Anda di halaman 1dari 43

TRAUMA

ABDOMEN

EXTERNAL ANATOMY OF THE


ABDOMEN

INTERNAL ANATOMY OF THE


ABDOMEN

MEKANISME TERJADINYA CIDERA

TRAUMA TUMPUL

TRAUMA PENETRANS

TRAUMA TUMPUL
Suatu tumbukan langsung, seperti kontak dengan kemudi
mobil atau terhimpit pintu mobil pada waktu kecelakaan
dapat menyebabkan kompresi dan cedera crushing
terhadap organ abdomen dan pelvis.
Kekuatan hantaman dapat menyebabkan ruptur organ solid
dengan perdarahan sekunder, kontaminasi isi organ disertai
peritonitis.

TRAUMA TUMPUL
Shearing injuries : salah satu bentuk crushing injury yang
dapat disebabkan oleh sabuk pengaman yang tidak
dipasang dengan benar.
Pasien korban KLL dapat mengalami deceleration injuries,
dimana terdapat perbedaan gerakan organ yang terfiksasi
dan organ yang tidak terfiksasi.
Contohnya: laserasi liver dan limpa, keduanya organ mobile
namun terfiksasi pada ligamen penggantungnya.
Bucket handle injuries terhadap usus halus juga merupakan
contoh deceleration injuries.

TRAUMA TUMPUL
Meskipun sabuk pengaman dan airbag dapat mencegah cedera mayor, sabuk
pengaman juga dapat menyebabkan pola cedera yang spesifik.
Sabuk Pengaman
Kompresi
Hiperfleksi

Robekan atau avulsi mesenterium (Bucket


Handle)
Ruptur usus halus atau kolon
Trombosis arteri iliaka atau aorta
abdominal
Fraktur vertebra lumbalis
Cedera pankreas atau duodenum

Robeka intima atau trombosis areteri


Shoulder Harness
Sliding di bawah seat belt (submarining)
innominata, carotis, subklavia atau arteri
Kompresi
vertebralis
Fraktur atau dislokasi vertebra servikal
Fraktur kosta
Kontusio paru
Ruptur organ abdomen atas
Air Bag
Kontak

Abrasi kornea
Abrasi wajah, leher dan dada

TRAUMA PENETRANS
Luka tusuk dan luka tembak kecepatan rendah dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dengan cara laserasi dan
sayatan.
Luka tembak kecepatan tinggi mentransfer energi kinetik
lebih banyak terhadap organ abdomen.
Luka demikian dapat menyebabkan kerusakan jaringan
yang lebih luas ke sekitar jalur tembak peluru karena ada
kavitasi temporer.

ASSESSMENT
Riwayat pasien, disertai pemeriksaan fisik, dilengkapi oleh alat
diagnostik yang ada dapat mengkonfirmasi adanya cedera
abdomen dan pelvis yang memerlukan kontrol perdarahan
dengan segera.
Pasien dengan hemodinamik stabil, tanpa tanda peritonitis
dapat menjalani evaluasi lebih detail untuk menentukan
apakah terdapat cedera spesifik yang dapat menyebabkan
morbiditas lambat atau mortalitas.
Pasien dengan hipotensi, tujuan utama adalah untuk dapat
secara cepat menentukan apakah terdapat cedera abdomen
atau pevis dan menentukan apakah cedera tersebut yang

RIWAYAT
Untuk pasien KLL, anamnesa meliputi:
Kecepatan kendaraan, tipe tabrakan (arah berlawanan, arah samping,
gesekan, tertabrak dari belakang, atau terguling), penyok kendaraan
yang menghimpit kabin, tipe sabuk pengaman, adanya airbag, posisi
pasien dalam kendaraan dan keadaan penumpang lain.

Untuk pasien yang terjatuh dari ketinggian:


Seberapa tinggi jatuhnya

Untuk pasien dengan trauma penetrans:


Kapan terjadinya, jenis senjata (pisau, pistol genggam, senapan laras
panjang), jarak pasien dari penyerang (terutama pada luka tembak),
jumlah tusukan atau tembakan, dan jumlah darah yang keluar dari luka.

PEMERIKSAAN FISIK - INSPEKSI


Pakaian pasien harus dibuka seluruhnya agar dapat dilakukan
inspeksi secara menyeluruh.
Seletah pemeriksaan fisik selesai, badan pasien harus ditutup
dengan selimut hangat untuk mencegah hipotermia

PEMERIKSAAN FISIK - AUSKULTASI


Adanya darah intraperitoneal atau isi usus dapat menyebabkan
bising usus menghilang, tetapi temuan ini tidak spesifik.
Temuan ini paling berguna ketika pada mulanya bising usus
normal kemudian menghilang dengan berjalannya waktu.

PEMERIKSAAN FISIK - PERKUSI DAN


PALPASI
Perkusi dapat menyebabkan sedikit gerakan peritoneum dan dapat
merangsang iritasi peritoneum.
Bila rangsang peritoneum + tidak perlu dilakukan pemeriksaan nyeri
lepas (rebound tenderness), karena dapat menimbulkan rasa nyeri
yang tidak perlu.
Dinding abdomen yang tegang secara involunter menandakan adanya
iritasi peritoneum.
Palpasi dapat memperjelas dan membedakan nyeri superfisial dan
nyeri dalam.

EVALUASI STABILITAS PELVIS


PF sugestif ke fraktur pelvis bila ditemukan:
Tanda ruptur urethra (letak prostat tinggi, hematom
skrotum, perdarahan dr meatus urethra)
Panjang tungkai tidak sama
Deformitas rotasional tungkai (tanpa fraktur yg jelas)

Abnormalitas saraf atau luka terbuka di flank, perineum dan rektum -> instabilitas
cincin pelvis

Manipulasi manual pelvis boleh dilakukan 1 KALI karena dpt memperparah


perdarahan

Reduksi manual : tekan krista iliaka di level spina iliaka anterior superior kearah
dalam (rotasi interna)

X-ray pelvisa

PEMERIKSAAN URETHRA, PERINEUM, REKTUM

Cari tanda ruptur urethra!


Pada pasien dgn hematom perineum & prostat letak tinggi -> kateter Foley tidak
boleh dipasang

RT :
Tonus sfingter
Integritas mukosa rektum
Darah (dr perforasi usus)
Posisi prostat
Identifikasi fraktur pelvis

Laserasi perineum, fraktur pelvis, trauma penetrans pelvis -> curiga cedera
vagina

KATETER LAMBUNG
Tujuan :
Menghilangkan dilatasi lambung akut
Dekompresi lambung sbelum DPL
Mengeluarkan isi lambung (darah -> cedera esofagus atau saluran cerna atas)
Dipasang melalui mulut bila trdpt fraktur tulang wajah atau basis tengkorak
(mencegah masuk ke cribriform plate)

KATETER URINE
Tujuan :
Mengatasi retensi
Dekompresi vesica urinaria sblm DPL
Pantau produksi urine

Hematuria (-) tidak menyingkirkan kemungkinan cedera traktus genitourinarius

Bila pasien tdk dpt BAK, fraktur pelvis unstable (+), hematom skrotum,
ekimosis perineum, atau prostat letak tinggi -> urethrografi retrogard sblm
pasang kateter
Disrupsi urethra (+) pada 1st survey -> pasang kateter suprapubis

X-RAY
Curiga cedera thorako-abdominal -> foto thoraks tegak
(utk singkirkan hematothoraks, penumothoraks, atau
udara bebas di intraperitoneal)
X-ray pelvis AP : menentukan sumber perdarahan pd
pasien dgn hemodinamik abnormal & nyeri panggul

FOCUSED ASSESSMENT SONOGRAPHY IN TRAUMA

FAST -> deteksi adanya cairan intraabdomen (hematoperitoneum)


(+) : dpt diulang setelah 30 menit
Views:
Pericardial
RUQ (fossa hepatorenal)
LUQ (fossa splenorenal)
Suprapubic (pelvis)

PERICARD VIEW

RUQ VIEW

LUQ VIEW

SUPRAPUBIC VIEW

DIAGNOSTIC PERITONEAL LAVAGE


Deteksi perdarahan, cedera organ berongga
(-) : invasif
Teknik open / closed
Indikasi laparotomi : terdapat darah, isi usus, serat
sayuran atau empedu pd pasien dgn hemodinamik
abnormal

Masukkan cairan kristaloid isotonik hangat sebanyak


1000 ml (10 ml/kg pd anak)
Campur rata cairan peritoneum dgn cairan lavase
(goyangkan abdomen)
Keluar cairan > 20% = adekuat
Kirim cairan ke lab utk analisa
kuantitatif

Test positif bila :


Sel darah merah > 100.000/mm3
Sel darah putih > 500/mm3
Bakteri pada pewarnaan Gram

COMPUTED TOMOGRAPHY
(-) perlu waktu lama
Hanya boleh dilakukan pada pasien dengan
hemodinamik normal & tidak ada indikasi laparotomi
segera

DPL
Keuntung
an

Kerugian

Indikasi

FAST

CT SCAN

Deteksi dini
Cepat
Non-invasif
Dapat diulang
86-97% sensitif
Transport : tidak

Sangat spesifik utk


tipe cedera
92-98% sensitif
Non-invasif

Trgntg keahlian
operator
Terganggu udara
usus & udara
subkutan
Tdk dpt deteksi
cedera diafragma,
usus, pankreas

Biaya + waktu
Transport:
diperlukan
Tdk dpt deteksi
cedera diafragma,
usus, pankreas

Trauma tumpul Trauma tumpul yg


yg unstable
unstable
Trauma
penetrans

Trauma tumpul yg
stable
Trauma penetrans
di punggung

Diagnosis dini
Cepat
98% sensitif
Deteksi cedera
usus

Invasif
Spesifisitas
rendah
Tdk dpt
deteksi cedera
diafragma &
retroperitoneal

PEMERIKSAAN DENGAN KONTRAS


Urethrografi
Sistografi
Intravenous pyelografi
Pemeriksaan kontras saluran cerna

EVALUASI TRAUMA ABDOMEN


Pemeriksaan fisik serial (DPL) : pada luka tusuk abdomen anterior atau luka
tusuk thorakoabdomen
Double- / triple- contrast CT scan : luka penetrans flank dan punggung
Laparotomi eksplorasi : semua luka tembak, abnormal hemodinamik, tanda
peritonitis yang jelas, luka tembus fasia abdominalis

LUKA THORACOABDOMINAL
Laparotomi emergensi : luka tusuk yang menembus peritonem anterior
dengan hipotensi, gejala peritonitis dan eviserasi omentum/ usus halus

CEDERA DIAFRAGMA
Lebih sering mengenai hemidiafragma kiri
X-ray thoraks : elevasi diafragma/ blurringhemidiafragma, hemothoraks,
bayangan gas abnormal,gambaran slang lambung
Dapat dikonfirmasi dengan laparotomi, thorakoskopi dan laparoskopi

CEDERA DUODENUM
Trauma langsung ke abdomen
Adanya dara pada aspirat lambung, udara retroperitoneal pada x-ray
abdomen/ct-scan abdomen
Dilanjutkan dengan x-ray saluran cerna atas/ double contrast-CT

CEDERA PANKREAS
Hantaman langsung pada epigastrium
Kadar amilase serum tidak memastikan adanya cedera pankreas, namun
tetap di evaluasi
Double-contrast CT : belum dapat mendeteksi trauma pankreas dalam 8
jam

CEDERA ORGAN GENITOURINARIUS


Cedera renal : kontusio, hematoma, ekimosis
-> evaluasi saluran cerna ( CT-scan/ IVP)
Cedera saluran kemih : hematuri pada pasien luka penetrans abdomen,
episode hipotensi, ceera intraabdomen dengan trauma tumpul

CEDERA ORGAN BERONGGA


Cedera usus : terdapat ekimosis melintang ( seat-belt sign), fraktur distraksi
lumbal (chance fracture) pada x-ray

CEDERA ORGAN PADAT


Dapat menyebabkan shock, ketidakstabilan hemodinamik, dan perdarahan
yang berlangsung terus -> laparotomi segera
Cedera organ solid dengan hemodinamik normal -> non operatif, dirawat di
RS observasi ketat

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai