Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KONTRASEPSI
Dosen : Desmawati, SKp. Kep, SP. Mat., PhD.

Disusun Oleh:

1. Rafifa Nurlyana Rachmadini 2010701008


2. Anindita Ariani Nursuyanto 2010701043
3. Risma Aprelia 2010701056
4. Bunga qosimah rasel 2010701058
5. Rahma Desiani 2010701074
6. Aliffia Nurjanah 2010701078

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Kontrasepsi”. Ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan, serta pembaca dapat
mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya Asuhan Keperawatan Kontrasepsi
itu. Maka dari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak – pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.

Depok, 25 September 2021

KELOMPOK 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
A. Definisi KB dan Kontrasepsi 6
1. Definisi KB 6
2. Definisi Kontrasepsi 7
3. IUD (Intra Uteri Device) 8
4. Leukorea atau Keputihan 12
5. Etiologi 13
6. Patofisiologi 13
7. Pathway KB IUD 14
8. Tanda dan Gejala 15
9. Penatalaksanaan 15
Kontrasepsi non hormonal 16
Kontrasepsi Hormonal 29
Asuhan Keperawatan Kontrasepsi secara teoritis 35
BAB III 45
Kesimpulan 45
Saran: 45
Daftar Pustaka 46

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Taufan Nugroho
dkk, 2014). Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-

4
laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya
sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus
janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan
memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga
berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk
meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang
(Manuaba.2015)
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kontrasepsi?
2. Apa Klasifikasi dari Kontrasepsi?
3. Apa Prevalensi dari Kontrasepsi?
4. Apa Etiologi dari Kontrasepsi?
5. Bagaimana Patofisiologi dari Kontrasepsi?
6. Bagaimana Tanda dan Gejala dari Kontrasepsi?
7. Apa Saja Komplikasi dari Kontrasepsi?
8. Apa Pemeriksaan Penunjang dari Kontrasepsi?
9. Apa Penatalaksanaan Medis dari Kontrasepsi?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Kontrasepsi?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Kontrasepsi
2. Untuk Mengetahui Klarifikasi dari Kontrasepsi
3. Untuk Mengetahui Prevalensi dari Kontrasepsi
4. Untuk Mengetahui Etiologi dari Kontrasepsi
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Patofisiologi pada Kontrasepsi
6. Untuk Mengetahui Apa Saja Tanda dan Gejala pada Kontrasepsi
7. Untuk Mengetahui Apa Saja Komplikasi pada Kontrasepsi
8. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang pada Kontrasepsi
9. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Medis pada Kontrasepsi
10. Untuk Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Kontrasepsi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi KB dan Kontrasepsi


1. Definisi KB
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval

6
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan umur suami dan istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Hartanto, 2015).
Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015).
Keluarga berencana adalah upaya meningkatkan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera
(Yuhedi, 2014).
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Anggraini dan Martini, 2012).
Sasaran program KB tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 menurut Anggraini dan
Martini (2012), meliputi :
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi
sekitar 1,14 persen per tahun.
2) Menurunnya angka kelahiran total menjadi sekitar 2,2 per
perempuan.
3) Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang tidak ingin
punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi
(unmet need) menjadi 6 persen.
4) Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi rasional,
efektif, dan efisien.

7
6) Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama
perempuan menjadi 21 tahun.
7) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan
tumbuh kembang anak.
8) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera yang aktif dalam usaha ekonomi produktif
9) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan program KB nasional.

Dampak program KB menurut Anggraini dan Martini (2012), antara lain:

1) Penurunan angka kematian ibu dan anak.


2) Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
3) Peningkatan kesejahteraan keluarga.
4) Peningkatan derajat kesehatan.
5) Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas sumber daya
manusia (SDM).
6) Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.

2. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan, dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen
(Prawirohardjo, 2006).

8
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi
berupa alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998)
Macam-macam kontrasepsi menurut Hartanto (2015), antara lain:
A. Kontrasepsi Metode Sederhana
a. Tanpa alat
1) KB alamiah, terdiri dari pantang berkala, metode
kalendir, metode suhu badan basal, metode lendir
serviks.
2) Coitus interuptus atau senggama terputus.
b. Dengan Alat
1) Mekanis (barrier), terdiri dari kondom pria, barier
intra- vaginal (diagfragma, kap serviks, spons,
kondom wanita).
2) Kimiawi, yang berupa spermisid (Vaginal cream,
vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria,
vaginal tablet dan vaginal soluble film).
B. Kontrasepsi Metode Modern
a. Kontrasepsi Hormonal
1) Per-oral : pil oral kombinasi dan minipil.
2) Suntikan atau injeksi KB, meliputi : depo
provera setiap 3 bulan, norigest setiap 10
minggu dan cyclofem setiap bulan.
3) Sub-kutis (implant) atau alat kontrasepsi bawah
kulit (AKBK) yang meliputi implant dan
norplant.
b. IUD (Intra Uteri Device )adalah Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim, yang meliputi : Copper T, Medusa,
Seven Copper T.
C. Metode Kontrasepsi Mantap
Pada wanita : Medis Operatif Wanita
(MOW):Tubektomi.
Pada pria : Medis Operatif Pria (MOP): Vasektomi.

3. IUD (Intra Uteri Device)


A. Pengertian IUD
IUD merupakan alat kontrasepsi yang ditempatkan didalam
uterus. IUD dibuat dari plastik khusus yang diberi
benang pada ujungnya. Benang ini gunanya untuk pemeriksaan
(kontrol) (Yuhedi, 2014).

9
IUD merupakan kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif
fungsi kontrasepsinya), diletakkkan dalam kavum uteri sebagai
usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan
telur berimplantasi dalam uterus (Hidayati, 2009).
B. Jenis-jenis IUD
Ada beberapa jenis IUD yang beredar atau dipakai di
Indonesia. Secara umum, IUD terdiri atas 3 jenis, yaitu sebagai
berikut :
1) Inert, terbuat dari plastik (lippes loop) atau baja
antikarat (the chiness ring).
2) Mengandung tembaga seperti Cu T380A, CU T200C,
Multiload (Cu ML250 dan 375), Nova T Cu T380A
berbentuk kerangka plastik, kecil, fleksibel, menyerupai
huruf T diselubungi oleh kawat tembaga halus, sangat
efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai
dengan 10 tahun).
3) Mengandung hormon steroid, seperti progestasert
(hormon progesterone) dan levonol (levonorgestrel)
(Hidayati, 2009).
C. Cara kerja IUD menurut Manuaba (2010) yaitu :
1) IUD merupakan benda asing dalam rahim sehingga
menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan
leukosit, makrofag, dan limfosit.
2) IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan
prostaglandin yang mengahalangi kapasitasi
spermatozoa.
3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan
limfosit menyebabkan blastokis dirusak oleh makrofag
dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
4) Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cupper
menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga
mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.
D. Efektifitas IUD, menurut Hidayati (2009) angka kegagalan
IUD berkisar 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama pemakaian (terdapat kegagalan dalam 125-170
kehamilan).
E. Keuntungan IUD, menurut Manuaba (2010), yaitu :
1) Alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima
masyarakat dunia, termasuk Indonesia dan menempati
urutan ketiga dalam pemakaian.
10
2) Pemasangan tidak memerlukan tindakan medis yang
sulit.
3) Kontrol medis yang ringan
4) Penyulit tidak terlalu berat.
5) Pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung
baik.
F. Indikasi pemakaian IUD
Menurut Yuhedi (2014) indikasi pemakaian IUD antara lain :
1) Wanita usia reproduksi.
2) Wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau
yang belum mempunyai anak.
3) Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang
dan efektivitas tinggi.
4) Wanita pasca keguguran dan pasca melahirkan.
5) Wanita dengan risiko tentang IMS (Infeksi Menular
Seksual)
6) Wanita yang tidak suka mengingat kapan waktu minum
pil KB.
7) Wanita yang gemuk maupun kurus.
8) Wanita hipertensi.
9) Penderita penyakit jantung, diabetes militus, dan
penyakit hati dan empedu.
G. Kontraindikasi IUD
1) Wanita yang hamil dan dicurigai hamil.
2) Wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang
belum jelas penyebabnya.
3) Wanita yang sedang menderita infeksi alat genetalia
(vaginitis, servisitis) dan wanita dengan kanker organ
genital.
4) Wanita dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal
atau tumor jinak uterus yang dapat mempengaruhi
kavum uteri (Yuhedi, 2014).
H. Cara pemasangan IUD
Cara pemasangan IUD menurut Hidayati (2009):
1) Cuci tangan dan keringkan.
2) Atur posisi litotomi.
3) Pakai perlindungan diri (masker dan sarung tangan
steril).
4) Pasang duk.
5) Jepit serviks dengan tenakulum.

11
6) Pasang IUD dengan menggunakan teknik menarik
(withdrawl technique)
a) Masukan tabung inserter yang berisi IUD ke
dalam kanalis servikalis.
b) Tarik tabung inserter sampai pangkal pendorong
untuk memasukkan IUD.
c) Keluarkan pendorong dan dorong kembali
tabung inserter sampai terasa tahanan.
7) Gunting benang IUD ± 3-4 cm, keluarkan dari
spekulum.
8) Rendam alat-alat dan lepas sarung (rendam dalam
larutan klorin 0,5%), lepaskan masker.
9) Cuci tangan dan keringkan.
10) Anjurkan pada pasien untuk memeriksa benang IUD.
11) Buat catatan medik.
I. Efek samping IUD
Efek samping pemakaian IUD menurut Manuaba (2010),
antara lain:
1) Masih terjadinya kehamilan dengan IUD in situ.
2) Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia).
3) Dapat terjadi infeksi dimana tingkat terakhir infeksi
menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan
kehamilan ektopik.
4) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri
dan mengganggu hubungan seksual.

Menurut Suratun (2013) efek samping pemasangan


IUD, yaitu :
a) Perdarahan
Keluarnya darah dari liang vagina, diluar haid
dalam jumlah kecil berupa bercak-bercak atau
dalam jumlah berlebihan.
b) Keputihan/ Leukorea
Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi
akibat produksi cairan rahim yang berlebihan.

12
Tidak berbahaya apabila cairan tersebut tidak
berbau, tidak terasa gatal dan tidak terasa panas.
c) Eksplusi
Terasa adanya IUD dalam liang senggama yang
menyebabkan rasa tidak enak bagi wanita.
Terjadi ekspulasi sebagian atau seluruhnya.
Biasanya terjadi pada waktu haid.
d) Nyeri
Nyeri pada waktu pemasangan IUD, saat haid
dan saat senggama.
e) Infeksi
-bawah, bila disertai demam, keputihan yang
berbau busuk dan rasa nyeri pada waktu
bersenggama atau periksa dalam.
f) Translokasi
Pindahnya IUD dari tempat seharusnya.
4. Leukorea atau Keputihan
A. Pengertian
Leukorea (keputihan) semua pengeluaran cairan alat genetalia
yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi
merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit
kandungan (Manuaba, 2010).
1) Jenis-jenis leukorea
Jenis-jenis leukorea ada 2 yaitu :
a) Leukorea Fisiologi
Menurut Prawirohardjo (2006), keputihan
fisiologi atau alamiah biasanya ditemukan pada:
● Bayi baru lahir yang umurnya kira-kira
sampai 10 hari, keputihan ini disebabkan
karena pengaruh estrogen dari plasenta
terhadap uterus dan vagina janin.

13
● Waktu sekitar ovulasi, sekret dari
kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
● Pada wanita dewasa dirangsang sebelum
dan pada saat koitus, keluarnya
keputihan ini disebabkan karena
pengeluaran trandusi dari dinding
vagina.
● Waktu menarche karena pada saat ini
mulai terdapat pengaruh hormon
estrogen.
● Akseptor kontrasepsi IUD dan pil.
2) Leukorea Patologi akibat dari infeksi bakteri dan virus.
5. Etiologi
A. Leukorea Fisiologi
Penyebab keputihan berasal dari pengaruh hormone estrogen,
pada saat terjadi ovulasi pada wanita dewasa, pada saat
dirangsang dan koitus dengan kejadian yang alami
B. Leukorea Patologi
Penyebab terjadinya keputihan bermacam-macam, dapat
disebabkan oleh adanya infeksi (oleh kuman, jamur, parasit,
virus), adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan
hormonal akibat mati haid, kelainan didapat atau bawaan dari
alat kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat
kelamin, terutama dileher rahim.

6. Patofisiologi
Patofisiologi keputihan menurut Manuaba (2012), adalah sebagai berikut:
A. Berbau, gatal.
B. Berbuih.
C. Encer atau gumpalan.

14
D. Keputihan bercampur darah.
E. Nyeri saat hubungan seksual.
7. Pathway KB IUD
IUD

Benda asing dari uterus

Reaksi radang Perubahan Terjadi Kurang


Cavum uteri rekasi kimia efek mekanik pengetahuan
tentang
prosedur
Fagosit meningkat Perubahan Erosi Kontraksi pemasangan
Reaksi endometrium uterus dan efek yg
Enzimatik terjadi
Perubahan uterus Spotting Iskemia
Endomentrium otot uterus
Perubahan Infeksi Ansietas
Keputihan endometrium Pelepasan
Meningkat Makrofag mediator
Nidasi tidak meningkat inflamasi
Infeksi pelvis terjadi
Menekan Stimulasi
Hipertermi sperma syaraf
simpatis &
Sperma dan ovum parasimpatis
Tidak bertemu
Persepsi
Nyeri

8. Tanda dan Gejala


Tanda-tanda atau gejala leukorea atau yang biasa disebut dengan
keputihan menurut Prawirohardjo (2006) adalah sebagai berikut:
A. Gejala pada leukorea fisiologi
B. Cairan tidak berwarna (bening).

15
C. Tidak berbau.
D. Tidak berlebihan.
E. Tidak menimbulkan keluhan.
11. Gejala pada leukorea patologi
A. Keputihan yang disertai rasa gatal, raum kulit dan nyeri.
B. Sekret vagina yang bertambah banyak.
C. Rasa panas saat kencing.
D. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal.
E. Berwarna putih keabu-abuan atau kuning dan berbau.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan leukorea atau keputihan pada akseptor KB IUD menurut
Abidin (2009) adalah :
A. Penatalaksanaan untuk leukorea fisiologi
1) Jelaskan pada klien tentang keputihan yang dialami dan
kondisi IUD yang dipakainya.
2) Jelaskan bagaimana cara menjaga daerah pribadi atau
genetalianya agar tetap bersih dan kering.
3) Menjelaskan pada klien untuk tetap menggunakan
kontrasepsi IUD
4) Beri dukungan moril pada ibu.
5) Beri terapi keputihan yang dialami : Metronidazole 500
mg, Antibiotik (Amoxilin 500 mg).
B. Penatalaksanaan untuk leukorea patologi
1) Jelaskan pada klien tentang keputihan yang dialaminya dan
kondisi IUD yang dipakainya.
2) Jelaskan bagaimana cara menjaga daerah pribadi atau
genetalianya agar tetap bersih dan kering.
3) Jelaskan tentang hubungan seksual.
4) Beri dukungan moril pada ibu.

16
5) Beri terapi keputihan atau leukorea patologi karena iritiasi
vagina : antibiotik (amoxilin 500 mg), kortikosteroid
(cortison 50 mg), estrogen (premarin 0,3 mg).
12. Macam-macam kontrasepsi non hormonal dan hormonal
Kontrasepsi non hormonal
Kontrasepsi tanpa menggunakan alat (alamiah) kimia (yang
menjadi cirri khas metode perintang ) juga tidak memerlukan obat-
obatan. Adapun jenis-jenis dari kontrasepsi alamiah adalah sbb:
● Metode Amenorea Laktasi
(a) Definisi
Metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang
mengendalikan pemberian air susu. kontrasepsi
MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ekslusif untuk menekan ovulasi. metode ini
memiliki 3 syarat yang harus di penuhi :
1) ibu belum mengalami haid.
2) bayi disusui secara eklusif dan sering, sepanjang
siang dan malam.
3) bayi berusia kurang dari 6 bulan
(b) Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila
digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan
sebagai berikut : digunakan selama enam bulan
pertama setelah melahirkan sebelum mendapat haid
pasca melahirkan dan menyusui secara eklusif
(tanpa memberikan makanan atau minuman
tambahan).

(c) Cara kerja


Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan
terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi bbatau

17
menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin
dan oksitoksin. semakin sering menyusui, maka
kadar prolaktin meningkat dan hormon
gonadotrophin melepaskan hormon penghambat
(inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi
kadar mengurangi kadar estrogen sehingga tidak
terjadi ovulasi.
(d) Indikasi
Metode amenorea laktasi (MAL) dapat digunakan
oleh wanita yang ingin menghindari kehamilan dan
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur
kurang dari 6 bulan.
2) wanita yang belum mendapatkan haid pasca
melahirkan.
(e) Kontraindikasi yang tidak dapat menggunakan
MAL
1) Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat
haid.
2) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
3) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya
lebih dari 6 jam.
● Senggama Terputus (koitus interuptus)
(a) Definisi
Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina
sebelum terjadinya ejakulasi.Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa pria menyadari sebelumnya akan ada
terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik
sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik
penis keluar dari vagina. Cara Kerja Alat kelamin
(Penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma

18
tidak masuk ke dalam vagina sehingga kehamilan dapat
dicegah. Keuntungan dari cara ini adalah tidak
membutuhkan biaya, alat maupun persiapan.
kekurangannya adalah dibutuhkan pengendalian diri
yang besar dari pria dan penggunaan cara ini dapat
menimbulkan neurasteni. Manfaat Kontrasepsi yaitu
Efektif bila digunakan dengan benar, Tidak
mengganggu produksi ASI, Dapat digunakan sebagai
pendukung metode KB lainnya, Tidak Ada efek
samping, Dapat digunakan setiap waktu,Tidak
membutuhkan biaya Non Kontrasepsi, Meningkatkan
keterlibatan pria dalam keluarga berencana, Untuk
pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam, efektif : Bagi wanita
yang suami atau pasangannya mampu mengontrol waktu
ejakulasi.
(b) Indikasi
1) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam
keluarga berencana
2) Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB
lainnya
3) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan
segera
4) Pasangan yang memerlukan metode sementara,
sambil menunggu metode yang lainnya
5) Pasangan yang memerlukan metode pendukung
serta Pasangan yang melakukan hubungan
seksual tidak teratur.
(c) Kontraindikasi
a. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
b. Pria yang sulit melakukan sanggama terputus

19
c. Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis
d. Perempuan yang mempunyai pasangan yang
sulit bekerja sama
e. Pasangan yang kurang dapat saling
berkomunikasi
● Suhu Basal
a) Definisi Dan Tujuan Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi
segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas apa-apa. Tujuan pencatatan suhu basal
untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat
yang berupa termometer basal. Termometer basal
ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau
melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta
waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal
tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu
ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik
menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali
pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah
terjadi masa subur/ovulasi.
b) Indikasi
a. Wanita yang mau mengamati tanda
kesuburan.
b. Wanita yang mempunyai siklus haid yang
cukup teratur.
c. Pasangan dengan tidak dapat menggunakan
metode lain.
d. Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.
c) Kontraindikasi
1) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan

20
2) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup
teratur
3) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan
metode lain
4) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.
● Metode lendir serviks
a. Indikasi
1) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus
haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik
karena menyusui maupun pramenopause.
2) Semua perempuan dengan paritas berapa pun
termasuk nulipara.
3) Perempuan kurus atau gemuk.
4) Perempuan yang merokok
5) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti
hipertensi sedang, varises, dismenorea, sakit kepala
sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista
ovarii, anemia defisiensi besi,
6) hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau
emboli paru.
b. Kontraindikasi
1. Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah
kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu
kondisi risiko tinggi.
2. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui,
segera setelah abortus), kecuali MOB.
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur,
kecuali MOB d) Perempuan yang pasangannya tidak
mau bekerjasama (berpantang) selama waktu tertentu
dalam siklus haid.
● Sistem kelender

21
a. Definisi
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara /
metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh
pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama
atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi. Prinsip
metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan
senggama pada masa subur yaitu pertengahan siklus
haid atau ditandai dengan keluarnya lendir encer dari
liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan
rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus
terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh
merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu
subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya
merupakan masa aman. Keuntungan dari metode ini
adalah Metode kalender atau pantang berkala lebih
sederhana, Dapat digunakan oleh setiap wanita yang
sehat, Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan
khusus, Tidak mengganggu pada saat berhubungan
seksual, Tidak memerlukan biaya dan tempat pelayanan
kontrasepsi, Tidak ada efek dapat melakukan hubungan
seksual setiap saat, Pasangan suami istri harus tahu
masa subur dan masa tidak subur,Harus mengamati
sikus menstruasi minimal enam kali siklus, Siklus
menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat),
Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain.
b. Indikasi
a. Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus
haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik
karena menyusui maupun pramenopause.

22
b. Semua perempuan dengan paritas berapa pun
termasuk nulipara.
c. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara
lain hipertensi sedang, varises, disminorea sakit
kepala sedang atau hebat.
c. Kontraindikasi
1. Perempuan dengan umur, paritas atau masalah
kesehatan yang membuat kehamilan menjadi suatu
kondisi resiko tinggi.
2. Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera
setelah abortus).
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur.

Alat Kontrasepsi Menggunakan Alat :


● Kondom
1. Kondom pria
Mereka menginginkan perasaan utuh yang
diperoleh selama hubungan seksualnya.
2. Kondom wanita
Kondom terbuat dari lapisan polyiretane tipis dengan
cincin dalam yang fleksibel dan dapat digerakkan pada
ujung yang tertutup, yang dimasukkan ke dalam
vaginadan cincin kaku yang lebih besar pada ujung
terbuka di bagian depan yang tetap berada diluar vagina
dan melindungi introitus. Kondom wanita hanya
memiliki 1 ukuran dan tidak perlu dipasang oleh
pemberi pelayan kesehatan professional. Kondom
tersebut harus di lumasi terlebih dahulu dan tersedia
sekaligus dengan pelumas tambahan atau sediaan
spermisida dapat digunakan bersama dengan kondom
tersebut. Kondom untuk wanita tidak hanya mencegah

23
kehamilan tetepi juga merupakan alat yang efektif
melawan HIV, gonorea, klamidia dan trikomoniasis bila
digunakan dengan benar. Apabila di bandingkan dengan
kondom untuk pria, kondom ini memungkinkan resiko
yang lebih kecil terhadap PMS yang ditularkan lewat
kulit, seperti human papiloma virus ( HPV / kutil
genetalia), virus herves simpleks (HSV) , sifilis dan
kangkroid, karena alat kontrasepsi tersebut menutupi
sebagian besar area, yang sepadan dan menjadi
penghalang antara indroitus, vulva, dan pangkal penis.
● Cara Pemakaian Kondom
Kondom ada yang ujungnya biasa, ada pula yang ujungnya
berputing mengeluarkan udara yaang ada, agar tersedia
tempat bagi mani yang akan dikeluarkan gulungan kondom,
sebelum persetubuhan lalu dipasang pada waktu zakar
sedang tegang. Sesudah mani keluar, mani tertampung
diujung kondom dan sewaktu zakar ditarik keluar, jagalah
jangan sampai ada cairan yang tumpah. Peganglah kondom
pada waktu menarik zakar keluar. Buanglah kondom
setelah sekali pakai. (Prawirohardjo, Sarwono.2008)
● Cara Kerja
1. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma
dan sel telur dengan cara mengemas sperma dijung
selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran
reproduksi perempuan.
2. Mencegah penularan mikroorganisme Q (MS termasuk
HIV / AIDS ) dari satu pasangan ke pasangan yang
lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vilin)
● Indikasi Pemakaian Kondom

24
1. 6 minggu sesudah vasektomi C samapai mani tidak
mengandung spermatozoa lagi, yang seperti dketahui
dengan pemeriksaan laboratorium.
2. Sementara menunggu pemeriksaan AKDR.
3. Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil
yang diminum.
4. Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih
dari 36 jam.
5. Apabila diduga ada penyakit kelamin
sementaramenunggu diagnosis yang pasti.
6. Bersamaan dengan pemakaian spermiside.
7. Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang
tersedia atau yang dipakai.
8. Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan
tertentu.
● Kontraindikasi
1. Absolut
- Tidak bertannggung jawab secara seksual.
- Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
- Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks.
2. Relatif
Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi
seksual.
● Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap
kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan,
pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai
secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit
angka kegagalan kondom yaitu 2 -12 kehamilan per 100
perempuan pertahun.
● Keterbatasan

25
- Efektifitas tidak terlalu tinggi
- Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi
- Agak mengganggu hungan seksual (mngurangi
sentuhan langsung)
- Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi
- Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
- Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat
umum
- Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan
masalah dalam hal limbah
● Keuntungan
1. Mencegah kehamilan
2. Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat
hubungan seksual (PMS)
3. Dapat diandalkan, Relatif murah
4. Sederhana, ringan dan disposible
5. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau
pollow-up
6. Reversible
7. Pria ikut serta aktif dalam program KB

● Efek Samping Dan Cara Penanggulangannya


1) Adanya rasa nyeri dan panas akibat : alergi terhadap
karet kondom (jarang didapati) dan lecet-lecet pada
kemaluan pria akibat pemakaian tergesa-gesa /
kurangnya pelicin.
a. Pengobatan :

26
- Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti
dengan cara lain
- Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk
memakai kondom yang mempunyai zat pelicin.
Pemakainan kondom jangan terburu-buru dibiarkan
kadang-kadang laing sengama wanita berbau busuk.
Akibat air mani yang membahu karena adanya benda
asing didalamnya dan terjadi infeksi
b. Penganggulangan dan pengobatan :
Keluarkan kondom dari liang senggama wanita dan
bersihkan liang sengama wanita dengan antiseptik.
Bila terdapat infeksi beri antibiotik
● Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum
digunakan)
Penanganan : Buang dan pakai kondom baru atau pakai
spermasida digabung kondom
● Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat
berhubungan
Penanganan : Jika dicurigai ada kebocoran pertimbangkan
pemberian Morning After pill (kontasepsi darurat : postinol
atau mikroginon)
● Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
Penanganan : Jika penurunan kepekatan tidaak bisa ditolelir
biarpun dengan kondom yang lebih tipis anjurkan
pemakaian metode lain.
(Prawirohardjo, Sarwono.2008)

● Diafragma
1. Definisi
Klamidia dan ghonorea yang menyebabkan dysplasia
serviks dan penyakit radang panggul. Diafragma tidak

27
dapat melindungi wanita dari HIV . Saat ini ada 4 jenis
Diafragma yang berbeda konstruksi pegas logam pada
bingkainya serta lebar bingkai diafragma:
1. Pegas datar; pegas pada diafragma ini terbuat dari
lapisan tipis baja stainless yang sangat ringan.
2. Pegas kumparan; pegas pada diafragma ini
merupakan kumparan melingkar yang fleksibel
dengan kekuatan sedang.
3. Pegas lengkung; pegas pada diafragma ini merupakan
kombinasi pegas datar dan pegas kumparan .
4. Bingkai tutup lebar; tersedia pada bentuk pegas
kumparan ataupun pegas lengkung.
2. Penggunaan diafragma dikontra indikasikan pada
beberapa keadaan berikut :
- Prolaps uterus yang parah (penurunan) (derajat
kedua atau ketiga)
- Sistokel (derajat dua atau tiga)
- Antervensi atau retroversi uterus yang berat
- Fistula vesikovagina atau rektro vagina
- Alergi terhadap karet diagfragma atau terhadap
sediaan spermisida yang terdapat didalam
diagfragma.
3. Cervical Cap
Penutup serviks yang terbuat dari karet lateks dan
berbentuk bundar kerucut, dengan cincin tebal yang
sesuai dengan bentuk serviks , sehingga dapat melekat
erat pada serviks, tetapi tidak menekan kedalam forniks
serviko vaginal. Pada prinsipnya, cervical cap tidak
seperti diafragma yang menciptakan penghalang
terhadap sperma dengan cara menutupi serviks dan juga
menampung spermisida untuk mencegah kehamilan.

28
Cara tersebut dapat mengurangi risiko penyakit menular
seksual , tetapi tidak dapat melindungi terhadap HIV.
Sejumlah kontraindikasi yang berkaitan dengan
penggunaan cervical cap adalah sebagai berikut :
- Hasil Pap smear baru-baru ini tidak normal
- Adanya keganasan uterus atau serviks
- Riwayat sindrom syok toksis
- Infeksi serviks atau vagina yang terjadi baru-
baru ini
- Alergi terhadap lateks dan spermisida.
4. FemCap
Alat ini sejenis cervical cap yang terbuat dari karet
silikon non-alergi . Alat ini dapat masuk kedalam
serviks dan memiliki tepi yang luas (seperti topi pelaut)
yang menciptakan alur diantara kubah dan topi tersebut.
Topi penutup melekatkan FemCap jauh lebih kecil,
tetapi kesulitan untuk melepasnya jauh lebih besar
kendati alat ini memiliki tali pengikat untuk
melepasnya. Memasukan dan mencabut FemCap selama
hubungan seksual juga menjadi sebuah permasalah dan
risiko kehamilan pun lebih besar.

● Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD


1) Definisi
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang
lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang
harus diganti jika sudah digunakan selama periode
tertentu. IUD merupakan panjang. dimasukkan ke

29
dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam
terbuat dari plastik, plastik yang dililit tembaga. Cara
kerja Yaitu menghambat kemampuan sperma untuk
masuk ke tubba fallopimdan mempengaruhi fertilitasi
sebelum ovum mencapai kavum uteri.
2) Indikasi
▪ Usia reproduksi (25 – 49 tahun).
▪ Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang.
▪ Menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi.
▪ Setelah Abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
▪ Resiko rendah dan IMS (infeksi menular seksual)
▪ Tidak menghendaki metode hormonal
3) Kontraindikasi
▪ Sedang hamil atau kemungkinan hamil
▪ Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui
(sampai dapat di evaluasi).
▪ Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm dan tumor
jinak rahim.
4) Efek samping
▪ Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih
lama pada masa menstruasi.
▪ Keluar bercak-bercak darah (Spotting) setelah lama
2 hari pemasangan.
▪ Kram atau nyeri selama menstruasi.
▪ Keputihan.

Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad 2008).

30
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron
memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus
sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).

A. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal


Membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan
merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara
primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus
dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari
ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium
(Hartanto, 2002). Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen,
efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit
kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual
kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi
cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat
meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan.
Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan
diuretik. kadang efek samping demikian mengganggu akseptor, sehingga
hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi
tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal
dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek
samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki
efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan
perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya
berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara
mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-
kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam
dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida
albicans (Wiknjosastro, 2007). Komponen estrogen menyebabkan mudah
tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan bertambah,
menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi,

31
meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan
serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara
tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki
dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).
B. Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal 1. Kontrasepsi Pil
✔ Definisi
Ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi.
Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga
menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti
mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
✔ Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-99,9% dan
97% (Handayani, 2010).
✔ Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi
yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi
hormonnya konstan setiap hari.
b. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7
tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
c. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang
berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi
setiap hari.
d. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
- Menekan ovulasi
- Mencegah implantasi
- Mengentalkan lendir serviks

32
- Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum
akan terganggu.
e. Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
1. Tidak mengganggu hubungan seksual
2. Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
3. Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
4. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
5. Mudah dihentikan setiap saat
6. Perdarahan haid yang berat
7. Kesemutan dan baal bilateral ringan
8. Mencetuskan moniliasis
9. Pelumasan yang tidak mencukupi
10. Perubahan lemak
11. Disminorea
12. Kerusakan toleransi glukosa
13. Hipertrofi atau ekropi serviks 
14. Perubahan visual
15. Infeksi pernafasan
16. Peningkatan episode sistitis 
17. Perubahan fibroid uterus.
f. Kontrasepsi Suntik
⮚ Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi
suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30%
kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat
efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100
wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun
pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun
pemakain NET EN (Hartanto, 2002).

33
⮚ Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis
kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu :
- Depo Mendroksi Progesteron (DMPA),
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan
setiap tiga bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat).
- Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat),
mengandung 200 mg Noretindron Enantat,
diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
⮚ Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif,
pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh
pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen
sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak
mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien
tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh
perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan
mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
(Sulistyawati, 2013).

⮚ Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut
Sulistyawati (2013) yaitu:
- Gangguan haid

34
- Leukorhea atau Keputihan
- Galaktorea
- Jerawat
- Rambut Rontok
- Perubahan Berat Badan
⮚ Kontrasepsi Implant
Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu:
- Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk
Jedena, Indoplant,atau Implan.
● Nyaman
● Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia
reproduksi
● Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
● Kesuburan segera kembali setelah implan
dicabut
● Efek samping utama berupa perdarahan
tidak teratur, perdarahan bercak, dan
amenorea
● Aman dipakai pada masa laktasi.
- Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin
(2010) yaitu norplant, terdiri dari 6 batang silastik
lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan
diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6
mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang
diisi dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama
kerja 3 tahun.
- Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin
(2010) yaitu :
▪ Lendir serviks menjadi kental

35
▪ Mengganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
▪ Mengurangi transportasi sperma
▪ Menekan ovulasi.
- Keuntungan kontrasepsi Implant menurut
Saifuddin (2010) yaitu:
● Daya guna tinggi
● Perlindungan jangka panjang
● Pengembalian tingkat kesuburan yang
cepat setelah pencabutan
● Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
● Tidak mengganggu dari kegiatan
senggama
● Tidak mengganggu ASI
● Klien hanya kembali jika ada keluhan
● Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
● Mengurangi nyeri haid
● Mengurangi jumlah darah haid
● Mengurangi dan memperbaiki anemia
● Melindungi terjadinya kanker
endometrium
● Melindungi angka kejadian kelainan jinak
payudara
● Melindungi diri dari beberapa penyebab
penyakit radang panggul
Asuhan Keperawatan Kontrasepsi secara teoritis
Pengkajian

1. Data Subyektif

a.Identitas Pasien

Nama: Ny. “A”


36
Umur : 41 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Alamat: Jl. A.Yani Gg Rukun

Agama: Islam

Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir: SMA

Tanggal Pengkajian: 21 Mei 2019

b.Identitas Penanggung/Suami

Nama: Tn. “M”

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin: Laki-laki

Agama: Islam

Pekerjaan: Pegawai Swasta

Pendidikan Terakhir: SMA

Status: Menikah

Suku Bangsa: Indonesia

Alamat: Jl. A.Yani Gg Rukun

Hubungan dengan pasien : Suami Pasien

c. kunjungan

Ibu mengatakan ada rasa tidak nyaman menggunakan spiral dimana pada kemaluannya keluar
lendir berwarna putih dan kental dalam jumlah banyak tetapi tidak merasa gatal dan berbau sejak
3 hari yang lalu tanggal 18 Mei 2019 dan ingin tetap menggunakan spiral dan merasa khawatir
dengan banyaknya keputihan yang dialaminya..

d.Riwayat Menstruasi

Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama kali pada umur 14 tahun.

Siklus : Ibu mengatakan siklusnya 28 hari.

37
Banyaknya : Ibu mengatakan banyaknya 2 kali ganti pembalut/hari.

Lama : Ibu mengatakan lamanya 5-6 hari.

Teratur/Tidak: Ibu mengatakan menstruasi teratur.

Sifat Darah : Ibu mengatakan darah haidnya encer dan berwarna merah

Dismenorhoe: Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada saat menstruasi.

e.Riwayat Perkawinan :

Ibu mengatakan perkawinan sah, menikah 1 kali, kawin umur 22 tahun dengan suami umur 29
tahun lamanya 13 tahun, jumlah anak 2 orang.

a. Riwayat Obstetri Lalu

Tgl Jenis Komplikas Bayi Nifas


N Usia Temp Penolo i
lahir persali
o kehamila at ng Lak Ke
ana nan Ib Bayi J BB/P Keada ta ad
n persal u k B an
k si aan
i nan
3000
1 199 Aterm Bidan Sponta Bidan - - L gr baik bai bai
8 n k k
50
cm
3500
2 200 Aterm Bidan Sponta Bidan - - P gr baik bai bai
0 n r k k
40
cm

b. Riwayat KB
1) Macam Peserta KB: Pengguna KB Lama.
2) Metode yang pernah dipakai :
Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama, ibu menggunakan KB IUD
selama 5 tahun dan tidak ada keluhan apapun. Kemudian ibu berhenti
menggunakan KB IUD karena ingin hamil lagi. Setelah kelahiran anak kedua ibu
menggunakan KB IUD lagi selama 5 tahun dan pada tahun 2018 lepas untuk ganti
IUD yang baru dan IUD ini baru dipasang 1 tahun yang lalu ibu mengeluh keluar
lendir yang cukup banyak tidak berbau dan tidak terasa gatal dari kemaluannya,
sejak 3 hari yang lalu.
c. Riwayat Penyakit

38
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita sakit seperti
batuk, pilek ataupun demam.
2) Riwayat Penyakit Sistemik
a) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada dada bagian kiri,
tidak berdebar, tidak cepat lelah dan tidak keluar keringat dingin saat
beraktifitas.
b) Ginjal: Ibu mengatakan tidak pernah merasa sakit pada pinggang kanan atau
kiri, atau nyeri saat BAK.
c) Asma/TBC : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas dan tidak batuk
berdahak yang berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
d) Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata dan kuku jari tangan maupun
kaki tidak pernah kuning.
e) DM: Ibu mengatakan tidak mudah lapar dan haus di malam hari dan tidak
pernah BAK lebih dari 7 kali pada malam hari
f) Hipertensi: Ibu mengatakan hasil tensinya tidak pernah lebih dari 140/90
mmHg.
g) Epilepsi: Ibu mengatakan tidak pernah menderita kejang mendadak disertai
dengan keluar busa dari mulut.
h) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit lain seperti
HIV/AIDS.

3). Riwayat Kebiasaan sehari-hari


a)Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi cukup banyak (nasi,
lauk pauk, dan sayur) serta minum 6-8 gelas air putih dan teh
b).Pola Eliminasi
mengatakan BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning, dan tidak
ada konstipasi. BAK 5-6 kali sehari warna kuning jernih dan tidak ada
keluhan saat BAK.

c).Personal Hygiene
Sebelum mengalami leukorea Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti
baju 2 kali dan ganti celana dalam 2 kali setelah mandi, BAB/BAK

39
dibersihkan dengan air bersih, dan selama ini ibu belum mengetahui cara
cebok yang benar, sedangkan setelah mengalamai leukorea Ibu
mengatakan ganti celana dalam 3 sampai 4 kali setelah mandi ataupun
setelah BAK. BAB/BAK dibersihkan dengan air bersih, dan belum
mengetahui cara cebok yang benar.

d)Pola Istirahat dan tidur


Sebelum mengalami leukorea Ibu mengatakan tidur siang kadang- kadang
± 1 jam dan tidur malam 7-8 jam sedangkan setelah mengalami leukorea
Ibu mengatakan susah untuk tidur karena merasa tidak nyaman.

e).Pola Aktivitas
Sebelum mengalami leukorea Ibu mengatakan dirumah melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah,
mencuci baju, menyetrika sedangkan setelah mengalami leukorea Ibu
mengatakan beraktivitas seperti biasa tapi sedikit terganggu karena
merasa tidak nyaman.

f).Pola hubungan seksual


Sebelum mengalami leukorea Ibu mengatakan melakukan hubungan
seksual 1-2 kali seminggu, baik ibu maupun suami tidak ada keluhan
apapun sedangkan setelah mengalami leukorea Ibu mengatakan tidak
melakukan hubungan seksual karena merasa tidak nyaman.

g).Data Psikologis
Ibu mengatakan cemas dengan keputihan yang dialaminya sekarang
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : CM
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
BB : 55,5 kg
TB : 160 cm

40
Suhu : 36,4oC

b. Pemeriksaan Khusus
1). Kepala.
a) Warna rambut hitam dan bersih, tidak ada ketombe dan rontok sedikit
b). Muka : tidak pucat
c). Mata :
(1) Oedem : Tidak oedem
(2) Conjungtiva : Merah muda
(3) Sklera : Putih
d). Hidung : Bersih, tidak secret dan tidak ada benjolan
e). Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen
f). Mulut/gigi/gusi : Bersih, bibir tidak pucat, gigi tidak ada caries, dan gusi
tidak berdarah

2). Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
tidak ada bendunganvena jugularis.
3). Dada : pergerakan dinding dada sama
4). Payudara : Normal, tidak ada pembengkakan
5). Abdomen : Tidak terkaji

6). Anogenitalia
a).Vulva hygiene : tidak ada varices dan kemerahan, keluar cairan
berwarna putih, kental, bening, tidak berbau dan jumlah yang banyak
b).Inspekulo
(1). Vulva : ada cairan berwarna putih, kental, bening, tidak berbau dan
jumlah yang banyak
(2). Vagina : tidak ada kemerahan atau infeksi
(3). Portio / servik : tampak benang IUD dan tidak ada erosi portio
c).Anus : haemoroid tidak ada
7). Ekstremitas : Tidak ada oedem dan varices
8). Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan.

Analisa Data

41
1. DS :
- Klien mengatakan ada rasa tidak nyaman menggunakan spiral dimana
pada kemaluannya keluar lendir berwarna putih dan kental dalam jumlah
banyak dan tidak gatal sejak 3 hari yang lalu.
DO :
- Klien tampak gelisah
- Tampak keluar lendir berwarna putih dan berbau.
- TD : 110/80mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit, T : 36,40C
Stress terhadap perubahan status kesehatannya. Kecemasan
2.DS :
- Klien mengatakan tidak mengetahui tentang cara membersihkan
kemaluan yang benar.
DO :
- Klien tampak bingung saat keluar lendir berwarna putih dan berbau.
Kurangnya informasi tentang vulva hygiene Kurang pengetahuan
3.DS :
- Klien mengatakan tidak mengetahui tentang cara membersihkan
kemaluan yang benar.
DO :
- Klien tampak bingung saat keluar lendir berwarna putih dan berbau.
- Leukorea berlebih Resiko infeksi

Diagnosa Keperawatan
1. Kecemasan berhubungan dengan stress terhadap perubahan
status kesehatannya.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang vulva hygiene.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan Leukorea berlebih.

Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


. Keperawatan
1. Kecemasan Tujuan : Kecemasan 1. Gunakan 1. Untuk membina

42
berhubungan terkontrol pendekatan yang hubungan saling
dengan stress Kriteria hasil : menenangkan percaya
terhadap - Klien mampu 2. Pengetahuan tentang
mengidentifikasi dan 2. Jelaskan semua prosedur mengurangi
perubahan
mengungkapkan gejala prosedur dan apa rasa cemas
status
cemas yang dirasakan 3. Untuk mengetahui
kesehatannya.
selama prosedur status kesehatan
- Mengidentifikasi, klien
mengungkapkan dan 3. Ukur tanda – tanda 4. Untuk mengurangi
menunjukkan tehnik vital rasa cemas
untuk mengontol
cemas 5. Informasi tentang
4. Temani pasien penyakit dapat
- Vital sign dalam batas untuk memberikan mengurangi nyeri
normal keamanan dan
6. Dukungan keluarga
(TD : 110/80 mmHg, N : mengurangi takut
sangat berperan
80x/menit, RR : 20 x/menit, 5. Berikan informasi dalam menurunkan
faktual mengenai nyeri
BB : 55,5 kg, TB : 160 cm, 7. Teknik relaksasi
diagnosis,
Suhu : 36,40C), postur tindakan prognosis membantu
mengurangi nyeri
tubuh, ekspresi wajah, 6. Libatkan keluarga
bahasa tubuh dan tingkat untuk 8. Untuk mengetahui
mendampingi klien tingkat kecemasan
aktivitas menunjukkan Menjaga kelembaban
berkurangnya kecemasan daerah genetalia dan
7. Instruksikan pada menjaga kelembaban
pasien untuk
menggunakan dan tetap kering serta
tehnik relaksasi mencegah infeksi.
8. Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
2. Kurang Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
pengetahuan Klien paham tentang pengetahuan sejauh mana
berhubungan proses penyakitnya pasien dan pengetahuan pasien
dengan Kriteria hasil : keluarga dan keluarga tentang
kurangnya - Pasien dan keluarga penyakitnya.
informasi menyatakan
pemahaman tentang 2. Informasi tentang
vulva hygiene. 2. Jelaskan tentang
penyakit, kondisi, penyakitnya
prognosis dan program proses penyakit : menambah

43
pengobatan defenisi, tanda dan pengetahuan.
- Pasien dan keluarga gejala yang biasa
mampu melaksanakan muncul pada
prosedur yang penyakit, dengan 3. Penyebab dapat
dijelaskan secara benar cara yang tepat ditimbulkan bersifat
fisiologi atau patologi
Pasien dan keluarga 3. Identifikasi Penanganan yang
mampu menjelaskan kemungkinan tepat dapat
kembali apa yang penyebab, dengan mengurangi dampak
dijelaskan perawat/tim cara yang tepat resiko jika tidak
kesehatan lainnya dilakukan vulva
4. Diskusikan pilihan hygiene
terapi atau
penanganan

3 Resiko infeksi Tujuan : 1. Pertahankan 1. Untuk mengurangi


berhubungan Infeksi tidak terjadi teknik aseptif resiko infeksi.
dengan Kriteria hasil : 2. Untuk mengurangi
Leukorea - Klien bebas dari tanda penyebaran infeksi
berlebih dan gejala infeksi 2. Cuci tangan
3. Untuk mengurangi
- Menunjukkan setiap sebelum terjadinya infeksi
kemampuan untuk dan sesudah 4. Untuk mengetahui
mencegah timbulnya tindakan lebih dini tanda dan
infeksi geajala infeksi dapat
3. Anjurkan klien
mengurangi resiko
- Jumlah leukosit dalam untuk rajin
terjadinya infeksi
batas normal mengganti 5. Proses
pakaian dalam. inflamasimenandakan
- Menunjukkan perilaku
4. Monitor tanda terjadinya infeksi
hidup sehat 6. Untuk menghilangkan
dan gejala infeksi
- Status imun, infeksi
gastrointestinal,
genitourinaria dalam
batas normal
5. Kaji tanda-tanda
terjadinya
inflamasi

6. Kolaborasikan
pemberian
antibiotik dengan
dokter

44
Implementasi dan Evaluasi

No Hari/tanggal Dx Implementasi Evaluasi


1 Senin,27-9- 1 1. Menggunakan pendekatan yang S:
menenangkan Klien mengatakan tidak
2021
merasa khawatir lagi tentang
2. Menjelaskan semua prosedur dan apa yang keputihan yang dialaminya.
dirasakan selama prosedur O:
- Klien tampak tenang
3. Mengukur tanda-tanda vital
- Leukorea berkurang
4. Menemani pasien untuk memberikan - Klien mampu
keamanan dan mengurangi takut mengungkapkan
perasaannya ketika merasa
5. Memberikan informasi faktual mengenai cemas
diagnosis, tindakan prognosis - Tanda-tanda vital dalam
batas normal
6. Meliibatkan keluarga untuk mendampingi TD : 120/80 mmHg, HR : 78
klien x/menit, RR : 18 x/menit, T :
36,80C
7. Menginstruksikan pada pasien untuk A:
menggunakan tehnik relaksasi Masalah teratasi sebagian
P:
8. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
Intervensi dilanjutkan (3,4,6,7,8,9)
Membantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
2. Senin, 27-9- 2 1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan S:
keluarga Klien mengatakan sudah
2021
mengerti tentang penyakit yang
2. Menjelaskan tentang proses penyakit : dialaminya dan cara
defenisi, tanda dan gejala yang biasa muncul mengatasinya.
pada penyakit, dengan cara yang tepat O:
Klien tampak mengerti tentang
3. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, proses penyakit yang sudah
dengan cara yang tepat dijelaskan
A :Masalah teratasi
Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan
P : Intervensi dihentikan
3 Selasa,28- 3 1. Mempertahankan teknik aseptif S:
Klien mengatakan keputihan
9-2021 2. Mencuci tangan setiap sebelum dan berkurang, tidak ada gatal dan
sesudah tindakan tidak berbau
O:
3. Menganjurkan klien untuk rajin mengganti
- Keputihan berkurang
pakaian dalam. - Tidak ditemukan adanya
4. Mengajarkan cara melakukan vulva hygiene tanda-tanda

45
seperti membersihkan dengan air rebusan inflamasi/infeksi
daun sirih. A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
5. Mengkaji tanda-tanda terjadinya inflamasi
(1,2,3,4,5,6)
6. Mengkolaborasikan pemberian antibiotik
dengan dokter

46
BAB III

Kesimpulan
Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dan merupakan salah satu
variabel yang mempengaruhi fertilitas. Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu jenis pelayanan program Keluarga
Berencana (KB) yang tersedia selain dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE);
konseling; pelayanan infertilitas; pendidikan sex; konsultasi pra perkawinan dan perkawinan;
konsultasi genetik; tes keganasan; serta adopsi. Program Keluarga Berencana (KB) yang
diwujudkan pada penggunaan kontrasepsi juga memiliki manfaat yang bersifat langsung atau
tidak langsung bagi kesehatan ibu, bayi dan anak, kesehatan dan kehidupan reproduksi beserta
seksual keluarga, serta mewujudkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga.1 Pelaksanaan
program Keluarga Berencana (KB) membutuhkan perencanaan keluarga sehat yang rasional,
untuk itu perlu ketepatan dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan
mempertimbangkan daya guna kontrasepsi yang akan memberikan dampak peningkatan mutu
pemakaian.

Saran:
Dalam menentukan perilaku pemilihan penggunaan kontrasepsi, terdapat berbagai faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemilihan tersebut. Menurut teoriperilaku Lawrence Green, promosi
kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya
tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Kegiatan promosi kesehatan
harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri)

47
Daftar Pustaka
Manuaba,dkk (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Pandungan, Dan KB Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BERENCANA AKSEPTOR ALAT
KONTRASEPSI IUD DENGAN TAHUN 2019
https://www.academia.edu/6567160/Keluarga_Berencana?show_app_store_popup=true[25/9
https://id.scribd.com/doc/71470014/Tugas-Makalah-KB
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/handle/123456789/2196

48

Anda mungkin juga menyukai