Dibuat oleh: Faerus Soraya,Modifikasi terakhir pada Wed 06 of Oct, 2010 [01:47
UTC]ABSTRAK :
Trauma abdomen dapat dibagi menjadi trauma tembus dan trauma tumpul. Pada
umumnyatrauma abdomen disebabkan oleh trauma tumpul. Terkadang gaya yang dianggap
ringan akanmenyebabkan kerusakan organ visera yang berat dan bahkan untuk mendiagnosis
ataumenyingkirkan trauma intra abdomen menjadi sangat sulit dilakukan. Akibat dari
traumatumpul dapat berupa perforasi atau perdarahan. Kematian karena trauma abdomen
biasanyaterjadi akibat sepsis atau perdarahan. Sebagian dapat dicegah, pasien dengan resiko
cideraabdomen harus menjalani pemeriksaan lengkap, cepat dan tepat. Perdarahan merupakan
cirriutama dan jika parah dapat terjadi syok. pada pasien ini seorang laki-laki datang
dengankeluhan nyeri pada seluruh lapang perut, pasien post jatuh dari pohon kelapa. terjadi
benturankeras pada bagian kanan atas. pada pasien ini dilakukan observasi tanda-tanda syok,
dan pemasangan NGT, selain itu juga direncanakan untuk dilakukan operasi apabila
terlihattanda-tanda syok.kata kunci : Trauma Tumpul Abdomen
KASUS : Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang dengan keluhan nyeri pada seluruh
lapang perut sejak 7 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Tujuh jam sebelum masuk rumah
sakitdidapatkan informasi pasien baru saja jatuh dari pohon kelapa. Pada saat jatuh
terjadi benturan keras pada perut bagian kanan atas. Nyeri dirasakan terus menerus. Nyeri
perut bersifat tajam dan terasa seperti tertekan. Nyeri dirasakan bertambah apabila pasien
bergerak dan lebih nyaman dengan posisi berbaring. Pasien mengeluh mual. Pasien dirawat di
RSUDsudah 3 hari sebelum tindakan operasi dilakukan, namun kondisi pasien tidak
membaik malah semakin memburuk. Dari awal pihak Rumah sakit sudah menyarankan rujuk
namun pihak keluarga menolaknya. Selama dirawat di lakukan pemasangan NGT dan DC.
TerlihatProduksi NGT yang sangan masiv pada saat sebelum operasi. Vital Sign: Tekanan darah :
111/69 mmHg, Suhu : 38.1 C, Nadi : 91 x/menit, teratur, kuat angkat, isi cukup,Pernafasan : 44
x/menit.Diagnosis :Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pada pasien ini
adalah
internalbleeding
post trauma tumpul abdomen.Terapi :
Infuse RL 20 tpm, Bed rest total, Puasa, Injeksi Ranitidin 2x1 ampul, Injeksi ketorolac1x1
ampul. Lab : Hb, CT, BT, ureum, creatinin, SGOT dan SGPT (CITO). Awasi vital signdan tanda-
tanda syok.DISKUSI :Pada pasien ini dicurigai terjadi ruptur atau
internal
bleeding
post trauma tumpul abdomen.adanya
internal
bleeding
bisa kita ketahui dengan dilakukannya pemeriksaan HB serial, biladi dapatkan penurunan HB
secara bertahap harus segera diwaspadai.
dari kasus ini dilakukankembali pengkajian secara head to toe, dan observasi hemodinamik
pasien setiap 15 30menit bila stabil dan membaik bisa dilanjutkan dengan observasi setiap 1
jam sekali.Pemasangan cateter pada pasien ini untuk menilai output cairan, terapi cairan yang
diberikandan tentu saja hal penting lainnya adalah untuk melihat adanya perdarahan pada urine.
Pasiendipuasakan dan dipasang NGT (Nasogastrik tube) utnuk membersihkan
perdarahan salurancerna, meminimalkan resiko mual dan aspirasi, serta bila tidak ada kontra
indikasi dapatdilakukan lavage. Monitoring status mental pasien perlu dilakukan untuk menilai
efektifitasterapi dan tindakan yang dilakukan, bila tindakan yang dilakukan sudah cepat, tepat
dancermat maka ancaman kematian dan kecacatan pada pasien dengan trauma abdomen
dapatdihindari. Ketika terjadi perdarahan dari organ padat atau pembuluh darah besar atau
terjadi peritonitis akibat organ berongga maka cirri klinis yang penting adalah : Nyeri abdomen
akutdan persistan, Nyeri tekan abdomen yang jelas, nyeri tekan lepas, dan defans
muskuler menunjukan adanya peritonitis, Perdarahan intraabdominal (
internal
bleeding
) terusmenerus meskipun sudah dilakukan resusitasi, Nyeri bahu akibat iritasi diafragma
akibatterkena darah ataupun isi usus. Factor predisposisi adhesi dan dinding abdomen yang
tidak kaku dapat meningkatkan resiko terjadinya trauma intra abdomen. Anamnesis riwayat
traumasangat penting untuk menilai cedera yang terjadi. Terutama mekanisme trauma dan
waktukejadian traumanya karena ini sangat mempengaruhi prognosis. Pasien dengan
penurunankesadaran dapat dilakukan aloanamnesa terhadap pengantar yang mengetahui
kejadian.Disamping itu hal yang penting adalah keterangan mengenai tanda vital, cidera yang
terlihat,dan respon terhadap perawatan pra masuk rumah sakit apabila pasien
mendapatkan perawatan lain setelah kejadian trauma. Pemeriksaan harus cepat tetapi seksama,
dan harussesuai aturan dasar dalam diagnose pasien. Penilaian terhadap system kardiiovaskuler,
systemsyaraf pusat, abdomen dan ekstrimitas dilakukan secara berurutan.
Penatalaksanaan internal bleeding karena trauma tumpul : Penilaian Primarysurvey
Airway, Breathing, Circulation, pemasangan pipa lambung (Tujuanpemasangan pipa
lambung adalah untuk mengurangi dilatasi gaster yang akut,dekompresi abdomen
sebelum melakukan DPL dan mengeluarkan isi abdomensehingga mengurangi resiko
aspirasi.
KESIMPULAN : Trauma abdomen merupakan kasus gawat darurat yang perlu
penanganan
segeradikarenakan adanya ancaman kematian.
Penanganan
dari keadaan pasien dengan traumaabdomen sebenarnya sama dengan prinsip
penanganan
kegawatdaruratan, dimana yang pertama perlu dilakukan primary survey. Penilaian keadaan
penderita dan prioritas terapidilakukan berdasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda vital dan
mekanisme trauma pada
penderita yang terluka parah terapi diberikan berdasarkan prioritas. Pengelolaan primarysurvery
yang cepat dan kemudian resusitasi, secondary survey dan akhirnya terapi definitif.
Internal Bleeding post Trauma Tumpul Abdomen
Pendahuluan
Trauma abdomen dapat dibagi menjadi trauma tembus dan trauma tumpul.
Pada Umumnya trauma abdomen disebabkan oleh trauma tumpul. Terkadang gaya
yang dianggap ringan akan menyebabkan kerusakan organ visera yang berat dan
bahkan untuk mendiagnosis atau menyingkirkan trauma intra abdomen menjadi
sangat sulit dilakukan. Akibat dari trauma tumpul dapat berupa perforasi atau
perdarahan. Kematian karena trauma abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau
perdarahan. Sebagian dapat dicegah. Pasien dengan resiko cidera abdomen harus
menjalani pemeriksaan lengkap, cepat dan tepat.
Anatomi Abdomen
1. Abdomen depan
Abdomen sebagian berhubungan dengan thorax bagian bawah, maka batas
abdomen ialah pada bagian superior oleh garis antar papilla mammae, inferior oleh
ligamentum inguinalis dan simfisis pubis dan lateral oleh garis aksilla anterior
2. Pinggang
Daerah ini berada antara garis aksillaris anterior dan garis aksillaris posterior, dari
ruang interkostal ke-6 di superior sampai Krista illiaka di inferior. Berbeda dengan
dinding abdomen depan yang tipis, otot-otot dinding abdomen di daerah pinggang
tebal dan dapat merupakan perintang terhadap luka tembus khususnya luka tusuk
3. Punggung
Daerah ini bertempat di belakang garis aksillaris posterior dari ujung scapula
sampai crista illiaka inferior. Sama dengan otot-otot dinding abdomen disamping,
otot-otot punggung dan paraspinal bertindak sebagian sebagai perintang luka
tembus
1. Rongga Peritoneum
Rongga peritoneum dapat dibagi dalam bagian atas dan bagian bawah. Abdomen
atas atau daerah torakoabdominal yang ditutup oleh bagian bawah dari bagian
toraks yang bertulang, meliputi diafragma, hati, limpa, lambung dan kolon
transversum. Karena diafragma naik ke ruang interkostal ke-4 saat ekspirasi penuh,
patahan iga bawah atau luka tembus daerah itu juga dapat mencederai isi abdomen
atas berupa usus halus dan colon sigmoid.
2. Rongga Pelvis
Rongga pelvis dikelilingi tulang pelvis, berada di bagian bawah dari ruang
retroperitoneum dan berisikan rectum, kandung kemih, pembuluh-pembuluh illiaka,
dan genitalia interna wanita. Sama sepeti daerah torakoabdominal, pemeriksaan
untuk mengetahui cedera pada struktur pelvis dipersulit oleh tulang-tulang
diatasnya.
3. Rongga Retroperitoneum
Daerah ini meliputi aorta abdominalis, vasa cava inferior, sebagian besar dari
duodenum, pankreas, ginjal dan saluran kencing, kolon ascendens dan kolon
descenden. Cedera ini sangat sulit dikenali dengan pemeriksaan fisik maupun
pencucian (lavage) peritoneum.
Trauma tumpul
- berupa kompresi (pukulan langsung) misalnya kena pinggir bawah stir mobil
pada tabrakan motor
- cedera Crush (tekanan) pada isi abdomen. Kekuatan ini akan merusak
bentuk organ padat atau berongga dan akibatnya akan menyebabkan ruptur dari
organ tersebut.
- Berupa shearing injuries dimana keadaan ini trauma terjadi karena ada alat
penahan seperti seat bealt yang dipakai salah.
- Cedera akselerasi/ deselerasi karena gerakan yang berbeda dari bagian yang
bergerak dan yang tidak bergerak.
Etiologi
Secara umum luas kerusakan tergantung dari kecepatan, arah, dan ukuran gaya
yang mengenai. Kontusio sering terjadi. Hematom fasia otot rektus mungkin ruptur
pembuluh darah epigastrika akibat trauma kekerasan langsung atau kontraksi tiba-
tiba dari otot rectus abdominis.
Organ padat berupa hepar, lien,dan ginjal sering terkena trauma abdomen tetutup,
terfiksir, besar, dan tidak terlindungi. Perdarahan merupakan ciri utama dan jika
parah dapat terjadi syok.
Organ berongga cukup mobile dan dapat bergerak menjauh dari tempat tubrukan
dan lebih jarang rusak jika dibanding organ padat kecuali daerah yang cukup
terfiksir seperti duodenum, fleksura duodeno jejunalis, sekum, kolon asenden,
fleksura kolon.
Peritonitis adalah ciri utama dari ruptur organ berongga akibat keluar isi usus
melalui tempat robekan, luka, defek atau ledakan usus.
Gambaran Klinis
Riwayat trauma
Faktor predisposisi adhesi dan dinding abdomen yang tidak kaku dapat
meningkatkan resiko terjadinya trauma intra abdomen.
a. Diagnosis jelas
Ketika terjadi perdarahan dari organ padat atau pembuluh darah besar atau terjadi
peritonitis akibat organ berongga maka ciri klinis yang pentign adalah :
- Nyeri bahu akibat iritasi diafragma akibat terkena darah ataupun isi usus.
Gejala abdominal pada awalnya tertutupi oleh syok, cidera lain yang menyertai,
ketidaksadaran pasien atau pemberian analgesik.
1. Ruptur lien
jumlahnya mencapai 50% dari cidera organ viseral pada trauma tumpul abdomen.
Sekitar 25% pasien dengan trauma lien secara spontan membaik dan tetap sehat
untuk beberapa hari hingga beberapa minggu.
Ciri klinis
* pucat
* gelisah
* respirasi cepat
* takikardi
* hipotensi
2. Ruptur hepar
Setelah terjadi trauma tumpul, khususnya cidera pada bagian dada bawah, hepar
akan ruptur sendiri atau bersamaan dengan organ lainnya. Lobus kanan lebih sering
terkena jika dibandingkan dengan lobus kiri.
Ciri klinis :
3. Ruptur pankreas
Ruptur pankreas biasanya terjadi pada trauma tumpul, pankreas tertekan pada
kolumna vertebralis dan pada kejadian ekstrim mengakibatkan pankreas terpotong
menjadi transversal.
Gejala klinis :
- ruptur organ padat disertai syok, nyeri abdomen hebat, perdarahan internal
yang meluas menjadi peritonitis dan distensi abdomen
4. Ruptur Ginjal
Ruptur Ginjal terjadi akibat jatuh dengan keras atau lemparan atau cedera tubrukan
pada abdomen atau pinggang. Akibatnya dapat tejadi hematom, subcapsular,
kontusio parenkim, ruptur parenkim, ginal terbelah atau avulsi ginjal dari
perlekatan.
Gejala klinis :
- memar pinggang
- hematuria
- kolik ureter
Anamnesa
Anamnesis riwayat trauma sangat penting untuk menilai cedera yang terjadi.
Terutama mekanisme trauma dan waktu kejadian traumanya karena ini sangat
mempengaruhi prognosis. Pasien dengan penurunan kesaaran dapat dilakukan
aloanamnesa terhadap pengantar yang mengetahui kejadian. Disamping itu hal
yang penting adalah keterangan mengenai tanda vital, cedera yang terlihat, dan
respons terhadap perawatan pra masuk rumah sakit apabila pasien mendapatkan
perawatan lain setelah kejadian trauma.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus cepat tetapi seksama, dan harus sesuai aturan dasar dalam
diagnosa pasien. Penilaian airway pasien merupakan prioritas utama diikuti
penilaian terhadap sistem kardiovaskuler, sistem saraf pusat, abdomen dan
ekstremitas dilakukan secara berurutan. Bergantung pada keadaan klinis,
pemeriksaan awal diperlukan untuk penatalaksanaan secara bersamaan dengan
resusitasi pada pasien. Menjaga kestabilan pasien lebih diutamakan, dan agar lebih
teliti dilakukan secara head to toe.
1) Inspeksi
2) Auskultasi
Melalui auskultasi ditentukan apakah bising usus ada atau tidak. Darah
intraperitoneum yang bebas atau kebocoran (ekstravasasi) abdomen dapat
memberikan ileus, mengakibatkan hilangnya bunyi usus. Cedera pada struktur
berdekatan tulang iga, tulang belakang atau panggul dapat juga mengakibatkan
ileus meskipun tidak ada cedera di abdomen dalam, sehingga tidak adanya bunyi
usus bukan berarti pasti tidak ada cedera intra-abdominal .
3) Perkusi
4) Palpasi
Terabanya masa pada abdomen dapat diasumsikan adanya kandungan darah atau
sedikit campuran darah yang terjadi karena hematom subkapsuler dari lien.
Subcutaneus emfisema pada dinding abdomen menyerupai trauma intrathoracal,
meskipun ruptur sangat kecil pada viscus abdominal.
Pelvis diperiksa dengan cara menekan os pubis kebelakang dan menekan kedua sisi
panggul pada krista pelvis dengan kedua tangan. Bila ada fraktur akan terasa nyeri.
Tungkai atas dan bawah diperiksa. Adanya luka, kelainan bentuk atau rasa nyeri
pada gerakan aktif maupun pasif merupakan indikasi untuk melakukan pemeriksaan
lanjut yang ditujukan kepada kemungkinan patch tulang dan cedera sendi. Tulang
belakang diperiksa dengan membalikkan penderita kesisinya dan menekan celah
interspinosus dan processes spinosus.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah diambil dan dilakukan pemeriksaan untuk darah rutin (angka
leukosit, Hb, angka eritrosit, angka trombosit,dll) golongan darah, Bleeding time,
Clotting time, ureum creatinin, urin rutin, dan SGOT SGPT apabila pasien dalam
hemodinamik stabil. Pemeriksaan croosmatch perlu ditambahkan pada pasien
dengan hemodinamik tidak stabil.
Bila terjadi perdarahan akan teriadi penurunan hemoglobin dan hematokrit dan bisa
disertai leukositosis. Bila meragukan hares dilakukan pemeriksaan serial. sedangkan
adanya eritrosit di dalam urin menunjang teriadinya trauma saluran kencing. Kadar
serum amylase 100 unit dalam 100 ml cairan abdomen menunjang bahwa telah
terjadi trauma pancreas.
Pemeriksaan Radiologi
Yang biasa dilakukan adalah foto polos 3 posisi. Yang diperhatikan adalah tulang
vertebra dan pelvis, benda asing, bayangan otot psoas dan udara bebas intra atau
retoperitoneal. Pada penderita yang hemodinamik normal maka pemeriksaan
rontgen abdomen dalam keadaan terlentang dan berdiri (sambil melindungi tulang
punggung) mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di
retroperitoneum udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi segera. Hilangnya bayangan pinggang (psoas shadow) juga
menandakan adanya cedera retroperitoneum. Bila foto tegak dikontraindikasikan
karena nyeri atau patch tulang punggung, dapat digunakan foto samping sambil
tidur (left lateral decubitus) untuk mengetahui udara bebas intraperitoneal.
2. Ultrasound Diagnostik (Ultrasonografi )
4. Uretrografi
Dilakukan sebelum memasang kateter urin (indwelling) kalau diduga adanya ruptur
uretra.
Diagnostik peritoneal lavage adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan cermat
tetapi invasif, dan sangat berperan dalam menentukan pemeriksaan berikut yang
perlu dilakukan pada penderita, dan dianggap 98% sensitive untuk perdarahan
intaperitoneum. Pemeriksaan harus dilakukan oleh tim bedah yang merawat
penderita dengan hemodinamik abnormal dan menderita multi trauma, teristimewa
kalau terdapat situasi seperti berikut:
Bila ditemukan darah, isi usus, serat sayuran, atau cairan empedu (bile) melalui
kateter pencuci pada penderita yang hemodinamis abnormal, harus dilakukan
laparotomi. Kalau darah gross atau isi usus tidak tersedot, pencucian dilakukan
dengan 1000 ml larutan ringer lactate yang dipanasi. Dilakukan penekanan
abdomen dan log roll untuk meyakinkan pencampuran yang memadai dari isi
abdomen dengan cairan pencuci, setelah itu cairan yang keluar dikirim ke
laboratorium untuk analisa kuantitatif bila isi usus, serat sayuran, atau air empedu
tidak terlihat. Tes yang positif dan keperluan intervensi pembedahan dfindikasikan
dengan > 100.000 RBC/mm3, > 500 WBC/mm3, atau pewarnaan gram yang positif
karena adanya bakteri-bakteri.
Penatalaksanaan
- airway (Bila korban tidak sadar dan ada sumbatan mekanis, gunakan suction
atau pasang alat jalan nafas orofaring atau nasofaring). Bila sumbatan tetap ada
pasang intubasi trakea, dan apabila semua tindakan sudah dilakukan tetap tidak
berhasil dapat menggunakan tiroidektomi.
- Breathing ( bila tidak bernafas setelah jalan nafas bebab, lakukan ventilasi
buatan, sebaiknya dengan menggunakan oksigen konsentrasi tinggi).
Tujuan pemasangan pipa lambung adalah untuk mengurangi dilatasi gaster yang
akut, dekompresi abdomen sebelum melakukan DPL dan mengeluarkan Isi abdomen
sehingga mengurangi resiko aspirasi.
c. Pemasangan Kateter
Untuk mengosongkan kandung kemih dan Menilai produksi urin yang keluar dari
tubuh.
d. Laparotomi
- unknown bleeding
- syok
- fraktur pelvis
- Penurunan kesadaran
- Hematuria
e. Observasi
Dilakukan pada penderita yang mengalami trauma abdomen atau tanda-tanda jejas
pada dinding perut tanpa jelas adanya tanda tanda kerusakan organ intraperitonial
sebaiknya dilakukan observasi 2 X 24 jam.
- trauma hepar berupa penjahitan, debridemen dan ligasi vaskuler yang robek
- trauma kolon, prinsipnya sama seperti usus halus atau dapat lakukan exteriorasi
atau colostomi