Oleh
Afina Tsalis Maraya
Bima Adi Laksono
Dhini Oktaviani
Nama : Nn. P
Umur : 13 tahun
Alamat : Pabuaran, Cirebon
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Tgl. pemeriksaan : 27 Januari 2020
2
PRIMARY SURVEY
PRIMARY SURVEY
• Airway : clear, stridor (-), gurgling (-)
• Breathing : pernafasan adekuat, vbs (+/+), rhonki (-/-), whezing (-/-). RR : 24, SpO 2 : 100%
• Circulation : TD : 100/60 mmhg, nadi : 92x/menit, nadi reguler, nadi teraba kuat di a.radialis
• Disability : GCS 15 (Composmentis)
1. Awake : pasien sadar
2. Verbal : berbicara terarah
3. Pain : respon nyeri
4. Unrespon : (-)
• Exposure : Perdarahan at regio femoralis dextra, arteri poplitea teraba lemah, arteri dorsalis pedis lemah
3
SECONDARY
SURVEY
SECONDARY SURVEY
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
• Tekanan Darah : 100/ mmHg
• Nadi : 92x/menit
• Respirasi : 24x/menit
• Suhu : 36° C
• SpO2 : 100%
ANAMNESIS
5
ANAMNESIS
6
PEMERIKSAAN
FISIK
Status interna
• Mata : Conjungtiva palpebra anemis +/+, sklera ikterik -/-
• Hidung : Discharge(-), epitaksis (-)
• Mulut : Sianosis (-)
• Leher : JVP 5±2 , pembesaran kelenjar getah bening (-)
• Thoraks :
1. Inspeksi : dinding dada simetris, jejas (-)
2. Palpasi : ictus cordis teraba di ICS VI linea axilaris anterior, kuat angkat (+),
fremitus taktil simetris, nyeri tekan (-)
3. Perkusi : sonor seluruh lapang paru
batas kiri jantung : ICS VI linea axilaris anterior
batas kanan : ICS V linea parasternalis dekstra
batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
4. Auskultasi:
Pulmo : VBS +/+, Rh -/-, wh -/-
Cor : BJ I = II reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN
FISIK
• Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (-), sikatrik (-)
Palpasi : nyeri tekan (+), soepel, hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus (+) 12 kali/ menit (normal)
Status lokalis
a/r Femoralis Dextra
Look : Luka terbuka dengan ukuran 40x10x5cm, dengan dasar luka otot disertai darah
Feel : Pulsasi arteri poplitea teraba lemah, arteri dorsalis pedis lemah. Nyeri tekan (+), Akral dingin,
CRT > 2 detik
Move : ROM terbatas.
8
PEMERIKSAAN
FISIK
9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah lengkap
Hb : 8,7 gram/dL ( )
Ht : 25% ( )
Leukosit : 8.700 /mm 3 (n)
Trombosit : 172.000 /mm3 (n)
MCV : 75,9 ( )
MCHC : 34,4 (n)
MCH : 26,1 (n)
Eritrosit : 3,33 ( )
Basofil : 0 (n)
Eosinofil : 0 (n)
Neutrofil Batang : 1 (n)
Neutrofil Segmen : 82 ( )
Limfosit : 11 ( )
Monosit : 5 (n)
10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Abdomen
11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen
12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
13
PEMERIKSAAN PENUNJANG
14
PEMERIKSAAN PENUNJANG
15
DIAGNOSIS
16
PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. IGD
IVFD RL 500 cc/ 6 jam
Cefotaxime 2x1gr iv
Omeprazole 2x40 gram iv
Dexketoprofen 2x1 amp iv
b. ICU
Transfusi PRC s/d Hb >10
IVFD RL 500 cc/8 jam
Anbacim 2x1 gram iv
Ketorolac 3x30
Kalnax 3x500 mg
Santagesik 3x1gr
Omeprazole 2x40 mg
2. Non farmakologi
Observasi KU dan TTV
Debridement
Rujuk ke Spesialis Bedah Orthopedi, Bedah Vaskular, dan Bedah Plastik.
17
PROGNOSIS
18
PEMBAHASAN
Crush injury
Definisi
luka yang hancur pada ekstremitas atau anggota badan lain yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan yang serius tetapi lebih sering terjadi pada anggota gerak bawah (ekstemitas bawah),
dengan manifestasi sistemik.
Efek sistemik disebabkan oleh trauma rhabdomyolysis (pemecahan otot) dan pelepasan sel
komponen otot yang berbahaya dan elektrolit ke sistem peredaran darah. Crush injury ini dapat
menyebabkan cedera jaringan lokal, disfungsi organ, kelainan metabolik, termasuk asidosis,
hypercalemia dan hypocalcemia.
20
Crush injury
Patofisiologi
Patofisiologi crush injury dimulai dengan cedera otot dan kematian sel otot. pada awalnya ada
tiga mekanisme yang bertanggung jawab atas kematian sel otot-otot:
• Immediate Cell Disruption
• Direct pressure on muscle cell
• Vascular compromi
• Apabila terjadi kerusakan pada otot dan jaringan lunak -> nyeri yang hebat karena adanya
spasme otot.
• kerusakan pada tulang -> terjadinya perubahan ketidakseimbangan -> tulang dapat menekan
saraf pada daerah yang fraktur -> fungsi saraf menurun -> kesemutan, baal, dan kelemahan.
Crush injury
Tanda Gejala
Keadaan akut dari crush injury biasanya timbul hipovolemi dan ketidakseimbangan metabolic
(reperfusion sindrom).
Crush injury memiliki beberapa tanda dan gejala yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
• Munculnya ruang ketiga yang masif, memerlukan penggantian cairan yang cukup dalam 24 jam pertama
Hipotensi terjadinya penumpukan cairan pada ruang ketiga ini mencapai > 12 L selama periode 48-jam
• Ruang ketiga dapat mengakibatkan komplikasi sekunder seperti sindrom kompartemen, yang merupakan
pembengkakan dalam ruang anatomi tertutup; yang seringkali membutuhkan fasiotomi
ginjal
• Myoglobinuria dapat mengakibatkan nekrosis tubular ginjal jika tidak ditangani
Kelainan
• Kalsium mengalir ke dalam sel otot melalui membran yang bocor, menyebabkan hypocalcemia sistemik
• Kalium dilepaskan dari otot iskemik ke dalam sirkulasi sistemik, menyebabkan hyperkalemia
• Asam laktat dilepaskan dari otot iskemik ke dalam sirkulasi sistemik, menyebabkan asidosis metabolic
Metabolik • Ketidakseimbangan kalium dan kalsium dapat menyebabkan aritmia jantung yang mengancam jiwa,
termasuk cardiac arrest; dan asidosis metabolik dapat memperburuk kondisi pasien.
22
Crush injury
Secara umum, ada beberapa tanda dan gejala lain yang mungkin hadir
a) Cedera Kulit
b) Bengkak
c) Kelumpuhan
d) Parestesia
e) Nyeri
f) pulsasi distal mungkin ada atau tidak ada.
g) Myoglobinuria
23
Crush injury
Tatalaksana
Tatalaksana awal
• Primary survey (ABC), lakukan bebat tekan bila terdapat
perdarahan, bawa ke RS
Tatalaksana di RS
• Pemberian oksigen (O2)
• Terapi cairan untuk mengoreksi takikardia atau hipotensi dan
manitol untuk mempertahankan diuresis minimal 300- 400 mL/jam
kemudian pasang catheter untung memantau balance cairan
• Natrium bikarbonat 50-100 mEq untuk memperbaiki hiperkalemi
• Luka harus dibersihkan, debridemen, dan ditutup dengan dressing
sterile dengan kain kasa.
• Pemberian antibiotik dan analgetik
24
FRAKTUR PELVIS
Pendahuluan
- Fraktur pelvis adalah gangguan struktur tulang dari pelvis.
- Resiko wanita : laki-laki = 2 : 1
- Fraktur pelvis terhitung kurang dari 5% dari semua cedera tulang, tetapi ini penting karena berhubungan dengan:
• cedera jaringan
• kehilangan darah
• syok
• sepsis
• ARDS
• trauma urogenital
- Mortalitas 6-50%. Mortalitas kecelakaan lalu lintas melebihi 10%
- Fraktur simple terjadi pada wanita usia lanjut
• trauma berenergi rendah, seperti jatuh pada pasien usia lanjut
- Fraktur displacement biasanya terjadi pada usia muda
• Trauma bertenaga tinggi :
47% penumpang mobil
31% pejalan kaki
12% pengendara sepeda motor
10% pengendara sepeda
25
ANATOMI PELVIS
26
ANATOMI PELVIS
27
ANATOMI PELVIS
28
ANATOMI PELVIS
29
FRAKTUR PELVIS
Tipe Cedera
30
FRAKTUR PELVIS
31
FRAKTUR PELVIS
32
FRAKTUR PELVIS
33
FRAKTUR PELVIS
Manifestasi Klinis
34
FRAKTUR PELVIS
Diagnosis
Inspeksi
• Edema atau hematoma di perut bagian bawah, paha, perineum, skrotum, atau vulva
• Deformitas
• Luka
Palpasi • Perineum dan genitalia - periksa adanya trauma genital, darah di meatus, dan skrotum atau
hematoma perineum lainnya. Lakukan pemeriksaan vagina pada wanita untuk mencari cairan
• Abdomen, mis. Nyeri tekan, distensi, tanda eksternal trauma
Pemeriksaan • X-Ray
Penunjang • Ct-Scan
35
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
36
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
37
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
38
FRAKTUR PELVIS
Tatalaksana
39
FRAKTUR PELVIS
40
41
TATALAKSANA
Metode Penanganan Pada Fraktur Pelvis
Fiksasi eksternal Pengikat dan Sheet Pelvis Military antishock trousers (MAST)
42
Terimakasih