Anda di halaman 1dari 24

Trauma Abdomen

Timmy Nangoy
Source : Advanced trauma life support. American college of
surgeons comittee on trauma. 9th ed:146-7
Anatomi abdomen
1. Daerah abdomen anterior/Thoraco-abdomen
• Daerah inferior dari garis trans-nipple anterior dan infra
scapular di posterior, dan superior dari margin costa
• Umumnya mencederai organ berongga
2. Daerah Flank
• Diantara garis aksilaris anterior dan posterior dari celah interkostar ke-enam sampai
krista iliaka
• Lokasi ini otot dinding abdomenya tebal, berfungsi sebagai barrier terhadap luka
penetrans
3. Daerah punggung
• Daerah di posterior, mulai garis aksila posterior, mulai dari ujung
scapula sampai krista iliaka
• Sama dengan tebalnya dinding abdomen, ketebalan dinding posterior berfungsi
sebagai barrier terhadap luka penetrans
• Daerah punggung dan flank berisi organ retroperitoneal: Aorta abdominalis, vena
cava inferior, hamper seluruh duodenum, pancreas, ginjal, ureter, dinding posterior
kolon ascenden dan descenden, dan rongga pelvis.
4. Rongga Pelvis
• Berisi rectum, kandung kemih, pembuluh darah iliak, organ
reproduksi interna(wanita)
• Ps dapat kehilangan banyak darah dari organ intrapelvis
ataupun tulang pelvis itu sendiri
Mekanisme Cedera
1. Trauma tumpul
• Tumbukan langsung (stang mobil, terhimpit pintu mobil saat
kecelakaan, menyebabkan kompresi dan cedera crushing pada
organ abdomen dan pelvis
• Dapat menyebabkan rupture organ solid, perdarahan sekunder,
kontaminasi isi organ, peritonitis
• Shearing injuries bentuk crushing injurie yang diebabkan oleh
sabuk pengaman yang tidak dipasang dengan benar
• Organ yang paling sering terkena : Limfa (40 – 55 %), liver (35 – 45
%), dan usus halus (5 – 10 %), selain itu dapat terjadi hematom
retroperitoneal sebanyak 15 % dari seluruh ps yg menjalani
laparatomi akibat trauma tumpul
2. Trauma Penetrans
• Luka tusuk dan tembak kecepatan rendah  kerusakan jaringan
dengan cara laserasi
• Luka tembak kecepatan tinggi menyebabkan transfer energy kinetic
lebih banyak terhadap organ abdomen  kerusakan jaringan lebih
luas ke skitar jalur tembak peluruh, paling sering mengenai usus halus
(50%), kolon (40%), liver (30%), dan struktur pemb. Darah (25%)
• Luka tusuk dapat melintang mengenai struktur abdomen, paling
sering mengenai : Liver (40%), usus halus (30%), diaphragm (20%),
dan kolon (15%)
• Bom menyebabkan cedera melalui penetrasi fragmen dan trauma
tumpul akibat pasien terlempar atau tertumbuk, kombinasi dari
trauma tumpul dan tajam harus diperhitungkan
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
• Pakaian pasien harus diuka seluruhnya agar dapat dilakukan inspeksi
menyeluruh
• Abdomen anterior-posterior, dada bagian bawahn dan perineum
harus diinspeksi  Mencari tanda-tanda abrasi, kontusio krn sabuk
pengaman, benda asing yg mengecap, eversi omentum atau usus
halus, status kehamilan
• Flank, skrotum, perianal diisnpeksi scr cepat  mmencari darah
meatus urethra, pembengkakan atau memar, laserasi perineum;
vagina; rectum; bokong yg memberi petunjuk adanya fraktur pelvis
terbuka
• Setelah PF selesai badan pasien harus ditutup dengan selimut hangan
utk mencegah hipotermi  koagulopati dan perdarahan berlanjut
2. Perkusi dan Palpasi
• Perkusi menyebabkan sedikit gerakan peritoneum dan dapat
merangsang iritasi peritoneum
• Dinding abdomen yang tegang scr involunter  petanda adanya
iritasi peritoneum
• Palpasi dpt membedakan dan memperjelas nyeri superfisial dan
nyeri dalam
• Palpasi adanya kelenjar prostat yang terletak tinggi  petanda
adanya fraktur pelvis yg cukup bermakna
Pemeriksaan Lain
1. X-ray
• X-ray thoraks AP utk menilai pasien dengan trauma tumpul
multiple
• Foto thoraks tegak  Hemodinamik normal, trauma penetrans
diatas umbilicus, curiga cedera thorakoabdominal berguna
menyingkirkan hemothoraks atau pneumothoraks
2. Focused Assessment Sonography in Trauma (FAST)
• Untuk mendeteksi perdarahan secara cepat, cairan intraabdomen
• Teknologi ultrasound digunakan untuk mendeteksi adanya
hemoperitoneum, penyebab hipotensi nonhipovolemik ( tamponade
pericardium)
• Keuntungan : cepat, noninvasive, akurat, tidak mahal, dapat dilakukan
berulang kali (setiap 30 menit)
• Indikasi pemeriksaan sama dengan DPL
• Lokasi yg diperiksa: (1) ruang pericardium, (2) fossa hepatorenal, (3) fossa
splenorenal, (4) pelivis atau cavum Douglas.
3. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
• Meskipun invasive, DPL dapat mendeteksi adanya cedera organ berongga
• Pasien dengan abnormalitas hemodinamik, trauma tumpul multiple, bila
FAST atau CT tidak tersedia
• Kontra indikasi relative : (1) adanya koagulopati, (2) riw. Operasi abdomen
sebelumnya, (3) morbid obesity
• Menggunakan teknik open atau closed (seldinger) infraumbilikal
• Pada pasien dengan fraktur pelvis  insisi supraumbilikal (menghindari alat
masuk ke hematom pelvis)
3. Computed Tomography (CT)
• Memerlukan transport pasien ke pemeriksa, pemberian zat
kontras, scanning sal. Cerna atas-bawah
• Memakan banyak waktu  Ps dgn hemodinamik normal dan
tidak ada indikasi laparatomi segera
• Memberikan informasi cedera organ spesifik (luasnya, dx
cedera retroperitoneal dan cedera pelvis
• Kontraindikasi relative : Menyebabkan keterlambatan
penangganan, ps tidka kooperativ, dan adanya alergi zat kontras
4. Pemeriksaan dengan kontras lainnya
• Urethrografi  dilakukan sebelum pemasangan kateter, bila
ada curiga cedera urethra
• Sistografi  Paling baik mendiagnosa rupture kandung kemih
• Intravenous pyelografi  Cedera saluran kandung kemih bila
tidak tersedia contrast-enchanced Ctscan
Source : Advanced trauma life support. American college of
surgeons comittee on trauma. 9th ed:146-7
Eksplorasi luka dan pemeriksaan fisik
abdomen
• Hampir 55 – 60 % luka tusuk yg menembus peritoneum anterior
mngalami hipotensi, gejala peritonitis, dan eviserasi omentum 
laparotomy emergency
• Tindakan diagnostic invasive dilakukan pd pasien relative asimtomatik
(mengeluh nyeri pd luka tusuk)  PF abdomen dlm 24jam pertama,
DPL< dan laparoskopi diagnostic
• FAST yg negative tidak menghilangkan kemungkinan cedera
intraabdominal
• DPL merupakan tindakan diagnostic pertama pada pasien
asimtomatik
• Indikasi laparotomy :
a. Trauma tumpul abdomen dgn hipotensi disertai FAST positif atau tanda klinis
perdarahan intraperitoneal
b. Trauma tumpul atau tajan dengan DPL positif
c. Hipotensi pada trauma penetran abdomen
d. Luka tembak yg menembus rongga peritoneum
e. Eviserasi
f. Perdarahn lambung, rectum, tractus genitourinarius krn trauma penetran
g. Udara bebas, udara retroperitoneal, ruptru hemidiafragma
h. Contras CT yg menunjukan rupture sal. Cerna, cedera kandung kemih intra
peritoneal, cedera ginjal, cedera organ parenkim berat akbt trauma
tumpul/tajam
Diagnosis Spesifik
• Liver, limfa, dan ginjal  organ yangsering terkena trauma tumpul
• Insidensi relative dari perforasi usus, cedera vertebra lumbal, dan
rupture uterus meningkat pada  penggunaan sabuk pengaman yang
salah
• Cedera diafragma, duodenum, pancreas, dan system genitourinarius
 sulit di diagnosis
1. Cedera Diafragma
• Robekan tumpul dapat trjdi setiap sisi diafragma
(hemidaifragma kiri lebih sering)
• Abnormalitas pd x-ray thoraks terlihat elevasi diafragma atau
“blurring” hemidiafragma, hemothoraks, ada bayangan gas
abnormal  Pada fase awal foto thoraks dapat terlihat normal
2. Cedera Duodenum
• Ditemukan pada pengendera mobil yang tidak memakai sabuk
pengaman dan mengalami tabrakan scr frontal  mengaami
tumbukan lagsung ke abdomen
• Darah pada asirat lambung, udara pada retroperitoneal (x-ray/ct
abdomen)  curiga cedera duodenum  indikasi pemeriksaan
x-ray saluran cerna atas atau CT-san double contras
3. Cedera Pankreas
• Sering trjadi pada hantaman langsung pada epigastrium yg
menkompresi organ thdp Kolomna vertebralis
• Amilase serum yg normal pada fase awal  tidak
menyingkirkan kemungkinan trauma pancreas, sebaliknya kadar
amilase yg meninggi dpt disebabkan oleh sumber nonpankreas’
• Setiap peninggian kadar amilase  dievaluasi lebih lanjut utk
kemungkinan cedera pancreas
•CT-scan double contras blm dapat mendetekasi trauma
pancreas dalam 8 jam pertama setelah trauma
4. Cedera Organ Genitourinarius
• Tumbukan langsung ke punggung atau flank  kontusio, hematoma,
ekimosis yg dpt menjadi petanda trjadinya cedera ginjal (memerlukan
evaluasi CT-scan atau IVP)
• Mengevaluasi saluran kemih antralain ada hematuria pada pasien
dengan : (1) luka penetrans abdomen, (2) terdapat episode hipotensi {
sistolik <90 mmHg} pada pasien trauma tumpul abdomen, (3) cedera
intraabdomen pd pasien dengan trauma tumpul
• Cedera tumbukan ginjal  CT-scan abdomen dengan kontras IV
• Fraktur pelvis anterior  Pasien dengan cedera urethra
5. Cedera Organ Berongga
Deserasi mendadak dengan akibat trdapatnya robekan dekat titik
fiksasi usus  Cedera tumpul trhdap usus (Biasanya pada
pengendara mobil tanpa memakai sabuk pengaman dengan baik)
6. Cedera Organ Padat
• Liver, limfa, dan ginjal yg menyebabkan shock, ketidakstabilan
hemodinamik, prdarahan terusmenerus  Indikasi Laparotomi
• Cedera organ solid dengan hemodinamik normal  kelola scra
nonoperatif
• Pasien harus dirawat di RS untuk observasi ketat.
Sumber :
• ATLS
• https://www.aium.org/resources/guidelines/fast.pdf
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2663535/
• https://radiopaedia.org/articles/focussed-assessment-with-
sonography-for-trauma-fast-scan

Anda mungkin juga menyukai