Khuzaini
D
I
G
E
S
T
I
V
E
KEADAAN YG TIDAK BOLEH DIOPERASI
• Hiperglikemi:
→ Tidak boleh dioperasi OK → operasi → stress →
stress hormon (termasuk glukogen) → memicu KGD ↑
→ insulin tdk tidak bisa menurunkan KGD → koma.
↔ Insulin Resistance Hiperglikemi.
• Dehidrasi:
→ Tidak boleh dioperasi OK → sudah ada kompensasi
tubuh (vasokontriksi) → jadi bila pasien dibius →
terjadi vasodilatasi → kompensasi tubuh menjadi
hilang → perfusi ke otak dan jaringan menurun →
pasien bisa mati!!!.
• Hiperpireksia:
→ Tidak boleh dioperasi OK → pada saat demam
tubuh perlu O2 lebih banyak.
• Hiperpireksia + Dehidrasi:
→ kebutuhan O2 meningkat + dehidrasi → vasodilatasi
→ pasien bisa Mati!!!
• Asites:
→ kontra indikasi u/ dilakukan operasi OK ada gangguan
sistemik → akan menggangu penyembuhan luka dan
merusak jahitan (sebaiknya dijahit dgn benang yg tidak
diserap).
CATATAN - UMUM
• Bayi yg diberi makan pisang → bisa perforasi lambung.
– Pertimbangan sistemik
→ yg mempengaruhi proses
healing.
– Pertimbangan lokal
→ infeksi luas, oedema,
organ yg mau dipertahankan
terlalu jauh → bila
dipaksakan akan terjadi
ketegangan.
– Material
→ benang, jarum dll.
– Tehnik operasi.
• Kapan Diversi ditutup ?
Kembali kpd faktor sistemik dan lokal.
→ < 2 mgg → Recovery bermakna → langsung
sambung.
→ > 2 mgg → KU belum bagus → sebaiknya tunggu
hingga 2 bln baru disambung → karena jaringan sudah
kembali spt jaringan normal.
• Cedera Reperfusi:
→ pasien sudah syok iskemik terlalu lama → maka sel-
sel sudah tdk lagi mengenal O2 sebagaimana mestinya
→ maka ketika pasien direhidrasi → O2 yg ke sel, sel
tidak lagi mengenal O2
→ O2 tidak di up take sel → menjadi O2 radikal bebas
yg toksik ketika kembali ke sel.
• Peptisol → penyerapan lebih ke proximal.
• Enterasol → penyerapan lebih ke distal.
• Sepsis intraabdominal → infeksi paling sulit diatasi dan
teramat sulit penatalaksanaannya.
• Nyeri viseral:
– Obstruksi.
– Regangan.
– Ishemik.
– Radang.
• Mortalitas:
– 3% pada infeksi ringan.
– 60% pada infesi lanjut → bisa meningkat lagi bila terjadi
MODS.
• Mukosa usus mempunyai tekanan kapiler lebih rendah
→ bila terjadi vasokonstriksi, lebih dahulu terjadi
vasokontrisi pada usus.
• Pemeriksaan tambahan:
– Laboratorium.
– USG.
– Foto polos.
– Colon in loop.
– CT-Scan.
– Colonoscopi.
Gambar:
• Appendisitis perforasi → terjadi reaksi lokal & sistemik.
• Diagnosa appendisitis:
– Secara klinis.
– Appendiktogram → 2 cara: barium mill & colon in loop.
→ Proses:
• Pengisian.
• Retensi.
• Evakuasi.
• Iregular mukosa.
• Hernia strangulata:
– Nyeri.
– Muntah.
– Hernianya tenang, nyeri tekan
& tdk tereduksi.
– Gambaran hipovolumia.
Harus diperhatikan pd
hernia strangulata:
1. Jangan merusak
anulus inguinalis
interna.
2. Organ infeksius yg
diluar jangan
dimasukkan ke dalam
rongga abdomen.
3. Jangan memaksakan
tindakan definitif pd
keadaan infeksius.
• Pada pasien hernia strangulata → tdk boleh dipasang
mash → karena mash dpt menjadi sumber infeksi
(tempat berkembang biak kuman)
→ pd hernia strangulata sudah terjadi pembebasan
toksin-toksin atau kuman sudah berkembang biak.
• Bila ada pus polip recti (viseral organ) dan tidak ada
anestesi → dpt dilakukan → ikat/ligasi polip → potong
→ tdk nyeri tapi pasien harus kooperatif.
CARILAH PEKERJAAN
YG KAU CINTAI,
MAKA SEUMUR HIDUPMU
TAK AKAN PERNAH
MERASA BEKERJA.
INVAGINASI ILEALCAECAL
• Syarat hidrostatik reposisi pd invaginasi (dgn barium
enema):
– Keadaaan umum baik.
– Tdk ada sepsis.
– Tdk ada tanda-tanda peritonitis.
– Belum distensi hebat.
– Fresh case.
– Pasien harus bisa tenang (tdk menangis) → beri valium.
– Persiapan kamar operasi u/ laparotomi bila gagal.
→ bila invaginasi muncul kembali, hidrostatik reposisi
tdk boleh dilakukan lagi.
• Divertikel bisa
menjadi leading
point.
• Syarat terjadinya
invaginasi:
– Hiperperistaltik.
– Ada laeding point.
• Pada Ro tanda invaginasi:
– Coil spring apperance.
– Cuping apperance.
• Komplikasi splenectomi:
– Atelektasis lobus bawah paru kiri.
OK → gerak diafragma sebelah kiri pd pernafasan
kurang bebas.
– Trombositosis post op → puncak pd hari X.
– OPSS (overwhelming post splenectomy sepsis)
→ sepsis OK: - pneumococcus.
- H.influenzea.
- meningococcus.
→ demam ↑ 38,5˚C.
FISTEL ENTEROCUTAN
• Fistel enterocutan:
– Lihat tanda-tanda dehidrasi.
– Lihat tanda-tanda peritonitis.
– Lihat yg keluar dari fistel
(low output atau high output → 400 cc).
• Tindakan konservatif:
– puasa → lihat produksi low / high output.
– Diet perenteral.
– Obat-obat spasmolitik.
– Nilai respon dari perawatan konservatif → apakah produksi
fistel makin berkurang → bila respon ada kemungkinan bisa
sembuh sendiri.
• Tindakan konservatif dilakukan bila:
– Keadaan umum bagus.
– Dehidrasi (-).
– Peritonitis (-).
– Low output.
• Test norit:
Untuk membedakan apakah ada fistel enterocutan atau
hanya poket abses → beri norit 10-15 tab.
→ bila keluar norit (hitam) dari fistel → fistel
enterocutan (+)
→ bila tdk keluar blm tentu fistel (-), bisa saja fistel (+)
& terdapat poket abses → jadi norit masuk &
memenuhi poket abses dahulu baru keluar.
ILEUS
• Ro abdomen 3 posisi :
– Distribusi udara (supine).
– Penebalan dinding usus.
– Harring bone.
– Air fluid level.
– Free air di sub diagfragma.
• Air fluid level pada ileus paralitik lebih lebar dari ileus
obstruktif.
• Mekanical bowel obstruction = ileus obstruksi.
• Darm staifung = bowel movement.
• Darm countur = bowel appreance.
• Ileus paralitik → mekanisme peristaltik usus yg
terganggu, tdk ada gangguan vascular.
• Obstruksi letak rendah lebih distensi daripada obstrusi
letak tinggi.
• Obstruksi hebat:
– Limfe → usus oedema → hering bone appereance.
– Vena → absorsi usus terganggu → air fluid level.
– Arteri → perforasi → cairan bebas intra peritoneal → gross
glass appereance.
• NGT:
– Dekompresi.
– Mencegah aspirasi.
– Diagnostik → cairan yg keluar.
– Monitoring.
– Terapi diet.
• Obstruksi usus:
– Mekanik:
• Total.
• Parsial.
– Fungsional → OK kelemahan peristaltik itu sendiri, mis:
• Hirscprung.
• Akalasia.
• Ggn elektrolit.
• Hiperuremia.
• Anemia berat.
• Radang.
Divertikulitis (terlokalisir)
Perforasi colon
• Perforasi gaster
→ cuci sebersih mungkin cavum abdomen saat
durante operasi OK tidak saja cairan lambung yg
tumpah tapi juga bisa cairan pancreas yg refluk,
terutama di subdiafragma karena bisa mengganggu
pernafasan.
• Duodenum:
– Lebih kaku → biasanya perforasi lebih besar.
– Lebih sulit dijahit → jahit secara simple interupted
(1 – 1).
Omental patch
Graham patch technique.
(A and B) This technique provides a safe and established method of
closure of perforated duodenal ulcer. The ulcer is closed by sutures
applied over a piece of omentum.
Proximal gastric vagotomy.
(A and B) The key elements of proximal gastric vagotomy are to divide the gastric
branches of the anterior and posterior vagi at the lesser curvature while
preserving the nerve of Latarjet and the innervation of the antral pyloric
mechanism. Another key feature of this operation is “skeletonization” of the distal
6–8 cm of the esophagus.
Pada dumping sindroma:
→ Makanan dgn cepat masuk ke usus → pancreas
memproduksi hormon insulin (hiperinsulinemia) →
hiperglikemi.
→ Karena proses yg terjadi cepat → saat makanan di usus
habis, kadar insulin masih tetap tinggi → terjadi
hipoglikemi.
→ Timbul gejala-gejala syok → padahal suatu keadaan
hipoglikemi.
↔ orang yg tidak tahu proses tersebut akan memberi
cairan yg banyak karena terpengaruh gejala syok tadi.
→ Maka pasien akan semakin hipoglikemi.
→ Otak akan kekurangan oksigen.
→ Pasien bisa mati !!!!!
• Billroth I:
– Vagotomy.
– Antrektomy.
– Gastroduodenostomy.
• Billroth II:
– Vagotomy.
– Antrektomy.
– Gastroyeyenostomy.
• Dumping syndroma:
– Early dumping → akibat adanya pengosongan makanan
hiperosmolar yg cepat ke dlm duodenum → menyebabkan
masuknya cairan kedlm lumen usus → menyebabkan
hipovolumia → dapat dicegah /dikontrol dgn makan sedikit-
sedikit atau makanan padat.
– Late dumping → berhubungan dgn hipoglikemik sekunder
terhadap hiperinsulinemia akibat dari kadar glukosa yg tinggi
→ terjadi beberapa jam setelah makan & respon terhadap
glukosa.
• Pada penderita dumping sindroma dgn gejala vasomotor yg berat,
posisi supine selama 30 menit setelah makan dapat mengurangi
kemungkinan sinkop, memperlambat jarak pengosongan lambung
serta perbaikan venous return.
• Adrenalin → simpatis → vasokontriksi di perifer & vasodilatasi di
central.
• Pada syok anafilaksis → diberi adrenalin untuk vasodilatasi perifer.
• Adrenalin = β-bloker (propanolol → sbg obat hipertensi)
→ pemakaian jangka panjang bisa menyebabkan hipotensi → OK
vasokontriksi perifer.
• Simpatis → di sentral membuat pembuluh darah vasodilatasi.
• Parasimpatis → di sentral membuat pembuluh darah vasokontriksi.
Faktor resiko
• Gastrectomy.
• Gastroenterostomy or gastrojejunostomy.
• Vagotomy.
• Fundoplication.
• Gastric bypass surgery (Roux-en-Y operation).
Surgical resection for stomach cancer.
Most antral cancers can be resected by subtotal gastrectomy with Bilroth II anastomosis.
Key aspects of the operation are removal of adequate proximal and distal margins, division of
the left and right gastric arteries at their origin, and resection of the greater omentum. When
the lesion is in the mid-body of the stomach or involves extensively the body of the stomach,
total gastrectomy with Roux-en-Y jejunostomy is required.
Some lesions of the cardia or fundus of the stomach may be amenable to proximal
gastrectomy performed through a left thoraco-abdominal incision.
ABDOMINAL INJURY
• Blunt trauma injury → bila ada luka pd pancreas → prognosis
jelek.
• Syarat melakukan demage control harus ada 2 sisi yg menekan
(mis antara hepar dan diafragma).
• Tampon demage control pada abdomen dibuka pada hari ke 2.
• Haematom pd epigastrium post trauma tumpul abdomen
→ OK adanya robekan pada otot hingga peritonium.
• Pada trauma abdomen pd pemeriksaan fisik yg harus dilihat
pertama kali adalah defans muscular dan jejas.
• Trauma tajam: eksplorasi dgn lokal anestesi, tdk ada foto.
• Trauma solid organ (hepar, splean, ren) → masih bisa
dikonservatif (lihat grade trauma).
• Pada perdarahan retroperitoneal harus diperhatikan:
– Apakah sudah ada penurunan hemodinamik yg hebat
(OK continious bleading).
– Harus ada persiapan darah yg cukup.
• Pada durante operasi bila dijumpai ada bercak-bercak
sabun (saponifikasi) → harus curiga cedera pancreas.
• Trauma tumpul pd hepar:
– Abses hepar >
– Hemobilia → daerah masuk ke saluran empedu → bisa
menyebabkan clot → sumbatan.
– Hepato-renal syndroma → ggn fungsi ginjal → penyebab
bukan dari ginjal sendiri.
• Luka tancap/tembus, mis tertancap besi pagar.
→ lihat kedalaman luka (mis dipagar bandingkan dgn panjang
pagar disebelahnya) → bila tidak dalam, bisa dicabut, bila dalam
jangan dicabut (bila dipagar, besi pagar dipotong) → OK benda yg
menancap bisa sbg tampon bila seandainya terkena pembuluh
darah besar.
• Trauma tumpul abdomen → observasi aktif → nyeri dan Hb (bisa
rendah OK hemodilusi).
• Gejala peritonitis OK ruptur organ retroperitoneal nyeri muncul
agak lama.
• Bila ada hematoma yg luas dan ada pulsasi pada retroperitonial →
jgn buka retroperitonial.
• Perdarahan retroperitonial → bisa menyebabkan inhibisi darah ke
intraperitonial → menyebabkan gambaran peritonitis
(peritonismus).
HEPATOBILIER
JOUNDICE:
• Pre hepatal:
– Segala penyakit yg bisa menyebabkan lisis eritrosit
(spt: malaria, talasemia, sepsis).
• Hepatal:
– Hepatitis.
– Serosis hepatis.
– Hepatoma.
– Leptospirosis.
• Post hepatal:
– Atresia bilier.
– Kista ductus koledokus.
– Trauma → hemobilia → bila vena porta dan ductus koledokus
terjadi shunting.
– Tumor pada CBD, ampula vater, caput pancreas.
– Metabolik → batu.
• Hidrops vesika fellea disebabkan oleh stenosis atau
obstruksi ductus sistikus.
• Obstruksi ductus sistikus timbul karena batu, striktur
atau oedema inflamasi duktus.
• Tanda khas kolik billier:
– Lokasi diperut kanan atas.
– Nyeri alih ke titik Boas (daerah ujung scapula di panggung).
• Kolelithiasis ada yg asimtomatik, ada yg keluhannya
samar → gejala spt gastritis.
• Sekali terbentuk batu di vesika fallea → maka akan
terbentuk batu lagi dikemudian harinya.
• Batu baru menunjukkan gejala bila ada 2 hal:
– Infeksi / inflamasi.
– Obstruksi.
• Cholangitis:
– Adanya obstruksi & inflamasi saluran empedu.
– Gejala:
↔ Ringan – sedang → biasanya cholangitis bakterial non
piogenik → ditandai dgn TRIAS CHARCOT:
• demam & menggigil
• ikterus/joundice.
• nyeri di daerah hati/kwadran kanan atas.
↔ cholangiolitis → biasanya berupa cholangitis piogenik
intrahepatik → ditandai dgn PENTADE REYNOLD:
• Trias charcot.
• Syok.
• kekacauan mental at penurunan kesadaran hingga coma.
– Bisa terjadi hepatorenal syndroma:
→ Bilirubin II yg meningkat di dlm darah → dpt merusak filtrasi
ginjal → Hepatal Renal Syndroma.
LOKASI PROSEDUR
Caecum, colon asenden & fleksura Hemikolektomi kanan
hepatika
Colon transversum Hemikolektomi kanan atau kiri
Transverse colectomy
with anastomosis of ascending and
descending colon
Extended right colectomy Left hemicolectomy
with ileocolic anastomosis with transverse and
sigmoid colon
anastomosis
7,35 ← Ph →7,45
Asidosis Alkalosis
• Base Excase (BE) ↔ - 2,5 ─ +2,5 :
– Searah Ph asidosis → asidosis metabolik.
– Searah Ph alkalosis → alkalosis metabolik.
• Kompensasi:
– Respiratorik di ginjal.
– Metabolik di paru.
ASIDOSIS ALKALOSIS
7,35 PH 7,45
(7,35 ─ 7,45)
-2,5 BE +2,5
(- 2,5 ─ +2,5)
45 PCO2 35
(35 ─ 45)
PH PCO2 BE
A 7,25 70 +2
B 7,25 40 -10
C 7,5 25 -2
D 7,5 40 -8
E 7,25 20 -17
F 7,48 20 8
Hasil:
– B: asidosis metabolik.
– A: asidosis respiratorik.
– C: alkalosis respiratorik.
– D: alkalosis metabolik.
– E: asidosis metabolik kompensasi respiratorik.
– F: alkalosis respiratorik kompensasi metabolik.
BEDAH ANAK
VACTERL
V : Vertebral anomalies.
A : Anorectal malformation (imperforate anus).
C : Congenetal cardiac defect (VSD, ASD, TOF).
TE : Trachea – Esophageal anomalies.
R : Renal-urinary defect (absent kidney, hipospadia).
L : Limb defect (radial displasia).
• Penutupan defek pd omfalokel & gastroschisis harus
berdasarkan atas disporporsi antara organ yg keluar dgn
rongga intra abdomen
→ dilihat dgn ada-tidaknya distress pernafasan pd saat
organ dimasukkan ke cavum abdomen.
→ konsul dgn anestesi apakah ada peningkatan tekanan
intraabdominal (berat saat memompa ambu).
• Problem bayi dgn omphalocel:
– Ada kelainan kongenital yg lain.
– Lihat besar defek.
– Berapa byk organ visera yg berada diluar abdomen.
– Perbedaan proporsi organ visera yg keluar dgn cavum
abdomen.
– Infeksi.
– Amnion pembungkus bisa pecah.
– Perlengketan yg tjd antara massa visera dgn amnion bila lama
dilakukan repair.
• Pada omphalokel yg menjadi masalah bukan diameter
dari defek tapi organ yg keluar dari defek tsb krn
diameter merupakan masalah tehnik tindakan.
• Faktor resiko hernia pada anak:
– Tekanan abdomen yg meningkat (biasanya phimosis).
– Adanya lokus minoris persisten.
– Organ viseral yg mobile.