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga dapat menjadi
mandiri.

3.5 EVALUASI
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi
b. Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal
c. Tercapainya volume cairan secara adequat

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kesimpulan Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari


kemampuan mengenal gejala-gejala syok mengetahui, dan mengantisipasi
penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada menit-menit
pertama pasien mengalami syok. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat
ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis,
pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan
pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2
detik).

Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen


ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan
tahanan vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik,
penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et
al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014).
Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan
nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga
menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan
akhirnya kematian penderita.
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat
sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan
alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini
diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi
kematian atau cacat organ tubuh menetap.

4.2 SARAN

Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan menjadi


seorang perawat mampu mengenali tanda dan gejala syok ketika menemukan
klien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera. Dan
mahasiswa mampu mengaplikasikan terio kegawatdaruratan syok sehingga
mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan keperawatan pada klien dengan
masalah syok.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media
hardy.

Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Zmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C. 1997. Diagnosis and


Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support.
Society of Critical

https://www.academia.edu/9746397/Syok.syifana.aqullia.2010.laporanpendahulu
an syok.

http://www.riyawan.com/p/bab-ii-tinjauan-teori syok-a.html

Anda mungkin juga menyukai