Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

BRONCHOPNEUMONIA

Disusun oleh:

Devina Adelina Wijaya

406182086

Pembimbing:

dr. Ity Sulawati, Sp.A, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI

PERIODE 9 SEPTEMBER – 17 NOVEMBER 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


Devina Adelina Wijaya (406182086)

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AS
Umur : 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 28-02-2019
Agama : Islam
Alamat : Kp Lebak
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku Bangsa : Sunda

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien pada tanggal 12 Oktober
2019 hingga tanggal 14 Oktober 2019
A. Keluhan Utama
Sesak sejak 2 minggu SMRS

B. Keluhan Tambahan
Batuk pilek, demam saat HMRS

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Ciawi pada tanggal 11 Oktober 2019
pukul 10.56 WIB, dengan keluhan sesak, batuk berdahak, pilek, dan
demam.

1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

2 minggu sebelum masuk rumah sakit :


Ibu pasien mengatakan anaknya selalu cegukan setiap setelah
minum. 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai sesak
dan batuk berdahak, namun dahak susah dikeluarkan menurut
sang ibu. Selain batuk, pasien juga mulai pilek. Pilek dengan
cairan bening dan tidak ada darah pada cairan hidung pasien.
Tidak ada demam menurut ibu, karena saat suhu diukur sekitar
36⁰-37⁰C. Setiap batuk pasien mulai sesak, namun ibu pasien
tidak mengingat jelas apakah terdapat kebiruan pada bibir pasien.
Batuk terutama dirasakan pada malam hari menjelang pagi hari,
batuk dan sesak mulai berkurang setelah siang hari. Saat mulai
terjadi keluhan sampai berobat ke IGD RSUD Ciawi, pasien
belum diberikan obat apapun.

4 Hari sebelum masuk rumah sakit:


Ibu pasien mengeluhkan pasien masih batuk, pilek, dan sesak,
namun saat ini, pasien mulai demam, demam dirasakan naik turun
dengan suhu tertinggi 39⁰C, tidak ada kejang sebelum, saat, dan
setelah demam. Sebelumnya pasien masih kuat minum susu
formula walaupun sesak dan masih mau makan, saat ini, pasien
tidak mau makan sehingga pasien hanya minum susu formula
namun tidak sebanyak sebelum sakit. Untuk penurunan berat
badan ibu pasien tidak mengetahui. BAB dan BAK pasien masih
normal, tidak ada muntah.

Hari Masuk Rumah Sakit :


Saat masuk rumah sakit, pasien masih demam naik turun, pasien
terlihat lemas, menurut ibu pasien, sesak pasien bertambah berat,
batuk dan pilek masih dikeluhkan, dan BAB cair sebanyak 4 kali
dengan ampas, tidak terdapat lendir maupun darah.

2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

Perawatan di rumah sakit :


Hari pertama dirawat di rumah sakit, pasien sudah tidak BAB cair,
BAK pasien normal, tidak ada muntah, pasien tidak demam setelah
diberikan paracetamol, batuk dan pilek masih, sesak mulai berkurang
saat perawatan di rumah sakit, setelah hari kedua ibu pasien sudah
tidak mengeluhkan terdapat sesak pada pasien, pasien mulai bergerak
aktif setelah hari kedua, namun setiap minum susu pasien masih
cegukan.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu pasien mengatakan pasien sebelumnya tidak pernah batuk pilek
maupun sesak, riwayat pengobatan TB pada pasien disangkal oleh ibu.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat penyakit TB dan
pengobatan paru pada keluarga disangkal. Riwayat penyakit keturunan
seperti alergi dan asma pada keluarga disangkal. Lingkungan keluarga
terdapat keluarga yang merokok.

F. Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien tidak pernah berobat ke rumah sakit, untuk keluhan
saat ini tidak diberikan obat apapun di rumah, pertama kali diobati saat
di IGD.

G. Riwayat Tumbuh Kembang


Pasien tumbuh dengan berat badan dan panjang badan sesuai usia,
pasien sudah dapat bicara mama dan minta makan, selain itu pasien
dapat duduk tanpa dibantu.

3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

H. Riwayat Perinatal
Pasien merupakan anak tunggal, lahir cukup bulan di rumah sakit
dibantu oleh bidan, dengan berat badan lahir 3200g dan panjang badan
lahir 49 cm. Saat lahir pasien langsung menangis. Saat mengandung
pasien, ibu pasien HbSAg(+).

I. Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap
- Usia 0 bulan : HBO (+)
- Usia 1 bulan : BCG, polio 0 (+)
- Usia 2 bulan : DPT, HiB, HB, Polio 1 (+)
- Usia 3 bulan : DPT, HiB, HB, Polio 2 (+)
- Usia 4 bulan : DPT, HiB, HB, Polio 3 (+)

J. Riwayat Asupan Nutrisi


 Pasien tidak minum ASI sama sekali
 Sejak usia 6 bulan, selain minum susu formula pasien juga
makan bubur bayi instan 2 kali sehari atau buah-buahan yang
dihaluskan
 Sebelum sakit, nafsu makan pasien baik, minum susu formula
6-7 kali sehari dan setiap makan makanan lunak selalu
dihabiskan.
 Pasien minum air putih setiap sehabis makan, namun ibu pasien
tidak mengingat persis berapa botol sehari.

III. STATUS GENERALIS (12/10//2019)


- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : compos mentis
- GCS : E4 V5 M6
- Nadi : 155x/menit

4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

- Pernapasan : 62x/menit, SpO2 93%


- Suhu : 36,9°C
- Berat badan : 8,9 kg
- Panjang badan : 68 cm
- Status Gizi : Beresiko gizi lebih

IV. PEMERIKSAAN FISIK (12/10/2019)


- Kepala : Normocephali, UUB terbuka, wajah simetris tidak tampak
deformitas, tidak tampak kelainan pada kulit kepala
- Mata: Air mata (+/+), mata cekung (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva
anemis (+/+), refleks cahaya (-/+), pupil isokor diameter 3 mm ditengah
- Telinga : bentuk normal tidak terdapat deformitas, liang telinga lapang,
serumen (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik tragus (-/-) ,
limfadenitis periauricular (-/-), pemeriksaan membran timpani tidak
dilakukan
- Hidung : bentuk normal, sekret (+/+) bening, tidak ada septum deviasi,
mukosa hidung tidak hiperemis, napas cuping hidung (-), retraksi (-), tidak
tampak deformitas
- Mulut : Stomatitis (-), sianosis bibir(-) , Coated tongue (-), lidah terletak di
tengah, simetris
- Tenggorokan : uvula di tengah, dinding faring hiperemis, tonsil T1-T1,
kripta tonsil normal, tidak terdapat detritus
- Leher :tidak ada pembesaran KGB submandibular, submental, cervical,
trakea terletak di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar
- Thorax :
• Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris,
Retraksi dinding dada interkostal (-), subkostal (+), substernal
(+)
• Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris tidak ada tertinggal,
stem fremitus tidak dilakukan

5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru


• Auskultasi : Vesikuler (+/+) Rhonki (+/+), wheezing (-/-)
- Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS III MCL sinistra
• Perkusi : Batas jantung tidak melebar
• Auskultasi: BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
• Inspeksi : tampak membuncit, hernia (-), deformitas (-)
• Palpasi : Abdomen supel, Nyeri tekan 4 kuadran (-), turgor kulit
normal, Hepar dan lien tidak teraba membesar.
• Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
• Auskultasi : Bising usus (+) normal 9x/menit
- Tulang belakang : tidak tampak gibbus, skoliosis (-),lordosis (-),kifosis (-)
- Anus dan Genitalia : pemeriksaan anus dan genitalia tidak dilakukan
- Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembesaran KGB submandibular,
submental, servikal, infraclavicula, supraclavicula, axilla dan inguinal
- Kulit : sianosis (-), ikterik (-), petekie (-), tidak tampak kelainan
- Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, tak tampak edema pada keempat
ekstermitas, sianosis (-)

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

o REFLEKS FISIOLOGIS
 Biseps : ++ / ++
 Triceps : ++ / ++
 Patela : ++ / ++
 Achiles : ++ / ++

6
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

V. RESUME

Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 7 bulan dengan keluhan sesak
sejak 2 minggu SMRS. Keluhan disertai batuk dan pilek, dan selalu cegukan
setelah minum. 4 hari SMRS, demam naik turun dengan suhu tertinggi
39⁰C. Pada hari masuk rumah sakit, keluhan batuk, pilek, sesak disertai
kurang nafsu makan. BAB sempat cair selama 1 hari namun setelah itu BAB
kembali normal. Ibu pasien mengaku pasien belum pernah sakit seperti ini
sebelumnya, riwayat pengobatan paru disangkal.

Pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang, compos mentis, HR 155


x/menit, RR 62 x/menit, SpO2 93%, thorakoabdominal, suhu tubuh 36.9°C,
status gizi beresiko gizi lebih. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan
sekret pada hidung, dinding faring hiperemis, pemeriksaan thorax
didapatkan retraksi subcostal dan substernal, auskultasi terdengar rhonki,
dan tidak tampak adanya sianosis bibir dan pada ekstremitas.

VI. DIAGNOSIS KERJA


 Sesak suspect ec bronkopneumonia

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan darah:
Hematologi 11/10/2019
Hasil Normal
Hemoglobin 9,5 g/dL 11,0 - 13,0 g/dL
Hematokrit 27,8 % 45 - 52 %
Leukosit 22.600/ µL 6.000 – 18.000 µL
Trombosit 523.000/ µL 150.000 - 440.000/ µL
Kimia
GDS 91 mg/dL 80-120 mg/L
Elektrolit darah

7
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

Natrium 130 mmol/L 135 – 145 mmol/L


Kalium 4.7 mmol/L 3.5 – 5.3 mmol/L
Clorida 106 mmol/L 95 – 106 mmol/L

Pemeriksaan Xray thorax :


 Cor : Ukuran kesan tak membesar; pulmo : tampak patchy infiltrat di
parahiler kanan kiri; paracardial kanan, bronchovaskular pattern kasar, hilus
kanan kiri menebal; Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam; Diafragma dan
tulang tulang baik
 Kesan : Bronchopneumonia DD TB paru

8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

VIII. DIAGNOSIS AKHIR


• Bronkopneumonia
• Anemia defisiensi Fe

IX. DIAGNOSIS BANDING


 TB paru

X. TATALAKSANA
Oral :
 Paracetamol drop 3x0,9 ml
 Ferriz drop 1x0,4 ml

Parenteral :

 Cefotaxime IV 3x300mg

Infus : Kaen 3B 8tpm

Inhalasi/12 jam dengan NaCl 0,9% 2ml + Salbutamol 1 ml

XI. RENCANA DIAGNOSTIK


 Kultur darah
 Kultur sputum
XII. PROGNOSIS
- Ad Vitam : dubia ad bonam
- Ad functionam : bonam
- Ad sanationam : bonam

XIII. EDUKASI
- Menjelaskan tentang alasan pasien dirawat
- Menjelaskan tentang keadaan pasien dan prognosis dari penyakitnya

9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

- Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit yang diderita dan


cara penyebarannya
- Menjelaskan kepada keluarga pasien cara pencegahan penyakit agar
tidak terulang
- Menjelaskan kepada pasien tentang penanganan yang akan dilakukan
- Menjelaskan tentang tanda bahaya yang mungkin terjadi
- Memberikan informasi mengenai komplikasi yang mungkin terjadi

10
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.Definisi
Pneumonia merupakan infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus
dan jaringan interstisial.1 Bronkopneumonia merupakan inflamasi akut dari
bronkiolus dengan konsolidasi multipel fokal pada satu atau lebih bagian paru,
di mana infeksi menyerang bronkus, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan
parenkim paru. Penyebab utama dikarenakan oleh infeksi bakteri seperti
Streptococcus, Staphylococcus, atau Haemophilus influenzae yang juga
dipengaruhi oleh usia, imunisasi, ventilasi, nutrisi, lingkungan, perokok pasif,
gangguan genetik seperti anemia sel sabit.2

1.2.Epidemiologi
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada
anak kurang dari 5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun,
sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia
menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara
berkembang. Pada tahun 2013, bronkopneumonia menyebabkan kematian
sebanyak 935.000 anak di bawah lima tahun.1,3

1.3.Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi pada saluran napas bawah melalui inhalasi,
aspirasi, atau hematogen. Infeksi sendiri dapat disebabkan oleh virus, jamur,
bakteri. Penyebab tersering merupakan bakteri Streptococcus pneumoniae,
sedangkan virus menjadi penyebab tersering pada anak di bawah 5 tahun. Pada
umur 2-59 bulan, bakteri yang sering ditemukan pada apusan tenggorok adalah
Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis. Faktor resiko yang
meningkatkan resiko kejadian pneumonia adalah efek anatomi bawaan, defisit
imunologi, polusi, refluks gastroesofageal, aspirasi, gizi buruk, berat badan

11
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

lahir rendah, tidak mendapat ASI, imunisasi tidak lengkap, dan lingkungan
tempat tinggal yang padat. Saat imun terganggu, parenkim paru inflamasi,
mekanisme inflamasi dapat berupa imunitas komplemen dan humoral, bersihan
mukosiliar yang terganggu pada perokok, refleks batuk yang terganggu.
Makrofag pada paru menghasilkan berbagai sitokin seperti TNF alfa, IL-8, dan
IL-1 yang menyebabkan berkumpulnya neutrofil pada tempat infeksi. Lalu
proses tersebut menghasilkan proses eksudatif yang mengganggu proses
oksigenasi yang menimbulkan sesak, dan terjadi kongesti eksudat.1,4,5

1.4.Diagnosis
Pada anamnesis diperoleh tanda dan gejala seperti batuk yang awalnya
kering, kemudian menjadi produktif dengan dahak purulen bahkan bisa
berdarah, sesak napas, demam, sulit makan atau minum, tampak lemah,
serangan pertama atau berulang untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromais, kelainan anatomi bronkus, atau asma. Pada
pemeriksaan fisik, dinilai keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi,
di mana frekuensi napas di atas 60 kali per menit untuk anak kurang dari 2
bulan, di atas 50 kali per menit pada anak 2 sampai 11 bulan, dan lebih dari
40 kali per menit pada anak 12 sampai 59 bulan. Terdapat gejala distres
pernapasan seperti takipnea, retraksi subkostal, batuk, krepitasi, dan
penurunan suara paru, dapat juga ditemukan ronkhi atau wheezing, demam
dengan suhu rektal lebih dari 38 derajat celcius atau suhu axilla lebih dari
37,5 derajat celcius, dan sianosis.1,6
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan radiologi dan
laboratorium, foto dada direkomendasikan untuk penderita pneumonia yang
dirawat inap dan memiliki tanda klinis yang membingungkan, jika
pneumonia berat, gejala menetap, dan tidak respon dengan antibiotik maka
dilakukan follow up foto dada, dan pemeriksaan foto dada tidak
mengidentifikasi agen penyebab.1

12
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan jumlah leukosit dan


hitung jenis leukosit untuk membantu menentukan pemberian antibiotik.
Untuk pneumonia yang berat, dilakukan pemeriksaan kultur dan pewarnaan
Gram sputum, kultur darah dilakukan untuk pasien rawat inap dan yang
dicurigai menderita pneumonia bakterial. Jika ada efusi pleura dilakukan
pungsi cairan pleura dan kultur serta deteksi antigen bakteri. Tidak
direkomendasikan pemeriksaan CRP atau LED. Jika ada kontak TB
dilakukan uji tuberkulin.1
1.5.Tatalaksana1
1.5.1. Tatalaksana umum
Pasien dengan saturasi oksigen kurang dari sama dengan 92% saat bernapas
dengan udara kamar, harus diberikan terapi oksigen dengan nasal kanul,
headbox, atau sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari
92%, jika asupan per oral kurang dan penumonia berat diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat. Tidak direkomendasikan
fisioterapi dada, terapi simptomatik untuk menjaga kenyamanan pasien
diberikan antipiretik dan analgetik, untuk memperbaiki mucocilliary
clearance diberikan nebulisasi dengan beta 2 agonis dan atau NaCl, dan
terapi oksigen diobservasi setiap 4 jam dan diperiksa saturasi.
1.5.2. Antibiotik untuk community acquired pneumonia
-neonatus – 2 bulan : Gentamicin dan Ampicillin
-> 2bulan : lini pertama ampisilin jika dalam 3 hari tidak ada perbaikan
ditambahkan kloramfenikol, dan lini kedua seftriakson

13
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

1.6. Bayi dengan Infeksi Hepatitis Virus B (HBV)7


Bayi yang dilahirkan dari ibu penderita Hepatitis B biasanya bersifat
asimptomatis, jarang ada yang disertai gejala sakit. Transmisi virus hepatitis B dari
ibu penderita terjadi pada saat lahir karena paparan darah ibu. Bila ibu terbukti
menderita hepatitis akut pada kehamilan trimester pertama dan kedua, resiko
penularan pada bayinya kecil karena antigen dalam darah sudah negatif pada
kehamilan cukup bulan dan antiHBs sudah muncul. Bila ibu terinfeksi virus HB
pada kehamilan trimester akhir, kemungkinan bayi akan tertular 50-70%. Penularan
lain dapat terjadi melalui fekal oral dan ASI. Akan tetapi resiko tersebut minimal
apabila bayi diberikan HBIG dan vaksin hepatitis B.

Pemeriksaan kadar HbsAg dan IgM anti HBc dilakukan pada saat bayi berusia 6
bulan, karena saat itu antigen dalam darah baru dapat terdeteksi, dengan kadar
puncak usia 3-4 bulan. Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah sebagai
pencegahan jika ibu menderita hepatitis akut selama hamil, yaitu diberikan dosis
awal vaksin hepatitis B 0,5 ml IM dalam 12 jam setelah lahir dianjurkan dosis ke 2
dan dosis ke 3 pada usia 1 dan 6 bulan. Bila tersedia, imunoglobulin hepatitis B

14
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

diberikan 200 IU, dan dalam waktu 24 jam, secara IM 0,5 ml disuntikkan pada paha
sisi lainnya, paling lambat 48 jam setelah lahir, dan ibu boleh tetap menyusui.

Dilakukan pemantauan, pada bayi yang dilahirkan dari ibu penderita HbsAg (+),
bayi diperiksa HbsAg pada 1-2 bulan setelah lahir dan anti HBs untuk menilai
tingkat kekebalan bayi.

15
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,


Harmoniati ED. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia.
Jilid I. Jakarta: IDAI;2009
2. Afzal S, Salman F. Determinants of bronchopneumonia in children. Annals
KEMU [internet].1[cited 2019 Oct.25];20(4):284. Available from:
http://annalskemu.org/journal/index.php/annals/article/view/676
3. Zec SL, Selmanovic K, Andrijic NL, Kadic A, Zecevic L, et al. Evaluation
of drug treatment of bronchopneumonia at the pediatric clinic in sarajevo.
Medical Archives. 2016. 70(3);177-181
4. Ebeledike C, Ahmad T. Pediatric pneumonia.[updated 2019 Jan 7]. In:
StatPearls[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536940
5. Jain V, Bhardwah A. Pneumonia Pathology.[Updated 2019 Feb 22]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019
Jan.Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526116
6. Rambaud-Althaus C, Althaus F, Genton B, D’Acremont V. Clinical features
for diagnosis of pneumonia in children younger than 5 years: a systematic
review and meta-analysis. Lancet Infect Dis. 2015 Apr; 15(4):439-50
7. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP,
Harmoniati ED. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia.
Jilid II. Jakarta: IDAI;2011

16
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

LAMPIRAN

Interpretasi : Berat badan normal

17
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

Interpretasi : perawakan normal

18
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019
Devina Adelina Wijaya (406182086)

Interpretasi : status gizi beresiko gizi lebih

19
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 September – 17 November 2019

Anda mungkin juga menyukai