Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana
organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini
membutuhkan waktu sekitar enam minggu. Infeksi nifas adalah infeksi
pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau
lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral
sedikitnya empat kali sehari.
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti
eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain
dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Jenis infeksi yang paling sering dialami ialah endometritis kuman-
kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Kemudian peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endomemtritis,
tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan
sellulitis pelvika. Peritonitis, yang tidak menjadi peritoniitis umum,
terbatas pada daerah pelvik. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi
keadaan umum tetap baik.

B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian endometritis?
b. Bagaimana etiologi dan patofisiologi endometritis?
c. Apa saja klasifikasi endometritis?
d. Bagaimana gambaran klinis endometritis?
e. Bagaimana penatalaksanaan endometritis?
f. Apa pengertian peritonitis?

Endometritis dan peritonitis Page 1


g. Bagaimana etiologi dan patofisiologi peritonitis?
h. Apa saja klasifikasi dari peritonitis?
i. Bagaimana gambaran klinis dari peritonitis?
j. Bagaimana penatalaksanaan peritonooitis?

C. Tujuan Makalah
a. Untuk mengetahui pengertian dari endometritis
b. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi dari endometritis
c. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari endometritis
d. Untuk mengetahui gambaran klinis dari endometritis
e. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada endometritis
f. Untuk mengetahui apa pengertian peritonitis
g. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi dari peritonotis
h. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari peritonitis
i. Untuk mengetahui bagaimana gambaran klinis dari peritonnitis
j. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada peritonitis

Endometritis dan peritonitis Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Endometritis
1. Pengertian
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). (Manuaba, I. B. G., 1998).
Endometritis adalah suatu infeksi yang terjadi di endometrium,
merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam
setelah melahirkan.

2. Etiologi
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea
terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah
ketuban yang lama.Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya
tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.
(Taber, B. 1994).
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan
infeksi pada wanita adalah:
 Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
 Pecahnya ketuban berlangsung lama.
 Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya
ketuban.
 Teknik aseptik tidak dipatuhi.
 Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
 Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
 Kelahiran secara bedah.
 Retensi fragmen plasenta/membran amnion.

Endometritis dan peritonitis Page 3


3. Klasifikasi
a. Endometritis Akut
Terutam terjadi postpartum atau postabortum. Pada endometritis
postpartum regenerasi endometrium selesai pada hari ke 9, sehingga
endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum pada hari ke
9. Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus
provocatus.Pada endometritis akut, endometrium mengalami edema
dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi,
edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta
perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah
infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar
ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan
dibahas secara khusus.Pada abortus septik dan sepsis puerperalis
infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh
darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan
ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal
ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.
Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang
bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam
uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium
ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam
uterus, dan sebagainya.Tergantung dari virulensi kuman yang
dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas
pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak
seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan
sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium

Endometritis dan peritonitis Page 4


pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling
penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejala-gejala
 Demam
 lochea berbau :
pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar fluor
yang purulent
 lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi
 kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium
tidak ada nyeri
Terapi
 Uterotonika
 Istirahat, letak fowler
 Antibiotik
 Endmertitis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
carcinoma. Dapat diberi oesrtogen.
b. Endometritis kronisa
Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena
itu infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat
mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn
endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja
tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan
normal dalam endometrium.Gejala-gejala klinis endometritis kronika
adalah leukorea dan menorargia. Pengobatan tergantung dari
penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
 Pada tuberkulosis.
 Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
 Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
 Pada polip uterus dengan infeksi.

Endometritis dan peritonitis Page 5


 Pada tumor ganas uterus.
 Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-
kasus TB genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel
pada tengah-tengah endometrium yang meradang menahun.Pada
abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat
desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun
endometrium.Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam
uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut
disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip
plasenta.Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-
menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di
dalam kavum uteri.
Gejala :
o Fluor albus yang keluar dari ostium
o Kelainan haid seperti metrorrhago dan menorrhagi
Terapi
o Perlu dilakukan kuretase untuk DD dengan carcinma corpus uteri,
polyp atau myoma submucosa. Kadang-kadang dengan kuret
ditemukan endomertitis tuberculosa. Kuretase juga bersifat
therapeutis.

4. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan
virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir.
Kadang-kadang lokhea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput
ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan
kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan dibatasi. Uterus pada
endometrium agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama
merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi

Endometritis dan peritonitis Page 6


menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun,
dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali,
lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.
Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa
infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea
yang sedikit dan tidak berbau.
Gambaran klinik dari endometritis:
1. Nyeri abdomen bagian bawah.
2. Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3. Kadang terjadi pendarahan.
4. Dapat terjadi penyebaran.
Miometritis (pada otot rahim).
Parametritis (sekitar rahim).
Salpingitis (saluran otot).
Ooforitis (indung telur).
Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.(Manuaba, I. B. G.,
1998)
Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:
 Takikardi 100-140 bpm.
 Suhu 30 – 40 derajat celcius.
 Menggigil.
 Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
 Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
 Sub involusi.
 Distensi abdomen.
 Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung
darah seropurulen.
 Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi
streptococcus.
 Jumlah sel darah putih meningkat.

Endometritis dan peritonitis Page 7


5. Patofisiologi
Kuman-kuman masuk ke endometrium, biasanya pada luka bekas
insersio plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen,
radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama
dengan bekuan darah menjadi nekrosis serta cairan. Pada batas antara
daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas
lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran.

6. Penatalaksanaan
Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok
sasaran terapi. Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada pewarnaan
gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa
sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.Cairan intravena
dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi
pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi
makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral
untuk memberikan nutrisi yang memadai.Pengganti darah dapat
diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post
partum.Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang
banyak manfaatnya.Tindakan bedah: endometritis post partum sering
disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks.
Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang
tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati.
Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan
bila klostridia teah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti
adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).

Endometritis dan peritonitis Page 8


B. Peritonotis
1. Pengertian
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa
rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan
gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans
muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis
dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit
berat dan sistemik dengan syok sepsis. Infeksi peritonitis terbagi atas
penyebab perimer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses
patologis pada organ visceral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau
persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Infeksi pada abdomen
dikelompokkan menjadi pertitonitis infeksi (umum) dan abses abdomen
(local infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung
dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab peritonitis ialah spontaneous
bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. Penyebab lain
peritonitis sekunder ialah perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum
dan duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker,
dan strangulasi kolon asendens. Penyebab iatrogenic umumnya berasal
dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pancreas, saluran empedu
dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi. Jahitan oprasi
yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya
peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi noninfeksi,
insiden peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi seharusnya
kurang dari 2%. Operasi untuk penyakit inflamasi (misalnya apendisitis,
divetikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi berisiko kurang dari 10%
terjadinya peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Risiko terjadinya
peritonitis sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya kterlibatan

Endometritis dan peritonitis Page 9


duodenum, pancreas perforasi kolon, kontaminasi peritoneal, syok
perioperatif, dan transfuse yang pasif.

2. Etiologi
Peritonitis biasanya disebabkan oleh:
a. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
Yang paling sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi
lambung, kandung empedu, usus buntu, asites (dimana cairan
berkumpul di perut dan kemudian mengalami infeksi).
b. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada
kantung empedu, ureter, kandung kemih, atau usus selama
pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut.
c. Trauma tembus dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan
sepsis bila mengenai organ yang berongga intra peritoneal. Usus
merupakan organ yang paling sering terkena pada luka tembus
abdomen, sebab usus mengisi sebagian besar rongga abdomen.
d. Peritonitis mekonium dapat terjadi jika ada defek pada dinding
usus pada masa antenatal.

3. Patofisiogi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah
keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk
di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan
permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan
biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap
sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi
usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan
membran mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi
secara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel.
Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapat

Endometritis dan peritonitis Page 10


memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke
perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh
mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan
elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi
awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu
terjadi hipovolemia.
Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding
abdomen mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas
pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut meninggi.
Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen
usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding
abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia.
Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang
tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan
lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen, membuat
usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan
perfusi. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan
peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum.
Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik
berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni
dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus,
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria.
Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang
meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan
mengakibatkan obstruksi usus.

4. Klasifikasi
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Peritonitis bakterial primer

Endometritis dan peritonitis Page 11


Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara
hematogen pada cavum peritoneum dan tidak ditemukan fokus
infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial,
biasanya E. Coli, Streptococus atau Pneumococus. Faktor resiko
yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi,
keganasan intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi.
Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik,
gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis
dengan asites.
b. Peritonitis bakterial akut sekunder (supurativa)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractus
gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organisme
tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal. Sinergisme
dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya infeksi ini.
Bakterii anaerob, khususnya spesies Bacteroides, dapat
memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi.
Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat
memperberat suatu peritonitis.
c. Peritonitis non bakterial akut
Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung,
sepertii misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan
urine.
d. Peritonitis bakterial kronik (tuberkulosa)
Secara primer dapat terjadi karena penyebaran dari fokus di paru,
intestinal atau tractus urinarius.
e. Peritonitis non bakterial kronik (granulomatosa)
Peritoneum dapat bereaksi terhadap penyebab tertentu melaluii
pembentukkan granuloma, dan sering menimbulkan adhesi padat.
Peritonitis granulomatosa kronik dapat terjadi karena talk
(magnesium silicate) atau tepung yang terdapat disarung tangan

Endometritis dan peritonitis Page 12


dokter. Menyeka sarung tangan sebelum insisi, akan mengurangi
masalah ini.

5. Gambaran Klinis
Biasanya penderita muntah, demam tinggi, dan merasakan nyeri
tumpul di perutnya. Pada palpasi sebagian atau seluruh abdomen
tegang, seperti ada tahanan atau nyeri tekan; Berkurangnya nafsu
makan; Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat; Tekanan darah
menurun; Produksi urin menurun.
Infeksi dapat meninggalkan jaringan parut yang membentuk
perlengketan yang akhirnya bisa menyumbat usus. Bila peritonitis
tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa berkembang dengan
cepat; Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di
usus halus dan di usus besar. Cairan juga akan merembes dari
peredaran darah ke dalam rongga peritoneum; Terjadi dehidrasi berat
dan darah kehilangan elektrolit; Selanjutnya bisa terjadi komplikasi
utama, seperti gagal ginjal akut (ARF) 1.Pada peritonitis mekonium
gejalanya berupa abdomen yang membuncit sejak lahir, muntah, dan
edema dinding abdomen kebiru – biruan

6. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan adalah pemberian antibiotik yang sesuai,
dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau
intestinal, penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang
dilakukan secara intravena, pembuangan fokus septik atau penyebab
radang lainnya, bila mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan
tindakan – tindakan menghilangkan nyeri. Biasanya yang pertama
dilakukan adalah pembedahan eksplorasi darurat, terutama bila disertai
appendisitis, ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau

Endometritis dan peritonitis Page 13


divertikulitis. Pada peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau
penyakit radang panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya
tidak dilakukan. Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa
macam antibiotik diberikan bersamaan. Cairan dan elektrolit bisa
diberikan melalui infus.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Endometritis adalah suatu infeksi yang terjadi di endometrium,
merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam
setelah melahirkan. Diberikan terapi antibiotik dan diberikan cairan
intravena ( infus) sebagai pengganti cairan yang hilang dan juga untuk
mentoleransi makanan lewat mulut.
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa
rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan
gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans
muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Diberikan antibiotic sebagai
terapinya.

B. Saran
Kepada ibu nifas, disarankan untuk lebih meningkatkan pola
personal hygienenya terutama pada ibu nifas yang disertai luka, baik luka
SC ataupun luka jalan lahir, ditakutkan terjadi infeksi karena bakteri dapat
masuk ke dalam organ manusia dengan sangat cepat.

Endometritis dan peritonitis Page 14


DAFTAR PUSTAKA

Endometritis dan peritonitis Page 15

Anda mungkin juga menyukai