Anda di halaman 1dari 21

REFARAT

ASAM BASA

Disusun oleh:

Werry

406182088

KEPANITERAAN ANESTESI

RSUD CIBINONG

PERIODE 14 April 2019 – 19 Mei 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

1
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan keseimbangan asam basa dapat mempengaruhi berbagai fungsi organ vital
seperti aktivitas enzim, pembekuan darah dan aktivitas neuromuscular. Tingkat
keasaman (pH) normal adalah 7,35 – 7,45 dan tingkat keasaman yang masih
memungkinkan untuk hidup adalah berkisar antara 6,7 – 7,9.1

Asam merupakan molekul yang mengandung atom-atom hidrogen yang dapat


melepaskan ion-ion hidrogen dalam larutan. Sedangkan basa adalah ion atau molekul
yang dapat menerima ion hidrogen. Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam
beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain di dalam tubuh. Sebagai contoh,
untuk mencapai homeostasis, harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi
ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Seperti pada ion-ion lain,
ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan pengeluaran ion hidrogen. Akan
tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan
jauh lebih banyak hal daripada eleminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal.
Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-
sel dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal
dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.1,2

Keseimbangan asam basa sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia, oleh
karena itu sangat perlu untuk mengetahui fisiologi dan patofisiologi dari
keseimbangan asam basa tersebut, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat.
Sebagian besar kelainan asam basa mudah untuk dijelaskan, namun beberapa tetap
menjadi masalah. Terlebih lagi pendekatan tradisional menggunakan Handerson-
Hasselbach hanya memberikan interpretasi data dan bukan menjelaskan
patofisiologi.2,3

Penilaian status keseimbangan asam-basa dengan metode Henderson-Hasselbach


terfokus pada korelasi pH, PCO2, dan konsentrasi ion bikarbonat (HCO3), serta
dipergunakan sebagai baku emas evaluasi keseimbangan asam basa selama beberapa

2
dekade. Meskipun demikian metode Henderson-Hasselbach memiliki beberapa
kelemahan, antara lain tidak dapat mendeteksi gangguan keseimbangan asam basa
terutama pada kasus dengan gangguan metabolik yang kompleks, misalnya pada
penderita hipoalbuminemia.4

Pendekatan keseimbangan asam-basa yang saat ini dikembangkan dikenal dengan


metode fisikokimia Stewart. Pendekatan fisikokimia Stewart dapat menggambarkan
dan akurat menentukan adanya asidosis metabolik. Namun, pendekatan ini sangat
sulit karena banyaknya parameter laboratorium yang harus diukur, sehingga menjadi
penyebab terhambatnya aplikasi di tempat dengan sumber daya yang terbatas.4

Terdapat pro dan kontra dalam penggunaan pendekatan mana yang lebih ungul dalam
mendiagnosis dan menentukan terapi yang akurat dalam kelainan asam basa.
Pendekatan Stewart sendiri merupakan pendekatan baru yang menantang pendekatan
tradisional yang sudah digunakan selama puluhan tahun. Pendekatan Stewart sendiri
pun tengah dikembangkan agar nantinya dapat dipakai berguna untuk kepentingan
klinis.5

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asam Basa


2.1.1 Asam dan Basa
Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan atom hidrogen. Molekul
yang melepaskan atom-atom hidrogen disebut dengan asam. Asam merupakan
subtansi kimia yang dapat berperan sebagai pemberi proton (donor proton- H+). Satu
contoh asam adalah asam hidroklorida (HCL) yang dapat berionisasi dalam air
membentuk ion-ion hidrogen (H+) dan ion-ion klorida (Cl-).1

Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hidrogen. Contoh dari basa
adalah ion bikarbonat (HCO3-) karena dia dapat bergabung dengan satu ion hydrogen
untuk membentuk H2CO3. Demikian juga dengan HPO4 2- adalah suatu basa karena
dapat menerima satu ion hydrogen untuk membentuk H2PO4. Protein-protein dalam
tubuh juga berfungsi sebagai basa, karena beberapa asam amino yang membangun
protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hydrogen. Protein
hemoglobin dalam sel darah merah dan protein-protein dalam sel tubuh yang lain
merupakan basa-basa tubuh yang sangat penting.1,2

2.1.2 Asam-Basa Yang Kuat dan Lemah


Asam kuat adalah asam yang berdisosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan
sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCl. Asam lemah
mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya, oleh
karena itu kurang kuat melepas H-. Contohnya adalah H2CO3.2

Suatu basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H -, oleh
karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contohnya yang khas adalah
OH-, yang bereaksi dengan H- untuk membentuk air (H20). Basa lemah yang khas
adalah HC03-, karena HC03- berikaan dengan H+ secara jauh lenih lemah daripada

4
OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yang berhubungan
dengan pengaturan asam-basa normal adalah asam dan basa lemah.2,6

2.1.3 Konsentrasi Ion Hidrogen dan pH Cairan Tubuh Normal


Konsentrasi ion hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu
nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter (10nEq/liter). Variasi normal hanya sekitar 3
sampai 5 nEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrem, konsentrasi ion hidrogen dapat
bervariasi dari serendah 10nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter tanpa
menyebabkan kematian.2

Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan karena jumlah yang
kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebut dalam skala
logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen yang sebenarnya melalui rumus berikut ini (konsentrasi ion hidrogen [H +]
dinyatakan dalam ekuivalen per liter):

pH = log 1 = - log [H+]

[H+]

Sehingga PH normal adalah –log (40 x 10-9), yaitu 7,40.

Dari rumus tersebut, dapat dilihat bahwa pH berhubungan terbalik dengan konsentrasi
ion hidrogen; oleh karena itu, pH yang rendah berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen yang tinggi dan pH yang tinggi berhubungan dengan konsentrasi ion
hidrogen yang rendah.2

Nilai pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan
interstisial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbon dioksida (CO 2) yang dibebaskan
dari jaringan untuk membentuk H2CO3 dalam cairan-cairan ini (tabel 2.3). Karena pH
normal darah arteri adalah 7,4, seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH
turun di bawah nilai ini dan mengalami alkalosis saat pH meningkat di atas 7,4. batas
rendah pH di mana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8,
dan batas atas adalah sekitar 7,8.1,2

5
2.2 Pengaturan PH Normal
Metabolisme tubuh akan menghasilkan asam. Asam-asam yang diproduksi di dalam
tubuh adalah asam respiratorik dan asam non-respiratorik (metabolik). Asam
respiratorik adalah CO. Sedangkan asam metabolik adalah laktat, piruvat dan keton.

Eliminasi asam respiratorik sekitar 12 mol setiap harinya dieliminasi oleh paru-paru.
Asam metabolik yang dihasilkan setiap harinya hanya sekitar 0,1 mol (100 mEq).
Asam ini akan dieliminasi di ginjal atau di metabolisme di hati.

Ada 3 mekanisme yang mempertahankan nilai pH agar tetap dalam batas normal
dalam cairan tubuh, yaitu:2

1. Penyangga kimia

Sistem buffer adalah zat kimia yang terdapat dalam cairan tubuh yang
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan pH apabila terjadi penambahan
sejumlah asam atau basa ke dalam cairan tubuh. Sistem buffer bisa merupakan
campuran asam lemah dan garam alkalinya atau campuran basa lemah dan
garam asamnya.

Penyangga yang penting dalam tubuh adalah H 2CO3 dan NaHCO3 atau
KHCO3, garam HPO4, protein dengan garam alkalinya, H Protein dan B
Protein, B adalah kation seperti Na dan K.3

Ada 4 sistem penyangga di dalam tubuh1,6

a) Sistem penyangga bikarbonat-asam karbonat (HCO3-H2CO3).

Merupakan sistem penyangga yang utama dalam tubuh dan berfungsi


terutama dalam cairan ekstrasel. Pada proses metabolisme normal,
kebanyakan asam organik dan anorganik yang terbentuk lebih kuat dari
H2CO3. hal ini menimbulkan reaksi sebagai berikut :

HCl + NaHCO3 H2CO3 + NaCl

H2CO3 H2O + CO2

6
Bila suatu basa seperti NaOH memasuki tubuh atau terbetuk dalam
tubuh, maka akan bereaksi dengan CO2 membentuk bikarbonat dengan
jalan sbb:

NaOH + H2CO3 NaHCO3 + H2O

Karbon dioksida (CO2) diproduksi secara kontinyu melalui proses


metabolisme, oleh karena itu setiap basa yang masuk kedalam tubuh
dengan segera diubah menjadi bikarbonat.

b) Sistem penyangga fosfat.

Sistem penyangga ini terutama berperan dalam eritrosit dan sel tubulus
ginjal yang berperan mengatur ekresi ion H.Ion fosfat terdapat dalam 2
bentuk, yaitu HPO4- dan H2PO4-. Penambahan asam kuat seperti HCl
akan menimbulkan reaksi sebagai berikut :

HCl + Na2HPO4 NaCl + NaH2PO4

Dengan kata lain asam kuat diubah menjadi garam netral NaCl oleh
garam penyangga fosfat yang berubah bentuk dari basa lemah menjadi
asam lemah.

Dengan cara serupa, basa kuat seperti NaOH akan menimbulkan reaksi
sebagai berikut :

NaOH + NaH2PO4 Na2HPO4 + H2O

Atau dengan kata lain basa kuat akan diubah menjadi air oleh garam
penyangga fosfat yang mengalami perubahan bentuk dari asam lemah
menjadi basa lemah.2

c) Sistem penyangga protein.

7
Sistem penyangga ini terutama berfungsi dalam sel jaringan dan juga
didalam plasma.Protein tubuh bertindak sebagai anion pada pH yang
alkalis, dalam bentuk asam (H-Protein) atau sebagai basa (B-Protein).

Dengan cara ini protein dapat melepas atau mengikat ion H sesuai
dengan kebutuhan.

d) Sistem penyangga hemoglobin.2

Hb bekerja sebagai asam lemah dan membentuk sistem penyangga


dengan basa kuat seperti bikarbonat dan fosfat.

CO2 yang dibentuk selama proses metabolisme jaringan akan berdifusi


ke dalam rongga jaringan, ke dalam plasma dan kemudian ke dalam sel
darah merah. Di dalam sel darah merah dengan perantara enzim
karbonik anhidrase, CO2 akan diubah menjadi H2CO3 yang segera
terurai menjadi H+ dan HCO3-. H+ akan diikat oleh Hb- membentuk
HHb, sedangkan HCO3- akan diikat oleh ion kalium di dalam sel darah
merah membentuk KHCO3. bila konsentrasinya telah melampaui
kadarnya di dalam plasma, maka bikarbonat akan berdifusi ke dalam
plasma dan untuk menjaga keseimbangan elektronetralitas, maka ion
klorida akan memasuki sel darah merah membentuk KCL, jadi :

CO2 + H2O H2CO3 (H+) + (HCO3-)

(H+) + (Hb-) HHb

(HCO3-) + (K+) KHCO3 di dalam sel darah merah

KHCO3 (K+) + (HCO3-) masuk ke dalam plasma

Plasma (Cl-) sel darah merah KCl

8
2. Mekanisme kompensasi respirasi.2

Garis pertahanan kedua terhadap gangguan asam basa adalah pengaturan


konsentrasi CO2 cairan ekstraselular oleh paru-paru. Dalam persamaan
Henderson-Hasselbalch, kita melihat bahwa peningkatan PACO 2 cairan
ekstraselular akan menurunkan pH, sedangkan penurunan PACO2 akan
meningkatkan pH. Oleh karena itu, dengan menyesuaikan PACO 2 meningkat
atau menurun, paru-paru secara efektif dapat mengatur konsentrasi ion
hidrogen cairan ekstraselular. Peningkatan ventilasi akan menurunkan CO2
dari cairan ekstraselular yang melalui kerja massa, akan mengurangi
konsentrasi ion hidrogen. Sebaliknya, penurunan ventilasi akan meningkatkan
CO2, jadi juga meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan
ekstrselular.

3. Mekanisme kompensasi ginjal.

Dalam keadaan normal ginjal berperan dalam keseimbangan asam basa


melalui 3 cara, yaitu :1

a) Reabsorpsi ion bikarbonat.

Pada keadaan normal, dengan laju filtrasi glomerulus 120 ml/menit


dengan kadar HCO3 serum 24 mEq/l, ginjal harus mereabsorpsi 4000
mEq/l HCO3. Hal ini berlangsung melalui proses pertukaran ion H
(sekresi sel tubulus ginjal) dengan ion Na tubulus.

Sekresi ion H pada tubulus melalui enzim karbonik anhidrase yang


bertindak sebagai katalisator, seperti reaksi berikut ini :

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

Ion H akan bereaksi dengan HCO3 di tubulus menjadi H2CO3,


kemudian menjadi H2O dan CO2. Selanjutnya H2O diekskresi dalam
bentuk urin sedangkan CO2 diabsorbsi oleh sel tubulus.

9
Ion Na dalam urin masuk ke dalam sel tubulus dan bergabung dengan
HCO3. Selanjutnya terurai kembali menjadi ion HCO3 dan Na,
kemudian ion HCO3 masuk ke plasma dan cairan ekstrasel.

b) Asidifikasi garam penyangga.

Mekanisme pertukaran yang serupa terjadi antara ion H dari sel tubulus
dan berbagai garam Na yang terdapat dalam urin, seperti garam
Na2HPO4 yang merupakan garam terbanyak. Garam ini berdisosiasi
menjadi ion Na dan NaHPO4, selanjutnya ion Na direabsorpsi.
Sebaliknya ion H bergerak ke urin bergabung dengan NaHPO 4
membentuk NaH2PO4 yang akan diekskresikan, dengan demikian
kelebihan ion H+ dalam tubuh dibuang melalui urin.

c) Ekskresi amoniak.

NH3 terbentuk pada sel tubulus ginjal sebagai hasil oksidasi asam
amino. NH3 diubah menjadi NH4 (bergabung dengan ion H) dan
dieksresikan ke urin dalam bentuk NH4Cl. Diamping itu NH3 bisa
diubah menjadi urea dihati dan kemudian dieksresikan oleh ginjal.

2.3 Pendekatan Stewart


2.3.1 Asal Mula Pendekatan Stewart
Pendekatan tradisional menggunakan Handerson-Hasselbach di kritik (1) hanya
mendeskripsikan dan tidak bisa menjelaskan mengenai kejadian alamiahnya serta (2)
terbatas pada beberapa ruang lingkup dan tidak membuat diagnosis lengkap pada
pasien dengan gangguan yang kompleks. Sebaliknya, beberapa orang percaya bahwa
pendektan Stewart dapat menjelaskan bagaimana mekanisme alamiah dan lebih
menjangkau banyak ruang lingkup serta mampu mendeteksi kelainan yang
tersembunyi yang penting. 5

Stewart menantang pendekatan tradisional yang menggunakan metode bikarbonat


untuk mendiagnosa dan merawat gangguan asam basa dengan menggunakan

10
pendekatan yang berdasarkan pada perbedaan kation dan anion kuat. Namun
pendekatan ini tidak menarik banyak perhatian hingga awal tahun 1990, dimana pada
tahun itu telah dilakukan investigasi yang menyederhanakan hingga dapat digunakan
dalam lingkungan klinis. Hal ini lalu diikuti oleh banyaknya publikasi yang
membandingkan kegunaan antara pendekatan tradisional dan pendekatan Stewart
dalam mendiagnosa dan memberikan prognosa. Namun ternyata pendekatan Stewart
ini tidak diakui oleh para Nefrologis dengan sedikitnya jurnal yang dikeluarkan berisi
tentang pendekatan Stewart. Hal ini harus dirubah karena bagaimanapun seorang
Nefrologis harus berkerjasama dengan Anestesilogis yang rutin menggunakan metode
ini. Pendekatan Stewart harus digunakan guna memahami tentang gangguan asam
basa. 5

2.3.2 Prinsip Umum


Tubuh manusia tersusun utama oleh air. Air apabila terionisasi menjadi H 20  H+ +
OH-. Disosiasi air mempunya nilai konstan (Kw= [H +][OH-]) dan dipengaruhi oleh
perubahan suhu, elektrolit yang terlarut dan komponen seluler. Dengan kata lain,
apabila terjadi peningkatan H+ maka OH- ajan turun dan sebaliknya.3

Air menjadi basa ketika suhu turun (saat suhu 0 oC, pH menjadi 7,5) dan menjadi
asam saat suhu menigkat (saat suhu 100oC, pH menjadi 6.1). Keseimbangan asam
basa berujung pada perubahan ion H + di darah arteri yang mencerminkan keadaan
cairan ekstraseluler. Perubahan keaadan ion, elektrolit, dan tekanan karbon dioksida
dapat mempengaruhi cairan ekstraseluler.3

Cairan ekstaseluler berisi sel dan partikel, gas yang terlarut, dan ion yang terdisosiasi.
Semua hal tersebut mempengaruhi derajat disosiasi air. Partikel yang terdisosiasi di
cairan ekstraseluler mengikuti 3 hukum:3

1. Elecrtical Neutrality : dimana listrik postifi harus seimbang dengan


listrik negative.
2. Mass Conservation : jumlah substansi di ekstraseluler harus sama
kecuali ditambah, dikeluarkan, dibentuk dan dihancurkan.

11
3. Keseimbangan disosiasi untuk seluruh substansi yang tidak terdisosiasi
sempurna seperti albumin, pospat dan karbonat harus tercapai.

Hal utama dari pendekatan Stewart adalah konsep independent dan dependent
variable dalam keseimbangan asam basa. Menurut Stewart, independent variable
adalah mereka yang bisa mempengaruhi variable lain dan dependent variable adalah
mereka yang tidak bisa mempengaruhi variable lain.3,4,5

Berdasarkan definisi Stewart, H+, HCO3-,OH-, CO32-, A-, AH masuk dalam variabel
dependent dan dipengaruhi oleh tiga variabel independent yaitu SID, PCO2 dan
ATOT. Pendekatan Stewart mirip dengan pendekatan tradisional pada masalah
respirasi dimana terjadi permasalahan utama pada PCO2. Namun pada masalah
metabolik terdapat perbedaan, dimana Stewart mengatakan bahwa permasalah utama
adalah terletak pada SID dan ATOT dan bukan bikarbonat.3,4,5

2.3.2.1 Strong Ion Difference (SID)

Strong Ions Diffeence adalalah perbedaan antara kation kuat dan anion kuat
yang terdisosiasi untuk dalam menentukan pH fisiologis. Ion kuat yang banyak
terdapat pada cairan extraseluler adalah Natrium dan Klorida. Ion kuat penting
lainnya adalah K+, SO42-, Mg2+,Ca2+.3,5

Penghitungan SID dapat dengan:

SID=([Na+]+[K+]+[Ca2+]+[Mg2+]) - ([Cl-] + [other strong anions]) = [HCO3-] + [A-]

12
Gambar 1. Hubungan antara SID, anion gap (AG), dan bikarbonat pada individu
normal

SID dapat dihitung dengan dari perbedaan antara dissosiasi sempurna dari
kation dan anion atau dari penghitungan antara bikarbonat dan A- , dimana A-
adalah seluruh non bikarbonat buffer seperti albumin, pospat, dan hemoglobin.
Nilai dari SID ini selalu positif dan seimbang melalui mekanisme penyangga
terutama dari phosphate, albumin dan bikarbonat. SID mempunyai peranan
mengatur disosiasi air. Peningkatan nilai SID akan menurunkan pembebasan ion
Hydrogen dari air sehingga menyebabkan alkalosis. Begitu juga sebaliknya,
penurunan nilai SID akan meningkatkan pembebasan Hydrogen air yang
mengakibatkan asidosis.5

13
Gambar 2. Hubungan antara SIG dan ∆AG

Saat ada anion yang tidak normal, akan ada jarak antara SID. Jarak ini dapat
dihitung dengan mengurangi perbedaan antara ion kuat (SIDa) dengan
tambahan dari penyangga bikarbonat dan non bikarbonat.(SIDe). Perbedaan ini
disebut sebagai strong ion gap (SIG) dan merupakan tanda dari adanya anion
abnormal.5

2.3.2.2 ATOT

Atot adalah konsentrasi total dari asam lemah. Yang termaksud dalam asam
lemah disini adalah albumin dan phosphate. Derajat dari disosiasi asam lemah
ini mempengaruhi suhu dan juga pH. Penghitungan asam total ini dengan:3,5

[ATOT] = [HA] + [A-]

Kegagalan dalam memperhitungkan jumlah Atot ini merupakan kelemahan dari


metode tradisional dalam menentukan keadaan asam basa pada pasien dengan
kondisi buruk. Hipoalbuminemia berhubungan dengan masalah pada hepar dan
juga berhubungan dengan resusitasi cairan dan kebocoran pembuluh darah.
Hipopospatemia berhubungan dengan malnutrisi, diuresis dan hemodilutional.
Hiperpospatemia berhubungan dengan gagal ginjal. Penurunan dari serum
albumin dan pospat mengakibatkan metabolic alkalosis. Sedangkan
hiperpospatemia megakibatkan metabolic asidosis.3

14
2.3.2.3 PCO2

Salah satu sumber asam di tubuh adalah karbon dioksida yang terbentuk sebagai
hasil dari metabolisme aerobik. Reaksi antara karbon dioksida dan air
menghasilkan 12.500mEq Hidrogen per harinya dan sebagian besar di
keluarkan melalui paru-paru. Kadar karbon dioksida ditentukan oleh hasil
produksi jaringan dan juga ventilasi dari alveolus. Sebagai perbandingan, ginjal
hanya mengeluarkan 20-70mEq dari ion hidrogen setiap harinya.3

Karbon dioksida dalam tubuh terbagi dalam empat bentuk : karbon dioksida
(CO2) , asam karbonat (H2CO3), ion bikarbonat (HCO3-) dan ion karbonat (CO3).
Eliminasi utama dari asam volatile adalah oleh hemoglobin (Hb). DeoxyHb
adalah basa kuat dan akan terjadi peningkatan pH yang tinggi dalam darah vena
bila Hb tidak mengikat oksigen hasil metabolisme oksidatif. Darah vena
mengandung 1.68mmol/L lebih banyak CO2 dari pada darah arteri : dimana
65% sebagai HCO3- dan H+ yang diikat hemoglobin, 27% sebagai
carbaminohemoglobin dan 8% terlarut.3

Karbon dioksida mempunya sifat mudah menembus membrane sel. Di dalam


sel darah merah, CO2 dan H20 bergabung dengan bantuan carbonic anhydrase
yang membentuk H2CO3 yang nantinya akan berionnisasi menjadi hidrogen dan
bikarbonat. Hydrogen diikat oleh deoxyHb sementara bikarbonat dipompa
secara aktif keluar dari sel. Klorida lalu bergerak masuk kedalam untuk
menyeimbangkan electroneutrality. Peningkatan pesat dari PCO2 (respirasi
asidosis) menggangu sistem ini dan mengakibatkan turunnya pH dengan cepat.3

2.3.3 Penggunaan Klinis Pendekatan Stewart


Tujuan utama dari metode analisa masalah asam basa adalah mengembangkan
klasifikasi yang dapat digunaka secara klinis. Pendekatan tradisional membagi
masalah asam basa menjadi 6 kelainan utama: metabolik asidosis, metabolic
alkalosis, akut dan kronis respirasi asidosis dan acute dan kronis repsirasi alkalosis. 5

15
Tabel 1. Klasifikasi Primer Kelainan Asam Basa

Pada pendekatan Stewart, klasifikasi dari gangguan asam basa berdasarkan perubahan
dari 3 “independent” variabel, yaitu PCO2, SID dan ATOT:

2.3.3.1 Gangguan Respirasi

Pengklasifikasian masalah respirasi tidak ada perbedaan dari pendekatan


tradisional dimana yang menjadi faktor penentuan karena perubahan PCO2. Hal
ini didasarkan karena CO2 memgang peranan utama dalam menentukan asam
basa yang berhubungan dengan fungsi respirasi. Penignkatan PCO 2
mengakibatkan respirasi asidosis dan penurunan dari PCO 2 menyebabkan
respirasi alkalosis.5

2.3.3.2 Gangguan Metabolik

Pengklasifikasian untuk gangguan metabolic berbeda dari pendekatan


tradisional karena mengutamakan perubahan baik SID dan ATOT daripada
perubahan pada bikarbonat. Untuk masalah metabolic sendiri bisa dibagi
menjadi 2, yaitu: masalah pada SID dan masalah pada ATOT.5

Masalah pada SID bisa dibagi menjadi masalah pada air dan tidak seimbang
dari ion kuat. SID menurun di asidosis metabolik dan meningkat di metabolik

16
alkalosis. Pada keadaan kelebihan dan kekurangan air dapat memperngaruhi
konsentrasi ion kuat. Hal ini disebut sebagai dilutional acidosis dan
concentratial alkalosis. Pada masalah tidak seimbang dari ion kuat, dapat
ditentukan dengan mengukur SIG. Dengan mengetahui nilai SIG kita bisa
mengklasifikasi lebih jauh tentang metabolik asidosis. Pada metabolik asidosis
hyperchloremic, effective dan apparent SID berkurang dan nilai SIG tetap atau
mendekati 0. Pada metabolik asidosis AG, apparent SID tidak berubah namun
effective SID berkurang dan SIG menjadi positif.5

Satu kemajuan yang menonjol dari pendekatan Stewat dibandingkan dengan


pendekatan tradisional adalah kemampuan mengklasifikias gangguan asam basa
dari hasil perubahan ATOT. ATOT mempresentasikan seluruh penyangga
nonbikarbonat yang teridiri dari serum protein terutama albumin, pospat dan
penyanga lainnya yang mempunyai peran kecil. Dasar dari klasifiaksi ini,
apabila terjadi peningkatan serum protein akan menyebabkan metabolik asidosis
dan penurunan serum protein akan mengakibatkan metabolik alkalosis.5

2.3.4 Perbandingan Pendekatan Stewart dan Handerson-Hasselbach


Selain penggunana ATOT, perbedaan utama dari pendekatan Stewart dan pendekatan
tradisional adalah penggunaan SID dan SIG dan bukan hanya bikarbonat dan AG
dalam mendiagnosis kelainan metabolik. Namun masih dipertanyakan penggunan
pendekatan yang manakah yang lebih bagus dalam mendiagnosis kelaian asam basa.5

Pada penelitian yang dilakukan Fencl et al yang dilakukan pada 152 pasien perawatan
intensive, dimana 96% menderita hipoalbuminemia yang parah (konsentrasi serum
albumin dibawah 3 SD). Metode Stewart berhasil mendiagnosis metaboolik asidosis
pada 20 pasien dengan BE yang normal dan 22 pasien dengan biakrbonat yang
normal. Fencl berpendapat bahwa kadar BE dan bikarbonat yang normal dikarenakan
karena kompensasi hipoalbuminemik alkalosis. Namun dengan menggunakan koreksi
AG, pendekatan tradisional juga mampu untuk mendiagnoasa gangguan yang
tersembunyi.5

17
Pada penelitian observasi yang dilakukan oleh Dubin et al pada 935 pasien intensive,
pendekatan Stewart mendeteksi masalah metabolic pada 131 pasien (14%) pasien
dengan normal bikarbonat dan BE sedangkan pendekatan tradisional membuat
diagnosis yang sama pada 108 pasien (13%). Namun pendekatan Stewart gagal untuk
mendiagnosa gangguan asam basa pada 27 pasien (3%) dibandingakan dengan
pendekatan tradisional yang menggunakan koreksi AG.5

Tujuan utama dari pendekatan asam basa adalah untuk membantu klinisi dalam
membuat diagnosis yang akurat dan keputusan dalam menentukan pengobatan. Dari
beberapa penelitian, didapatkan hasil bahwa pendekatan Stewart tidak menunjukan
hasil yang lebih unggul dari pendekatan tradisional. Beberapa penelitan sedang
dilakukan untuk mengembangkan pendekatan Stewart sehigga diharapkan nantinya
bisa berguna secara klinis.5

18
BAB III

KESIMPULAN

Asam merupakan molekul yang mengandung atom-atom hidrogen yang dapat


melepaskan ion-ion hidrogen dalam larutan. Sedangkan basa adalah ion atau molekul
yang dapat menerima ion hidrogen. Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam
beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain di dalam tubuh. Pengaturan ada
melalui mekanisme penyangga, kompensasi respirasi dan juga kompensasi ginjal.

Gangguan keseimbangan asam basa adalah masalah yang serius karena dapat
mempengaruhi berbagai fungsi organ vital seperti aktivitas enzim, pembekuan darah
dan aktivitas neuromuscular. Tingkat keasaman (pH) normal adalah 7,35 – 7,45 dan
tingkat keasaman yang masih memungkinkan untuk hidup adalah berkisar antara 6,7
– 7,9.

Selama puluhan tahun, metode yang dipakai untuk mendiagnosis dan menentukan
terapi pada pasien dengan masalah asam basa adalah menggunakan metode
tradisional yaitu pendekatan Handerson-Hasselbach. Pendekatan tradisional ini
mendapat banyak kritikan karena hanya dapat menginterpretasi data dan tidak dapat
menjelaskan patofisiologi dari kelainan asam basa. Metode baru yaitu pendekatan
Stewart menantang pendekatan tradisional yang lama digunakan oleh para klinisi.

Keunggulan dari metode Stewart adalah dapat mendiagnosis gangguan asam basa
pada pasien yang menderita penyakit kompleks. Stewart mempunya prinsip umum
bahwa yang digunakan sebagai patokan adalah variabel independent dan variabel
dependent. Variabel independent dapat mempengaruh variabel dependent, namun
variabel dependent tidak dapat mempengaruhi balik. Yang termaksud dalam variabel
independent adalah SID, ATOT, dan PCO2 sedangkan yang termaksud dalam variable
dependent adalah H+, HCO3-,OH-, CO32-, A-, AH. Pengklasifikasian menurut Stewart

19
dalam masalah repsirasi menggunan PCO2 sama seperti pada pendekatan tradisional
namun berbeda dalam masalah metabolic dimana Stewart menggunakan SID dan
ATOT ketimbang menggunakan bikarbonat.

Banyak telah dilakukan penelitian yang menguji antara pendekatan Stewart dengan
pendekatan Handerson. Namun Stewart tidak menunjukan hasil yang lebih unggul
dari pendekatan tradisional. Stewart masih merupakan metode yang baru. Banyak
penelitian yang dikerjakan untuk membuat pendekatan Stewart nantinya berguna
untuk kepentingan klinis.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Mangku. G, Senapathi TGA. Keseimbangan Asam Basa. Dalam : Buku Ajar


Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta. 2010. Hal 315-327.
2. Guyton AC, Hall, JE. Acid Base Balance. 1996. In : Text Book of Medical
Physicology, PHiladelpHia : WB Saunders Company.
3. Nelingan P, Deutschman C. Acid Base Balance in Critical Care Medicine.
2005. University of Pennsylvania.
4. Kurinia R, Harliany E, Hilmanto D. Perbandingan Metode Fencl-Stewart yang
Disederhanakan dan Figge-Stewart dengan Metode Henderson-Hasselbalch
untuk Diagnosis Asidosis Metabolik. 2010. Fakultas Kedokteran Universita
Padjajaran.
5. Rastegar A. Clinical Utility of Stewart’s Method in Diagnosis and
Management of Acid-Base Disorders. 2009. Yale University School of
Medicine.
6. Morgan, GE, Mikhail, MS, Murray, MS. Acid Base Balance. 2006. In :
Clinical Anesthesiology, Fourth edition. New York: Lange Medical
Books/McGraw-Hill.

21

Anda mungkin juga menyukai