Anda di halaman 1dari 39

TUGAS RESUME PERKULIAHAN MATA KULIAH PTM.

14
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA

OLEH

PUTRI MELANI
2B / (194210407 )

DOSEN : YOSI SEFRINA, SST, M. Keb

PRODI DIII KEBIDANAN BUKITTINGGI


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020/2021
 Buatlah Resume dari materi tersebut diatas, meliputi :
1. Manajemen Terpadu Bayi Muda (lengkap dengan bagannya)
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) ~Manajemen Terpadu Bayi
Muda merupakan pendekatan yang digunakan dengan konsep yang terpadu
untuk bayi muda yang usianya 1 hari- 2 bulan baik yang berkondondisi sehat
ataupun sakit. Dalam pendekatan ini juga menggunakan suatu persepsi untuk
menggunakan fasilitas rawat jalan untuk pelayanan kesehatan dasar yang
dilakukan dengan mengunjungi bayi muda yang tergolong neonatal oleh
petugas kesehatan.

Bayi yang lahir pada saat tubuh dibasahi oleh air ketuban akan mudah
kehilangan panas tubuh. Hal tersebut diakibatkan oleh aliran udara yang
berasal dari ventilasi terbuka dan mempercepat bayi kehilangan panas
tubuhnya.Akibat dari itu semua bayi akan mengalami serangan dingin yang
menjadi gejala awal hipotermia.

Bayi yang mengalami gejala hipotermia tidak menunjukkan keadaan


yang menggigil mengingat kontrol suhu tubuh yang belum sempurna.

Hal tersebut salah satu faktor pemicu tidak terdeteksinya gejala


hipotermia pada payi oleh ibu serta tenaga medis yang membantu proses
persalinan.

“Gejala hipotermia terjadi bila suhu tubuh (aksila) bayi turun dibawah
36 C. Nilai normal 36,5 C- 37.5 C. Segera keringkan bayi baru lahir dengan
kain yang hangat dan kering untuk menghindari hipotermia. Menunda
memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.”

Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu serta penolong


persalinan harus menunda sementara waktu untuk memandikan bayi. Hal
tersebut memiliki alasan sebagai berikut:

Pada bayi baru lahir sehat/cukup bulan, berat > 2.500 gram, langsung
menangis kuat,maka memandikan bayi di tunda selama±24 jam setelah
kelahiran dengan air hangat.
Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum lemah dan bayi dengan
berat<2.000 gram, sebaiknya jangan di mandikan, di tunda beberapa hari
sampai keadaan umum membaik yaitu suhu tubuh bayi stabil, bayi sudah
lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.

Cara yang tepat untuk menghangatkan tubuh bayi pada saat awal-awal
kelahiran bisa dilakukan dengan meletakkan bayi pada dada ibu. Selain itu
cara yang dapat ditempuh berupa:

1. Bayi dpat ditelungkupkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit


antara ibu dan anak
2. Bayi dapat dipakaikan baju yang memiliki tingkat kehangatan yang
sesuai, baju tersebut bisa disebut dengan metode kanguru
3. Ibu disarankan menggunakan baju longgar dan memiliki kancing depan.
Berbicara masalah kanguru prinsip dasar yang digunakan ialah sebagai
pengganti metode BBLR dalam inkubator. Dalam hal tersebut ibu diidentikkan
sebagai kanguru yang sedang mendekap anaknya. Dari situ akan diperolaeh suhu
badan yang maksimal serta opyimal esuai kebutuhan bayi

 PELAKSANAAN MTBM
Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya :
1. Penilaian dan klasifikasi
2. Tindakan dan Pengobatan
3. Konseling bagi ibu
4. Pelayanan Tindak lanjut
Dalam pendekatan MTBS tersedia “Formulir Pencatatan” untuk Bayi Muda
dan untuk kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini
mempunyai cara pengisian yang sama.
1. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik
2. Klasifikasi membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau
masalah serta tingkat keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk
menentukan tindakan bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit
3. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi
pengobatan difasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.
4. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya,
mendengar jawaban ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu
memecahkan masalah dan mengecek pemahaman
5. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan
pada saat anak datang untuk kunjungan ulang
Menanyakan kepada ibu mengenai masalah Bayi Muda. Tentukan
pemeriksaan ini merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan Bayi Muda
atau kunjungan ulang untuk masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan
ulang akan diberikan pelayanan tindak lanjut yang akan dipelajari pada materi
tindak lanjut.

Kunjungan Pertama lakukan pemeriksaan berikut :


a. MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU
INFEKSI BAKTERI. Selanjutnya dibuatkan klasifikasi berdasarkan tanda
dan gejalanya yang ditemukan.
 Infeksi pada bayi muda dapat terjadi secara sistemik atau lokal.
infeksi sistemik gejalanya tidak terlalu khas, umumnya
menggambarkan gangguan fungsi system organ seperi: gangguan
kesadaran sampai kejang, gangguan nafas, bayi malas minum, tidak
bisa minum atau muntah, diare, demam, atau hipotermia. pada
infeksi lokal biasanya bagian yang terinfeksi teraba panas, bengkak,
merah.
Tanda atau Gejala Klasifikasi

 Tidak mau minum atau PENYAKIT SANGAT BERAT


memuntahkan semua ATAU ATAU INFEKSI BAKTERI
 Riwayat kejang ATAU BERAT
 Bergerak hanya jika distimulasi
ATAU
 Napas cepat ATAU
 Napas lambat ATAU
 Tarikan dinding dada ke dalam
yang kuat ATAU
 Merintih ATAU
 Demam (≥ 37,5C) ATAU
 Hipotermi ( <35,5C) ATAU
 Nanah yang banyak di mata
ATAU
 Pusar kemerahan meluas sampai
dinding perut

 Pustul kulit ATAU INFEKSI BAKTERI LOKAL


 Mata bernanah ATAU
 Pusat kemerahan atau bernanah

 Tidak terdapat salah satu tanda MUNGKIN BUKAN INFEKSI


diatas

 Memeriksa gejala kejang


Pemeriksaan ini dilakukan pada semua bayi muda merupakan
gejala kelainan susunan syaraf pusat dan merupakan keadaan
darurat. kejang pada bayi muda umur kurang dari dua hari
berhubungan dengan asfiksia, trauma lahir dan kelainan bawaan,
sedangkan kejang pada umur lebih dari dua hari dikaitkan dengan
tetanus neonatorum, infeksi dan kelainan metabolik seperti
kurangnya kadar gula darah. pada bayi kurang bulan, kejang lebih
sering disebabkan oleh perdarahan intracranial.

Cara memeriksanya yaitu :


TANYA : Adakah riwayat kejang ?
LIHAT : Apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran
menurun?
DENGAR : Apakah bayi menangis melengking tiba-tiba
LIHAT : Apakah ada gerakan yang tidak terkendali ?
LIHAT : Apakah mulut bayi mencucu?
LIHAT DAN RABA : Apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan
atau tanpa rangsangan
 Memeriksa gejala gangguan nafas
Frekuensi nafas normal bayi cukup bulan adalah 30-50 kali/menit.
Frekuensi nafas lebih dari 60 kali/menit atau kurang dari 30 kali/menit
dan menetap menunjukan ada gangguan nafas, biasanya disertai tanda
bayi biru(sianosis), tarikan dinding dada yang sangat kuat, pernafasan
cuping hidung serta terdengar suara merintih.
Cara memeriksanya yaitu :
LIHAT : Hitung nafas dalam satu menit
LIHAT : Adakah tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat?
DENGAR : Apakah bayi merintih?
 Memeriksa gejala hipotermia
Suhu normal pada bayi adalah 36,5-37,5 0 C suhu <35,5 o C disebut
hipotermia berat yang mengindikasikan infeksi berat sehingga harus
segera dirujuk.
Cara memeriksanya yaitu :
PERIKSA : Ukur suhu aksila dengan termometer atau raba badan bayi
 Memeriksa infeksi bakteri lokal
Infeksi bakteri lokal yang sering terjadi pada bayi muda adalah infeksi
pada kulit,mata dan piusar.
Cara memeriksanya yaitu :
LIHAT : Apakah ada pustul dikulit?
LIHAT : Apakah mata bernanah?
LIHAT : Apakah pusar kemerahan atau bernanah?

b. Menanyakan pada ibu apakah bayinya DIARE, jika diare periksa tanda dan
gejalanya yang terkait. Klasifikasikan Balita Muda untuk DEHIDRASI nya dan
klasifikasikan juga untuk diare persisten dan kemungkinan disentri.

 Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Diare


Menilai Diare
Bayi yang dehidrasi, biasanya gelisah atau rewel. jika dehidrasi
berlanjut, bayi menjadi letargis atau tidak sadar. karena bayi kehilangan
cairan, matanya mungkin kelihatan kuning. jika kulit perut dicubit,
kulitnya akan lambat kembali
Cara memeriksanya yaitu :
TANYA : Apakah bayi diare?
LIHAT : Keadaan umum bayi
:Apakah bayi letargis atau tidak sadar ?
:Apakah bayi gelisah atau rewel?
:Apakah mata cekung?
PERIKSA :Dengan mencubit kulit perut untuk memgetahui turgor
(apakah kembalinya sangat lambat >2 detik atau
lambat)

Klasifikasi Diare
Jika terdapat 2 atau lebih tanda yang terdapat pada baris atas
dengan penilaian dan klasifikasi, klasifikasi status dehidrasi bayi
sebagai diare dehidrasi berat. jika tidak ada tanda sebagai mana
tercantum pada baris atas,l ihat baris bawah berikutnya. jika ditemukan
2 atau lebih tanda gejala pada baris kedua, klasifikasikan bayi muda
sebagai diare dehidrasi ringan atau sedang. jika tidak cukup tanda
gejala untuk diare dehidrasi berat atau ringan/sedang, maka bayi
diklasifikasikan sebagai Diare Tanpa Dehidrasi
Tanda dan Gejala Klasifikasi

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut : DIARE DEHIDRASI BERAT

 Letargis atau tidak sadar


 Mata Cekung
 Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut : DIARE DEHIDRASI RINGAN


/SEDANG
 Gelisah atau rewel
 Mata Cekung
 Cubitan kulit perut kembali
lambat

Tidak cukup tanda dehidrasi berat DIARE TANPA DEHIDRASI


atau ringan/sedang

c. MEMERIKSA IKTERUS dan klasifikasikan berdasarkan gejala yang ada.


 Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Ikterus
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi
kekuningan, yang diakibatkan oleh penumpukan bilirubin, sebagian lainnya
karena ketidak cocokan golongan darah ibu dan bayi. peningkatan kadar
bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebih atau ada
gangguan pengeluarannya.
Menilai Ikterus
Untuk menilai derajat kekuningan pada kulit bayi digunakan cara
sederhana yaitu metode “Kramer“ pada waktu memeriksa sebaiknya dibawah
cahaya/sinar dan kulit ditekan sedikit.
Cara memeriksanya yaitu :
TANYA : Apakah bayi kuning? jika ya, pada umur berapa timbul
kuning?
TANYA,LIHAT : Apakah warna tinja bayi pucat?
LIHAT : Tentukan warna kuning sampai didaerah tubuh mana?

Tanda dan Gejala Klasifikasi

 Timbul kuning pada hari pertama (< 24 jam) IKTERUS BERAT


ATAU
 Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14
hari ATAU
 Kuning sampai telapak tangan /telapak kaki
ATAU Tinja berwarna pucat

 Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai ≤ IKTERUS


14 hari dan tidak sampai telapak tangan/kaki

 Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS


d. MEMERIKSA KEMUNGKINAN BERAT BADAN RENDAH DAN ATAU
MASALAH PEMBERIAN ASI. Selanjutnya klasifikasikan Balita Muda
berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan
 Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Kemungkinan Berat Badan Rendah
Atau Masalah Pemberian ASI
Pemberian ASI merupakan hal yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi pada umur 6 bulan pertama
kehidupannya. Jika ada masalah perpemberian asipada masa ini, bayi
dapat kekurangn gizi dan mudah terserang penyakit. Keadan ini akan
berdampak pada tumbuh kembang anak anak di kemudian hari bahkan
dapat berakhir dengan kematian.
Masalah yangsering ditemukan pada balita muda adalah berat badan
rendah menurut umur. Hal ini dapat menggambarkan adanya masalah
pemberian ASI. Masalah pemberianASI pada balita muda cukup bulan
biasanya berkaitan dengan masukan ASI yang kurang. Masalah
pemberian ASI pada bayi lahir kurang bulan biasanya terkait dengan
reflex isap yang belum sempurna.
 Memeriksa Kemungkinan Berat Badan Rendah Dan/ Atau Masalah
Pemberian ASI
a) menanyakan apakah dilakukan inisiasi menyusu dini, apakah ibu
mengalami kesulitan pemberian asi, apa saja yang diberikan kepada bayi
dan berapa kali melakukan penilaian tentang cara menyusui dan
memeriksa apakah ada trush atau kelainan pada bibir atau langit-langit.
b) memastikan apakah berat badan bayi sesuai menurut umur dengan
menggunakan grafik barat badan menurut umur yang berbeda untuk bayi
laki-laki dan perempuan.
Cara memeriksanya yaitu :
TANYA : Apakah inisiasi menyusu dini di lakukan ?
TANYA : Apakah ibu mengalami kesulitan dalam pemberian
ASI ?
TANYA : Apakah bayi diberi ASI ? jika ya, berapa kali dalam
24 jam ?
TANYA : Apakah bayi diberi makanan atau minuman selain
ASI ? Jika ya, berapa kali dalam 24 jam? alat apa yang
digunakan ?
LIHAT : Adakah luka atau bercak putih (thrush) di mulut ?
: Adakah celah bibir atau langit-langit?
TIMBANG DAN TENTUKAN : Berat badan menurut umur

e. Menanyakan kepada ibu apakah bayinya sudah di IMUNISASI? Dan pemberian


VIT K. Tentukan status imunisasi Bayi Muda
 Memeriksa Status Imunisasi
Periksa status imunisasi bayi muda, apakah sudah mendapatkan
imunisasi HB-0, jika umur bayi lebih dari 7 hari tidak lagi diberikan HB-0.
diberkan HB-1 pada umur 2 bulan.
 Menentukan Status imunisasi Bayi
Tanyakan kepada ibu, apakah bayi sudah mendapat imunisasi. Jika YA
tanyakan jenis dan waktu pemberian imunisasi tersebut.
Imunisasi HB-O di suntikan di paha kanan bayi segera setelah lahir,
setelah inisiasi menyusu dini dan penyuntikan vitamin K1 atau pada waktu
kunjungan rumah.
Imunisasi BCG di berikan melalui suntikan di lengan kanan bayi segera
setelah persalinan di rumah sakit atau di klinik
Imunisasi Polio diberikan secara oral, 2 tetes.
Pada bagian bawah formulir pensatatan beri tanda √ pada jenis imunisasi
yang sudah diterima. Lingkari imunisasi apa saja yang dibutuhkan hari ini.

f. Menanyakan kepada ibu masalah lain seperti KELAINAN KONGENITAL,


TRAUMA LAHIR, PERDARAHAN TALI PUSAT dan sebagainya.
 Memeriksa Kelainan Bawaan / Kongenital
Kelainan kongenital adalah kelainan pada bayi baru lahir yang bukan
akibat trauma lahir. Kematian pada bayi baru lahir dengan kelainan
kongenital banyak terjadi akibat malformasi yang tidak mungkin hidup atau
yang memerlukan tindakan bedah namun tidak dapat dilakukan segera.
Kelainan kongenital lain tidak memberikan dampak buruk, bahkan bayi dapat
tumbuh dan berkembang dengan optimal bila di koreksi seperti bibir/langit-
langit sumbing.
Untuk mengenali jenis kelainan kongenital, lakukan penilaian kelainan
fisik. Dari pemeriksaan fisik, petugas kesehatan dapat mengenali beberapa
kelainan bawaan yang sering dijumpai serta tindakan yang harus dilakukan.
 Memeriksa Kemungkinan Trauma Lahir
Trauma lahir merupakan salah satu masalah dalam perinatologi, karena
masih tingginya angka kematian, kesakitan dan gejala sisa yang ditimbulkan
di kemudian hari. Trauma lahir merupakan perlukaan pada bayi baru lahir
yang terjadi pada waktu proses persalinan.
 Memeriksa Perdarahan Tali Pusat
Lakukan pemeriksaan apakah ada perdarahan tali pusat. Perdarahan
terjadi karena ikatan tali pusat menjadi longgar setelah beberapa kali.
Perdarahan kali pusat yang tidak di tangani secara cepat dapat menyebabkan
syok.
g. Menanyakan kepada ibu keluhan atau masalah yang terkait dengan kesehatan
bayinya.
Jika Bayi Muda membutuhkan RUJUKAN SEGERA lanjutkan pemeriksaan
secara cepat. Tidak perlu melakukan penilaian pemberian ASI karena akan
memperlambat rujukan

 TINDAKAN DAN PENGOBATAN


Tentukan tindakan dan beri pengobatan untuk setiap klasifikasi sesuai
dengan yang tercantum dalam kolom tindakan/pengobatan pada buku bagan,
kemudian catat formulir pencatatan
Balita muda yang termasuk klasifikasi merah memerlukan rujukan segera ke
fasilitas pelayanan yang lebih baik. Sebelum merujuk lakukan
tindakan/pengobatan pra rujuk. Jelaskan pada orang tua bahwa
tindakan/pengobatan pra rujuk di perlukan untuk menyelamatkan kelangsungan
hidup anak. Minta persetujuan orang tua (informed consent) sebelum melakukan
tindakan/pengobatan pra rujuk
Balita muda dengan klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan.
Lakukan tindakan/pengobatan dan nasihat untuk ibu termasuk kapan harus segera
kembali serta kunjungan ulang, sesuai dengan buku bagan
 Tindakan Pertama Pada Bayi Muda Yang Tidak Memerlukan Rujukan
Tentukan tindakan atau pengobatan untuk setiap klasifikasi bayi muda
yang berwarna kuning dan hijau yaitu
a) Infeksi bakteri lokal
b) Mungkin bukan infeksi
c) Diare dehidrasi ringan / sedang
d) Diare tanpa dehidrasi
e) Ikterus
f) Berat badan rendah menurut umur dan / atau masalah pemberian
ASI
g) Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI
Kemudian catat pada formulir pencatatan semua tindakan / pengobatan
yang di perlukan , termasuk nasehat kapan kembali segera dan kunjungan
ulang

Tindakan / pengobatan pada bayi muda yang tidak memerlukan rujukan:


a) Menghangatkan tubuh bayi segera
Bayi yang segera di hangatkan yaitu bayi yang suhunya
kurang dari 35,50C
b) Mencegah agar gula darah tidak turun
c) Memberi antibiotik peroral yang sesuai
Antibiotik peroral yang sesuai untuk infeksi bakteri lokal : Amoksisilin
Amoksisilin
Dosis 50 mg/kg/BB/hari
Umur Beri tiap 8 jam selama 5 hari
atau Kaplet 250 mg Kaplet 500 mg
Berat Badan Sirup 125 mg /5 ml 1 kaplet 1 kaplet
( 1 sendok takar =5 ml) Dijadikan Dijadikan
5 bungkus 10 bungkus
1 hr - <4mg
½ sendok takar 1 bungkus 1 bungkus
(< 3 kg)
4 mg - <2 bln
½ sendok takar 2 bungkus 2 bungkus
(3-4 kg)
2. Manajemen Terpadu Balita Sakit (lengkap dengan bagannya)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management
of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. Suatu manejemen
untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu
mengenai klasifikasi, status gizi, status imun maupun penanganan dan
konseling yang diberikan.

Manajemen Terpadu Balita Sakit bukan merupakan suatu program


kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.

MTBS adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF
untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat
klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-
penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk
meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta
meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat
.Merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak
balita di negara-negara berkembang.

MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka


kematian balita dan menurunkan angka kesakitan.

Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit


a) Meningkatkan keterampilan petugas

b) Menilai, mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang


timbul

c) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan


dirumah

d) Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit

e) Memperbaiki sistem kesehatan


Ruang Lingkup Manajemen Terpadu Balita Sakit
 Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan
 Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
 Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
 Konseling bagi ibu
 Tindakan dan pengobatan
 Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut

Protap Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit


 Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan
utama, lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit
lainnya.
 Pemeriksaan :
a) Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya
infeksi, ikterus, gangguan pencernaan, BB, status imun.
b) Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga, status
gizi, imun, penilaian pemberian makanan.
Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter.

Langkah-Langkah Kegiatan
 Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
 Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
 Petugas melaksanakan anamnesa
 Petugas melakukan pemeriksaan
 Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan
dan memberikan penyuluhan
 Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila
perlu dirujuk ke ruang pengobatan untuk konsultasi ke dokter.
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit
1. Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannya meliputi :
2. Informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas
3. Persiapan penilaian, obat-obat dan alat yang digunakan untuk pelayanan
4. Persiapan pengadaan formulir
5. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
6. Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap

Identifikasi masalah MTBS

Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani diare, tindakan MTBS
mencangkup 3 rencana terapi :

a. Terapi A ,Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang biasa diberikan
berupa oral gula-garam, sayuran dan sup yang mengandung garam.

b. Terapi B ,Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO. Ex : oralit

c. Terapi C ,Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL

Konseling MTBS:

Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien sebagai upaya
membantu orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.

 Konseling bagi ibu :

Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara
dini. penilaian berupa :

1. Menilai cara pemberian makan anak :

Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan, tanyakan kepada ibu cara


pemberian makanan anak sehari-hari dan selama sakit. Bandingkan jawaban ibu
dengan anjuran pemberian makan yang sesuai umur anak.
Hal yang ditanyakan :

a) Apakah ibu meneteki anak?Berapa kali?Apa ibu juga meneteki pada


malam hari?
b) Apakah anak mendapat makanan/minuman lain? Makanan/minuman
apa? Berapa kali sehari? Alat apa yang digunakan untuk memberi
makanan?Jika BB menurut umur sangat rendah,maka ditanya barapa
banyak makan/minum yang diberikan?Apakah anak dapat porsi
tersendiri?Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
c) Selama anak sakit, apakah pemberian makan anak di ubah? bila ya,
bagaimana caranya

Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak sehat

 0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, min 8x sehari.


 6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI ex: pisang,
pepaya, air jeruk dan air tomat, makan pendamping diberikan 2x/hari ,sesuai
pertambahan umur diberikan bubur tim ditambah kuning telur, tempe, tahu,
ayam, ikan, daging, wortel, bayam, kacang hijau, santan/minyak. frekuensi 7-8
sendok/hari
 9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara bertahap
dimulai dari bubur nasi-nasi tim dan makanan keluarga. Berikan 3x/hari
frekuensi 9-11 sendok, dan beri makanan selingan 2x/hari ex: bubur kacang
hijau, pisang, biskuit dan lain-lain diantara waktu makan.
 12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, beri nasi lunak yang ditambah
telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging, wortel, bayam, kacang, santan minyak.
Beri 3x/hari dan makanan selingan 2x/hari.
 > 2 tahun : makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan
buah, makanan selingan 2x/hari.
Jika anak diare, beri ASI lebih sering dan lebih lama. Jangan diberi susu
kental.
3. Sistem Rujukan
a. Pengertian Rujukan / Sistem Rujukan
Definisi System rujukan upaya kesehatan: suatu system jaringan fasilitas
yankes yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik
atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal kepada
fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional serta
tidak dibatasi oleh administrasi.
System rujukan: suatu jaringan system pelayanan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik
atas timbulnya suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara
vertical maupun horizontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan
dilakukan secara rasional.
System rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri: suatu
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah
kebidanan yang timbul baik secara vertical maupun horizontal, yang
dimaksud rujukan vertical yaitu suatu rujukan ketempat yang lebih
lengkap sementara rujukan horizontal adalah konsultasi/komunikasi
antar unit yang ada dalam satu rumah sakit.
System rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan
tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu
kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertical maupun
horizontal (Depkes RI, 2007).
b. Tujuan Rujukan
Tujuan dilakukannya rujukan adalah agar setiap penderita mendapat
perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya, menjalin kerjasama
dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang
kurang ke unit yang lebih lengkap, menjalin pelimpahan pengetahuan
dan keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan antara pusat dan
daerah.
Tujuan sistem rujukan neonatus adalah memberikan pelayanan
kesehatan pada neonatus dengan cepat dan tepat, menggunakan fasilitas
kesehatan neonatus seefesien mungkin dan mengadakan pembagian
tugas pelayanan kesehatan neonatus pada unit-unit kesehatan sesuai
dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut serta mengurangi angka
kesakitan dan kematian bayi.
c. Jenis Rujukan
Jenis rujukan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan dalam
hal ini seorang bidan dalam melakukan pelayanan mandiri harus mampu
memahami beberapa jenis rujukan antara lain:
a) Rujukan Medik: Transfer of patient, Transfer of specimen, Transfer
of knowledge/personel; kegiatan rujukan dapat berupa: pengiriman
orang sakit, rujukan kasus-kasus patologi pada kehamilan,
persalinan, dan nifas, pengiriman kasus masalah reproduksi manusia
lainnya, seperti kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi, yang
memerlukan penanganan spesialis; pengiriman barang laboratorium
yaitu hubungan dalam pengiriman, atau pemeriksaan bahan atau
specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap, bila penderita
telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan
kirimkan lagi ke unit yang merujuk, bila mana perlu disertai dengan
keterangan yang lengkap.
b) Rujukan kesehatan adalah rujukan yang menyangkut masalah
kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang
diantaranya meliputi bantuan: survey epidemiologi dan
pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya
penyakit menular, pemberian pangan atas terjadinya kelaparan
disuatu wilayah, penyelidikan penyebab keracunan, bantuan
teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat-obatan untuk
pengungsi atas terjadinya keracunan masal, pemberian makanan,
tempat tinggal dan obat-obatan untuk mengungsi atas terjadinya
bencana alam, sarana dan teknologi penyediaan air bersih atas
masalah kekurangan air bersih kepada masyarakat umum,
pemeriksaan specimer air di laboratorium.
c) Beberapa hal yang harus diperhatikan seorang bidan sebelum
menentukan perlu tidaknya seorang pasien dilakukan rujukan antara
lain:
1. Rujuk ibu apabila didapati salah satu atau lebih penyulit
sebagai berikut: riwayat sectio sesaria, perdarahan
pervagina, persalinan kurang bulan (37 minggu), ketuban
pecah dengan meconium yang kental, ketuban pecah lama
(lebih kurang 24 jam), ketuban pecah pada persalinan
kurang bulan, ikterus, anemia berat, tanda atau gejala
infeksi, preeklamsi atau hipertensi dalam kehamilan, tinggi
fundus 40 cm atau lebih. Gawat janin, premipara dalam fase
aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5,
presentasi bukan kepala, kehamilan gemeli, presentasi
majemuk, talipusat menumbung, dan adanya syok.
2. Rujuk bayi baru lahir, apabila ditemukan tanda-tanda: bayi
lahir dengan kelainan bawaan, bayi dengan tandatanda
infeksi, keliatan tidak sehat (lemas, tidak mau minum),
tidak memberikan reaksi yang baik terhadap resusitasi dan
mengalami kesulitan bernafas yang berkepanjangan.
d) Tingkat rujukan
1. Internal antar petugas disuatu rumah sakit
2. Antara PKM pembantu dengan PKM
3. Antara masyarakat dan PKM
4. Antara satu PKM dengan PKM lainnya
5. Antara PKM dengan RS, Lab, dan fasilitas yankes lainnya
6. Internal antara bagian/ unit pelayanan didalam satu RS
7. Antar RS, Lab atau fasilitas pelayanan lain dan RS
8. Jenjang pelayanan kesehatan
d. Prinsip Rujukan BAKSOKUDoPN
 Bidan/petugas kesehatan yang terampil melakukan resusitasi harus
mendampingi bayi dan ibu/keluarga 
 Alat resusitasi harus dibawa dalam perjalanan menuju tempat
rujukan 
 Keluarga/ibu harus ikut menemani bayi ketempat rujukan 
 Surat rujukan/formulir rujukan tentang data-data yang diperlukan di
atas harus dibawa oleh petugas saat itu 
 Oksigen (jika tersedia) 
 Kendaraan harus disiapkan 
 Uang ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di
temapat rujukan.
 Do(Donor Darah). Siapkan darah untuk sewaktu-waktu
membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan
 Pengiriman Penderita ,Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu
diupayakan kendaraan/ sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita
 Tindak lanjut penderita
 Untuk penderita yang telah dikemalikan
 Harus kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan
tindakan lanjut tapi tidak melapor
e. Perencanaan Rujukan Pada Neonatus, Bayi dan Balita
Bayi muda yang membutuhkan rujukan adalah yang mempunyai
klasifikasi berat (berwarna merah muda) seperti: • Penyakit sangat berat
atau infeksi bakteri berat • Ikterus berat • Diare dehidrasi berat\
Khusus untuk klasifikasi DIARE DEHIDRASI BERAT, jika tidak
ada klasifikasi berat lainnya dan tempat kerja saudara mempunyai
fasilitas dan kemampuan terapi intravena, maka dapat dilakukan langkah
rehidrasi dengan Rencana Terapi C terlebih dahulu sebelum merujuk.
Jika fasilitas tersebut tidak ada, RUJUK SEGERA.

 Bayi baru lahir yang dimaksud dalam manual ini adalah


neonatus berusia antara 0-28 hari.
 Bayi baru lahir tanpa komplikasi dapat ditangani di seluruh jenis
sarana pelayanan kesehatan termasuk RS PONEK apabila sang
ibu bersalin di RS PONEK tersebut (karena masuk kelompok A
dan B1).
 Bayi baru lahir dengan komplikasi dapat lahir dari ibu dengan
komplikasi persalinan maupun dari ibu yang melahirkan
normal, baik di Rumah Sakit PONEK atau di sarana pelayanan
kesehatan primer.
 Bayi baru lahir yang telah pulang pasca kelahiran dan kemudian
kembali lagi ke fasilitas kesehatan karena menderita sakit juga
termasuk dalam manual rujukan ini.
 Bayi baru lahir kontrol ke sarana pelayanan kesehatan sesuai
dengan surat kontrol yang diberikan oleh fasilitas kesehatan di
tempat kelahiran.
 Pengelompokan tingkat kegawatan bayi baru lahir dilakukan
berdasarkan algoritme Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM). Bayi baru lahir dengan sakit berat dirujuk ke Rumah
Sakit PONEK, bayi baru lahir dengan sakit sedang dirujuk ke
Puskesmas PONED, sementara bayi baru lahir sakit ringan
ditangani di sarana pelayanan kesehatan primer atau di sarana
pelayanan kesehatan tempat bayi kontrol
f. Tingkat Unit perawatan BBL
Unit perawatan intensif neonatal ( NICU ), juga dikenal
sebagai ruang perawatan intensif ( ICN ), adalah unit perawatan
intensif (ICU) yang mengkhususkan diri dalam perawatan bayi baru lahir
yang sakit atau prematur. Neonatal mengacu pada 28 hari pertama
kehidupan. NICU biasanya diarahkan oleh satu atau
lebih neonatologists dan dikelola oleh perawat ,  praktisi
perawat , apoteker , asisten dokter, dokter residen , terapis pernapasan ,
dan ahli diet . Banyak disiplin ilmu dan spesialis tambahan tersedia di
unit yang lebih besar.Istilah neonatal berasal dari neo , "baru",
dan natal , "berkaitan dengan kelahiran atau asal". 

Berdasarkan faktor resiko dan kemampuan unit kesehatan, pada


dasarnya tingkat perawatan dibagi menjadi :

1. Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS kelas D,


Puskesmas dengan tempat tidur, Rumah Bersalin.

2. Pelayan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS


Kabupaten, RS Swasta, RS Propinsi.

3. Pelayanan subspesialistis ialah RS kelas A, RS kelas B pendidikan


non pendidikan pemerintah atau swasta.

Sesuai dengan pembagian diatas maka unit perawatan bayi baru


lahir dapat dibagi menjadi:

1) Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III : Merupakan penerima


rujukan baru lahir yang lahir dirumah atau pondok bersalin dengan
memberi pelayanan dasar pada bayi yang baru lahir di Puskesmas
dengan tempat tidur dan rumah bersalin. Kasus rujukan yang dapat
dilakukan adalah : Bayi kurang bulan, sidroma ganguan pernafasan,
kejang, cacat bawaan yang memerlukan tindakan segera, ganguan
pengeluaran mekonium disertai kembung dan muntah, Kuning yang
timbulnya terlalu awalatau lebih dari dua minggu dan diare. Pada
unit ini perlu penguasaan terhadap pertolongan pertama kagawatan
bayi baru lahir seperti pengenalan tanda-tanda sindroma ganguan
nafas, infeksi atau sepsis, cacat bawaan yang memerlukan dengan
segera, masalah ikterus,muntah, pendarahan, barat badan lahir
rendah dan diare.

2) Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II : Pada unit ini telah
ditempatkan sekurang-kurangnya empat tenaga dokter ahli dimana
pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kehamilan dan
persalinan normal maupun resiko tinggi. Perawatan bayi yang baru
lahir pada unit ini meliputi kemampuan pertolongan resusitasi bayi
baru lahir dan resusitasi pada kegawatan selama pemasangan pita
endotrakeal, terapi oksigen pemberian cairan intravena, tetapi sinar
dan tranfusi tukar, penatalaksanaan hipoglikemi, perawatanbayi
berat badan lahir rendah dan bayi lahir dengan tindakan. Sarana
penunjang berupa laboratorium dan pemeriksaan radiologis yang
telah tersedia pada unit init disamping telah dapat dilakukan
tindakan bedah segaera pada bayi- bayi oleh karena telah adanya
dokter bedah.

3) Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I : Pada unit ini semua
aspek yang menyangkut dengan masalah perinatologi dan
neonatologi dapat ditangani disini. Unit ini merupakan pusat rujukan
sehingga kasus yang ditangani sebagian besar merupakan kasus
resiko tinggi baik dalam kehamilan, persalinan maupun bayi baru
lahir.
g. Identifikasi Neonatus Yang Akan Dirujuk
Rujuk bayi baru lahir, apabila ditemukan tanda-tanda: bayi lahir
dengan kelainan bawaan, bayi dengan tandatanda infeksi, keliatan
tidak sehat (lemas, tidak mau minum), tidak memberikan reaksi
yang baik terhadap resusitasi dan mengalami kesulitan bernafas
yang berkepanjangan. Dalam tahap yang lebih awal penolong
persalinan harusnya dapat mengenali bahwa kehamilan yang
dihadapinya adalah suatu kelahiran resiko tinggi, seperti yang tertera
dibawah ini :
 Ketuban pecah dini
 Amnion tercemar mekonium
 Kelahiran prematur < 37 minggu
 Kelahiran post matur > 42 minggu
 Toksemia
 Ibu menderita diabetes mellitus
 Primigravida muda (<17 tahun)
 Primigravida tua (>35 tahun)
 Kehamilan kembar
 Ketidakcocokan golongan darah / resus
 Hipertensi
 Penyakit jantung pada ibu
 Penyakit ginjal pada ibu
 Penyakit epilepsi pada ibu
 Ibu demam / sakit
 Pendarahan ibu
 Sungsang
 Lahir dengan seksio segar / ekstraksi vakum / ekstraksi
forsep
 Kecanduan obat-obatan
 Dicurigai adanya kelainan bawaan 21. Komplikasi obstetri
lain

 Bayi Resiko Tinggi


1. Prematur / berat badan lahir rendah (BB< 1750 –
2000gr)
2. Umur kehamilan 32-36 minggu
3. Bayi dari ibu DM
4. Bayi dengan riwayat apnae
5. Bayi dengan kejang berulang
6. Sepsis
7. Asfiksia Berat
8. Bayi dengan ganguan pendarahan
9. Bayi dengan Gangguan nafas (respiratory distress)

Jadi penolong persalinan harus dapat mengindentifikasi bahwa


ibu yang akan melahirkan, kelak akan lahir bayi resiko tinggi,
penolong persalinan dalam hal ini antara lain :
1) Dukun beranak
2) Bidan desa
3) Perawat bidan
4) Dokter Puskesmas / Dokter umum
5) Dokter di RS kelas D
6) Dokter di RS kelas C
Dalam hal pengindefikasian tersebut yang selalu lebih banyak
mengalami kesukaran adalah dukun beranak, sedangkan bidan
ataupun perawat bidan, lebih mudah oleh karena dalam
pendidikannya dahulu telah diajarkan mengenai persalian dan
neonatus resiko tinggi. Akan tetapi telah dirumuskan bahwa bidan
dapat memberikan alih pengetahuan kepada dukun berupa cara-cara
dalam penanganan kelahiran bayi berupa ketentuanketentuan antara
lain :
 bersihkan saluran nafa,
 bayi jangan kedinginan,
 bila perlu nafas mulut ke mulut, semuanya harus bersih
untuk menghindarkan kemungkinan infeksi,
 perawatan tali pusat dan perawatan bayi yang benar.

h. Mekanisme Rujukan
Pelaksanaan system rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk
bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kedua, dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-
sendiri namun berda disuatu system dan saling berhubungan. Apabila
pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis
tingkat primer maka ia menyalahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat
pelayanan diatasnya, demikian seterusnya.
Apabila seluruh factor pendukung, (pemerintah, teknologi,
transportasi) terpenuhi maka proses akan terpenuhi berjalan dengan baik
dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah
penelitian yang meneliti tentang system rujukan menyatakan bahwa
beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu
tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait,
keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan.
Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu
dan puskesmas.
a. Pada tingkat Kader.
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri
maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat Bidan Desa, Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas.
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus
dirujuk.  

i. Penanganan Awal Rujukan Bayi


 Penanganan Asfiksia Neonatorum.
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan
asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan
bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjut.
 Penanganan gangguan nafas pada penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri berat .
Bidan memposisikan kepala bayi setengah menengadah jika
perlu ganjal dg kain.bersihkan jalan nafas dan berikan oksigen
dengan keteter nasal atau nasal prong dengan kecepatan 0.5
liter/menit.jika mengalami henti nafas segera lakukan resusitasi .
 Penanganan kejang dengan obat anti kejang
1) Anti kejang pertama :fenobarbital (100mg/2ml (IM)) dosis :
30mg=0.6ml
2) Anti kejang kedua :diazepam (per rectal ) dosis : berat<2500 gram
diberikan 0.25ml ,berat >2500 gram diberikan 0.50ml
*diberikan dengan menggunakan semprit 1ml. jika kejan timbul
lagi berikan fenobartial 1kali lagi dengan dosis yg sama,minimal
selang waktu 15 menit.
 Penanganan gula darah tidak turun
Jika bayi masih menyusu maka ibu tetap menyusui bayinya .jika
bayi tdk menyusu namun masih bisa menelan berikan asi dg sendo
atau pipet. Berikan kira kira 20-50 ml sebelum dirujuk.
Alur Pelayanan Bayi Baru Lahir dengan Komplikasi:

Anda mungkin juga menyukai