Anda di halaman 1dari 23

SCROTUM & TESTES Peredaran darah testis memiliki keterkaitan dengan peredaran darah di ginjal karena

asal embriologi kedua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke testis berasal dari
--------------------------- RD-Collection 2002 ---------------------------- aorta yang beranastomosis di funikulus spermatikus dengan arteri dari vasa
deferensia yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Aliran darah dari testis
kembali ke pleksus pampiniformis di funikulus spermatikus. Pleksus ini di anulus
Anatomi testis inguinalis interna akan membentuk vena spermatika. Vena spermatika kanan akan
masuk ke dalam vena cava inferior sedangkan vena spermatika kiri akan masuk ke
Testis merupakan organ yang berperan dalam proses reproduksi dan hormonal.
dalam vena renalis kiri.
Fungsi utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormon androgen
terutama testosteron. Sperma dibentuk di dalam tubulus seminiferus yang memiliki 2
jenis sel yaitu sel sertoli dan sel spermatogenik. Diantara tubulus seminiferus inilah
terdapat jaringan stroma tempat dimana sel leydig berada.
Testis normal berukuran rata-rata 4x3x2,5 cm. Organ ini diliputi oleh suatu lapisan
yang disebut dengan tunika albuginea, oleh suatu septa-septa jaringan ikat testis
dibagi menjadi 250 lobus. Pada bagian anterior dan lateral testis dibungkus oleh
suatu lapisan serosa yang disebut dengan tunika vaginalis yang meneruskan diri
menjadi lapisan parietal, lapisan ini langsung berhubungan dengan kulit skrotum. 4
Di sebelah posterolateral testis berhubungan dengan epididimis, terutama pada pool
atas dan bawahnya. Testis terdapat di dalam skrotum yang merupakan lapisan kulit
yang tidak rata dimana di bawahnya terdapat suatu lapisan yang disebut tunika
dartos yang terdiri dari serabut-serabut otot.

Saluran limfe yang berasal dari testis kanan mengalir ke kelenjar getah bening di
daerah interaortacaval, paracaval kanan dan iliaka komunis kanan, sedangkan
saluran limfe testis kiri mengalirkan isinya ke kelanjar getah bening paraaorta kiri
dan daerah hilus ginjal kiri, paracaval kiri dan iliaka kiri.
sistem limfatik dari testis kanan sistem limfatik dari testis kiri

Anatomi regio retroperitoneum


Undescended Testes --------------- RD-
Mekanisme yang berperan dalam proses turunnya testis belum sepenuhnya
dimengerti, dibuktikan untuk turunnya testis ke skrotum memerlukan aksi androgen
Collection 2002 yang memerlukan aksis hipotolamus-hipofise-testis yang normal. Mekanisme aksi
androgen untuk merangsang turunnya testis tidak diketahui, tetapi diduga organ
Ketika skrotum anak tidak dijumpai testis, orang tuanya akan dihantui kebimbangan sasaran androgen kemungkinan gubernakulum, suatu pita fibromuskuler yang
tentang kelelakian anaknya. Dokter akan berpikir sekitar kanker testis, dan yang membentang dari pole bawah testis ke bagian bawah dinding skrotum yang pada
paling penting lagi anak akan malu dan cemas dalam pergaulan. Pemahaman minggu-minggu terakhir intrauterin akan berkontraksi dan menarik testis ke
masalah kriptorkismus secara holistik akan membimbing dokter , orang tua dan anak skrotum. Posisi testis saat turun berada di posterior processus vaginalis
dalam menyikapi kelainan yang ada. Dokter akan memberikan pelayanan yang (retroperitoneal) sekitar 4 minggu kemudian (umur 32 minggu) testis masuk
optimal ditengah kontroversi penanganan yang masih berlangsung. Orang tua akan skrotum. Ketika turun, testis membawa serta duktus deferens dan vasanya sehingga
memahami kondisi anak dan kemungkinan yang dapat terjadi di kelak hari, sehingga ketika testis turun, mereka terbungkus oleh perluasan dinding abdomen. Perluasan
anak akan mendapat penerimaan kondisi kelainan oleh lingkungan pergaulannya, fascia transversalis membentuk fascia spermatica interna, m. obliqus abdominal
sehingga psikologi anak tidak terganggu, juga mendapat penanganan medis yang membentuk fascia kremaster dan musculus kremaster dan apponeurosis m. obliqus
adekuat. Dalam menangani kriptorkismus, dokter tidak hanya memperbaiki anatomi abdomenus eksternal membentuk fascia spermatica externus di dalam skrotum.
saja, tetapi juga memperhatikan faktor psikologis / emosional baik pada anak Masuknya testis di skrotum di ikuti dengan kontraksi kanalis inguinalis yang
maupun orang tuanya. menyelubungi funikulus spermatikus. Selama periode perinatal processus vaginalis
mengalami obliterasi, mengisolasi suatu tunica vaginalis yang membentuk suatu
Embriologi kantong yang menutupi testis.
Ketika mesonepros mengalami degenerasi, suatu ligamen yang disebut
gubernakulum akan turun pada masing-masing sisi abdomen dari pole bawah gonal Pada umumnya testis turun pada skrotum secara sempurna pada akhir tahun
melintas oblik pada dinding abdomen (yang kelak menjadi kanalis inguinalis) dan pertama. Kegagalan testis turun tetapi masih pada jalur normalnya disebut UDT.
melekat pada labioscrotal swelling ( yang kelak menjadi skrotum atau labia majora). Testis dapat berada sepanjang jalur penurunan. ( Gb IA ) Kadang setelah melewati
Kemudian kantong peritoneum yang disebut processus vaginalis berkembang pada canalis inguinalis testis menyimpang dari jalur yang seharusnya, dan menempati
masing-masing sisi ventral gubernakulum dan mengalami herniasi melalui dinding lokasi abnormal. Hal ini disebut testis ektopik. Testis bisa terletak di interstitial
abdomen bawah sepanjang jalur yang dibentuk oleh gubernakulum. Masing-masing (superfisial dari m. obliquus abdominis externus) di paha sisi medial, dorsal penis
processua vaginalis membawa perluasan dari lapisan pembentuk dinding abdomen, atau kontralateralnya. Diduga disebabkan oleh bagian gubernakulum yang melewati
bersama-sama membentuk funikulus spermatikus. Lubang yang ditembus oleh lokasi abnormal, dan testis kemudian mengikutinya. (Lihat gambar 1B) .
processus vaginalis pada fascia transversalis menjadi anulus inguinalis internus,
sedang lubang pada aponeurosis m. obliquus abdominis externus membentuk anulus
inguinalis eksternus.
Sekitar minggu ke-28 intrauterine, testis turun dari dinding posterior abdomen
menuju anulus inguinalis internus. Perubahan ini terjadi akibat pembesaran ukuran
pelvis dan pemanjangan ukuran tubuh, karena gubernakulum tumbuh tidak sesuai
proporsinya, mengakibatkan testis berubah posisi, jadi penurunannya adalah
proporsi relatif terhadap pertumbuhan dinding abdomen. Peranan gubernakulum
pada awalnya adalah membentuk jalan untuk processus vaginalis selama
pembentukan kanalis inguinalis, kemudian gubernakulum juga sebagai jangkar/
pengikat testis ke skrotum. Massa gubernakulum yang besar akan mendilatasi jalan
testis, kontraksi, involusi, dan traksi serta fiksasi pada skrotum akan menempatkan
testis dalam kantong skrotum. Ketika tesis telah berada di kantong skrotum
gubernakulum akan diresorbbsi (Backhouse, 1966) Umumnya dipercaya bahwa
gubenakulum tidak menarik testis ke skrotum. Perjalanan testis melalui kanalis
inguinalis dibantu oleh peningkatan tekanan intra abdomen akibat dari pertumbuhan
viscera abdomen.
Gbr. 1A. UDT Gbr. 1B. Testis Ektopik
Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan C. Defisiensi stimulasi hormonal / endokrin
orchis (latin) yang berarti testis. Nama lain dari kriptorkismus adalah Hormon gonadotropin maternal yang inadequat menyebabkan desensus
undescended testis, tetapi harus dijelaskan lanjut apakah yang di maksud inkomplet. Hal ini memperjelas kasus kriptorkismus bilateral pada bayi prematur
kriptorkismus murni, testis ektopik, atau pseudokriptorkismus. Kriptorkismus murni ketika perkembangan gonadotropin maternal tetap dalam kadar rendah sampai 2
adalah suatu keadaan dimana setelah usia satu tahun, satu atau dua testis tidak minggu terakhir kehamilan. Tetapi teori ini sulit diterapkan pada kriptorkismus
berada didalam kantong skrotum, tetapi berada di salah satu tempat sepanjang jalur unilateral. Tingginya kriptorkismus pada prematur diduga terjadi karena tidak
penurunan testis yang normal. Sedang bila diluar jalur normal disebut testis ektopik, adequatnya HCG menstimulasi pelepasan testosteron masa fetus akibat dari
dan yang terletak di jalur normal tetapi tidak didalam skrotum dan dapat didorong imaturnya sel Leydig dan imaturnya aksis hipothalamus-hipofisis-testis.
masuk ke skrotum serta naik lagi bila dilepaskan disebut pseudokritorkismus atau Dilaporkan suatu percobaan menunjukkan desensus testis tidak terjadi pada
testis retraktil mamalia yang hipofisenya telah diangkat .
Rasfer et al (1986) memperlihatkan penurunan testis dimediasi oleh androgen
Epidemiologi yang diatur lebih tinggi oleh gonadotropin pituitary. Proses ini memicu kadar
Besar insidensi UDT berbeda pada tiap-tiap umur. Bayi baru lahir (3 6%), satu dihidrotestotsteron yang cukup tinggi, dengan hasil testis mempunyai akses yang
bulan (1,8%), 3 bulan (1,5%), Satu tahun (0,5 0,8%). Bayi lahir cukup bulan 3% bebas ke skrotum . Toppari & Kaleva menyebut defek dari aksis hipotalamus-
diantaranya kriptorkismus, sedang lahir kurang bulan sekitar 33% . Pada berat badan pituitary-gonadal akan mempengaruhi turunnya testis. Hormon utama yang
bayi lahir (BBL) dibawah 2000 gram insidensi UDT 7,7% BBL 2000-2500 (2,5%), mengatur testis adalah LH dan FSH yang doproduksi oleh sel basofilik di
dan BBL diatas 2500 (1,41%) Insidensi kriptorkismus unilateral lebih tinggi pituitary anterior yang diatur oleh LHRH. FSH akan mempengaruhi
dibanding kriptorkismus bilateral. Sedang insidensi sisi kiri lebih besar (kiri 52,1% mempengaruhi sel sertoli, epitel tubulus seminiferus. Kadar FSH naik pada
vs kanan 47,9%). Di Inggris, insidensinya meningkat lebih dari 50% pada kurun kelainan testis
waktu 1965 1985. di FKUI RSUPCM kurun waktu 1987 1993 terdapat 82 anak Kriptorkismus yang disertai defisiensi gonadotropin dan adrenal hipoplasia
kriptorkismus, sedang di FKUSU RSUP. Adam Malik Medan kurun waktu 1994 kongenital mungkin berhubungan dengan sifat herediter. Corbus dan OConnor,
1999 terdapat 15 kasus. Perreh dan ORourke melaporkan beberapa generasi kriptorkismus dalam satu
keluarga2. Juga ada penelitian yang menunjukkan tak aktifnya hormon Insulin
Like Factor 3 ( Insl3) sangat mempengaruhi desensus testis . Insl3 diperlukan
Etiologi untuk diferensiasi dan proliferasi gubernakulum. Faktor lain yang diduga
Penyebab pasti kriptorkismus belum jelas. Beberapa hal yang berhubungan adalah berperan ialah berkurangnya stimulating substances yang diproduksi oleh nervus
A. Abnormalitas gubernakulum testis genitofemoralis
Penurunan testis dipandu oleh gubernakulum. Massa gubernakulum yang besar
akan mendilatasi jalan testis, kontraksi, involusi, dan traksi serta fiksasi pada Faktor Resiko
skrotum akan menempatkan testis dalam kantong skrotum. Ketika tesis telah Karena penyebab pasti kriptorkismus tidak jelas, maka kita hanya dapat mendeteksi
berada di kantong skrotum gubernakulum akan diresorbsi (Backhouse, 1966) faktor resikonya. Antara lain :
Bila struktur ini tidak terbentuk atau terbentuk abnormal akan menyebabkan
maldesensus testis. 1. BBLR (kurang 2500 mg)
2. Ibu yang terpapar estrogen selama trimester pertama
B. Defek intrinsik testis 3. Kelahiran ganda (kembar 2, kembar 3)
Maldesensus dapat disebabkan disgenesis gonadal dimana kelainan ini membuat 4. Lahir prematur (umur kehamilan kurang 37 minggu)
testis tidak sensitif terhadap hormon gonadotropin. Teori ini merupakan 5. Berat janin yang dibawah umur kehamilan.
penjelasan terbaik pada kasus kriptorkismus unilateral. Juga untuk menerangkan 6. Mempunyai ayah atau saudara dengan riwayat UDT
mengapa pada pasien dengan kriptorkismus bilateral menjadi steril ketika PATOGENESIS
diberikan terapi definitif pada umur yang optimum. Banyak kasus kriptorkismus Skrotum adalah regulator suhu yang efektif untuk testis, dimana suhu dipertahankan
yang secara histologis normal saat lahir, tetapi testisnya menjadi atrofi / sekitat 1 derajat Celsius (1,8 derajat Fahrenheit) lebih dingin dibanding core body
disgenesis pada akhir usia 1 tahun dan jumlah sel germinalnya sangat berkurang temperature. Sel spermatogenesis sangat sensitif terhadap temperatur badan.
pada akhir usia 2 tahun. Mininberg, Rodger dan Bedford (1982) mempelajari ultrastruktur kriptorkismus dan
mendapatkan perubahan pada kurun satu tahun kehidupan. Pada umur 4 tahun
didapatkan deposit kolagen masif. Kesimpulan mereka adalah testis harus di skrotum
pada umur 1 tahun
Penelitian biopsi testis kriptorkismus menunjukkan bukti yang mengagetkan dimana 2. The True Ectopic Testis
epitel germinativum dalam testis tetap dalam ukuran normal untuk 2 tahun pertama Di sini testis melewati canalis inguinalis tetapi kemudian menempati daerah
kehidupan. Sementara umur 4 tahun terdapat penurunan spermatogonia sekitar 75 % perineum, suprapubic dorsal pangkal penis, bawah kulit pangkal femur sisi
sehingga menjadi subfertil / infertil medial.
Setelah umur 6 tahun tampak perubahan nyata. Diameter tubulus seminiferus
mengecil, jumlah spermatogonia menurun, dan tampak nyata fibrosis di antara 3. The Floating Testicle
tubulus testis. Pada kriptorkismus pascapubertas mungkin testis berukuran normal, Pada anak-anak kontraksi muskulus kremaster dapat mengangkat testis dari
tetapi ada defisiensi yang nyata pada komponen spermatogenik sehingga pasien posisis normal menuju kanalis inguinalis. Refleks ini dipicu oleh rangsang dingin
menjadi infertil . Untungnya sel leydig tidak dipengaruhi oleh suhu tubuh dan atau sentuhan. Jangan keliru menganggap posisi ini dengan retensi testis. Tipe ini
biasanya ditemukan dalam jumlah normal pada kriptorkismus. Sehingga impotensi dibagi menjadi :
karena faktor endokrin jarang terjadi pada kriptorkismus Penelitian dengan biopsi a. The Slidding Testicle ( Uper retractile type)
jaringan testis yang mengalami kriptorkismus menunjukkan tidak terjadi Testis dapat teraba dengan baikdari midskrotum ke atas sampai di depan
abnormalitas kromosom. Maldescensus dan degenerasi maligna tidak dapat aponeurosis muskulus obliquus abdominis eksternus di atas anulus inguinalis
disebabkan karena defek genetik pada testis yang mengalami UDT eksternus.

Klasifikasi b. The Pendulant testicle (Lower Retractile Type)


Kriptorkismus dapat diklasifikasikan berdasar etiopatogenesis dan lokasi. Berdasar Testis bergerak bolak-balik antar bagian terbawah skrotum dan anulus
etiopatogenesis kriptorkismus dapat dibagi menjadi : inguinalis eksternus.
Mekanik/anatomik : perlekatan, kelainan kanalis inguinalis
1. Endokrin/hormonal: kelainan aksis hipotalamus-hipofise-testis
2. Disgenesis : kelainan interseks multipel Diagnosis
3. Herediter/genetik Anamnesis
Diagnosis UDT dapat dibuat oleh orangtua anak atau dokter pemeriksa pertama.
Berdasarkan lokasi : Umumnya diawali orangtua membawa anak ke dokter dengan keluhan skrotum
1. Skrotum tinggi (supraskrotal) : 40% anaknya kecil. Dan bila disertai dengan hernia inguinalis akan dijumpai
2. Intrakanalikuli (inguinal) : 20 % pembengkakan atau nyeri berulang pada skrotum. Anamnesis ditanyakan :
3. Intraabdominal (abdomen) : 10 % 1. Pernahkah testis diperiksa, diraba sebelumnya di skrotum.
4. Terobstruksi : 30% 2. Ada tidaknya kelainan kongenital yang lain, seperti hipospadia, interseks,
prunne belly syndroma, dan kelainan endokrin lain
Ada juga yang membagi lokasi sebagai berikut : (1) intraabdominal (2) Inguinal (3) 3. Ada tidaknya riwayat UDT dalam keluarga
Preskrotal (4) Skrotal (5). Retraktil
Major , 1974 membagi kriptorkismus (dalam pengertian umum) membagi menjadi Tanda kardinal UDT ialah tidak adanya satu atau dua testis dalam skrotum. Pasien
1. Retensio Testis (dystopy of testicle) Diklasifikasikan sesuai tempatnya dapat mengeluh nyeri testis karena trauma, misal testis terletak di atas simpisis ossis
a. Abdominal testicle (retensi abdominal) pubis. Pada dewasa keluhan UDT sering dihubungkan dengan infertilitas
b.Canalicular testicle ( retensio canalicularis superior et inferior ): testis benar-
benar tak teraba Pemeriksaan Fisik
c. Inguinal testicle ( retensio inguinalis) : testis teraba di depan anulus 1. Penentuan lokasi testis
inguinalis eksternus Beberapa posisi anak saat diperiksa : supine, squatting, sitting . Pemeriksaan testis
d. Testis reflexus (superfisial inguinal ectopy): bentuk paling umum. Testis harus dilakukan dengan tangan hangat. Pada posisi duduk dengan tungkai dilipat
sebenarnya tidak melenceng dari alur normal. Gubernakulum memandu testis atau keadaan relaks pada posisi tidur. Kemudian testis diraba dari inguinal ke arah
menuju bagian bawah skrotum. Testis hanya bertempat di anterior skrotum dengan cara milking. Bisa juga dengan satu tangan di skrotum sedangkan
aponeurosis muskulus obliquus abdominis eksternus dan sesungguhnya ini tangan yang lain memeriksa mulai dari daerah spina iliaka anterior superior
bukan suatu testis ektopik menyusuri inguinal sampai kantong skrotum. Hal ini mencegah testis retraksi karena
pada anak refleks muskulus kremaster cukup aktif yang menyebabkan testis bergerak
ke atas / retraktil sehingga menyulitkan penilaian.
Penentuan posisi anatomis testis sangat penting sebelum terapi karena berhubungan Berikut bagan kemungkinan abnormalitas testis :
dengan keberhasilan terapi. Testis retraksi tidak perlu terapi. Testis yang retraktil
sudah turun saat lahir, tetapi pada pemeriksaan tidak ditemukan di dalam skrotum Perabaan
kecuali anak relaks. testis

Palpable Impalpable

UNDESCENDED
Intraabdominal

Retraktil Ektopik

Superficial Inguinal

Anorchia Dysplasia

2. Penentuan apakah testis palpabel Pemeriksaan Penunjang


a. Testis teraba Dilakukan bila testis impalpable atau meragukan beberapa modalitas penunjang
Bila testis palpable beberapa kemungkinan antara lain : (1) testis retraktil (2) diperlukan.
UDT (3) Testis ektopik (4). Ascending Testis Syndroma . Ascending Testis 1.Ultrasonografi (USG)
Syndroma ialah testis dalam skrotum /retraktil, tetapi menjadi lebih tinggi karena 2.Merupakan modalitas pertama dalam menegakkan kriptorkismus.
pendeknya funikulus spermatikus. Biasanya baru diketahui pada usia 8 -10 ------------------------------------------------------------------------------------ Alasan :
tahun. Bila testis teraba maka tentukan posisi, ukuran, dan konsistensi. a. Sekitar 72% kriptorkismus terletak intrakanalikuler sehingga aksesibilitas USG
Bandingkan dengan testis kontralateralnya. cukup baik
b. Non invasif
b. Bila impalpable testis c.Mudah didapat
Kemungkinannya ialah : (1) intrakanalikuler, (2) intraabdominal, (3) Atrofi d.Praktis/mudah dijadwalkan
testis , (4) Agenesis. Kadang di dalam skrotum terasa massa seperti testis atrofi. e.Murah
Jaringan ini biasanya gubernakulum atau epididimis dan vas deferens yang bisa Pada USG testis prepubertas mempunyai gambaran ekhogenitas derajat ringan
bersamaan dengan testis intraabdominal. Impalpable testis biasanya disertai sampai sedang, dan testis dewasa ekhogenitas derajat sedang.
hernia inguinal. Pada bilateral impalpable testis sering berkaitan dengan anomali USG hanya efektif untuk mendeteksi testis di kanalis inguinalis ke superfisial,
lain seperti interseksual, prone belly syndrome dan tidak dapat mendeteksi testis di intraabdominal 8 Di luar negeri
keberhasilannya cukup tinggi (60-65%), sementara FKUI hanya 5,9% 3. Hal ini desensitisasi sel Leydig terhadap HCG yang akan menyebabkan steroidogenic
dipengaruhi oleh pengalaman operator. refractoriness.

Hindari dosis tinggi karena menyebabkan efek refrakter testis terhadap HCG,
3. CT Scan udem interstisial testis, gangguan tubulus dan efek toksis testis. Kadar
Merupakan modalitas kedua setelah USG. CT Scan dapat mendeteksi testis testosteron diperiksa pre dan post unjeksi, bila belum ada respon dapat diulang 6
intraabdominal. Akurasi CT Scan sama baiknya dengan USG pada testis letak bulan berikutnya. Kontraindikasi HCG ialah UDT dengan hernia, pasca operasi
inguinal. Sedang testis letak intraabdominal CT Scan lebih unggul ( CT Scan hernia, orchydopexy, dan testis ektopik. Miller (16) memberikan HCG pada
96% vs USG 91%). False positif / negatif biasanya akibat pembesaran limfonodi. pasien sekaligus untuk membedakan antara UDT dan testis retraktil. Hasilnya
Dapat dibedakan dengan testis karena adanya lemak di sekeliling limfonodi. 20% UDT dapat diturunkan sampai posisi normal, dan 58% retraktil testis dapat
normal.
4. MRI
Dapat mendeteksi degenerasi maligna pada kriptorkismus. Kelemahannya loop b. LHRH
usus dan limfonodi dapat menyerupai kriptorkismus Dosis 3 x 400 ug intranasal, selama 4 minggu. Akan menurunkan testis secara
komplet sebesar 30 64 %.
5. Angiografi
Akurat tetapi invasif sehingga tidak disukai. Venografi Gadolium dengan MRI c. HCG kombinasi LHRH
lebih akurat dibanding MRI tunggal Dosis : LHRH 3 x 400 ug, intranasal, 4 minggu . Dilanjutkan HCG
intramuskuler 5 kali pemberian selang sehari. Usia kurang 2 tahun : 5 x 250 ug,
3 -5 tahun : 5 x 500 ug, di atas 5 tahun : 5 x 1000 ug.
Penanganan Respon terapi : penurunan testis 86,4%, dengan follow up 2 tahun kemudian
Tujuan dari penanganan UDT adalah : keberhasilannya bertahan 70,6%.
1. Meningkatkan vertilitas
2. Mencegah torsio testis Evaluasi terapi.
3. Mengurangi resiko cidera khususnya bila testis terletak di tuberkulum pubik Berdasar waktu : akhir injeksi, 1 bulan, 3 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
4. Mengkoreksi kelainan lain yang menyertai, seperti hernia Berdasar posisi : respon komplet bila testis berada di skrotum, sedang respon
5. Mencegah / deteksi awal dari keganasan testis inkomplet bila testis posisi inguinal rendah Efek samping bersifat reversibel. Ujud
6. Membentuk body image kelainan berupa bertambah ukuran testis, pembesaran penis, ereksi, meningkatnya
rugositas skrotum, tumbuhnya rambut pubis hiperpigmentasi dan gangguan emosi
Terapi non Bedah
Berupa terapi hormonal. Terapi ini dipilih untuk UDT bilateral palpabel inguinal.
Tidak diberikan pada UDT unilateral letak tinggi atau intraabdomen. Efek terapi Terapi Bedah
berupa peningkatan rugositas skrotum, ukuran testis, vas deferens, memperbaiki Tujuan pembedahan adalah memobilisasi testis, adequatnya suplay vasa spermatika ,
suplay darah, dan diduga meningkatkan ukuran dan panjang vasa funikulus fiksasi testis yang adequat ke skrotum, dan operasi kelainan yang menyertainya
spermatikus, serta menimbulkan efek kontraksi otot polos gubernakulum untuk seperti hernia.
membantu turunnya testis. Dianjurkan sebelum anak usia 2 tahun , sebaiknya bulan Indikasi pembedahan :
10 24. Di FKUI terapi setelah usia 9 bulan karena hampir tidak dapat lagi terjadi 1.Terapi hormonal gagal
penurunan spontan. 2.Terjadi hernia yang potensial menimbulkan komplikasi
Hormon yang diberikan : 3.Dicurigai torsio testis
a. HCG 4.Lokasi intraabdominal atau di atas kanalis inguinalis.
Hormon ini akan merangsang sel Leydig menproduksi testosteron. Dosis : Menurut 5.Testis ektopik
Mosier (1984) : 1000 4000 IU, 3 kali seminggu selama 3 minggu. Garagorri
(1982) : 500 -1500 IU, intramuskuler, 9 kali selang sehari. Ahli lain memberikan Tahapan :satu tahap atau 2 tahap tergantung vasa spermatika apakah panjang atau
3300 IU, 3 kali selang sehari untuk UDT unilateral dan 500 IU 20 kali dengan 3 pendek.
kali seminggu. Injeksi HCH tidak boleh diberikan tiap hari untuk mencegah
- diseksi funikulus spermatikus ke kranial sampai dengan lateral dari vasa
epigastrika inferior
- bila belum cukup panjang untuk memungkinkan testis ke skrotum tanpa
Tekinik operasi pada UDT : tegang, vasa epigastrika inferior dipotong, sehingga funikulus spermatikus
1. Orchydopexy Standar dapat digeser lebih ke medial. Bila hal ini belum dapat panjang berarti
Prinsip dari orchidopexy meliputi 3 tahap funikulus spermatikusnya memang pendek
1. Funikulolisis - sering kantong hernia kongenital atau prosesus vaginalis persisten
Adalah pelepasan funikulus spermatikus dari musculus kremester dan menghambat mobilisasi funikulus, maka lepaskan kantong secara hati-hati dan
memungkinkan dapat memperpanjang ukurannya. Vasa testicularis di bebaskan ligasi tinggi. Bila peritoneum terbuka jahit secara atraumatik
sejauh mungkin ke retroperitoneal dan dimobilisasi lebih ke medial yang akan - pembebasan diatas akan lebih mudah bila gubernakulum dipotong lebih dulu
meluruskan dan memperpanjang vasa. Terdapat kesulitan ketika memobilisasi kemudian dilanjut dengan pembebasan testis
vasa diatas vasa iliaca komunis - mobilisasi lanjut ke arah retroperitoneal dilakukan dengan memotong m.
Beberapa metode yang digunakan untuk menurunkan testis ke skrotum antara obliqus abdominis internus dan m. transversus abdominis ke arah kranio
lain Ombredonne, Bevas, Torek, Cobot Nesbit, Longord, Gersung, Denis lateral atau melepaskan ligamentum inguinalis
Browne. George Major menolak metode Mauclain (menurunkan testis ke - kemudian vasa spermatika interna dapat dibebaskan secara retroperitoneal ke
kontralateral), juga tidak setuju UDT bilateral dikerjakan sekaligus dalam satu kranial sampai melewati vasa iliaka
tahap oleh karena ancaman infeksi dari kesulitan fiksasi pada septum skrotum - setinggi promontorium vasa akan menyilang ureter. Hati-hati dalam
Funikulolisis dikerjakan melalui insisi inguinal tinggi dan testis diturunkan membebaskannya
dengan bantuan tarikan tali (benang) transcrotal ke paha Bila pasien UDT
disertai hernia inguinalis, kantung hernia kanan dibebaskan dari ligasi 2.Pemindahan testis ke dalam skrotum (transposisi)
seproximal mungkin, kantong vaginalis propria pada testis dan epidedimis Bagian skrotum yang akan ditempati testis telah kosong dan menjadi lebih kecil
dipertahankan, karena serosa yang membungkus testis itu penting bagi dibanding ukuran normal. Regangkan dinding skrotum dengan diseksi jari-jari
spermatogenesis. sehingga menciptakan suatu ruangan. Traksi ditempatkan pada gubernakulum
Teknik funikulolisis menurut Beran (1903) memotong vasa testis bila vasa Testis yang telah bebas dan funikulus spermatikusnya cukup panjang,
tersebut sangat pendek dan diharapkan vaskularisasi yang adequat dari vasa vas ditempatkan pada skrotum, bukan ditarik ke skrotum.
defferens. Tetapi teknik ini kurang bagus dengan alasan maturasi normal
memerlukan suplay vaskuler yang optimal. 3.fiksasi testis dalam skrotum
Adalah hal prinsip bahwa testis berada di skrotum bukan karena tarikan dan
Teknik operasi orchydopexy standar testis tetap berada di habitat barunya, sehingga menjadi kurang tepat bila
Akses : Menurut Ombredonne lebih menguntungkan dengan insisi inguinal keberadaan testis di skrotum itu karena tarikan dan fiksasi testis.
tinggi yang memungkinkan mobilisasi vaskuler retroperitoneal dan Fiksasi testis tetap diperlukan.
menempatkan testis pada skrotum. - Untuk mengikatnya tembuskan benang pada stumb ligamentum hunteri pada
Funikulolisis : pole bawah testis dengan benang nonabsorpable dan meninggalkan ujung
- setelah diseksi aponeurosis m. obliqus abdominis eksternus dan benang yang panjang
membebaskan anulus inguinal eksternus dengan hati-hati untuk menghindari - perlebar skrotum dengan 2 jari, dengan bantuan jarum reverdin yang
udema testis ditembuskan dari kulit skrotum sisi luar dan mengambil ujung benang panjang
- pisahkan (split) dinding kanalis sesuai arah seratnya sampai dengan anulus tadi dan keluarkan lagi jarum .
inguinalis eksternus - Fiksasi kedua ujung benang pada sisi medial paha
- bebaskan funikulus spermatikus dan testis beserta tunikanya dari fascia dan - Teknik lain yang sering di pakai adalah tehnik ombredanne yang
muskulus kremaster menempatkan testis pada skrotum kontralateral dan mengikatnya pada septum
- Pada kasus UDT dengan hernia, pemisahan tunika vaginalis funikulus scroti.
spermatikus secara hati-hati dengan menghindari cedera vasa dan ductus
deferens, dimana hal ini akan memperpanjang rentang funikulus
- sisihkan m. Oliqus Abdominis Internus dan m. Transversus Abdominis
dengan retraktor ke kraniomedial
2. Stephen Flower Orchidopexy
Merupakan modifikasi orchidopexy standar. Ketika arteri testikulariss tak
cukup panjang mencapai skrotum, arteri testikularis diligasi. Jadi testis
hanya mengandalkan arteri vas deferens.

3. Orchydopexy bertahap
a. Bedah : Testis dibungkus dengan lembaran silastic dan difiksasi ke pubis
pada tahap I. Setelah 6-8 bulan dilakukan tahap II berupa eksplorasi dan
memasukkan testis ke skrotum
b. Laparoskopi : Menjepit arteri testikularis dengan laparoskopi dikerjakan
pada tahap I intuk UDT tipe abdomen. Setelah 6-8 bulan dikerjakan
Stephen Flower Orchydopexy.

4. Autotransplantasi
Pembuluh darah testis dilakukan anastomosis pada vasa epigastrika inferior
dengan teknik mikrovaskuler.

5. Protesis Testis
Pemasangan implant testis silastik untuk knyamanan, kosmetik, dan psikis.

Komplikasi
Praoperasi
1. Hernia Inguinalis
Sekitar 90% penderita UDT mengalami hernia inguinalis lateralis ipsilateral
yang disebabkan oleh kegagalan penutupnan processus vaginalis. . Hernia repair
dikerjakan saat orchydopexy . Hernia inguinal yang menyertai UDT segera
dioperasi untuk mencegah komplikasi
Timbul perasaan rendah diri fisik atau seksual akibat body image yang muncul.
Biasanya terjadi saat menginjak usia remaja (adoloscence) orang tua biasanya
mencemaskan akan fertilitas anaknya.

Pasca Operasi
1. Infeksi
Sangat jarang bila tindakan a/antiseptik baik, diseksi yang smooth dan
gentle akan meminimalkan terjadinya hematom

2. Atropi Testis
Karena funikulolisis tak adequat, traksi testis berlebihan, atau torsio
funikulus spermatikus saat tranposisi testis ke skrotum

PROGNOSIS
Menurut Docimo 10 kesuksesan operasi UDT letak distal anulus inguinalis internus
sebesar 92%, letak inguinal (89%), orchidopexy teknik mikrovaskuler (84%),
2. Torsio Testis orchidopexy abdominal standar (81%) staged Fowler-Stephens orchidopexy (77%),
Kejadian torsio meningkat pada UDT, diduga dipengaruhi oleh dimensi testis Fowler-Stephens orchidopexy standar (67%)
yang bertambah sesuai volume testis. Juga dipengaruhi abnormalitas jaringan UDT biasanya turun spontan tanpa intervensi pada tahun pertama kehidupan.
penyangga testis sehingga testis lebih mobil Resiko terjadinya keganasan lebih tinggi di banding testis normal. Fertilitas pada
UDT bilateral: 50% punya anak, sedang UDT unilateral 80%.
3. Trauma testis T
Testis yang terletak di superfisial tuberkulum pubik sering terkena trauma Alur penatalaksanaan UDT
4. Keganasan
Insiden tumor testis pada populasi normal 1 : 100.000, dan pada UDT 1 :
2550. Testis yang mengalami UDT pada dekade 3-4 menpunyai kemungkinan
keganasan 35-48 kali lebih besar . UDT intraabdominal 6 kali lebih besar
terjadi keganasan dibanding letak intrakanalikuler. Jenis neoplasma pada
umumnya ialah seminoma. Jenis ini jarang muncul sebelum usia 10 tahun.
Karena alasan ini maka ada pendapat yang mengatakan UDT usia diatas 10
tahun lebih baik dilakukan orchydectomy dibandingkan orchydopexy(4).
Menurut Gilbert & Hamilton sekitar 0,2 0,4 % testis ektopik menjadi ganas.
Sedang testis dystopik angka keganasannya 8-15%. Campbell menyebut
0,23% untuk ektopik testis dan 11% untuk dystopik testis. Sementara UDT
intrabdominal keganasan 5% dan inguinal 1,2%.

Infertilitas
Penyebabnya ialah gangguan antara germ cell . Infertilitas UDT bilateral 90%,
sedang UDT unilateral 50% (2). Lipschultz, 1976 menunjukkan adanya
spermatogenesis yang abnormal post orchydopexy pada laki-laki umur 21-35 tahun
UDT unilateral. Dan menduga bahwa ada abnormalitas bilateral testis pada UDT
unilateral

Psikologis
Etiologi
Inkompeten dari klep akibat pengaruh gravitasi sehingga pengosongan darah pleksus
pampiniformis jelek, secara bertahap vena menjadi lebar dan berkelok.
Vena spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus ,
sedang yang kanan bermuara pada vena cava dengan arah miring
Vena spermatika interna kiri lebih panjang dari yang kanan dan katupnya lebih sedikit

Varikokel dapat menimbulkan proses spermatogenesis karena :


Stagnasi darah balik testes hipoksia
Refluk hasil metabolit ginjal dan adrenal melalui vena spermatika interna
Peningkatan suhu testes
Anastomose pleksus pampiniformis kiri dan kanan gangguan spermatogenesis
testes kanan INFERTILITAS

Klinis
Belum punya anak stelah beberapa tahun menikah
Benjolan di atas testes terasa nyeri

Pemeriksaan
Pasien dalam keadaan berdiri nampak adanya masa vena dilatasi / berkelok berada
di belakang dan atas dari testes (Manuver Valsava )
Grade I : sulit diobservasi
Grade II I dengan valsava teraba
Grade III : Teraba saat bangun tidur

Analisa sperma

Terapi
Ligasi Tinggi vena spermatika interna di atas anulus inguinalis internus ( PALOMO)
Varikolektomi metode IVANISEVICH
Perkutan memasukan bahan skelrosing ke vena spermatika interna, metode ini
tidak dilakukan lagi karena resiko emboli

Varicocele ----------------------------------------------- RD Torsio Testes -------------------------------------- RD


Collection 2002 Collection 2002

Adalah terpuntirnya funikulus spermatikus , sehingga terjadi strangulasi aliran darah ke


Adalah dilatasi abnormal / varises dari vena spermatika interna ( Pleksus pampiniformis testes, sehingga apabila 5-6 jam (golden period) tidak mendapatkan terapi akan terjadi atropi
proksimal dari testes ) akibat terganggunya aliran darah balik vena spermatika interna. testes, karena perfusi oleh vasa spermatika intena menurun. Biasanya didapatkan pada usia
Insiden 10% pada usia muda , dimana sebelah kiri lebih sering dari yang kanan , karena < 25 tahun (tipe Infravaginal) , paling sering pada masa pubertas. Pada bayi disebut
Vena spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus , Supravaginal/ diluar tunika vaginalis ) . Eksplorasi pada dewasa dilaukan insisi pada
sedang yang kanan bermuara pada vena cava dengan arah miring serta Vena spermatika scrotum untuk mengetahui apakah benar ada torsi, karena insisi pada inguinal ditakutkan
interna kiri lebih panjang dan katupnya lebih sedikit akan terjadi reposisi torsi.
Hidrocele
Torsi dimulai dari kontraksi testes sebelah kiri , dimana testes kiri berputar berlawanan dari arah
jarum jam sehingga terjadi odem testes dan funikulus akibatnya terjadi iskemia. -------------------------------------------------- RD
Collection 2002
Etiolgi Perubahan suhu yang mendadak ( saat berenang), Celana ketat, Trauma
scrotum Adalah penumpukan cairan berlebihan diantara lapisan parietalis dan viseralis tunika
albugenia.
Gambaran Klinis
Anamnesa Etiologi
Nyeri daerah scrotum mendadak dijalarkan ke inguinal Bayi
Pembengkaan testes - Penutupan proc vaginalis belum sempurna sehingga terjadi aliran cairan peritoneum
Mual, muntah ke proc vaginalis
- Sistem limfatik belum sempurna sehingga resorbsi cairan terganggu
Pemeriksaan
I : Testes bengkak, sakit, letak lebih tinggi dari sisi kontralateral Dewasa Tumor, infeksi testes or epididimis
P : teraba penebalan funikulus spermatika , rasa sakit bertambah bila testes diangkat kearah
simpisis pubis Phrens sign (+) Gambaran Klinis
Pada anamnesa terdapat Benjolan di kantong scrotum tidak nyeri , sedang pada Palpasi
Diferensial diagnose dengan epididimitis. Dibedakan dengan pemeriksaan dopler, dimana pada benjolan kistik dengan transiluminasi (+)
torsio tidak nampak aliran darah arteri , sedang pada epididimitis vaskularisasinya bertambah.
Macam ;
Terapi Hidrokel testes
Detorsi Manual Seolah olah mengelilingi testes dimana testes tak teraba dan besar kantong tetap
Mengembalikan posisi testes keasalnya dengan memutar testes ke arah berlawanan
dengan arah torsio , dengan lokal anestesi (lidokain 1%) pada funikulus spermatikus di Hidrokel funikulus
anulus eksternus 10-20 cc bila gagal dilakukan operasi Terletak di sebelah kranial testes dimana testes teraba dan besar kantong tetap

Operas i Hidrokel komunikans


Tujuan menghembalikan testes kearah yang benar , menilai testes masih viabel atau Terdapat hubungan melalui kanalis inguinalis kerongga perut dimana testes teraba
nekrosis , bila dan besar kantong berubah. Penderita mengeluh pembengkaan bertambah
- Viabel Orkidopeksi pada tunika dartos, dilanjutkan orkidopeksi sisi kontralateral sepanjang hari dan berkurang sesudah tidur malam.
pada 3 tempat
- Nekrosis Orkidektomi disusul orkidopeksi sisi kontralateral Terapi
Konsevatif pada bayi ditunggu sampai 1 tahun , bila tetap operasi
Bila nekrosisi dibiarkan akan merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga Operasi Bila menekan pembuluh darah testes
mengurangi kemampuan fertilitas dikemudian hari.
Bila > 5-6 jam tidak perlu diterapi karena atropi testes
< 6 jam reposisi manual dengan lokal anestesi gagal operasi
12 jam Orkidektomi

Prognosa
6 jam hasilnya baik, 8 jam memungkinkan pulih kembali, 12 jam meragukan, 24 jam
dilakukan orkidektomi
skandinavia dilaporkan 6,7 kasus baru dari 100.000 laki-laki tiap tahunnya
sedangkan di Jepang didapatkan 0,8 dari 100.000 penduduk laki-laki. Di Amerika
Serikat ditemukan 6900 kasus baru kanker testis setiap tahunnya. ( greenlee et
all,2000 ) Kemungkinan seorang laki-laki kulit putih untuk terkena kanker testis
sepanjang hidupnya di Amerika Serikat adalah 0,2%. Saat ini angka survival
pasien dengan tumor testis meningkat, hal ini memperlihatkan perkembangan dan
perbaikan dalam pengobatan dengan kombinasi kemoterapi yang efektif. Secara
keseluruhan 5-years survival rate mengalami peningkatan dari 78% pada 1974-
1976 menjadi 91% pada 1980 1985. Puncak insiden kasus tumor testis terjadi
pada usia-usia akhir remaja sampai usia awal dewasa ( 20-40 tahun ), pada akhir
usia dewasa ( Lebih dari 60 tahun ) dan pada anak ( 0-10 tahun ). Secara
keseluruhan insiden tertinggi kasus tumor testis terjadi pada pria dewasa muda,
hal ini membuat tumor ini menjadi neoplasma tersering pada pria usia 20-34 tahun
dan tumor tersering kedua pada pria usia 35-40 tahun di Amerika Serikat dan
Inggris Raya.
Kanker testis sedikit lebih sering terjadi pada testis kanan dibanding testis kiri,
ini berhubungan dengan lebih tingginya insidensi kriptoidisme pada testis
kanan dibanding testis kiri. Pada tumor primer testis 2-3 % adalah tumor testis
bilateral dan kira-kira 50% terjadi pada pria dengan riwayat kriptokidisme
unilateral ataupun bilateral. Jika tumor testis sekunder disingkirkan maka insiden
tumor testis primer bilateral 1 2,8 % dari seluruh kasus tumor sel germinal
testis.Tumor primer testis bilateral dapat terjadi secara berbarengan ataupun tidak,
tetapi cenderung memiliki kesamaan jenis histilogisnya. Dari penelitian oleh Bach
dkk ( 1983 ) di dapatkan seminoma merupakan tumor primer testis bilateral
tersering ( 48 % ) sedangkan limfoma maligna adalah tumor testis sekunder
bilateral tersering.

Etiologi
Saat ini belum diketahui faktor yang menjadi penyebab terjadinya tumor testis,
adanya faktor bawaan dan didapat merupakan faktor yang dikaitkan dengan
penyakit ini dan kriptokidisme merupakan faktor terkuat yang diduga menjadi
penyebab kanker testis. Faktor resiko tertinggi terjadinya kanker testis adalah
adanya testis intra abdomen yang diakibatkan oleh undescensus testis ( 1 kasus
dari 20 kasus undescensus testis ). Sementara itu tindakan orchiopeksi tidak
Carsinoma TESTES -------- RD-Collection
merubah potensi terjadinya keganasan testis pada kasus kriptokidisme.
2002 Adanya bukti klinis dan eksperimental mendukung faktor kongenital sebagai
etiologi dari tumor sel germinal. Dalam perkembangan embriologinya sel germinal
primordial mengalami perubahan oleh karena faktor lingkungan yang menyebabkan
Insidensi terjadinya gangguan dalam proses diferensiasinya. Oleh karena adanya
Kanker testis adalah salah satu dari sedikit neoplasma yang dapat didiagnosis secara kriptokidisme, orchitis, disgenesis gonad, adanya kelainan herediter ataupun oleh
akurat melalui pemeriksaan penanda tumor ( tumor marker ) pada serum tersangka karena paparan bahan kimia yang bersifat karsinogenik maka perkembangan normal
penderita yaitu pemeriksaan human chorionic gonadotropin (bhCG) dan - sel germinal mengalami hambatan. Secara garis besar 2 faktor yang dianggap
fetoprotein (AFP). Insiden kanker testis memperlihatkan angka yang berbeda-beda menjadi etiologi terjadinya tumor sel germinal yaitu : (1) Faktor kongenital, (2)
di tiap negara, begitu pula pada setiap ras dan tingkat sosioekonomi. Di negara Faktor didapat.
World health organization ( WHO ) mengemukakan suatu standar kriteria patologi
Faktor kongenital untuk mendiagnosis kanker testis dan standar ini mampu menghapuskan
Kriptokidisme kebingungan para ahli dalam menentukan sistem staging mana yang ingin dipakai
Whiteker ( 1970 ) dan Mostofi ( 1973 ) mengemukakan 5 keadaan yang dianggap sebagi pegangan.
kriptokidisme menjadi penyebab terjadinya tumor testis yaitu : The recommended pathological classification (modified World Health
1. Morfologi sel germinal yang abnormal. Organization 2004) is shown below:
2. Peningkatan temperatur tempat testis berada (intraabdomen atau spermatic 1. Germ cell tumours
cord ) . Intratubuler germ cell neoplasia
3. Gangguan aliran darah. . Seminoma (including cases with syncyotrophoblastic cells)
4. Kelainan fungsi endokrin. . Spermatocytic seminoma (mention if there is sarcomatous component)
5. Disgenesis kelenjar gonad. . Embryonal carcinoma
. Yolk sac tumour:
Insiden pasti kasus kriptokidisme belum diketahui, ini dikarenakan seringkali data - Reticular, solid and polyvesicular patterns
pasien dengan kriptokidisme bercampur dengan data pasien dengan testis retraktil.. - Parietal, intestinal, hepatoid and mesenchymal differentiation
Henderson dkk ( 1979 ) menyimpulkan bahwa pria dengan riwayat kriptokidisme . Choriocarcinoma
memiliki resiko 3-14 kali untuk terkena tumor testis dibanding pria tanpa riwayat . Teratoma (mature, immature, with malignant component)
kriptokidisme. Campbell ( 1942 ) mengemukakan penelitiannya bahwa 25% pasien . Tumours with more than one histological type (specify % of individual
dengan kriptokidisme bilateral dan akhirnya menjadi kanker testis memiliki resiko components)
yang besar untuk terkena tumor sel germinal testis untuk kedua kalinya pada testis
sisi yang lain. 2. Sex cord stromal tumours
. Leydig cell tumour
. Sertoli cell tumour (typical, sclerozing, large cell calcifying)
b. Faktor yang didapat . Granulosa (adult and juvenile)
Trauma . Mixed
Meskipun trauma memiliki andil pada terjadinya teratoma pada unggas akibat zinc- . Unclassified
induced atau cooper induced, tapi pada manusia kemungkinan trauma sebagai
penyebab terjadinya tumor testis belum secara jelas diketahui.1 3. Mixed germ cell/sex cord stromaltumours

Hormon Ray dkk ( 1974 ) mengemukakan bahwa sebagian besar pasien ( 71 dari 75 pasien
Terjadinya fluktuasi hormon seks memiliki kontribusi bagi perkembangan tumor atau sekitar 95% ), dengan tumor testis primer merupakan karsinoma sel
testis, ini didasari oleh penelitian pada hewan dan manusia. Pemberian estrogen embrional dan seminoma. Seminoma adalah tumor testis yang jarang sekali
pada tikus yang sedang hamil menyebabkan tikus tersebut melahirkan anak-anak bermetastase ke tempat lain ( 2 dari 75 pasien atau 3% ).
yang menderita kriptokidisme dan disgenesis kelanjar gonad ( Nomura dan
Kanzak,1977 ). Penelitian oleh Cosgrove ( 1977 ) memperlihatkan hal yang sama
bahwa anak yang dilahirkan oleh ibu yang mendapatkan diethylstilbestrol atau
kontrasepsi oral menderita kriptokidisme dan disgenesis kelenjar gonad.
Atrof Terdapat klasifikasi besar yang membagi tumor testis menjadi 2 yaitu :
Terjadinya infeksi bakteri nonspesifik virus mump pada testis diduga menjadi 1.Tumor sel germinal testis
penyebab terjadinya atrofi testis yang potensial menjadi penyebab terjadinya Termasuk dalam kelompok ini adalah seminoma, karsinoma sel embrional,
tumor testis. Namun demikian peran atrofi testis sebagai faktor penyebab tumor yolk sac, teratoma, koriokarsinoma dan mixed cell tumor.
terjadinya tumor testis masih merupakan spekulasi.
2.Tumor non sel germinal testis
Meliputi tumor sel leydig, tumor sel sertoli dan gonadoblastoma.
Klasifikasi
TUMOR SEL GERMINAL TESTIS Secara histologis memperlihatkan tanda pleomorfisme dan batas sel yang
Merupakan tumor testis yang paling sering ditemukan sebagi tumor primer yaitu tidak jelas. Secara makroskopis kemungkinan tampak terlihat adanya
meliputi kira-kira 90-95 % dari seluruh tumor primer testis ( seminoma dan non hemoragis yang luas dan jaringan yang nekrotik.
seminoma ) dan sisanya adalah neoplasma non germinal ( tumor sel leydig, tumor sel Tipe infantil
sertoli dan gonadoblastoma ). Dengan nama lain tumor yolk sac atau tumor sinus endodermal adalah
Berdasarkan klasifikasi ini tumor sel germinal testis dapat dibagi menjadi : tumor testis tersering pada bayi dan anak-anak. Jika ditemukan pada usia
1. Seminoma dewasa maka kemungkinan merupakan tipe campuran dan sangat mungkin
Terdapat 3 subtipe gambaran histologis dari tumor jenis ini yaitu : jenis tumor yang menghasilkan AFP. Secara mikroskopis terlihat adanya
Seminoma klasik sitoplasma yang mengalami vakuolisasi oleh adanya deposit lemak dan
Disebut juga typical seminoma. Seminoma jenis ini meliputi sebagian besar dari glikogen. Tampak pula terlihat badan embrioid dan terlihat seperti embrio
seluruh kasus seminoma ( 85%), sering terjadi pada dekade ke 4 kehidupan berusia 1-2 minggu yang terdiri dari sebuah ruang yang dikelilingi oleh
namun tidak jarang terjadi pada pria usia 40 atau 50 tahunan. Secara sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.
makroskopis tampak nodul berwarna abu-abu yang menyatu dan secara
mikroskopis terlihat lapisan yang monoton pada sel besar dengan sitoplasma b. Teratoma
yang jernih dengan inti sel padat. Pada 10-15% kasus tampak terlihat sel-sel Tumor ini dapat ditemukan pada anak-anak dan dewasa. Tumor ini terdiri
sinsitiotrofoblas dan ini sesuai dengan jumlah kasus seminoma yang disertai lebih dari satu lapisan sel germinal yang bervariasi dalam maturasi dan
dengan adanya produksi hCG. diferensiasinya.
Secara makroskopis tumor ini tampak berlobus-lobus dan terdiri dari
Seminoma anaplastik beragam ukuran kista-kista yang berisi materi gelatin dan musin. Secara
5-10% seluruh kasus seminoma. Untuk mendiagnosis adanya seminoma mikroskopis, ektoderm mungkin ditunjukkan oleh jaringan neural dan
anaplastik secara mikroskopis harus ditemukan 3 atau lebih sel mitosis epitel skuamosa, endoderm oleh saluran cerna, pankreas dan jaringan
perlapang pandang besar dan sel-selnya memperlihatkan adanya inti sel teratoma jenis matur memiliki gambaran struktur yang jinak yang berasal
pleomorfisme dengan derajat yang lebih tinggi dari subtipe seminoma klasik. dari ektoderm, mesoderm dan endoderm, sedangkan teratoma jenis
Seminoma anaplastik cenderung memperlihatkan staging yang lebih tinggi dari immatur terdiri dari jaringan primitif yang tidak terdiferensiasi pembentuk
pada subtipe seminoma klasik. Meskipun sangat jarang, seminoma anaplastik sistem respirasi sedangkan mesoderm ditunjukkan oleh otot polos atau otot
menjadi sangat penting karena 30% pasien yang akhirnya meninggal karena lurik, jaringan kartilago dan tulang.
seminoma adalah dari subtipe anaplastik. Sejumlah tanda yang menunjukkan c. Koriokarsinoma
bahwa seminoma ini lebih agresif dan lebih memiliki potensi menyebabkan Keganasan ini terlihat sebagai sebuah lesi yang kecil dan biasanya terdapat
kematian dari pada jenis klasik. Hal tersebut dapat dilihat bahwa seminoma suatu pendarahan pada bagian tengahnya. Secara klinis, koriokarsinoma
jenis ini : (a) Memiliki aktivitas mitotik yang lebih besar, (2) rate of invasion merupakan keganasan yang agresif karena tumor ini menyebar luas secara
yang lebih tinggi, (3) rate of metastase yang tinggi dan (4) Produksi tumor hematogen lebih awal. Sebaliknya sebuah lesi kecil pada testis dapat
marker terutama hCG yang lebih tinggi. merupakan suatu metastase jauh dari keganasan di tempat lain.
Seminoma spermatositik d. Mixed cell tumor
Subtipe ini meliputi 5-10% dari seluruh subtipe seminoma. Secara Yang termasuk dalam tumor jenis mixed cell sebagian besar (25%) adalah
mikroskopis tampak variasi ukuran sel dan karakter sel berupa perbedaan teratokarsinoma yang bercampur dengan teratoma dan karsinoma sel
pada kekeruhan sitoplasma sel dan terlihat adanya intisel yang bulat dengan embrional. Lebih dari 6% dari seluruh tumor testis adalah jenis mixed cell
kromatin yang memadat. Lebih dari setengah pasien dengan seminoma dengan salah satu komponennya adalah seminoma. Pengobatan untuk
spermatositik berumur lebih dari 50 tahun. karsinoma mixed cell yang terdiri campuran antara seminoma dan
nonseminoma sama dengan pengobatan untuk tumor nonseminoma saja.

e. Karsinoma in situ
2. Non-seminoma
Pada sebuah penelitian yang melibatkan 250 pasien dengan tumor testis satu
a. Karsinoma sel embrional sisi, Berthelsen dkk (1982) mengemukakan bahwa 13 (5,2%) pasien memiliki
Tipe dewasa karsinoma in situ pada testis sisi yang lainnya, persentase ini bahkan 2 kali
lebih besar daripada persentase kasus kanker testis yang mengenai kedua
testis. Dari 13 kasus itu setelah dilakukan pengamatan selama 3 tahun 2 kasus retroperitoneal. Perlu juga dilakukan pemeriksaan pada daerah supraclavucula,
berkembang menjadi kanker testis yang bersifat invasif. axilla dan inguinal.
Pada 5% kasus tumor sel germinal ditemukan ginekomastia tapi akan lebih besar
Pola penyebaran tumor pada pasien tumor sel leydig dan tumor sertoli ( 30-50% ), hal ini kemungkinan
Tumor testis hampir selalu bermetastasis secara limfogen kecuali koriokarsinoma berkaitan dengan interaksi yang kompleks antara hormon testosteron, estrogen,
yang menyebar secara hematogen sejak staging awal. Tumor testis kanan dapat estradiol, prolaktin, human chorionic somatomammotropin dan hCG. Terjadinya
menyebar ke kelenjar getah bening daerah interaortocaval yang terletak sejajar dengan ginekomastia dapat disebabkan atau juga tidak disebabkan oleh hormon-hormon
hilus ginjal kanan, selanjutnya tumor akan menyebar ke daerah precaval, preaorta, tersebut. Hubungan antara ginekomastia morfologi tumor primer dan kelainan
paracaval, iliaka komunis kanan dan kelenjar getah bening iliaka eksterna kanan. endokrin masih belum sempurna dapat diterangkan
Tempat yang menjadi daerah penyebaran tumor testis kiri adalah paraaorta yang sejajar
dengan daerah hilus ginjal kiri, selanjutnya tumor akan menyebar ke kelenjar getah Pemeriksaan laboratorium
bening preaorta, iliaka komunis kiri dan iliaka eksterna kiri. Untuk mendiagnosis dan penatalaksanaan karsinoma testis yaitu -fetoprotein
Dari sebuah pengamatan oleh Donahue, Zachary dan Magnard ( 1982 ) ( AFP ), human chorionic gonadotropin ( hCG ), dan lactic acid
memperlihatkan bahwa tumor testis kiri tidak pernah bermetastase ke kelenjar getah dehydrogenase ( LDH ).
bening di sisi kanan, sedangkan tumor testis kanan seringkali bermetastasis ke Alfa fetoprotein adalah suatu glikoprotein dengan berat molekul 70.000 dalton
kelenjar getah bening pada sisi kiri.Terjadinya penyebaran ke kelenjar getah bening dan waktu paruh 4-6 hari, ditemukan pada bayi usia kurang dari 1 tahun,
di iliaka eksterna distal dan obturator oleh karena invasi tumor ke epididimis dan meningkat dengan kadar yang bervariasi pada pasien dengan non seminoma germ
funikulus spermatikus sedangkan penyebaran ke kelenjar getah bening inguinal cell tumor ( NSGCT ) dan tidak pernah ditemukan pada kasus seminoma.. Human
disebabkan terjadi invasi tumor ke tunika albuginea dan ke kulit skrotum. Tempat chorionic gonadotropin adalah suatu glikoprotein dengan berat molekul 38.000
yang paling sering menjadi lokasi penyebaran tumor testis adalah daerah dalton, waktu paruhnya 24 jam. Pada orang normal hormon ini secar signifikan
retroperitoneal, tempat lainnya yang juga menjadi lokasi penyebaran tumor testis tidak dianggap ada namun meningkat pada pasien dengan NSGCT dan dapat
adalah paru-paru, hepar, otak, tulang, ginjal, kelenjar adrenal, gastrointestinal dan meningkat pada pasien seminoma ( 7 % ). Lactic acid dehydrogenase adalah
limpa. enzim intrasel dengan berat molekul 134.000 dalton. Enzim ini dalam keadaan
normal ditemukan di otot ( otot polos, lurik dan jantung ), hati, ginjal dan otak.
Gejala dan tanda Kadarnya meningkat baik pada pasien NSGCT dan seminoma. Penanda lain yang
Gejala yang paling sering pembesaran testis yang berlangsung gradual yang tidak juga dapat dipakai untuk menunjukkan adanya kanker testis adalah placental
disertai dengan rasa nyeri. Penegakan diagnosis kanker testis diperlukan untuk alkaline phospatase ( PLAP )dan gamma-glutamyl transpeptidase ( GGT ).
memutuskan dilakukan terapi definitif ( orchidectomy ) dan sering kali pasien Pemeriksaan pencitraan
mengalami keterlambatan penegakkan diagnosis ( biasanya 3 6 bulan ) dan ini Tumor primer testis dapat dengan cepat dan tepat ditentukan dengan melakukan
berkaitan dengan insiden terjadinya metastase tumor. Adanya gejala nyeri akut pemeriksaan ultrasonografi pada testis. Sekali kanker testis terdiagnosis setelah
ditemukan 10% kasus dan mungkin berhubungan dengan pendarahan intratestikuler dilakukan orchiectomy inguinal maka staging harus dilakukan.
atau oleh adanya proses iskemia/infark.
Keluhan nyeri punggung yang dirasakan penderita, akibat penyebaran tumor ke Pemeriksaan foto rontgen dada dan CT-scan abdomen dan pelvis dilakukan untuk
retroperitoneal. Gejala lain adalah batuk atau sesak yang disebabkan metastase ke mengetahui adanya metastase ke paru dan retroperitoneal yang paling sering
paru, anoreksia,mual dan muntah ( penyebaran ke retroduodenal ) nyeri tulang menjadi tempat penyebaran tumor testis. Magnetic resonance imaging ( MRI )
( metastease ke tulang ) dan pembengkakan pada ekstremitas inferior ( oleh karena secara umum tidak memberikan informasi gambaran radiologis yang lebih baik
obstruksi vena cava ) dan mungkin saja ditemukan massa di daerah leher ( metastase daripada CT-scan pada kasus tumor testis.
ke kelenjar getah bening supraclavicula ).

Pada pemeriksaan fisik dengan bimanual ditemukannya massa atau pembesaran


yang menyeluruh pada testis biasanya keras dan tidak menimbulkan nyeri tekan dan
mudah dipisahkan dari epididimis. Seringkali tanda ini dikaburkan oleh adanya
hidrocelle tapi dapat diatasi dengan pemeriksaan transiluminasi pada skrotum.
Pemeriksaaan pada abdomen dapat ditemukan masa yang besar di daerah
Pada Pemeriksaan CT scan terlihat Pada tahun 1996 the American Joint Committee mengemukakan suatu klasifikasi
adanya pembesaran kelenjar getah TNM yang mencoba membuat standar staging secara klinis pada kanker testis, yaitu :
being interaaortacaval ( panah, A = T ( Tumor primer )
aorta, C= Vena Cava ) Tx : Tumor primer tidak dapat di nilai
T0 : Tidak ditemukan adanya tumor primer
Tis : kanker intratubular ( karsinoma in situ )
T1 : Tumor terbatas pada testis dan epididimis, tidak terdapat invasi ke
pembuluh darah
T2 : Tumor melewati tunika albugenia atau terdapat invasi ke pembuluh
darah
T3 : Tumor mencapai funikulus spermatikus
T4 : Tumor mencapai kulit skrotum

N ( Kelenjar getah bening regional )


Nx : Adanya metastase ke kelenjar getah bening tidak dapat ditentukan
MRI memperlihatkan gambaran massa N0 : Tidak terdapat metastase ke kelenjar getah bening
hiointens ( Panah ) pada testis kanan yang N1 : Terdapat metastase ke kelenjar getah bening dengan ukuran lesi
merupakan gambaran tumor testis dan 2 cm dan melibatkan 5 kelenjar geatah bening
testis kiri terlihat normal N2 : Metastase > 5 kelenjar, ukuran massa 2-5 cm
N3 : Ukuran massa > 5 cm

M ( metastase jauh )
Mx : Adanya metastase jauh tidak dapat ditentukan
M0 : Tidak terdapat metastase jauh
M1 : Ditemukan adanya metastase jauh

S ( Tumor marker pada serum )


Staging Sx : Tumor marker tidak tersedia
Boden dan Gibb membagi tumor menjadi : S0 : Nilai kadar tumor marker pada serum dalam batas normal
Stage A adalah lesi yang hanya ditemukan pada testis S1 : Nilai kadar Lactic acid dehydrogenase (LDH) < 1,5 x nilai normal
dan nilai kadar hCG < 5000 mlU/ml dan AFP < 1000 ng/ml
Stage B memperlihatkan adanya penyebaran ke kelenjar getah bening regional
S2 : Nilai kadar LDH 1,5 x nilai normal atau hCG 5000-50.000 mlU/ml
Stage C penyebaran kanker melewati kelenjar getah bening retroperitoneal.
atau AFP 1000-10.000 ng/ml
S3 : LDH > 10 x normal atau hCG > 50.000 mlU/ml atau AFP
10.000ng/ml

Berdasarkan sistem staging oleh The Memorial Sloan-Kettering Cancer Center


Stadium dan tingkat penyebaran karsinoma testis ( Peckham ) 5
untuk NSGCT, stage B terbagi menjadi :
STADIUM LOKASI TUMOR
B1 lesi pada kelenjar getah bening retroperitoneal berukuran kurang dari 5 cm
I Tumor terbatas pada testis dan rete testis
B2 lesi pada kelenjar getah bening retroperitoneal berukuran antara 5 10 cm
B3 lesi pada kelanjar getah bening retroperitoneal berukuran lebih dari 10 cm
atau secara klinis tumor dapat teraba pada pemeriksaan palpasi
IIA Tumor mengenai KGB retroperitoneal,ukuran < 2 Cm serangkaian pemeriksaan adanya kanker testis tidak dapat di singkirkan maka
IIB Tumor mengenai KGB retroperitoneal,ukuran 2 5 Cm tindakan ini dapat dikerjakan. Tindakan biopsi melalui skrotum atau membuka
IIC Tumor mengenai KGB retroperitoneal,ukuran > 5 Cm testis harus dihindari. Penatalaksanaan selanjutnya tergantung pada hasil
III Tumor mengenai KGB supraklavikula atau mediastinum pemeriksaan histopatologi dan staging tumor secara patologi.
IV Metastase ekstralimfatik
A. Penatalaksanaan tumor dengan staging I ( T1-T3, N0, M0, S0 )
Seminoma
Pasien yang secara klinis menunjukkan gejala dan tanda tumor yang terbatas
Diagnosis Banding pada testis, pemberian radiasi adjuvant terhadap kelenjar getah bening
Kesalahan dalam membuat diagnosis pada pemeriksaan awal terjadi pada kira-kira 25 retroperitoneal dan kemoterapi adalah pilihan terapi paska orchiektomi.
% pasien dengan tumor testis dan pada akhirnya menimbulkan keterlambatan dalam Radiasi adjuvan masih merupakan terapi pilihan pada penderita seminoam
penatalaksanaannya dan kesalahan yang bersifat fatal berupa tindakan pembedahan stage I ( T1-T3, N0, M0, S0 ) seperti juga pada jenis nonseminoma.
melalui approach yang keliru ( insisi pada skrotum ) untuk melakukan eksplorasi testis. Dengan melakukan orchiektomi radikal dan radioterapi pada daerah
Epididimitis atau epididimoorchitis. retroperitoneal ( biasanya 2500-3000 cGy ), paraaorta dan pelvis ipsilateral
Pada keadaan awal epididimitis memperlihatkan gejala berupa pembesaran, nyeri maka 95% seminoma stage I dapat sembuh. Seminoma merupakan tumor
tekan pada epididimis yang sangat jelas terpisah dari testis, tapi pada keadaan yang radiosensitif. Penelitian terakhir membuktikan bahwa sekitar 15%
lanjut dengan peradangan yang menjalar ke testis maka gejala-gejala tadi akan pasien dengan staging I klinis telah menyebar ke daerah retroperitoneal.
melibatkan juga testis. Adanya riwayat demam, discharge uretra dan gejala iritatif Meskipun efek samping pemberian radiasi dosis rendah jarang terjadi tapi
pada berkemih lebih memungkinkan untuk mendiagnosis epididimis. Pemerksaan pada pemberian dalam jangka waktu lama pada beberapa laporan
dengan USG dapat menentukan bahwa pembesaran berasal dari epididimis dan menunjukkan adanya infertilitas, komplikasi pada saluran cerna dan
bukan dari testis. kemungkinan radiasi menginduksi timbulnya keganasan lain.

Hidrokel, Nonseminoma
Pemeriksaan transiluminasi skrotum dapat dengan mudah membedakan antara Orchiektomi inguinal saja mampu menyembuhkan 60-80% pasien. Tindakan
adanya cairan pada hidrokel dengan masa padat pada tumor testis. Pada 5-10% retroperitoneal lymph node dissection ( RPLND ) perlu dilakukan dengan
pasien dengan tumor testis ditemukan adanya hidrokel dengan demikian apabila tujuan terapi dan diagnostik. Penyebaran dapat terjadi pada kira-kira 30%
dengan pemeriksaan fisik terdapat kesulitan dalam membedakan keduanya maka pasien dengan nonseminoma yang secara klinis masuk dalam staging I (occult
pemeriksaan USG merupakan suatu keharusan. metastase) sehingga pada klasifikasi patologi masuk dalam staging IIA.
Tindakan RPLND dilakukan melalui thoracoabdominal approach3
Spermatokel, B. Penatalaksanaan tumor dengan staging II ( N1-N3 )
Massa kistik pada epididimis, hematokel oleh karena trauma, varikokel dan orchitis Seminoma
granulomatosis yang sering disebabkan oleh tuberkolosis. Tuberkulosis pada testis Seminoma staging II ( stage IIA dan IIB ) memiliki angka kesembuhan ( cure
hampir selalu berasal dari infeksi kuman ini pada epididimis. Merupakan hal yang rate ) 85 95 %. Termasuk dalam staging ini adalah pasien dengan tumor
sangat sulit untuk membedakan pembengkakan oleh radang tuberkulosis dengan yang telah bermetastase ke daerah retroperitoneal yang berukuran tranversal
massa tumor testis, oleh karena itu jika pada pemberian OAT didapatkan respon kurang dari 5 cm dengan staging N1-N3. Sebagai terapi pilihan tumor pada
yang lambat maka sebaiknya dilakukan eksplorasi testis. staging II adalah radioterapi dengan angka kekambuhan kurang dari 5 %
dengan 5-years survival ratenya 70 92 %. Pada pasien dengan ukuran tumor
di retroperitoneal lebih dari 5 cm ( N3 ) kira-kira setengahnya akan
bermetastase keluar regio tersebut.
Perlu diperhatikan pasien-pasien dengan penyakit ginjal tapal kuda
Penatalaksanaan ( hourse shoe kidney ) dan inflammatory bowel disease maka terapi radiasi
Prinsip penanganan pasien dengan tumor sel germinal adalah merujuk pada riwayat merupakan kontraindikasi dan kemoterapi adalah terapi pilihan pada pasien
alamiah dari tumor, staging klinis dan efektivitas pengobatan. Tindakan seminoma dengan kelainan ini. Obat-obat kemoterapi yang digunakan adalah
orchiectomi radikal adalah tindakan bedah yang harus dilakukan. Apabila dari bleomycin, etoposide dan cisplatin ( BEP ).
hasil pemeriksan tumor marker normal dan pemeriksaan radiologi terlihat
Nonseminoma adanya massa maka harus dilakukan tindakan reseksi karena massa tersebut
Retroperitoneal lymph node dissection ( RPNLD ) merupakan tindakan operasi 20% merupakan sisa massa tumor, 40% adalah teratoma dan 40 %
yang standar dilakukan pada pasien dengan tumor nonseminoma stage IIA dan IIB merupakan massa tumor yang mengalami fibrosis. Beberapa ahli
yang pada hasil pemeriksaan tumor marker ( AFP ) normal, jika terdapat menganjurkan tetap perlu dilakukan RPNLD karena lebih dari 10% kasus
peningkatan kadarnya dalam darah dan timbul gejala dan tanda adanya kelainan tetap ditemukan massa tumor, walaupun hasil kemoterapi menunjukkan hasil
sistemik akibat metastase tumor maka terapi yang harus dilakukan adalah yang sangat baik perlu dilakukan evaluasi kadar tumor marker selama
pemberian kemoterapi primer yang terdiri dari bleomycin, etoposide dan cisplatin pemberian kemoterapi untuk mengetahui respon tumor terhadap pengobatan. 3
( BEP ), vinblastin, cyclophosphamide, dactinomicyn, bleomycin, dan cisplatin
( VAB-6 ) dan cisplatin-etoptoside. Protokol Penatalaksanaan Tumor Testis Nonseminoma di FKUI/RSCM
Cisplatin diberikan sebanyak dua siklus jika ditemukan : STADI KGB OPERASI JENIS KEMOTERAPI
Lebih dari 6 kelenjar getah bening terkena. UM
Terdapat massa tumor yang berukuran lebih dari 2 cm. I Negatif RPLND BEP 2x bila Karsinoma
Adanya tumor di luar kelenjar getah bening. ipsilateral Embrional, pT2,invasi
vaskuler
Jika terjadi kekambuhan maka pemberian cisplatin dapat dilakukan sebanyak 3- IIA < 2 Cm RPLND BEP 2x
4 siklus. ipsilateral
IIB 2 5 Cm RPLND BEP 2x
C. Penatalaksanaan tumor dengan staging III ( T1-T4, N0-N3, M1-M2, S0-S3 ) ipsilateral
Seminoma IIC > 5 Cm BEP 4x
Penatalaksanaan seminoma staging tinggi ( high tumor burden ) yang meliputi III Supraklavikula BEP 4x
pasien dengan tumor yang telah mengalami penyebaran yang luas, ukuran tumor atau
yang besar, terdapat metastase ke viseral dan kelenjar supradiafragma termasuk mediastinum
juga pasien yang masuk dalam staging IIC ( T1-T4, N0-N3, M1-M2, S0-S3 ) IV Ekstralimfatik BEP 4x
pemberian cisplatin dapat mengobati 60-70% pasien. Terdapat pembagian
seminoma pada staging ini berdasarkan respon terhadap pengobatan yaitu : Protokol Penatalaksanaan Tumor Testis Seminoma di FKUI/RSCM
Seminoma dengan prognosis baik STADIUM PENATALAKSANAAN
Pasien ini memiliki kemungkinan sembuh yang tinggi dengan respon I Radioterapi ipsilateral
terhadap terapi mencapai 88-95%. Regimen obat yang diberikan berupa IIA Radioterapi ipsilateral dan booster pada lesi
etoposide dan cisplatin sebanyak 4 siklus atau dapat diberikan BEP yang terlihat
sebanyak 3 siklus. IIB Radioterapi ipsilateral dan booster pada lesi
Seminoma dengan prognosis buruk yang terlihat
Pasien dengan respon yang buruk terhadap kemoterapi memiliki respon IIC BEP 4x
rate sebesar 40% dan pasien ini dapat diberikan BEP sebanyak 4 siklus. III BEP 4x
IV BEP 4x

Nonseminoma Orchiektomi radikal


Pasien dengan massa tumor yang besar di daerah retroperitoneal ( lebih dari 3 cm Indakasi kecurigaan adanya tumor testis. Kecurigaan tumor testis apabila pada
atau terdapat pada 3 slice CT-scan ) atau terdapat metastase maka terapi dengan pemeriksaan fisik ditemukan adanya massa yang irreguler yang berasal dari testis,
kemoterapi primer merupakan keharusan setelah dilakukan orchiektomi. Jika tidak terdapat keluhan nyeri. Kecurigaan ini harus dipastikan melalui pemeriksaan
Doppler ultrasonografi pada skrotum. Adanya tumor testis diperlihatkan oleh
gambaran hipoekoik yang hipervaskuler pada lesi intratestikuler. Tindakan ini
dilakukan untuk menentukan diagnosis histopatologi dan staging T.. Pada sedikit
kasus memang terjadi hal yang tidak diinginkan tetapi ini disebabkan oleh karena
tumor spillage, orchiectomy subtotal atau operasi melalui transscrotal ( whitmore,
1982 ).
Tindakan orchiectomy dilakukan dengan anestesi umum ataupun anestesi lokal dan
dapat dilakukan pada pasien-pasien rawat jalan. Pasien dalam posisi supine dengan
skrotum ditempatkan dalam medan operasi yang steril. Dilakukan insisi oblique
pada daerah inguinal kira-kira 2 cm diatas tuberculum pubicum dan dapat
diperlebar sampai ke skrotum bagian atas untuk mengangkat tumor yang berukuran
besar.
Insisi pada fasia Camper dan Scarpa sampai ke aponeurosis obliqus eksternus
dilanjutkan dengan menginsisi aponeurosis sesuai dengan arah seratnya sampai
mencapai anulus inguinalis internus.
Identifikasi nervus ilioinguinalis dan funikulus spermatikus setinggi anulus
inguinalis internus dibebaskan dan diisolasi dengan menggunakan klem atraumatik
atau turniket penrose 0,5 inchi.
Testis dan kedua tunika pembungkusnya dikeluarkan dari skrotum secara tumpul
dengan hati-hati, jika akan dilakukan biopsi atau subtotal orchiectomy,
pengeleluaran testis dari skrotum dilakukan sebelum membuka tunika vaginalis dan
menginsisi jaringan testis. Figure 821. Approach for radical inguinal orchiectomy. The incision is shown in
Orchiectomy radikal diakhiri dengan memasukkan funikulus spermatikus ke dalam the inset. The external oblique fascia is divided in line with its fibers down to the
anulus inguinalis internus dan meligasi pembuluh darah vas deferen dan funikulus external inguinal ring.
spermatikus secara sendiri-sendiri.
Dilakukan irigasi pada luka dan skrotum dan hemostasis lalu dapat dilalukan
pemasangan protease testis.
Selanjutnya dilakukan penutupan aponeurosis muskulus obliqus eksternus dengan
benang prolene 2-0, fasia scarpa dijahit dengan benang absorbable dan selanjutnya
dilakukan penutupan kulit. Dressing dengan penekanan pada skrotum dapat
meminimalisasi terjadinya udema paska operasi.

Figure 822. After the cord has been controlled with a tightened Penrose drain or
rubber-shod clamp, the testicle is mobilized out of the scrotum using blunt
dissection.
Komplikasi orkiektomi radikal adalah : Algoritma penatalaksanaan seminoma dan

Pendarahan, yang terlihat dengan adanya hematoma di skrotum atau nonseminoma berdasarkan staging klinis
retroperitoneal.

Infeksi luka operasi.

Trauma pada nervus ilioinguinal yang mengakibatkan terjadinya hipoestesia pada


tungkai ipsilateral dan permukaan lateral skrotum.

Hasil dan Prognosis


Seminoma
Setalah dilakukaan orkiectomi radikal dan pemberian radiasi eksterna, maka pada
pasien seminoma stage I 5-years disease-fre surviva rate mencapai 95% dan 92-94%
pada seminoma stage IIA. Pada pasien dengan staging yang lebih tinggi yang telah
menjalani orkiektomi radikal yang diikuti dengan pemberian kemoterapi maka 5-years
disease-fre surviva rate nya 35-75%.

Nonseminoma
Pasien pada stage I yang menjalani orkiektomi radikal dan RPLND memiliki 5-years
disease-fre surviva rate yang tinggi mencapai 96-100%. Pada pasien stage II dengan
massa tumor yang kecil dan telah menjalani orkoiektomi radikal dan kemoterapi 5-
years disease-fre surviva rate nya mencapai 90% sedangkan pasien pada stage ini tapi
dengan massa tumor yang besar yang telah dilakukan orkiektomi radikal diikuti
dengan kemoterapi dan RPLND memiliki 5-years disease-fre surviva rate sebesar 55-
80%.

Tindak Lanjut
Pasien yang telah menjalani tindakan RPLND atau radioterapi memerlukan
pengamatan lanjutan setiap 3 bulan selama 2 tahun, lalu setiap 6 bulan selama 5 tahun
selanjutnya setiap satu tahun. Pada setiap kunjungan haruslah dilakukan pemeriksaan
fisik pada sisa testis, abdomen dan kelenjar getah bening sekitarnya, perlu pula
dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan kadar AFP, hCG dan LDH.
Selain itu perlu pula dilakukan pemeriksaan foto rontgen thorak dan abdomen.
Evaluasi respon pengobatan menurut kriteria UICC (1987 ) :
1. Ukuran tumor yang dievaluasi paska pengobatan, berupa :
a. Penurunan ukuran tumor dan atau ukuran metastase tumor, penurunan 2x
ukuran diameter yang saling tegak lurus dalam centimeter.
b. Perbaikan yang tidak dapat diukur, rekalsifikasi lesi tulang osteolitik,
perkiraan penurunan ukuran lesi seperti pada massa abdomen.

2. Durasi remisi
Waktu yang diukur sejak mulai pengobatan sampai munculnya tumor baru (
ukuran tumor lebih dari 25% dari hasil 2x pengukuran diameter tumor ) , diukur
sebelum dan sesudah pengobatan. Remisi dinyatakan dalam hari, minggu dan
bulan.
TUMOR TESTIS NON SEL GERMINAL
1. Tumor sel leydig
Tumor sel leydig adalah tumor testis non sel germinal meliputi 1-3% dari
seluruh tumor testis. 25% terjadi pada anak-anak, dangan 5-10% merupakan
tumor bilateral. Terdapat jenis yang jinak dan ganas.
Penyebab tumor jenis ini tidak diketahui dan tidak seperti pada tumor testis sel
germinal yang dihubungkan dengan kriptokidisme maka tumor sel leydig tidak
dikaitkan dengan kelainan tersebut. Tampak adanya lesi kecil yang berwarna
kekuningan tanpa adanya gambaran hemoragi dan nekrosis. Terdapat sel-sel
heksagonal yang granuler dengan sitoplasma yang berisi vakuola-vakuola
lemak.
Temuan klinis yang dapat ditemukan pada penyakit ini berupa virilization
pada pasien usia pra pubertas dan merupakan suatu tumor jinak. Pada pasien
dewasa biasanya tidak bergejala meskipun pada 20-25% kasus terdapat adanya
ginekomastia dan tumor bersifat ganas pada 10% kasus. Pada pemeriksaan
laboratorium terdapat peningkatan kadar 17-ketosteroid serumdan urin dan
juga kadar estrogen. Pemeriksaan 17-ketosteroid penting untuk membedakan
jenis jinak dengan yang ganas, peningkatan 10-30 kali kadar enzim ini adalah
pertanda untuk tumor ganas dan indikasi untuk dilakukan RPLND.
Terapi inisial dari tumor ini adalah orchiektomi radikal. Peran kemoterapi
untuk tumor ini maih belum dapat ditentukan karena kasus tumor sel leydig
sangatlah jarang. Progonosis tumor sel leydig jenis jinak sangat baik
sedangkan untuk jenis yang ganas prognosisnya buruk.

2. Tumor sel sertoli


Tumor sel sertoli merupakan kasus yang sangat jarang, hanya meliputi kurang
dari 1% dari seluruh kasus tumor testis. Dari seluruh kasus tumor sel sertoli
10% nya merupakan jenis ganas sedangkan sisanya merupakan lesi jinak. Pada
lesi jiank terlihat sel-sel dengan gambaran yang baik seperti pada sel leydig
normal sedangkan pada jenis ganas terlihat sel dengan batas-batas yang tidak
jelas. Secara mikroskopis tampak sel-sel yang heterogan yang merupakan
campuran dari sel epitel dan sel stroma. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya massa tumor pada testis dan terjadi virilisasi pada penderita anak-
anak. Pada 30% kasus ditemukan adanya ginekomastia pada pasien dewasa.
Tindakan orchiektomi merupakan terapi awal untuk tumor ini dan RPLND
diindikasikan untuk jenis tumor ganas. Peran kemoterapi dan radioterapi untuk
tumor sel sertoli masih belum jelas.

3. Gonadoblastoma
Gonadoblastoma hanya meliputi 0,5% dari seluruh kasus tumor testis dan
hampir selalu ditemukan pada pasien dengan disgenesis testis. Penderita tumor
ini sebagian besar dijumpai pada usia dibawah 30 tahun.
Manifestasi klinis yang terlihat pada kelainan ini berkaitan dengan keadaan yang
mendasari timbulnya gonadoblastoma yaitu adanya disgenesis kelenjar gonad.

Hal yang penting diperhatikan bahwa 4/5 pasien gonadoblasoma secara fenotip
adalah wanita dan pada penderita pria murni biasanya menderita kriptokidisme dan
hipospadia.
Terapi pilihan untuk gonadoblastoma adalah orchiektomi radikal. Jika ditemukan
adanya disgenesis kelenjar gonad maka tindakan gonadektomi kontralateral selain
dari pengangkatan kelenjar gonad yang terkena merupakan indikasi dari kelainan
ini karena gonadoblastoma cenderung untuk mengenai kedua testis.

Anda mungkin juga menyukai