Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI NY. A

DENGAN PREMATUR USIA KEHAMILAN 29 MINGGU

DI R. NICU RSIA FAMILY

Disusun Oleh :
Juwita Purwati
1903021

Yayasan Wahan Bhakti Karya Husada


Akademi Keperawatan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia serta Taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik,
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Ns.
Khoirunnisa, S.Kee, M.Kee selakuu dosen mata ajar Keperawatan Anak yang memberikan
tugas ini kepada kami.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan
makalah ini diwaktu yang akan datang.

Jakarta, 29 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................ i


Daftar Isi .................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup .......................................................................................................... 2
D. Metode Penulisan ...................................................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan ............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................... 4
A. Pengertian ................................................................................................................. 4
B. Penggolongan Derajat Prematuritas Bayi ................................................................ 4
C. Patofisiologi .............................................................................................................. 5
D. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................ 6
E. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 7
F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ........................................................................ 8
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................................... 13
A. Pengkajian ............................................................................................................... 13
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................ 19
C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi ............................................................... 20
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................................... 25
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 28
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 28
B. Saran ....................................................................................................................... 29
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 30
Lampiran ............................................................................................................................... 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37
minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik. Prematuritas dan
berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan badan
1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya
peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering di anggap sebagai periode
kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin 1996)

Masalah Kesehatan pada bayi prematur, membutuhkan asuhan keperawatan, dimana pada
bayi prematur sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih membutuhkan cairan-cairan
dan pengobatan /serta pemeriksaan Laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan terapi pada bayi dan anak yang meliputi peran perawat sebagai
advokad, fasilitator, pelaksanaan dan pemberi asuhan keperawatan kepada klien.

Tujuan pemberian pelayanan kesehatan pada bayi prematur dengan asuhan keperawatan
secara komprehensif adalah untuk menyelesaikan masalah keperawatan.

Berdasarkan data yang diperoleh oleh medical record di ruang NICUselama 3 bulan
terakhir mulai bulan September – November 2019 berjumlah 463 Anak, sedangkan bayi
prematur sebanyak 29 atau 6.2 %. Banyak permasalahan yang terjadi pada bayi premature
diantaranya masalah kardiovaskuler seperti PDA (Patent Duktus Arteriosus), masalah
pernafasan seperti sindrom gangguan pernafasan, pendarahan otak, kesulitan dalam
menyusu dan lain sebagainya.

Untuk mengatasi permasalahn pada bayi premature dibutuhkan peran perawat baik dilihat
dari aspek promotif, preventif, seperti memberikan penyuluhan tentang pentingnya nutrisi
bagi ibu hamil dan pentingnya antenatal care, dan juga pada aspek kuratif dan
rehabilitative, seperti memberikan perawatan dan pengobatan selama proses
penyembuhan.

Mengingat begitu pentingnya peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan


kepada bayi premature, maka penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
pada bayi premature dengan pendekatan proses keperawatan.

1
B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Untuk dapat pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi
premature di ruang NICU RSIA FAMILY dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian pada bayi premature

b. Menganalisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang ditemukan


pada bayi premature.

c. Membuat rencana perawatan yang telah disusun pada bayi premature

d. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun pada bayi premature

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada bayi premature

f. Membuat pendokumentasian pada bayi premature

g. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dan kasus


serta justifikasinya.

h. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat serta alternative


penyelesaiannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada setiap langkah
proses keperawatan

C. Ruang Lingkup

Makalah ini membahas asuhan keperawatan pada bayi Nyonya A dengan premature 29
minggu di Ruang NICU RSIA FAMILY yang dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal
25 November sampai dengan 27 November 2019.

2
D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah :

1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengambil satu kasus bayi
premature dan diberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan. Dalam pengumpulan data tehnik yang digunakan dengan cara
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah
data primer didapat dari klien langsung, dan data sekunder diperoleh dari kelurga,
rekam medik, dan tenaga kesehatan.

2. Studi kepustakaan, penulis mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan bayi
premature.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini dibuat secara sistematik terdiri dari lima bab, yaitu :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang

Lingkup, Metode, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Tinjauan Teori yang terdiri dari Pengertian, Etiologi, Penatalaksanaan,

Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan, dan ‘

Evaluasi.

Bab III : Tinjauan kasus yang terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,

Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi.

Bab IV : Pembahasan yang terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,

Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi.

Bab V : Yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Bayi premature adalah bayi baru lahi dengan BB kurang dari 2500 gr dan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Ada dua macam premature, yaitu :

1. Prematuritas murni / bayi kurang bulan (KB/SMK)

Bayi yang dilahirkan dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat
kurang dari 2500 gr.

2. Dismaturitas/Retardasi Pertumbuhan Janin Intra Uterin (IUGR)/Bayi kecil masa


kehamilan (KMK) Bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari persentie ke
10 kurva pertumbuhan janin dan tidak sesuai dengan usia kehamilan. Sedangkan bayi
lahir dengan berat kurang dari 1500 gr disebut bayi berat badan lahir sangat rendah
(BBLSR).

Dismatur dapat sering terjadi dalam preterm, term, dan post term yang terbagi dalam;

 Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)

 Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB-KMK)

 Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB-KMK)

B. Penggolongan Derajat Prematuritas Bayi

1. Bayi yang sangat prematur (extremely prematur)

a. Masa gestasi 24-30 minggu masih sukar hidup terutama di negara yang belum
maju

b. Masa gestasi 28-30 minggu mungkin dapat hidup dengan perawatan intensif yang
memerlukan alat-alat canggih untuk mencapai hasil yang optimum.

2. Bayi dengan derajat prematur sedang (moderately prematur)

a. Gestasi 31-36 minggu

b. Kesanggupan hidup jauh lebih baik dari yang pertama


4
c. Gejala sisa yang dihadapi kemudian hari riangan bila pengelolaan bayi intensif

d. BB > 1500 gran – 2500 gram

e. Penampilan kulit tipis, lipatan pada kaki sedikit, banyak rambut hals, genetalia
kurang berkembang.

C. Patofisiologis

Penyebab bayi lahir prematur :

1. Faktor Ibu

a. Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik, DM, infeksi akut, psikologis,
dll)

b. Umur ibu dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dan pada multigravida jarak
kelahiran terlalu dekat.

c. Sosial ekonomi, malnutrisi dan anternatal yang kurang.

2. Faktor Janin

a. Hydramnion

b. Kehamilan multiple / ganda

Penyebab bayi lahir dismatur

1. Faktor Ibu

a. Penyakit jantung, penyakit ginjal kronis, hipertensi

b. Ibu DM berat

c. Hipoksia ibu penyakit paru kronis

d. Malnutrisi

2. Faktor uterus dan plasenta; kelainan pembuluh darah, insersi tali pusat yang tidak
normal, sebagian plasenta lepas, dll

3. Faktor janin : kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi dalam kandungan


(TORCH)

5
4. Faktor sosial ekonomi

Tanda dan gejala bayi prematur

Gambaran klinis bayi prematur secara umum adalah :

1. BB < 250 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm

2. Masa gestasi < 37 minggu

3. Tanda neonatus ;

 Kulit keriput tipis, merah, penuh bulu-bulu halus (lanugo) pada dahi, pelipis,
telinga, dan lengan, lemak subkutan sedikit.

 Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari

 Bayi prematur laki-laki testis belum turun pada bati peremuan labia minora lebih
menonjol.

4. Tanda fisiologis

 Gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun lapar, lebih banyak tidur dan
malas

 Suhu tubuh mudah berubah menjadi hypotermi

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan glucose darah terhadap gypoglikemia

2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan

3. Pemeriksaan kromosom sesuai kondisi

4. Pemantauan elektrolit

5. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan

6
E. Penatalaksanaan

1. Penanganan bayi

Semakin kecil bayi dan semakin prematur bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.

2. Keseimbangan suhu tubuh

Bayi prematur mempunyai kesuliatan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan
berkembang secara memuaskan asal suhu rectal dipertahankan antara 36.5 – 37.50 C.
bayi prematur harus dirawat dalam suatu usaha lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi prematur yang
dirawat dalam tempat tidur terbuka juga memerlukan pengendalian lingkungan
secara seksama. Ruang perawatan harus diatas 250 C, bagi bayi yang berat sekitar
2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2500 gram.

3. Perawatan dalam inkubator

Bayi prematur dirawat dalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui
“jendela” atau “lengan baju”. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29.4 0 C, untuk bayi dengan
berat 1700 gram dan 23.20 C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam
keadaan telanjang. Hal ini memungkinkan pernafasan yang ada kuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

4. Pemberian Oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah yang serius bagi bayi prematur, akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi oksigen yang diberikan sekitar 30-
35%, konsentrasi oksigen yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.

5. Pencegahan Infeksi

Bayi prematur mempunyai sistem imunologi yang kurang berkembang, ia


mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infkesi, perawat harus menggunakan pakaian khusus, cuci tangan sebelum dan

7
sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan pakaian/jas, lepaskan semua
aksesoris dan tidak boleh masuk ke kamar bayi dalam keadaan infeksi.

6. Pemberian Makanan

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya


gypoglikemia dan hyperbillirubin. Asi merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui sonde, terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi
prematur secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.

F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Maternal

1) Umur ibu dalam resiko kehamilan (16 tahun atau > 35 tahun)

2) Kehamilan ganda (gemelli)

3) Status ekonomi rendah, malnutrinis dan ANC kurang

4) Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya

5) Infeksi TORCH, penyakit kelamin, dll

6) Penggunaan narkoba, alkohol, dan rokok

b. Riwayat Kelahiran

1) Gestasi 24-37 minggu

2) BB < 2500 gram

3) Apgar score

c. Sistem Kardiovaskuler

1) HR 120-160x/menit

2) Saat lahir mungkin terdapat mur mur; indikasi adanya shunt ke kiri dan
tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelectasis

d. Sistem Gatrointestinal

8
1) Abdomen menonjol

2) Pengeluaran meconium 12-24 jam

3) Reflek hisap lemah, koordinasi menghisap dan menelan lemah

4) Anus; paten tidak pertanda kelainan kongenital

5) Berat badan kurang dari 2500 gram

e. Sistem Integumen

1) Kulit pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan

2) Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak

3) Kuku pendek

4) Rambut sedikit dan halus

5) Garis tangan sedikit dan halus

f. Sistem Musculoskeletal

1) Tulang rawan telinga (cartilage car) belum berkembang, telinga halus dan
lunak

2) Tulang kepala dan tulang rusak lunak

3) Reflek kurang dan letargi

g. Sistem Pernapasan

Apgar score mungkin rendah, pernapasan dangkal, tidak teratur, pernafasan


diafragmatik inter mitten atau periodic (40-60). Mengorok, pernafasan cuping
hidung, retraksi supra sternal dan substernal atau berbagai derajat sianosi mungkin
ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adanya sindrom
distress pernafasan (RDS).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Tidak efektifnya pola nafas sehubungan dengan immaturitas fungsi paru dan
neuromuskuler.

9
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi alveolar
sekunder terhadap defisiensi surfaktan.

c. Gangguan relugasi suhu tubuh berhubungan dengan evaporasi yang berlebihan


akibat berkurangnya jaringan lemak bawah kulit, permukaan kulit, otot yang tidak
efektif atau kurang pergeseran.

d. Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

e. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorpsi makanan (imaturitas saluran cerna)

3. Intervensi

Diagnosa 1 : Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan imaturitas fungsi

paru dan muscular

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

Pola nafas efektif dengan KH;RR 30-60x/menit, sianosi tidak ada,

sesak tidak ada, ronchi tidak ada.

Intervensi : 1. Observasi pola nafas

2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas

3. Observasi adanya sianosis

4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah

5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi

6. Beri Oksigen sesuai program dokter

7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi oksigen

8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan bayi

9. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya

Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi

Alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

10
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

Pertukaran gas yang adekuat, dengan KH tidak sianopsis, analisa gas

Darah normal, saturasi oksigen normal.

Intervensi : 1. Lakukan isap lender kalau perlu

2. Berikan oksigen dengan metode yang sesuai

3. Observasi warna kulit

4. Ukur saturasi oksigen

5. Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan

6. Lapor dokter bila terdapat tanda-tanda perburukan pernfasan

7. Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah

8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian surfaktan

Diagnosa 3 : Gangguan relugasi suhu tubuh berhubungan dengan evaporasi yang

Berlebihan akibat berkurangnya jaringan bawah lemak, permukaan

kulit, otot yang tidak aktif atau kurang pergeseran.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam suhu tubuh

Bayi dalam batas normal dan tidak hipertemi, dengan KH suhu 36,

5-370C, tidak sianosis, akral hangat.

Intervensi : 1. Observasi tanda-tanda vital

2. Tempatkan bayi pada incubator

3. Awasi dan atur kontrol temperature dalam inkubator sesuai

kebutuhan

Diagnosa 4 : Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mempertahankan

keseimbangan cairan dan elektrolit.

Tujuan : Selama dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

Status hidrasi pada bayi baik, dengan KH: turgor kulit elastik, tidak
11
ada oedem, elektrolit darah dalam batas normal.

Intervensi : 1. Observasi kulit

2. Catat intake dan output

3. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena dan elektrolit

4. Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah

Diagnosa 5 : Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan

(imaturitas saluran cerna)

Tujuan : Selama dilakukan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nutrisi

Bayi dapat terpenuhi, dengan KH; reflek hisap dan menelan baik,

muntah tidak ada, kembung tidak ada, bab lancar, berat badan

meningkat 15 gr/hari, turgor kulit kembali dalam 2 detik

Intervensi : 1. Observasi intake dan output

2. Observasi reflek hisap dan menelan

3. Beri minum sesuai program

4. Pasang Net bila reflek menghisap dan menelan tidak ada

5. Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral

6. Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral

7. Kaji kesiapan ibu untuk menyusui

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada salah satu bayi
yang dirawat di Ruang NICU RSIA FAMILY. Dalam memberikan asuhan keperawatan
pada anak tersebut, pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakuakn pada tanggal 15 November 2019 pada pukul 16.00 Wib di Ruang
Nicu RSIA FAMILY, dengan diagnosa medik prematur. Klien masuk ruang NICU pada
tanggal 21 November 2019 pada pukul 08.00 Wib dengan nomor register 00220548, dan
diperoleh data sebagai berikut :

1. Data Biografi

a. Identitas Pasien

Klien bernama By. Ny. A, jenis kelamin laki-laki, usia 4 hari, agama kristen,
tempat tanggal lahir 21 November 2019 pukul 07.10, pendidikan belum sekolah.

b. Identitas Orang tua / wali

Ibu klien bernama Ny. A, usia 30 tahun, pendidikan DIII, pekerjaan Ibu Rumah
Tangga, Agama Kristen, suku bangsa Jawa, Ayah klien bernama Tn. G, umur 33
tahun, Pendidikan S1, pekerjaan Karyawan swasta, suku bangsa Jawa, alamat
rumah Jalan Budi Mulia No.21 RT.010/005, Jakarta Barat.

2. Resume

Bayi Ny. A, lahir di RSIA FAMILY, kehamilan 29 minggu dengan SC atas indikasi
Pre Eklamsi Berat, lahir Pukul 07.10 Wib, Jenis Kelamin Laki-laki, BB lahir : 1390
gram, PB : 38 cm, LK : 29 cm, ketuban jernih, Apgar score : 8/9, bayi lahir menangis
kuat, 10 menit kemudian bayi ada sianosis, menangis kurang kuat, bayi diberi
oksigen dengan Neopuff, Pepp : 5 Fi02 : 30%. Bayi segera dibawa ke ruang NICU
untuk diberi tindakan keperawatan. Tiba di ruang NICU, bayi segera diletakkan
dibawah Infant warmer, bayi dipasang monitor = Sp02 82-90%, HR : 180x/menit,
RR : 65x/menit, Sh : 36.80C, kolaborasi dengan dokter spesialis anak, bayi langsung
13
dipasang ventilator setting NCPAP ; Peep : 5, Fi02 : 40%, bayi difoto thorax dengan
hasil : sugestif HMD grade II.

Bayi terpasang infus D10 1/5 salin + 1ᶓ Kcl + 1ᶓ calcium gluconas jalan 3.2 cc/jam.
Bayi terpasang OGT No.5 untuk pemberian minum ASI. Bayi mendapat terapi
injeksi Zidifee 2 x 70 mg/IV dan Aminophylin Injeksi 2 x 3.47 mg/IV. Masalah
keperawatan yang ditemukan adalah pola nafas tidak efektif, nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, gangguan integritas kulit, tindakan keperawatan yang telah
diberikan : observasi keadaan umum, observasi tanda-tanda vital, memberi oksigen
sesuai program therapi dokter, memberi minum melalui selang OGT, observasi
muntah, pantai reflek isap dan menelan, ganti pampers, kaji keadaan kulit disekitar
anus dan genetalia, dan memberi obat sesuai program therapy dokter, tujuan belum
tercapai, masalah teratasi sebagian.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Antenatal

Kesehatan Ibu waktu hamil mengalami pre eklamsi berat, tidak ada pendarahan
pervagina, tidak mengalami anemia, ibu juga tidak ada penyakit infeksi lain.
Selama hamil, ibu A melakukan pemeriksaan kehamilah secara teratur dan
diperiksa oleh dokter SpOG di rumah sakit, dan ibu mendapat imunisasi TT
lengkap.

b. Masa Natal

Usia kehamilan saat melahirkan 29 minggu, cara persalinan melalui operasi SC,
ditolong oleh dokter SpOG. Keadaan bayi saat lahir menangis kuat, 10 menit
kemudian menangis kurang kuat, BB : 1390 gram, PB : 38 cm, LK : 29 cm dan
bayi dalam perawatan NICU.

c. Neonatal

Terpasang infus D10 1/5 salin + 1 cc calcim gluconas, terpasang OGT No.5 untuk
pemberian minum asi, terpasang monitor untuk observasi tanda-tanda vital.
Keadaan umum bayi sedang, bayi aktif, menangis kuat, mata normal, telinga
normal, mulut simetris, palatum normal, hidung normal, pergerakan leher normal,
tanda lahir tidak ada, warna kulit saat lahir sianosis sekarang pink, ada lanugo,
verniks tidak ada, meconium ada, miksi ada, dada simetris, retraksi tidak ada,
14
perut lembek, hypospodia tidak ada, lubang anus ada, posisi kaki dan tangan
simetris, reflek isap ada.

4. Riwayat Kelahiran

Persalinan
No Keterangan
Jenis Berat badan lahir Umur Lahir Asi Exc

1 Laki-laki 2810 gram 1.9 thn SC 6 bulan

2 Laki-laki 1390 gram 4 hari SC -

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Genogram

60 Thn 56 Thn 58 Thn 55 Thn

25 Thn 22 Thn 35 Thn 25 Thn 23 Thn

27 Thn 30 Thn

1.9 Thn 44Hari


hari

Keterangan : = Laki-laki = Klien / bayi

= Perempuan = Tinggal serumah

= Meninggal

15
b. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu klien / bayi mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit yang
diderita seperti ginjal, jantung, DM, dan hipertensi.

6. Riwayat Kesehatan Sekarang

Bayi prematur dengan kehamilan 29 minggu, lahir dengan SC atas indikasi Pre
Eklamsi Berat, lahir pukul 07.10 Wib, jenis kelamin : Laki-laki, BB : 1390 gram, PB
: 38 cm, LK : 29 cm, ketuban jernih, Apgar score : 8/9, lahir menangis kuat, 10 menit
kemudian sianosis, diberi oksigen dengan Neopuff, Peep : 5, Fio2 30%, bayi saat ini
dirawat diruang NICU, terpasang infus D10 1/5 salin + 1 cc kcl + 1 cc calcium
gluconas, terpasang OGT No. 5 untuk pemberian minum ASI, terpasang monitor
untuk observasi tanda-tanda vital.

7. Penatalaksanaan

a. Dipasang infus perifer D10 1/5 salin + 1 cc kcl + 1 cc calcium gluconas

b. Dipasang OGT untuk pemberian minum

c. Dipasang monitor untuk observasi tanda-tanda vital.

d. Th/ Zidifec 2 x 70 mg/IV

e. Th/Aminophylin 2 x 3.47 mg/IV

8. Hasil Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

1) Hasil lab tanggal 21 November 2019, Jam 09.00

 Hemoglobin : 17.9 mg/dl (15 – 24.6)

 Leukosit : 10.1 ribu/vl (9.4 – 34)

 Hematokrif : 52 % (50 – 82)

 Trombosit : 228 ribu /vl (100 – 300)

16
 CRP : Positif 5 mg/dl ( < 5 )

 IT Radio : 0.09 ( > 0.2 sepsis neonaturum)

 Golongan Darah : A positif

 Glukosa sewaktu : 29 mg/dl (50 – 90)

2) Hasil lab tanggal 23 November 2019, Jam 10.00

 Glukosa sewaktu : 89 mg/dl (50 – 90)

3) Hasil lab tanggal 23 November 2019, Jam 05.00

 Billirubin Total : 14.1 mg/dl (1-12) duplo

 G6PD Neonatus : 6.59 IU/9 (Hb) (4.6 – 13.5)

 TSH Neonatus : 1.09 UU/ml ( < 5 hr : 0.7 – 15.2 )

4) Hasil lab 23 November 2019

a) Analisa Gas Darah

 PH : 7.35 ( 7.2 – 7.41 )

 PCO2 : 55.3 mmHg ( 29.4 – 60.6 )

 PO2 : 32 mmHg ( 70 – 85 )

 TCo2 : 26 mmol/L ( 23 – 27 )

 HCo3 : 24.7 mmol/L ( 18.6 – 22.6 )

 Beecf : -2 mmol/L (-2)–(+3)

 So2 : 51 % 95 – 98

b) Elektrolit Bayi

 Natrium : 140 mmol/L ( 132 – 147 )

 Kalium : 5.2 mmol/L ( 3.6 – 6.1 )

b. Pemeriksaan Foto Thorax

Hasil tanggal 22 November 2019

Jantung kesan tidak membesar, Aorta baik, mediastinum superior tidak melebar,
trakhea di tengah, kedua hilus suram, Opasitas difus dikedua paru dengan air
17
bronchogram positif namun batas jantung dan diafrogma masih jelas, lengkung
hemidiafragma licin dan sinus kostofrenikus bilateral lancip. Tulang-tulang intak,
bayangan udara usus tampak diproyeksi usus halus.

Kesan :

Sugestif HMD grade II

9. Data Fokus

a. Data Subyektif

 Tidak terkaji

Data Obyektif

 Sesak ada

 Pernafasan cepat (65 x/menit)

 Nafas cuping hidung

 Menangis kurang kuat

b. Data Subyektif

 Tidak terkaji

Data Obyektif

 BB bayi 1390 gram

 Terpasang selang OGT

 Reflek isap ada lemah

 Reflek menelan tidak ada

c. Data Subyektif

 Tidak terkaji

Data Obyektif

 Pampers penuh dengan urine dan faeces

 Bayi tampak menangis

 Kulit disekitar anus dan genetalia tampak kemerahan


18
10. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1 Subyektif : Pada nafas tidak Kelemahan otot
- Tidak terkaji efektif pernafasan
Obyektif :
- Sesak ada
- Pernafasan cepat (65
x/menit)
- Nafas cuping hidung
- Menangis kurang kuat
2 Data Subyektif Nutrisi kurang dari Intake kurang
- Tidak terkaji kebutuhan tubuh adekuat
Data Obyektif
- BB bayi 1390 gram
- Terpasang selang OGT
- Reflek isap ada lemah
- Reflek menelan tidak ada
3 Data Subyektif Gangguan Kelembaban
integritas kulit Perianal
- Tidak terkaji

Data Obyektif

- Pampers penuh dengan urine


dan faeces

- Bayi tampak menangis

- Kulit disekitar anus dan


genetalia tampak kemerahan

B. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan analisa data, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan sesuai
prioritas adalah :

1. Pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan.

19
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang
adekuat.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban perianal.

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi

Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan, selanjutnya membuat perencanaan, dilanjutkan


dengan pelaksanaan dan evaluasi untuk setiap diagnosa sesuai dengan prioritas masalah
sebagai berikut :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

pola nafas efektif.

Kriteria Hasil : a. Sesak tidak ada

b. Pernafasan normal ( 40-60 x /menit)

c. Bayi menangis kuat

d. Tidak ada nafas cuping hidung

Perencanaan : a. Observasi keadaan umum bayi

b. Observasi TTV tiap 3 jam

c. Kaji frekuensi, irama, kedalaman nafas, selama 6 jam I

d. Beri oksigen sesuai program therapi dokter

e. Kolaborasi dengan dokter bila kondisi perburukan

Pelaksanaan :

Tanggal 25 November 2019

Pukul 13.40 Wib mengukur waktu TTV, hasil : Sh 36º C, RR : 65 x/menit, HR :


180x/menit, Spo2 93%, pukul 18.50 Wib mengukur TTV, hasil : Sh 37º C, RR : 62
x/menit, HR : 188x/menit, Spo2 95%, KU sedang, bayi C aktif, menangis kurang
kuat.

Tanggal 26 November 2019

20
Pukul 14.00 Wib mengukur TTV, hasil : Sh 37º C, RR : 52 x/menit, HR : 162x/menit,
Spo2 99%, pukul 19.00 Wib mengukur TTV, hasil : Sh 36º C, RR : 56 x/menit, HR :
162x/menit, Spo2 : 97%, KU sedang , bayi C aktif, menangis kuat, sesak tidak ada,
nafas cuping hidung tidak ada.

Tanggal 27 November 2019

Pukul 14.00 Wib mengukur TTV, hasil : Sh 37º C, RR : 56 x/menit, HR : 160x/menit,


Spo2 96%, pukul 15.00 Wib mengukur TTV, hasil : Sh 36º C, RR : 62 x/menit, HR :
154x/menit, Spo2 : 97%, Pukul 15.15 Wib memberi ter zidifec 7 omg/iv, hasil obat
masuk dengan lancar tanpa hambatan. Pukul 18.30 mengukur TTV, hasil : Sh 36º C,
RR : 56 x/menit, HR : 148x/menit, Spo2 99%, KU sedang , bayi C aktif, menangis
kuat, sesak tidak ada, nafas cuping hidung tidak ada.

Evaluasi :

Tanggal 26 November 2019

S = Tidak terkaji

O = 1. TTV : Sh : 37º C

RR : 60 x/menit

HR : 154 x/menit

Spo2 : 97%

2. Sesak tidak ada

3. Bayi menangis kuat

4. Nafas cuping hidung tidak ada

A = Tujuan tercapai, masalah teratasi

P = Tindakan keperawatan dihentikan

2. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Berhubungan dengan Intake yang Kurang


Adekuat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

Nutrisi bayi terpenuhi.


21
Kriteria Hasil : a. Reflek isap dan menelan kuat

b. Bayi tidak muntah

c. Bayi dapat minum habis ASI sesuai kebutuhan

Perencanaan : a. Beri minum 15 cc melalui selang OGT

b. Bayi tidak muntah

c. Pantau reflek isap dan menelan bayi

Pelaksanaan :

Tanggal 25 November 2019

Pukul 15.05 Wib memberi minum Asi/OGT, hasil : muntah tidak ada, residu tidak
ada, ASI Masuk 15 cc tanpa hambatan. Pukul 17.15 Wib memberi minum Asi/OGT,
hasil : muntah tidak ada, residu tidak ada, ASI Masuk 15 cc tanpa hambatan. Pukul
19.10 Wib memberi minum Asi/OGT, hasil : muntah tidak ada, residu tidak ada, ASI
Masuk 15 cc tanpa hambatan.

Tanggal 26 November 2019

Pukul 15.00 Wib memberi minum Asi/OGT, hasil : muntah tidak ada, residu tidak
ada, ASI Masuk 20 cc tanpa hambatan. Pukul 17.00 Wib memberi minum Asi/OGT,
hasil : muntah tidak ada, residu tidak ada, ASI Masuk 20 cc tanpa hambatan. Pukul
19.00Wib memberi minum Asi/OGT, hasil : muntah tidak ada, residu tidak ada, ASI
Masuk 15 cc tanpa hambatan.

Tanggal 27 November 2019

Pukul 17.30 Wib memberi minum Asi/OGT, hasil : muntah tidak ada, residu tidak
ada, ASI Masuk 20 cc tanpa hambatan. Pukul 19.00 Wib memberi minum Asi/OGT,
hasil : muntah tidak ada, residu tidak ada, ASI Masuk 20 cc tanpa hambatan.

Evaluasi :

Tanggal 27 November 2019

S = Tidak terkaji

O = 1. Bayi minum ASI 20cc / OGT

2. Bayi tidak muntah

22
3. Residu tidak ada

4. Asi masuk 20cc tanpa hambatan

A = Tujuan belum tercapai, masalah teratasi sebagian

P = Tindakan keperawatan dilanjutkan oleh perawat ruang NICU

1. Beri minum /OGT

2. Observasi muntah

3. Pantau reflek isap dan menelan bayi

3. Gangguan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Kelembaban Perianal

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

Integritas kulit baik / tidak rusak

Kriteria Hasil : a. Bayi tenang tidak menangis

b. Pampers bersih

c. Kulit disekitar anus dan genetalia tidak ada kemerahan

Perencanaan : a. Ganti Pampers tiap 3 jam

b. Kaji keadaan umum bayi

c. Kaji keadaan kulit disekitar anus dan genetalia

Pelaksanaan :

Tanggal 25 November 2019

Pukul 15.00 Wib melakukan perawatan perianal, hasil : pampers bersih, bayi tidak
menangis. Pukul 19.00 Wib melakukan perawatan perianal, hasil : pampers bersih,
bayi tidak menangis..

Tanggal 26 November 2019

Pukul 14.50 Wib mengganti pampers, melakukan perawatan perianal, hasil : pampers
bersih, bayi tidak menangis. Pukul 19.15 Wib mengganti pampers, melakukan
perawatan perianal, hasil : pampers bersih, bayi tidak menangis, kulit disekitar
perianal tidak ada kemerahan.

23
Tanggal 27 November 2019

Pukul 14.50 Wib mengganti pampers, melakukan perawatan perianal, hasil : pampers
bersih, bayi tenang dan tidak menangis, daerah perianal bersih, tidak ada kemerahan.

Evaluasi :

Tanggal 27 November 2019

S = Tidak terkaji

O = 1. Pampers bersih

2. Bayi tenang, tidak menangis

3. Kulit disekitar anus dan genetalia kemerahan

A = Tujuan belum tercapai, masalah teratasi sebagian

P = Tindakan keperawatan dilanjutkan oleh perawat ruang NICU

1. Ganti pampers tiap 3 jam

2. Kaji keadaan bayi

3. Kaji keadaan umum bayi

4. Kaji keadaan kulit disekitar anus dan genetalia

24
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan tentang kesenjangan antara tinjauan
teori dan tinjauan praktik pada kasus asuhan keperawatan pada By Ny. A dengan BBLR
HMD di Ruang NICU RSIA Family. Pembahasan ini terdiri dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Penulis akan membahas secara lengkap dari
pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 November 2019 s/d 27
November 2019.

Diagnosa yang muncul

Penulis melakukan pengkajian pada hari Senin, 25 November 2019 pada pukul 16.00
Wib di Ruang NICU RSIA Family.

Pada bab pembahasan ini penulis akan melakukan penjelasan tentang asuhan
keperawatan pada By. Ny. A dengan diagnosa BBLR, HMD. Penulis akan melakukan
penjelasan tentang perbandingan hasil penatalaksanaan dengan teori, serta dilakukan
penekanan mekanisme apa yang sama dan apa yang berbeda.

Dari teori diatas terdapat kesesuaian antara teori dan praktek, ini didukung oleh data
pasien yang menunjukkan riwayat penyakit sekarang, bayi menangis kurang kuat, pernapasan
cepat 65x /menit, ada nafas cuping hidung, ada sesak, reflek isap lemah, reflek menelan
lemah, BB : 1360 gram, kulit disekitar anus dan genetalia tampak kemerahan.

Dari masalah yang dialami klien, penulis menetapkan tiga diagnosa untuk mengatasi
masalah yang klien rasakan yaitu yang pertama, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
kelemahan otot pernafasan, yang kedua nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan infak yang kurang adekuat dan yang ketiga gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan kelembaban perianal.

Diagnosa prioritas utama yang penulis ambil adalah pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan.

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan

Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (edisi 1) pola nafas


tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan adalah inspirasi dan
atau ekspinasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Pada bayi prematur dan

25
BBLR biasanya sistem pernafasan belum matang sehingga pernafasan belum
sempurna

Batasan karakteristik : pernapasan cepat (tachipnea), pernapasan cuping


hidung, dispnea serta gelisah dan sianosis.

Intervensi yang penulis ambil yaitu : observasi keadaan umum bayi, observasi
TTV tiap 3 jam : cuping hidung, retraksi dada. Berikan therapy oksigen sesuai
program therapi dokter, kolaborasi dengan dokter bila terjadi perburukan.

Kemudian implementasi yang penulis lakukan sesuai dengan intervensi 1 x 24


jam adalah mengobservasi TTV; cuping hidung, retraksi dada, memberikan therapi
oksigen sesuai program therapi dokter.

Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan, penulis mendapatkan


evaluasi pada tanggal 26 November 2019 pada pukul 19.30 Wib, yaitu : dari data
subyektif, sesak tidak ada, bayi menangis kuat, dan nafas cuping hidung tidak ada.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang
adekuat.

Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1) nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang adekuat adalah
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Pada bayi
prematur dan BBLR biasanya ditemukan reflek menelan dan hisap yang belum
sempurna sehingga intake nutris dibutuhkan menjadi terganggu, maka terjadilah
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Batasan karakteristik; reflek isap lemah, reflek menelan lemah, berat badan
menurun minimal 10%, membran mukrosa pucat. Intake tidak adekuat menyebabkan
nutrisi kurang, karena apabila masukan makanan klien tidak adekuat maka nutrisi
yang masuk tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolismenya sehingga terjadi
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Data yang terdapat dalam teori dan data yang diperoleh dari klien, terdapat
kesusaian dan tidak ditemukan kesenjangan, hal ini dibuktikan dengan data; reflek
hisap pada klien lemah, klien hanya bisa mengabsorsi nutrisi melalui selang OGT.
Diagnosa tersebut menjadi prioritas kedua karena apabila terus menerus dan tidak

26
segera ditangani, klien akan menimbulkan penurunan penyaluran oksigen kejaringan
karena HB terus menurun.

Intervensi yang penulis ambil, yaitu : monitor BB klien, pasang selang OGT,
kaji kemampuan reflek hisap dan menelan, observasi muntah, monitor asupan intake
dan output cairan, dan penulis sudah melakukan implementasi sesuai dengan
intervensi selama 2 x 24 jam.

Dari intervensi dan implementasi yang dilakukan penulis mendapatkan


evaluasi pada tanggal 27 November 2019 pukul 19.30 Wib yaitu ; reflek hisap masih
lemah, selang OGT masih terpasang.

3. Ganguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit.

Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1) gangguan


integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit adalah kerusakan kulit (dermis
dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,
tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).

Batasan karakteristik : kemerahan, nyeri, kerusakan jaringan dan/atau lapisan


mati.

Intervensi yang penulis ambil, yaitu : kaji keadaan klien, kaji keadaan kulit
yang kemerahan yaitu disekitar anus dan genetalia, ganti pampers tiap 3 jam.
Kemudian impelemtasi yang penulis lakukan sesuai intervensi 2 x 24 jam adalah :
mengkajji keadaan klien, mengkaji keadaan kulit yang kemerahan disekitar anus dan
genetalia, mengganti pampers tiap 3 jam.

Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan, penulis mendapatkan


evaluasi pada tanggal 27 November 2019 pada pukul 19.30 Wib yaitu dari data
obyektif : kulit disekitar anus dan genetalia tampak kemerahan, bayi tenang tidak
menangis.

27
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada bayi dengan berat lahir, yaitu : Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram,
tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir.

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besar kecilnya bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin prematur bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan
bayi harus dilakukan dalam incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai
kesuliatan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35.5 % s/d 37%. Bayi berat rendah
harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan
dengan usaha metabolic yang minimal.

Bayi berat rendah yang dirawat didalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25%, bagi bayi
yang berat sekitar 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat dalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela” atau “lengan baju”.
Sebelum memasukkan bayi ke incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai
sekitar 29,4º c, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32.2% untuk bayi yang lebih kecil.
Bayi dirawat dalam keadaan telanjang. Hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat,
bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

Ekspansi yang buruk merupakan maslaah serius bagi bayi BBLR, akibat tidak adanya
alveoli dan surfactan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 20-35% dengan
menggunakan head box. Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
Bayi preterm dengan berat rendah mempunyai sistem imunologi yang kurang
berkembang. Ia mempunya sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk
mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan

28
sesudah merawat bayi, memaki masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua aksesoris dan
tidak boleh masuk ke kamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya


hepoglikemia dan hiperbillinubin. Asi menu pakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui sonde, terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
badan lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori dibandingkan dengan
bayi aterm.

B. Saran

1. Diharapkan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat


mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari pengertian,
patofisiologis, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan serta penerapan
asuhan keperawatannya.

2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR, ilmu yang
didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

3. Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk lebih


meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai pencegahan bayi
BBLR.

29
Daftar Pustaka

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, “Definisi dan Indikator Diagnostik”, edisi 1,


Persatuan Perawata Nasional Indonesia (PPNI)

Nanda NIC NOC Jilid 1 2012

Wong, Donna L. 2003, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, edisi 4, Jakarta : EGC

30
Lampiran

Pathway BBLR

31

Anda mungkin juga menyukai