Anda di halaman 1dari 53

PEMECAHAN MASALAH DENGAN PDCA

PADA KEMATIAN IBU HAMIL

DISUSUN OLEH :
AGUSTIN TRI MAYASARI (11.14.982)
DIAN PERMATASARI (11.14.994)
VIRGILIA DESINYATA D. NONA (11.14.1054)
AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB),
dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan
masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228
per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran
hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.
Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR 19,1 maka terdapat
4.287.198 bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per
tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas. Besaran kematian Neonatal, Bayi dan Balita jauh lebih tinggi, dengan AKN 19/1.000 KH,
AKB 34/1.000 KH dan AKABA 44/1.000 KH berarti ada 9 Neonatal, 17 bayi dan 22 Balita
meninggal tiap jam.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada tahun 2015
diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-
2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam
kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68
menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015.
Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia
(24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi
Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada
ibu hamil ini akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab langsung
kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-lain (33%).

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN
Konsep PDCAcycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930
yang disebut dengan “Shewhart cycle“. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter
Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”. PDCAcycle berguna
sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem.
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCAcycle, yaitu:
a. Plan
1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa
pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu.
2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
 Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam prose
tersebut.
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut


 Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
 Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika
proses

 Teknik yang digunakan : observasi

 Mengunakan alat ukur seperti wawancara

4. Fokus pada peluang peningkatan mutu


 Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
 Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara kenyataan
dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.

5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah


 Menyimpulkan penyebab
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
 Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa

6. Menemukan dan memilih penyelesaian


 Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

b. Do
1. Merencanakan suatu proyek uji coba
 Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.
 Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)

2. Melaksanakan Pilot Project


Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2 minggu)
c. Check
1. Evaluasi hasil proyek
 Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
 Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan
teknik pengumpulan data harus sama)

 Target yang ingin dicapai 80%

 Teknik yang digunakan: observasi dan survei

 Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner

2. Membuat kesimpulan proyek


 Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
 Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain

 Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas

d. Action
1. Standarisasi perubahan
 Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
 Revisi proses yang sudah diperbaiki

 Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada

 Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang
dilakukan.

 Lakukan pelatihan bila perlu

 Mengembangkan rencana yang jelas

 Dokumentasikan proyek

2. Memonitor perubahan
 Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
 Alat yang digunakan : …….

Penyebab kematian ibu adalah :


1. Perdarahan
Perdarahan merupakan gangguan kehamilan yang pasti membuat ibu cemas. Khawatir akan
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada janin. Perdarahan memang belum tentu gejala
keguguran, tapi perlu diperhatikan juga.

Perdarahan memang bisa terjadi kapan pun sepanjang kehamilan. Pada kehamilan trimester
pertama ada empat jenis perdarahan yang bisa terjadi:
 Abortus iminiens. Ini adalah perdarahan pada rahim yang akan menyebabkan keluarnya
sedikit darah, namun embrio utuh dan aman.
 Abortus insipiens. Ini adalah perdarahan yang lebih banyak diikuti rasa mulas, embrio
masih utuh tapi sudah terjadi pembukaan rahim.
 Abortus inkomplet. Ini adalah perdarahan yang sangat banyak dan dapat menimbulkan
syok. Sudah terjadi pengeluaran embrio meski masih ada sisa yang tertinggal di rahim.
 Hamil ektopik. Disebut juga hamil di luar kandungan, 95% kasusnya berupa calon janin
menempel di saluran telur (tuba falopi). Jika terjadi, tindakan yang harus dilakukan adalah
operasi untuk mengeluarkan janin dan mengangkat saluran telur yang robek.
Pada kehamilan trimester 2 dan 3, perdarahan bisa terjadi akibat:
 Plasenta di bawah (plasenta previa), di mana kondisi posisi plasenta menutupi jalan lahir.
Gejalanya, perdarahan tanpa disertai nyeri.
 Plasenta lepas (solutio plasenta), di mana pelekatan plasenta robek sebagian atau lepas.
Gejalanya, perdarahan berupa bercak darah warna merah gelap.

HPP
Perdarahan paska persalinan adalah perdarahan yang terjadi pada masa post partum yang lebih
dari 500 cc segera setelah bayi lahir.
Klasifikasi Perdarahan Post Partum
• Perdarahan post partum / early HPP/ primary HPP adalah perdarahan berlebihan ( 600 ml atau
lebih ) dari saluran genitalia yang terjadi dalam 12 - 24 jam pertama setelah melahirkan.
• Perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/ secondary HPP adalah perdarahan yang terjadi
antara harikeduasampai enam minggu paska persalinan.
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :
• Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
1. Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan perineum, luka episiotomi.
2. Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri, retensi plasenta, inversio
uteri.
3.Gangguan mekanisme pembekuan darah.
• Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan oleh sisa plasenta atau
bekuan darah, infeksi akibat retensi produk pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub
involusi uterus.

2. Pre Eklampsia dan Eklampsia pada kehamilan

Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Sedangkan pengertian eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita pre
eklampsia, yang juga dapat disertai koma.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab
kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kelamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan
berdampak pada ibu dan bayi. Kasus pre-eklampsia dan eklampsia terjadi pada 6-8% wanita
hamil di Indonesia. Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-
eklampsia ringan, pre-eklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi(ibu hamil yang
sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan).
Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas
tidak sama.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pembagian di atas.

Penyebab:
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
“maladaptation syndrome” akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang
mengakibatkan iskemia plasenta (ari – ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang
membawa nutrisi ke janin.

Faktor Risiko :
1. Kehamilan pertama
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan
darah tinggi)
6. Kehamilan kembar
Deteksi dini :
1. Menyaring semua kehamilan primigravida (kehamilan pertama), ibu menikah dan langsung
hamil, dan semua ibu hamil dengan risiko tinggi terhadap pre-eklampsia dan eklampsia.
2. Pemeriksaan kehamilan secara teratur sejak awal triwulan satu kehamilan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui terdapatnya protein dalam air seni, fungsi organ
hati, ginjal, dan jantung, fungsi hematologi / pembekuan darah

3. Infeksi
Secara umum infeksi dalam kehamilan berdasarkan penyebabnya dikelompokan menjadi tiga
penyebab, yaitu :
1. Infeksi Virus ; meliputi varisella zooster, influenza, parotitis, rubeola, virus pernafasan,
enterovirus, parfovirus, rubella, sitomegalovirus.
2. Infeksi bakteri ; meliputi Streptokokus grup A, Streptokokus grup B, Listeriosis, Salmonella,
Shigella, Mourbus Hansen.
3. Infeksi protozoa; meliputi Toksoplasmosis, Amubiasis, amubiasis, infeksi jamur.
4. 3 Terlambat, 4 Terlalu

Angka kematian ibu masih tinggi di Indonesia. Hal ini terjadi karena banyak sekali faktor-faktor
penyulit yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan berbahaya bagi kehamilan dan persalinan.
Untuk mencegah terjadinya penyulit kehamilan, maka perlu untuk menghindari apa yang disebut
dengan 3T dan 4T.
3 Terlambat :
1. Terlambat dalam mencapai fasilitas (Transportasi ke rumah sakit/puskesmas kerana jauh)
2. Terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat di fasilitas pelayanan(kurang
lengkap atau tenaga medis kurang)
3. Terlambat dalam mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan
4 Terlalu :
1. Terlalu muda (usia di bawah 16 tahun)
2. Terlalu tua (usia diatas 35 tahun)
3. Terlalu sering (perbedaan usia antara anak sangat dekat)
4. Terlalu banyak (memiliki lebih dari empat orang anak)

5. Pertolongan Persalinan Tenaga Kesehatan non-medis ( dukun )


1. Pengertian
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh seseorang
yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya dukun bersalin
diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah
turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40 tahun ke
atas ( Prawirohardjo, 2005).
Pendidikan dukun umumnya adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis dengan
kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara pertolongan persalinan secara
teori di bangku kuliah, tetapi mereka hanya berdasarkan pengalaman saja. Peralatan yang
digunakannya hanya seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan bambu, untuk
mengikat tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya menggunakan daun pisang

2. Cara-cara Pertolongan Oleh Tenaga Non-medis


Tak berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak melakukan pemeriksaan kehamilan melalui
indri raba (palpasi). Biasanya perempuan yang mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan
selalu berkonsultasi kepada dukun, bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah yang
datang ketempat praktek bidan untuk berkonsultasi. Sedangkan dukun ia sendiri yang berkeliling
dari pintu ke pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak usia kandungan 7 bulan control dilakukan
lebih sering. Dukun menjaga jika ada gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan
janinnya. Agar janin lahir normal, dukun biasa melakukan perubahan posisi janin dalam
kandungan dengan cara pemutaran perut (diurut-urut)disertai doa
Ketika usia kandungan 4 bulan, dukun melakukan upacara tasyakuran katanya janin mulai
memiliki roh.hal itu terasa pada perut ibu bagian kanan ada gerakan halus. Pada usia kandungan
7 bulan, dukun melakukan upacara tingkeban. Katanya janin mulai bergerak meninggalkan alam
rahim menuju alam dunia, melalui kelahiran. Calon ibu mendapat perawatan khusus, selain
perutnya dielus-elus, badannya juga dipijat-pijat, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Malah
disisir dan di bedaki agar ibu hamil tetap cantik meskipun perutnya makan lama makin besar

3. Faktor-faktor Penyebab Mengapa Masyarakat Lebih Memilih Penolong Bersalin Dengan


tenaga Kesehatan Non-medis
Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan non- medis
daripada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Kemiskinan
b. Masih langkanya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman
c. Kultur budaya masyarakat
d. Masalah Yang Dapat Ditimbulkan Apabila Persalinan Ditolong Oleh Non-medis.

6. Kematian Ibu akibat sarana transportasi

Selain itu, faktor lain yang membuat angka kematian ibu tinggi dikarenakan kendala transportasi,
terutama di pedesaan. Menurutnya, banyak ibu meninggal karena saat ingin melahirkan anak
biasanya harus ke kota atau keluar daerah, mereka mengalami keterlambatan transportasi.

Faktor ketiga ialah keterlambatan fasilitasi, terutama di pedesaan. Apalagi, kesadaran masyarakat
menjadi satu kesatuan yang tak bisa pisahkan. Sehingga, hasilnya melipatgandakan angka
kematian ibu yang harus ditangani
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 KASUS
Di Desa Suka Mundur terdapat 100 orang ibu hamil. Di desa tersebut terdapat Bidan desa baru
pindah, kadesnya aktif, Kader yang aktif ada 10 orang,terdapat kelas ibu hamil ada 2 kelas,
Tabulin baru di buka. Disana ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab dan dapat
berpengaruh terhadap kematian ibu di desa ini. Presentasenya adalah Perdarahan memiliki
presentase 29,35 %, Pre Eklamsi/Eklamsi 27.27%, infeksi 6,06%, dan lain – lain 21, 85%.
Sebagai Bidan Langkah – langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah
sebagai berikut melalui Pembuatan Siklus PDCA :
Pembuatan Siklus PDCA
1. Perencanaan/ Planing
Unsur-unsur rencana kerja
a. Judul Rencana
Menurunkan angka Kematian ibu di desa Sukamundur
b. Rumusan Pernyataan dan uraian masalah
10% AKI di Desa Suka Mundur pada tahun ini mengalami peningkatan.
AKI : Jumlah Kematian Ibu pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas.
Kematian Ibu bisa disebabkan :
1. Perdarahan
2. Pre Eklampsia dan Eklampsia pada kehamilan
3. Infeksi
4. 3 Terlambat, 4 Terlalu
5. Pertolongan Persalinan Tenaga Kesehatan non-medis ( dukun )
6. Kematian Ibu akibat sarana transportasi
c. Rumusan tujuan
Menurunkan angka kematian ibu di Desa Suka mundur
d. Uraian kegiatan
3. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat (termasuk kades)
4. Melakukan pendekatan kepada kader dan paraji
5. Melakukan pendekatan kepada masyrakat setempat
6. Melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai tanda bahaya dalam kehamilan, persiapan
persalinan , dll )
7. Melaksanakan kelas ibu hamil
8. Menyarankan/mengajak ibu untuk menabung sebagai persiapan untuk biaya persalinan ( tabulin)

e. Metode dan kriteria penilaian


1. Melakukan kunjungan rutin Antenatal Care
2. Deteksi dini bahaya kehamilan
3. Melakukan penyuluhan tentang kehamilan
4. Membagikan leaflet seputar kehamilan

f. Waktu
N September oktober
KEGIATAN
O 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan Data x
2 Melaporkan hasil data x
3 Konsultasi x
Penyuluhan dan melakukan
4
kunjungan rumah x x
5 Menyusun rencana kerja baru x
Memantau pelayanan yang telah
6
diberikan x
7 Menilai hasil yang dicapai x

g. Pelaksana
No Pelaksana Uraian tugas dan tanggung jawab
1. Virgilia Pengumpulan data, konsultasi
2. Agustin Penyuluhan
3. Dian P. Memberikan pelayanan kebidanan

h. biaya
Biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan posyandu ini + Rp. 1.500.000

Pengeluaran Biaya
Pengetikan Rp. 250.000
Fotocopi Rp. 150.000
Peralatan penyuluhan RP. 700.000
Konsumsi Rp. 200.000
Transportasi Rp. 200.000
Jumlah Rp. 1.500.000

1. Menetapkan Prioritas Masalah


Dalam kasus di atas yang menjadi priorias masalah adalah kematian ibu sebanyak 5
kasus. Karena selain kematian ibu menjadi indikator kesehatan, selain itu peran ibu itu sangat
penting , anak tidak dapat berkembang dengan baik tanpa kehadiran seorang ibu. Bukan dengan
maksud mengesampingkan bayi, tetapi hidup bayi itu masih panjang, bagaimana kehidupan bayi
itu selanjutkan kalau ibunya tidak ada.
2. Menetapkan Prioritas Penyebab Masalah
Penyebab kematian ibu adalah :
2. Perdarahan
3. Eklampsia
4. Infeksi
5. 3T + 4T
6. Persalinan oleh dukun bayi
7. Kematian Ibu akibat Sarana Transportasi

3. Menetapkan Prioritas Pemecahan Masalah


a. Konseling pada ibu hamil
b. Menjalin kemitraan dengan Paraji
c. Bekerjasama dengan Kader dan masyarakat setempat
d. Mengembangkan kelas ibu hamil

B. DO/ PELAKSANAAN
4. Melaksanakan prioritas pemecahan masalah dengan POA dan Gantt Chart
a. Membuat POA → Format rencana pelaksanaan kegiatan

No. Uraian Sasaran/ Langkah kegiatan Sumber Penanggung Batas


Masalah target daya Jawab waktu
1. Tingginya Menurunkan - Menyediakan alat tersedia  Kades
kematian kematian ibu bantu untuk melakukan  Bidan

ibu di desa konselng (poster, lembar koordinator


 Bidan desa
Sukamundur balik, dll.)
- Melakukan pendekatan
dengan tokoh masyarakat
(termasuk kades)
- Melakukan pendekatan
kepada kader dan paraji
- Melakukan pendekatan
kepada masyrakat setempat
- Melakukan konseling
kepada ibu hamil mengenai
tanda bahaya dalam
kehamilan,persiapan
persalinan , dll )
- Melaksanakan kelas ibu
hamil
- Bermitra dengan paraji
(memberi penjelasan tentang
saja yang bisa dilakukan
paraji)
- Menyarankan/mengajak
ibu untuk menabung sebagai
persiapan untuk biaya
persalinan ( tabulin)
- Mengajak masyarakat
untuk menyisihkan uangnya
tiap minggu secara sukarela
untuk digunakan jika ada
bumil yang kurang mampu
membutuhkan biaya
persalinan (dabulin) atau
dengan menggunakan
sumber daya yang ada di
desa tersebut.
- Bekerjasama dengan
masyarakat untuk pengadaan
transfortasi untuk mencapai
tempat kesehatan, misalnya
dengan menggunakan
kendaraan milik masyarakat
setempat.

b. Membuat Gantt Chart

No Kegiatan Bulan / I II III


Minggu
c. CHECK/ PEMANTAUAN
Setelah melakukan rencana kerja, selanjutnya melakukan check / penilaian
apakah tindakan yang kita lakukan sudah sesuai dengan rencana/ belum, apakah ibu hamil sudah
memahami konseling yang kita berikan/belum memahami, dan apakah ada perubahan pola hidup
yang lebih positif/tidak di desa tersebut.

d. ACTION/PERBAIKAN
Selanjutnya merumuskan tindakan perbaikan apabila terdapat penyimpangan
dari pemantaun yang telah dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

www.ayahbunda.co.id
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. 1998. Jakarta : EGC
Sulaiman, Sastrawinata. Obstetri Patologi. Jakarta : Unpad
Wikipedia. Org.
Mochtar, Rustam. Obstetri Fisiologi. Jakarta : EGC
PENYELESAIAN MASALAH DENGAN SIKLUS PDCA

DISUSUN OLEH
ANASTHASIA SYLVI (11.14.985)
EKA NUR ALFIANI(11.14.997)
MEGA PRATIDINA (11.14.1025)

AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA


SURABAYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas Penyelesaian Masalah dengan Siklus PDCA tepat pada waktunya.
Asuhan kebidanan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Mutu Pelayanan
Kebidanan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
membantu dalam penyelesaian penulisan makalah, antara lain :
1. Sugiarti, SKM, M.Kes., selaku Direktur Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya
2. Henny Juaria, SKM., M.Kes, selaku pengampu mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan di
Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi meningkatkan mutu
makalah ini pada masa mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan
dan teman – teman sejawat lainnya.
Surabaya,
Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat
memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan
untuk menghasilkan dampak Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
Mutu pelayanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam
praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan
bersifat multi dimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung
dari dimensi penilaian yang dipakai. Salah satu cara untuk menilai mutu pelayanan adalah
dengan menggunakan siklus PDCA.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan
kerja, pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan
mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian
masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan siklus PDCA?
2. Bagaimana contoh pemecahan maslah dengan siklus PDCA?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan siklus PDCA
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara menyelesaikan masalah dengan siklus PDCA
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Siklus PDCA


PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" adalah suatu proses
pemecahan masalah empat langkah iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas.
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming
sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang
sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Belakangan, Deming
memodifikasi PDCA menjadi PDSA ("Plan, Do, Study, Act") untuk lebih menggambarkan
rekomendasinya.

2.2 Siklus PDCA


1. Plan (Perencanaan)
Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES apa yang dibutuhkan untuk
menentukan hasil yang sesuai dengan SPESIFIKASI tujuan yang ditetapkan. PLAN ini harus
diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem
Tahapan yang dilakukan :
1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa
pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu.
2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
 Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam prose tersebut.
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
 Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
 Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses

 Teknik yang digunakan : observasi

 Mengunakan alat ukur seperti wawancara


4. Fokus pada peluang peningkatan mutu
 Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
 Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara kenyataan dengan
yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.
5.Mengidentifikasi akar penyebab masalah
 Menyimpulkan penyebab

 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

 Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa


6.Menemukan dan memilih penyelesaian
 Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

2. Do (Kerjakan)
Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan sebelumnya. Ukuran-
ukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN. Dalam konsep DO ini kita harus
benar-benar menghindari penundaan, semakin kita menunda pekerjaan maka waktu kita semakin
terbuang dan yang pasti kerjaan akan bertambah banyak.
Tahapan yang dilakukan :
1. Merencanakan suatu proyek uji coba
 Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.

 Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)


2. Melaksanakan Pilot Project
Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2 minggu)

3. Check (Evaluasi)
Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta melaporkan apa saja
hasilnya. Kita mengecek kembali apa yang sudah kita kerjaan, sudahkan sesuai dengan standar
yang ada atau masih ada kekurangan.
Tahapan yang dilakukan
1. Evaluasi hasil proyek
Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
 Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan teknik
pengumpulan data harus sama)
 Target yang ingin dicapai 80%

 Teknik yang digunakan: observasi dan survei


 Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner

2. Membuat kesimpulan proyek


 Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
 Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain

 Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas

4. Action (Tindak lanjut)


Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan menindaklanjuti
dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita kerjaan masih ada yang kurang
atau belum sempurnya, segera melakukan action untuk memperbaikinya. Proses ACT ini sangat
penting artinya sebelum kita melangkah lebih jauh ke proses perbaikan selanjutnya.
Tahapan yang dilakukan :
1. Standarisasi perubahan
 Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan

 Revisi proses yang sudah diperbaiki

 Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada

 Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan.

 Lakukan pelatihan bila perlu

 Mengembangkan rencana yang jelas

 Dokumentasikan proyek

2. Memonitor perubahan
 Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
 Alat yang digunakan : …….

2.3 Contoh Masalah yang Diselesaikan dengan Siklus PDCA


1. Plan
Masalah
Kurangnya cakupan K1 dan K4 di Puskesmas XXX Surabaya

Judul Rencana
Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas XXX
Surabaya

Rumusan Masalah dan Uraian Masalah


a. Mengapa
Mengapa dilakukan upaya peningkatan mutu pada pelayanan pemeriksaan kehamilan di
Puskesmas XXX Surabaya?
Jawab : karena kurangnya K1 dan K4 di Puskesmas XXX Surabaya
b. Apa
Apa tujuan dilakukannya upaya peningkatan mutu pada pelayanan pemeriksaan kehamilan di
Puskesmas XXX Surabaya?
Jawab : Untuk memenuhi target cakupan K1 dan K4 sesuai target MDGs. K1 sebesar 100% dan
K4 sebesar 95%
c. Siapa
Siapa yang menjadi sasaran dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan di
Puskesmas XXX Surabaya?
Jawab : ibu hamil di wilayah Puskesmas XXX dan petugas pelayanan di Puskesmas XXX
Surabaya
d. Dimana
Dimana dilakukannya upaya peningkatan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan?
Jawab : Di Puskesmas XXX Surabaya
e. Kapan
Kapan dilakukan upaya peningkatan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas XXX
Surabaya?
Jawab : pada bulan Oktober minggu pertama samapai minggu keempat.
f. Bagaimana
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan
di Puskesmas XXX Surabaya?
Jawab : dengan pengadaan pelatihan peningkatan mutu bagi para pelaksana pelayanan
pemeriksaan kehamilan dan penyuluhan bagi ibu hamil tentang pentingnya memeriksakan
kehamilan secara rutin

Rumusan Tujuan
Untuk meningkatkan cakupan K1 dan K4 di Puskesmas XXX Surabaya agar sesuai
dengan target yang diharapakan yaitu cakupan K1 100% dan cakupan K4 95% sesuai MDG’s

Uraian Kegiatan
1. Menyebarkan kuesioner pada ibu hamil yang datang untuk pemeriksaan kehamilan tentang mutu
pelayanan yang dirasakan di Puskesmas XXX Surabaya. Target responden 100 orang ibu hamil.
2. Melakukan interview dengan para petugas pelaksana tentang kendala yang dirasakan saat
melakukan pelayanan
3. Melakukan penilaian / sidak pada petugas pemberi pelayanan pemeriksaan kehamilan
4. Mengadakan penyuluhan pada ibu hamil tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan
5. Mengadakan pelatihan bagi petugas pemberi pelayanan pemeriksaan kehamilan

Kriteria Penilaian
1. Kuesioner, dikatakan berhasil bila ada 100 orang responden yang mengisi kuesioner
2. Interview, dikatakan berhasil jika petugas pelayanan menghadiri interview dan menjawab
pertanyaan interview dengan baik
3. Penilaian / sidak, dikatakan berhasil jika petugas pelayanan didapati menyelenggarakan
pelayanan sesuai protap yang ditentukan
4. Penyuluhan pada ibu hamil, dikatakan berhasil jika ada 100 0rang ibu hamil yang mengikuti
penyuluhan dan ibu hamil tersebut mampu mengulang materi penyuluhan dengan bahasa sendiri
5. Pelatihan petugas, dikatakan berhasil jika petugas menghadiri acara pelatihan dan mampu
mengikuti pelatihan sesuai prosedur yang ditetapkan

Waktu
OKTOBER 2013
KEGIATAN
1 2 3 4
Penyebaran kuesioner
Interview petugas
Penilaian / sidak
Penyuluhan bumil
Pelatihan petugas
Tabel 2.1 Gant Chart waktu pelaksanaan kegiatan di Puskesmas XXX Surabaya

Pelaksana
1. Team Badan Penjamin Mutu Puskesmas XXX sebagai panitia pelaksana
2. Kepala Puskesmas XXX Surabaya
3. Bidan di Puskesmas XXX Surabaya
4. Dokter SpOg sebagai narasumberpenyuluhan
5. Narasumber dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Biaya
1. Kuesioner
Fc kuesioner : 100 x Rp 100 = Rp10000
2. Penyuluhan bumil
Konsumsi : 100 x Rp 4500 = Rp 450000
Fc Materi : 100 x Rp 500 = Rp 50000
Narasumber : = Rp 200000
3. Pelatihan petugas
Konsumsi : 20 x Rp 5000 = Rp 100000
Fc Materi : 20 x Rp 1000 = Rp 20000
Narasumber : = Rp 200000

2. Do
Tanggal Pelaksanaan Jenis Kegiatan
1 Oktober 2013 s/d 7 Oktober 2013 Penyebaran kuesioner bagi ibu hamil
10 Oktober 2013 Interview petugas pelaksana ANC
13 Oktober 2013 Penilaian kinerja petugas (sidak)
Penyuluhan bumil dengan tema “Pentingnya
16 Oktober 2013
ANC rutin”
26 Oktober 2013 Pelatihan petugas pelaksana ANC

3. Check
JENIS KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Penyebaran kuesioner bagi bumil Responden yang mengisi kuesioner hanya
75 orang dan 20 di antaranya mengisi asal -
asalan
Interview petugas pelaksana ANC Petugas mengikuti kegiatan interview dan
menjawab pertanyaan interview dengan baik
(mengatakamn kendala saat pelayanan dan
memberi kritik serta saran mengenai
pelayanan di puskesmas XXX)
Penilaian / sidak kinerja petugas Tanggal pelaksanaan yang sifatnya rahasia
telah bocor ke petugas, sehingga hasilnya
tidak sesuai yang diharapkan karena petugas
telah melakukan persiapan terlebih dahulu
Penyuluhan bumil Bumil yang datang sebanyak 100 orang dan
penyuluhan berjalan lancar. Setelah selesai
penyuluhan bumil dapat mengulang kembali
atau menyimpulkan hasil penyuluhan
dengan bahasa sendiri
Pelatihan bagi petugas 20 petugas menghadiri pelatihan dan
mengikuti pelatihan sesuai prosedur yang
ditetapkan

4. Action
1. Penyebaran kuesioner diganti dengan mewawancarai bumil, sehingga petugas dapat menggali
lebih dalam tentang yang dirasakan bumil mengenai pelayanan yang mereka terima
2. Melakukan uji kompetensi internal (dalam area Puskesmas XXX saja) pada petugas kesehatan
3. Menyediakan kotak saran

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Siklus PDCA merupakan metode untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan menemukan solusi
tepat dalam mengatasi sampai memperkecil masalah yang timbul dalam proses
berorganisasi. Siklus PDCA memiliki empat tahap yang harus dilalui untuk mendapatkan
`masalah yang dihadapi 'ke` masalah harus diselesaikan'. Keempat tahap tersebut
diantaranya Plan-Do-Check-Act.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan di sebuah organinsasi, terutama organisasi kesehatan,
tentu adanya siklus ini sangat membantu untuk menyelesaikan masalah yang ada di organisasi
tersebut.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat
memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan
untuk menghasilkan dampak Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
Mutu pelayanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam
praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan
bersifat multi dimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung
dari dimensi penilaian yang dipakai. Salah satu cara untuk menilai mutu pelayanan adalah
dengan menggunakan siklus PDCA.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan
kerja, pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan
mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian
masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan siklus PDCA?
2. Bagaimana contoh pemecahan maslah dengan siklus PDCA?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan siklus PDCA
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara menyelesaikan masalah dengan siklus PDCA

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Siklus PDCA


PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" adalah suatu proses
pemecahan masalah empat langkah iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas.
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming
sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang
sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Belakangan, Deming
memodifikasi PDCA menjadi PDSA ("Plan, Do, Study, Act") untuk lebih menggambarkan
rekomendasinya.

2.2 Siklus PDCA


1. Plan (Perencanaan)
Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES apa yang dibutuhkan untuk
menentukan hasil yang sesuai dengan SPESIFIKASI tujuan yang ditetapkan. PLAN ini harus
diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem
Tahapan yang dilakukan :
1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa
pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu.
2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
 Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam prose tersebut.
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
 Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
 Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses

 Teknik yang digunakan : observasi

 Mengunakan alat ukur seperti wawancara


4. Fokus pada peluang peningkatan mutu
 Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
 Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara kenyataan dengan
yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.
5.Mengidentifikasi akar penyebab masalah
 Menyimpulkan penyebab

 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

 Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa


6.Menemukan dan memilih penyelesaian
 Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
 Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

2. Do (Kerjakan)
Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan sebelumnya. Ukuran-
ukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN. Dalam konsep DO ini kita harus
benar-benar menghindari penundaan, semakin kita menunda pekerjaan maka waktu kita semakin
terbuang dan yang pasti kerjaan akan bertambah banyak.
Tahapan yang dilakukan :
1. Merencanakan suatu proyek uji coba
 Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.

 Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)


2. Melaksanakan Pilot Project
Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2 minggu)

3. Check (Evaluasi)
Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta melaporkan apa saja
hasilnya. Kita mengecek kembali apa yang sudah kita kerjaan, sudahkan sesuai dengan standar
yang ada atau masih ada kekurangan.
Tahapan yang dilakukan
1. Evaluasi hasil proyek
Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
 Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan teknik
pengumpulan data harus sama)
 Target yang ingin dicapai 80%

 Teknik yang digunakan: observasi dan survei

 Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner

2. Membuat kesimpulan proyek


 Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
 Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain

 Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas

4. Action (Tindak lanjut)


Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan menindaklanjuti
dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita kerjaan masih ada yang kurang
atau belum sempurnya, segera melakukan action untuk memperbaikinya. Proses ACT ini sangat
penting artinya sebelum kita melangkah lebih jauh ke proses perbaikan selanjutnya.
Tahapan yang dilakukan :
1. Standarisasi perubahan
 Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan

 Revisi proses yang sudah diperbaiki

 Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada

 Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan.

 Lakukan pelatihan bila perlu

 Mengembangkan rencana yang jelas

 Dokumentasikan proyek

2. Memonitor perubahan
 Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
 Alat yang digunakan : …….

2.3 Contoh Masalah yang Diselesaikan dengan Siklus PDCA


1. Plan
Masalah
Kurangnya cakupan K1 dan K4 di Puskesmas XXX Surabaya

Judul Rencana
Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas XXX
Surabaya

Rumusan Masalah dan Uraian Masalah


a. Mengapa
Mengapa dilakukan upaya peningkatan mutu pada pelayanan pemeriksaan kehamilan di
Puskesmas XXX Surabaya?
Jawab : karena kurangnya K1 dan K4 di Puskesmas XXX Surabaya
b. Apa
Apa tujuan dilakukannya upaya peningkatan mutu pada pelayanan pemeriksaan kehamilan di
Puskesmas XXX Surabaya?
Jawab : Untuk memenuhi target cakupan K1 dan K4 sesuai target MDGs. K1 sebesar 100% dan
K4 sebesar 95%
c. Siapa
Siapa yang menjadi sasaran dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan di
Puskesmas XXX Surabaya?
Jawab : ibu hamil di wilayah Puskesmas XXX dan petugas pelayanan di Puskesmas XXX
Surabaya
d. Dimana
Dimana dilakukannya upaya peningkatan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan?
Jawab : Di Puskesmas XXX Surabaya
e. Kapan
Kapan dilakukan upaya peningkatan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas XXX
Surabaya?
Jawab : pada bulan Oktober minggu pertama samapai minggu keempat.
f. Bagaimana
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan
di Puskesmas XXX Surabaya?
Jawab : dengan pengadaan pelatihan peningkatan mutu bagi para pelaksana pelayanan
pemeriksaan kehamilan dan penyuluhan bagi ibu hamil tentang pentingnya memeriksakan
kehamilan secara rutin

Rumusan Tujuan
Untuk meningkatkan cakupan K1 dan K4 di Puskesmas XXX Surabaya agar sesuai
dengan target yang diharapakan yaitu cakupan K1 100% dan cakupan K4 95% sesuai MDG’s

Uraian Kegiatan
1. Menyebarkan kuesioner pada ibu hamil yang datang untuk pemeriksaan kehamilan tentang mutu
pelayanan yang dirasakan di Puskesmas XXX Surabaya. Target responden 100 orang ibu hamil.
2. Melakukan interview dengan para petugas pelaksana tentang kendala yang dirasakan saat
melakukan pelayanan
3. Melakukan penilaian / sidak pada petugas pemberi pelayanan pemeriksaan kehamilan
4. Mengadakan penyuluhan pada ibu hamil tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan
5. Mengadakan pelatihan bagi petugas pemberi pelayanan pemeriksaan kehamilan

Kriteria Penilaian
1. Kuesioner, dikatakan berhasil bila ada 100 orang responden yang mengisi kuesioner
2. Interview, dikatakan berhasil jika petugas pelayanan menghadiri interview dan menjawab
pertanyaan interview dengan baik
3. Penilaian / sidak, dikatakan berhasil jika petugas pelayanan didapati menyelenggarakan
pelayanan sesuai protap yang ditentukan
4. Penyuluhan pada ibu hamil, dikatakan berhasil jika ada 100 0rang ibu hamil yang mengikuti
penyuluhan dan ibu hamil tersebut mampu mengulang materi penyuluhan dengan bahasa sendiri
5. Pelatihan petugas, dikatakan berhasil jika petugas menghadiri acara pelatihan dan mampu
mengikuti pelatihan sesuai prosedur yang ditetapkan

Waktu
OKTOBER 2013
KEGIATAN
1 2 3 4
Penyebaran kuesioner
Interview petugas
Penilaian / sidak
Penyuluhan bumil
Pelatihan petugas
Tabel 2.1 Gant Chart waktu pelaksanaan kegiatan di Puskesmas XXX Surabaya

Pelaksana
1. Team Badan Penjamin Mutu Puskesmas XXX sebagai panitia pelaksana
2. Kepala Puskesmas XXX Surabaya
3. Bidan di Puskesmas XXX Surabaya
4. Dokter SpOg sebagai narasumberpenyuluhan
5. Narasumber dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Biaya
1. Kuesioner
Fc kuesioner : 100 x Rp 100 = Rp10000
2. Penyuluhan bumil
Konsumsi : 100 x Rp 4500 = Rp 450000
Fc Materi : 100 x Rp 500 =Rp 50000
Narasumber : = Rp 200000
3. Pelatihan petugas
Konsumsi : 20 x Rp 5000 = Rp 100000
Fc Materi : 20 x Rp 1000 = Rp 20000
Narasumber : = Rp 200000

2. Do
Tanggal Pelaksanaan Jenis Kegiatan
1 Oktober 2013 s/d 7 Oktober 2013 Penyebaran kuesioner bagi ibu hamil
10 Oktober 2013 Interview petugas pelaksana ANC
13 Oktober 2013 Penilaian kinerja petugas (sidak)
Penyuluhan bumil dengan tema “Pentingnya
16 Oktober 2013
ANC rutin”
26 Oktober 2013 Pelatihan petugas pelaksana ANC

3. Check
JENIS KEGIATAN HASIL KEGIATAN
Penyebaran kuesioner bagi bumil Responden yang mengisi kuesioner hanya
75 orang dan 20 di antaranya mengisi asal -
asalan
Interview petugas pelaksana ANC Petugas mengikuti kegiatan interview dan
menjawab pertanyaan interview dengan baik
(mengatakamn kendala saat pelayanan dan
memberi kritik serta saran mengenai
pelayanan di puskesmas XXX)
Penilaian / sidak kinerja petugas Tanggal pelaksanaan yang sifatnya rahasia
telah bocor ke petugas, sehingga hasilnya
tidak sesuai yang diharapkan karena petugas
telah melakukan persiapan terlebih dahulu
Penyuluhan bumil Bumil yang datang sebanyak 100 orang dan
penyuluhan berjalan lancar. Setelah selesai
penyuluhan bumil dapat mengulang kembali
atau menyimpulkan hasil penyuluhan
dengan bahasa sendiri
Pelatihan bagi petugas 20 petugas menghadiri pelatihan dan
mengikuti pelatihan sesuai prosedur yang
ditetapkan

4. Action
1. Penyebaran kuesioner diganti dengan mewawancarai bumil, sehingga petugas dapat menggali
lebih dalam tentang yang dirasakan bumil mengenai pelayanan yang mereka terima
2. Melakukan uji kompetensi internal (dalam area Puskesmas XXX saja) pada petugas kesehatan
3. Menyediakan kotak saran
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Siklus PDCA merupakan metode untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan menemukan solusi
tepat dalam mengatasi sampai memperkecil masalah yang timbul dalam proses
berorganisasi. Siklus PDCA memiliki empat tahap yang harus dilalui untuk mendapatkan
`masalah yang dihadapi 'ke` masalah harus diselesaikan'. Keempat tahap tersebut
diantaranya Plan-Do-Check-Act.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan di sebuah organinsasi, terutama organisasi kesehatan,
tentu adanya siklus ini sangat membantu untuk menyelesaikan masalah yang ada di organisasi
tersebut.
penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep PDCA (Plan, Do, Check, Action)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 angka kematian ibu masih
tinggi yaitu 262/100.000 kelahiran hidup yang masih jauh diatas target. Angka Kematian Ibu (AKI) untuk
MDG’s pada tahun 2015 yaitu sekitar 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia mencapai 35/1.000 kelahiran hidup atau dua kali lebih bessar dari target World Health
Organization (WHO) sebesar 15/1.000 kelahiran hidup (Anonim, 2007). Berdasarkan profil Kesehatan
Sumatera Barat tahun 2007 AKI berkidar 228/100.000 kelahiran hidup dan AKB 30/1.000 kelahiran hidup
(Profil Dinkes Sumbar, 2007).
Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) perlu peningkatan
standar dalam menjaga mutu pelayanan kebidanan. Ujung tombak penurunan AKI tersebut adalah
tenaga kesehatan , dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu pelayanan kebidanan harus mengupayakan
peningkatan mutu dan memberi pelayanan sesuai standar yang mengacu pada semua persyaratan
kualitas pelayanan dan peralatan kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus
pembangunan kesehatan terhadap tingginya AKI dan AKB masih terus menjadi perhatian yang sangat
besar dari pemerintah karena salah satu indikator pembangunan sebuah bangsa AKI dan AKB.
Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang kesehatan dimana
perawat dan bidan terlibat didalamnya. Untuk dapat mempertahankan eksistensinya, maka setiap
organisasi dan semua elemen-elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu
pelayanannya secara terus menerus.. Kecenderungan masa kini dan masa depan menunjukkan bahwa
masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan kualitas hidup (quality of
life). Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari untk memperoleh jaminan
kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat pemahaman
masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan
semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu
peningkatan mutu kinerja setiap bidan perlu dilakukan terus menerus.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat
dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah dan terencana ,dalam ilmu administrasi
kesehatan dikenal dengan nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan (Quality Assurance
Program ). Pengertian mutu pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO 1988 adalah penampilan
yang pantas atau sesuai yang berhubungan dengan standar-standar dari suatu intervensi yang diketahui
aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan yang telah mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan
gizi (Anonim, 2011).
Azwar (1996)mengatakan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan
yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan peraturan Undang-
Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya;
tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan
bermutu (Muda, 2008).

Tujuan pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah mewujudkan Indonesia sehat 2015
yang antara lain memuat harapan agar penduduk Indonesia memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu.
Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama
dan juga merupakan wadah peran serta masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang
tersebar luas di seluruh pelosok tanah air.

Oleh sebab itu pelayanan kesehatan yang baik memiliki peranan penting untuk memberikan
kepuasan terhadap pasien. Pelayanan yang berkualitas adalah harapan pelanggan/pasien untuk tetap
memilih suatu tempat pelayanan medis (Klinik, Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas dan
sebagainya) untuk kebutuhan layanan medis.

Aspek kualitas dan nilai pelayanan harus dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi petugas dan dari sisi
pasien. Dari sisi petugas, kualitas pelayanan berarti keleluasaan dalam melakukan tindakan yang tepat
untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien sesuai dengan standar teknis yang berlaku. Dari sisi
pasien, Pelayanan kesehatan dianggap berkualitas jika sesuai dengan harapannya.
Berdasarkan studi pendahuluan tersebut penulis tertarik untuk melakukan peninjauan mengenai
” Penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah mengenai cara penilaian mutu pelayanan
kebidanan berdasarkan daftar tilik yang di kembangkan melalui konsep PDCA (Plan, Do, Check, Action)

C. TujuanUmum

Untuk mengetahui tentang cara penilaian mutu pelayanan kebidanan berdasarkan siklus PDCA (Plan, Do,
Check, Action)

D. TujuanKhusus
1. Untukmengetahuipengertian penilaian mutu
2. Untuk mengetahui cara menganalisa masalah berdasarkan siklus PDCA
3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi siklus PDCA dalam pelayanan kebidanan

II

PEMBAHASAN

“Mutu” dapat diartikan sebagai “Derajat Kesempurnaan”


atau “Tingkat Kesempurnaan Penampilan” dalam hal ini adalah
Tingkat Kesempurnaan Penampilan dari Pelayanan Kesehatan.

Untuk mengukur Derajat Kesempurnaan tentunya harus


dibandingkan dengan sesuatu keadaan kesempurnaan yang di
idamkan atau yang ditetapkan yang dinamakan Standar.

Untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan bisa dilakukan dengan membandingkan Penampilan
Pelayanan Kesehatan dengan standar pelayanan kesehatan yang ditetapkan
Mutu pelayanan kesehatan itu sangat subjektif tergantung pada persepsi, sistim nilai, latar
belakang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan banyak faktor lain baik pada masyarakat ataupun
pribadi-pribadi terkait pada jasa pelayanan kesehatan

Dalam program menjaga mutu terdapat kumpulan masalah yang harus diselesaikan, setelah cara
penyelesaian masalah berhasil ditetapkan, kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan pada Program
Menjaga Mutu adalah melaksanakan cara penyelesaian tersebut sedemikian rupa sehingga mutu
pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan. Dalam program menjaga mutu, pelaksanaan kegiatan ini
tercakup dalam suatu siklus kegiatan tertentu yang dikenal dengan nama siklus PDCA ( Plan, Do, Check,
Action)

A. Penilaian Mutu

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil
kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan (Saifudin, 2006).

Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :

 Kompetensi Teknis (Technical competence)

 Akses terhadap pelayanan (Access to service)

 Efektivitas (Effectiveness)

 Efisiensi (Efficiency)

 Kontinuitas (Continuity)

 Keamanan (Safety)

 Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)

 Kenyamanan (Amenities
Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian.
Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan
bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari
dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :

a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan
klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klien
b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan
dan kemampuan menekan beban biaya.

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman
pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and demannds)
klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction)
terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan,
maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :

1. Struktur
 Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan,
sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
 Struktur = input
 Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :
a. Jumlah, besarnya input
b. Mutu struktur atau mutu input
c. Besarnya anggaran atau biaya
d. Kewajaran

2. Proses

 Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
 Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan
kasus.
 Baik tidaknya proses dapat diukur dari :

a. Relevan tidaknya proses itu bagi klien


b. Fleksibilitas dan efektifitas

c. Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya

d. Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

3. Outcomes

 Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien
 Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.

 Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.

 Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien

Langkah-kangkah dalam menetapkan masalah mutu:


1. Menyusun daftar masalah
Menggunakan tekhnik kesepakatan kelompok (group decision making):
 Curah pendapat (brain storming)
 Kelompok minimal (nominal group)
2. Melakukan konfirmasi daftar masalah
Dapat dilakukan dengan:
 Mengumpulkan daftar masalah secara langsung
 Mengumpulkan daftar masalah secara tidak langsung, yaitu dengan meminta pendapat staf lain yang
terkait tentang kebinaran daftar masalah yang telah disusun
3. Menetapkan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan
 Kesepakatan (consensus)
 Pemungutan suara
4. Merumuskan masalah
 Apa masalahnya
 Siapa yang terkena masalah
 Seberapa besar masalah itu
 Dimana terjadinya
 Bilamana masalah itu terjadi
5. Menetapkan penyebab masalah mutu, bisa berasal dari:
 Unsur masukan (Input)
 Unsur proses (process)
 Unsur lingkungan (environmnet)

Langkah menetapkan penyebab masalah mutu:


1. Menyusun daftar penyebab masalah
Penyebab masalah adalah “sebab” yang telah teridentifikasi. Gunakan teknik curah pendapat atau
kelompok nominal. Untuk membantu menyusun daftar penyebab, dapat menggunakan diagram tulang
ikan (fish bone diagram)
2. Konfirmasi daftar penyebab masalah
 Melihat/ mengakaji daftar penyebab masalah
 Menanyakan daftar penyebab masalah kepada staf yang terkait
3. Menetapkan urutan prioritas penyebab masalah
 Dapat menggunakan teknik kriteria matriks

Namun lazimnyadigunakan siklus PDCA, yang dijelaskan dibawah ini:

B. Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang
disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari 'Plan, Do, Check, Act'
('Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti'), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah
interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh
Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu
merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap
sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan
suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.

PDCA merupakan rangkaian

kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawasan kerja dan perbaikan kerja
yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan.
Gb1. Siklus PDCA

Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai
berikut :Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan ( Plan )

Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya
menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap
serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara
penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang
baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:

a. Judul rencana kerja (topic)


b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement)
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai ( goal, objective,
and target)
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities)
e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f. Biaya yang diperlukan (budget)
g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone)

2. Pelaksanaan ( Do )

Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan
rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu
diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana
yang akan dilaksanakan.

Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk
dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu:

a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara


pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian
masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah
mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check )

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai
dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :

a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau

Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering
dipergunakan yakni :

1) Lembaran pemeriksaan (check list)

Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik
setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:

a) Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati


b) Tetapkan jangka waktu pengamatan
c) Lakukan perhitungan penyimpangan

2) Peta kontrol (control diagram)

Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi
dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :

a) Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum


b) Tentukan prosentase penyimpangan
c) Buat grafik penyimpangan
d) Nilai grafik

4. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian
masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali.
Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari
kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

ANALISA PDCA
PLAN :Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara berkesinambungan :

 Apa yang diperbaiki


 Siapa yang terlibat
 Kapan dilaksanakan
 Dimana dilaksanakan
 Bagaimana caranya
 Ke arah mana goalnya

DO :Melaksanakan perubahan berdasarkan rencana yang ditetapkan

 Siapa yang melaksanakan perubahan


 Kapan dilaksanakan perubahan
 Sarana apa saja yang dibutuhkan
 Bagaimana mekanisme pelaksanaan
 Lokasi mana sebagai uji coba

CHECK :Mengamati pengaruh perubahan

 Apa pelaksanaan telah sesuai rencana


 Apakah proses perubahan perlu perbaikan ditinjau dari klien
 Faktor apa yang mendukung
 Faktor apa yang menghambat
 Perubahan dari sisi mutu pelayanan

ACTION :Bertindak berdasarkan hasil evaluasi dan lanjutan perbaikan proses

 Melihat hasil dari Check


 Menetapkan mekanisme perubahan
 Menentukan protap terkini
 Menentukan sasaran perubahan
 Advokasi perubahan
 Penilaian berkelanjutan

IMPLEMENTASI

Implementasi konsep PDCA

Konsep PDCA yang pada hakekatnya merupakan siklus, maka pada implementasinya akan
membangun budaya mutu yang continual improvement. Implementasi konsep PDCA untuk desain
wewenang dan tanggungjawab dijabarkan berikut ini.

Penjabaran dari konsep PDCA ini ke dalam kata-kata operasional adalah sebagai berikut:

 Plan : menyusun, merencanakan, mengkoordinasikan, mensosialisasikan,mengkomunikasikan,


 Do : melakukan, melaksanakan, menerapkan, mengimplementasikan,
 Check : memeriksa, memonitor, mengecek, mengukur, mengevaluasi, mengoreksi
 Act : melaporkan, mempertanggungjawabkan, menindaklanjuti, memperbaiki, meningkatkan.

ILUSTRASI 1

Contoh pembuatan Puskesmas dengan siklus PDCA

Latar Belakang

Puskesmas Padusunan ini dalam pembangunannya bertujuan untuk memberikan layanan


kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memnuhi kebutuhan yang
dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang baik, tepat waktu tanggap serta mampu
menyembuhkan keluhan serta mencegah berkembangnya penyakit atau meluasnya penyakit.

Di dalam Puskesmas Padusunan memberikan pelayanan serta fasilitas-fasilitas yang ada


didalamnya seperti ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol layanan pendukung lainnya
yang semoga saja menjadi suatu yang efektif serta efisien untuk menyelenggarakan layanan kesehatan
yang bermutu tinggi.
Dalam sistem Puskesmas Padusunan ini tidak luput merupakan tugas untuk bagaimana
membangun dengan indikator Mutu pelayanan Kebidanan maka Kami membuat suatu perencanaan di
dalamnya penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Daftar Tilik, kami menggunakan sistem
PDCA (Plan, Do, Check, Action) yaitu Rencanakan, Kerjakan, Cek dan Tindak lanjuti.

Puskesmas Padusunan

1. Denah Puskesmas Padusunan

Denah lokasi puskesmas padusunan

2. Ruang-ruang di Puskesmas Padusunan :

a. Ruang Prndaftaran
b. Ruang Karyawan
c. Ruang Tunggu
d. Toilet
e. Ruang Tunggu Rawat Inap
f. Ruang Persalinan
g. Ruang Water Bone
h. Ruang Bayi
i. Mother corner
j. Ruang Balita
k. Ruang Pemeriksaan
l. Apotik
m. Kantin
n. Parkir / Halaman
3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi sebagai berikut:
a. Ketua :
b. Wakil :
c. Sekretaris :
d. Administrasi :
e. Kepala Ruangan :
f. Gizi :
g. Humas :
h. Fasilita :
i. Sie Kebersihan :
4. Pelayanan Di Puseksmas Padusunan
Dalam hal ini kami merencanakan Berbagai pelayanan-pelayanan atau fasilitas-fasilita yang ada
di Puseksmas Padusunan diantaranya Yaitu:
a. Persalinan normal dengan perlengkapan yg lengkap

Fasilitas ini kami sediakan untuk menambah nilai mutu pelayanan agar klien merasa nyaman dan aman
saat akan melakukan persalinan karena apa yang di butuhkan klien sudah tersedia di ruang persalinan.

b. Layanan rujukan

Kami juga mempunyai layanan rujukan, agar jika terjadi diluar kehamilan normal kami telah siap dengan
merujuk klien di rumah sakit yang kami tunjukkan karna kami bekerja sama dengan pihak rumah sakit.

c. Ruangan Khusus perawatan Bayi

Kami menyediakan ruangan khusus perawatan Bayi agar bayi dapat beristirahat atau tersedinya
kebutuhan bayi di ruangan ini

d. Senam Hamil

Senam Hamil bertujuan untuk meningkatkan kesehatan Ibu dan Janin dan juga untuk memuaskan Ibu
dalam pelayan kami

e. Senam Nifas

Senam nifas ini agar keluhan-keluhan yang di alami ibu dapat berkurang dan sebelum ibu pulang senam
nifas ini dilakukan

f. Penyuluhan Mengenai Perawatan Bayi


Di Puseksmas Padusunan ini kami menyediakan pendidikan tentang bagaimana ibu merawat bayi saat di
rumah nanti agar anak tersebut mendapatkan asupan dan kebutuhan yang cukup

g. Pelayanan KB

Kami juga menyediakan pelayanan KB lengkap

h. Other corner

Ruangan ini bila ibu ingin melakukan persalinan tekniik di air

i. Ruang Perawatan Balita


j. Perawatan Ibu dan Bayi selama 5 hari 4 malam

Kami menyediakan perawatan ibu dan Bayi selama 5 hari 4 malam dalam hal ini selama dalam
perawatan di Puskesmas Padusunan ibu dan bayi di rawat, memberikan kebutuhan yang di butuhkan,
pendidikan tentang bayi dan sebagainya

5. Beberapa Fasilitas Di Puseksmas Padusunan


Terdapat fasilitas di ruang masing-masing kami akan menyebutkan di antaranya saja yaitu:

a. Ruang Pendaftaran
 Perlengkapan Alat Tulis
 Komputer
 Loker
 Meja
 Kursi
 Kipas Angin
 TV
b. Fasilitas Ruang Persalinan
 2 buah tempat tidur untuk bersalin
 Alat vacuum ekstraktor sebagai alat bantu pertolongan persalinan dengan ekstrasi vacum
 CTG untuk mendeteksi detak jantung
 Tabung Oksigen
 Air Conditioner
 Toilet
c. Fasilitas Ruang Balita

 Tempat tidur Balita


 Lemari Untuk Perlengkapan Balita
 Karpet
 AC
 Mainan Anak-anak
 Tempat Sampah medis Non medis
 Sofa
 Westafel
 Toilet
 Tabung Oksigen
 Kamera CCTV

d. Fasilitas Ruang Bayi


 Tempat tidur Bayi
 3 Lemari Untuk perlengkapan Bayi
 Kereta bayi
 Karpet
 Inkubator
 Tabung oksigen
 Mainan

Melaksanakan PDCA di Ruang Bayi Dan Balita

1. PLANT
Merencanakan meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas di ruang bayi dan balita
yang melibatkan seluruh anggota petugas yang bekerja di Puskesmas Padusunan di laksanakan
Minggu depan Perencanaan tersebut yaitu menambah fasilitas – fasilitas yang ingin tercakupi di
ruang bayi dan balita agar nilai mutu pelayanan mengalami peningkatan.
Pencakupan fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya:

Fasilitas di ruangan Bayi dan Balita:

a. Perawatan Bayi dan Balita Khusus


Kami disini ingin perawatan bayi dan balita khusus terpisah dengan ruangannya agar kenyaman
masing-masing antara bayi dan balita memuaskan
b. Pemijatan Bayi
Di ruangan bayi kamu juga akan melakukan pemijatan bayi agar bayi merasa relaks dan peredaran
darah bayi lancar.
c. Memandikan bayi
Agar bayi selalu segar dan bersih dan juga untuk kesehatannya kebutuhan bayi pun terpenuhi.
d. Menyusui Bayi
Setiap 2 jam sekali bayi di serahkan kepada ibunya untuk di susui atau ibunya bisa menghampiri
bayinya untuk menyusi bila sudah kuat karena tersedia sofa.
e. Keamanan CCTV
f. Penjemuran
g. Kenyamanan Bayi dan Balita

2. DO
Melaksanakan perubahan – perubahan dilaksanakan oleh petugas yang bertugas di ruangan
Bayi dan Balita. Dalam hal ini kami mencoba pelaksanaan yang akan kami terpkan di ruang bayi
Sarana Yang di butuhkan diantaranya:
a. Ruangan Bayi
 6 Tempat tidur bayi dan balita
 Mainan
 3 Kereta Bayi
 Karpet
 Gambar / hiasan dinding
 Inkubator
 Tong sampah
 Westafel
 2 Bath tube
 4 Kamera CCTV
 Penghangat Ruangan
 1 Kipas Angin
 Sofa
 Atap Otomatis

b. Ruangan Balita
 Tempat tidur Balita
 1 Tabung oksigen
 1 AC
 Mainan
 Gambar/hiasan dinding
 2 Kamera CCTV
 Toilet
 Sofa
 Lemari
 Westafel

Mekanisme pelaksanaan :

a. Setelah 6 jam bayi lahir dan di susui bayi di mandikan


b. Di tidurkan di tempat tidur
c. Setiap 2 jam sekali bayi di serahkan kepada ibunya untuk di susui atau ibunya bisa menghampiri
bayinya untuk menyusi bila sudah kuat karena tersedia sofa
d. Bayi juga di beri penerangan yang cukup
e. Suhu bayi terjaga karena terdapat pengatur suhu
f. Bila bayi masih di rawat di Puskesmas Padusunan di pagi hari bayi di jemur selama 30 menit
g. Pemijatan bayi di pagi hari
h. Bayi dimandikan 2kali sehari
i. Mengadakan terapi otak untuk melatih sistem kerja otak kiri dan kanan contoh nya
j. Bermain puzzle dan mengadakan permainan lain nya
k. Memeberikan pendididkan anak usia dini kepada masing masing ibu
l. Mengadakan imunisasi
m. Bila bayi masih di rawat di Puskesmas Padusunan di pagi hari bayi di jemur selama 30 menit
n. Pemijatan bayi di pagi hari
o. Bayi dimandikan 2kali sehari

3. CHECK

Pelaksanaan tersebut lumayan baik terlaksana perubahan tersebut perlu ditinjau dari klien:
Faktor mendukung:

a. Fasilitas meningkat
b. Bayi dan balita terjaga dan ibu merasa puas
c. Kebutuhan bay dan balita lebih terpenuhi

Faktor Penghambat:

a. Petugas mungkin merasa kelelahan karna terus menjaga bayi dan balita
b. Biaya mahal
c. Keinginan pasien yang selalu ingin di utamakan

4. ACTION
Terlihat dari check bahwa faktor tersebut meningkatkan mutu pelayanan sehingga klien
merasa puas namun dalam hal ini juga terdapat penghambat yaitu petugas merasa kelelahan karna
terus mengawasi bayi dan juga biaya yang dikeluarkan klien pun terbilang mahal karena fasilitas
tersebut sehingga mutu pelayanan tersebut hanya bisa di rasakan oleh kalangan menengah ke atas.
Akan tetapi Puskesmas Padusunan ini memberikan kesempatan untuk kalangan tidak mampu
dan menengah dengan di adakan surat keterangan tidak mampu .

Kami akan memberikan toleransi kepada keluarga tidak mampu agar dapat pelayanan kesehatan
yang baik.Dan Puskesmas Padusunan ini mengadakan pendidikan kesehatan bagi remaja, bumil,
bufas dan balita

KHUSUS :
Puskesmas Padusunan ini menyediakan program “ aku dan ibu”.
Program ini memberikan pedidikan untuk balita dan ibu bagaimana cara menangani balita yg aktif,
pasif maupun yg kekurangan/cacat mental.

ILUSTRASI 2

PERMASALAHAN YANG ADA PADA PUSKESMAS “T” :

 Ruang periksa KIA sempit


 Ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap NIFAS
 Kurangnya tenaga kesehatan yang profesional

4. RUANG PERIKSA KIA SEMPIT


a. Dari hasil penelitian tiap ruangan → paling bermasalahruangan KIA
b. Penyebab:
Terbatasnya lahan yang disediakan untuk pembangunan tempat pelayanan kesehatan dan terlalu
banyak pasien sehingga ruangan sangat pengap dan sempit
c. Rekomendasi peneliti:
 Ubah kondisi ruang periksa KIA dengan penataan tempat yang lebih nyaman
 Memperluas lahan ruang periksa KIA
5. RUANG RAWAT INAPNYA KURANG MEMADAI DAN PERLU DITAMBAH KHUSUSNYA RUANG RAWAT
INAP NIFAS

a. Kondisi sekarang : 1 ruangan KIA,1 ruangan UGD ,dan terdapat 2 ruangan rawat inap yang mana
ruangaan 1 khusus pasien dewasa dan ruangan 2 khusus pasien anak-anak

b. Penyebab :

 Terbatasnya dana untuk pembangunan tempat pelayanan


 Terbatasnya lahan yang disediakan oleh pihak pemerintah

c. Rekomendasi peneliti :

 Ajukan tambahan dana pada dinas kesehatan untuk perbaikan tempat pelayanan sehingga tenaga
kesehatan dapat memberikan fasilitas yang memuaskan pada pasien
6. KURANGNYA TENAGA KESEHATAN YANG PROFESIONAL

a. Kondisi sekarang: satu dokter spesialis terjadwal dan tidak menetap.

b. Penyebab:

 Kurangnya pengetahuan dari tenaga kesehatan dalam segi teori


 Kurangnya pengalaman dalam melakukan tindakan
 Pasien berharap bisa mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dan lebih mudah prosedurnya

c. Rekomendasi peneliti:

 Tes penerimaan tenaga kesehatan baru lebih diperketat


 Beri penjelasan kepada pasien bahwa menyediakan tenaga kesehatan yang professional di
puskesmas bukanlah suatu hal yang mudah.

PLANT (P) perencanaaan dari masalah :

1. Ruang Periksa KIA Sempit

 Merencanakan perubahan ruangan

2. Ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap NIFAS
 Merencanakan pengajuan penambahan dana pada dinas kesehatan

3. Kurangnya tenaga kesehatan yang profesional

 Mengadakan penerimaan tenaga kesehatan baru yang lebih prifesional

DO (D) /Pelaksanaan

1. Ruang Periksa KIA Sempit


 Ubah kondisi ruangan periksa KIA dengan penataan tempat yang nyaman
2. Ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap NIFAS
 Rujukan tambahan dana pada dinas kesehatan untuk perbaikan fasilitas pelayanan
3. Kurangnya tenaga kesehatan yang profesional
 Menerima tenaga kesehatan baru yang lebih berkompeten melalui penyaringan yang lebih ketat

CHECK (C)

1. Ruang Periksa KIA Sempit

 Mengevaluasi kondisi ruangan apakah sesuai standart pelayanan

2. ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap NIFAS

 Mengevaluasi dana yang di ajukan tepat sasaran atau tidak

3. kurangnya tenaga kesehatan yang profesional

 Mengevaluasi apakah tenaga kesehatan mampu berkompeten atau tidak

ACTION (A)

1. Ruang Periksa KIA Sempit

 Apabila kondisi ruangan belum memenuhi Standart maka petugas kesehatan lebih meningkatkan
pelayanannya

2. Ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap NIFAS

 Apabila pengajuan dana sudah disetujui untuk Langkah selanjutnya segera dilakukan penambahan
ruangan

3. Kurangnya tenaga kesehatan yang profesional

 Apabila tenaga kesehatan kurang berkompetan bisa diadakan pelatihan dan pembinaan ketrampilan
petugas kesehatan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil
kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan (Saifudin, 2006)
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,
pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu
pelayanan
Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai