Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT TRAUMA


ABDOMEN

Ns. Tri Wijayanto, M.Kep. Sp. Kep.MB


TRAUMA ABDOMEN
A. PENDAHULUAN
• Trauma abdomen akan ditemukan pada 25% penderita multi-
trauma.
• Diagnostik akan adanya cedera intraabdomen terlambat karena
gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat.
Adanya penurunan kesadaran karena ada cedera kepala yang
bersamaan, shg gejala nyeri abdomen tidak ada. Adanya cedera
spinal shg tidak ada rasa nyeri. Pemakaian obat-obatan atau
minuman keras.
• Pada fase pra RS keterlambatan diagnostik cedera abdomen tidak
terlalu penting, namun selalu harus diwaspadai adanya syok karena
perdarahan yang menyertai cedera abdomen.
Penyebab :
1. Trauma tajam ; luka tikam, luka bacok atau luka tembak
2. Trauma tumpul abdomen  diperkirakan 6% memerlukan
tindakan laparatomi, terutama perdarahan organ padat akibat KLL
dan sepeda motor.
• Trauma tajam menerangkan bahwa adanya cedera yang timbul
oleh karena transfer energi dari benda tajam ke jaringan tubuh
pada saat benda tersebut menembus dan melalui jaringan tubuh.
• Trauma tajam lebih sering bisa dideteksi daripada trauma tumpul.
• Organ-organ yang sering mengalami trauma tajam dan tumpul
adalah : usus, hati, dan pembuluh darah
TANDA DAN GEJALA TRAUMA ABDOMEN
• Lokasi luka yang ada pada dinding abdomen dapat mendeteksi cedera
yang potensial pada organ-organ intraabdomen.
• Untuk luka tembak harus ditentukan atau dicari luka masuk dan luka
keluar.
• Pemeriksaan sekunder kita harus periksa secara teliti kemungkinan
adanya luka-luka yang lain.
• Bila ditemukan tanda-tanda iritasi peritoneal biasanya menunjukkan
adanya cedera pada organ intra peritoneal.
• Pemeriksaan colok dubur sangat penting pada trauma tajam
abdomen, dan bila ditemukan darah pada sarung tangan berarti ada
cedera pada usus. Dan bila pada pemeriksaan tidak ditemukan gejala
klinis yang positif kita harus hati-hati dan tetap waspada, atau Tim
harus melakukan resusitasi dan stabilitas secepat mungkin.
Ada beberapa indikasi kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan secara
teliti adanya trauma tumpul abdomen :
• Perdarahan yang tidak diketahui, riwayat syok, adanya trauma dada
mayor, adanya fraktur pelvis, penderita tidak sadar, hematuria, ada
jejas di abdomen (luka lecet, kontusio, dan perut distensi),
mekanisme trauma yang besar.
Pemeriksaan abdomen dilakukan secara teliti dan sistematis :
1. Inspeksi  Semua pakaian harus dilepas. Abdomen bagian depan
dan belakang diteliti apakah ada luka lecet, atau memar, laserasi,
tusukan, dsb  dilakukan dengan cara log roll.
2. Auskultasi  Lakukan auskultasi untuk mendengarkan bising usus
(terdengar atau tidak)
3. Perkusi  Nada timpani karena dilatasi lambung akut dikuadran kiri
atas, nada redup bila ada hemoperitoneal. Shifting dullness
(adanya darah dalam abdomen) terjadi kalau pasien dimiringkan.
4. Palpasi  Mendapatkan adanya nyeri tekan dan nyeri
lepas, menentukan besarnya uterus dan usia
kehamilan.
Pada hakekatnya tanda dan gejala yang timbul dapat
karena 2 hal :
a. Pecahnya organ solid (padat) ; hati dan limpa yang
pecah akan menyebabkan perdarahan yang dapat
bervariasi dari ringan sampai sangat berat,bahkan
kematian.
Tanda dan gejala :
• Gejala perdarahan secara umum; anemis (pucat).
Bila perdarahan berat akan timbul tanda dan gejala
syok hemoragia.
• Gejala adanya darah intra-peritoneal ; Nyeri abdomen bervariasi dari
ringan sampai hebat. Bising usus biasanya menurun (bukan
merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena bising usus akan
menurun pada banyak keadaan lain).
• Pada palpasi abdomen teraba nyeri tekan, dan kadang-kadang ada
nyeri lepas dan defans muskular (kekakuan otot) spt pada peritonitis.
• Perut yang semakin membuncit hanya akan ditemukan apabila
perdarahan hebat dan penderita tidak gemuk.
• Pada perkusi abdomen akan dapat ditemukan nada pekak sisi yang
meninggi.

b. Pecahnya organ berlumen ; pecahnya gaster, usus halus, atau kolon


akan menimbulkan peritonitis yang dapat timbul cepat sekali atau
lebih lambat.
• Pada pemeriksaan penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen.
• Pada auskultasi bising usus akan menurun.
• Pada palpasi akan ditemukan defans muskular, nyeri tekan, dan nyeri
lepas.
• Pada perkusi timbul nyeri ketuk.
• Biasanya peritonitis bukan merupakan keadaan yang memerlukan
penanganan sangat segera (berbeda dengan perdarahan
intraabdomen) shg jarang menjadi masalah pada fase pra-RS.
• Apabila trauma tajam kadang-kadang akan ditemukan bahwa ada
organ intraabdomen yang menonjol keluar (paling sering omentum,
bida juga usus halus atau kolon). Keadaan ini dikenal sbg eviserasi.
• Trauma ginjal akan menyebabkan perdarahan yang tidak masuk
rongga peritoneum (organ retroperitoneal). Perdarahan dari ginjal
dapat menyebabkan syok hemoragia, urine berwarna kemerahan, dan
hematuria,
PENANGANAN TRAUMA ABDOMEN
Pada dasarnya semua trauma abdomen tumpul dan tajam, penanganan
awal tindakan penyelamatan selalu didahulukan dan mengacu
prosedur ABCDE. Di sini penolong atau tim harus melakukan
resusitasi dan stabilisasi secepat mungkin.
a. Airway dan breathing  ini diatasi terlebih dahulu. Selalu ingat
bahwa cedera bisa lebih dari satu area tubuh, dan apapun yang
ditemukan, ingat untuk memprioritaskan airway dan breathing
terlebih dahulu.
b. Circulation
• Kebanyakan trauma abdomen tidak dapat dilakukan tindakan apa-apa
pada fase pra RS, namun terhadap syok yang menyertainya perlu
penanganan yang agresif.
• Selalu monitor output urine dengan pemasangan dower kateter,
namun umumnya tidak diperlukan pada fase pra RS karena masa
transportasi yang pendek.
c. Disability
• Tidak jarang trauma abdomen disertai dengan cedera kepala. Selalu
periksa tingkat kesadaran dengan GCS dan adanya lateralisasi (pupil
anisokor dan motorik yang lebih lemah satu sisi).
d. Exposure
Apabila ditemukan usus yang menonjol keluar (eviserasi), cukup
ditutup dengan kasa steril yang lembab supaya usus tidak kering. Dan
apabila ada benda menancap, jangan dicabut, tetapi dilakukan fiksasi
benda tersebut terhadap dinding perut.

Anda mungkin juga menyukai