14
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA
OLEH
PUTRI MELANI
2B / (194210407 )
Bayi yang lahir pada saat tubuh dibasahi oleh air ketuban akan mudah
kehilangan panas tubuh. Hal tersebut diakibatkan oleh aliran udara yang
berasal dari ventilasi terbuka dan mempercepat bayi kehilangan panas
tubuhnya.Akibat dari itu semua bayi akan mengalami serangan dingin yang
menjadi gejala awal hipotermia.
“Gejala hipotermia terjadi bila suhu tubuh (aksila) bayi turun dibawah
36 C. Nilai normal 36,5 C- 37.5 C. Segera keringkan bayi baru lahir dengan
kain yang hangat dan kering untuk menghindari hipotermia. Menunda
memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.”
Pada bayi baru lahir sehat/cukup bulan, berat > 2.500 gram, langsung
menangis kuat,maka memandikan bayi di tunda selama±24 jam setelah
kelahiran dengan air hangat.
Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum lemah dan bayi dengan
berat<2.000 gram, sebaiknya jangan di mandikan, di tunda beberapa hari
sampai keadaan umum membaik yaitu suhu tubuh bayi stabil, bayi sudah
lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
Cara yang tepat untuk menghangatkan tubuh bayi pada saat awal-awal
kelahiran bisa dilakukan dengan meletakkan bayi pada dada ibu. Selain itu
cara yang dapat ditempuh berupa:
PELAKSANAAN MTBM
Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya :
1. Penilaian dan klasifikasi
2. Tindakan dan Pengobatan
3. Konseling bagi ibu
4. Pelayanan Tindak lanjut
Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatatan” untuk Bayi Muda
dan untuk kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini
mempunyai cara pengisian yang sama.
1. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik
2. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau
masalah serta tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk
menentukan tindakan bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit
3. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi
pengobatan difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.
4. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya,
mendengar jawaban ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu
memecahkan masalah dan mengecek pemahaman
5. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan
pada saat anak datang untuk kunjungan ulang
Menanyakan kepada ibu mengenai masalah Bayi Muda. Tentukan
pemeriksaan ini merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan Bayi Muda
atau kunjungan ulang untuk masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan
ulang akan diberikan pelayanan tindak lanjut yang akan dipelajari pada materi
tindak lanjut.
b. Menanyakan pada ibu apakah bayinya DIARE, jika diare periksa tanda dan
gejalanya yang terkait. Klasifikasikan Balita Muda untuk DEHIDRASI nya dan
klasifikasikan juga untuk diare persisten dan kemungkinan disentri.
Klasifikasi Diare
Jika terdapat 2 atau lebih tanda yang terdapat pada baris atas
dengan penilaian dan klasifikasi, klasifikasi status dehidrasi bayi
sebagai diare dehidrasi berat. jika tidak ada tanda sebagai mana
tercantum pada baris atas,l ihat baris bawah berikutnya. jika ditemukan
2 atau lebih tanda gejala pada baris kedua, klasifikasikan bayi muda
sebagai diare dehidrasi ringan atau sedang. jika tidak cukup tanda
gejala untuk diare dehidrasi berat atau ringan/sedang, maka bayi
diklasifikasikan sebagai Diare Tanpa Dehidrasi
Tanda dan Gejala Klasifikasi
MTBS adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF
untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat
klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-
penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk
meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta
meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat
.Merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak
balita di negara-negara berkembang.
Langkah-Langkah Kegiatan
Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
Petugas melaksanakan anamnesa
Petugas melakukan pemeriksaan
Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan
dan memberikan penyuluhan
Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila
perlu dirujuk ke ruang pengobatan untuk konsultasi ke dokter.
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit
1. Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannya meliputi :
2. Informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas
3. Persiapan penilaian, obat-obat dan alat yang digunakan untuk pelayanan
4. Persiapan pengadaan formulir
5. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
6. Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap
Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani diare, tindakan MTBS
mencangkup 3 rencana terapi :
a. Terapi A ,Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang biasa diberikan
berupa oral gula-garam, sayuran dan sup yang mengandung garam.
Konseling MTBS:
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien sebagai upaya
membantu orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara
dini. penilaian berupa :
2) Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II : Pada unit ini telah
ditempatkan sekurang-kurangnya empat tenaga dokter ahli dimana
pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kehamilan dan
persalinan normal maupun resiko tinggi. Perawatan bayi yang baru
lahir pada unit ini meliputi kemampuan pertolongan resusitasi bayi
baru lahir dan resusitasi pada kegawatan selama pemasangan pita
endotrakeal, terapi oksigen pemberian cairan intravena, tetapi sinar
dan tranfusi tukar, penatalaksanaan hipoglikemi, perawatanbayi
berat badan lahir rendah dan bayi lahir dengan tindakan. Sarana
penunjang berupa laboratorium dan pemeriksaan radiologis yang
telah tersedia pada unit init disamping telah dapat dilakukan
tindakan bedah segaera pada bayi- bayi oleh karena telah adanya
dokter bedah.
3) Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I : Pada unit ini semua
aspek yang menyangkut dengan masalah perinatologi dan
neonatologi dapat ditangani disini. Unit ini merupakan pusat rujukan
sehingga kasus yang ditangani sebagian besar merupakan kasus
resiko tinggi baik dalam kehamilan, persalinan maupun bayi baru
lahir.
g. Identifikasi Neonatus Yang Akan Dirujuk
Rujuk bayi baru lahir, apabila ditemukan tanda-tanda: bayi lahir
dengan kelainan bawaan, bayi dengan tandatanda infeksi, keliatan
tidak sehat (lemas, tidak mau minum), tidak memberikan reaksi
yang baik terhadap resusitasi dan mengalami kesulitan bernafas
yang berkepanjangan. Dalam tahap yang lebih awal penolong
persalinan harusnya dapat mengenali bahwa kehamilan yang
dihadapinya adalah suatu kelahiran resiko tinggi, seperti yang tertera
dibawah ini :
Ketuban pecah dini
Amnion tercemar mekonium
Kelahiran prematur < 37 minggu
Kelahiran post matur > 42 minggu
Toksemia
Ibu menderita diabetes mellitus
Primigravida muda (<17 tahun)
Primigravida tua (>35 tahun)
Kehamilan kembar
Ketidakcocokan golongan darah / resus
Hipertensi
Penyakit jantung pada ibu
Penyakit ginjal pada ibu
Penyakit epilepsi pada ibu
Ibu demam / sakit
Pendarahan ibu
Sungsang
Lahir dengan seksio segar / ekstraksi vakum / ekstraksi
forsep
Kecanduan obat-obatan
Dicurigai adanya kelainan bawaan 21. Komplikasi obstetri
lain
h. Mekanisme Rujukan
Pelaksanaan system rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk
bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kedua, dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-
sendiri namun berda disuatu system dan saling berhubungan. Apabila
pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis
tingkat primer maka ia menyalahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat
pelayanan diatasnya, demikian seterusnya.
Apabila seluruh factor pendukung, (pemerintah, teknologi,
transportasi) terpenuhi maka proses akan terpenuhi berjalan dengan baik
dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah
penelitian yang meneliti tentang system rujukan menyatakan bahwa
beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu
tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait,
keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan.
Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu
dan puskesmas.
a. Pada tingkat Kader.
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri
maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat Bidan Desa, Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas.
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus
dirujuk.