Anda di halaman 1dari 26

Pelvic Trauma

(Rosen 8th ed. Chapter 55) & ATLS


Trauma Pelvis

• Fraktur cincin pelvis  resiko perdarahan pelvis


• Juga dpt menyebabkan cedera organ lainnya
• Resusitasi dari shock hemoragik, identifikasi segera cedera besar
lainnya dan sumber perdarahan, dan koordinasi definitif angiografi
dan tatalaksana bedah  mendapatakan hasil baik
Trauma Pelvis
Trauma Pelvis
Trauma Pelvis

• Arteri superior gluteal adalah cabang terbesar dan tersering


mengalami cedera  fraktur arkus posterior pelvis
• Obturator dan cabang pundendal internal sering cedera  fraktur yg
melibatkan ramus pubis
Pelvic Trauma
Stable Injuries (Tile Type A)

• Fraktur tunggal tulang tanpa melibatkan cincin pelvis (1/3 dri semua
kasus trauma pelvis)
• Secara umum, paling fraktur plevis yang paling stabil sembuh lebih
baik dengan istirahat dan analgesik u/ kontrol nyeri
• Fraktur ramus pubis superior/inferior yg terisolasi = most common
fraktur pelvis
• Fraktur ini stabil
• Eldery people -> jatuh (harus dipikirkan saat evaluasi acutely painful
hip)
• Fraktur body (corpus) ischium -> jarang
• Jatuh dlm posisi teduduk -> th/ konservativ dgn bed rest, analgesik
• Fraktur ramus pubis superior/inferior pd sisi yg sama umumnya
mengalami cedera stlh 1 kali jatuh /MVC
Straddle Fracture
Straddle Fracture

• = cedera 4 pilar
• Involve fraktur kedua ramus pubis pd 2 sisi simfisis pubis, menyebabkan yg
disebut ‘’butterflu segment’’
• Cedera terjadi akibat pukulan langsung dengan mekanisme straddle
• Umumnya bersamaan dgn komresi lateral  cedera pd arkus posterior
pelvis
• CT pelvis dibutuhkan u/ identifikasi cedera 4 pillar dan klasifikasi cedera
arkus posterior dan menentukan terapi ortopedik
• Sistem traktus urogenital sering cedera  evaluasi dgn teliti
Radiology-Plain Radiography

• Radiology-Plain Radiography
• Tdk diperlukan pd kasus trauma tumpul jika pasien asimtomatik, sadar, dan PF pelvis
normal
• Radiografi AP, simfisis pubis normalnya lebar tdk lebih besar dari 5mm, dan vertical
offset rami pubis kanan kiri normal 1 / 2 mm. Normally the SI joint is approximately 2
to 4 mm wide.

• Computed tomography
• Pilihan imaging untuk evaluasi cedera pelvis
• Menunjang informasi detaul mengenai arkus posterior
• Well visualized acetabulum
• Sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi dibandingkan foto polos untuk mendeteksi
fraktur pelvis
Management of Pelvic Trauma
Management of Pelvic Trauma
Kontrol perdarahan
• Selain transfusi darah, 2 hal penting dlm terapi
modalitas untuk kontrol perdarahan: stabilisasi
mekanik pelvis dan angiografi embolisasi

Stabilisasi pelvis
1. Teknik Non invasif
• Paling sedia = stabilisasi pelvis sedini mungkin dpt
dilakukan dgn sehelai kain atau klem handuk
• Membungkus pelvis erat dengan kain dan
mengamankan dengna klem handuk -> efektif
mengurangin cedera terbuka pelvis -> mengurangi
potensi volume pelvis dalam kehilangan darah
2. Fiksasi invasif
• Fiksasi external pelvis dilakukan o/ bedah ortopedi
• Tujuan: u/ cegah pergerakan daerah fraktur pelvis
dan perdarahan
Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi:
• Pakaian dibuka seluruhnya
• Abdomen anterior, posterior, dada bag.bawah, perineum -> cari tanda abrasi,
konstusio krn sabuk pemgaman, benda asing yg menancap, eviserasi
omentum / usus halus dan status kehamilan
• Pasien dilakukan log scroll u/ pem. lengkap
• Flank, skrotum, daerah perianal -> cari darah pd meatus uretra ,
pembengkakan/ memar, laserasi perineum, vagina, rektum, bokong -> tanda
fraktur pelvis terbuka
• Auskultasi:
• Ada / x bising usus
• Adanya darah intraperitoneal / isi usus -> menyebabkan ileus (penyumbatan
usus) -> bising usus menghilang
• Tdk spesifik, krn ileus dpt disebabkan o/ cedera ekstraabdominal

• Perkusi:
• Meneybabkan sedikit gerakan peritoneum -> rangsang iritasi peritoneum
• Jk rangsang peritoneum (+) -> tdk perlu pem nyeri lepas (rebound tenderness)
• Krn dpt menimbulkan ras nyeri
• dinding abdomen tegang -> PF lebih sulit
• Dinding abdomen tegang scr involunteer -> tanda adanya iritasi peritoneum
• Palpasi:
• Adanya kel. Prostat tinggi -> tanda fraktur pelvis
Penilaian Stabilitas Pelvis
• Hipotensi -> tanda fraktur prlvis dgn instabilitas
kompleksmligamentum posterior
• Fraktur pelvis + hipotensi + tdk ada sumber perdarahan lain -> curiga
adanya instabilitas mekanik cincin pelvis
• PF sugestif ke fraktur pelvis, ditemukan:
• Ruptur uretra, ketidaksesuaian panjang tungkai, deformitas rotasional tungkai
tanpa fraktur yg jelas
• Manipulasi pelvis manual -> memperparah keadaan
• krn bekuan darah yg sdh terbentuk dpt terlepas -> perdarahan lagi
• Tanda ruptur urethra: letak prostat tinggi, hematom skrotum,
perdarahan dari meatus urethra
• Penilaian instabilitas pelvis dgn manipulasi manual pelvis hanya boleh
dilakukan 1 kali slm PF, krn dpt menyebabkan perdarahan lebih lanjut
• Tdk dilakukan dlm keadaan pasien masih shock dan sdh tdpt fraktur pelvis yg jelas
• Hemipelvis yg tdk stabil dpt bermigrasi kearah safalad
• Karena tarikan otot dan berrotasi keluar sekunder thd efek gravitasi dri pelvis yg tdk
stabil -> pelvis terduksi scr manual dgn cara menekan krista iliaka di level spina iliaka
anterior superior
• Gerakan dpt dirasakan ketika krista iliaka terpegang dan hemipelvis yg tdk stabil
ditekan ke arah dalam (rotasi interna) -> terdapat gerakan keluar (yg disebabkan o/
menuver distraksi kompresi)
• Terputsunya lig. Posterior -> hemipelvis yg terkena dpt didorong kearah
safalad selain kearah kaudal
• Dpt dirasakan dgn cara meraba spina iliaka posterior dan turbekel pd waktu mendorong dan
menarik hemipelvis yg tdk stabil
• Identifikasi abnornal syaraf/luka terbuka di flank, perineum, dan rektum =
bukti instabilitas cincin pelvis
• Pem. X-ray pelvis: anteroposterior (AP)
Fraktur pelvis dan cedera penyertanya
• Pasien hipotensi + fraktur pelvis:
• Angka mortalitas tinggi
• Fraktur pelvis + perdarahan -> disrupsi kompleks lig. osseus posterior pd fraktur
sakroiliaka/ dislokasi/ fraktur sakrum
• (kompleks lig. Osseus posterior: sacroiliac, sacrospinous, sacrotuberous, the fibromuscular pelvic floor)
• Disrupsi cincin pelvis -> merobek pleksus vena pelvis, kadang merobek sist. Arteri iliaka
interna (pd cedera kompresi anteroposterior)
• Dislokasi sendi sakroiliaka ke vertikal -> robekan perdarahan iliaka -> perdarahan tak
terkontrol
• Cedera cincin pelvis o/ tabrakan speda motor, pejalan kaki yg tertabrak,tumbukan
lngsng ke pelvis, jatuh dri ketinggian > 3,6 m
• Mortalitas pasien fraktur pelvis 1: 6
• Meningkat pd pasien fraktur pelvis tertutup + hipotensi 1:4
• Meningkat 1:2 pd pasien fraktur pelvis terbuka
• Perdarahan = faktor penyebab kematian yg potensial dpt dicegah
Mekanisme Cedera / Klasifikasi
• 4 pola kejadian yg menyebabkan fraktur pelvis:
1. Kompresi AP
2. Kompresi lateral
3. Robekan vertikal
4. Pola kompleks (kombinasi)

1. Kompresi AP
 o/ tabrakan mobil dgn pejalan kaki, cedera tumbukan langsung ke pelvis, jatuh dri
ketinggian >3.6 m
 Disrupsi simfisis pubis -> robekan kompleks ligamentum osseus posterior
 Ditandai dgn adanya fraktur sakroiliaka / dislokasi sakrum
 Terbukanya cincin pelvis -> perdarahan dari kompleks vena pelvis posterior, kadang
cabang arteri iliaka interna
2. Kompresi lateral
 o/ kecelakaan sepeda motor -> rotasi interna dari hemipelvis yg terkena
 Vol. pelvis berkurang -> pendarahan yg mengancam jiwa

3. Robekan vertikal
 Gesekan energi tinggi pd garis vertikal antara permukaan anterior dan
posterior dari cincin pelvis -> merobek lig. Sakrospinosus dan savrotubrtus ->
instabilitas pelvis berat
 Biasanya o/ jatuh dari ketinggian
Pengelolaan
• Pengelolaan awal fraktur pelvis + perdarahan:
• Kontrol perdarahan: dgn cara stabilisasi mekanik dari cincin pelvis dan
tekanan eksternal
• Resusitasi cairann
• Dpt dilakukan di RS yg tdk punya terapi definitif
• Teknik u/ stabilisasi pasien sblm di trf ke RS:
• Traksi longitudinal dilekatkan di kulit / menembus tulang
• Cedera ini merotasi pelvis ke eksterna, rotasi interna dari tungkai bawah akan mereduksi
volume pelvis
• Diterapkan u/ menyangga pelvis
• Sehelai kain, pelvic bincer, alar lainnya dpt dipasang pd pasien u/ beri stabilitas
tambahan pd fraktur pelvis yg tdk stabul pd lebel trochanter mayor femur
• Metode sementara ini cocok u/ stabilisasi pelvis scr cepat
• Binder hanya u/ sementara, dipasang hatihati,
• Kalo terlalu ketat -> melukai kulit -> ulserasi pd tonjolan tulang
• Ps dimonitor scr ketat

• Stabilisasi pelvis yg terlambat -> ps kehilangan banyak darah

• Th/ definitif dgn hemodinamik abnoral


• Terganting dri kerjasama tim: ahli bedah trauma, radiologi, bedah ortopedi
• Embolisme angiofgrafi: pilihan u/ ps perdarahan dari fraktur pelvis
Algoritma pengelolaan fraktur pelvis dan
shock hemorrhagik

Anda mungkin juga menyukai