Disusun Oleh :
Juwita Purwati
1903021
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia serta Taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik,
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Ns.
Khoirunnisa, S.Kee, M.Kee selakuu dosen mata ajar Keperawatan Anak yang memberikan
tugas ini kepada kami.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan
makalah ini diwaktu yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37
minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik. Prematuritas dan
berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan badan
1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya
peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering di anggap sebagai periode
kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin 1996)
Masalah Kesehatan pada bayi prematur, membutuhkan asuhan keperawatan, dimana pada
bayi prematur sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih membutuhkan cairan-cairan
dan pengobatan /serta pemeriksaan Laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan terapi pada bayi dan anak yang meliputi peran perawat sebagai
advokad, fasilitator, pelaksanaan dan pemberi asuhan keperawatan kepada klien.
Tujuan pemberian pelayanan kesehatan pada bayi prematur dengan asuhan keperawatan
secara komprehensif adalah untuk menyelesaikan masalah keperawatan.
Berdasarkan data yang diperoleh oleh medical record di ruang NICUselama 3 bulan
terakhir mulai bulan September – November 2019 berjumlah 463 Anak, sedangkan bayi
prematur sebanyak 29 atau 6.2 %. Banyak permasalahan yang terjadi pada bayi premature
diantaranya masalah kardiovaskuler seperti PDA (Patent Duktus Arteriosus), masalah
pernafasan seperti sindrom gangguan pernafasan, pendarahan otak, kesulitan dalam
menyusu dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi permasalahn pada bayi premature dibutuhkan peran perawat baik dilihat
dari aspek promotif, preventif, seperti memberikan penyuluhan tentang pentingnya nutrisi
bagi ibu hamil dan pentingnya antenatal care, dan juga pada aspek kuratif dan
rehabilitative, seperti memberikan perawatan dan pengobatan selama proses
penyembuhan.
1
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk dapat pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi
premature di ruang NICU RSIA FAMILY dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
C. Ruang Lingkup
Makalah ini membahas asuhan keperawatan pada bayi Nyonya A dengan premature 29
minggu di Ruang NICU RSIA FAMILY yang dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal
25 November sampai dengan 27 November 2019.
2
D. Metode Penulisan
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengambil satu kasus bayi
premature dan diberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan. Dalam pengumpulan data tehnik yang digunakan dengan cara
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah
data primer didapat dari klien langsung, dan data sekunder diperoleh dari kelurga,
rekam medik, dan tenaga kesehatan.
2. Studi kepustakaan, penulis mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan bayi
premature.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini dibuat secara sistematik terdiri dari lima bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang
Evaluasi.
Bab III : Tinjauan kasus yang terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bayi premature adalah bayi baru lahi dengan BB kurang dari 2500 gr dan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Ada dua macam premature, yaitu :
Bayi yang dilahirkan dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat
kurang dari 2500 gr.
Dismatur dapat sering terjadi dalam preterm, term, dan post term yang terbagi dalam;
a. Masa gestasi 24-30 minggu masih sukar hidup terutama di negara yang belum
maju
b. Masa gestasi 28-30 minggu mungkin dapat hidup dengan perawatan intensif yang
memerlukan alat-alat canggih untuk mencapai hasil yang optimum.
e. Penampilan kulit tipis, lipatan pada kaki sedikit, banyak rambut hals, genetalia
kurang berkembang.
C. Patofisiologis
1. Faktor Ibu
a. Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik, DM, infeksi akut, psikologis,
dll)
b. Umur ibu dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dan pada multigravida jarak
kelahiran terlalu dekat.
2. Faktor Janin
a. Hydramnion
1. Faktor Ibu
b. Ibu DM berat
d. Malnutrisi
2. Faktor uterus dan plasenta; kelainan pembuluh darah, insersi tali pusat yang tidak
normal, sebagian plasenta lepas, dll
5
4. Faktor sosial ekonomi
3. Tanda neonatus ;
Kulit keriput tipis, merah, penuh bulu-bulu halus (lanugo) pada dahi, pelipis,
telinga, dan lengan, lemak subkutan sedikit.
Bayi prematur laki-laki testis belum turun pada bati peremuan labia minora lebih
menonjol.
4. Tanda fisiologis
Gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun lapar, lebih banyak tidur dan
malas
D. Pemeriksaan Penunjang
4. Pemantauan elektrolit
6
E. Penatalaksanaan
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin prematur bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
Bayi prematur mempunyai kesuliatan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan
berkembang secara memuaskan asal suhu rectal dipertahankan antara 36.5 – 37.50 C.
bayi prematur harus dirawat dalam suatu usaha lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi prematur yang
dirawat dalam tempat tidur terbuka juga memerlukan pengendalian lingkungan
secara seksama. Ruang perawatan harus diatas 250 C, bagi bayi yang berat sekitar
2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2500 gram.
Bayi prematur dirawat dalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui
“jendela” atau “lengan baju”. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29.4 0 C, untuk bayi dengan
berat 1700 gram dan 23.20 C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam
keadaan telanjang. Hal ini memungkinkan pernafasan yang ada kuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah yang serius bagi bayi prematur, akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi oksigen yang diberikan sekitar 30-
35%, konsentrasi oksigen yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
5. Pencegahan Infeksi
7
sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan pakaian/jas, lepaskan semua
aksesoris dan tidak boleh masuk ke kamar bayi dalam keadaan infeksi.
6. Pemberian Makanan
1. Pengkajian
a. Riwayat Maternal
1) Umur ibu dalam resiko kehamilan (16 tahun atau > 35 tahun)
b. Riwayat Kelahiran
3) Apgar score
c. Sistem Kardiovaskuler
1) HR 120-160x/menit
2) Saat lahir mungkin terdapat mur mur; indikasi adanya shunt ke kiri dan
tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelectasis
d. Sistem Gatrointestinal
8
1) Abdomen menonjol
e. Sistem Integumen
3) Kuku pendek
f. Sistem Musculoskeletal
1) Tulang rawan telinga (cartilage car) belum berkembang, telinga halus dan
lunak
g. Sistem Pernapasan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya pola nafas sehubungan dengan immaturitas fungsi paru dan
neuromuskuler.
9
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi alveolar
sekunder terhadap defisiensi surfaktan.
e. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorpsi makanan (imaturitas saluran cerna)
3. Intervensi
10
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam suhu tubuh
Bayi dalam batas normal dan tidak hipertemi, dengan KH suhu 36,
kebutuhan
Status hidrasi pada bayi baik, dengan KH: turgor kulit elastik, tidak
11
ada oedem, elektrolit darah dalam batas normal.
Bayi dapat terpenuhi, dengan KH; reflek hisap dan menelan baik,
muntah tidak ada, kembung tidak ada, bab lancar, berat badan
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada salah satu bayi
yang dirawat di Ruang NICU RSIA FAMILY. Dalam memberikan asuhan keperawatan
pada anak tersebut, pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakuakn pada tanggal 15 November 2019 pada pukul 16.00 Wib di Ruang
Nicu RSIA FAMILY, dengan diagnosa medik prematur. Klien masuk ruang NICU pada
tanggal 21 November 2019 pada pukul 08.00 Wib dengan nomor register 00220548, dan
diperoleh data sebagai berikut :
1. Data Biografi
a. Identitas Pasien
Klien bernama By. Ny. A, jenis kelamin laki-laki, usia 4 hari, agama kristen,
tempat tanggal lahir 21 November 2019 pukul 07.10, pendidikan belum sekolah.
Ibu klien bernama Ny. A, usia 30 tahun, pendidikan DIII, pekerjaan Ibu Rumah
Tangga, Agama Kristen, suku bangsa Jawa, Ayah klien bernama Tn. G, umur 33
tahun, Pendidikan S1, pekerjaan Karyawan swasta, suku bangsa Jawa, alamat
rumah Jalan Budi Mulia No.21 RT.010/005, Jakarta Barat.
2. Resume
Bayi Ny. A, lahir di RSIA FAMILY, kehamilan 29 minggu dengan SC atas indikasi
Pre Eklamsi Berat, lahir Pukul 07.10 Wib, Jenis Kelamin Laki-laki, BB lahir : 1390
gram, PB : 38 cm, LK : 29 cm, ketuban jernih, Apgar score : 8/9, bayi lahir menangis
kuat, 10 menit kemudian bayi ada sianosis, menangis kurang kuat, bayi diberi
oksigen dengan Neopuff, Pepp : 5 Fi02 : 30%. Bayi segera dibawa ke ruang NICU
untuk diberi tindakan keperawatan. Tiba di ruang NICU, bayi segera diletakkan
dibawah Infant warmer, bayi dipasang monitor = Sp02 82-90%, HR : 180x/menit,
RR : 65x/menit, Sh : 36.80C, kolaborasi dengan dokter spesialis anak, bayi langsung
13
dipasang ventilator setting NCPAP ; Peep : 5, Fi02 : 40%, bayi difoto thorax dengan
hasil : sugestif HMD grade II.
Bayi terpasang infus D10 1/5 salin + 1ᶓ Kcl + 1ᶓ calcium gluconas jalan 3.2 cc/jam.
Bayi terpasang OGT No.5 untuk pemberian minum ASI. Bayi mendapat terapi
injeksi Zidifee 2 x 70 mg/IV dan Aminophylin Injeksi 2 x 3.47 mg/IV. Masalah
keperawatan yang ditemukan adalah pola nafas tidak efektif, nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, gangguan integritas kulit, tindakan keperawatan yang telah
diberikan : observasi keadaan umum, observasi tanda-tanda vital, memberi oksigen
sesuai program therapi dokter, memberi minum melalui selang OGT, observasi
muntah, pantai reflek isap dan menelan, ganti pampers, kaji keadaan kulit disekitar
anus dan genetalia, dan memberi obat sesuai program therapy dokter, tujuan belum
tercapai, masalah teratasi sebagian.
a. Antenatal
Kesehatan Ibu waktu hamil mengalami pre eklamsi berat, tidak ada pendarahan
pervagina, tidak mengalami anemia, ibu juga tidak ada penyakit infeksi lain.
Selama hamil, ibu A melakukan pemeriksaan kehamilah secara teratur dan
diperiksa oleh dokter SpOG di rumah sakit, dan ibu mendapat imunisasi TT
lengkap.
b. Masa Natal
Usia kehamilan saat melahirkan 29 minggu, cara persalinan melalui operasi SC,
ditolong oleh dokter SpOG. Keadaan bayi saat lahir menangis kuat, 10 menit
kemudian menangis kurang kuat, BB : 1390 gram, PB : 38 cm, LK : 29 cm dan
bayi dalam perawatan NICU.
c. Neonatal
Terpasang infus D10 1/5 salin + 1 cc calcim gluconas, terpasang OGT No.5 untuk
pemberian minum asi, terpasang monitor untuk observasi tanda-tanda vital.
Keadaan umum bayi sedang, bayi aktif, menangis kuat, mata normal, telinga
normal, mulut simetris, palatum normal, hidung normal, pergerakan leher normal,
tanda lahir tidak ada, warna kulit saat lahir sianosis sekarang pink, ada lanugo,
verniks tidak ada, meconium ada, miksi ada, dada simetris, retraksi tidak ada,
14
perut lembek, hypospodia tidak ada, lubang anus ada, posisi kaki dan tangan
simetris, reflek isap ada.
4. Riwayat Kelahiran
Persalinan
No Keterangan
Jenis Berat badan lahir Umur Lahir Asi Exc
a. Genogram
27 Thn 30 Thn
= Meninggal
15
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu klien / bayi mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit yang
diderita seperti ginjal, jantung, DM, dan hipertensi.
Bayi prematur dengan kehamilan 29 minggu, lahir dengan SC atas indikasi Pre
Eklamsi Berat, lahir pukul 07.10 Wib, jenis kelamin : Laki-laki, BB : 1390 gram, PB
: 38 cm, LK : 29 cm, ketuban jernih, Apgar score : 8/9, lahir menangis kuat, 10 menit
kemudian sianosis, diberi oksigen dengan Neopuff, Peep : 5, Fio2 30%, bayi saat ini
dirawat diruang NICU, terpasang infus D10 1/5 salin + 1 cc kcl + 1 cc calcium
gluconas, terpasang OGT No. 5 untuk pemberian minum ASI, terpasang monitor
untuk observasi tanda-tanda vital.
7. Penatalaksanaan
a. Laboratorium
16
CRP : Positif 5 mg/dl ( < 5 )
PO2 : 32 mmHg ( 70 – 85 )
TCo2 : 26 mmol/L ( 23 – 27 )
So2 : 51 % 95 – 98
b) Elektrolit Bayi
Jantung kesan tidak membesar, Aorta baik, mediastinum superior tidak melebar,
trakhea di tengah, kedua hilus suram, Opasitas difus dikedua paru dengan air
17
bronchogram positif namun batas jantung dan diafrogma masih jelas, lengkung
hemidiafragma licin dan sinus kostofrenikus bilateral lancip. Tulang-tulang intak,
bayangan udara usus tampak diproyeksi usus halus.
Kesan :
9. Data Fokus
a. Data Subyektif
Tidak terkaji
Data Obyektif
Sesak ada
b. Data Subyektif
Tidak terkaji
Data Obyektif
c. Data Subyektif
Tidak terkaji
Data Obyektif
Data Obyektif
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan analisa data, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan sesuai
prioritas adalah :
19
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang
adekuat.
Pelaksanaan :
20
Pukul 14.00 Wib mengukur TTV, hasil : Sh 37º C, RR : 52 x/menit, HR : 162x/menit,
Spo2 99%, pukul 19.00 Wib mengukur TTV, hasil : Sh 36º C, RR : 56 x/menit, HR :
162x/menit, Spo2 : 97%, KU sedang , bayi C aktif, menangis kuat, sesak tidak ada,
nafas cuping hidung tidak ada.
Evaluasi :
S = Tidak terkaji
O = 1. TTV : Sh : 37º C
RR : 60 x/menit
HR : 154 x/menit
Spo2 : 97%
Pelaksanaan :
Pukul 15.05 Wib memberi minum Asi/OGT, hasil : muntah tidak ada, residu tidak
ada, ASI Masuk 15 cc tanpa hambatan. Pukul 17.15 Wib memberi minum Asi/OGT,
hasil : muntah tidak ada, residu tidak ada, ASI Masuk 15 cc tanpa hambatan. Pukul
19.10 Wib memberi minum Asi/OGT, hasil : muntah tidak ada, residu tidak ada, ASI
Masuk 15 cc tanpa hambatan.
Pukul 15.00 Wib memberi minum Asi/OGT, hasil : muntah tidak ada, residu tidak
ada, ASI Masuk 20 cc tanpa hambatan. Pukul 17.00 Wib memberi minum Asi/OGT,
hasil : muntah tidak ada, residu tidak ada, ASI Masuk 20 cc tanpa hambatan. Pukul
19.00Wib memberi minum Asi/OGT, hasil : muntah tidak ada, residu tidak ada, ASI
Masuk 15 cc tanpa hambatan.
Pukul 17.30 Wib memberi minum Asi/OGT, hasil : muntah tidak ada, residu tidak
ada, ASI Masuk 20 cc tanpa hambatan. Pukul 19.00 Wib memberi minum Asi/OGT,
hasil : muntah tidak ada, residu tidak ada, ASI Masuk 20 cc tanpa hambatan.
Evaluasi :
S = Tidak terkaji
22
3. Residu tidak ada
2. Observasi muntah
b. Pampers bersih
Pelaksanaan :
Pukul 15.00 Wib melakukan perawatan perianal, hasil : pampers bersih, bayi tidak
menangis. Pukul 19.00 Wib melakukan perawatan perianal, hasil : pampers bersih,
bayi tidak menangis..
Pukul 14.50 Wib mengganti pampers, melakukan perawatan perianal, hasil : pampers
bersih, bayi tidak menangis. Pukul 19.15 Wib mengganti pampers, melakukan
perawatan perianal, hasil : pampers bersih, bayi tidak menangis, kulit disekitar
perianal tidak ada kemerahan.
23
Tanggal 27 November 2019
Pukul 14.50 Wib mengganti pampers, melakukan perawatan perianal, hasil : pampers
bersih, bayi tenang dan tidak menangis, daerah perianal bersih, tidak ada kemerahan.
Evaluasi :
S = Tidak terkaji
O = 1. Pampers bersih
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan tentang kesenjangan antara tinjauan
teori dan tinjauan praktik pada kasus asuhan keperawatan pada By Ny. A dengan BBLR
HMD di Ruang NICU RSIA Family. Pembahasan ini terdiri dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Penulis akan membahas secara lengkap dari
pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 November 2019 s/d 27
November 2019.
Penulis melakukan pengkajian pada hari Senin, 25 November 2019 pada pukul 16.00
Wib di Ruang NICU RSIA Family.
Pada bab pembahasan ini penulis akan melakukan penjelasan tentang asuhan
keperawatan pada By. Ny. A dengan diagnosa BBLR, HMD. Penulis akan melakukan
penjelasan tentang perbandingan hasil penatalaksanaan dengan teori, serta dilakukan
penekanan mekanisme apa yang sama dan apa yang berbeda.
Dari teori diatas terdapat kesesuaian antara teori dan praktek, ini didukung oleh data
pasien yang menunjukkan riwayat penyakit sekarang, bayi menangis kurang kuat, pernapasan
cepat 65x /menit, ada nafas cuping hidung, ada sesak, reflek isap lemah, reflek menelan
lemah, BB : 1360 gram, kulit disekitar anus dan genetalia tampak kemerahan.
Dari masalah yang dialami klien, penulis menetapkan tiga diagnosa untuk mengatasi
masalah yang klien rasakan yaitu yang pertama, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
kelemahan otot pernafasan, yang kedua nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan infak yang kurang adekuat dan yang ketiga gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan kelembaban perianal.
Diagnosa prioritas utama yang penulis ambil adalah pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan.
25
BBLR biasanya sistem pernafasan belum matang sehingga pernafasan belum
sempurna
Intervensi yang penulis ambil yaitu : observasi keadaan umum bayi, observasi
TTV tiap 3 jam : cuping hidung, retraksi dada. Berikan therapy oksigen sesuai
program therapi dokter, kolaborasi dengan dokter bila terjadi perburukan.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang
adekuat.
Batasan karakteristik; reflek isap lemah, reflek menelan lemah, berat badan
menurun minimal 10%, membran mukrosa pucat. Intake tidak adekuat menyebabkan
nutrisi kurang, karena apabila masukan makanan klien tidak adekuat maka nutrisi
yang masuk tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolismenya sehingga terjadi
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Data yang terdapat dalam teori dan data yang diperoleh dari klien, terdapat
kesusaian dan tidak ditemukan kesenjangan, hal ini dibuktikan dengan data; reflek
hisap pada klien lemah, klien hanya bisa mengabsorsi nutrisi melalui selang OGT.
Diagnosa tersebut menjadi prioritas kedua karena apabila terus menerus dan tidak
26
segera ditangani, klien akan menimbulkan penurunan penyaluran oksigen kejaringan
karena HB terus menurun.
Intervensi yang penulis ambil, yaitu : monitor BB klien, pasang selang OGT,
kaji kemampuan reflek hisap dan menelan, observasi muntah, monitor asupan intake
dan output cairan, dan penulis sudah melakukan implementasi sesuai dengan
intervensi selama 2 x 24 jam.
Intervensi yang penulis ambil, yaitu : kaji keadaan klien, kaji keadaan kulit
yang kemerahan yaitu disekitar anus dan genetalia, ganti pampers tiap 3 jam.
Kemudian impelemtasi yang penulis lakukan sesuai intervensi 2 x 24 jam adalah :
mengkajji keadaan klien, mengkaji keadaan kulit yang kemerahan disekitar anus dan
genetalia, mengganti pampers tiap 3 jam.
27
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada bayi dengan berat lahir, yaitu : Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram,
tanpa memandang masa gestasi, berat lahir rendah yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir.
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besar kecilnya bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin prematur bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan
bayi harus dilakukan dalam incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai
kesuliatan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35.5 % s/d 37%. Bayi berat rendah
harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan
dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat didalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25%, bagi bayi
yang berat sekitar 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat dalam
incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela” atau “lengan baju”.
Sebelum memasukkan bayi ke incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai
sekitar 29,4º c, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32.2% untuk bayi yang lebih kecil.
Bayi dirawat dalam keadaan telanjang. Hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat,
bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Ekspansi yang buruk merupakan maslaah serius bagi bayi BBLR, akibat tidak adanya
alveoli dan surfactan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 20-35% dengan
menggunakan head box. Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
Bayi preterm dengan berat rendah mempunyai sistem imunologi yang kurang
berkembang. Ia mempunya sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk
mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
28
sesudah merawat bayi, memaki masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua aksesoris dan
tidak boleh masuk ke kamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
B. Saran
2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR, ilmu yang
didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
29
Daftar Pustaka
Wong, Donna L. 2003, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, edisi 4, Jakarta : EGC
30
Lampiran
Pathway BBLR
31