ASAM BASA
Disusun oleh:
Werry
406182088
KEPANITERAAN ANESTESI
RSUD CIBINONG
JAKARTA
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan keseimbangan asam basa dapat mempengaruhi berbagai fungsi organ vital
seperti aktivitas enzim, pembekuan darah dan aktivitas neuromuscular. Tingkat
keasaman (pH) normal adalah 7,35 – 7,45 dan tingkat keasaman yang masih
memungkinkan untuk hidup adalah berkisar antara 6,7 – 7,9.1
Keseimbangan asam basa sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia, oleh
karena itu sangat perlu untuk mengetahui fisiologi dan patofisiologi dari
keseimbangan asam basa tersebut, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat.
Sebagian besar kelainan asam basa mudah untuk dijelaskan, namun beberapa tetap
menjadi masalah. Terlebih lagi pendekatan tradisional menggunakan Handerson-
Hasselbach hanya memberikan interpretasi data dan bukan menjelaskan
patofisiologi.2,3
2
dekade. Meskipun demikian metode Henderson-Hasselbach memiliki beberapa
kelemahan, antara lain tidak dapat mendeteksi gangguan keseimbangan asam basa
terutama pada kasus dengan gangguan metabolik yang kompleks, misalnya pada
penderita hipoalbuminemia.4
Terdapat pro dan kontra dalam penggunaan pendekatan mana yang lebih ungul dalam
mendiagnosis dan menentukan terapi yang akurat dalam kelainan asam basa.
Pendekatan Stewart sendiri merupakan pendekatan baru yang menantang pendekatan
tradisional yang sudah digunakan selama puluhan tahun. Pendekatan Stewart sendiri
pun tengah dikembangkan agar nantinya dapat dipakai berguna untuk kepentingan
klinis.5
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hidrogen. Contoh dari basa
adalah ion bikarbonat (HCO3-) karena dia dapat bergabung dengan satu ion hydrogen
untuk membentuk H2CO3. Demikian juga dengan HPO4 2- adalah suatu basa karena
dapat menerima satu ion hydrogen untuk membentuk H2PO4. Protein-protein dalam
tubuh juga berfungsi sebagai basa, karena beberapa asam amino yang membangun
protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hydrogen. Protein
hemoglobin dalam sel darah merah dan protein-protein dalam sel tubuh yang lain
merupakan basa-basa tubuh yang sangat penting.1,2
Suatu basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H -, oleh
karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contohnya yang khas adalah
OH-, yang bereaksi dengan H- untuk membentuk air (H20). Basa lemah yang khas
adalah HC03-, karena HC03- berikaan dengan H+ secara jauh lenih lemah daripada
4
OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan
dengan pengaturan asam-basa normal adalah asam dan basa lemah.2,6
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan karena jumlah yang
kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebut dalam skala
logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen yang sebenarnya melalui rumus berikut ini (konsentrasi ion hidrogen [H +]
dinyatakan dalam ekuivalen per liter):
[H+]
Dari rumus tersebut, dapat dilihat bahwa pH berhubungan terbalik dengan konsentrasi
ion hidrogen; oleh karena itu, pH yang rendah berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen yang tinggi dan pH yang tinggi berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen yang rendah.2
Nilai pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan
interstisial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbon dioksida (CO 2) yang dibebaskan
dari jaringan untuk membentuk H2CO3 dalam cairan-cairan ini (tabel 2.3). Karena pH
normal darah arteri adalah 7,4, seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH
turun di bawah nilai ini dan mengalami alkalosis saat pH meningkat di atas 7,4. batas
rendah pH di mana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8,
dan batas atas adalah sekitar 7,8.1,2
5
2.2 Pengaturan PH Normal
Metabolisme tubuh akan menghasilkan asam. Asam-asam yang diproduksi di dalam
tubuh adalah asam respiratorik dan asam non-respiratorik (metabolik). Asam
respiratorik adalah CO. Sedangkan asam metabolik adalah laktat, piruvat dan keton.
Eliminasi asam respiratorik sekitar 12 mol setiap harinya dieliminasi oleh paru-paru.
Asam metabolik yang dihasilkan setiap harinya hanya sekitar 0,1 mol (100 mEq).
Asam ini akan dieliminasi di ginjal atau di metabolisme di hati.
Ada 3 mekanisme yang mempertahankan nilai pH agar tetap dalam batas normal
dalam cairan tubuh, yaitu:2
1. Penyangga kimia
Sistem buffer adalah zat kimia yang terdapat dalam cairan tubuh yang
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan pH apabila terjadi penambahan
sejumlah asam atau basa ke dalam cairan tubuh. Sistem buffer bisa merupakan
campuran asam lemah dan garam alkalinya atau campuran basa lemah dan
garam asamnya.
Penyangga yang penting dalam tubuh adalah H 2CO3 dan NaHCO3 atau
KHCO3, garam HPO4, protein dengan garam alkalinya, H Protein dan B
Protein, B adalah kation seperti Na dan K.3
6
Bila suatu basa seperti NaOH memasuki tubuh atau terbetuk dalam
tubuh, maka akan bereaksi dengan CO2 membentuk bikarbonat dengan
jalan sbb:
Sistem penyangga ini terutama berperan dalam eritrosit dan sel tubulus
ginjal yang berperan mengatur ekresi ion H.Ion fosfat terdapat dalam 2
bentuk, yaitu HPO4- dan H2PO4-. Penambahan asam kuat seperti HCl
akan menimbulkan reaksi sebagai berikut :
Dengan kata lain asam kuat diubah menjadi garam netral NaCl oleh
garam penyangga fosfat yang berubah bentuk dari basa lemah menjadi
asam lemah.
Dengan cara serupa, basa kuat seperti NaOH akan menimbulkan reaksi
sebagai berikut :
Atau dengan kata lain basa kuat akan diubah menjadi air oleh garam
penyangga fosfat yang mengalami perubahan bentuk dari asam lemah
menjadi basa lemah.2
7
Sistem penyangga ini terutama berfungsi dalam sel jaringan dan juga
didalam plasma.Protein tubuh bertindak sebagai anion pada pH yang
alkalis, dalam bentuk asam (H-Protein) atau sebagai basa (B-Protein).
Dengan cara ini protein dapat melepas atau mengikat ion H sesuai
dengan kebutuhan.
8
2. Mekanisme kompensasi respirasi.2
9
Ion Na dalam urin masuk ke dalam sel tubulus dan bergabung dengan
HCO3. Selanjutnya terurai kembali menjadi ion HCO3 dan Na,
kemudian ion HCO3 masuk ke plasma dan cairan ekstrasel.
Mekanisme pertukaran yang serupa terjadi antara ion H dari sel tubulus
dan berbagai garam Na yang terdapat dalam urin, seperti garam
Na2HPO4 yang merupakan garam terbanyak. Garam ini berdisosiasi
menjadi ion Na dan NaHPO4, selanjutnya ion Na direabsorpsi.
Sebaliknya ion H bergerak ke urin bergabung dengan NaHPO 4
membentuk NaH2PO4 yang akan diekskresikan, dengan demikian
kelebihan ion H+ dalam tubuh dibuang melalui urin.
c) Ekskresi amoniak.
NH3 terbentuk pada sel tubulus ginjal sebagai hasil oksidasi asam
amino. NH3 diubah menjadi NH4 (bergabung dengan ion H) dan
dieksresikan ke urin dalam bentuk NH4Cl. Diamping itu NH3 bisa
diubah menjadi urea dihati dan kemudian dieksresikan oleh ginjal.
10
pendekatan yang berdasarkan pada perbedaan kation dan anion kuat. Namun
pendekatan ini tidak menarik banyak perhatian hingga awal tahun 1990, dimana pada
tahun itu telah dilakukan investigasi yang menyederhanakan hingga dapat digunakan
dalam lingkungan klinis. Hal ini lalu diikuti oleh banyaknya publikasi yang
membandingkan kegunaan antara pendekatan tradisional dan pendekatan Stewart
dalam mendiagnosa dan memberikan prognosa. Namun ternyata pendekatan Stewart
ini tidak diakui oleh para Nefrologis dengan sedikitnya jurnal yang dikeluarkan berisi
tentang pendekatan Stewart. Hal ini harus dirubah karena bagaimanapun seorang
Nefrologis harus berkerjasama dengan Anestesilogis yang rutin menggunakan metode
ini. Pendekatan Stewart harus digunakan guna memahami tentang gangguan asam
basa. 5
Air menjadi basa ketika suhu turun (saat suhu 0 oC, pH menjadi 7,5) dan menjadi
asam saat suhu menigkat (saat suhu 100oC, pH menjadi 6.1). Keseimbangan asam
basa berujung pada perubahan ion H + di darah arteri yang mencerminkan keadaan
cairan ekstraseluler. Perubahan keaadan ion, elektrolit, dan tekanan karbon dioksida
dapat mempengaruhi cairan ekstraseluler.3
Cairan ekstaseluler berisi sel dan partikel, gas yang terlarut, dan ion yang terdisosiasi.
Semua hal tersebut mempengaruhi derajat disosiasi air. Partikel yang terdisosiasi di
cairan ekstraseluler mengikuti 3 hukum:3
11
3. Keseimbangan disosiasi untuk seluruh substansi yang tidak terdisosiasi
sempurna seperti albumin, pospat dan karbonat harus tercapai.
Hal utama dari pendekatan Stewart adalah konsep independent dan dependent
variable dalam keseimbangan asam basa. Menurut Stewart, independent variable
adalah mereka yang bisa mempengaruhi variable lain dan dependent variable adalah
mereka yang tidak bisa mempengaruhi variable lain.3,4,5
Berdasarkan definisi Stewart, H+, HCO3-,OH-, CO32-, A-, AH masuk dalam variabel
dependent dan dipengaruhi oleh tiga variabel independent yaitu SID, PCO2 dan
ATOT. Pendekatan Stewart mirip dengan pendekatan tradisional pada masalah
respirasi dimana terjadi permasalahan utama pada PCO2. Namun pada masalah
metabolik terdapat perbedaan, dimana Stewart mengatakan bahwa permasalah utama
adalah terletak pada SID dan ATOT dan bukan bikarbonat.3,4,5
Strong Ions Diffeence adalalah perbedaan antara kation kuat dan anion kuat
yang terdisosiasi untuk dalam menentukan pH fisiologis. Ion kuat yang banyak
terdapat pada cairan extraseluler adalah Natrium dan Klorida. Ion kuat penting
lainnya adalah K+, SO42-, Mg2+,Ca2+.3,5
12
Gambar 1. Hubungan antara SID, anion gap (AG), dan bikarbonat pada individu
normal
SID dapat dihitung dengan dari perbedaan antara dissosiasi sempurna dari
kation dan anion atau dari penghitungan antara bikarbonat dan A- , dimana A-
adalah seluruh non bikarbonat buffer seperti albumin, pospat, dan hemoglobin.
Nilai dari SID ini selalu positif dan seimbang melalui mekanisme penyangga
terutama dari phosphate, albumin dan bikarbonat. SID mempunyai peranan
mengatur disosiasi air. Peningkatan nilai SID akan menurunkan pembebasan ion
Hydrogen dari air sehingga menyebabkan alkalosis. Begitu juga sebaliknya,
penurunan nilai SID akan meningkatkan pembebasan Hydrogen air yang
mengakibatkan asidosis.5
13
Gambar 2. Hubungan antara SIG dan ∆AG
Saat ada anion yang tidak normal, akan ada jarak antara SID. Jarak ini dapat
dihitung dengan mengurangi perbedaan antara ion kuat (SIDa) dengan
tambahan dari penyangga bikarbonat dan non bikarbonat.(SIDe). Perbedaan ini
disebut sebagai strong ion gap (SIG) dan merupakan tanda dari adanya anion
abnormal.5
2.3.2.2 ATOT
Atot adalah konsentrasi total dari asam lemah. Yang termaksud dalam asam
lemah disini adalah albumin dan phosphate. Derajat dari disosiasi asam lemah
ini mempengaruhi suhu dan juga pH. Penghitungan asam total ini dengan:3,5
14
2.3.2.3 PCO2
Salah satu sumber asam di tubuh adalah karbon dioksida yang terbentuk sebagai
hasil dari metabolisme aerobik. Reaksi antara karbon dioksida dan air
menghasilkan 12.500mEq Hidrogen per harinya dan sebagian besar di
keluarkan melalui paru-paru. Kadar karbon dioksida ditentukan oleh hasil
produksi jaringan dan juga ventilasi dari alveolus. Sebagai perbandingan, ginjal
hanya mengeluarkan 20-70mEq dari ion hidrogen setiap harinya.3
Karbon dioksida dalam tubuh terbagi dalam empat bentuk : karbon dioksida
(CO2) , asam karbonat (H2CO3), ion bikarbonat (HCO3-) dan ion karbonat (CO3).
Eliminasi utama dari asam volatile adalah oleh hemoglobin (Hb). DeoxyHb
adalah basa kuat dan akan terjadi peningkatan pH yang tinggi dalam darah vena
bila Hb tidak mengikat oksigen hasil metabolisme oksidatif. Darah vena
mengandung 1.68mmol/L lebih banyak CO2 dari pada darah arteri : dimana
65% sebagai HCO3- dan H+ yang diikat hemoglobin, 27% sebagai
carbaminohemoglobin dan 8% terlarut.3
15
Tabel 1. Klasifikasi Primer Kelainan Asam Basa
Pada pendekatan Stewart, klasifikasi dari gangguan asam basa berdasarkan perubahan
dari 3 “independent” variabel, yaitu PCO2, SID dan ATOT:
Masalah pada SID bisa dibagi menjadi masalah pada air dan tidak seimbang
dari ion kuat. SID menurun di asidosis metabolik dan meningkat di metabolik
16
alkalosis. Pada keadaan kelebihan dan kekurangan air dapat memperngaruhi
konsentrasi ion kuat. Hal ini disebut sebagai dilutional acidosis dan
concentratial alkalosis. Pada masalah tidak seimbang dari ion kuat, dapat
ditentukan dengan mengukur SIG. Dengan mengetahui nilai SIG kita bisa
mengklasifikasi lebih jauh tentang metabolik asidosis. Pada metabolik asidosis
hyperchloremic, effective dan apparent SID berkurang dan nilai SIG tetap atau
mendekati 0. Pada metabolik asidosis AG, apparent SID tidak berubah namun
effective SID berkurang dan SIG menjadi positif.5
Pada penelitian yang dilakukan Fencl et al yang dilakukan pada 152 pasien perawatan
intensive, dimana 96% menderita hipoalbuminemia yang parah (konsentrasi serum
albumin dibawah 3 SD). Metode Stewart berhasil mendiagnosis metaboolik asidosis
pada 20 pasien dengan BE yang normal dan 22 pasien dengan biakrbonat yang
normal. Fencl berpendapat bahwa kadar BE dan bikarbonat yang normal dikarenakan
karena kompensasi hipoalbuminemik alkalosis. Namun dengan menggunakan koreksi
AG, pendekatan tradisional juga mampu untuk mendiagnoasa gangguan yang
tersembunyi.5
17
Pada penelitian observasi yang dilakukan oleh Dubin et al pada 935 pasien intensive,
pendekatan Stewart mendeteksi masalah metabolic pada 131 pasien (14%) pasien
dengan normal bikarbonat dan BE sedangkan pendekatan tradisional membuat
diagnosis yang sama pada 108 pasien (13%). Namun pendekatan Stewart gagal untuk
mendiagnosa gangguan asam basa pada 27 pasien (3%) dibandingakan dengan
pendekatan tradisional yang menggunakan koreksi AG.5
Tujuan utama dari pendekatan asam basa adalah untuk membantu klinisi dalam
membuat diagnosis yang akurat dan keputusan dalam menentukan pengobatan. Dari
beberapa penelitian, didapatkan hasil bahwa pendekatan Stewart tidak menunjukan
hasil yang lebih unggul dari pendekatan tradisional. Beberapa penelitan sedang
dilakukan untuk mengembangkan pendekatan Stewart sehigga diharapkan nantinya
bisa berguna secara klinis.5
18
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan keseimbangan asam basa adalah masalah yang serius karena dapat
mempengaruhi berbagai fungsi organ vital seperti aktivitas enzim, pembekuan darah
dan aktivitas neuromuscular. Tingkat keasaman (pH) normal adalah 7,35 – 7,45 dan
tingkat keasaman yang masih memungkinkan untuk hidup adalah berkisar antara 6,7
– 7,9.
Selama puluhan tahun, metode yang dipakai untuk mendiagnosis dan menentukan
terapi pada pasien dengan masalah asam basa adalah menggunakan metode
tradisional yaitu pendekatan Handerson-Hasselbach. Pendekatan tradisional ini
mendapat banyak kritikan karena hanya dapat menginterpretasi data dan tidak dapat
menjelaskan patofisiologi dari kelainan asam basa. Metode baru yaitu pendekatan
Stewart menantang pendekatan tradisional yang lama digunakan oleh para klinisi.
Keunggulan dari metode Stewart adalah dapat mendiagnosis gangguan asam basa
pada pasien yang menderita penyakit kompleks. Stewart mempunya prinsip umum
bahwa yang digunakan sebagai patokan adalah variabel independent dan variabel
dependent. Variabel independent dapat mempengaruh variabel dependent, namun
variabel dependent tidak dapat mempengaruhi balik. Yang termaksud dalam variabel
independent adalah SID, ATOT, dan PCO2 sedangkan yang termaksud dalam variable
dependent adalah H+, HCO3-,OH-, CO32-, A-, AH. Pengklasifikasian menurut Stewart
19
dalam masalah repsirasi menggunan PCO2 sama seperti pada pendekatan tradisional
namun berbeda dalam masalah metabolic dimana Stewart menggunakan SID dan
ATOT ketimbang menggunakan bikarbonat.
Banyak telah dilakukan penelitian yang menguji antara pendekatan Stewart dengan
pendekatan Handerson. Namun Stewart tidak menunjukan hasil yang lebih unggul
dari pendekatan tradisional. Stewart masih merupakan metode yang baru. Banyak
penelitian yang dikerjakan untuk membuat pendekatan Stewart nantinya berguna
untuk kepentingan klinis.
20
DAFTAR PUSTAKA
21