Disusun Oleh :
Lokal/NIM : 2A/194210365
2020/2021
KATA PENGANTAR
Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih
kepada Ibu Hasrah Murni, S.Si.T., M.Biomed. selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal dan rekan-rekan yang
telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan Allah SWT
membalas segala bantuan yang telah diberikan dengan pahala yang berlipat
ganda.Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
BAB II. PEMBAHASAN
1. Atonia Uteri
2.1 Konsep dasar teoritis ` 3
2.2 Pengumpulan Data 23
2.3 Interpretasi Data 31
2.4 Diagnosa dan masalah potensial 32
2.5 Tindakan segera, kolaborasi dan rujukan 32
2.6 Rencana asuhan 33
2.7 Pelaksanaan 33
2.8 Evaluasi 34
2.16 Pendokumentasian asuhan 48
2. Laserasi Jalan Lahir
2.1 Konsep dasar teoritis ` 3
2.9 Pengumpulan Data 35
2.10 Interpretasi Data 43
2.11 Diagnosa dan masalah potensial 45
2.12 Tindakan segera, kolaborasi dan rujukan 45
2.13 Rencana asuhan 45
2.14 Pelaksanaan 46
2.15 Evaluasi 47
2.17 Pendokumentasian asuhan 50
BAB III.Penutup
3.1 Kesimpulan 56
3.2 Saran 56
Daftar Pustaka 57
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas
(Sulistyawati, 2009).
Tiga penyebab klasik kematian ibu yang paling dikenal, di samping infeksi dan
preeklamsia adalah perdarahan (Prajitno, 2007) dengan persentaseyaitu perdarahan (28%),
eklamsia (24%), infeksi (11%), dan lain-lain (37%) (Depkes, 2010).
Ibu dapat meninggal karena perdarahan pascapersalinan dalam waktu kurang dari satu
jam. Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pascapersalinan yang terjadi
dalam 24 jam setelah kelahiran bayi (JNPK-KR, 2008).
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
ISI
A. Pengertian
1. Atonia Uteri
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum dengan penyebab
uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga berencana
makin meningkat (Manuaba & APN).
B. Prevalensi
1. Atonia Uteri
Trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007
menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI
survey terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia (Depkes, 2010).
Persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun
demikian potensi terjadinya komplikasi seperti laserasi jalan lahir selalu ada, sehingga
tenaga kesehatan terkhusus bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi
sepanjang proses melahirkan. Karakteristik Responden Menurut penggolongan umur
menunjukkansebagian besar berumur 20–35 tahun ada 146 responden (82.5%) dan
golongan umur < 20 tahun dan >35 tahunterjadi laserasi sejumlah 15 (46.9%).
Hasil penelitian penelitian menunjukkan bahwa umur ibu tidak ada hubungan
dengan kejadian laserasi jalan lahir ni nilai p value 0.208 > 0.005. Hasil penelitian
diatas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dengan umur reproduksi yaitu pada
umur 20-35 tahun beresiko mengalami laserasi jalan lahir saat persalinan. Menurut
Cunningham G, dkk (2010), menyatakan bahwa umur perempuan 20-35
tahunmeruapan umur paling tepat untuk hamil dan melahirkan. Pada umur muda (< 20
tahun) dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya
optimal Jika melebihi 35 tahun,elastisitas dari otot-otot panggul dan sekitarnya serta
alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami kemunduran, juga wanita pada usia ini
4
besar kemungkinan akan mengalami kelelahan sehingga resiko kehamilan dan
kelahiran lebih tinggi.
C. Patofisiologi
1. Atonia Uteri
Oleh karena itu deteksi dini dan penanganan kelahiran plasenta segera setelah
lepas dari dinding uterus secara kompeten sangat diperlukan (Wiknjosastro, 2007;
Varney, 2007).
5
yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah
anaknya . Pada primipara atau orang yang barupertama kali melahirkan biasanya
perineum tidak dapat menahan tegangan yang kuat sehingga robek pada pinggir
depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang
luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara,
biasa timbul luka pada vulva disekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam
akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak. (Ilmiah, W. S. 2015).
b)Meneran
Secara fisiologis ibu merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan
sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk
meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin
mengedan. Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih aktif pada posisi
tertentu. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memimpin ibu bersalin untuk
mengedan supaya mencegah ruptur perineum, diantaranya: Menganjurkan ibu
untuk mengedan sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi, tidak
menganjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat meneran, mungkin ibu
akamerasa lebih mudah untuk meneran jika ibu berbaring miring atau setengah
duduk, menarik lutut kearah ibu, dan menempelkan dagu ke dada, menganjurkan
ibu untuk tidak mengangkat bokong saat mengedan, tidak melakukan dorongan
pada fundus untuk membantu kelahiran bayi. Dorongan ini dapat meningkatkan
resiko distosia bahu dan ruptur uteri, pencegahan ruptur perineum dapat
dilakukan saat bayi dilahirkan terutama saat kelahiran kepala dan bahu.
b. Faktor Janin
a) Berat Badan
Janin Makrosomnia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram.
Makrosomnia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui
vagina seperti distosia bahu, kerusakan klavikula, dan kerusakan jaringan lunak
pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum.
b)Presentasi
Menurut Kamus Kedokteran, presentasi adalah letak hubungan subu memanjang
panggul ibu. Presentasi digunakan untuk menentukan bagian yang ada dibagian
bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam.
6
c. Faktor Penolong
Persalinan Penolong persalinan adalah seseorang yang mampu berwenang dalam
memberikan asuhan persalinan. Pimpinan persalinan yang salah merupakan salah
satu penyebab terjadinya ruptur perineum, sehingga sangat diperlukan kerja sama
dengan ibu dan penggunaan prasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi
kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi. Kemampuan
penolong juga sangat berpengaruh terhadap kejadian ruptur perineum, walaupun
dalam kriteria inklusi sudah disebutkan bahwa penolong harus menggunakan teknik
standar APN (Asuhan Pesalinan Normal), namun bila posisi persalinan pasien
seperti disebutkan diatas maka kemungkinan besar akan terjadi robekan pada
perineum.(Ilmiah, W. S. 2015).
D. Gejala klinis
1. Atonia Uteri
a) syok (tensi rendah, denyut nadi cepat dan lemah, pasien berubah pucat dan
ekstremitas dingin, napas menjadi sesak, dangkal cepat dan terengah-engah,
gelisah, kesadaran menurun sampai tidak sadar dan lain-lain) (Joseph dan
Nugroho, 2010; Oxorn dan Forte, 2010).
7
E. Komplikasi
1. Atonia Uteri
8
demam selama 48 jam diberikan ampisilin 500mg per oral empat kali sehari
selama lima hari ditambah metronidazol 400 mg per oral tiga kali sehari selama
lima hari. Catatan : fasitis nekrotik memerlukan debridement bedah yang luas.
Lakukan penutupan primer lambat dalam dua sampai empat minggu bergantung
pada penyembuhan infeksi
f) Inkontinensia fekal dapat terjadi akibat transeksi sfingter lengkap. Banyak ibu
mampu mempertahankan kontrol defekasi dengan menggunakan otot perinium
yang lain. Jika inkotinensia tetap terjadi, pembedahan rekonstruksi harus
dilakukan pada tiga bulan atau lebih setelah pelahiran
g) Fistula rektovagina memerlukan pembedahan rekonstruksi pada tiga bulan atau
lebih setelah lahir.
F. Penatalaksanaan
1. Atonia Uteri
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
rangsangan taktil (masase) fundus uteri. Untuk itu, beberapa hal yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pakai sarung tangan disinfeks tingkat tinggi atau steril, dengan lembut
masukkan secara obstetrik (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus
dan ke dalam vagina ibu.
2. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada
kavum uteri mungkin hal ini menyehabkan uterus tidak dapat berkontraksi
secara penuh
3. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding
anterior uterus, ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding
posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dan arah depan dan
belakang
4. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan
tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi
plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk
berkontraksi
9
5. Evaluasi keberhasilan:
Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI, namun jika KBI tidak berhasil
dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain sebagai berikut :
2. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan
berikan 500 cc larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
1. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI, karena
KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
2. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu
karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat
darurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi
dan transfusi darah.
10
3. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus
cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan.
Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga
jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan
dalam jumlah 125 cc/jam.
Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infus
dengan tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral
untuk rehidrasi (JNPK-KR, 2008).
a. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan di
atas simfisis pubis
b. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri,
sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/memegang
bagian belakang uterus seluas mungkin.
Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan
belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara
manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk
berkontraksi (JNPK-KR, 2008).
11
12
Langkah-Langkah Rinci Penatalaksanaan Atoni Uteri Pasca persalinan
No Langkah Keterangan
2 Bersihkan kavum uteri dari Selaput ketuban atau gumpalan darah dalam kavum uteri
selaput ketuban dan gumpulan akan dapat menghalangi kontraksi uteruse
3 Mulai lakukan kompresi Sebagian besar atonia uteri akan teratasi dengan tindakan
bimanual interna. Jika uterus ini. Jika kompresi bimanual tidak berhasil setelah 5
berkontraksi keluarkan tangan menit, diperlukan tindakan lain
setelah 1-2 menit. Jika uterus
tetap tidak berkontraksi teruskan
kompresi bimanual
4 Minta keluarga untuk melakukan Bila penolong hanya seorang diri, keluarga dapat
kompresi bimanual eksterna meneruskan proses kompresi bimanual secara
eksternal selama anda melakukan lagkah-langkah
selanjutnya
5 Berikan Metil ergometrin 0,2 Metil ergometrin yang diberikan secara intramuskular
mg intramuscular/intravena akan mulai bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan
kontraksi uterus. Pemberian
6 Berikan infus cairan larutan Anda telah memberikan Oksitosin pada waktu
Ringer Laktat dan Oksitosin 20 penatalaksanaan aktif kala III dan Metil ergometrin
IU/500 cc intramuskuler. Oksitosin intravena akan bekerja segera
untuk menyebabka uterus berkontraksi.
7 Mulai lagi kompresi bimanual Jika atoni tidak teratasi setelah 7 langkah pertama,
interna atau Pasang tampon mungkin ibu mengalami masalah serius lainnya.Tampon
uterovagina uterovagina dapat dilakukan apabila penolong telah
terlatih. Rujuk segera ke
rumah sakit
13
8 Buat persiapan untuk merujuk Atoni buka merupakan hal yang sederhana dan
segera memerlukan perawatan gawat darurat di fasilitas dimana
dapat dilaksanakan bedah dan pemberian
tranfusi darah
9 Teruskan cairan intravena Berikan infus 500 cc cairan pertama dalam waktu 10
hingga ibu mencapai tempat menit. Kemudian ibu memerlukan cairan tambahan,
rujukan setidak – tidaknya 500 cc/jam pada jam pertama, dan 500
cc/4 jam pada jam-jam berikutnya. Jika anda tidak
mempunyai cukup persediaan cairan intravena, berikan
cairan 500 cc yang ketiga tersebut secara perlahan,
hingga cukup untuk sampai ditempat rujukan. Berikan
ibu minum untuk
tambahan rehidrasi
a. Peralatan :
Phantoom panggul
Phantom Uterus
Tensimeter
Pengukur suhu
Standar infus
Celemek dan perlengkapan perlindungan diri lainnya (sepatu boot, kaca mata
pelindung, masker dan lain-lain)
Oksitosin 4 ampul
Transfusi set
Plester
Larutan Chlorin 0, 5 %
c. Perlengkapan :
Kain bersih
Handuk pribadi
d. Keselamatan Kerja
e. Prosedur Pelaksanaan
15
Bidan : Karena KBI, KBE, KAA merupakan penatalaksanaan komplikasi
perdarahan pada kala IV karena atonia uteri. Bidan telah menggunakan alat
perlindungan diri antara lain : sepatu boat, celemek, masker dan pelindung
mata.
f. Langkah-langkah kerja
Langkah-Langkah Kerja
Key point :
Key point :
Key Point :
Key Point
16
Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh atau
dapat dipalpasi, lakukan katerisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik
Key point:
Key point :
Key point :
Key point :
17
Lakukan dengan cara merasakan adanya pengerasan
atau kontraksi dari uterus, (Bila ditemukan
uterus masih terasa lembek, anjurkan keluarga
untuk membantu melakukan kompresi
bimanual eksterna)
Key point :
Key point :
Key point :
18
Key Point :
Key Point :
Key Point :
Key Point :
19
akan berhenti/berkurang
a. Pengertian Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan
benang sampai sembuh
b. Tujuan
1) Untuk mendekatkan jaringan-jaringan perlukaan sehingga proses penyembuhan bisa
terjadi, proses penyembuhan itu bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari
pertumbuhan jaringan
2) Untuk menghentikan perdarahan
c. Prinsip Dasar Penjahitan Perinium
1) Ibu dalam posisi litotomi
2) Pengunaan cahaya yang cukup terang
3) Tindakan cepat
4) Teknik yang steril
5) Bekerja hati-hati kassa jangan sampai tertinggal di vagina
d. Mempersiapkan Penjahitan
1) Bantu ibu mengambil posisi litotomi
2) Tempatkan handuk atau kain bersih dibawah bokong ibu
3) Jika mungkin, tempatkan lampu sorot
4) Gunakan teknik aseptic pada saat memeriksa robekan atau episiotomy, kemudian
meberikan anastesi lokal dan menjahit luka
5) Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir
6) Pakai sarung tangan desinfektan tingkat tinggi atau yang steril
7) Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan
penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan
8) Gunakan kain/kasa disinfektan tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva, vagina,
dan perineum ibu
9) Periksa vagina, serviks, dan perineum secara lengkap.Pastikan bahwa laserasi/sayatan
perineum hanya merupakan derajat I atau II
10) Ganti sarung tangan dengan sarung DTT yang baru setelah melakukan pemeriksaan
rectum
11) Siapkan jarum dan benang
12) Berikan anastesi lokal
a) Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan anjurkan ibu untuk rileks
b) Isi tabung suntik dengan 10 ml lidokain 1%
c) Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut
d) Tusukkan seluruh jarum dari tepi luka pada perbatasan antara mukosa dan kulit
perineum kearah perineum.Lakukan aspirasi untuk memeriksa adanya darah dari
pembuluh darah yang tertusuk
e) Ulangi seluruh langkah 3 pada sisi lain luka.Masing-masing sisi luka akan memerlukan
kira-kira 5ml lidokai 1% Tunggu selama 2 menit dan biarkan anastesia tersebut bekerja
20
dan kemudian uji daerah yang di anastesia dengan cara dicubit dengan forceps atau
disentuh dengan jarum yang tajam.
e. Langkah – Langkah Penjahitan Perinium
1)Robekan perineum derajat 1, pada umumnya dapat sembuh sendiri dan tidak perlu
dijahit, tetapi harus dilihat juga apakah meluas dan terus berdarah.Jika perdarahannya
banyak dapat digunakan jahitan angka 8 karena jahita ini kurang menimbulkan
tegangan dan lebih menyenangkan bagi pasiennya
2)Robekan perineum derajat 2
a) Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa
vagina.Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih
pendek.sisakan benang kira-kira 1cm
b) Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah kearah cincin hymen
c) Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum kedalam mukosa vagina lalu
kebelakang cincin hymen sampai jarum ada dibawah laserasi kemudian ditarik
keluar pada luka
d) Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot.Lihat kedalam luka untuk
mengetahui letak ototnya
e) Setelah dijahit sampai ujung luka putarlah jarum dan mulailah menjahit kearah
vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler
f) Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum ke vagina dibelakang cincin hymen
untuk diikat dengan simpul dan dipotong benangnya.
g) Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada
kassa atau peralatan yang tertinggal idalam vagina.
h) Dengan lembut memasukkan jari yang paling kecil kedalam anus.Raba apakah ada
jahitan pada rectum.pastikan anus tidak terjahit
i) Cuci area genital dengan lembut dengan air DTT dan sabun, kemudian
keringkan.Bantu pasien mencari posisi yang nyaman (Ari Sulistyawati, 2012 hal
188).
TEKNIK NON-LOCKING
21
TAKNIK KONVENSIONAL
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. M/Tn.A
Umur : 28 th/30th
Agama: Islam/islam
Suku: Minang/Minang
Pendidikan : SMP/SMA
Pekerjaan : IRT/Karyawan
Alamat : Baso
2. Alasan masuk Rumah Sakit
Ibu mengatakan dirujuk dari BPM karena mengalami perdarahan setelah 2 jam
post anak lahir.
22
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa mengeluarkan darah banyak setelah 2 jam post anak lahir dan
merasa lemah dan mengantuk sejak 2jam setelah melahirkan.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung (telapak
tangan berkeringat dingin, sering gemetar ketika beraktifitas yang biasa), asma
(sesak napas, tidak tahan udara dingin, dada terasa berat, batuk-batuk terutama
malam menjelang dini hari, kelihatan lelah dan pucat, berkeringat), Diabetes
Millitus (sering kencing pada malam hari, sering lapar dan haus). Ibu juga tidak
pernah menderita penyakit menular seperti Tuberkulosis (TBC) (batuk
berkepanjangan lebih dari 3 minggu, sesak napas, dan nyeri dada, nafsu makan dan
BB menurun, demam yang berlangsung lama, lemas, berkeringat pada malam hari,
batuk disertai percikan darah), hepatitis (demam, mual, jalan sempoyongan),
malaria (demam tinggi disertai dengan menggigil), HIV/AIDS (diare terus
menerus, daya tahan tubuh menurun, sudah terserang penyakit), Ibu juga tidak
pernah dioperasi ataupun diopname karena sakit yang parah.
23
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sekarang sedang tidak menderita penyakit menurun seperti
jantung (telapak tangan berkeringat dingin, sering gemetar ketika beraktifitas yang
biasa), asma (sesak napas, tidak tahan udara dingin, dada terasa berat, batuk-batuk
terutama malam menjelang dini hari, kelihatan lelah dan pucat, berkeringat),
Diabetes Millitus (sering kencing pada malam hari, sering lapar dan haus). Ibu juga
tidak pernah menderita penyakit menular seperti tuberkulosis (TBC) (batuk
berkepanjangan lebih dari 3 minggu, sesak napas, dan nyeri dada, nafsu makan dan
BB menurun, demam yang berlangsung lama, lemas, berkeringat pada malam hari,
batuk disertai percikan darah), hepatitis (demam, mual, jalan sempoyongan),
malaria (demam tinggi disertai dengan menggigil), HIV/AIDS (diare terus
menerus, daya tahan tubuh menurun, sudah terserang penyakit), Ibu juga tidak
pernah dioperasi ataupun diopname karena sakit yang parah.
5. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan menikah satu kali umur 25 tahun dengan suami umur 27 tahun. Lama
perkawinan 3 tahun, status pernikahan syah.
6. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama: 7 hari
Banyak: Setiap hari ganti 2-3x pembalut
Bau : Amis
Warna : Merah
Konsistensi : Cair
Kala III-IV : 50 cc
BB : 3700 gr
PB : 50 cm
Komplikasi:
8. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Selama Nifas : Ibu makan 3x/hari, 1/2 porsi, menu nasi, sayur, lauk (tempe, tahu,
ikan, daging, telur), buah kadang-kadang.Minum 7-8 gelas/hari
dengan air putih/teh.
b. Pola Eliminasi
Sebelum Nifas : Ibu BAK 5-6x/hari, warna kuning jernih, bau khas, tidak ada
keluhan
Selama Nifas : ibu belum BAB setelah dari BPM dan saat di RS, BAK 2 kali
selama baru datang di RS.
c. Pola Istirahat
Sebelum Nifas : Ibu tidur siang ±2 jam/hari dengan kualitas tidur nyenyak, tidur
malam ±8 jam/hari dengan kualitas tidur nyenyak.
Selama Nifas : Ibu tidur siang ±2 jam/hari dengan kualitas tidur nyenyak, tidur
malam ±6 jam/hari dengan kualitas tidur kurang nyenyak karena
cemas.
d. Pola Aktivitas
Sebelum Nifas : Ibu dibantu oleh suami dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga dan tidak ada keluhan selama melakukan aktivitas
sehari-hari
Selama Nifas : ibu hanya melakukan cuci badan tidak mandi sehari 2x, ganti
pembalut dan celana dalam setiap darah sudah mulai
membasahi tubuh bagian bawah.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : pucat
Hb : 9,5 g/dl
Ppv : 550 cc
Akral dinginKesadaran : Composmentis
b. TTV:
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Suhu : 37°C
Pernapasan : 24 x/menit
c. BB : 48 kg
d. TB : 150 cm
e. Lila : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik atau status present
a. Kepala : Mesochepal, kulit kepala bersih, rambut tidak rontok, tidak ada
ketombe, tidak ada benjolan.
b. Muka : Simetris, tidak pucat dan tidak oedem.
c. Mata : Simetris, bersih tidak ada sekret, seklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, pupil normal (mengecil saat terkena
cahaya)
d. Hidung: Simetris, bersih, tidak ada pembesaran polip.
e. Telinga: Simetris, tidak oedem.
f. Mulut : Bersih, gigi tidak berlubang, tidak ada caries gigi, tidak ada sariawan,
bibir tidak kering, gusi tidak berdarah, lidah bersih.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba benjolan.
h. Ketiak : Tidak teraba pembesaran kalenjar limfe, tidak ada benjolan abnormal.
i. Dada : Simetris, tidak ada pembesaran thorax, pernapasan dada normal.
j. Abdomen : tidak terdapat luka bekas operasi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan, tidak ada pembesaran kalenjar limpa dan hepar.
k. Genetalia : pengeluaran pervaginam sebanyak 550cc dan terdapat laserasi
tingkat II.
l. Ekstremitas
a) Ekstremitas atas : Simetris, jari-jari tangan lengkap, Kedua tangan
dapat di gerakan dengan bebas, turgor baik, tidak ada kelainan, tidak
oedem. Dan terdapat infus di kedua tangan kanan dan kiri.
b) Ekstremitas bawah : Tungkai simetris, tidak ada oedem, tidak terdapat
varices, jari-jari kaki lengkap, kedua kaki dapat di gerakan dengan
bebas, tidak ada kelainan, tidak ada varices, reflleks patela pada kaki
kiri dan kanan normal.
m. Anus : Bersih, tidak ada hemoroid
3. Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
Muka : tidak ada oedem, tidak pucat, tidak terdapat cloasma
gravidarum.
b. Palpasi
payudara : terasa nyeri saat di tekan, keras, kolostrum keluar sedikit.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal
Hermatologi table
Hematokrif 29,8 % 37 – 47
Sosinofil 0 % 1–3
Basofil 0 % 0–1
N. Batang 26 % 20 – 40
Limfosil 3 % 2–8
Monosit 3 % 50 – 70
N. Segmen 71 % 50 – 40
Hbs Ag
2.3 INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
1. Ny.M PIA0 umur 28 tahun 6 jam postpartum dengan perdarahan primer pasca atonia
uteri
Data Dasar :
Data Subjektif
a. Ibu mengatakan bernama Ny.M ini merupakan anak pertama dan ibu belum pernah
keguguran.
b. Ibu mengatakan sekarang usianya 28 tahun.
2. Ibu mengatakan baru saja melahirkan 6 jam yang lalu.
Data Obyektif
a. KU: Pucat
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
1) TD : 90/60 mmHg
2) N : 83 x / menit
3) RR : 24 x / menit
4) S : 370C
d. Pemeriksaan obstetri
1)Inspeksi
a) Muka : tidak ada oedem, tidak pucat, tidak terdapat cloasma
gravidarum.
b) Payudara : payudara membesar, puting susu menonjol, tegang, areola
menghitam.
c) Abdomen : Terlihat striae gravidarum, terlihat linea nigra, tidak terdapat
luka bekas operasi.
d) Genetalia : pengeluaran pervagina darah seperti air kran, sebanyak 550cc
dan terdapat laserasi tingkat II.
e) Palpasi
• Payudara:Putting susu menonjol, kolustrum sudah keluar.
• Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi lembek, konsistensi
lembek, kandung kemih kosong.
B. Masalah
1. Ibu cemas dengan keadaannya karena mengalami perdarahan 550 cc 2 jam setelah
melahirkan dan ibu merasa lemah, ngatuk.
C. Antisipasi kebutuhan segera
1. Berikan KIE tentang keadaan ibu sekarang
2. Memberi dukungan support dukungan moril dan spiritual pada ibu dan keluarga agar
tidak cemas lagi.
3. Menjalin komunikasi pada pasien dan keluarga dengan selalu mengajak ibu bicara
supaya tidak mengantuk
Hb : 9,5 g/dl
Ppv : 550 cc
Akral dingin
Uterus lembek
2.7 Pelaksanaan
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dengan hasil sebagai berikut:
a. Memasang infus 2 jalur :
b. Pengawasan keadaan umum, perdarahan dan kontraksi setiap 30 menit selama
2 jam postpartum telah dilakukan.
2. Memasang infus 2 jalur yaitu:
a. Ekstermitas kanan : infus Range Laktat kemasan 500 ml dengan oxytocin
1 ampul 10 IU sesuai kebutuhan , yaitu grojok/lost.
a. Ekstermitas kiri : infus Dektrosa 5% berisi glukosa 50gr/I kemasan 500
ml grojok/lost.
3. Memberikan support mental pada ibu dan keluarga agar tidak merasa cemas
dan tenang karena keadaan dapat teratasi.
4. Memantau keadaan umum dan vital sign
5. Mengobservasi perdarahan dan kontraksi setiap 30 menit sampai 2 jam
postpartum.
2.8 EVALUASI
1. Kolaborasi dengan Dokter SpOG telah dilakukan dengan hasil
- Masase uterus
- Berikan piton drip dengan 1 ampul oksitosin 10 IU pada infuse RL sesuai
kebutuhan , grojok/lost sampai kontraksi menjadi baik.
- Pasang infus 2 jalur
- Injeksi metergin 2x1 ampul untuk menghentikan perdarahan
- Injeksi amoxsan 2x1 gram untuk antibiotic
2. Infus 2 jalur sudah terpasang.
3. Ibu dan keluarga sudah merasa tenang.
4. Keadaan umum ibu pucat
- TD: 90/60 mmHg
- N: 83x/menit
- RR : 24x/menit
5. Observasi kontraksi dan perdarahan sudah dilakukan setiap 30 m3nit sampai 2 jam
post partum dengan hasil:
Tabel 3.2 Hasil Observasi
34
12.30 WIB Keras 1 pembalut tidak penuh
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. I/Tn.J
Umur : 28 th/30th
Agama: Islam/islam
Suku: Jawa/Minang
Pendidikan : SMA/S1
Pekerjaan : IRT/Karyawan swasta
Alamat : Payakumbuh
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri pada luka jahitan bekas pengguntingan pada jalan lahir
3. Riwayat keluhan utama
a. Ibu mengatakan pada saat proses persalinan dilakukan pengguntingan pada jalan
lahir
b. Nyeri dirasakan setelah melahirkan pada tanggal 16 Juni 2017 pukul 10.15 wita
c. Sifat nyeri dirasakan lebih terasa jika bergerak atau bila ditekan
d. Usaha ibu untuk mengatasinya yaitu ibu berbaring dan bergerak lebih hatihati
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu dan Sekarang
Ibu mengatakan tidak pernah menderita :
1) Tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, asma, dan hipertensi.
Konsistensi : Cair
37
Suhu : 36,9 ºC, aksilarr
Pernapasan : 24 kali/menit, saat istirahat
2) Kala II
Mengajarkan tehnik mengedan yang benar, pukul 10.10 wib pagi dilakukan
episiotomi mediolateral, dengan his yang adekuat dan kekuatan mengedan ibu maka
pada pukul 10.15 wib lahir bayi laki-laki dengan Presentasi Belakang Kepala (PBK),
Berat Badan Lahir (BBL) 2800 gram, Panjang Badan Lahir (PBL) 46 cm, dan
APGAR score 7/10.
3) Kala III
Pukul 10.15 wib pagi dilakukan manajemen aktif kala III yaitu penyuntikan
oxytosin, Peregangan Tali puasat Terkendali (PTT) selama 7 menit dan pada pukul
10.22 wib plasenta lahir lengkap dengan kotiledon dan selaput yang utuh, dan
dilakukan penjahitan luka episiotomi secara mediolateral dengan anastesi. Tidak
dilakukan pengikatan pembuluh darah karena tidak ada perdarahan aktif, penjahitan
menggunakan benang plain catgut ukuran 2/0. Penjahitan pada mukosa vagina
menggunakan teknik jelujur, sementara pada perineum menggunakan teknik satu-
satu dengan jumlah jahitan sebanyak 4 dengan jarak setiap jahitan adalah 1 cm dan
jarak antara jahitan terakhir dengan pangkal luka adalah 0,5 cm. Penjahitan
dilakukan oleh bidan.
4) Kala IV
Table 3.1 Pemantauan Kala IV
jrbpst
jrbpst
jrbpst
38
jrbpst
jrbpst
jrbpst
(WITA) infeksi
8. Riwayat kontrasepsi
Ibu sudah menggunakan Kontrasepsi suntik kombinasi selama 2 tahun
Selama Nifas : Ibu makan 3x/hari, 1/2 porsi, menu nasi, sayur, lauk (tempe, tahu,
ikan, daging, telur), buah kadang-kadang.Minum 7-8 gelas/hari
dengan air putih/teh.
b. Pola Eliminasi
Sebelum Nifas : Ibu BAK 5-6x/hari, warna kuning jernih, bau khas, tidak ada
keluhan
39
BAB 1x/hari, warna kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi
lembek, tidak ada keluhan
Selama Nifas : ibu belum BAB setelah dari BPM dan saat di RS, BAK 2 kali
selama baru datang di RS.
c. Pola Istirahat
Sebelum Nifas : Ibu tidur siang ±2 jam/hari dengan kualitas tidur nyenyak, tidur
malam ±8 jam/hari dengan kualitas tidur nyenyak.
Selama Nifas : Ibu tidur siang ±2 jam/hari dengan kualitas tidur nyenyak, tidur
malam ±6 jam/hari dengan kualitas tidur kurang nyenyak karena
cemas.
d. Pola Aktivitas
Sebelum Nifas : Ibu dibantu oleh suami dalam melakukan pekerjaan rumah
tangga dan tidak ada keluhan selama melakukan aktivitas
sehari-hari
e. Personal Hygiene
Sebelum Nifas : Ibu mandi 1x/hari, gosok gigi 1x/hari, keramas 2 hari sekali,
ganti celana dalam 2x/hari, ganti baju 2x/hari
Selama Nifas : ibu hanya melakukan cuci badan tidak mandi sehari 2x, ganti
pembalut dan celana dalam setiap darah sudah mulai
membasahi tubuh bagian bawah.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
Hb : 11,5 g/dl
Akral dinginKesadaran : Composmentis
b. TTV:
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Suhu : 37°C
Pernapasan : 24 x/menit
c. BB : 50 kg
d. TB : 150 cm
e. Lila : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik atau status present
a. Kepala : Mesochepal, kulit kepala bersih, rambut tidak rontok, tidak ada
ketombe, tidak ada benjolan.
b. Muka : Simetris, tidak pucat dan tidak oedem.
c. Mata : Simetris, bersih tidak ada sekret, seklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, pupil normal (mengecil saat terkena
cahaya)
d. Hidung: Simetris, bersih, tidak ada pembesaran polip.
e. Telinga: Simetris, tidak oedem.
f. Mulut : Bersih, gigi tidak berlubang, tidak ada caries gigi, tidak ada sariawan,
bibir tidak kering, gusi tidak berdarah, lidah bersih.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba benjolan.
h. Ketiak : Tidak teraba pembesaran kalenjar limfe, tidak ada benjolan abnormal.
i. Dada : Simetris, tidak ada pembesaran thorax, pernapasan dada normal.
41
j. Abdomen : tidak terdapat luka bekas operasi, ada sedikit nyeri tekan, TFU 1 jari
di bawah pusat, kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras, tidak ada
benjolan, tidak ada pembesaran kalenjar limpa dan hepar.
k. Genetalia :
Inspeksi : tidak varices, tampak pengeluaran lochia rubra, terdapat luka
jahitan episiotomi secara mediolateral, luka jahitan masih lembab.
Palpasi : pada luka jahitan terdapat nyeri tekan, tidak ada pitting oedem
Pada luka jahitan tidak terdapat pus/nanah, suhu perineum kurang lebih sama
dengan suhu tubuh sekitarnya, tidak ada bau busuk dari daerah luka.
l. Ekstremitas
a) Ekstremitas atas : Simetris, jari-jari tangan lengkap, Kedua tangan dapat di
gerakan dengan bebas, turgor baik, tidak ada kelainan, tidak oedem. Dan
terdapat infus di kedua tangan kanan dan kiri.
b) Ekstremitas bawah : Tungkai simetris, tidak ada oedem, tidak terdapat
varices, jari-jari kaki lengkap, kedua kaki dapat di gerakan dengan bebas,
tidak ada kelainan, tidak ada varices, reflleks patela pada kaki kiri dan kanan
normal.
m. Anus : Bersih, tidak ada hemoroid
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai Normal
Hermatologi table
Hematokrif 29,8 % 37 – 47
Sosinofil 0 % 1–3
Basofil 0 % 0–1
N. Batang 26 % 20 – 40
Limfosil 3 % 2–8
Monosit 3 % 50 – 70
N. Segmen 71 % 50 – 40
42
Waktu Bekuan (CT) 300 Menit 2–8
Hbs Ag
B. Data Dasar :
Data Subjektif
1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya pada tanggal 16
juni 2017 pukul 10.15 wita
2. Ibu mengatakan saat bersalin dilakukan pengguntingan pada jalan
lahir dan mendapatkan beberapa jahitan
3. Ibu mengatakan nyeri pada jahitan bekas penggutingan jalan lahir dan ada
pengeluaran darah dari jalan lahir
4. Ibu mengatakan baru saja melahirkan 6 jam yang lalu.
Data Obyektif
a. KU: Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
1) TD : 110/70 mmHg
2) N : 83 x / menit
3) RR : 24 x / menit
4) S : 370C
45
15. Anjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat analgetik dan antibiotik serta
zat besi yang telah diberikan.
2.14 Pelaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisinya saat ini dalam keadaan baik
2. Mengobservasi Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksi uterus, pengeluaran lochia
3. Menjelaskan penyebab nyeri luka jahitan episiotomi yang dirasakan ibu disebabkan
oleh adanya pemisahan jaringan atau otot-otot perineum dari akibat tindakan
episiotomi.
4. Menganjurkan ibu mobilisasi dini secara bertahap
5. Melakukan perawatan luka episiotomi
6. Membantu ibu mengganti pembalut/popok
7. Memberikan pendidikan kesehatan tentang istirahat yang cukup ± 8 jam di malam hari
dan ± 2 jam di siang hari
8. Menjelaskan kepada ibu akibat kurang istirahat dapat mengakibatkan kurangnya
produksi ASI dan memperbanyak perdarahan yang dapat menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
9. Menjelaskan kepada ibu manfaat dari ASI eksklusif yakni mengandung kalori dari ASI
memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, ASI mengandung zat pelindung,
perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat, manfaat bagi ibu dapat mempercepat
kembalinya rahim kebentuk semula
10. Menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang yaitu
karbohidrat (nasi, kentang, roti), protein (tahu, tempe, daging, ikan, telur), vitamin
(buah dan sayur) dan memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung protein
untuk mempercepat penyembuhan luka episiotomi. Selain itu dengan pemenuhan
nutrisi bergizi seimbang mampu menambah tenaga ibu serta pemenuhan nutrisi untuk
produksi ASI, serta makanan yang berserat.
11. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah perineum,
dengan pengganti pakaian dalam apabila terasa lembab, basah, kotor dan apabila ibu
sudah tidak nyaman lagi dan mengganti pembalut ialah 3 jam sekali atau bila keadaan
pembalut telah penuh atau dirasa tak nyaman.
12. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan luka episiotomi
13. Menjelaskan tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi yakni terdapat warna kemerahan
daerah luka episiotomi, adanya pengeluaran darah yang banyak padahal sebelumnya
sudah tidak, terasa panas daerah genitalia, mengeluarkan nanah dan mengeluarkan bau
46
yang sangat menyengat dari luka episiotomi hingga jalan lahir, dan suhu tubuh melebihi
37,5ºC.
14. Menjelaskan kepada ibu tehnik menyusui yang baik dan benar
15. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6 minggu
dengan luka persalinan dengan batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada
masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi biasanya telah sembuh
dengan baik
16. Menganjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat analgetik dan antibiotik yang
telah diberikan.
a. Asam Mafenamat : 6 tablet dosis 3 kali sehari Sebagai obat analgetik dan
antiinflamasi.
b. Cefadroxil : 6 tablet dosis 2 kali sehari Sebagai antibiotik dengan spectrum
luas, efek melawan bakteri gram negatif maupun gram positif
c. Fero Sulfat : 3 tablet dosis 1 kali sehari Diberikan untuk membentuk sel darah
merah (hemoglobin) serta sebagai komponen untuk membentuk mioglobin
(protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada
tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim.
2.15 EVALUASI
1. ibu mengerti dan telah mengetahui kondisinya saat ini
2. TFU 1 jari di bawah pusat, Kontraksi uterus baik, teraba bundar dan keras dan tampak
pengeluaran lochia rubra, tidak berbau
3. ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan beradaptasi dengan keadaan
tersebut
4. ibu telah dapat miring kanan dan kiri serta mulai duduk secara perlahan- lahan.
5. telah dilakukan perawatan luka episiotomi
6. Popok ibu telah diganti
7. ibu bersedia melakukannnya
8. ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
9. ibu mngerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan member ASI kepada bayinya
secara eksklusif
10. ibu bersedia melakukannya
11. ibu mengerti dan bersedia melakukannya
12. ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukannnya
47
13. ibu mengenali tanda-tanda infeksi dan akan menjaga kebersihan dirinya terutama
daerah luka episiotominya.
14. ibu mengerti dan sedang melakukannya
15. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
16. ibu bersedia mengkonsumsi obatnya sampai habis.
Data Subjektif
b. Kesadaran : Composmentis
TTV:
TD : 80/60 mmHg
N : 89X / menit
RR : 24 x / menit
S : 37 □ C
c. Pemeriksaan obstetri
1) Inspeksi
a) Mata : Konjungtiva anemis
b) Muka: Pucat
c) Bibir : Mukosa kering
d) Ekstermitas Kanan : terpasang infus Range Laktat kemasan 500 ml 30 tpm.
e) Ekstermitas Kiri : terpasang infus Dektrosa 5% berisi glukosa 50gr/I kemasan
500 ml 30 tpm.
f) Alat genetalia : ibuganti pembalut sebanyak 3 kali satu pembalut penuh.
g) Abdomen : TFU 3jari dibawah pusat, kontraksi keras
Assesment
Ny M PIA0 umur 28 tahun 2 hari perdarahan post partum pasca atonia uteri
48
Planning
Evaluasi: Kolaborasi dengan dokter SpOG telah dilakukan dengan hasil Cek Hb
6,5g/dl pukul 12.20 WIB dan kateter sudah terpasang DC 300 ccdanmemberikan
transfusi darah gol B PRC( Paket Red Cell )
49
Tanggal partus : 21 Januari 2021, Pukul 10.15 wib
IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny. I / Tn. J
Pendidikan : SMA / S1
Alamat : Payakumbuh
DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengeluh nyeri pada luka jahitan bekas pengguntingan pada jalan
3. Usaha ibu untuk mengatasinya yaitu ibu berbaring dan bergerak lebih hati-hati
9. Tidak ada riwayat penyakit menurun, menular dan menahun dalam keluarga
DATA OBJEKTIF
50
2. Kesadaran composmentis
4. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :100/70 mmHg
a. Wajah
Inspeksi : Tidak pucat, tampak
meringis Palpasi : Tidak pitting oedem
b. Mata
Inspeksi : konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
c. Hidung
Inspeksi : tidak ada pernapasan cuping hidung dan
polip Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Mulut
Inspeksi : bibir tidak pucat dan tidak pecah-pecah atau kering,
keadaan mulut bersih, gigi tidak caries
e. Telinga
Inspeksi : tidak ada kelainan dan tidak ada
serumen Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
51
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, dan vena jugularis
g. Payudara
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, puting susu sedikit menonjol, tampak
hiperpigmentasi pada aerola, ada pembesaran, tidak ada
peradangan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, bila ditekan daerah aerola terdapat
pengeluaran kolostrum
h. Abdomen
Inspeksi : tidak ada bekas luka operasi, tampak linea nigra dan striae
livid
Palpasi : ada sedikit nyeri tekan, TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi
uterus baik teraba bundar dan keras
Palpasi : pada luka jahitan terdapat nyeri tekan, tidak ada pitting
oedem
Pada luka jahitan tidak terdapat pus/nanah, suhu perineum kurang lebih
sama dengan suhu tubuh sekitarnya, tidak ada bau busuk dari daerah luka
j. Ekstremitas
Inspeksi : tidak ad avarices
Palpasi : tidak ada pitting
oedem
ASSESMENT
Masa nifas hari pertama dengan Laserasi Jalan Lahir
52
PLANNING
Hasil: TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik teraba bundar dan
keras, dan tampak pengeluaran lochia rubra, tidak berbau
Hasil: ibu telah dapat miring kanan dan kiri serta mulai duduk secara
perlahan- lahan.
a. Mencuci tangan
d. Menggunakan handscoon
53
i. Membereskan alat
j. Melepas handscoon
k. Mencuci tangan
yaitu karbohidrat (nasi, kentang, roti), protein (tahu, tempe, daging, ikan,
telur), vitamin (buah dan sayur) dan memperbanyak konsumsi makanan
yang mengandung protein untuk mempercepat penyembuhan luka
episiotomi. Selain itu dengan pemenuhan nutrisi bergizi seimbang mampu
menambah tenaga ibu serta pemenuhan nutrisi untuk produksi ASI, serta
makanan yang berserat. Hasil: ibu bersedia melakukannya
54
daerah perineum, dengan pengganti pakaian dalam apabila terasa lembab,
basah, kotor dan apabila ibu sudah tidak nyaman lagi dan mengganti
pembalut ialah 3 jam sekali atau bila keadaan pembalut telah penuh atau
dirasa tak nyaman.
Hasil: ibu mengerti dan bersedia melakukannya
12. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan luka episiotomi yang pertama
sebelum menyentuh daerah vagina maupun perineum tangan harus dalam
keadaan bersih, membasuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada
sisa- sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina dan perineum, setelah
dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan
pembalut baru dan jangan sekali-kali menaburi daerah perineum dengan
bubuk bedak atau bahan lainnya karena itu dapat menyebabkan risiko
infeksi
Hasil: ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia
melakukannnya
14. Menjelaskan kepada ibu tehnik menyusui yang baik dan benar yaitu
mencuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan
di sekitar puting, kemudian memilih posisi duduk atau berbaring.
16. Menganjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat analgetik dan
antibiotik yang telah diberikan.
a. Asam Mafenamat : 6 tablet dosis 3 kali
sehari Sebagai obat analgetik dan
antiinflamasi.
56
57
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lama
lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering
terjadi apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.
Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet
diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul,
atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang
sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu merupakan kejadian
dimanatersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan.
Menurut Taufan (2009:98), laserasi jalan lahir merupakan robekan yang terjadi
pada perineum, vagina, serviks atau uterus, dapat terjadi secara spontan maupun
akibat tindakan manipulatif pada pertolongan persalinan. Robekan jalan lahir
merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Robekan
dapat terjadi bersamaan dengan antonia uteri. Perdarahan pasca persalinan
dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan servik
atau vagina.
3.2 saran
Saran Diharapkan kepada ibu yang selama dalam masa kehamilan agar
melakukan kunjungan / pemeriksaan kehamilan, dengan tujuan untuk mengetahui
perubahan berat badan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak sesuai dengan usia
kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat penyakit sistematik. Agar
nantinya bisa didiagnosa apakah ibu bisa bersalin secara normal atau tidak
normal.
56
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan Persalinan Normal – Asuhan Esensial Persalinan. Edisi Revisi Cetakan ke-3.
Jakarta: JNPK-KR. 2007. Hal: 128-130
Depkes, 2006, Standart Praktek Kebidanan, Depkes RI: Jakarta, hal 94-8.
Hacker Moore, 2002, Obsteri Essensial., EGC: Jakarta: Bab 26, hal 319
Varney H., et al: Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol 2,.EGC: Bab 78, hal 1174 WHO,
57